Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM EVALUASI GIZI DALAM

PENGOLAHAN PANGAN

ACARA V

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN TAMBAH PANGAN TERHADAP


MUTU LEMAK

Disusun Oleh :

Fifi Indah Lestari (J1A019037)

PRODI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 27 Mei 2022


Mengetahui,
Coast. Praktikum Evaluasi Gizi dalam Praktikan,
Pengolahan Pangan,

An Bil’is Ekarosadi, S.TP Fifi Indah


Lestari NIM:
J1A018008 NIM : J1A019037
ACARA I
PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP TOTAL ASAM

BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang

Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang


ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan
tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang
daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan
vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan
tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian
dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena
perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.

Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan
buatan (sintetis). Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih
menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering
dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang sering disebut zat aditif
kimia. Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik
meskipun kandungan gizinya tinggi. Secara khusus tujuan penggunaan bahan
tambah makanan di dalam pangan adalah untuk mengawetkan makanan dengan
mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi
kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk makanan menjadi lebih
baik, renyah dan lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma.

Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut air, tetapi larut dalam
zat pelarut organic non-polar seperti aseton, alcohol, eter, benzene, kloroform dan
sebagainya. Lemak tersusun atas rantai hidrokarbon panjang berantai lurus,
bercabang atau membentuk struktur siklis. Lemak esensial merupakan prekursor
pembentuk hormon tertentu seperti prostagladin, lemak juga berperan sebagai
penyusun membran yang sangat penting untuk berbagai tugas metabolisme, lemak
juga dapat melarutkan berbagai Vitamin, yaitu Vitamin A, D, E dan K. Lemak
yang berbentuk cair pada suhu kamar biasanya dikenal dengan minyak goreng.
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan
Kandungan yang berbeda-beda, tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan
dengan sengaja kebahan makanan dengan berbagai tujuan.

Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau


mencegah proses oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat
menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak
sel. Antioksidan adalah substansi yang dapat menghambat atau mencegah proses
oksidasi pada substrat yang mudah teroksidasi (bahan makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, dan lemak) jika ditambahkan pada konsentrasi rendah.
Antioksidan sintetis yang dikenal sebagai antioksidan paling efektif untuk minyak
nabati adalah tert-butyl hydroquinon (TBHQ), sedangkan antioksidan alami
umumnya diperoleh dari senyawa fenolik atau polifenol tumbuhan yang dapat
berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, tokoferol, dan lain-lain
(Ayucitra, 2011).

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu


antioksidan sintetis dan antioksidan alami. Antioksidan yang umumnya
ditambahkan pada minyak goreng adalah antioksidan sintetis seperti butylated
hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), tert-butyl hydroquinone
(TBHQ), dan propyl gallat. Minyak nabati yang umum digunakan adalah minyak
kelapa sawit. BHA (butylated hydroxyl anisole) merupakan jenis antioksidan yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan minyak akibat reaksi oksidasi
(ketengikan). Ekstrak fenolik yang diperoleh selanjutnya diaplikasikan dalam
simulasi proses penggorengan dengan minyak goreng kelapa sawit dan
dibandingkan dengan simulasi penggorengan di mana ditambahkan antioksidan
sintetis TBHQ. Penambahan bahan tambah pangan pada minyak sangat
mempengaruhi kualitas mutu minyak goreng. Beberapa dari kita mungkin sudah
sering mendengar istilah fortifikasi pada minyak goreng. Proses ini berfungsi
untuk meningkatkan mutu dari minyak goreng. Oleh sebab itu, penting bagi kita
mempelajari bagaimana pengaruh penambahan bahan tambah pangan terhadap
kualitas minyak atau mutu minyak.

Tujuan Praktikum

Mengetahui pengaruh penambahan BTP berupa antioksidan terhadap


minyak.
BAB II

Tinjauan Pustaka

Minyak sawit tersusun atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
Minyk sawit juga mengandung kandungan minor yang bermanfaat seperti beta
karoten atau provitamin A, antioksidan, dan provitamin E (tokoferol dan
tocotrienol) yang sangat diperlukan dalam proses metabolisme, serta untuk
kesehatan tubuh manusia. Kandungan antioksidan dan kandungan minor lainnya
dapat rusak pada suhu pemasan tertentu. Meski begitu, minyak sawit sangat
banyak dijadikan formulasi dalam bidang pangan dikarenakan banyak seklai
manfaatnya. Berbagai formulasi pangan dibuat dengan komposisi hanya
menggunakan minyak sawit atau dicampur dengan minyak inti sawit (Soraya,
2013).

Bahan tambah pangan secara umum merupakan bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan penyiapan, perlakukan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.
Bahan tambah pangan berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan
tekstur, serta memperpanjang masa simpan dan bukan merupakan bahan utama.
Tujuan penggunaan bahan tambah pangan adalah dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi, dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan
lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.
Penggunaan bahan tambah pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas
yang telah ditentukan. Pengguaan bahan tambah pangan di Indonesia telah diatur
oleh Dapartemen Kesehatan. Suatu bahan pangan tidak dapat serta merta
ditambahkan pada bahan pangan, karena setiap penambahan bahan tambah sangat
mempengaruhi mutu bahan pangan (Amaliyah, 2017).
Penambahan bahan tambah dapaat menyebabkan penurunan kadar lemak
dari proses oksidasi lipid selama pemanasan. Kemudian proses oksidasi ini
semakin meningkat dengan adanya ion H+ yang berasal dari penguraian rantai
lemak akibat panas maupun dari penambahan bahan tambah pangan. Semakin
banyak jumlah bahan tambah pangan yang ditambahkan maka semakin banyak
hidrogen yang terionisasi dari bahan tambah tersebut sehingga akan meningkatkan
oksidasi dari lipid. Penurunan kadar lemak diduga disebabkan karena beberapa
bahan tambah pangan dapat mengionisasikan ion H+ yang dapat membantu
terjadinya proses oksidasi terhadap lemak. Ion H+ berikatan dengan atom oksigen
dari senyawa radikal bebas dan membentuk seperti hidrogen peroksida (H2O2)
dan radikal hidroksil (OH). Lemak memiliki peranan penting dalam peningkatan
kalori dari produk pangan, hal ini disebabkan karena lemak menyumbangkan
energi paling banyak jika dibandingkan dengan zat nutrisi lainnya (Erfiza, 2018).

Bilangan Asam dan bilangan peroksida pada minyak goreng menunjukan


bahwa kandungan asam lemak bebas yang timbul akibat proses oksidasi. Adanya
bilangan asam yang tinggi menandakan bahwa minyak goreng tersebut mengalami
penurunan mutu atau kerusakan. Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk
menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak, asam lemak tidak jenuh
dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida.
Pada penelitian yang dilakukan dengan penambahan ekstrak kulit pisang raja
(bahan tambah pangan) berpengaruh pada penurunan bilangan peroksida yang
berarti bahwa kerusakan minyak yang diakibatkan reaksi oksidasi penyebab
ketengikan dapat diperlambat. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa
penambahan berat bahan tambah (ekstrak kulit pisang raja) kenaikan bilangan iod
yang dimana dapat memperlambat kerusakan ikatan rangkap pada struktur
komponen minyak ( Purwaningsih, 2019).

Pengolahan minyak goreng kelapa menggunakan metode tradisional atau


pemanasan. Minyak yang dihasilkan secara tradisional berwarna agak
kekuningan. Hal ini karena suhu saat pemanasan yang tinggi, selain itu
antioksidannya mengalami kerusakan dan kandungan asam lemak rantai sedang
juga banyak yang
hilang. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,
memperlambat dan mencegah proses oksidasi. Akibat dari rusaknya antioksidan
saat pengolahan mengakibatkan meningkatnya kadar asam lemak bebas pada
minyak goreng. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas menyebabkan penurunan
kualitas dari minyak goreng tersebut. Itulah sebabnya pelunya adanya
penambahan bahan pangan tertentu untuk meningkatkan kandungan antioksidan
dalam minyak goreng sehingga dapat memperlambat proses oksidasi dan
mengurangi kerusakan minyak. Kadar asam lemak bebas terbentuk dari reaksi
hidrolisis selama pembuatan minyak. Reaksi hidrolisis dipicu oleh adanya
aktivitas air dan panas suhu tinggi yang melepas asam lemak bebas dari gliserol.
Pemanasan suhu tinggi ini juga merusak senyawa antioksidan dalam minyak
goreng kelapa (Tritisari, 2020).
BAB III

Metodologi Penelitian

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanan pada hari Kamis, 2 Juni 2022 diluar


Laboratorium (Dry Lab) menggunakan daring Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum

3.1. Alat-alat Praktikum


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah biuret,
erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur dan timbangan analitik.

3.2 Bahan-bahan Praktikum


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah amilum
1%, antioksidan (TBA), aquades, kloroform, minyak goreng, Na2S2O3.

Prosedur Kerja
sampel

Ditambahkan 50 g

Ditambahkan TBA sebanyak 0 g, 0,05 g, 0,06 g,


0,07 g, 0,08g, 0,09 g

Disimpan suhu kamar selama 7 hari


Ditimbang 5 g

Ditambahkan 30 mL asam asetat kloroform

Diamkan selama 2

Ditambahkan 30 mL

Ditambahkan amilum 1%

Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga


warna biru hilang

Dihitung bilangan peroksida


BAB IV
Analisis Data

Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Penentuan Bilangan Peroksida
Variasi Volume
Berat Bilangan
Penambahan titrasi
No Sample Sample (Na2S2O3 0,1 Peroksida
BTP (g)
(g) N) (mEq)
1 0 5.0516 0.30 1.9796
2 0.05 5.0442 0.25 0.9912
3 Minyak 0.06 5.0035 0.25 0.9993
4 Goreng 0.07 5.0076 0.25 0.9984
5 0.08 5.0038 0.30 1.9984
6 0.09 5.0721 0.35 2.9573
Blanko 0.20

Hasil Perhitungan
(Ts−Tb)X N Na2S2O3 X 1000
Angka Peroksida = berat bahan

Keterangan :
- Ts = volume Na2S2O3 yang dipakai pada sampel (ml)
- Tb = volume Na2S2O3 yang dipakai pada blanko (ml)
- N = normalitas hasil standardisasi larutan Na2S2O3

1. Variasi penambahan BTP 0 gram


(0,30−0,20)X 0,1 X 1000
Angka Peroksida = 5,0516

(0,10)X 0,1 X 1000


= 5,0516

10
= 5,0516
= 1,9796 mEq
2. Variasi penambahan BTP 0,05 gram
(0,25−0,20)X 0,1 X 1000
Angka Peroksida =
5,0442

(0,05)X 0,1 X 1000


= 5,0442

5
= 5,0442
= 0,9912 mEq

3. Variasi penambahan BTP 0,06 gram

(0,25−0,20)X 0,1 X 1000


Angka Peroksida =
5,0035

(0,05)X 0,1 X 1000


= 5,0035

5
= 5,0035
= 0,9993 mEq

4. Variasi penambahan BTP 0,07 gram

(0,25−0,20)X 0,1 X 1000


Angka Peroksida =
5,0076

(0,05)X 0,1 X 1000


= 5,0076

5
= 5,0076
= 0,9984 mEq

5. Variasi penambahan BTP 0,08 gram

(0,30−0,20)X 0,1 X 1000


Angka Peroksida =
5,0442

(0,10)X 0,1 X 1000


= 5,0038

10
= 5,0038
= 1,9984 mEq
6. Variasi penambahan BTP 0,09 gram
(0,35−0,20)X 0,1 X 1000
Angka Peroksida =
5,0721

(0,15)X 0,1 X 1000


= 5,0721

15
= 5,0721
= 2,9573 mEq
BAB V
Pembahasan

Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut air, tetapi larut dalam
zat pelarut organic non-polar seperti aseton, alcohol, eter, benzene, kloroform dan
sebagainya. Lemak merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang
terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak,
malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak, monogliserida,
digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid dan lain-lain. Lemak tersusun atas
rantai hidrokarbon panjang berantai lurus, bercabang atau membentuk struktur
siklis. Lemak esensial merupakan precursor pembentuk hormon tertentu seperti
prostagladin, lemak juga berperan sebagai penyusun membran yang sangat
penting untuk berbagai tugas metabolisme, lemak juga dapat melarutkan berbagai
Vitamin, yaitu Vitamin A, D, E dan K. Lemak yang berbentuk cair pada suhu
kamar biasanya dikenal dengan minyak goreng. Lemak dan minyak terdapat pada
hampir semua bahan pangan dengan Kandungan yang berbeda-beda, tetapi lemak
dan minyak sering kali ditambahkan dengan sengaja kebahan makanan dengan
berbagai tujuan.

Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang


ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan
tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang
daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan
vitamin. Bahan tambah pangan secara umum merupakan bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan penyiapan, perlakukan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan
bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena
perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan. Penggunaan bahan
tambah pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang telah
ditentukan.

Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan
buatan (sintetis). Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih
menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering
dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang sering disebut zat aditif
kimia. Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik
meskipun kandungan gizinya tinggi. Secara khusus tujuan penggunaan bahan
tambah makanan di dalam pangan adalah untuk mengawetkan makanan dengan
mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi
kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk makanan menjadi lebih
baik, renyah dan lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma.

Antioksidan merupakan senyawa yang memberikan elektron atau


reduktan, sehingga reaksi radikal bebas dapat dihambat. Senyawa ini memiliki
berat molekul yang kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi
oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga
merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Senyawa ini berperan penting
dalam menghalau radikal bebas dan berperan sebagai antikanker. Fungsi
antioksidan yang sangat berperan penting mebangun metabolisme dalam tubuh
menjadikab banyak inovasi yang dilakukan untuk menambahkan antioksidan
kedalam bahan pangan, salah satunya minyak goreng. Pada dasarnya minyak
goreng yang berasal dari kelapa sawit sudah mengandung antioksidan, akan tetapi
karena faktor pemanasan dan pengolahan lainnya menyebabkan kandungan
antioksidan nya menurun. Dilakukannya praktikum ini guna mengetahui konstrasi
bahan tambah pangan yang mengandung antioksidan yang paling tepat agar mutu
lemak dalam minyak goreng tidak menurun.

Pada praktikum ini digunakan sampel minyak goreng yang ditambahkan


bahan tambah pangan yaitu Thiobarbituric Acid (TBA) dengan konsterasi
bervariasi yaitu 0 g, 0.05 g, 0.06 g, 0.07 g, 0.08 g, dan 0.09 g. sampel yang telah
ditambahkan TBA akan di simpan dalam suhu kamar selama 7 hari sebelum
perlakuan selanjutnya. Sampel sebelumnya kemudia di ambil sebanyak 5 g untuk
tiap variasi. Kemudian tiap variasi ditambahkan 30 mL asam asetat kloroform dan
didiamkan selama 2 menit. Selanjutnya sampel dengan tiap variasi ditambahkan
30 mL aquades. Proses selanjutnya yaitu dengan menambahkan amilum 1 %,
penambahan ini menyebakan sampel berubah warna menjadi biru pekat.
Selanjutnya sampel akan di titrasi menggunakan Na2S2O3 0.1 N hingga warna nya
berubah menjadi bening kembali (warna biru pekat menghilang). Volume titrasi
yang digunakan selanjutnya akan menjadi indicator untuk menentukan bilangan
peroksida didalam sampel.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan nilai bilangan


peroksida pada sampel dengan variasi BTP 0 g, 0.05 g, 0.06 g, 0.07 g, 0.08 g, dan
0.09 g berturut-turut yaitu 1.9796 mEq, 0.9912 mEq, 0.9993 mEq, 0.9984 mEq,
1.9984 mEq, dan 2.9573 mEq. Dimana kandungan bilangan peroksida tertinggi
yaitu pada konstrasi penambahan TBA 0.09 g sebanyak 2.9573 mEq yang
menandakan bahwa kualitas minyak/lemak nya rendah. Berdasarkan hasil
penelitian Purwaningsih (2020), menyatakan bahwa penambahan ekstak kulit
pisang raja yang diketahui mengandung antioksidan alami mampu menurunkan
bilangan peroksida dalam minyak curah. Akan tetapi hasil yang didapatkan pada
praktikum ini bertolak belakang dengan hasil penelitian tersebut dimana
penambahan TBA tertinggi menyebabkan kualitas minyak menurun. Meski begitu
konstrasi TBA 0.06 g menghasilkan bilangan peroksida terendah yaitu 0.9912
mEq sehingga dapat dikatakan bahwa konstrasi tersebut merupakan konsetrasi
terbaik untuk meningkatkan mutu minyak/lemak. Beberapa kesalahan atau error
pada penelitian bisa disebabkan karena kerusakan senyawa antioksidan paa
sampel di tahap-tahap tertentu selama proses praktikum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak yaitu asam lemak dan


bilangan peroksida. Antioksidan diketahui dapat menghambat kenaikan bilangan
peroksida dengan menghambat proses oksidasi lemak dalam minyak. Penambahan
bahan tambah pangan yang mengandung antioksidan diketahui dapat membantu
meningkatkan kualitas minyak. Akan tetapi antioksidan pun rentan mengalami
kerusakan seperti disebabkan oleh pemansan dan pengolahan.
BAB VI

Kesimpulan

Dari analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Lemak merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri


atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam,
sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak, monogliserida, digliserida,
fosfolipid, glikolipid, terpenoid dan lain-lain.
2. Bahan tambah pangan secara umum merupakan bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan penyiapan, perlakukan, pengepakan, pengemasan dan
penyimpanan.
3. Secara khusus tujuan penggunaan bahan tambah makanan di dalam pangan
adalah untuk mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba
perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat
menurunkan mutu pangan, membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah
dan lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma.
4. Antioksidan merupakan senyawa yang memberikan elektron atau reduktan,
sehingga reaksi radikal bebas dapat dihambat. Antioksidan juga merupakan
senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal
bebas dan molekul yang sangat reaktif. Senyawa ini berperan penting dalam
menghalau radikal bebas dan berperan sebagai antikanker.
5. Nilai bilangan peroksida pada sampel dengan variasi BTP 0 g, 0.05 g, 0.06 g,
0.07 g, 0.08 g, dan 0.09 g berturut-turut yaitu 1.9796 mEq, 0.9912 mEq,
0.9993 mEq, 0.9984 mEq, 1.9984 mEq, dan 2.9573 mEq. Dimana kandungan
bilangan peroksida tertinggi yaitu pada konstrasi penambahan TBA 0.09 g
sebanyak
2.9573 mEq dan dengan penambahan TBA 0.06 g menghasilkan bilangan
peroksida terendah yaitu 0.9912 mEq.
6. Penambahan bahan tambah pangan yang mengandung antioksidan diketahui
dapat membantu meningkatkan kualitas minyak.
DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah, Nurul. 2017. Penyehat Makanan dan Minuman. Yogyakarta:


Deepublish

Erfiza, Novia M., D. Hasni., dan U. Syahrina. 2018. Evaluasi Nilai Gizi Masakan

Daging Khas Aceh (Sie Reuboh) berdasarkan Variasi Penambahan Lemak

Sapi dan Cuka Aren. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. Vol.

10, No 01: 28-37.

Purwanigsih, Dian Y., D. R. Zuchrilah., dan I. Nurmala. 2019. Peningkatkan Mutu

Minyak Goreng Curah dengan Penambahan Ekstrak Kulit Pisang Raja

Sebagai Antioksidan Alami. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia.

Vol 4 (1): 22-29

Soraya, Novia. 2013. Mengenal Produk Pangan dari Minyak Sawit. Bogor: IPB

Press

Tritisari, A., dan Maslan. 2020 Analisis Penambahan Kunyit (Curcuma longa L)

Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Kelapa. Jurnal

Patani. Vol. 1, No. 1: 20-33


LAMPIRAN:

Anda mungkin juga menyukai