Anda di halaman 1dari 2

MENGATASI “KETIDAKSELAMATAN” PADA

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN


Oleh : Ahmad Wildan

Suatu saat saya pernah melewati sebuah jalan menurun panjang pada sebuah jalan tol terkenal di
Indonesia, disana ada beberapa papan peringatan “TEST REM SEKARANG”, lalu pernah juga melihat
pada jalan menurun panjang rambu batas kecepatan, kemudian ada wacana Pemerintah akan
menyediakan fasilitas mengecek rem pada jalan yang menurun panjang. Hal hal tersebut
kelihatannya adalah upaya upaya efektif untuk menurunkan resiko kasus rem blong bus dan truk di
jalan menurun panjang, namun sesungguhnya itu adalah tindakan yang kurang tepat dan justru bisa
meningkatkan resiko rem blong bus dan truk saat melalui jalan menurun. Semua itu tidak terlepas
dari anggapan keliru saat ini bahwa penyebab rem blong bus dan truk di jalan menurun panjang
adalah karena adanya malfunction pada system rem kendaraan bermotor. Padahal hasil investigasi
KNKT justru menunjukkan hal yang sebaliknya, semua kecelakaan itu dipicu dari kegagalan
pengemudi dalam memahami hazard pada jalan menurun serta teknik mengemudi di jalan menurun.
Aturan baku mengemudi bus dan truk di jalan menurun adalah dengan tidak melakukan
pengereman menggunakan system rem utama atau rem pedal, tapi gunakan rem pembantu berupa
exhaust brake, engine brake dan retarder. Kecepatan kendaraan di jalan menurun bukan ditentukan
oleh pengemudi melainkan oleh engine, pengemudi tidak boleh menginjak pedal rem, pedal gas
maupun pedal kopling saat melalui jalan menurun. Pedal rem hanya boleh diinjak jika RPM mesin
menuju ke zona merah atau didepan ada sesuatu yang emergency, tapi dalam kondisi normal sama
sekali dilarang menginjak pedal rem karena itu berresiko menyebabkan terjadinya kegagalan
pengereman.

Hal diatas menggambarkan, bagaimana membuat mitigasi pada suatu permasalahan


ketidakselamatan jalan tidak bisa hanya menggunakan pendekatan salah satu disiplin ilmu saja,
namun harus menggunakan pendekatan berbagai macam disiplin ilmu karena pada pengoperasian
kendaraan di jalan kesemua ilmu itu bekerja. Sehingga tidak heran, jika seorang investigator KNKT
fasih berbicara dengan teman teman dari PUPR dan pengelola tol tentang geometrik jalan, lancar
berdiskusi tentang otomotif dengan teman teman dari perhubungan dan Agen Pemegang Merk
(Hino, Volvo, Scania dll), nyambung membicarakan kelistrikan kendaraan bermotor dengan karoseri,
bisa berinteraksi dengan baik dengan pengemudi trailer, bus, dump truck dll. KNKT harus bisa
menjadi katalisator, menyampaikan dan menjelaskan karakteristik otomotif dan teknik mengemudi
ke teman teman PUPR dan Pengelola Jalan Tol, dan juga menjelaskan karakteristik geometric ke
teman teman industry otomotif, perhubungan serta para pengemudi. Dengan demikian maka hazard
yang meliputi berbagai disiplin ilmu ini dapat teratasi dengan baik.

Khusus kecelakaan bus pariwisata di Bali, itu adalah interaksi dari berbagai disiplin ilmu diatas. KNKT
akan mendorong perbaikan fasilitas perlengkapan jalan guna menginformasikan kepada pengemudi
terkait adanya hazard serta tindakan yang harus diambil agar tidak terpapar hazard, mendorong
pelatihan mengemudi khusus bus pariwisata di Bali agar memahami fenomena geometric serta
teknik mengemudi yang tepat dalam melalui jalan yang sub standar, dalam hal ini diharapkan
Kampus Poltrada Bali bisa menjadi tempat untuk memulai program program keselamatan ini dengan
bekerja sama dengan para pemangku kepentingan lainnya seperti Kementerian Perhubungan, PUPR,
Kepolisian serta Organda/Aptrindo. Mitigasi kecelakaan pada kasus laka di Bali harus dilakukan
secara holistic, karena Bali adalah jendela pariwisata Indonesia di mata dunia sehingga kita harus
bisa menunjukkan bahwa Pemerintah menjamin keselamatan transportasi untuk berwisata disana
termasuk didalamnya adalah transportasi jalan.

Anda mungkin juga menyukai