Anda di halaman 1dari 9

Penggunaan Media Tiga Dimensi.....

(Jonkenedi) 1

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN


SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

THE USE OF THREE-DIMENSIONAL MEDIA TO IMPROVE STUDENTS’


ACTIVENESS IN SCIENCE LEARNING

Oleh: Jonkenedi, PGSD/PSD/UNY, Jhonkennedy919@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi
gunung api melalui penggunaan media tiga dimensi pada siswa kelas VB SD N Krapyak Wetan. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif. Penelitian ini
menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Setiap siklus melalui empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB
SD N Krapyak Wetan dan objeknya yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi gunung
api. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar observasi dan wawancara. Teknik
analisis data yaitu secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan media tiga dimensi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi
gunung api. Peningkatan didasarkan pada hasil pratindakan hanya 45% dari keseluruhan siswa yang
aktif. Pada siklus 1 menjadi 60% pada pertemuan pertama 70% pertemuan kedua dan siklus 2
meningkat lagi menjadi 80% .

Kata Kunci: keaktifan, gunungapi, media tiga dimensi

Abstract

This study aims to improve the activeness in science learning for the topic of volcanoes
through the use of three-dimensional media among Grade VB students of SDN Krapyak Wetan. This
was a classroom action research collaboratively conducted. It used the model by Kemmis dan
McTaggart. Each cycle consisted of four stages, namely planning, action and observation, and
reflection. The research subjects were Grade VB students of SDN Krapyak Wetan and the object was
the students’ activeness in science learning for the topic of volcanoes. The data collecting instruments
were observation sheets and interviews. The data analysis techniques were qualitative and quantitative
descriptive techniques. The results of the study show that the use of three-dimensional media is
capable of improving the students’ activeness in science learning for the topic of volcanoes. The
improvement was indicated the result in the pre-action in which only 45% of all students were active.
In Cycle 1 in the first meeting 60% were active and in the second meeting 70% were active and in
Cycle 2 this improved again to 80%.

Keywords: activeness, volcanoes, three-dimensional media


2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke-6 2017

PENDAHULUAN karakteristik anak SD yang suka bermain,

Kelas yang aktif ditandai dengan memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan

aktivitas yang dilakukan oleh siswanya. mudah terpengaruh oleh lingkungan perlu

Dalam hal ini aktivitas yang dimaksud terciptanya lingkungan pembelajaran yang

menunjukkan perhatian dan keseriusan menyenangkan, antara lain prinsip belajar

siswa dalam proses pembelajaran. sambil bekerja dan prinsip bermain sambil

Sehingga kegiatan yang dilakukan oleh belajar. Dengan demikian, dapat kita

siswa pada saat pembelajaran berlangsung ketahui bahwa karakteristik proses

bervariasi dan bermanfaat bagi pembelajaran yang di senangi oleh siswa

perkembangan pengetahuan kognitif, SD yaitu proses pembelajaran yang aktif.

afektif maupun psikomotorik siswa. Menurut Alverman (Usman

Terciptanya kelas yang aktif juga Samatowa, 2010: 9) pembelajaran sains

merupakan suatu harapan dan tujuan dari menjadi berarti bila diajarkan sedemikian,

lembaga pendidikan nasional. Seperti yang sehingga anak menjalani suatu proses

tercantum dalam Undang-Undang Sistem perubahan konsepsi. Berarti, pembelajaran

Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 IPA tidak hanya sekedar hapalan semata.

menyebutkan bahwa pendidikan adalah Tapi, pembelajaran IPA seharusnya

usaha sadar dan terencana untuk diajarkan sedemikian, pelaksanaan proses

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarannya aktif dan kegiatannya

pembelajaran agar peserta didik secara bervariasi. Sehingga siswa dapat

aktif mengembangkan potensi dirinya memperoleh pengalaman dan pengetahuan

untuk memiliki kekuatan spiritual langsung dari kegiatan yang telah

keagamaan, pengendalian diri, dilakukannya.

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, Claxton (Usman Samatowa, 2010:

serta keterampilan yang diperlukan 9) menyatakan bahwa pendidikan sains

dirinya, masyarakat bangsa dan negara. akan dapat ditingkatkan, bila anak dapat

Harapannya, proses pembelajaran pada lebih berkelakuan seperti seorang ilmuwan

tiap mata pelajaran yang dilaksanakan di bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka

sekolah bisa bersifat aktif. diperbolehkan dan didorong untuk

Proses pembelajaran IPA di melakukan hal itu. Dengan demikian,

Sekolah Dasar, idealnya bersifat aktif dan proses pembelajaran IPA yang dilakukan

kreatif. Hal ini sesuai dengan pendapat di SD sebaiknya tidak hanya sekedar

Usman Samatowa (2010: 68) bahwa menyampaikan materi, tapi juga mencoba
melakukan percobaan dari berbagai materi
Penggunaan Media Tiga Dimensi.....(Jonkenedi) 3

yang diajarkan kepada siswa. Tentu saja pembelajaran IPA di SD tersebut.


percobaan yang dilakukan harus Kesenjangan yang peneliti temukan itu
disesuaikan dengan jenis materi yang akan hanya kebetulan, atau memang proses
diajarkan. Bahan percobaan tersebut bisa pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai
saja dengan menggunakan media dengan kondisi ideal Pembelajaran IPA di
pembelajaran yang sesuai dengan materi SD, permasalahan itulah yang ingin
pelajaran. peneliti ketahui.
Pada saat peneliti melaksanakan Pada saat peneliti mewawancarai
Magang di SD N Krapyak Wetan. Peneliti guru kelas VB SD N Krapyak Wetan, guru
menemukan beberapa kesenjangan proses tersebut mengakui bahwa selama ini
pembelajaran IPA di SD tersebut jika proses pembelajaran yang dilakukannya
dibandingkan dengan kondisi ideal yaitu menggunakan metode ceramah dan
pembelajaran IPA yang telah dibahas di jarang menggunakan media pada saat
atas. Dimana proses pembelajaran IPA proses pembelajaran. Alasannya, karena
yang dilaksanakan lebih condong ke tidak semua media pembelajaran IPA
audio. Siswa hanya mendengarkan guru tersedia di sekolah. Selain itu, guru
menjelaskan materi di depan kelas dan terkadang kesulitan untuk menentukan
mencatat materi-materi pelajaran yang jenis media yang sesuai dengan materi
ditulis oleh guru di papan tulis. Sehingga pelajaran. Sehingga, ketika guru
kegiatan pembelajarannya terlihat hanya menggunakan media pembelajaran, guru
searah, guru sebagai penyaji dan lebih memilih media yang berupa poster.
penyampai materi pelajaran, siswa sebagai Setelah mewawancarai guru,
penerima informasi dari apa yang telah peneliti selanjutnya mewawancarai siswa
guru jelaskan di depan kelas. kelas VB SD N Krapyak Wetan.
Berdasarkan hasil pengamatan Berdasarkan hasil wawancara dengan
pada saat Magang tersebut, mengundang siswa tersebut, siswa mengungkapkan
perhatian peneliti untuk melakukan bahwa selama ini siswa hanya
observasi dan wawancara lebih lanjut mendengarkan guru menjelaskan materi
dengan pihak sekolah. Sasaran dari pelajaran di depan kelas, tidak banyak
observasi dan wawancara tersebut yaitu aktivitas yang dilakukan pada saat
guru dan siswa kelas VB SD N Krapyak pembelajaran berlangsung. Berdasarkan
Wetan. Tujuan untuk melakukan observasi hasil wawancara yang diperoleh peneliti,
dan wawancara ini yaitu untuk memenuhi kemudian peneliti ingin mengamati secara
rasa ingin tahu peneliti tentang proses langsung proses pembelajaran yang
Penggunaan Media Tiga Dimensi ... (Jonkenedi)

dilaksanakan pada kelas VB di SD N samar dan tidak jelas sekarang lebih


Krapyak Wetan dengan mengadakan konkrit. Peneliti berusaha menyampaikam
observasi di kelas tersebut. materi secara konkrit. Karena materi yang
Masih belum puas dengan hasil akan dijadikan penelitian ini tentang
wawancara, kemudian peneliti gunung api, sepertinya tidak
mengadakan observasi terkait proses memungkinkan untuk membawa siswa
pembelajaran di SD N Krapyak Wetan. secara langsung ke daerah gunung api
Peneliti menemukan beberapa hal terkait dengan berbagai macam pertimbangan.
proses pembelajaran di kelas VB pada Oleh karena itu, peneliti menggunakan
mata pelajaran IPA tentang Peristiwa media tiga dimensi berupa tiruan dari
Alam materi Gunung Api. Pada saat proses gunung api untuk media pembelajaran
pembelajaran berlangsung, guru pada materi tersebut.
menyampaikan materi dengan metode Berdasarkan hasil wawancara dan
ceramah, sehingga siswa hanya observasi di atas, ternyata pada saat proses
mendengarkan penjelasan yang pembelajaran guru tidak menggunakan
disampaikan oleh guru. Padahal materi media. Selain itu, selama ini guru
tersebut lebih cocok diajarkan menggunakan metode ceramah pada saat
menggunakan media yang bisa proses pembelajaran berlangsung, padahal
dipercobakan. Kita ketahui bahwa, anak seharusnya guru menggunakan media pada
usia SD masih pada tahap operasional pembelajaran tersebut. Disisi lain, siswa
konkrit, dimana proses penyampaian hanya duduk dan mendengarkan guru
informasi yang konkrit akan lebih mudah menjelaskan materi pelajaran. Dengan
dipahami oleh anak daripada informasi demikian, hal ini tidak menunjukkan
yang abstrak. bahwa adanya aktivitas yang bervariasi
Berdasarkan uraian di atas, peneliti saat proses pembelajaran, selain aktivitas
berkeinginan untuk menyelesaikan siswa mendengarkan guru menjelaskan
permasalahan kelas yang kurang aktif materi pelajaran. Oleh karena itu,
tersebut melalui penggunaan media tiga penelitian yang mengkaji lebih dalam
dimensi. Sesuai dengan pendapat Piaget tentang penggunaan media tiga dimensi
(Rita Eka Izzaty, 2008: 105) masa kanak- untuk meningkatkan keaktifan siswa
kanak akhir berada dalam tahap operasi dalam pembelajaran IPA materi gunung
konkrit dalam berpikir (usia 7-12 tahun) api pada Kelas VB SD N Krapyak Wetan,
dimana konsep yang pada awal masa Sewon, Bantul penting untuk dilakukan.
kanak-kanak merupakan konsep samar-
594 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke-6

METODE PENELITIAN 2. Wawancara


Wawancara dalam penelitian ini
JENIS PENELITIAN
dilakukan untuk menggali lebih
Jenis penelitian yang digunakan informasi yang berkaitan dengan
adalah penelitian tindakan kelas. keaktifan siswa.

Subjek Penelitian Teknik Analisis Data

Subjek dalam penelitian ini adalah Teknik analisis data yang


siswa kelas VB SD N Krapyak Wetan, digunakan dalam penelitian ini yaitu
Sewon, Bantul, tahun pelajaran 2015/2016 secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
yang berjumlah 25 siswa, yang terdiri dari
13 siswa laki-laki dan 12 siswa Hasil Penelitian dan Pembahasan

perempuan. Berdasarkan hasil penelitian di


siklus 1 dan siklus 2, keaktifan siswa
Waktu dan Tempat Penelitian
dalam pembelajaran IPA materi
Waktu yang digunakan oleh gunung api meningkat dari kondisi pra
peneliti untuk penelitian ini ialah awal tindakan. Keaktifan yang diamati
Maret 2016 sampai dengan April 2016 di dalam penelitian ini yaitu keaktifan
kelas VB SD N Krapyak Wetan visual, keaktifan lisan, keaktifan

Teknik Pengumpulan Data dan mendengarkan dan keaktifan menulis.

Instrumen Dari ke empat aspek keaktifan tersebut


kemudian dipecah menjadi 10
Teknik pengumpulan data yang indikator yang terdapat pada instrumen
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. Berdasarkan indikator yang
sebagai berikut: diamati oleh peneliti, siswa terlihat

1. Observasi aktif di dalam kelas pada saat proses

Observasi dilakukan untuk pembelajaran berlangsung.

mengamati sejauh mana peningkatan Proses pembelajaran IPA

keaktifan siswa. Peneliti menggunakan materi gunung api menggunakan media

lembar observasi untuk memudahkan tiga dimensi dapat mengaktifkan siswa.

mengamati aspek yang diamati. Siswa tidak hanya aktif melihat, dan
mendengarkan guru menyampaikan
materi pembelajaran. Tapi, siswa aktif
dalam segala hal yang terkait dengan
Penggunaan Media Tiga Dimensi ... (Jonkenedi)

indikator dalam penelitian tindakan (Daryanto,2013:29) menyebutkan


ini. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa media sederhana tiga dimensi
Richard M. Felder dan Rebecca Brent memiliki kelebihan-kelebihan:
(Warsono & Hariyanto, 2013: 16) memberikan pengalaman secara
mendefinisikan bahwa pembelajaran langsung, penyajian secara kongkrit
aktif sebagai semua hal yang terkait dan menghindari verbalisme, dapat
dengan pembelajaran di kelas yang menunjukkan obyek secara utuh baik
memfasilitasi para siswa untuk konstruksi maupun cara kerjanya,
melakukan banyak kegiatan dan tidak dapat memperlihatkan struktur
sekedar melihat, mendengarkan dan organisasi secara jelas, dapat
membuat catatan. menunjukkan alur suatu proses dengan
Penggunaan media tiga dimensi jelas. Oleh karena itu, media tiga
dalam pembelajaran IPA materi dimensi sangat cocok untuk
gunung api tidak hanya mengaktifkan meningkatkan keaktifan siswa karena
visual siswa. Melalui penggunaan penyajiannya kongkrit dan
media tiga dimensi dalam menghindari verbalisme, sehingga
pembelajaran IPA materi gunung api, siswa akan aktif dalam proses
siswa aktif secara visual, lisan, pembelajaran.
mendengarkan dan menulis. Karena Media tiga dimensi memiliki
media tiga dimensi yang digunakan kekurangan dalam penggunaannya.
dalam penelitian ini dapat Seperti yang diungkapkan Moedjiono
dipercobakan oleh siswa untuk (Daryanto, 2013:29) kelemahannya
mensimulasikan erupsi gunung api. adalah: tidak bisa menjangkau sasaran
Sehingga, siswa tidak hanya aktif yang dalam jumlah yang besar,
mengamati dan mendengarkan guru penyimpanannya memerlukan ruang
menjelaskan materi pelajaran. Tapi yang besar dan perawatannya rumit.
siswa juga aktif bertanya, menjawab, Peneliti mencari solusi untuk
mempercobakan media tiga dimensi, mengatasi kelemahan di atas. Peneliti
berdiskusi, mencatat hasil pengamatan menyediakan 5 buah media tiga
dan mengemukakan pendapat. dimensi agar bisa mengjangkau sasaran
Penggunaan media tiga dimensi yang berjumlah 25 siswa. Agar
dalam pembelajaran IPA materi penyimpanannya tidak memerlukan
gunung api memiliki kelebihan-dan ruang yang besar dan rumit, peneliti
kekurangan. Moedjiono sengaja membuat media tiga dimensi
596 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke-6

dengan ukuran tidak terlalu besar, sebenarnya sudah bisa menghentikan


sehingga mudah menyimpan dan tindakan dengan alasan sudah
merawat media tiga dimensi yang mencapai indikator keberhasilan yang
digunakan. ditentukan sebelumnya. Akan tetapi,
Peningkatan ini dibuktikan peneliti masih melakukan tindakan
dengan data hasil observasi keaktifan pada pertemuan kedua siklus 2
siswa pada saat pra tindakan 45% dari meskipun data tidak dipersentasekan
keseluruhan siswa meningkat menjadi lagi, hanya sekedar mengumpulkan
60% pada siklus 1 pertemuan pertama. data tambahan. Pada bab 3 sudah
Pertemuan kedua siklus 1 menigkat dibahas jika 75% dari keseluruhan
kembali menjadi 70%. Hal ini siswa telah aktif atau melakukan
menunjukkan adanya peningkatan indikator yang tercantum dalam
keaktifan siswa pada tiap pertemuan instrumen penelitian tindakan ini maka
siklus 1. Berikut ini diagram penelitian dikatakan berhasil. Data
perbandingan keaktifan siswa pada saat hasil observasi terakhir menunjukkan
pra tindakan dan siklus 1.. >75%, jadi penelitian ini dapat
70% 60%70% dikatakan berhasil. Berikut ini diagram
60%
perbandingan keaktifan siswa pada
50% 45%
40% siklus 1 dan siklus 2.
30%
20% 90%
80%
10% 80%
0% 70%
70% 60%
60%
Persentase Pra Siklus I 50%
Tindakan
40%
Pra TindakanPertemuan I Pertemuan II 30%
20%
10%
0%
Data hasil observasi pada siklus
PersentaseSiklus Siklus
2 pertemuan pertama meningkat 1 2

menjadi 80%. Peningkatan ini sudah Pertemuan I Pertemuan II

mencapai indikator keberhasilan dalam


penelitian ini. Berdasarkan hasil
observasi pertemuan pertama siklus 2
yang sudah mencapai 80%, peneliti
Penggunaan Media Tiga Dimensi ... (Jonkenedi)

Kesimpulan Dan Saran Peningkatan keaktifan siswa


ditunjukkan dengan data hasil
A. Kesimpulan
Hasil penelitian tindakan kelas observasi keaktifan siswa pada siklus 1

ini menunjukkan bahwa, proses dan siklus 2. Keaktifan siswa pada

penggunaan media tiga dimensi dalam siklus 1 pertemuan pertama adalah

pembelajaran IPA materi gunung api 60% dan meningkat menjadi 70% pada

yang dilaksanakan di kelas VB SD N pertemuan kedua. Keaktifan siswa

Krapyak Wetan, Sewon, Bantul dapat kembali meningkat pada siklus 2

meningkatkan keaktifan siswa. pertemuan pertama menjadi 80%.

Penggunaan media tiga dimensi yang Penelitian ini dikatakan berhasil karena

bisa dipercobakan oleh siswa sudah mencapai indikator keberhasilan

menjadikan aktivitas dalam dalam penelitian ini.

pembelajaran semakin bervariasi. B. Saran

Aktivitas siswa semakin bervariasi Berdasarkan hasil penelitian

karena selain siswa mengamati media, dan kesimpulan hasil penelitian, maka

siswa juga bisa mempercobakan media saran yang dapat diberikan adalah

tiga dimensi, sehingga proses sebagai berikut:

pembelajaran semakin aktif dan Media tiga dimensi dapat

menyenangkan. digunakan oleh guru dalam

Penelitian tindakan kelas ini pembelajaran IPA atau pun mata

dilaksanakan 2 siklus. pelaksanaan pelajaran lain pada materi tertentu

siklus 1, keaktifan siswa belum yang bisa dibawa benda asli, tiruan

mencapai indikator keberhasilan dalam atau miniaturnya ke dalam kelas agar

penelitian ini karena masih terdapat proses pembelajaran semakin aktif dan

beberapa kekurangan. Sebagian siswa menyenangkan. Selain itu,

tidak berkesempatan untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan

perobaan media tiga dimensi karena media tiga dimensi akan menjadikan

kekurangan bahan percobaan. proses pembelajaran semakin

Berdasarkan hal tersebut, dilaksanakan bervariasi dan tidak membosankan.

perbaikan pada siklus ke 2 dengan


menyediakan bahan percobaan
sebanyak mungkin sehingga semua
siswa terlayani dan aktif.
598 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke-6

DAFTAR PUSTAKA

Usman Samatowa. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks

Rita Eka Izzaty, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Warsono & Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media

Anda mungkin juga menyukai