Anda di halaman 1dari 13

“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika

ka Sari

MEMBANGUN KESADARAN HUKUM PADA MASA PANDEMI COVID-19


MELALUI PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
rahmanuwijaya@unesa.ac.id

Abstract
The President of the Republic of Indonesia has established the status of a health emergency in the
Presidential Decree 11 of 2020, as well as stated in Presidential Decree 12 of 2020 that non-natural
disasters caused by COVID-19 as a national disaster. The consequence is the birth of the role of the
government through legal instruments and actions to control the community, so it is important to build
legal awareness. In this case the teacher has the authority to form a Learning Implementation Plan
(RPP) applied to students, then the legal research conducted aims to know the authority of teachers
mapel Pancasila Education and Citizenship (PPKn) junior high school level (SMP) in drafting RPP to
build legal awareness regarding the condition of the Covid-19 pandemic. Using the Statute Approach
method, which is based on the legislation on the authority of teachers and related to the status of health
emergencies and non-natural disasters. The results showed that PPKN teachers have the authority to
develop RPP that builds legal awareness for students, especially with regard to the control exercised
by the government during the pandemic.

Keywords: PPKn Teacher; RPP; Legal Awareness

Abstrak

Presiden RI telah menetapkan status kedaruratan kesehatan dalam Kepres 11 Tahun 2020, sekaligus
menyatakan dalam Kepres 12 Tahun 2020 bahwa bencana non alam yang diakibatkan COVID-19
sebagai bencana nasional. Konsekwensi yang ditimbulkan adalah lahirnya peran pemerintah melalui
instrumen hukum serta perbuatan guna mengendalikan masyarakat, sehingga penting dibangun
kesadaran hukum. Dalam hal ini guru memiliki kewenangan untuk membentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang diterapkan kepada siswa, maka penelitian hukum yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui kewenangan guru mapel Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam menyusun RPP guna membangun kesadaran hukum ber-
kenaan kondisi pandemi Covid - 19. Menggunakan metode Statute Approach, yaitu dengan men-
dasarkan pada peraturan perundangan mengenai kewenangan guru serta yang terkait dengan status
kedaruratan kesehatan dan bencana non alam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PPKn
memiliki kewenangan untuk mengembangkan RPP yang membangun kesadaran hukum bagi siswa,
khususnya berkaitan dengan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah pada masa pandemi.

Kata kunci : Guru PPKn; RPP; Kesadaran Hukum

55
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

A. Pendahuluan pada konstitusi di Indonesia, bahwa cabang


kekuasaan negara secara tegas terbagi dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tiga, yaitu: legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
telah tegas menyatakan bahwa tujuan diben- Cabang kekuasaan eksekutif ini disebut secara
tuknya pemerintah negara Indonesia diantara- tegas dalam UUD sebagai kekuasaan peme-
nya adalah untuk memberikan perlindungan rintahan, maka siapapun juga badan yang
kepada bangsa dan karenanya seluruh rakyat terafiliasi didalamnya berikut juga fungsinya
Indonesia, peran yang sangat luas ini kemu- adalah sejalan dengan fungsi pemerintahan
dian pelaksanaannya dibingkai dalam bentuk maka dia disebut sebagai pemerintah dalam
instrumen hukum dan perbuatan-perbuatan arti yang sempit. Konkritnya pemerintah In-
pemerintahan. Hal ini terlihat adanya relasi donesia merupakan seluruh aktor yang terlibat
antara negara dengan pemerintah, dimana guna memberikan perlindungan kepada bang-
Logeman dalam Muchsan menyebut negara sa dan karenanya seluruh rakyat Indonesia.
merupakan kumpulan jabatan-jabatan atau Lebih lanjut lagi pengelolaannya berdasarkan
jabatan yang terorganisir. Pada hakekatnya, ketentuan Pasal 18 Konstitusi di Indonesia,
negara tersebut abstrak. Sementara yang nyata terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah
adalah jabatan dalam pemerintahan negara, daerah.
maka dengan jabatan inilah kemudian dapat Berbicara mengenai pemberian perlin-
diwujudkan suatu tujuan negara. 1 Sedangkan dungan kepada bangsa dan karenanya seluruh
yang dimaksud dengan pemerintah, Kuntjoro rakyat Indonesia, Undang-undang RI No. 24
Purbopranoto secara tegas membedakannya Tahun 2007 telah menggaris ketentuan per-
menjadi dua yaitu: - Pemerintah secara luas; lindungan dari bencana. Dimana makna ben-
dan - Pemerintah secara sempit. Luas atau cana sebagaimana dalam Pasal 1 angka 1 UU
sempitnya tersebut sebenarnya berkaitan tersebut adalah “segala sesuatu yang bersifat
dengan tugas dan wujud badannya, dalam arti ancaman, dimana dengan adanya ancaman
dikatakan luas jika tugas yang dimaksud me- tersebut akan mengganggu masyarakat” Se-
lingkupi segala sesuatu yang berkenaan dangkan berdasarkan ketentuan yang lain
dengan tujuan negara dan berwujud seluruh dalam UU tersebut, klasifikasi bencana terdiri
badan secara tidak terbatas. Pendek kata, dari : -Bencana alam; dan -Bencana non alam.
sepanjang badan atau dalam perspektif hukum Suatu bencana disebut bencana dari yaitu
administrasi adalah pejabat tersebut melaksa- yang melatar belakangi adalah murni alam,
nakan tujuan negara maka dia dikualifikasikan sedangkan bencana non alam sebagaimana
sebagai pemerintah dalam arti luas. Sementara dalam angka berikutnya UU tersebut adalah
dalam arti sempit, pemerintah hanya berwujud bencana yang diakibatkan oleh faktor non
pada badan atau pejabat yang menjalankan alam. Kondisi sebagaimana dimaksud men-
tugas pemerintahan. 2 Sederhananya merujuk syaratkan adanya penetapan yang dikeluarkan
oleh pemerintah, dalam hal ini adalah status
1
keadaan darurat bencana. Poinnya setelah
Muchsan, (1981), Beberapa Catatan tentang ditetapkan status keadaan darurat bencana,
Hukum Administrasi Negara dan Peradilan
maka yang berikutnya lahir peran pemerintah
Admnistrasi di Indonesia, Yogyakarta: Liberty, hlm.
dalam hal mitigasi, tanggap darurat, rehabili-
9-10
2
Muchsan, (2007), Sistem Pengawasan Terhadap tasi, rekonstruksi, hingga pemulihan. Prinsip-
Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata nya pemerintah baik itu pusat maupun daerah
Usaha Negara di Indonesia, Yogyakarta: Liberty, terlihat sangat berperan dalam aktivitas ini,
hlm. 14

56
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

hal ini diwujudkan melalui instrumen-instru- mencegah konflik atau kondisi yang tidak ter-
men hukum serta perbuatan pemerintah. atur. Konkritnya ketika sedang terjadi keada-
Sejalan dengan kondisi pandemi covid – an bencana pandemi Covid-19 ini seluruh
19 di Indonesia, Pemerintah RI melalui Pre- masyarakat harus taat, dan berada dalam “satu
siden telah menetapkan status kedaruratan garis komando” dengan pemerintah melalui
kesehatan dalam Kepres 11 Tahun 2020, hukum.
sekaligus menyatakan dalam Kepres 12 Tahun Nilai kesadaran hukum sebagaimana
2020 bahwa bencana non alam yang diakibat- disebutkan Soerjono Soekanto, pada prinsip-
kan COVID-19 tersebut sebagai bencana nya dibangun melalui pendidikan baik formal
nasional. Segala aktivitas yang berkaitan maupun non formal. 5 Pendidikan formal yang
dengan misi penanggulangan bencana covid – dimaksud meliputi usia TK, SD, SMP, SMA,
19 tersebut didukung dengan prinsip penge- hingga Perguruan Tinggi, tingkat kesadaran
lolaan keuangan negara yang berpedoman hukum yang dibangun tentunya levelnya
pada UU, termasuk diantaranya berkenaan berbeda-beda. Dalam penyelenggaraan pendi-
dengan bagaimana upaya disiplin serta dikan tersebut, guru memegang perananan
menegakkan hukum yang berkait protokol yang sangat vital. Serta dalam pelaksanaanya,
kesehatan yaitu melalui pernyataan atau guru mengorganisir kegiatan pembelajaran
perintah Presiden. melalui suatu rencana pelaksanaan pem-
Beragam instrumen hukum serta aktivi- belajaran.
tas tersebut perlu ditunjang dengan kesadaran Pemerintah dalam rangka kondisi pande-
hukum masyarakat, yaitu sederhananya adalah mi Covid-19 melalui perbuatan-perbuatannya
kondisi yang benar-benar paham serta kritis yang didukung instrumen hukum pada akhir-
terhadap hukum. Dalam hal ini masyarakat nya harus didukung sepenuhnya oleh masya-
tentunya mesti mengetahui dengan cermat rakat, hal ini merupakan esensi dari kesadaran
untuk apa hukum dibuat termasuk yang hukum. Tidak semata-mata “menghamba”, na-
berwujud perbuatan pemerintah, sekaligus taat mun taat yang didasari kondisi sangat me-
terhadapnya. Bukan taat yang tanpa alasan, mahami tipikal serta alasan hukum tersebut
melainkan taat yang benar-benar dilator dibentuk. Dalam rangka membangun kesadaran
belakangi kesadaran tinggi. Paparan shahih demikian, pendidikan memegang peranan
mengenai kesadaran hukum memang belum penting. Dalam pendidikan peran tersebut
cukup ditemukan, tetapi sekedar sebagai dimaterialkan oleh guru, yang aktivitasnya
pedoman dapat digunakan pandangan Ewick dipandu oleh Rencana Pelaksanaan Pembela-
dan Silbey yang menyebut kesadaran terhadap jaran. Maka sejalan dengan kebutuhan-kebu-
hukum adalah berkenaan dengan cara pan- tuhan tersebut, masalah akan dirumuskan me-
dang seseorang terhadap serangkaian instru- lalui bentuk kalimat : (1) Apakah yang menja-
men-instrumen hukum. 3 Bukan tanpa alasan di pokok-pokok kesadaran hukum pada masa
masyarakat “dipaksa” untuk sadar hukum, na- pandemi Covid-19 ? (2) Apakah guru PPKn
mun memang sejalan dengan latar belakang SMP memiliki kewenangan menyusun Ren-
hukum yang lahir atau dalam bahasa Sudikno cana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
Mertokusumo sebagai “Raison d’etre” 4 guna substansi kesadaran hukum tersebut ?.

3
Achmad Ali, (2002), Keterpurukan Hukum di
5
Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 11-12 Soerjono Soekanto, (2012), Faktor-faktor yang
4
Sudikno Mertokusumo, (2003), Bunga Rampai Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Raja
Ilmu Hukum, Jogjakarta: Liberty, hlm. 131 Grafindo Persada, cet.11, hlm. 274

57
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

B. Metode Penelitian 1. Pokok-pokok Kesadaran Hukum yang


Berhubungan dengan Pandemi Covid –
Metode pendekatan peraturan perundang- 19
undangan sebagai basis aktivitas yaitu dengan Kondisi pandemi tahun 2020 benar-
merujuk pada instrumen-instrumen primer benar menyebabkan dampak yang sangat me-
berupa UUD NRI Tahun 1945, UU terkait ter- nyeluruh bagi kehidupan masyarakat, serta
masuk segala sesuatu yang secara formal bahkan bernegara di Indonesia. Kebersamaan
termasuk sebagai regells. Sebagai pendukung secara jasmani sebagai budaya masyarakat,
atau pelengkap, digunakanlah bahan lain yang secara drastis langsung berubah menjadi
secara keseluruhan mendukung bahan hukum berjarak. Dalam konteks kehidupan bernegara,
primer, keseluruhan bahan hukum dikelom- secara cepat pula Pemerintah menurut catatan
pokkan dan dikaji secara sistimatis serta Darmin Tuwu telah mengeluarkan kebijakan-
dibandingkan dengan dengan saling terkait kebijakan berikut : - Kebijakan tidak keluar
hingga kemudian dilakukan pengkajian norma. dari rumah; - Kebijakan yang berkaitan deng-
an membatasi berhubungan; - Kebijakan ber-
C. Hasil dan Pembahasan kenaan dengan jarak; - Kebijakan mengguna-
kan masker dan lain-lannya sebagai sarana
perlindungan; - Kebijakan selalu mencuci
Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia
tangan dan sarana kebersihan; - Kebijakan
sebagaimana telah ditetapkan oleh Presiden
mengubah pola kerja dan pendidikan; -
RI telah berdampak bagi seluruh umat
Kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas
manusia, baik masyarakat luas maupun organ-
kerumunan; - Kebijakan pembatasan sosial
organ atau alat kelengkapan negara yang
berskala besar; - Kebijakan normal baru. 6
dikualifikasikan sebagai pemerintah. Siapa-
Memahami makna kata “kebijakan”
pun juga orangnya dapat terdampak, baik be-
sebagaimana catatan Tuwu tersebut, dapat
rupa kesehatan, ekonomi, psikis, dan lainnya.
berpedoman pada pandangannya I Gde Pantja
Maka dalam hal ini ide gotong royong yang
Astawa yang memposisikan kebijakan
digaungkan pemerintah tepat didukung, dalam
tersebut sebagai salah satu peraturan negara.
arti seluruh elemen manusia Indonesia harus
Lebih lanjut dinyatakan bahwa peraturan
bergandengan tangan memerangi bencana
negara (staatsregelings) dapat dibagi dalam
nasional ini. Penggeraknya adalah pemerintah,
tiga kelompok, yaitu: - Peraturan perundang-
hal ini karena memang perannya sebagai
undangan (wettelijk regeling); - Peraturan ke-
“chief”. Berjalannya ide gotong royong ter-
bijakan (beleidregels); - Penetapan (Beschi-
sebut dibalut oleh instrumen hukum, yang
king).7 Spesifik mengenai kebijakan adakala-
pada akhirnya mesti dipahami dan ditaati oleh
nya dinyatakan dalam bahasa yang sederhana
segenap lapisan masyarakat termasuk bahkan
adalah bersumber, sehingga pemerintah yang
anak usia sekolah. Kesadaran hukum perlu
berwujud jabatan-jabatan publik atau badan
dibangun, dalam kaitan tersebut guru PPKn
tata usaha negara dalam memainkan kebijakan
SMP sebagai salah seorang pelaku yang
sangat berperan dalam dunia pendidikan
formal merupakan kekuatan strategis untuk 6
Darmin Tuwu (May – July 2020), Kebijakan
menyemai kesadaran hukum. Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid – 19,
Journal Publicuho, Vol. 3, Number 2, hlm. 273
7
I Gde Pantja Astawa. (2008), Dinamika Hukum
dan Ilmu Perundang-undangan di Indonesia,
Bandung: Alumni, hlm. 37

58
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

terdapat sumber yang jelas dan tegas. Ada- individual dan konkrit. 9 Meskipun ketiganya
kalanya juga pemerintah dimaksud dalam berbeda, namun sama-sama sebagai peraturan
aktivitas jabatannya membuat suatu kebijakan negara yang oleh karenanya merupakan
secara bebas, yaitu berdasarkan kewenangan hukum. Hal ini senada dengan pandangan
kebebasan bertindak (freies ermessen). Bicara Sudikno Mertokusumo tentang hukum, yaitu
mengenai wujudnya, kebijakan-kebijakan ini keseluruhan peraturan tingkah laku bagi setiap
adakalanya mengikuti kaidah penulisan orang yang diadakan oleh badan-badan resmi
sebagaimana peraturan perundang-undangan atau pemerintah.10
namun adakalanya berlainan dengan kaidah Sementara Peraturan perundang-
dalam penulisan naskah peraturan perundang- undangan sebagai salah satu peraturan negara,
undangan. Maka adakalanya masyarakat dapat wujudnya secara tegas dapat digaris dalam
dengan mudah membedakan yang mana ketentuan UU Pembentukan Peraturan Per-
kebijakan dan yang mana peraturan perun- undangan terdiri dari enam jenis peraturan
dang-undangan, namun adakalanya yang lain perundangan. Dimana kesemuanya itu senan-
adalah sangat susah untuk membedakan tiasa berpedoman pada Pancasila sebagai
antara kebijakan dengan peraturan perundang- dasar negara, maknanya yang dimaksud deng-
undangan dikarenakan bentuknya sama persis. an peraturan perundang-undangan jenisnya
Berbicara mengenai bentuk ini, sebagaimana telah jelas dan tegas. Diluar yang ditentukan
A. Hamid S Attamimi, menyebut adakalanya dalam UU Pembentukan Perundangan, maka
tertulis: - Terdapat bagian pembukaan yang jelas bukan sebagai sebuah peraturan per-
lengkap dengan konsiderans; - Terdapat bagi- undang-undangan. Prinsipnya peraturan per-
an-bagian batang tubuh, dimana didalamnya undang-undangan tersebut selalu mengikat
terdapat Pasal per Pasal; - Terdapat bagian publik, dan karenanya publik secara fiksi
penutup. Sangat persis, segala sesuatunya dianggap selalu tahu akan suatu peraturan
sama dengan peratuiran perundang-undangan. perundang-undangan. Peraturan perundang-
Sementara wujud kebijakan yang teknis undangan ini di Indonesia merupakan salah
penyusunannya berbeda dari peraturan satu sumber hukum, saling sinergi dengan
perundang-undangan, yang dimaksud adalah sumber-sumber hukum yang lain. Diluar
lebih ringkas. Konkritnya berwujud nota dinas, peraturan perundangan, yang dinyatakan
surat edaran, petunjuk pelaksanaan, petunjuk sebagai sumber hukum adalah putusan hakim.
teknis, pengumuman serta lainnya. 8 Prinsip- Berbeda dimensinya dengan peraturan perun-
nya, bentuk-bentuk tersebut adakalanya sama dangan, dalm arti peraturan perundangan
secara formal tetapi yang dimaksud dengan tersebut memiliki daya jangkau publik. Dapat
kebijakan tersebut memiliki dimensi yang menyasar kepada setiap subyek, berkebalikan
berbeda dengan peraturan perundang-undang- dengan putusan yang hanya tertuju pada
an. Lebih berbeda lagi dengan penetapan atau subyek tertentu yaitu yang namanya disebut-
dalam istilah lain disebut sebagai keputusan kan dalam suatu putusan. Konkritnya bicara
atau ketetapan, dimana menurut Philipus M. siapa yang harus taat, jika hukum berwujud
Hadjon terletak pada karakteristik yang
9
Philipus M. Hadjon, dkk. (2019), Pengantar
Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta: UGM
Press, hlm. 151
8 10
A. Hamid S Attamimi. (1985), Materi Muatan Sudikno Mertokusumo. (1999), Mengenal
Peraturan Perundang-undangan, Jurnal Hukum & Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty,
Pembangunan, Vol. 15, hlm. 57-58 hlm. 5

59
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

peraturan perundangan maka seluruhnya Dalam kaitannya dengan penanggu-


harus taat sedangkan jika wujudnya berupa langan bencana berwujud pandemi Covid-19,
putusan maka hanya subyek tertentu yang ketentuan Pasal 5 UU RI No. 24 Tahun 2007
harus taat. Meskipun demikian terdapat putus- telah tegas menyebut penanggulangannya
an yang memiliki sifat erga omnes, yaitu menjadi beban negara. Dalam hal ini pusat
dihasilkan oleh lembaga peradilan bidang tata dan daerah secara bersinergi memiliki kewe-
usaha negara serta mahkamah konstitusi. nangan masing-masing untuk menanggulangi
Bahwa putusan yang dihasilkan oleh dua keadaan bencana, hal ini sehingga terlihat
lembaga ini memiliki daya ikat publik, hal ini peranannya masing-masing. dimana peranan
layaknya sebuah peraturan perundangan. pusat meliputi: - mengurangi risiko dan mela-
Diluar iu juga masih terdapat sumber hukum kukan pembangunan-pembangunan; - membe-
lainnya, prinsipnya segala yang dimaksud rikan perlindungan; - mewujudkan hak serta
adalah dikualifikasikan sebagai hukum dan kebutuhan secara adil; - memulihkan akibat
beberapa diantaranya mesti ditaati oleh semua bencana; - menetapkan anggaran-anggaran; -
subyek. mendistribusikan anggaran dimaksud; - me-
Perihal alasan ditaatinya hukum oleh melihara barang-barang; - menetapkan kebi-
subyek ini harus dicermati ikhwal yang men- jakan menanggulangi keadaan; - menyusun
jadi latar belakang hukum ada, yaitu men- rencana-rencana yang terkait; - menetapkan
cegah adanya benturan kepentingan dalam arti status; - menggalang kerjasama termasuk
lain adalah mengkonstruksikan ketertiban dengan badan internasional; - Merumuskan
dalam suatu masyarakat. Hal ini logis, karena teknologi tepat; - merumuskan sumber daya;
dalam struktur bagaimanapun juga masya- dan - mengendalikan sumbangan-sumbangan.
rakat memiliki potensi konflik yang tentu Sementara itu peranan daerah dalam aktivitas
akan berpengaruh dalam kehidupannya. yang berorientasi pada kegiatan penanggu-
Konflik tersebut harus dicegah atau ketika langan bencana, meliputi: - menjamin masya-
terjadi, maka harus ada perangkat atau sarana rakat dan pengungsi di daerah; - melindungi
untuk menyelesaikannya. Perangkat yang dari segala dampak; - mengurangi resiko,
dimaksud adalah norma, dimana keberada- dalam hal ini adalah sinergi dengan pusat; -
annya di masyarakat berjalan saling beriring- mengalokasikan dana, penganggaran dalam
an norma-norma. Berkenaan dengan norma hal ini adalah masuk dalam anggaran daerah; -
yang hidup di masyarakat, salah satunya menetapkan kebijakan-kebijakan penanggu-
adalah hukum. Maka keberadaan hukum langan yang selaras dengan iklim daerah; -
sesungguhnya memiliki pengertian atau alas- membuat rencana pembangunan-pem-
an yang sama dengan norma-norma lain, yaitu bangunan; - melaksanakan kerjasama dengan
hendak mengkonstruksikan agar masyarakat daerah-daerah lainnya; - mengatur yang
atau secara umum seluruh subyek tertib. Salah berkaitan dengan teknologi; - merumuskan
satunya berwujud peraturan perundangan, hal kebijakan penanggulangan; dan - menertibkan
ini tentu adanya peraturan perundangan penyaluran bantuan dan sejenisnya di daerah.
bertujuan menciptakan ketertiban. Makna Sehingga segala kebijakan terikat yang
sederhana dari ketertiban tidak berarti berkenaan dengan penanganan dampak
seragam, atau harus diam. Melainkan wujud Covid-19 baik pada kedudukan pusat maupun
ketertiban adalah berperilaku sesuai dengan kedudukan di daerah tersebut sesungguhnya
hukum, tidak semata-mata karena takut ialah merujuk pada peraturan perundangan,
melainkan karena paham pentingnya serta konkritnya mengenal latar belakang hingga
tepat atau tidaknya keberadaan suatu hukum. menentukan pengujian terhadapan kebijakan

60
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

yang dilakukan oleh pemerintah maka dapat tidak dalam kapasitas mengerti bahkan meng-
digunakan peraturan perundangan sebagai hafalkan setiap peraturan perundangan ter-
dasarnya. masuk sumber-sumber hukum lainnya, nemun
Penekanan berkaitan dengan keberadaan lebih dari itu adalah memahami esensi setiap
peraturan perundangan tersebut, bahwa pera- peraturan-peraturan hukum dibentuk. Sehing-
turan perundangan juga menjadi pijakan bagi ga alasan ditaatinya bukan karena takut
pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan. terhadap sanksi, namun dikarenakan benar-
Dari sini maka segala sesuatu yang berkenaan benar sadar jika aturan hukum tersebut
dengan kebijakan pemerintah pada masa penting untuk mengubah keadaan.
pandemi ini tidak semata-mata bebas yang
sebebasnya, melainkan manakala sumbernya 2. Kebutuhan RPP PPKn Tingkat SMP
adalah kewenangan yang digaris dalam Tentang Kesadaran Hukum
peraturan perundangan maka sumbernya jelas. Keberadaan RPP dalam sebuah mata
Sementara ketika pemerintah sedang men- pelajaran sebagaimana disampaikan oleh
jalankan aksi yang berkaitan dengan aspek Suyono adalah berkenaan dengan bagaimana
kemanfaatan, maka tolok ukurnya adalah mengelola kelas atau suatu aktivitas pem-
patut atau tidak kebijakan tersebut dilakukan belajaran agar benar-benar sejalan dengan
Berjalannya aktivitas termasuk pada silabus, hal ini menjadi komponen yang wajib
akhirnya juga hukum pada masa pandemi ada atau wajib dipenuhi oleh guru. Lebih
Covid-19 tersebut sangat bergantung pada lanjut diuraikan bahwa rencana tersebut
kesadaran hukum masyarakat, yaitu menurut dikembangkan dari kurikulum, yang kebera-
Krabe sebagaimana dikutip Achmad Ali dan daannya dapat diketahui atau dapat dikenali
Wiwie Heryani adalah keadaan jiwa dalam silabus. Pada umumnya silabus ini
menyangkut nilai dalam dirinya mengenai dibuat secara nasional, atau paling tidak
hukum yang berlaku atau yang diidealkan terdapat dimensi yang tidak hanya digunakan
ada.11 Senada dengan pandangan tersebut, S. di sebuah sekolah. Agar silabus tersebut
Soekanto dalam pandangannya mengenai tersampaikan dengan baik, maka peran guru
keadaan tersebut juga menitik beratkan pada adalah menyusun rencana pembelajaran
persoalan nilai, lebih tegasnya berkenaan terlebih dahulu. 13 Lebih lanjut, E Kosasih
dengan nilai adalah merujuk pada fungsi menyatakan bahwa unsur-unsur rencana
aturan. Hal ini dengan kata lain tidak dalam dimaksud berisi: - penamaan; - kompetensi-
rangka menilai keadaan, namun pada fungsi. 12 kompetensi; - detail atau spesifik lanjutan
Dimensi nilai menjadi persoalan yang utama mengenai kompetensi; - alasan-alasan; -
dalam kesadaran hukum, sehingga seseorang ukuran atau parameter; - bahan-bahan; -
yang telah sadar hukum adalah mengenal penggunaan waktu; - teknik-teknik; -
dengan sungguh-sungguh nilai berkenaan perangkat; - aktivitas.14 Komponen-komponen
dengan hukum dimaksud. Hal ini sehingga tersebut sedikit mengalami perubahan dalam
dikatakan bahwa seseorang yang sadar hukum Permendikbud RI, diantaranya menjadi : -
nama sekolah; - identitas-identitas; -
11
Achmad Ali dan Wiwie Heryani. (2012),
13
Menjelajahi kajian Empiris Terhadap Hukum, Suyono. (2015), Implementasi Belajar Dan
Jakarta: Kencana, hlm. 141 Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
12
Soerjono Soekanto. (2002), Kesadaran Hukum hlm. 256
14
dan Kepatuhan Hukum, Jakarta: Raja Grafindo E Kosasih. (2014), Strategi dan Pembelajaran,
Persada, hlm. 215 Bandung: Yrama Widya, hlm. 145

61
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

penyelenggaraan; - penyusunan tema; - memang harus dirumuskan atau digaris secara


waktu; - segala sesuatu yang menggambarkan nasional. Dalam pelaksanaannya di setiap
capaian atau hasil, artinya dapat diadakan sekolah, guru yang memainkan peranan ini.
penilaian dengan jelas. Pada pokoknya, Artinya bagaimana seorang guru dengan
instrumen-instrumen RPP yang digaris dalam segala daya dan upayanya dituntut mampu
Permendikbud ini sangat detail dan banyak. mencetak peserta didik dengan standar
Hingga kemudian mengalami revisi kembali kompetensi sesuai dengan yang digaris secara
sebagaimana dimuat dalam SE Menteri nasional, tingkat kemampuan peserta didik
Dikbud RI, yaitu : - Sasaran; - Aktivitas; - dan segala sesuatunya harus benar-benar
Monitoring. Kaidah-kaidah lain penyusunan dipertimbangkan oleh guru. Prinsipnya,
RPP sebagaimana dalam Permendikbud ada- rencana pembelajaran ini merupakan wujud
lah disusun oleh guru dengan sistematis, yang idealisme guru. Dalam arti bahwa guru
menggambarkan bagaimana sebuah pembela- diberikan keleluasaan untuk mengelola kelas
jaran dilakukan. Dalam hal ini fasenya sesuai dengan kondisi murud-muridnya, bisa
dimulai dari sebelum, pada saat pembelajaran jadi satu sama lainnya setiap sekolah berbeda
berlangsung, serta wujud penilaian sebagai dalam hal rencana pembelajaran. Meskipun
akhir dari aktivitas. Makna penyusunan sama-sama mata pelajaran PPKn, bahkan
dilakukan secara sistematis adalah meng- meskipun dalam satu daerah. Belum tentu
gambarkan secara detail, sehingga setiap karakteristik siswa atau peserta didik sama,
kompetensi sebagaimana diamanatkan dalam hal ini adalah bergantung dari pemetaan yang
silabus dapat tercapai. Perihal dicapai melalui dilakukan oleh guru. Bahwa makna rencana
apa hingga bagaimana ukuran tercapainya, tidak hanya meliputi aktivitas pra pem-
yang demikian mesti terurai secara jelas dan belajaran dilakukan, namun makna rencana
detail. Bagi guru, rencana ini adalah peduman tersebut meliputi kegiatan-kegiatan sebelum
yang sekaligus menggambarkan sisi fleksi- pembelajaran bahkan hingga selesainya pem-
bilitasnya dalam rangka mencapai kompetensi belajaran dalam bentuk monitoring atau
yang digaris dalam silabus. rencana dapat penilaian. Dalam hal penilaian bukan berarti
berbeda dan sekaligus berubah-ubah, ber- guru menilai rencananya tepat atau tidak,
gantung pada kondisi kelas yaitu menggam- melainkan guru mengevaluasi murid-murid
barkan tingkat kematangan psikis siswa dan apakah telah memenuhi standar kompetensi
lainnya. Bisa jadi juga antar sekolah tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan. Oleh
sama, namun secara prinsip segala sesuatu karena wujud idealisme guru, maka penyu-
yang dirancang dan nantinya dilaksanakan sunan rencana pembelajaran ini juga ber-
dalam aktivitas pembelajaran ini adalah langsung sangat fleksibel. Tidak susah untuk
benar-benar menunjang bagamaina tercapai- dilakukan perubahan-perubahan, namun bu-
nya kompetensi dalam silabus yang penyu- kan berarti menggeser capaian pembelajaran.
sunannya dilakukan secara kolektif atau rencana pembelajaran tersebut adalah
bahkan secara nasional. Hal ini memang telah pedoman yang berbasis pada kondisi, ketika
sepatutnya demikian, karena pendidikan kondisi berubah maka guru juga dapat mela-
menengah tersebut mensyaratkan kompetensi- kukan perubahan. Singkatnya guru berwenang
kompetensi peserta didik yang terukur secara menyusun segala suatu dalam rencana
nasional. Pembelajaran PPKn termasuk pembelajarn sesuai dengan kondisi siswa,
merupakan mata pelajaran yang linear dengan termasuk ketika dalam perjalanannya
kebutuhan nasional, oleh karenanya segala mengalami perubahan kondisi maka guru juga
sesuatu yang berkaitan dengan kompetensi

62
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

berwenang untuk melakukan perubahan ter- kondisi yang diidealkan. Dalam level sikap,
hadap rencana. maka setiap norma ini memiliki akibat jika
Berkenaan dengan penyusunan rencana tidak ditaati. Sehingga terjamin bahwa
dalam mata pelajaran PPKn tingkat SMP, masyarakat akan berperilaku dengan mengi-
mendasarkan pada Permendikbud tersebut kuti atau berdasar pada norma-norma yang
maka yang perlu ditelusuri adalah KD. hidup, tidak terkecuali adalah norma hukum.
Berturut-turut KD kelas VIII - IX yang Lebih spesifik lagi kompetensi pembahasan
memiliki relasi dengan kesadaran hukum mengenai norma, mudahnya berisi rencana
khususnya terkait dengan pandemi Covid – 19 mengenai perbandingan antara norma hukum
adalah: - nilai yang dibangun dalam dengan norma agama kemudian kesusilaan
merumuskan Pancasila; - berperilaku sesuai dan kesopanan. Dari pola perbandingan ini
dengan norma dalam masyarakat; - tergambar bahwa, disatu sisi norma hukum
pembahasan mengenai norma; - pembahasan bisa timbul dengan substansi yang sama
mengenai kedudukan dasar negara; - dengan norma lainnya namun adakalanya juga
pembahasan mengenai peran lembaga negara; norma hukum tampil beda. Ukuran per-
- legal order; - pembahasan mengenai hukum; bedaannya adalah terletak pada sanksi, yaitu
- pembahasan mengenai kedudukan hukum sebagai sarana agar siapapun juga subyek
dalam masyarakat. Melihat KD yang akan taat terhadap apa yang digaris oleh
demikian, maka terlihat kebutuhan berkenaan hukum. Dalam konteks ini yang tidak kalah
dengan kesadaran hukum masa pandemi penting juga secara kritis mesti ditampilkan
dituangkan dalam RPP mata pelajaran PPKn mengenai alasan norma tersebut ada, sehingga
tingkat SMP sederajat. Dalam kompetensi perilaku taat terhadap norma tidak semata-
mengenai nilai yang dibangun dalam meru- mata takut akan sanksi atau akibat-akibat
muskan Pancasila, dapat direncanakan materi yang lain. Namun secara sadar benar-benar
menyangkut bagaimana masyarakat Indonesia dikarenakan memahami bahwa taat adalah
sebelum adanya Pancasila adalah masyarakat suatu kebutuhan, adanya norma tersebut ada-
yang tertib. Menghargai satu sama lain, lah mendorong kondisi yang ideal. Siapapun
hingga berkeadilan sosial. Nilai tersebut yang juga yang ingin ideal dalam hidup dan ke-
diangkat dalam Pancasila, dan sesungguhnya hidupannya, akan taat terhadap setiap norma
esensi hukum adalah mengorganisasikan yang berlaku di masyarakat. Sedangkan pem-
ketertiban ini. Bagaimana satu sama lain tidak bahasan mengenai kedudukan dasar negara,
saling menyakiti, hingga bagaimana keadilan maka dapat dirancang mengenai konsekwensi
sosial terwujud. Dengan adanya gambaran kedudukan Pancasila dalam tertib hukum
kondisi masyarakat Indonesia, maka akan nasional. Dimana Pacasila tersebut sebagai
menumbuhkan semangat kebangsaan yang sumber dari segala pembentukan hukum yang
tinggi dan tentunya tertib dan adil pada berlaku di Indonesia, seluruhnya adalah ber-
prinsipnya. Sementara dalam kompetensi peri- sesuaian dan tidak diperkenankan bertentang-
hal berperilaku sesuai dengan norma dalam an dengan Pancasila. Sementara pembahasan
masyarakat, rencana yang dapat digagas mengenai peran lembaga negara, sesungguh-
adalah seputar materi norma-norma yang nya berkait dengan kewenangan-kewenangan
dikenal dan diakui dalam masyarakat. Dimana baik yang tampil dalam konstitusi maupu
hukum sebagai salah satu norma, yang wujud lainnya. Kemudian legal order me-
kedudukannya beriringan dengan norma- nyangkut beragam peraturan perundangan,
norma yang lain. Saling melengkapi, sehingga maka dapat direncanakan bentuk-bentuknya
pada akhirnya akan tercipta ketertiban sebagai yang berkaitan dengan kondisi pandemi dan

63
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

sekaligus secara kritis direfleksikan perihal guru sebagai pendidik yang memahami karak-
alasan untuk taat terhadapnya. Hal ini pada ter serta kondisi siswanya, tentu dituntut
akhirnya selaras dengan tema besar pembe- mampu berkreasi dalam penyusunan rencana
lajaran PPKn, yaitu membentuk karakter- menyangkut pembelajaran. Dalam arti benar-
karakter terutama menjadi warga negara yang benar aplikatif sesuai dengan karakter hukum,
baik. Bahwa siswa SMP sejatinya merupakan terutama dalam kondisi pandemi yang serba
bagian dari warga negara, oleh karenanya cepat terjadinya perubahan. Berkenaan deng-
diperlukan nilai kesadaran akan nilai-nilai an kebijakan, secara faktual yang dijadikan
yang mencerminkan sikap terhadap hukum. pedoman dalam perilaku masa pandemi
Dalam hal hukum merupakan bagian penting adalah Instruksi Presiden. Maka fungsi guru
dalam kehidupan masyarakat yang dalam yang dijabarkan dalam rencana pembelajar-
perkembangannya sesuai dengan kondisi akan annya menyebut mengenai sumber kewenang-
mengalami perubahan-perubahan, maka pe- an penyusunannya, kemudian sasaran dalam
nyusunan materi dalam rencana pembelajaran instruksi tersebut. Dalam arti hal ini adalah
dalam rangka tercapai kompetensinya dapat berkait dengan prinsip konkuren antara pusat
dilakukan perubahan demi menyesuaiakn dengan daerah, bahwa pelaksanaan instruksi
ketentuan hukum yang dinamis. tersebut pada akhirnya sangat bergantung
Sebuah rencana pembelajaran dalam pada setiap daerah-daerah karena memang
perkembangannya yang berlaku sekarang telah terjadi penyerahan atau pembagian
berbentuk sangat sederhana, sehingga guru kewenangan urusan kesehatan. Namun demi-
tidak terjebak dalam persoalan administrasi kian dalam bingkai negara kesatuan, penye-
saja. Melainkan lebih dari itu guru PPKn rahan atau pembagian kewenangan ini tidak
sekolah menengah akan mampu lebih detail lantas melepas setiap daerah berkompetisi
menangkap kebutuhan-kebutuhan atau kondisi untukmelaksanakan instruksi. Namun peran
peserta didiknya dan kemudian merancang pusat juga tetap tergambar, baik dalam bentuk
design pembelajaran yang menarik. Meteri monitoring serta segala sesuatu yang bersifat
hukum sejatinya juga parktis dan aplikatif, harmonisasi antar daerah. Hal ini sehingga
artinya dapat langsung diterapkan dalam siswa akan paham, perihal alasan lahirnya
kehidupan sehari-hari. Berkenaan dengan instruksi tersebut yang mendasarkan pada
kondisi pandemi yang sedang berlangsung peraturan perundang-undangan hingga bagai-
sekarang, hukum sangat terlihat memainkan mana pelaksanaan dari instruksi tersebut.
peranannya. Yaitu mengkonstruk masyarakat Dalam instruksi tidak dijabarkan perihal
agar berlaku sesuai dengan kebutuhan ideal, sanksi, hal ini sekaligus menjawab bahwa
bukan berarti menutup diri akan kritik unsur yang esensial dari hukum bukanlah
melainkan menelusuri sejauh mana kebutuhan sanksi semata. Siswa mesti sadar mengenai
ideal tersebut benar-benar memang sudah ter- kegunaan hukum, tidak semata-mata takut
uji. Bahwa hukum sebagai sebuah rangkaian akan sanksinya. Banyak hal yang dapat
peraturan-peraturan, pada hakekatnya meru- dibangun oleh guru melalui rencana pem-
pakan suatu nilai yang ideal. Prinsip yang belajarannya, termasuk dalam rangka mem-
digaris dalam rencana pembelajaran adalah bangun karakter siswa yang sejalan dengan
menjadikan nilai-nilai tersebut tersemai dalam kebutuhan negara khususnya pada masa
diri setiap siswa, sehingga kompetensi mema- bencana ini kreasi-kresi guru dalam rencana
hami norma dan lainnya yang berkenaan pembelajarannya akan sangat berperan. Jika
dengan hukum pada mata pelajaran PPKn di itu benar-benar dilaksanakan dengan baik,
SMP akan dapat tercapai dengan baik. Bahwa maka sesungguhnya pembelajaran PPKn

64
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

khususnya tingkat SMP tidak hanya dengan sanksi, lebih dari itu ukuran sadar adalah
menghafal saja. Namun dapat menanamkan mencerminkan nilai yang ada dalam dirinya
karakter sesuai dengan nilai-nilai yang ideal, perihal suatu aturan. Dalam arti memahami
siswa tidak hanya tahu tetapi sekaligus dengan benar mengenai berguna atau tidak,
memahami dan berprilaku yang sesuai dengan tepat atau tidaknya suatu aturan. Demikian juga
nilai. Kebutuhan praktisnya memang masa berkaitan dengan kebijakan, bahwa kebijakan
bencana, tetapi dalam perkembangannya nanti juga merupakan hukum dan salah satu
sesuai dengan kondisi atau yang dibutuhkan sumbernya yaitu kewenangan berlandaskan
oleh negara maka guru memiliki kewenangan peraturan adalah hukum. Sehingga akan dapat
untuk melakukan perubahan-perubahan atas bersikap dengan tepat perihal mengapa
rencana dalam pembelajaran. Siswa dalam hal kebijakan-kebijakan tersebut dilakukan, sesuai
ini akan benar-benar menjadi bagian dari atau tidak dengan peranannya baik sebagai
warga negara yang mengetahui, sekaligus pusat maupun daerah. Bila ini sudah dimiliki,
peduli terhadap kebutuhan bangsa dan negara. maka dalam diri setiap siswa tidak semata
Guru adalah aktor yang berperan untuk itu, berpandangan hukum itu kejam karena di
karena pengelolaan pembelajaran dan segala dalamnya terdapat sanksi. Namun dibalik itu
sesuatu dalam rangka tercapainya komptensi secara kritis mampu merefleksikan bahwa
sesuai silabus adalah kewenangan yang hukum tersebut berguna dan karenanya patut
dimiliki oleh guru. Maka tentu bagi guru ter- untuk ditaati secara sukarela. Bukan tanpa
lebih dahulu juga senantiasa harus mampu alasan hal itu dilakukan, mengingat siswa SMP
menangkap permasalahan-permasalahan sebagai bagian dari warga negara adalah
bangsa dan negara, hingga termasuk per- sebagai subyek yang terkait dengan pranata-
kembangan hukum yang sangat dinamis. pranata yang memiliki unsur yuridis. Diluar itu
Tidak hanya secara tekstual dalam menga- keberadaaan siswa SMP dalam komunitas atau
jarkan, namun lebih dari itu adalah konteks- lingkungannya di masyarakat, akan dapat
tual. Dalam arti mampu memahami dan menyampaikan pandangan kritis perihal hukum
bersikap yang sesuai dengan peranan terhadap ini kepada sesamanya. Sehingga berkenaan
tanah airnya, hal ini merupakan esensi dari dengan fungsi kontrol, dimana pemerintah
pembelajaran PPKn. sebagai aktor yang memimpin pengendalian
Sejalan dengan kesadaran terhadap wabah bencana ini dapat sinergi atau didukung
hukum pada kondisi bencana ini, pada akhirnya dengan baik oleh setiap lapisan masyarakat.
siswa tingkat SMP melalui pembelajaran PPKn Ketika rencana dalam pembelajara tersebut
akan dapat merefleksikan dengan presisi terwujud, kompetensi sebagaimana dalam
perihal macam aturan yang terkualifikasi silabus akan dapat tercapai dengan wawasan
sebagai hukum. Siswa SMP sejalan dengan ilmu pengetahuan yang lebih kaya. Tidak
kompetensi, tentu tidak sekedar paham cara semata-mata dengan menghafal ketentuan pasal
menggunakan masker yang benar sebagaimana per pasal dari suatu peraturan perundangan,
disebutkan dalam media-media. namun lebih namun memahami makna dibalik dibentuknya
dari itu, bahwa dengan materi yang berkenaan sebuah peraturan perundangan termasuk juga
kesadaran terhadap hukum maka akan mampu hukum pada umumnya. Ketika ini terwujud,
secara kritis baik memahami, terampil, hingga maka jargon perang melawan covid tidak
bersikap atas segala sesuatu kebijakan yang hanya retorika namun berwujud praksis. Dalam
dilakukan oleh pemerintah sebagai representasi bentuk pola pikir, serta perilaku sehari-hari.
dari negara. Siswa juga tidak sekedar diwaca- Dimulai dari siswa SMP, berlanjut menyasar
nakan bahwa tidak bermasker akan dikenakan

65
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

masyarakat pada umumnya. Tidak hanya taat, Gde I. Pantja Astawa, 2008, Dinamika Hukum
tetapi memahami alasan mengapa harus ditaati. dan Ilmu Perundang-undangan di
Indonesia, Alumni, Bandung
D. Simpulan
Muchsan, 1981, Beberapa Catatan tentang
Simpulan yang diperoleh berdasarkan Hukum Administrasi Negara dan
hasil pembahasan adalah kesadaran hukum Peradilan Admnistrasi di Indonesia,
pada masa pandemi Covid-19 pada pokoknya Liberty, Yogyakarta
berkenaan dengan nilai dalam diri masyarakat
atas setiap kebijakan terikat baik tingkat pusat _______, 2007, Sistem Pengawasan Terhadap
maupun tingkat daerah bersesuaian dengan Perbuatan Aparat Pemerintah dan
peraturan perundangan, konkritnya masyara- Peradilan Tata Usaha Negara di
kat tidak semata-mata taat namun benar-benar Indonesia, Liberty, Yogyakarta
memahami maksud dan tujuan dari hukum. Di
samping itu, sejalan dengan kewenangan guru Hadjon. Philipus M., dkk., 2019, Pengantar
PPKn SMP maka dapat disusun Rencana Hukum Administrasi Indonesia, UGM
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Press, Yogyakarta
substansi kesadaran hukum. Sehingga siswa
SMP sebagai bagian dari warga negara akan Soekanto. Soerjono, (2012), Faktor-faktor
tumbuh menjadi tunas atau potensi yang yang Mempengaruhi Penegakan
benar-benar sejalan dengan kebutuhan masya- Hukum, Raja Grafindo Persada, cet.11,
rakat, bangsa, dan negara. Jakarta
Saran yang terkait dengan penelitian,
bahwa RPP merupakan perangkat yang sangat ________________, 2002, Kesadaran Hukum
penting dalam pembelajaran PPKn SMP dalam dan Kepatuhan Hukum, Raja Grafindo
rangka mencetak lulusan yang bermanfaat Persada, Jakarta
khususnya pada masa pandemi Covid-19 ini.
Agar peran tersebut dapat terwujud secara Sudikno Mertokusumo, 2003, Bunga Rampai
merata pada setiap sekolah, maka dibutuhkan Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta
semacam membangun kesamaan persepsi bagi
setiap guru PPKn SMP dalam menyusun RPP. _________________, 1999, Mengenal Hukum
(Suatu Pengantar), Liberty,
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta

Suyon, 2015, Implementasi Belajar Dan


Buku
Pembelajaran, PT. Remaja
Ali. Achmad dan Wiwie Heryani, 2012,
Rosdakarya, Bandung
Menjelajahi kajian Empiris Terhadap
Hukum, Kencana, Jakarta
Artikel Jurnal
Darmin Tuwu, Kebijakan Pemerintah dalam
Ali. Achmad, 2002, Keterpurukan Hukum di
Penanganan Pandemi Covid-19,
Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta
Journal Publicuho, Vol. 3, Number 2,
May – July 2020
Kosasih. E., 2014, Strategi dan Pembelajaran,
Yrama Widya, Bandung

66
“Supremasi Hukum” Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 Rahmanu Wijaya, Warsono, Nanik Setyowati, dan Maya Mustika Kartika Sari

A. Hamid S Attamimi, Materi Muatan


Peraturan Perundang-undangan,
Jurnal Hukum & Pembangunan, Vol.
15, 1985

Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2684)

67

Anda mungkin juga menyukai