Anda di halaman 1dari 6

“ DISKUSI KELOMPOK 6 TENTANG ETIKA BERIKLAN”

Mendiskusikan iklan Grab bike yang menjadi kontrovesial oleh pihak KPI

ANGGOTA KELOMPOK 6 :
• Indah Rusalia Basory 19110209
• Munna Syifa Azzahra 19110094
• Aisya Qonita Taqia 19110113
• Khairunnisa Ramadhina 19110277
• Muhammad Rizky Wahyudi 19110155
• Kuswari mutmainah 19110154
Kelas : Reguler pagi B, Semester 6, Banjarmasin.

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-


BANJARI FAKULTASI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2022
PENDAHULUAN

Sebelum masuk kedalam observasi, kita harus tau bagaimana beretika dalam 
periklanan. 
Etika Dalam iklan dikenal prinsip Swakramawi (self-regulation) atau pengaturan diri
sendiri, adalah suatu prinsip atau paham yang dianut oleh masyarakat periklanan
diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Beberapa prinsip swakramawi yang diserap
oleh kebanyakan kode etik periklanan di berbagai negara yang dalam tatakrama
periklanan disebut azas umum 
tatakrama periklanan Indonesia adalah iklan, dan pelaku periklanan harus
(a) Jujur, benar, dan bertanggungjawab; 
(b) Bersaing secara sehat; 
(c) Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan 
agama,budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan 
dengan hukum yang berlaku (Dewan Periklanan Indonesia, 2007: 
18).
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka iklan yang dibuat oleh pengiklan
harus memperhatikan prinsip swakramawi atau tatakrama periklanan. Keraf (1998:
207-208) juga menambahkan bahwa prinsip yang perlu diperhatikan dalam iklan

Berdasarkan pendapat di atas, maka iklan pada dasarnya harus dibuat berdasarkan


etika seperti tidak menyampaikan informasi palsu (jujur, benar dan bertanggung
jawab), menyampaikan informasi secara lengkap dan tidak memaksa (bersaing secara
sehat), dan tidak boleh bertentangan dengan moralitas atau agama, budaya, golongan,
negara dan hukum yang berlaku.

2
PEMBAHASAN

TATA KRAMA DALAM BERIKLAN 


terdapat beberapa pelanggaran iklan Grab bike dalam Tatakrama 

1. Rasa Takut dan Takhayul


Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun
memanfaatkan kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif. 

1. Kekerasan
Iklan tidak boleh – langsung maupun tidak langsung – menampilkan adegan 
kekerasan yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya 
tindakan kekerasan.
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI yang berlaku sebagai
kode etik penyiaran di Indonesia sebagai acuannya. Ada empat unsur  yang harus
diperhatikan dalam menyiarkan tayangan televisi berdasarkan rumusan dalam P3SPS,
yaitu; 
1) seksualitas, 
2) kekerasan, 
3) rokok, alkohol, dan napza, serta 
4) mistik, horor, dan supranatural. 
Pihak stasiun televisi harus berhati-hati dalam menyiarkan tayangan yang
mengandung keempat unsur tersebut, dan KPI telah menetapkan kewajiban bagi para
stasiun televisi untuk melakukan sensor internal atas seluruh materi siaran mereka.

3
HASIL DISKUSI

Dari hasil diskusi terhadap Iklan yg terlampir yaitu “iklan Grab bike : Iklan
kotrovesial” ditemukan nya salah satu pelanggaran terhadap etika/tatakarma beriklan
yang muncul terkait dengan kategori kekerasan, dan menampilkan manusia dengan
kondisi yang mengenaskan. Sehingga hanya 2 kategori lain yang dapat dianalisa,
termasuk subkategori-subkategori di dalamnya sesuai dengan hasil observasi.

1.1 Menampilkan Manusia Dengan Kondisi Yang Mengenaskan

SPS Pasal 23 b memperinci subkategori ini dengan bunyi; “Program siaran yang
memuat adegan kekerasan dilarang: 
b) Menampilkan manusia atau bagian tubuh yang berdarah-darah, terpotong-potong
dan/atau kondisi yang mengenaskan akibat dari peristiwa kekerasan”. 
terdapat dalam beberapa frame iklan grab bike tersebut ada adegan yg menampilkan
manusia dengan kondisi mengenas kan

4
1.2 Menimbulkan rasa takut/ancaman terhadap tokoh di dalam Iklan grab bike.

Ini termasuk dalam Tatakrama beriklan tadi “Rasa Takut dan Takhayul”
Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun
memanfaatkan kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif.
Didalam iklan terdapan kata” berupa ancaman untuk menakut”an kalau dinda (tokoh
dalam iklan) salah pilih jalan dia akan berakhir mengenaskan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Arbian silviani, Pelanggaran Etika dalam iklan, Yogyakarta : Universitas


Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, 2013.

FX Ridwan Handoyo (Ketua badan pengawas Periklanan), Etika Pariwara


Indonesia, Jakarta : PT Karakter Rekata Harkat (KRAH), 2011.

Anda mungkin juga menyukai