Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dinda Maylinda Suhendra

NPM : 2106783854
No. Absen : 21

TUGAS INDIVIDU KE-7 HUKUM ASURANSI

1. Jelaskan mengenai Prinsip Subrogasi dalam Asuransi (Perjanjian Asuransi/Hukum


Asuransi) termasuk dalam hukum asuransi Indonesia.

Jawaban:

Prinsip yang menyatakan bahwa penanggung berhak mendapatkan pembayaran kembali


atas ganti rugi yang telah diberikan penanggung kepada kreditur (principle of
subrogation).

Asas subrogasi bagi penanggung meskipun tidak mempengaruhi sah atau tidaknya
perjanjian asuransi, perlu dibahas, karena merupakan salah satu asas perjanjian asuransi
yang selalu ditegakkan pada saat-saat dan keadaan tertentu dalam rangka menerapkan
asas pertama perjanjian asuransi ialah dalam rangka tujuan pemberian ganti rugi ialah
asas indemnitas. Di dalam KUH Dagang, asas ini secara tegas diatur pada Pasal 284:

“Seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang


dipertanggungkan, mengantungkan dalam segala hak yang diperolehnya terhadap
orangorang kettiga berhubungan dengan menerbitkan kerugian tersebut, dan si
tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat
merugikan hak sipenanggung terhadap orang-orang ketiga itu”.

Asas subrogasi bagi penanggung, seperti diatur pada Pasal 284 KUH Dagang tersebut
diatas adalah suatu asas yang merupakan konsekunsi logis dari asas indemnitas.
Mengingat tujuan perjanjian asuransi itu adalah untuk memberi ganti kerugian, maka
tidak adil apabila tertanggung, karena dengan terjadinya suatu peristiwa yang tidak
diharapkan menjadi diuntungkan. Artinya tertanggung di samping sudah mendapat ganti
kerugian dari penanggung masih memperoleh pembayaran lagi dari pihak ketiga
(meskipun ada alasan hak untuk itu).

Subrogasi dalam asuransi adalah subrogasi berdasarkan undang-undang, oleh karena itu
asas subrogasi hanya dapat ditegakan apabila memenuhi dua syarat berikut:

a. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak terhadap penanggung masih


mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga.
b. Hak tersebut timbul, karena terjadinya suatu kerugian. Pada umumnya asas subrogasi
ini secara tegas diatur pula sebagai syarat polis, dengan perumusan sebagai berikut:
- Sesuai dengan Pasal 284 KUHD, setelah pembayaran ganti rugi atas harta benda
yang dipertanggungkan dalam polis ini, maka penanggung menggantikan
tertanngung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap pihak ketiga
sehubungan dengan ganti kerugian tersebut. Subrogasi pada ayat tersebut diatas
berlaku dengan sendirinya tanpa memerlukan sesuatu surat kuasa khusus dari
tertanggung.
- Tertanggung tetap bertanggung jawab merugikan hak penanggung terhadap pihak
ketiga. Jadi pada perjanjian asuransi, asas subrogasi dilaksanakan baik
berdasarkan undang-undang maupun berdasarkan perjanjian.
- Polis sebagai dokumen perjanjian asuransi Pada dasarnya setiap perjanjian pasti
membutuhkan adanya suatu dokumen. Setiap dokumen secara umum mempunyai
arti sangat penting karena berfungsi sebagai alat bukti. Arti pentingnya dokumen
sebagai alat bukti tidak hanya bagi para pihak saja, tetapi juga bagi pihak ketiga
yang mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan perjanjian yang
bersangkutan.

2. Berikan contoh Subrogasi dalam Asuransi untuk dua jenis Asuransi atau Polis Asuransi.

Jawaban:

Apabila pihak tertanggung mengajukan gugatan terhadap pihak ketiga dan sekaligus
menuntut klaim terhadap pihak asuransi tentu telah melanggar prinsip indemnity atau
prinsip keseimbangan dikarenakan apabila tertanggung menuntut kedua belah pihak yaitu
pihak ketiga dan pihak asuransi dan kedua belah pihak tersebut sama-sama mengganti
kerugian tertanggung maka dalam hal ini pihak asuransi akan dirugikan, yang seharusnya
pihak asuransi tidak perlu mengganti kerugian tertanggung yang sudah kewajiban dari
pihak ketiga. Ditinjau dari prinsip dasar subrogasi itu sendiri yaitu penanggung baru
dapat menuntut pihak ketiga bila penanggung sudah melakukan pembayaran atau
penggantian terhadap klaim kerugian yang diajukan. Penanggung berhak menuntut
tertanggung untuk mengembalikan biaya yang telah dibayar bila pihak ketiga telah
membayar biaya terhadap masalah yang sama. Penanggung hanya berhak atas uang ganti
rugi dari pihak ketiga sejumlah yang ia bayarkan kepada tertanggung. Dalam proses
pengajuan klaim hak subrogasi, tertanggung tidak boleh mengajukan klaim kepada
penanggung dan sekaligus menuntut ganti rugi untuk kerugian yang sama dari pihak
ketiga. Pada saat tertanggung mengajukan klaim, maka ia dianggap telah mengalihkan
hak menuntut pihak ketiga kepada penanggung. Meskipun begitu, pihak asuransi sebelum
memberikan persetujuan pertanggungan terhadap tertanggung, asuransi tersebut dapat
mengetahui tertanggung sudah mendapatkan ganti kerugian dari pihak ketiga atau belum
dapat dilihat dari underwriting penilaian moral hazard (kejujuran) dari tertanggung
mengenai apakah tertanggung sudah mendapatkan ganti rugi atau belum dan Asuransi
akan melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga perihal apakah tertanggung sudah
menerima ganti rugi atau belum menerima ganti rugi dari pihak ketiga tersebut.

Contoh Subrogasi dalam polis kendaraan bermotor:

Mobil X mengalami kecelakaan oleh Pihak Y sebagai pihak ketiga dan telah
diasuransikan sebesar 350 juta. Kemudian terhadap kecelakaan tersebut terjadi kerugian
sebesar Rp 100 Juta, maka kemungkinan mengganti kerugiannya adalah sebagai berikut:

- Tertanggung menerima ganti rugi dari pihak penanggung sebesar Rp. 100 juta
dan penanggung meminta ganti rugi kepada pihak ketiga
- Tertanggung menerima ganti rugi dari pihak ketiga sebesar Rp. 100 juta dan
penanggung tidak akan memberikan ganti rugi.
- Tertanggung menerima ganti rugi dari pihak ketiga sebesar Rp. 50 juta dan
penanggung akan memberikan ganti rugi sisanya sebesar Rp 50 juta kepada
tertanggung

Contoh Subrogasi pada polis asuransi kebakaran:

Sebuah rumah mengalami kebakaran yang disebabkan oleh kelalaian tukang listrik yang
mengakibatkan timbul kerugian sebesar Rp 100 Juta dan tertanggung telah
mengasuransikannya. Dengan demikian, kemungkinan penggantian kerugiannya adalah
sebagai berikut:

- Tertanggung menerima ganti rugi dari pihak penanggung sebesar Rp. 100 juta
dan penanggung meminta ganti rugi kepada pihak ketiga
- Tertanggung menerima ganti rugi dari pihak ketiga sebesar Rp. 100 juta dan
penanggung tidak akan memberikan ganti rugi.
- Tertanggung menerima ganti rugi dari pihak ketiga sebesar Rp. 50 juta dan
penanggung akan memberikan ganti rugi sisanya sebesar Rp 50 juta kepada
tertanggung

3. Jelaskan apa hubungan yang erat antara Prinsip Subrogasi dan Prinsip Indemnitas dalam
Asuransi Indemnitas.

Jawaban:

Subrogasi mendukung prinsip indemnitas agar tertanggung hanya dapat penggantian


sesuai dengan kerugian yang diterima. Perjanjian asuransi memang tidak menghilangkan
tanggung jawab hukum dari pihak ketiga, maka dari itu ada prinsip subrogasi yang
merupakan pengalihan hak dari tertanggung ke perusahaan asuransi untuk menuntut ke
pihak ketiga. Tetapi jumlah yang dimintakan kepada pihak ketiga tersebut hanya boleh
sebatas klaim atau kerugian yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi, tidak boleh lebih
dari itu. Dalam menerapkan prinsip subrogasi ini juga harus memperhatikan prinsip
indemnitas, yang mana perusahaan asuransi menyetujui membayar ketika tertanggung
mengalami kerugian yang disebabkan oleh hal tertentu dan hanya untuk kerugian itu
semata-mata. Subrogasi juga tidak dapat digunakan dalam asuransi jiwa karena kematian
manusia tidak dapat mengakibatkan suatu pihak dapat dimintai ganti rugi secara perdata.
Hal ini karena suatu perbuatan yang karena kelalaian atau kesengajaan menyebabkan
matinya orang, hanya dapat dihukum secara pidana.

4. Bagaimana hubungan tersebut pada No.3 dalam asuransi contingency?

Jawaban:
Asuransi Contingency adalah suatu jenis asuransi yang melindungi tertanggung dari
risiko yang biasanya tidak ditanggung oleh perusahaan asuransi. Jenis asuransi ini
berangkat dari kata “contingency” yang berarti potensi terjadinya peristiwa berdampak
buruk di masa depan, seperti resesi ekonomi, bencana alam, aktivitas penipuan, serangan
teroris, atau pandemi. Jenis asuransi ini meliputi beberapa macam produk asuransi,
sebagai contoh, salah satunya adalah asuransi risiko politik yang biasanya digunakan
untuk melindungi kontraktor. Dalam kasus asuransi risiko politik, asuransi contingency
memberikan pertanggungan dalam kasus kontraktor mendapatkan kontrak dan mulai
bekerja, kemudian secara tiba-tiba pemerintah membatalkan atau membatalkan otorisasi
kontrak. Dikaitkan dengan prinsip pada no. 3, maka apabila terjadi suatu kerugian yang
timbul akibat risiko yang ditanggung, Tertanggung akan mendapatkan pembayaran klaim
sejumlah kerugian yang diderita, tidak bisa lebih maupun kurang. Dalam hal ini,
Tertanggung mengalihkan hak untuk menuntut kerugian terhadap pihak ke-3 kepada
Penanggung. Sebagai contoh, dalam asuransi risiko politik, apabila kontraktor tersebut
mengalami kerugian akibat pembatalan otorisasi kontrak secara sepihak sehingga
pekerjaannya tidak dapat dilanjutkan maka kontraktor tersebut akan mendapatkan ganti
kerugian sejumlah yang diderita akibat pembatalan secara sepihak tersebut. Dalam hal
ini, yang akan menuntut ganti kerugian terhadap pemerintah adalah pihak Penanggung,
atau dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.

Anda mungkin juga menyukai