Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN PERTAMA

PENAWARAN TEKNIS SUPERVISI PEMBANGUNAN FASILITAS


PELABUHAN LAUT WANCI
DI KAB. WAKATOBI PROV. SULAWESI TENGGARA TAHUN
ANGGARAN 2019

A. BENTUK TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA


ACUAN KERJA DAN PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG
DARI PPK
1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA
ACUAN KERJA
a) Tanggapan Secara Umum

Perpres Nomor 16 tahun 2018 merupakan penyempurnaan dari


aturan pengadaan barang dan jasa sebelumnya yakni perpres 54
tahun 2010 dan perubahan-perubahannya, urgensinya yakni
penyederhanaan proses pengadaan barang dan jasa.
Penyederhanaan tersebut terlihat dari jumlah bab dan pasal yang
terdapat pada perpres ini.

Jika sebelumnya pada perpres 54 tahun 2010 dan perubahannya


terdapat 19bab dan 139 pasal, pada perpres 16 tahun 2018 ini hanya
terdapat 15 bab dan 94 pasal, serta tidak terdapat bagian penjelasan.
Penyederhanaan perpres ini membuat isi dari peraturan presiden
merupakan hal-hal yang bersifat normative, sementara hal yang
bersifat procedural dan menyangkut tugas dan fungsi diatur lebih
lanjut di dalam peraturan turunan seperti Perlem (Peraturan
Lembaga) dan Peraturan Menteri.

1
2) Tanggapan Secara Khusus / Inovasi KAK

Menanggapi secara khusus mengenai kerangka acuan kerja yang


ada, kami mengusulkan pentingnya diberlakukan peraturan menteri
pekerjaan umum dan perumahan rakyat Nomor 22/PRT/M/2018
Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang lebih
longgar dalam hal penyusunan anggaran DAN manajemen
pelaksanaan kegiatan.

2. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP


PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG DARI PPK
Berdasarkan kerangka acuan kerja yang ada menerangkan bahwa
Pejabat Pembuat Komitmen dalam hal pelaksanaan Pengawasan
Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Wanci Tahun Anggaran 2019
tidak menyediakan fasilitas pendukung terkecuali personil atau
seorang staf teknis yang akan bertugas melakukan monitoring
pelaksanaan kegiatan sebagai wakil direksi di lapangan. Hal ini
dapat dimaklumi oleh karena jenis pekerjaan pengawasan yang
dilakukan telah dapat diperkirakan dengan baik mengenai waktu
pelaksanaan maupun jumlah tenaga ahli penugasan konsultan.
Adapun saran yang dapat diberikan dalam sub bab uraian ini
sebaiknya personil atau staf teknis yang akan ditugaskan dilapangan
untuk mewakili direksi dilapangan dapat disebutkan dalam
kerangka acuan kerja, sehingga dalam penyusunan struktur

2
organisasi pengawasan pekerjaan dilapangan dapat langsung
menyebutkan nama staf teknis, selain itu pula dalam Pedoman
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Perpres No. 54 tahun 2010)
menyiratkan adanya struktur organisasi yang jelas termasuk dengan
pembentuk Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dilapangan.

B. PENDEKATAN DAN METODOLOGI SERTA PROGRAM KERJA


1. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan
kegiatan operasional guna menjamin bahwa sebagian kegiatan
tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Tujuan utama dari pengawasan yaitu mengusahakan supaya apa
yang direncanakan menjadi kenyataan dan mencari dan memberitahu
kelemahan-kelemahan yang dihadapi.

Adapun maksud dari pengawasan adalah untuk mencegah atau untuk


memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dan lainnya
yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.
Jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan terhadap
orangnya, tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan
pekerjaan. Sedangkan tujuan dari pengawasan adalah agar hasil
pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan
berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.

Adapun metode pengawasan yang akan diterapkan pada


pelaksanaan pekerjaan ini adalah metode Pengawasan Secara
langsung. Pengawasan ini dilakukan oleh ahli yang bersertifikat

3
Ahli Bangunan Gedung dengan cara : (1)    Inspeksi langsung /
pemeriksaan secara langsung ; (2) Observasi/pengamatan ditempat
(on the spot observation) dan (3) Laporan ditempat (on the spot
report). Adapun penerapan metode pengawasan tersebut meliputi
seluruh aspek, baik administrasi maupun fisik pelaksanan
dilapangan.
1) Pemeriksaan shop drawing yang dipersiapkan oleh Kontraktor
dengan memperhatikan kemudahan didalam pelaksanaan
konstruksi, penjadwalan, urutan pekerjaan yang berkaitan.

Tahapan ini akan kami lakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan


dilapangan. Dengan melakukan pemeriksaan terhadap gambar
kerja dan rencana kerja kontraktor, maka secara dini telah
dilakukan pengawasan pendahuluan dengan mengamati dan
memberikan koreksi jika diperlukan terhadap kesesuaian antara
kontrak kerja/spesifikasi dengan rencana kerja ataupun gambar
kerja yang diajukan oleh kontraktor. Selain itu dengan
melakukan pemeriksaan ini maka dapat dilakukan analisa
terhadap alokasi waktu pelaksanaan terkait dengan
penjadwalan terhadap seluruh kegiatan dilapangan.

2) Pengawasan yang bersifat full time oleh konsultan, dimana


pemeriksaan dan instruksi untuk mengatasi masalah yang timbul
dapat segera dilakukan. Dengan memposisikan diri sebagai
pengawas dimana selalu ada disetiap aktifitas pelaksanaan
pekerjaan dilapangan, maka segala bentuk kesalahan atau
kekeliriun yang mungkin dapat terjadi dapat dilakukan

4
pencegahan secara langsung dengan memberikan teguran-
teguran terkait dengan item pekerjaan dilapangan.

3) Didalam rapat-rapat antara pemborong dan konsultan, akan


dibahas secara khusus hal-hal yang mungkin akan terjadi selama
konstruksi berikut solusinya.
4) Komunikasi yang baik antara Direksi/Staf Teknis dari Konsultan
dengan Pelaksana dari Kontraktor, sedemikian sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang baik dan waktu pelaksanaan sesuai
jadwal.
5) Pemeriksaan oleh Inspector menggunakan Check-list
Setiap pemeriksaan yang dilakukan harus disertai dengan bukti
check list yang sesuai dengan kondisi atau fakta dilapangan.
Dengan melakukan ini akan tampak kronologis setiap aktifitas
pekerjaan serta keterkaitan terhadap item pekerjaan lainnya.
b. PROGRAM KERJA
Program kerja Supervisi Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut
Wanci menitik beratkan pada pengawasan ruang lingkup pekerjaan
fisik yang terdiri dari pekerjaan :
1) Pekerjaan Persiapan
2) Pekerjaan Gedung Workshop
3) Pekerjaan Lapangan Penumpukan Uk. 50 X 50 M

Dengan mengetahui secara pasti jenis pekerjaan fisik yang akan


diawasi dilapangan, maka dapat dilakukan penetapan tujuan
maupun target waktu setiap item pekerjaan dilapangan. Dalam
menyusun Rencana Kerja ini terlebih dahulu diadakan pemeriksaan
dan perhitungan ulang mengenai Volume Lapangan berdasarkan

5
gambar kerja, lokasi proyek, accessibility mobilisasi dan seluruh
aspek teknis, ekonomi yang erat kaitanya dengan pekerjaan
perencanaan teknis. Dengan mengadakan evaluasi atas pengalaman-
pengalaman yang pernah dilaksanakan oleh Konsultan untuk
pekerjaan yang sejenis, maka disusunlah rencana kerja untuk
menangani pekerjaan ini. Hal yang perlu mendapatkan perhatian
seksama pada waktu pelaksanaan nantinya adalah masalah
pengawasan dan pengendalian mutu atas pelaksanaan rencana kerja
ini baik dilapangan maupun dikantor proyek.

Rencana Kerja Konsultan pada pengawasan teknis secara


proporsional harus mencakup rencana kerja yang efektif dan efisien
agar pekerjaan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan, maka sesuai dengan pengalaman Konsultan, pekerjaan
perencanaan ini dapat diselesaikan dalam waktu singkat dan hasil
yang maksimal, Rencana kerja dalam bentuk Barchart dan matrik
lengkap dengan keterlibatan masing-masing tenaga ahli dan
aktivitas serta waktu yang dibutuhkan. Adapun Lingkup tugas
Konsultan Pengawas adalah memberikan layanan keahlian kepada
Owner (Pemberi Tugas) dan Tim Pengelola Teknis dalam
melaksanakan tugas-tugas koordinasi dan pengendalian seluruh
kegiatan teknis pembangunan tahap pelaksanaan konstruksi dan
masa pemeliharaan, baik yang menyangkut aspek manajemen
maupun teknologi.
Sesuai dengan pendekatan teknis dan metodologi yang telah diuraikan
di atas maka program kerja yang dapat kami ajukan pada

6
Supervisi Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Wanci adalah sebagai
berikut :

1. Pengawasan Pekerjaan Persiapan


Bagian-bagian yang perlu dilakukan pemeriksaan secara langsung pada
pekerjaan persiapan di antaranya seperti pengukuran, pagar proyek,
direksi keet, bouwplank, pembersihan lahan proyek, demolition
bangunan eksisting pada lokasi, ijin-ijin lingkungan, asuransi, listrik dan
air kerja, serta ijin-ijin lainnya, dokumentasi proyek dan pekerjaan
lainnya seperti tercantum di dalam Bill Of Quantity (BQ).
2. Pengawasan Pekerjaan Gedung Work Shop
a. Pekerjaan Pondasi Bangunan
Pondasi bangunan yang dipergunakan adalah Poor Plat dan pondasi
garis batu gunung/batu belah yang terdiri dari :
 Alas Pondasi terdiri dari Pasir Urug dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan maksimal.
 Batu kosong dipasang rapi kemudian celah batu kosong diisi dengan
pasir urug dan disiram air sehingga posisi pasangan batu kosong
tersebut tidak goyah dan tetap kokoh.
1) Bahan untuk pasangan pondasi.
 Batu belah adalah batu belah ex. Lokal
 Pasir pasang ex. Lokal.
 Kerikil beton ex. Lokal atau batu pecah (Kerikil Kali) ex.
Lokal.
 Pasir urug dapat dipergunakan pasir ex. Lokal.
2) Pondasi Poor Plat.
 Sebelum melaksanakan pemasangan Pondasi Poor Plat,

7
Dasar Pondasi digali sampai mencapai kedalaman yang
diisyaratkan.
 Apabila dasar Pondasi telah dirabat, maka dapat dilakukan
Pekerjaan Pondasi Poor Plat.
3) Pondasi Lajur Batu Gunung.
 Sebelum memasang batu kosong, maka kontraktor harus
terlebih dahulu menetapkan Lay-out/ As Pondasi dengan
petunjuk Direksi Lapangan.
 Pemeriksaan terhadap ketepatan kedalaman, besaran, dan
kondisi dasar galian harus mendapat persetujuan Direksi
sebelum melaksanakan pemasangan.
 Kontraktor harus memperhatikan adanya Stek Tulangan
Kolom, Stek Tulangan ke Sloof dan Sparring Pipa/Plumbing
atau lainnya yang menembus Pondasi.
b. Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan yang termasuk meliputi :
 Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-
bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk
semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama
dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada
hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan,
dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukannya.
 Syarat Umum
Syarat-syarat umum pada pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan
Beton Indonesia 1971 (PBI 1971), ASTM dan ACI.
Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang

8
yang tidak termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan
arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-
ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan
dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika
terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu,
maka ukuran yang harus berlaku harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan perencana atau Direksi Lapangan guna
mendapatkan ukuran yang sesungguhnya disetujui oleh
perencana.
Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna
kelangsungan pelaksanaan maka jumlah luas penampang tidak
boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya
yang termuat dalam PBI 1971. Dalam hal ini Direksi Lapangan
harus segera diberitahukan untuk persetujuannya, sebelum
fabrikasi dilakukan.
Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua
pekerjaan beton yang berlangsung dicor di tempat, termasuk
penyediaan dan penempatan batang-batang dowel ditanamkan di
dalam beton seperti terlihat dan terperinci di dalam gambar atau
seperti petunjuk Direksi Lapangan dan, bila disyaratkan,
penyediaan penulangan untuk dinding blok beton.
"Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan
membiayai semua desain campuran beton dan test-test untuk
menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi dari bahan-bahan
terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian
slump, yang akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik

9
dan kondisi penempatan, dan akan menghasilkan yang diijinkan
oleh Direksi Lapangan. Kontraktor berkewajiban mengadakan
dan membiayai Test Laboratorium.
Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :
o semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini
o pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
o mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali
tulangan beton
o koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain
bagian
o landasan beton untuk peralatan M/E
o penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap
pertemuan dinding bata dengan kolom/dinding beton
struktural dan dinding bata dengan pelat beton struktural
seperti yang ditunjukkan oleh Direksi Lapangan.
 Referensi dan Standar – Standar
Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali
tercantum dalam gambar atau diperinci, harus memenuhi edisi
terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut ini :
a. PBI -1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia -
1971
b. SKSNI - 1991 : Tata cara Penghitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung
c. PUBI – 1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia

10
d. ACI - 304 ACI 304.1R-92 : State - of - the Art
Report on Preplaced
Aggregate Conc. for Structural and Mass Concrete,
Part 2 ACI 304.2R-91, : Placing
Concrete by Pumping Methods, Part 2
e. ASTM - C94 : Standard Specification for Ready -
Mixed Concrete
f. ASTM - C33 : Standard Specification for Concrete
Aggregates
g. ACI –318 : Building Code Requirements for
Reinforced Concrete
h. ACI –301 : Specification for Structural Concrete of
Building
i. ACI - 212 ACI 212.IR-63, : Admixture for
oncrete, Part 1 ACI 212 . 2R -71, :
Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1
j. ASTM - C143 : Standard Test Method for Slump of
Portland Cement Concrete
k. ASTM - C231 : Standard Test Method for Air Content of
Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method
l. ASTM - C171 : Standard Specification for Sheet Materials
for Curing Concrete
m. ASTM - C172 : Standard Method of Sampling Freshly
Mixed Concrete
n. ASTM - C31 : Standard Method of Making and
Curing Concrete Test Specimens in the Field

11
o. ASTM - C42 : Standard Method of Obtaining and
Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete

 Bahan-Bahan/Produk
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus
disesuaikan dengan peraturan-peraturan Indonesia.
Semen
a) Mutu semen
 Semen portland harus memenuhi persyaratan standard
Internasional atau Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A
SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-82, Type-1 atau
NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk,
kekuatan tekan aduk dan susunan kimia.
 Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan
dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas
oleh Direksi Lapangan.
 Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran
semen portland dan bahan pozolan) maka semen tersebut
harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu dan Cara Uji
Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen
hidraulis campuran.
 Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus
dicantumkan dengan jelas jenis semen yang boleh dipakai
dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis semen yang
digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (tipe 1).
b) Penyimpanan Semen

12
 Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat
penyimpanan dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan
lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai
dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan
pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama
disimpan sehingga mengeras ataupun tercampur bahan
lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari
tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh
dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan
ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan
urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60
hari tidak boleh digunakan untuk pekerjaan.
 Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo
secara tepat untuk melindungi terhadap penggumpalan
semen dalam penyimpanan.
 Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman
harus disertai dengan sertifikat test dari pabrik.
 Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak
lebih dari 2,5 %.
 "Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen
yang telah disetujui untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor"
tidak boleh mengganti merk semen selama pelaksanaan
dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari
Direksi Lapangan.
Agregat

13
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan
persyaratan dari SII 0052-80 "Mutu dan Cara Uji Agregat
Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka
harus memenuhi spesifikasi agregat untuk beton.
a) Agregat halus (Pasir)
 Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-
butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur
dan bahan-bahan organis.
 Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-
partikel seperti yang ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2.
PBI '71.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5 % (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan
dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %,
maka agregat halus harus dicuci. Sesuai PBI'71 bab 3.3.
atau SII 0051-82.
 Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm
harus minimum 2 % berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus
minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus
berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
 Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton. Penyimpanan pasir harus sedemikian
rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-
bahan lain.

b) Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)

14
 Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil
desintegrasi alami dari batu-batuan atau batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar butir lebih
dari 5 mm sesuai PBI 71 bab 3.4.
 Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori,
batu pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20 %
bersih, tidak mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal,
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat
kering) yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang
melalui ayakan 0.063 mm apabila kadar lumpur melalui 1
% maka agregat kasar harus dicuci. Tidak boleh
mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat
merusak beton.
 Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 %
berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 %
dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua
ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan
minimum 10 % berat.
 Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan
bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 t,
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih
dari 24 % berat
 tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih
dari 22 % atau dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak

15
boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50 % sesuai SII
008775, atau PBI-71
 Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian
rupa agar terlindung dari pengotoran bahan-bahan lain.
c) Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak
boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan
organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta
baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus
diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi Lapangan.

Bahan Campuran Tambahan (Admixture)


Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga
kerusakan dari container. Admixture harus sesuai dengan ACI
212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macam admixture yang
akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Admixture yang mengandung chloride atau nitrat
tidak boleh dipakai.

c. Pengecoran dan Pemadatan Beton


1). Persiapan

 Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan


menyerahan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui paling
lambat 1 (satu) minggu sebelum memulai kegiatan
pengecoran.

16
 Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar
cetakannya, semprot dengan air dan kencangkan. Sebelum
pengecoran, semua cetakan, tulangan beton, dan benda-benda
yang ditanamkan atau di cor harus telah diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Lapangan.
 Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton di
cor. Kelebihan air, pengeras beton, puing, butir-butir lepasan
dan benda-benda asing lain harus disingkirkan dari bagian
dalam cetakan dan dari permukaan dalam dari pengaduk serta
perlengkapan pengangkutan.
 Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang
langsung di sekeliling struktur dapat efektif dan menerus
dicor.
 Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan dan
genangan air sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa,
drainase ataupun segala perlengkapan dari kontraktor yang
berhubungan dengan listrik untuk pengadaan bagi maksud
penyempurnaan.
 Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian
manapun, kecuali bila galian tertentu telah bebas air dan
lumpur.
 Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta
disetujui. Logam-logam yang ditanam harus bebas dari
adukan lama, minyak, karat besi dan pergerakan lain ataupun
lapisan yang dapat mengurangi rekatan. Kereta pengangkut

17
adukan beton yang beroda tidak boleh dijalankan melalui
tulangan ataupun disandarkan pada tulangan. Pada lokasi
dimana beton baru ditempelkan ke pekerjaan beton lama,
buat lubang pada beton lama, masukkan pantek baja, dan
kemas cairan tanpa adukan nonshrink.
 Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah
timbulnya retak, basahkan bahan-bahan lain secukupnya
untuk mengurangi penyusutan dan menjaga pelaksanaan
beton.
 Penutup Beton
 Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus sesuai
dengan persyaratan SKSNI 1991.
 Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal
penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling
sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
 Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat
berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus
dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus
tersebar merata.
b) Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-
71, ACI Committe 304 dan ASTM C94-98.
 Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke
tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan

18
mana dapat dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
(segregasi).
 Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak
terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara
adukan beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke
tempat pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring
hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Direksi
Lapangan. Dalam hal ini, Direksi Lapangan
mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring
ini, setelah mempelajari usul dari pelaksana mengenai
konstruksi, kemiringan dan panjang talang itu. Batasan tinggi
jatuh maximum 1,50 m.
 Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu
1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu
ini harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu
pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan
kontinue secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu
yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat ikatan yang berupa bahan pembantu yang
ditentukan dalam pasal 3.8. PBI 1971.
c) Pengecoran
 Beton harus dicor sesuai persyaratan PBI 1971, ACI
Committee 304, ASTMC 94-98.

19
 Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin
kecetakan akhir dalam posisi lapisan horizontal kira-kira
tidak lebih dari ketebalan 30 cm.
 Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m
bila tidak disebutkan lain atau disetujui Direksi Lapangan.
 Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak
boleh lebih dari 1,0 m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang
lebih besar, belalai gajah, corong pipa cor ataupun benda-
benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian
sehingga pengecoran beton efektif pada lapisan horisontal
tidak lebih dari ketebalan 30 cm dan jarak dari corong
haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi
segregasi/pemisahan bahan-bahan.
 Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori
oleh bahan asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.
 Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga
permukaannya senantiasa tetap mendatar, sama sekali tidak
diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi ke posisi lain dan
tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah diaduk.
 Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara
atau metoda di luar ketentuan yang tercantum di dalam
PBI'71 termasuk pekerjaan yang tertunda ataupun
penyambungan pengecoran, maka "Kontraktor" harus
membuat usulan termasuk pengujiannya untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi Lapangan paling lambat 3 minggu
sebelum pelaksanaan di mulai.

20
d. Pemadatan beton
 Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan
alat penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga kosong dan sarang-sarang kerikil.
 Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power
driven, type "immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk
kepala penggetar lebih kecil dari diameter 180 mm dan 6000
RPM untuk kepala penggetar berdiameter 180 mm, semua
dengan amplitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan
yang memadai.
 Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk
persiapan pada keadaan darurat di lapangan dan lokasi
penempatannya sedekat mungkin mendekati tempat
pelaksanaan yang masih memungkinkan.
 Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan
adalah :
Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam
adukan kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan
khusus boleh miring sampai 45º C. Selama penggetaran,
jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal karena hal
ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan. Harus dijaga
agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh
dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton
yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar tulangan
tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari
betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-

21
bagian lain dimana betonnya sudah mengeras. Lapisan yang
digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 -50 cm.
Berhubung dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian
konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi
lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan
mulai nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai
memisahkan diri dari agregat), yang pada umumnya tercapai
setelah maximum 30 detik. Penarikan jarum ini dapat diisi
penuh lagi dengan adukan. Jarak antara pemasukan jarum
harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-daerah
pengaruhnya saling menutupi.
d. Pekerjaan Konstruksi Baja
Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan
pelayanan yang diperlukan untuk melaksanakan fabrikasi membuat
konstruksi baja termasuk pemasangan percobaan (trial erection)
sesuai ketentuan perencanaan, dan pemasangannya di lapangan.
Semua pekerjaan dan tukang yang diterima untuk melakukan
pekerjaan harus ahli dan yang berpengalaman serta profesional.
Pemborong harus mempersiapkan dan membuat gambar kerja serta
metode kerja yang lengkap, daftar material, dan sambungan dari
komponen-komponen, yang sebelum dilaksanakan harus diperiksa
dan disetujui oleh Direksi Lapangan. Pekerjaan baja yang harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera pada gambar
kerja, pekerjaan besi, dan baja dilaksanakan untuk : Rangka Atap
dan Rangka Baja.
1) Referensi

22
a) Bahan-bahan Struktur/Konstruksi Utama.
Kecuali kalau diatur secara tersendiri, semua material profil,
pelat dan kisi-kisi yang akan dibuat konstruksinya secara las
harus terbuat dari jenis baja karbon yang memenuhi
persyaratan ASTM A36 atau yang setara.
Untuk semua jenis pipa juga harus dari baja karbon yang
memenuhi persyaratan ASTM A53 type E atau S. Kecuali
kalau diatur secara tersendiri maka semua bahan-bahan untuk
konstruksi baja harus memenuhi spesifikasi American
Institute of Steel Construction (AISC) dan PPBBI Mei 1984.
b) Bahan-bahan Pengikat Struktur/Konstruksi Utama
Untuk bahan-bahan pengikat struktur/konstruksi utama yaitu
baut-baut, mur-mur/ sekrup - sekrup dan ring - ring
disyaratkan sebagai berikut :
1) Untuk sambungan bukan baja ke baja :
Harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan
ASTM A370 dan telah digalvanis.
2) Untuk sambungan baja ke baja:
Harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan
ASTM A325 dan atau ASTM A490 dan harus telah
terlapis Cadmium.
3) Untuk sambungan logam yang berlainan jenis bahannya,
pengikat-pengikat harus dari baja tahan korosi yang
memenuhi persyaratan ASTM A276 type 321.
4) Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi ANSI
B27, type A.

23
c) Bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dari American
Welding Society (AWS D1.1-86: Structural Welding Code
Steel).
d) Baut angkur dan sekrup-sekrup/mur-mur harus memenuhi
persyaratan ASTM A36 atau A325.
e) Lapisan seng : baja terlapis seng harus memenuhi ASTM
A123. Lapisan seng untuk produksi ulir dan sekrup harus
memenuhi ASTM A153.
f) Baut dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus
memenuhi ASTM A307 dengan tipe baut segi enam
(hexagon-bolt type) konvensional. Pengencangan semua mur
harus dengan kunci momen dan disaksikan oleh Direksi
Lapangan.
g) Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan
baru, yaitu bahan yang belum
h) Peraturan-peraturan dan pedoman standar yang dipakai :
 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
(PPBBI), Mei 1984.
 American Institute of Steel Construction (AISC), Manual
of Steel Construction, 8th Edition, 1989.
 American National Standards Institute (ANSI), B27.265
Plain Washers.
 American Society for Testing and Materials (ASTM)
Specifications :
 A 36 - 70a Structural Steel
 A 53 -72a Welded and Seamless Steel Pipe

24
 A153 - 71 Zink Coating (hot dip) on Iron and Steel
Hardware
 A 307 -68 Carbon Steel Externally Threaded
Standard Fasteners
 A325 - 71a High Strength Bolts for/struc tural Steel
Joint, Including Suitable Nuts and Plain Hardened
Washers
 A490 - 71 Quenched and Tempered Alloy Steel Bolts
for Structural Steel Joints

2) Syarat-Syarat Pelaksanaan
a) Gambar Kerja
Sebelum pekerjaan fabrikasi di pabrik dimulai, Kontraktor
harus menyiapkan gambar-gambar kerja yang menunjukkan
detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang serta
ukuran las, jumlah, ukuran serta tempat baut-baut serta detail-
detail lain yang diperlukan.
b) Ukuran-ukuran
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab
terhadap semua ukuran dan dimensi yang tercantum pada
gambar kerja.
c) Pemeriksaan dan lain-lain
Seluruh pekerjaan di pabrik harus merupakan pekerjaan yang
berkualitas tinggi, seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan
ketepatan sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat
dipasang dengan tepat di lapangan. Direksi Lapangan
mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan di pabrik pada

25
saat yang dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh
dikirim ke lapangan sebelum diperiksa dan disetujui Direksi
Lapangan. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai
dengan gambar atau spesifikasi ini akan ditolak.

3) Standar Pengelasan
a) Pengelasan harus sesuai dengan gambar kerja yang telah
disetujui Direksi Lapangan dan harus mengikuti prosedur
yang berlaku seperti AWS atau AISC Spesification.
Pelaksanaan pengelasan harus oleh personil yang memiliki
kecakapan untuk pekerjaan las dan di bawah pengawasan
personil yang secara teknis bertanggung jawab untuk pekerjaan
tersebut. Penyambungan bagian-bagian konstruksi baja harus
dilakukan dengan las listrik, serta hasilnya harus memenuhi
persyaratan teknis.
b) Bagian konstruksi yang akan dilas harus bersih dari bekas-
bekas cat, karat, lemak,kerak-kerak dan kotoran-kotoran
lainnya.
c) Pengelasan dapat dilakukan setelah diperiksa bahwa
hubungan-hubungan yang akan dilas sudah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk konstruksi itu.
d) Kedudukan konstruksi baja yang segera akan dilas harus
menjamin situasi yang paling aman bagi pengelas dan
kualitas hasil pengelasan yang dilakukan.
e) Pada pekerjaan las, maka sebelum mengadakan las ulangan,
baik bekas lapisan pertama, maupun bidang-bidang benda kerja
harus dibersihkan dari kerak (slag) dan kotorannya lainnya.

26
d) Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka
lapisan yang terdahulu harus dibersihkan dari kerak (slag) dan
percikan-percikan logam sebelum memulai dengan lapisan las
yang baru. Lapisan las yang berpori-pori, rusak atau retak
harus dibersihkan kembali dan diulang sejak awal.
e) Lokasi tempat pengelasan serta bidang konstruksi yang akan
dilas, harus terlindung dari hujan dan angin kencang selama
pengelasan berlangsung.
4) Lubang-lubang Baut
a) Pembuatan lubang baut harus dilaksanakan di pabrik dan
harus dikerjakan dengan alat bor/punch dan harus dibersihkan.
b) Diameter baut selain baut angkur, maksimum adalah 1,6 mm
lebih besar dari nominal diameter.
c) Untuk baut angkur, lubang bautnya tidak boleh lebih besar
3,2 mm dari nominal diameter baut angkur untuk angkur
berdiameter 24 mm atau kurang dan ketentuan itu menjadi 5
mm bila nominal diameter baut angkur lebih dari 24 mm.

5) Sambungan
Untuk sambungan komponen konstruksi yang tidak dapat
dihindarkan, berlaku ketentuan hanya diperkenankan maksimal
satu sambungan dan dilaksanakan dengan las tumpul / full
penetration atau butt weld.

6) Pemasangan Percobaan/Trial Erection


Bila dipandang perlu oleh Direksi Lapangan, Kontraktor
diwajibkan melaksanakan pemasangan percobaan dari sebagian

27
atau seluruh pekerjaan konstruksi. Komponen yang tidak cocok
atau yang tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi dapat
ditolak oleh Direksi Lapangan dan pemasangan percobaan ini
tidak boleh dibongkar sebelum mendapat persetujuan Direksi
Lapangan. Pemasangan percobaan ini tidak dapat dipakai sebagai
alasan penambahan biaya oleh kontraktor.

7) Pengecatan
a) Semua bahan konstruksi baja harus dilapis cat.
b) Cat dasar adalah jenis zink chromate setaraf ICI atau
Danapaints dan pelaksanaan pengecatan dilakukan satu kali
di pabrik dan satu kali di lapangan. Sedangkan baja yang akan
ditanam di dalam beton tidak boleh di cat.
c) Untuk lubang baut kekuatan tinggi (high strength bolt)
permukaan baja tidak boleh dicat. Pengecatan harus
dilakukan setelah baut selesai dipasang.
d) Di bagian bawah dari base plate harus digrout dengan bahan
Master Flow 713 Grout atau setara, dengan tebal minimum
2.5 cm. Cara pemakaian harus sesuai spesifikasi pabrik.
8) Pemasangan Akhir / Final Erection
a) Peralatan untuk pemasangan akhir harus sesuai dan sebanding
dengan pekerjaannya dan dalam kondisi kerja yang baik. Bila
dijumpai bagian-bagian konstruksi yang tidak dapat dipasang
atau ditempatkan sebagaimana mestinya sebagai akibat dari
kesalahan pabrikasi atau perubahan bentuk maka keadaan itu
harus segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan untuk
diperoleh cara perbaikannya.

28
b) Perbaikan kesalahan harus dilakukan di hadapan Direksi
Lapangan, dan pekerjaan perbaikan tersebut adalah menjadi
tanggungan Kontraktor.
c) Termasuk sebagai peralatan pemasangan adalah : Sabuk
pengaman dan tali-tali harus digunakan oleh para pekerja
khususnya pada saat bekerja di tempat yang tinggi, selain
pengaman yang berupa platform atau jaringan (net).
d) Setiap komponen diberi kode/marking yang sesuai dengan
gambar pemasangan, sehingga memudahkan pemasangan.
e) Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-
ikatan sementara harus digunakan untuk mencegah terjadinya
tegangan-tegangan yang melewati tegangan ijin. Ikatan-ikatan
itu tetap dipasang sampai keseluruhan konstruksi selesai.
Sambungan-sambungan sementara berupa las maupun baut
harus diberikan kepada bagian konstruksi untuk menahan
beban mati, angin dan tegangan-tegangan selama
pembangunan.
f) Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan
lain-lain harus telah disediakan dengan lengkap dan siap
dipasang sebagaimana mestinya sesuai dengan gambar. Baut
kekuatan tinggi harus dikencangkan dengan kunci momen
(torque wrench).
9) Toleransi
Penyimpangan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari
1/500 dari tinggi vertikal kolom. Toleransi kelurusan tidak boleh
lebih dari L/1000 untuk semua komponen.

29
e. PEKERJAAN ARSITEKTUR BANGUNAN
1. Pekerjaan kusen dan pintu
a) Lingkup pekerjaan
 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
 Pekerjaan ini meliputi pembuatan kusen besi dan daun
pintu besi serta komponen-komponen yang berhubungan
dengan pintu besi, sesuai dengan yang ditunjukan dalam
gambar rencana.
b) Persyaratan Bahan
 Seluruh pekerjaan pintu besi harus mengikuti persyaratan
Standard NI-3 dan NI-5.
 Kontraktor harus mengajukan contoh bahan, untuk
disetujui oleh Direksi Pengawas.
c) Syarat-syarat Pelaksanaan
 Kusen pintu dipasang pada tembok dengan menggunakan
angkur-angkur besi.
 Sisa-sisa las-lasan harus dibersihkan, sehingga didapat
hasil yang baik.
 Engsel dipasang 2 buah setiap dau pintu, dan membuka
keluar.
 Sebelum pemasangan, kontraktor harus menyerahkan shop
drawing kepada Direksi untuk diperiksa shop drawing
tersebut minimal harus memperlihatkan detail-detail

30
pemasangan serta deskripsi bahan/hardware yang dipakai.
Gambar-gambar tersebut harus di buat dalam skala yang
cukup besar untuk memudahkan pemeriksaan.

3. Laporan Pelaksanaan
Salah satu output dan keluaran dari pelaksanaan pengawasan
adalah pelaporan kegiatan. Seperti yang telah dituangkan dalam
kerangka acuan kerja bahwa Keluaran yang dihasilkan oleh
Konsultan Pengawas berdasarkan kerangka Acuan Kerja ini adalah
jasa pengawasan dan pelaporan yang meliputi antara lain sebagai
berikut:
a) Laporan bulanan
Laporan Bulanan memuat secara singkat mengenai kemajuan
dari masing-masing kegiatan Kontraktor dan aktifitas personil
Konsultan, keadaan cuaca, grafik pasang surut, photo
dokumentasi pelaksanaan, bahan-bahan, peralatan dan tenaga
kerja Kontraktor, juga memuat setiap permasalahan-
permasalahan yang terjadi di lapangan (administrasi, teknik
atau keuangan) dan memberikan rekomendasi atau saran
bagaimana cara menyelesaikan/menanggulangi permasalahan
tersebut.

Dalam pelaporan bulanan ini terdiri dari rekapitulasi


laporan mingguan, dimana laporan mingguan memuat
keterangan tentang bobot tercapai dan bobot tertimbang serta
jumlah harga realisasi dari bobot dan volume yang dikerjakan.
Laporan bulanan ini harus diserahkan selambat-lambatnya setiap
akhir bulan kerja periode berjalan dan dibuat rangkap sebanyak 5

31
(Lima) buku laporan setiap bulan dan Cakram padat (compact
disc) jika diperlukan.

b) Laporan akhir
Laporan Akhir memuat secara garis besarnya harus
menceritakan secara ringkas dan jelas mengenai metode
pelaksanaan konstruksi, realisasi biaya kegiatan/ proyek dan
perubahan-perubahan kontrak yang terjadi, lokasi-lokasi sumber
material, hasil pengujian mutu pekerjaan, personil konsultan dan
kontraktor yang terlibat, pelaksanaan pengawasan konstruksi
yang telah dilaksanakan, rekomendasi tentang cara pemeliharaan
dikemudian hari, segala permasalahan yang kemungkinan besar
akan timbul pada pekerjaan yang baru saja dilaksanakan dan
saran-saran tentang perbaikan yang perlu dilakukan pada proyek-
proyek/kegiatan-kegiatan berikutnya untuk pekerjaan yang
serupa/ sejenis yang akan ditangani oleh Kementerian
Perhubungan.
Laporan harus diserahkan setelah alokasi waktu dan atau progress
pekerjaan mencapai 100% dan dibuat rangkap sebanyak 5 (Lima)
buku laporan.

c) Dokumentasi
Dokumentasi dibuat sebanyak 2 album setiap bulan dan dalam
bentuk soft copy yang diserahkan kepada Pejabat pembuat
Komitmen pada setiap akhir bulan bersamaan dengan penyerahan

32
laporan bulanan. Dokumentasi ini juga disusun berdasarkan waktu
dan progress kemajuan pekerjaan.

d) Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as-built drawings)


dan manual peralatan-peralatan yang dibuat oleh penyedia
barang/jasa pemborongan.

33

Anda mungkin juga menyukai