Anda di halaman 1dari 14

Oleh :

Mochamad Anshar Purnama


NPM.09310194
Kelompok N

UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
3 Desember 2009
Demam atau dalam bahasa medis disebut dengan febris merupakan
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu
tersebut melebihi dari suhu tubuh normal.

Mungkin kita bertanya, mengapa suhu tubuh kita meningkat??

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mencoba


melihat kembali dan memahami tentang sistem pengaturan suhu tubuh
kita.

Suhu tubuh kita diatur oleh sebuah “mesin khusus” pengatur suhu yang
terletak di otak tepatnya di bagian hipotalamus tepatnya dibagian pre
optik anterior (pre = sebelum, anterior= depan) Hipotalamus sendiri
merupakan bagian dari deinsephalon yang merupakan bagian dari otak
depan kita (prosencephalon).

Hipotalamus dapat dikatakan sebagai mesin pengatur suhu (termostat


tubuh) karena disana terdapat reseptor (penangkap, perantara) yang
sangat peka terhadap suhu yang lebih dikenal dengan nama
termoreseptor (termo = suhu). Dengan adanya termorespetor ini, suhu
tubuh dapat senatiasa berada dalam batas normal yakni sesuai dengan
suhu inti tubuh. Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari
kandungan panas yang ada di dalam tubuh kita. Kandungan panas
didapatkan dari pemasukan panas yang berasal dari proses
metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya
suhu inti berada dalam batas 36,5-37,5°C.

Dalam berbagai aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan


mengelurakan panas misalnya saat berolahraga. Bilamana terjadi
pengeluraan panas yang lebih besar dibandingkan dengan
pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh itu akan segera
bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti.
Bila pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka
termostat ini akan memerintahkan tubuh kita untuk melepaskan panas
tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan
mekanisme berkeringat.

Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka


termostat ini akan berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan cara
memerintahkan otot-otot rangka kita untuk berkontraksi(bergerak) guna
menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan
mekanisme dari menggigil.

Contohnya, seperti saat kita berada di lingkungan pegunungan yang


hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan dan kaki kita bergemetar
(menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karena
dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas.

Hal diatas tersebut merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang


terjadi dalam tubuh kita manakala tubuh kita mengalamiperubahan
suhu.

Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses


perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih
dikarenakan oleh “zat toksis (racun)” yang masuk kedalam tubuh.

Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan


(inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya
merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya
serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.

Proses peradangan diawali dengan masuknya “racun” kedalam tubuh


kita. Contoh “racun”yang paling mudah adalah mikroorganisme
penyebab sakit.
Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki
suatu zat toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen.
Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan
mencegahnya yakni dengan memerintahkan “tentara pertahanan tubuh”
antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya
(fagositosit).

Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan


mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti
infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang
sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam
arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.

Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh


hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).
Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari
enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.

Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan


titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik
patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh
sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/
menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan
panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas
normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami
gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam
atau febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan
manifestasi klinik (akibat) berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi
atau anak-anak yang disebut dengan kejang demam)
Dengan memahami mekanisme sederhana dari proses terjadinya
demam diatas, maka salah satu tindakan pengobatan yang sering kita
lakukan adalah mengompres kepala dan meminum obat penurun panas
misal yang sangat familiar adalah parasetamol. Untuk mekanisme
bagaimana kompres dan parasetamol dapat menurunkan demam akan
dibahas pada pembahasan selanjutnya, insya Allah.

Semoga tulisan yang sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan


dapat bermanfaat bagi pembaca dan lebih mengerti bagaimana proses
terjadinya demam itu sendiri.

Demam atau febris merupakan suatu keadaan dimana


terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi
dari suhu tubuh normal.

Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam


keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk
kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya
proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses
peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme
pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang
mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali
dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh
kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya
memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen
eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha
melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara
pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan
limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses
fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan
senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen
(khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen
endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel
endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni
asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan
adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang
dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran
prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh
enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai
kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan
suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik
patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa
bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya
terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil
( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas
tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah demam. (Ref : Fisiologi
Sheerwood)

Demam adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu


tubuh normal. Demam adalah istilah umum, dan beberapa istilah lain
yang sering digunakan adalah pireksia atau febris. Apabila suhu tubuh
sangat tinggi (mencapai sekitar 40°C), demam disebut hipertermi.

Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik


yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat
menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu
sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat
berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin
polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik atau pirogen yang
dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen.
Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam
dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 – 10
menit. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin,
terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang
selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi
demam.

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam, meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan
(defesvescence). Tanda-tanda ini muncul sebagai hasil perubahan
pada titik tetap dalam mekanisme pengaturan suhu tubuh.

Fase-fase Terjadinya Demam

Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)

· Peningkatan denyut jantung

· Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan

· Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

· Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi

· Merasakan sensasi dingin

· Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi

· Rambut kulit berdiri


· Pengeluaran keringat berlebihan

· Peningkatan suhu tubuh

Fase II: proses demam

· Proses menggigil lenyap

· Kulit terasa hangat / panas

· Merasa tidak panas atau dingin

· Peningkatan nadi dan laju pernafasan

· Peningkatan rasa haus

· Dehidrasi ringan hingga berat

· Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf

· Lesi mulut herpetik

· Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang )

· Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme


protein

Fase III: pemulihan

· Kulit tampak merah dan hangat

· Berkeringat

· Menggigil ringan

· Kemungkinan mengalami dehidrasi


Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri
manusia bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi
pelepasan interleukin-1 yang akan mengaktifkan sel T. suhu tinggi
( demam ) juga berfungsi meningkatkan keaktifan ( kerja ) sel T dan B
terhadap organisme pathogen. Namun konsekuensi demam secara
umum timbul segera setelah pembangkitan demam (peningkatan suhu).
Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi
berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan
metabolisme, juga peningkatan kadar sisa metabolisme. Selain itu,
pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan kejang.

PATOGENESIS DEMAM
Demam yang menyertai infeksi dan penyakit lain berhubungan dengan
resetting dari
termostat yang terletak di hipotalamus. Banyak mekanisme patogenik
yang kompleks,
yang dihubungkan dengan sebab terjadinya demam.
Faktor yang umum ditemukan adalah, sebagai reaksi terhadap berbagai
rangsang
infeksi, imunologik dan inflamatorik, sel-sel seperti makrofag dan
monosit mengeluarkan
beberapa jenis polipeptid yang disebut monokines. Monokines ini
mempengaruhi
metabolisme, dan dua di antaranya interleukin1 (IL-1) dan tumor
necrosis factor
(TNF) diketahui berperan sebagai pirogen endogen. Selain itu, alpha-
interferon (IFN-a)
yang diproduksi sel sebagai respons terhadap infeksi virus, juga bersifat
pirogenik. Zat
mana yang secara langsung menyebabkan demam masih belum dapat
dipastikan, tetapi
kurang/tidak adanya respons demam pada fase akut beberapa infeksi
viral mungkin
menunjukkan bahwa IFN-a lebih berperan.
IL1 berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh karena
antara lain
menstimulasi limfosit T dan B, mengaktivasi netrofil, merangsang
sekresi reaktan (C
reactive protein, haptoglobin, fibrinogen) dari hepar, mempengaruhi
kadar besi dan seng
plasma dan meningkatkan katabolisme otot. IL1 bereaksi sebagai
pirogen dengan
merangsang sintesis PG E2 di hipptalamus, yang kemudian bekerja
pada pusat vasomotor
sehingga meningkatkan produksi panas sekaligus menahan pelepasan
panas, sehingga
menyebabkan demam.
TNF (cachectin) juga mempunyai efek metabolisme dan mungkin
berperan pada
penurunan berat badan yang kadang-kadang diderita setelah
seseorang menderita infeksi.
TNF bersifat pirogen melalui dua cara - efek langsung melepaskan PG
E2 dari
hipotalamus dan merangsang penglepasan IL1.
Medicine International (Quarterly Ed). 1988; 3 : 2081
Hk.
DEMAM PASCAVAKSINASI
Penelitian atas 282 anak yang menerima vaksinasi DPT menunjukkan
bahwa pem-
berian asetaminofen (parasetamol) secara profilaktik dapat mencegah
timbulnya demam,
nyeri dan kegelisahan pascavaksinasi secara bermakna.
Demam tuh adalah symptom (gejala) umum jika terserang sakit.
Demam atau dalam bahasa medis disebut dengan febris merupakan
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu
tersebut melebihi dari suhu tubuh normal.

Suhu tubuh kita diatur oleh sebuah mesin khusus pengatur suhu
yang terletak di otak tepatnya di bagian hipotalamus tepatnya dibagian
pre optik anterior (pre = sebelum, anterior= depan). Hipotalamus sendiri
merupakan bagian dari diencephalon yang merupakan bagian dari otak
depan kita (prosencephalon). Hipotalamus dapat dikatakan sebagai
mesin pengatur suhu (termostat tubuh) karena disana terdapat reseptor
(penangkap, perantara) yang sangat peka terhadap suhu yang lebih
dikenal dengan nama termoreseptor. Dengan adanya termorespetor ini,
suhu tubuh dapat senatiasa berada dalam batas normal yakni sesuai
dengan suhu inti tubuh.

Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari kandungan panas yang


ada di dalam tubuh kita. Kandungan panas didapatkan dari pemasukan
panas yang berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke
dalam tubuh. Pada umumnya suhu inti berada dalam batas 36,5-
37,5°C. Dalam berbagai aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan
mengelurakan panas misalnya saat berolahraga. Bilamana terjadi
pengeluraan panas yang lebih besar dibandingkan dengan
pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh itu akan segera
bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti.

Bila pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka


termostat ini akan memerintahkan tubuh kita untuk melepaskan panas
tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan
mekanisme berkeringat. Dan bila pengeluaran panas melebihi
pemasukan panas, maka termostat ini akan berusaha menyeimbakan
suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot rangka kita untuk
berkontraksi (bergerak) guna menghasilkan panas tubuh.

Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.


Contohnya, seperti saat kita berada di lingkungan pegunungan yang
hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan dan kaki kita bergemetar
(menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karena
dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas. Hal
diatas tersebut merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang
terjadi dalam tubuh kita manakala tubuh kita mengalami perubahan
suhu. Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit).

Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit
lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh.
Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan
(inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya
merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya
serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses
peradangan diawali dengan masuknya racun kedalam tubuh kita.
Contoh racun yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab
sakit. Mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki
suatu zat toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen.
Dengan masuknya mikroorganisme tersebut, tubuh akan berusaha
melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan tentara
pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit
untuk memakannya (fagositosit).
Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan
mengelurkan senjata berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti
infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang
sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam
arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.

Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan


oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).
Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari
enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai
kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik
patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik
patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh
sekarang dibawah batas normal.

Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses


mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih
banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang
setting hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas
inilah yang disebut dengan demam atau febris.

Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi


klinik (akibat) berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-
anak yang disebut dengan kejang demam) Dengan memahami
mekanisme sederhana dari proses terjadinya demam diatas, maka
salah satu tindakan pengobatan yang sering kita lakukan adalah
mengompres kepala dan meminum obat penurun panas misal yang
sangat familiar adalah parasetamol.

writting by galuh prameswari di 11:10 AM


Label: kuliah, physiology

Anda mungkin juga menyukai