Anda di halaman 1dari 54

BAB III PENAPISAN

3.1 PROSES PELINGKUPAN

Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk mengidentifikasi isu-isu
penting / strategis atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul berkenaan dengan rencana
KRP (Kebijakan Rencana Program). Pelingkupan bahasan dokumen KLHS difokuskan pada isu-isu
atau konsekuensi lingkungan dimaksud. Pelingkupan dilakukan melalui metode desk study, diskusi
grup terfokus (focus group discussions), Interaksi Kelompok (brainstorming) pemerintah dan non
pemerintah serta akademisi, Diskusi Tim KLHS Kabupaten Halmahera Tengah, serta analisis / telaah
KRP menggunakan Metode Matriks, Metode Bagan Alir, Metode Checklist dan Metode Analisis
Spasial.

3.2 ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN HALMAHERA TENGAH


YANG RELEVAN DAN SIGNIFIKAN

Di dalam pasal 1 Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Salah satu instrument
pencegahan pencemaran terlebih kerusakan lingkungan hidup antara lain adalah KLHS dan Tata
Ruang.

KLHS dibuat pada dasarnya untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah yang terwujud dari suatu
kebijakan, rencana, dan program. KLHS sendiri dilaksanakan dengan mekanisme diantaranya :

 Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program terhadap kondisi lingkungan hidup di
suatu wilayah
 Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan program
 Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan program
yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan

Beberapa dampak atau resiko lingkungan hidup yang dimaksud dalam KLHS dan tertuang dalam
penjelasan UU PPLH Nomor 32 Tahun 2009 (penjelasan pasal 15 ayat 2) yang meliputi tujuh kriteria
yakni :

a) Perubahan iklim
b) Kerusakan, kemerosotan, dan kepunahan keanekaragaman hayati
c) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, atau
kebakaran hutan dan lahan
d) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
e) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan lahan
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
1
f) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
kelompok masyarakat
g) Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Isu – isu pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui FGD Bersama dengan stakeholder yang
dijelaskan di Bab 1. Hasil isu pembangunan berkelanjutan dijelaskan di bawah ini.

3.3.5.3. Bencana Alam dan Kerentanan Terhadap Bencana

3.2.3.1 Rawan Bencana Gempa Bumi


Wilayah Maluku Utara, rawan risiko bencana, antara lain gempa bumi. Wilayah ini berada di
tiga lempengan besar yang memengaruhi tingkat kegempaan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ternate menyebutkan, ada sesar baru
ditemukan sekitar 1994, ketika Kecamatan Kao dan Malifut, Halmahera Utara, dilanda gempa besar
lebih tujuh skala richter. Setelah terjadinya gempa di dua kecamatan tersebut ditemukan ada sesar
baru di tengah Pulau Halmahera. Kustoro Hariyatmoko, Kepala BMKG Ternate saat memaparkan
sebaran peta gempa bumi di Maluku Utara, sangat kompleks karena dipengaruhi tiga lempeng besar
yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Indo Australia, tidak hanya tiga lempeng besar
itu, juga ada sesar Halmahera di daratan Pulau Halmahera yang bergerak dan mempengaruhi
beberapa daerah yang selama ini jarang terjadi gempa. Terjadi kerusakan pada beberapa rumah
Kecamatan Weda Selatan, Halmahera Tengah.

3.2.3.2 Rawan Bencana Banjir


Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Halmahera Tengah terdapat di Kecamatan
Weda Utara, Weda Tengah dan Kecamatan Weda Selatan.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulanagan Bencana (BNPB) Sejumlah 184 KK
terdampak banjir di Kabupaten Halmahera Tengah pada Senin tanggal 8 Juli sekitar pukul 08.00
waktu setempat (Waktu Indonesia Timur). Genangan banjir di empat desa di wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah ini dipicu oleh intensitas hujan tinggi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Halmahera Tengah
melaporkan banjir terjadi di Desa Sumber Sari, Kluting Jaya, Wairoro Indah, Lembah Asri yang
berada di Kecamatan Weda Selatan. Sedangkan di Kecamatan Weda Utara, banjir melanda esa
Waleh. Hingga pukul 17.14 WIB hujan terjadi dengan intensitas rendah. Tinggi muka air beragam dari
50 hingga 100 cm.

3.2.3.3 Rawan Bencana Longsor


Berdasarkan tipe bencana longsor wilayah Kabupaten Halmahera Tengah terbagi menjadi
tiga lokasi rawan tanah longsor, yaitu :
1. Rawan tanah longsor tinggi, meliputi Kecamatan Weda Tengah dan Kecamatan Weda Utara
2. Rawan tanah longsor sedang, meliputi Kecamatan Weda, Weda Tengah, Weda Utara, Weda
Selatan, Weda Utara dan Kecamatan Patani Timur
3. Rawan tanah longsor rendah, meliputi Kecamatan Pulau Gebe

3.2.3.4 Rawan Bencana Tsunami


Berdasarkan aspek tektonik, regional Pulau Halmahera terbagi atas dua mandala utama
geologi yaitu Mendala Geologi Halmahera Tengah atau Lengan Timur dan Mendala Geologi
Halmahera Barat atau Lengan Barat. Hubungan antara kedua mendala berupa jalur tektonik dengan
perlipatan dan pensesaran yang kuat berbatuan sedimen Neogen. Batuan penyusun Mendala Timur
relatif lebih tua dibandingkan Mendala Barat. Kabupaten Halmahera Tengah berada pada Mendala
Geologi Halmahera Tengah, yang bagian terbesar berupa pegunungan berlereng curam dengan
torehan sungai yang dalam, dan sebagian bermorfologi karst (Hall et.al, 1988). Perkembangan
tektonik pada lengan timur diperkirakan terjadi pada akhir Kapur dan awal Tersier. Tersusun oleh
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
2
batuan ultrabasa dan serpih merah yang diduga berumur Kapur terdapat dalam batuan sedimen
Formasi Dorosagu yang berumur Paleosen-Eosen. Kegiatan tektonik lanjutan terjadi pada awal
Eosen - Oligosen. Ini diketahui dari ketidakselarasan antara Formasi Dorosagu dan Formasi Bacan
yang batuan vulkanik berumur akhir Oligosen - Miosen Awal (Oligo-Miosen).
Halmahera Tengah dan Mendala Halmahera Barat berupa jalur tektonik yang kuat berbatuan
sedimen Neogen. Perlipatan kuat dan persesaran terdapat pada jalur ini. Mendala geologi Halmahera
Tengah terutama dibentuk oleh satuan batuan ultra basa yang sebarannya cukup luas. Batuan
sedimen berumur Kapur (Kd) dan berumur Peleosen-Eosen (Tped, Tpec, dan Tpel) diendapkan tak
selaras di atas batuan ultrabasa.
Berdasarkan kondisi tektonik tersebut, maka potensi pergerakan lempeng yang dapat
memicu terjadinya tsunami di Kabupaten Halmahera Tengah. Lokasi rawan bencana tsunami di
Kabupaten Halmahera Tengah yaitu kawasan pesisir bagian selatan yaitu (Peta Indikasi Kawasan
Rawan Bencana Tsunami Kab. Halmahera Tengah): Kecamatan Weda, Weda Tengah, Weda Selatan
dan Kecamatan Pulau Gebe.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
3
Peta Indikasi Rawan Bencana Alam di Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
4
3.3.5.4. Kemiskinan Penduduk

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2016 adalah sebanyak 7,1
ribu jiwa atau turun sebesar 0,42 ribu jiwa dibanding tahun sebelumnya akan tetapi garis
kemiskinan naik menjadi 397.379

3.3.5.5. Penurunan Kualitas Lingkungan (Kualitas Air, Sampah, Air Limbah)

Kejadian longsor di tambang nikel di Gunung Moro-Moro di Kilometer 15, Desa Fritu pada
Maret 2019 merupakan contoh rentannya pengelolaan tambang. Penambangan di lokasi
pebukitan menyebabkan bukut gundul dan rawan terjadinya aliran permukaan jika hujan
Penambangan oer nikel di Pulau Gebe juga menyebabkan terjadinya pencemaran laut dari
sebagian material yand diangkut ke kapal maupun tongkang yang berjatuhan ke laut , debu
dari truk-truk pengangkut ore nikel juga beterbangan,emisi alat berat perusahaan
menyebabkan penurunan kualitas udara dan rusaknya jalan desa. Akhir tambang
meninggalkan lubang- lubang serta kolam-kolam besar. Dan lahan gundul. IUP yang
dipegang di Pulau Gebe adalah PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara (FBLN), PT Batra Putra
Utama, Fajar Bhkati Lintas Nusantara, Gebe Sentra Nikel, Elsaday Mulia, Integra Mining
Nusantara, Mineral Trobos, Anugrah Sukses Mining, Karya Wijaya dan Multi Tambang Prima.

3.3.5.6. Rusaknya Mangrove

Di area pesisir, terumbu karang di bagian selatan– berdekatan dengan penambangan– tertutup
sedimen lumpur karena terbawa erosi dari areal penambangan, Kondisi hutan mangrove juga
mengkhawatirkan ak lagi tumbuh subur karena tertimbun sedimen lumpur yang terbawa erosi
dari penambangan dan lokasi penimbunan bahan galian nikel

3.3.5.7. Perubahan Lahan

PT Weda Bay Nikel (WBN) dan PT. Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) memerlukan
ribuan lahan. Rencana perusahaan sawit dengan konsesi yang meliputi Desa Banemo
(Patani Barat), Masure, Peniti, Palo, Sakam dan Damuli (Patani Timur) dan Desa Pantura
Jaya (Patani Utara), dengan penggunaan kawasan hutan adat untuk perusahaan sawit

3.3 MUATAN KLHS

Pada analisis KLHS terdapat 6 (enam) muatan dalam penyusunan dokumen KLHS yang telah
diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
5
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, hasil analisis dari enam muatan tersebut akan menjadi tinjauan
pada KRP Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Tengah.

Enam muatan KLHS tersebut sebagai berikut.


1. Kinerja layanan atau jasa ekosistem
2. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam
3. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
4. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
5. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
6. Potensi dampak dan risiko lingkungan hidup

Menurut pada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis, enam muatan dalam kajian KLHS tersebut dapat dijelaskan secara
terperinci berikut ini.

Tabel 3.1 Penjelasan Muatan KLHS

No. Aspek Penjelasan

1. Kapasitas daya dukung dan daya a. Kemampuan suatu ekosistem untuk mendukung aktivitas
tampung lingkungan hidup sampai dengan batasan tertentu
b. Menentukan suatu kegiatan masih dapat ditambahkan
dalam suatu ekosistem tertentu atau masih mampu
mendukung aktivitas tertentu
c. Dapat diukur dengan beberapa variabel seperti air dan
lahan

2. Perkiraan mengenai dampak dan a. Dampak suatu KRP terhadap terjadinya perubahan
risiko lingkungan hidup lingkungan hidup yang mendasar
b. Dapat diukur dengan beberapa data lingkungan

3. Kinerja layanan atau jasa a. Layanan atau jasa ekosistem dikategorikan dalam 4
ekosistem (empat) jenis layanan, yaitu layanan
fungsional/penyediaan, layanan regulasi, layanan
kultural, dan layanan pendukung kehidupan

4. Efisiensi pemanfaatan sumber Tingkat optimal pemanfaatan sumberdaya alam di mana


daya alam kebutuhan terpenuhi dengan ekosistem yang tetap terjaga

5. Tingkat kerentanan dan kapasitas Kondisi lingkungan yang diukur dari kemungkinan dampak
adaptasi terhadap perubahan iklim perubahan iklim, seperti perubahan cuaca/iklim atau

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
6
mempunyai daya lenting/kapasitas untuk menyesuaikan

6. Tingkat ketahanan dan potensi Koondisi lingkungan yang diukur dengan indeks
keanekaragaman hayati keanekaragaman hayati (seperti kepunahan, kemerosotan
dan kerusakan)

Sumber: PP 46/2016

3.3.1. Kinerja Layanan dan Jasa Ekosistem

Pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) juga melihat jasa ekosistem suatu wilayah.
Jasa ekosistem tersebut terbagi menjadi empat aspek diantaranya jasa penyedia yang terdiri dari jasa
penyedia pangan, penyedia air bersih, penyedia serat, penyedia bahan bakar dan penyedia sumber
daya genetik; jasa pengaturan yang terdiri dari pengaturan iklim, pengaturan aliran air dan banjir,
pengaturan pencegahan dan perlindungan bencana, pengaturan pemurnian air, pegaturan
penguraian limbah, pengaturan kualitas udara, pengaturan penyerbukan alami, pengaturan hama dan
penyakit; jasa budaya yang terdiri dari fungsi tepat tinggal dan ruang hidup, fungsi rekreasi dan
ekowisata, fungsi estetika alam; jasa pendukung yang terdiri dari pendukung pembentukan lapisan
dan pemeliharaan tanah, pendukung siklus air, pendukung produksi primer dan pendukung
biodiversitas. Masing-masing jasa ekosistem tersebut secara spasial eksisting akan dapat ditinjau
melalui lima kelas yaitu, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Dalam penentuan
masing-masing kelas tersebut melalui overlay penggunaan lahan Kabupaten Halmahera Tengah dan
Ekoregion Halmahera Tengah.

Pada hasil analisis 20 jasa ekosistem di Kabupaten Halmahera Tengah mayoritas memiliki kelas
jasa ekosistem sedang. Penentuan tersebut telah didapatkan melalui overlay ekoregion dan tutupan
lahan di Kabupaten Halmahera Tengah. Dalam kelas yang terbagi lima tersebut dapat dilihat pada
masing-masing jasa ekosistem, dimana kelas sangat rendah diartikan sebagai kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan sangat rendah dan jika semakin tinggi dapat diartikan wilayah
tersebut memiliki daya dukung dan daya tampung yang dapat mengkomodasi kegiatan yang juga
didukung oleh kemampuan lahan di wilayah tersebut. Berdasarkan analisis, jasa ekosistem di
Kabupaten Halmahera Tengah sebagian besar termasuk dalam kelas sedang, beberapa yang
mempengaruhi diantaranya masih tersedianya lahan belum terbangun yang dapat mengkomodasi
kegiatan manusia sehingga akan terjadi keseimbangan di lingkungan. Kelas sedang tersebut juga
perlu diperhatikan karena sebagian wilayah Kabupaten Halmahera Tengah memiliki perbukitan yang
curam sehingga tidak dapat difungsikan sebagai kegiatan manusia. Di wilayah Kecamatan Weda
Selatan memiliki lahan untuk pertanian yang dapat berpotensi sebagai jasa ekosistem penyedia
pangan sehingga mampu meningkatkan jasa ekosistem penyedia pangan yang sebagian besar masih
sangat rendah. Hasil sebagian besar jasa ekosistem yang masuk dalam kelas tinggi pada jasa
ekosistem pendukung siklus air. Jasa ekosistem tersebut memiliki kelas tinggi dikarenakan di wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan masih banyak tutupan lahan hijau dengan struktur pegunungan dan
perbukitan yang mempu mendukung siklus air. Untuk keseluruhan rata-rata nilai indeks jasa
ekosistem dan kelas jenis ekosistem di Kabupaten Halmahera Tengah dapat dilihat pada tabel 3.17
berikut.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
7
Tabel 3.2 Rata-Rata Nilai Indeks Jasa Ekosistem dan Kelas Jenis Ekosistem di
Kabupaten Halmahera Tengah
Prosentase Jasa Ekosistem Kelas
Rata-Rata Nilai Hasil Sebagian
Tinggi (Sangat Tinggi & Tinggi) dari
No. Jasa Ekosistem Indeks Jasa Besar Jasa
Total Luas Kabupaten Halmahera
Ekosistem Ekosistem
Tengah (%)

1 Penyedia Pangan 0.287 Sangat rendah 1.43

Penyedia Air
2 0.215 Rendah 28.14
Bersih
3 Penyedia Serat 0.299 Sangat rendah 37.31
Penyedia Bahan
4 0.247 Sedang 33.05
Bakar

Penyedia Sumber
5 0.233 Sedang 26.58
Daya Genetik

6 Pengaturan Iklim 0.274 Sedang 35.38

Pengaturan Aliran
7 0.248 Sedang 24.00
Air dan Banjir

Pengaturan
Pencegahan dan
8 0.287 Sedang 30.32
Perlindungan
Bencana

Pengaturan
9 0.308 Sedang 21.76
Pemurnian Air

Pengaturan
10 Penguraian 0.298 Rendah 24.01
Limbah

Pengaturan
11 0.347 Rendah 19.74
Kualitas Udara

Pengaturan
12 Penyerbukan 0.247 Sedang 21.71
Alami

Pengaturan
13 Hama dan 0.211 Rendah 15.02
Penyakit

Fungsi Tempat
14 Tinggal dan 0.292 Rendah 27.39
Ruang Hidup

Fungsi Rekreasi
15 0.286 Sangat rendah 19.36
dan Ekowisata

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
8
Prosentase Jasa Ekosistem Kelas
Rata-Rata Nilai Hasil Sebagian
Tinggi (Sangat Tinggi & Tinggi) dari
No. Jasa Ekosistem Indeks Jasa Besar Jasa
Total Luas Kabupaten Halmahera
Ekosistem Ekosistem
Tengah (%)
Budaya Fungsi
16 0.268 Sedang 23.22
Estetika Alam

Pendukung
Pembentukan
17 Lapisan dan 0.366 Sedang 39.36
Pemelihara
Tanah

Pendukung Siklus
18 0.320 Tinggi 50.93
Air

Pendukung
19 0.274 Rendah 23.13
Produksi Primer

Pendukung
20 0.232 Rendah 8.59
Biodiversitas
Sumber: Hasil analisis, 2019

Dari keseluruhan jasa ekosistem berikut beberapa jasa ekosistem yang dapat lebih jelas terkait
dengan masing-masing jasa ekosistem di Kabupaten Halmahera Tengah sebagai berikut.

3.3.3.1. Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan

Berdasarkan hasil analisis secara spasial jasa ekosistem peyedia pangan Kabupaten Halmahera
Tengah sebagian besar dalam kelas sangat rendah dengan luas 106.953 Ha atau 43.17% dari luas
Kabupaten Halmahera Tengah. Pada total kelas sangat tinggi dan tinggi sebesar 1.4% dari total luas
wilayah. Jasa ekosistem penyedia pangan kelas tinggi tersebar di beberapa kecamatan diantaranya
Kecamatan Weda Selatan dengan luas 1479 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 244.37 Ha,
Kecamatan Weda Tengah dengan luas 604.66 Ha, dan Kecamatan Weda Timur dengan luas 57.27
Ha. Dari penyedia bahan pangan kelas tinggi di Kabupaten Halmahera Tengah, Kecamatan Weda
Selatan memiliki kelas sangat tinggi yang dapat menjadi potensi penyedia bahan pangan. Di
Kecamatan Weda Selatan juga memiliki lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
penyedia bahan pangan.

Tabel 3.3 Luas Per Kelas JE Penyedia Pangan Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 947.85 0.38
Tinggi 2604.25 1.05
Sedang 95933.59 38.73
Rendah 41286.11 16.67
Sangat Rendah 106953.54 43.17
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
9
Gambar 2.1 Luas Per Kelas JE Penyedia Pangan Kabupaten Halmahera Tengah

3.3.3.2. Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih

Menurut hasil analisa jasa ekosistem penyedia air bersih di Kabupaten Halmahera Tengah sebagian
besar masuk dalam kelas rendah dengan luas 94.390,75 Ha, berdasarkan persentase sebesar
38.10% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Pada kelas tinggi (sangat tinggi & tinggi),
memiliki total 28.13% atau dengan luas 69.699,37 Ha dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah.
Wilayah menurut kecamatan yang memiliki jasa penyedia air bersih kelas tinggi (sangat tinggi &
tinggi) diantaranya Kecamatan Patani dengan luas 2.329,10 Ha, Kecamatan Patani Timur dengan
luas 5.324,18 Ha, Kecamatan Patani Barat dengan luas 6.429,58 Ha, Kecamatan Patani Utara
dengan luas 1.296,04 Ha, Kecamatan Weda Tengah dengan luas 17.833 Ha, Kecamatan Weda
Utara dengan luas 9.869,81 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 3.594,57 Ha, Kecamatan Weda
Timur dengan luas 15.966,55 Ha, Kecamatan Weda Selatan dengan luas 1527,07 Ha, dan Pulau
Gebe dengan luas 1728,38 Ha.

Tabel 3.4 Luas Per Kelas JE Penyedia Air Bersih Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 39934.38 16.12
Tinggi 29765.00 12.02
Sedang 37839.33 15.27
Rendah 94390.75 38.10
Sangat Rendah 45795.89 18.49
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
10
Gambar 2.2 Luas Per Kelas JE Penyedia Air Bersih Kabupaten Halmahera Tengah

3.3.3.3. Jasa Ekosistem Pengaturan Aliran Air dan Banjir

Berdasarkan hasil analisis spasial jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir Kabupaten
Halmahera Tengah sebagian besar berada dalam kelas sedang dengan luas 87.424 Ha atau
persentase sebesar 35.29% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem
pengaturan aliran air dan banjir kelas tinggi (sangat tinggi dan tinggi) memiliki luas sebesar 24% dari
total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah. Masing-masing kecamatan memiliki kelas
sangat tinggi untuk jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir. Kecamatan yang masuk dalam
kelas sangat tinggi diantaranya Kecamatan Weda Tengah dengan luas 8.649,67 Ha, Kecamatan
Weda Utara dengan luas 6.998,58 Ha, Pulau Gebe dengan luas 6.438,11 Ha, Kecamatan Weda
Selatan dengan luas 1.974,40 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 1.895,21 Ha, Kecamatan Weda
Timur dengan luas 1.522,32 Ha, Kecamatan Patani Barat dengan luas 1.248,86 Ha, Kecamatan
Patani Timur dengan luas 1.080,82 Ha, Kecamatan Patani Utara dengan luas 743,41 Ha, dan
Kecamatan Patani dengan luas 71,74 Ha. Jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir tersebut
dapat dilihat dari tutupan lahan seperti hutan lahan basah atau hutan produksi yang memiliki daya
resap sangat tinggi karena tingkat kesuburan tanah yang tinggi, sehingga tutupan lahan dan sifat
ekoregion dari wilayah sangat berpengaruh terhadap daya resap air.

Tabel 3.5 Luas Per Kelas JE Pengaturan Aliran Air dan Banjir Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 33015.79 13.33
Tinggi 26447.22 10.68
Sedang 87424.00 35.29
Rendah 49253.78 19.88
Sangat Rendah 51584.55 20.82
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Gambar 2.3 Luas Per Kelas JE Pengaturan Aliran Air dan Banjir Kabupaten Halmahera Tengah

3.3.3.4. Jasa Ekosistem Pengaturan Penguraian Limbah

Berdasarkan hasil analisis spasial jasa ekosistem pengaturan penguraian limbah Kabupaten
Halmahera Tengah sebagian besar berada dalam kelas rendah dengan luas 87.571,32 Ha atau
persentase sebesar 35.35% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem
pengaturan penguraian limbah kelas tinggi (sangat tinggi dan tinggi) memiliki luas sebesar 24% dari
total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah. Masing-masing kecamatan memiliki kelas
sangat tinggi untuk jasa ekosistem pengaturan penguraian limbah. Kecamatan yang masuk dalam

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
11
kelas sangat tinggi diantaranya Kecamatan Patani Timur dengan luas 2.577,68 Ha, Kecamatan Weda
Tengah dengan luas 2.348,40 Ha, Kecamatan Patani Barat dengan luas 1.559,36 Ha, Kecamatan
Patani dengan luas 597,74 Ha, Kecamatan Weda Selatan dengan luas 556,46, Kecamatan Weda
Utara dengan luas 424,83 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 370,41 Ha, Kecamatan Patani Utara
303,63 Ha, Kecamatan Weda Timur dengan luas 14,62 Ha. Jasa ekosistem pengaturan penguraian
limbah tersebut dimaksutkan suatu wilayah atau lahan mampu untuk melakukan proses degradasi,
demineralisasi ataupun dekomposisi yang dilakukan mikroba dan detritus.

Tabel 3.6 Luas Per Kelas JE Pengaturan Penguraian Limbah Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 8972.90 3.62
Tinggi 50501.21 20.39
Sedang 70009.31 28.26
Rendah 87571.32 35.35
Sangat Rendah 30670.60 12.38
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Gambar 2.4 Luas Per Kelas JE Pengaturan Penguraian Limbah Kabupaten Halmahera Tengah

3.3.3.5. Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana

Berdasarkan hasil analisis spasial jasa ekosistem pencegahan dan perlindungan bencana Kabupaten
Halmahera Tengah sebagian besar berada dalam kelas sedang dengan luas 85.488,70 Ha atau
persentase sebesar 30.51% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem
pencegahan dan perlindungan bencana kelas tinggi (sangat tinggi dan tinggi) memiliki luas sebesar
30% dari total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah. Masing-masing kecamatan memiliki
kelas sangat tinggi untuk jasa ekosistem pencegahan dan perlindungan bencana. Kecamatan yang
masuk dalam kelas sangat tinggi diantaranya Kecamatan Weda Tengah dengan luas 4.960,78 Ha,
Pulau Gebe dengan luas 4.365,98 Ha, Kecamatan Patani Utara dengan luas 1.318,16 Ha,
Kecamatan Weda Selatan dengan luas 1.017,71 Ha, Kecamatan Weda Utara dengan luas 383,87
Ha, Kecamatan Weda dengan luas 348,09 Ha, Kecamatan Weda Timur dengan luas 343,82 Ha, dan
Kecamatan Patani Timur dengan luas 2,38 Ha. Jasa ekosistem pencegahan dan perlindungan
bencana tersebut dimaksutkan suatu wilayah atau lahan mampu untuk menghadapi dan
mempertahankan lahannya ketika terjadinya bencana di Kabupaten Halmahera Tengah, sehingga
wilayah tersebut mampu untuk bertahan terhadap ancaman bencana.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
12
Tabel 3.7 Luas Per Kelas JE Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana
Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 12740.80 5.14
Tinggi 62380.96 25.18
Sedang 85488.70 34.51
Rendah 38622.23 15.59
Sangat Rendah 48492.65 19.58
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Gambar 2.5 Luas Per Kelas JE Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana
Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
13
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
14
Gambar 2.6 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
15
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
16
Gambar 2.7 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
17
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
18
Gambar 2.8 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Aliran Air dan Banjir Kabupaten Halmahera
Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
19
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
20
Gambar 2.9 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Penguraian Limbah Kabupaten Halmahera
Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
21
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
22
Gambar 2.10 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana
Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
23
3.3.2. Efisiensi Sumber Daya Alam

Efisiensi sumber daya alam berkaitan langsung dengan kekayaan alam. Kekayaan alam dapat
berupa tanah, air, tumbuhan ataupun sumber daya alam yang terdapat di dalam bumi berupa mineral.
Efisiensi sumber daya alam memiliki arti untuk mengefisiensikan penggunaan sumber daya alam
sehingga dapat digunakan dalam waktu jangka panjang. Efisiensi dalam penggunaan sumber daya
alam tersebut dengan memperhitungkan akibat dari kelangsungan pembangunan maupun
kelangsungan ekosistem alam wilayah tersebut.

Kabupaten Halmahera Tengah dapat mengefisiensi sumber daya alam melalui energi panas
surya dan air, wilayah Kabupaten Halmahera Tengah masih memiliki lahan belum terbangun dapat
dimanfaatkan sebagai fasilitas panel solar untuk mengefisiensikan sumber daya alam yang digunakan
selain dari listrik batu bara. Kabupaten Halmahera Tengah juga memiliki kegiatan pertambangan dan
fasilitas kegiatan pertambangan. Tetapi kegiatan pertambangan tersebut tidak dapat mencukupi untuk
pembangunan Kabupaten Halmahera Tengah sehingga diperlukan alternatif sumber daya dari luar
daerah lain ataupun alternatif energi terbarukan. Potensi sumber daya dari pertambangan merupakan
sangat besar dalam mendukung pembangunan ataupun aktifitas di Kabupaten Halmahera Tengah.

3.3.3. Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Kapasitas dalam adaptasi terhadap perubahan ikim berkaitan langsung dengan emisi gas buang
yang setiap waktu mencemari udara. Emisi gas juga dapat ditimbulkan dari penggunaan lahan di
suatu wilayah. Pada Kabupaten Halmahera Tengah terdapat tutupan lahan yang menimbulkan emisi
diantaranya hutan lahan kering, perkebunan, pertanian lahan kering (ladang), mangrove,
permukiman, transmigrasi, pertanian dan semak belukar. Masing-masing jenis tutupan lahan tersebut
memiliki nilai emisi karbon yang berbeda-beda, berikut masing-masing nilai emisi karbon tutupan
lahan menurut Bappenas.

Tabel 3.8 Nilai Emisi Karbon Berdasarkan Tutupan Lahan


Tutupan Lahan Nilai Emisi Karbon
Hutan lahan kering 195
Hutan mangrove 170
Semak belukar 30
Perkebunan 63
Permukiman 4
Tanah terbuka 2.5
Pertanian lahan kering 10
Transmigrasi 10
Sawah 2
Sumber: Bappenas, 2014

Tabel 3.9 Nilai Faktor Emisi Perubahan Lahan Berdasarkan Tutupan Lahan
Nilai
Jenis Tutupan Lahan Luas Atom C Emisi
Emisi
Hutan lahan kering 80613.62 195 3.67 57691136.79
Perkebunan 769.29 63 3.67 177867.50
Pertanian lahan kering 2717.71 10 3.67 99739.98
Mangrove 199.59 170 3.67 124526.27
Permukiman 923.13 4 3.67 13551.59
Transmigrasi 289.19 10 3.67 10613.14

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
24
Nilai
Jenis Tutupan Lahan Luas Atom C Emisi
Emisi
Pertanian 2860.63 2 3.67 20997.05
Semak belukar 23.48 30 3.67 2585.14
Total 58141017.47
Sumber: Hasil Analaisis, 2019

Nilai faktor emisi berdasarkan tutupan lahan di Kabupaten Halmahera Tengah dapat dilihat pada
tabel di atas. Berdasarkan masing-masing tutupan lahan, paling tinggi emisi dihasilkan dari hutan
lahan kering dengan nilai 57.691.136,79 ton CO 2e dan terendah pada semak belukar dengan nilai
emisi 2.585,14 ton CO2e. Keseluruhan emisi karbon yang dihasilkan dari tutupan lahan di Kabupaten
Halmahera Tengah sebanyak 58,141.017,47 ton CO2e.

Kapasitas adaptasi dari perubahan iklim juga dapat ditinjau dari jasa ekosistem pengaturan iklim.
Pengaturan iklim tersebut akan berdampak pada suhu di darat maupun udara, kelembapan dan
hujan. Berdasarkan hasil analisis spasial jasa pengaturan iklim Kabupaten Halmahera Tengah
sebagian besar berada dalam kelas sedang dengan luas 90.977,76 Ha atau persentase sebesar
36.73% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem pengaturan iklim kelas tinggi
(sangat tinggi dan tinggi) memiliki luas sebesar 35.38% dari total keseluruhan luas Kabupaten
Halmahera Tengah. Masing-masing kecamatan memiliki kelas sangat tinggi untuk jasa ekosistem
pengaturan iklim. Kecamatan yang masuk dalam kelas sangat tinggi diantaranya Kecamatan Weda
Timur dengan luas 5.954,17 Ha, Kecamatan Weda Tengah dengan luas 4.961,40 Ha, Pulau Gebe
dengan luas 3.179,37 Ha, Kecamatan Patani Barat dengan luas 2.093,45 Ha, Kecamatan Weda
Utara dengan luas 2.339,45 Ha, Kecamatan Patani dengan luas 1.963,88 Ha, Kecamatan Patani
Timur dengan luas 1.915,91 Ha, Kecamatan Weda Selatan dengan luas 1.433,30 Ha, Kecamatan
Weda dengan luas 646,44 Ha, dan Kecamatan Patani Utara dengan luas 467,52 Ha. Jasa ekosistem
pengaturan iklim tersebut dimaksutkan suatu wilayah atau lahan mampu untuk meminimalkan emisi
karbon dengan masih banyaknya vegetasi seperti hutan dan lahan terbuka hijau yang mampu
menyerap CO2e.

Tabel 3.10 Luas Per Kelas JE Pengaturan Iklim Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 24235.39 9.78
Tinggi 63419.32 25.60
Sedang 90977.76 36.73
Rendah 32356.79 13.06
Sangat Rendah 36736.08 14.83
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
25
Gambar 2.11 Luas Per Kelas JE Pengaturan Iklim Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
26
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
27
Gambar 2.12 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
28
3.3.4. Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati merupakan tingkat banyaknya variasi kehidupan di ekosistem yang


berasal dari alam maupun buatan. Keanekaragaman hayati tersebut juga dapat menjadi tolak ukur
suatu ekosistem dalam kondisi baik dan memiliki fungsi dari iklim. Secara ekosistem, potensi dari
keanekaragaman hayati tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan ekosistem alami dan
ekosistem buatan. Ekosistem alami yang dimaksut yaitu ekosistim darat, ekosistem laut dan
ekosistem pesisir sedangkan ekosistem buatan lebih kepada kesengajaan dari buatan manusia
seperti tambak, pertanian, dan waduk.

a. Ekosistem Alami
- Ekosistem darat
Ekosistem darat merupakan ekosistem yang berada di wilayah sungai. Kabupaten Halmahera
Tengah memiliki daerah aliran sungai (DAS) dengan luas 247.975 Ha. Meskipun memiliki
DAS yang luas tetapi terdapat beberapa permasalahan terkait dengan bencana banjir.
Bencana banjir tidak hanya disebabkan oleh kondisi DAS tetapi juga debit air hujan, intensitas
curah hujan yang tinggi dan kondisi struktur tanah yang tidak mampu menyerap air hujan
dengan baik. DAS merupakan elemen penting untuk melakukan mitigasi terhadap bencana
banjir, sehingga air hujan dapat menuju hilir sungai dan tidak menggenangi permukiman
warga. Ekosistem darat juga berkaitan dengan hutan. Hutan memiliki berbagai spesies
tumbuhan endemik yang berbeda-beda setiap daerah. Menjaga wilayah hutan di Halmahera
Tengah akan meningkatkan ketahanan keanekaragaman hayati tersebut.
- Ekosistem laut
Kabupaten Halmahera Tengah merupakan wilayah pesisir laut halmahera memiliki potensi
besar dari hasil laut seperti ikan laut serta biota laut lainnya. Potensi tersebut tidak hanya
sebagai bahan pangan tetapi juga dapat sebagai pariwisata karena laut halmahera memiliki
gugus batu karang dan alam bawa laut yang mampu menarik kunjungan wisatawan domestik
maupun mancanegara.
- Ekosistem pesisir
Pada ekosistem pesisir di Halmahera Tengah memiliki potensi wisata dan budidaya ikan
untuk menopang penyedia pangan. Wilayah pesisir juga ditumbuhi oleh hutan mangrove yang
diketahui memiliki luas 199,59 Ha. Kawasan mangrove juga digunakan sebagai habitat
beberapa spesies burung peralihan seperti burung kuntul. Fungsi dari kawasan hutan
magrove tidak hanya sebagai tempat tinggal beberapa spesies hewan tetapi juga dapat
sebagai mitigasi bencana seperti abrasi air laut dan bencana tsunami.

b. Ekosistem Buatan
- Ekosistem pertanian dan perkebunan
Ekosistem pertanian merupakan ekosistem yang disengaja dibuat oleh manusia sebagai
penyedia bahan pangan. Di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah ekosistem pertanian
tersebar di beberapa kecamatan dengan luas total 3.629,92 Ha. Ekosistem pertanian tersebut
dikembangkan untuk padi, umbi-umbian dan buah-buahan.
- Ekosistem ruang terbuka hijau
Ruang terbuka hijau juga memiliki fungsi dalam menjaga ketahanan potensi keanekaragaman
hayati. Kabupaten Halmahera Tengah memiliki ruang terbuka hijau yang masih luas yang
terdiri dari, hutan mangrove, pertanian, perkebunan, hutan, sempadan sungai, makam dan
lahan yang belum terbangun. Ruang terbuka hijau tersebut tidak hanya menjaga ketahanan
potensi keanekaragaman hayati tetapi juga menjaga ketahanan iklim di Kabupaten
Halmahera Tengah.
- Ekosistem waduk
Ekosistem waduk memiliki berbagai fungsi dari menjaga ketahanan keanekaragaman hayati,
penampungan air, mengendalikan arus air dan mengendalikan bencana banjir.
Pembangunan waduk di Halmahera Tengah sangat berpotensi untuk menjaga arus air dan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
29
mengendalikan bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Halmahera Tengah. Kawasan
waduk juga dapat menjadi potensi budidaya perikanan sebagai penyedia bahan pangan.

Berbagai potensi keanekaragaman hayati alami dan buatan tersebut akan didukung oleh jasa
ekosistem pendukung biodiversitas. Kapasitas pendukung biodiversitas ditinjau dari tutupan lahan
dari hutan lahan basak, pertanian, ruang terbuka hijau, dan cagar alam. Pendukung biodiversitas
tersebut akan berdampak pada ketahanan dan potensi keanekaragamanhayati. Berdasarkan hasil
analisis spasial jasa pendukung biodiversitas Kabupaten Halmahera Tengah sebagian besar berada
dalam kelas sedang dengan luas 97.980,68 Ha atau persentase sebesar 39.55% dari total luas
Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem pendukung biodiversitas kelas tinggi (sangat tinggi
dan tinggi) memiliki luas sebesar 8.59% dari total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah.
Masing-masing kecamatan memiliki kelas sangat tinggi untuk jasa ekosistem pengaturan iklim.
Kecamatan yang masuk dalam kelas sangat tinggi diantaranya Pulau Gebe dengan luas 2.631,14 Ha,
Kecamatan Weda Tengah dengan luas 1.459,95 Ha, Kecamatan Weda Timur dengan luas 1.026,07
Ha, , Kecamatan Patani Barat dengan luas 1.002 Ha, Kecamatan Weda Selatan dengan luas 982,89
Ha, Kecamatan Patani dengan luas 576,50 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 473,76 Ha,
Kecamatan Patani Timur dengan luas 70,96 Ha, dan Kecamatan Patani Utara dengan luas 18 Ha.
Jasa ekosistem pendukung biodiversitas tersebut akan mendukung ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati di Kabupaten Halmahera Tengah.

Tabel 3.11 Luas Per Kelas JE Pendukung Biodiversitas Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 8395.32 3.39
Tinggi 12890.05 5.20
Sedang 97980.68 39.55
Rendah 94924.99 38.32
Sangat Rendah 33534.30 13.54
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Gambar 2.13 Luas Per Kelas JE Pendukung Biodiversitas Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
30
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
31
Gambar 2.14 Peta Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas Kabupaten Halmahera Tengah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
32
3.3.5. Kapasitas Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Kajian Lingkungan Hidup Strategis akan berkaitan langsung dengan analisis muatan Kebijakan,
Rencana dan atau Program. Menurut PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis analisis yang dimaksut salah satunya bermuatan kajian kapasitas
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan. Daya dukung lingkungan
hidup (DDLH) dapat digambarkan melalui perbandingan jumlah sumber daya yang dapat dikelola
terhadap jumlah konsumsi penduduk (cloud, dalam Soerjani, dkk., 1987). Perbandingan yang
digambarkan tersebut akan menunjukan daya dukung lingkungan surplus ataupun telah mengalami
defisit sehingga tidak mampu mendukung kehidupan di wilayah tersebut. Status DDLH diperoleh dari
pendekatan kuantitatif dengan memperhitungkan selisih dari perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan untuk masing-masing jasa ekosistem (Norvyani, 2016). Menurut UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian dari daya dukung lingkungan
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain,
dan keseimbangan antar keduanya, sedangkan daya tampung lingkungan adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk di dalamnya.
Tingkat jumlah penduduk yang semakin bertambah akan mempengaruhi secara langsung daya
dukung dan daya tampung lingkungan.

Pada penghitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dibedakan berdasarkan fungsi
dan tujuannya. Beberapa pendekatan dibedakan sebagai berikut:

1. Daya dukung lahan bangunan dengan melihat perbandingan luas wilayah dengan luas lahan
terbangun sehingga diketahui lahan terbangun telah terlampaui ataupun masih dalam
kondisi baik.
2. Daya dukung lahan pertanian dan pangan dapat dilihat dari jumlah kebutuhan lahan yang
didapat melalui analisis luas laan untuk hidup layak per penduduk dengan produktivitas
beras sehingga diperoleh status daya dukung lahan dari perbandingan ketersediaan lahan
dengan kebutuhan lahan yang ada.
3. Daya dukung lahan fungsi lindung dengan melihat luasan tutupan lahan dengan koefisien
jenis tata guna lahan dan diperoleh tingkat kualitas daya dukung fungsi lindung masing-
masing wilayah.
4. Daya dukung air dengan melihat ketersediaan air (supply) dan kebutuhan air (demand)
sehingga dapat dilihat perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air telah terlampaui
atau masih dalam batas aman.

3.3.5.1. Daya Dukung Ekonomi

Menurut Pedoman Penentuan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup tahun 2014, daya
dukung ekonomi dengan mempertimbangkan nilai total PDRB wilayah, jumlah penduduk, konsumsi
penduduk per kapita. Terdapat indikator dalam penentuan daya dukung ekonomi diantaranya sebagai
berikut.

DDE < 1 = sumberdaya dan ekonomi wilayah sudah tidak mampu mendukung kebutuhan dan
konsumsi penduduk

DDE > 1 = sumberdaya dan ekonomi wilayah mampu mendukung kebutuhan dan konsumsi
penduduk dalam batas minimal

DDE 1 = terdapat keseimbangan pada sumberdaya dan ekonomi wilayah dalam mendukung
kebutuhan dan konsumsi penduduk

Menurut data BPS pada tahun 2017 Kabupaten Halmahera Tengah memiliki nilai PDRB total atas
dasar harga berlaku sebesar Rp 1.931.505 juta rupiah dengan jumlah penduduk sebanyak 52.813
jiwa. Nilai konsumsi per kapita sebesar Rp 491.281/bulan atau Rp 5.895.372/tahun. Dalam analisis
daya dukung ekonomi menggunakan perhitungan sebagai berikut.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
33
1.931 .505
DDE= =6.2
52.813 x 5.895 .372
Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung ekonomi Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 6.2.
Nilai tersebut lebih dari satu yang menandakan sumber daya dan ekonomi wilayah mampu
mendukung kebutuhan dan konsumsi penduduk dalam batas minimal.

3.3.5.2. Daya Dukung Lahan Air


Dalam analisis daya dukung air memiliki beberapa pertimbangan pada ketersediaan dan kebutuan air
bagi penduduk di wilayah tersebut. Dengan beberapa metode akan diketahui kondisi daya dukung air
dalam keadaan baik atapun telah terlampaui. Pendekatan yang pertama yaitu mempertimbangkan
ketersediaan air. Ketersediaan air tersebut menggunakan koefisien limpasan untuk setiap jenis
penggunaan lahan, luasan setiap jenis penggunaan lahan, dan curah hujan tahunan di Kabupaten
Halmahera Tengah. Pendekatan yang kedua yaitu analisis pada kebutuhan air dengan menggunakan
populasi penduduk yang dikonversi dengan kebutuhan air per orang berdasarkan pola konsuminya.

Perhitungan 1

a. Ketersediaan air

Σ( ci x Ai) Σ Ri
C= R= SA=¿10 x C X R X A
Σ Ai m

Keterangan:

Sa : ketersediaan air (m3/tahun) R : rata-rata curah hujan tahunan wilayah


C : koefisien limpasan tertimbang (mm/tahun)
Ci : koefisien limpasan penggunaan lahan i m : jumlah stasiun pengamatan curah hujan
(Perhitungan C (koefisien limpasan A : luas wilayah (Ha)
penggunaan lahan) dapat dilihat pada tabel 10 : faktor konversi dari mm.ha menjadi m3
3.2
Ai : luas penggunaan lahan i (Ha)

Σ ( ci x Ai ) 155.26
C= R=
Σ Ai 1

38.175,40 R=155.26 mm/tahun


C=
162.97
A=838.148 Ha
C=0.23
SA=10 x 0.23 x 155.26 x 838.148

SA=304.826.890 m3/tahun

Tabel 3.12 Koefisien Limpasan Penggunaan Lahan i


No. Deskripsi Permukaan Ci

1 Kota, jalan aspal, atap genteng 0.7-0.9

2 Kawasan industri 0.5-0.9

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
34
3 Permukiman multi unit, 0.6-0.7
perkotaan

4 Komplek perumahan 0.4-0.6

5 Villa 0.3-0.5

6 Taman, pemakaman 0.1-0.3

7 Pekarangan tanah berat: 0.25-0.35


0.18-0.22
a. >7% 0.13-0.17
b. 2-7%

c. <2%

8 Pekarangan tanah ringan: 0.15-0.2 0.10-


0.15 0.05-
a. >7% 0.10
b. 2-7%

c. <2%

9 Lahan berat 0.4

10 Padang rumput 0.35

11 Lahan budidaya pertanian 0.3

12 Hutan produksi 0.18

Sumber: PerMen LH No. 17 Tahun 2009

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
35
Tabel 3.13 Pehitungan Koefisien Limpasan Penggunaan Lahan di Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2019
Hutan Ci Hutan CI
Hutan CI Hutan CI Permukiman CI
No. Kecamatan CI Produksi CI Produksi Permukiman CI CI Permukiman Pertanian CI
Produksi Produksi Permukiman Transmigrasi Pertanian
Terbatas Terbatas Transmigrasi

1 Weda - - - 5,872.15 0.18 1,056.99 225.61 0.60 135.37 - - - 145.64 0.30 43.69

2 Weda Selatan 8,342.48 0.18 1,501.65 3,136.55 0.18 564.58 48.44 0.60 29.07 191.00 0.60 114.60 1,459.96 0.30 437.99

3 Weda Utara 6,867.70 0.18 1,236.19 2,757.43 0.18 496.34 70.21 0.60 42.13 24.54 0.60 14.73 347.27 0.30 104.18

4 Weda Tengah 7,778.60 0.18 1,400.15 8,164.23 0.18 1,469.56 55.68 0.60 33.41 47.77 0.60 28.66 731.28 0.30 219.38

5 Weda Timur 7,302.95 0.18 1,314.53 28,550.72 0.18 5,139.13 32.60 0.60 19.56 25.87 0.60 15.52 176.49 0.30 52.95

6 Pulau Gebe - - - - - - 166.59 0.60 99.95 - - - - - -

7 Patani - - - - - - 74.19 0.60 44.52 - - - - - -

8 Patani Utara - - - - - - 87.78 0.60 52.67 - - - - - -

9 Patani Barat 2,858.19 0.18 514.47 13,348.92 0.18 2,402.81 72.96 0.60 43.78 - - - - - -

10 Patani Timur 206.72 0.18 37.21 79.27 0.18 14.27 55.68 0.60 33.41 - - - - - -

Jumlah 33,356.64 6,004.20 61,909.27 11,143.67 889.75 533.85 289.19 173.51 2,860.63 858.19

Sumber: hasil analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III - 36
Lanjutan

CI
CI Peribadatan,
Pendidika CI Perdagangan Peribadatan,
No. Kecamatan CI CI Perdagangan Perkantoran dan CI
n Pendidikan Jasa Perkantoran
Jasa Kesehatan
dan Kesehatan

1 Weda 1.13 0.70 0.79 8.24 0.70 5.77 14.37 0.70 10.06

Weda
2 - - - - - - - - -
Selatan

3 Weda Utara 1.07 0.70 0.75 - - - - - -

Weda
4 - - - - - - - - -
Tengah

5 Weda Timur - - - - - - - - -

6 Pulau Gebe - - - - - - - - -

7 Patani 5.35 0.70 3.74 - - - - - -

8 Patani Utara 2.71 0.70 1.90 - - - - - -

9 Patani Barat - - - - - - - - -

10 Patani Timur - - - - - - - - -

Jumlah 10.26 7.18 8.24 5.77 14.37 10.06

Sumber: hasil analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III - 37
Lanjutan

Terminal, CI Terminal, Ruang CI Ruang


No. Kecamatan Pelabuhan dan CI Pelabuhan Terbuka CI Terbuka Industri CI CI Industri
Bandara dan Bandara Hijau Hijau

1 Weda 3.53 0.70 2.47 7,652.09 0.30 2,295.63 - - -

2 Weda Selatan - - - 6,243.42 0.30 1,873.03 - - -

3 Weda Utara - - - 5,562.05 0.30 1,668.61 89.86 0.90 80.87

4 Weda Tengah 20.14 0.70 14.10 24,174.74 0.30 7,252.42 302.25 0.90 272.03

5 Weda Timur - - - 44.32 0.30 13.30 3.00 0.90 2.70

6 Pulau Gebe 17.26 0.70 12.08 17,074.19 0.30 5,122.26 153.63 0.90 138.27

7 Patani 1.61 0.70 1.13 94.52 0.30 28.36 - - -

8 Patani Utara 1.49 0.70 1.05 2,201.16 0.30 660.35 - - -

9 Patani Barat - - - - - - - - -

10 Patani Timur 0.48 0.70 0.33 - - - - - -

Jumlah 44.51 31.16 63,046.49 18,913.95 548.74 493.87

Jumlah Σ ( ci x Ai ) 38.175,40

Sumber: hasil analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III - 38
b. Kebutuhan air

Perhitungan kebutuhan air dengan menjumlahkan kebutuhan air domestik dengan kebutuhan air non
domestik.

DA = DAd + DAnd

Keterangan:

DAd : kebutuhan air domestik (m3/tahun)

DAnd : kebutuhan air non domestik (m3/tahun)

1. Kebutuhan air domestik


- Perdesaan sebesar 90 liter/hari/kapita
- Perkotaan sebesar untuk kota kecil sebesar 100 liter/hari/kapita dan kota sedang-besar
sebesar 150 liter/hari/kapita

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, kota di Indonesia diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu

1. Kota kecil, jumlah penduduk 10.000 jiwa – 100.000 jiwa


2. Kota sedang, jumlah penduduk 100.000 jiwa – 500.000 jiwa
3. Kota besar, jumlah penduduk 500.000 jiwa – 1.000.000 jiwa
4. Metropolitan, jumlah penduduk 1.000.000 jiwa – 8.000.000 jiwa

Tabel 3.14 Kebutuhan Air Domestik di Kabupaten Halmahera Tengah

Jumlah Penduduk
No. Kecamatan Kebutuhan air (liter/hari/kapita)
Tahun 2017

1 Weda 12,103 1,210,300

2 Weda Selatan 6,771 677,100

3 Weda Utara 5,415 541,500

4 Weda Tengah 5,310 531,000

5 Weda Timur 2,633 263,300

6 Pulau Gebe 5,778 577,800

7 Patani 4,838 483,800

8 Patani Utara 7,066 706,600

9 Patani Barat 4,756 475,600

10 Patani Timur 3,889 388,900

Jumlah 58,559 5,855,900

Sumber: hasil analisis, 2019

Kebutuhan air domestik di Kabupaten Halmahera Tengah sebanyak 5.855.900 liter/hari/kapita atau
2.137.403 m3/tahun.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
39
2. Kebutuhan air non domestik

Kebutuhan air non domestik dapat dilihat dari luas lahan pertanian dan jumlah karyawan industri.

Kebutuhan air untuk lahan padi yaitu 1 liter/detik/hektar, kebutuhan air untuk lahan palawija yaitu 0.3
liter/detik/hektar dan kebutuhan air untuk industri yaitu 500 liter/hari/karyawan.

Tabel 3.15 Kebutuhan Air Non Domestik di Kabupaten Halmahera Tengah


Besaran Kebutuhan Air
Uraian Besaran luas lahan Satuan m3/tahun
(liter/detik/Ha)

Luas lahan padi 1183 Ha 1183

7.408.134,9
Luas lahan palawija 14849.5 Ha 4454.85

Total 16032.5 5637.85

Banyaknya Tenaga Kerja Besaran Kebutuhan Air


Uraian Satuan  
Sektor Industri (liter/detik/karyawan)

Industri 147 Jiwa 73500 26.827,5

Total 7.434.962,4

Sumber: hasil analisis, 2019

Pada hasil perhitungan kebutuhan air non domestik di Kabupaten Halmahera Tengah didapatkan
sebesar 7.434.962,4 m3/tahun.

Kebutuhan air (DA) = Kebutuhan air domestik (DAd) + kebutuhan air non domestik (DAnd)

= 2.137.403 + 7.434.962,4

= 9.572.366 m3/tahun

DDA = SA / DA

= 304.826.890 / 9.572.366

= 31.84

Keterangan:

DDA < 1 : daya dukung air dalam kondisi terlampaui atau buruk

DDA 1-3 : daya dukung air dalam kondisi bersyarat atau sedang

DDA > 3 : daya dukung dalam kondisi air aman atau baik

Hasil analisis menunjukan nilai daya dukung air di Kabupaten Halmahera Tengah yaitu 31.84 yang
berarti nilai daya dukung air lebih dari 3 termasuk dalam kondisi aman atau baik.

Perhitungan 2

Kebutuhan air (KA) = 9.572.366 m3/tahun

PSA = PAM + PAT + PMA

Keterangan:

PSA : potensi sumber daya air

PAM : potensi air permukaan

PAT : potensi air tanah


KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
40
PMA : potensi mata air

a. Potensi air permukaan


1.44
1.511 x P
Ro= 0.0613
Tm 1.34 x S
Keterangan :

Ro = limpasan air permukaan (mm)

P = curah hujan tahunan (mm)

S = luas DAS (Ha)

Tm = suhu udara tahunan rata-rata

Menurut data Badan Pusat Statistika, curah hujan tahun 2014 di Kabupaten Halmahera sebesar
155.26 mm/tahun, Kabupaten Halmahera Tengah memiliki luas DAS sebesar 247.975 Ha dan suhu
udara tahunan rata-rata sebesar 25oC.

1.511 x 155.261.44
Ro=
25 x 1.34 x 247.9750.0613

= 30.10 mm/tahun

PAM = 35% x Ro x luas wilayah


= 35% x 30.10 x 247.83 x 10
= 22.386.309 mm3/tahun

b. Potensi air tanah (PAT)

Dalam analisis ini tidak menghitung potensi air tanah karena untuk meminimalkan penggunaan air
tanah sebagai bentuk upaya konservasi cekungan air tanah (CAT).

c. Potensi mata air (PMA)

Dalam analisis ini belum menghitung potensi mata air dikarenakan belum tersedianya data mengenai
debit setiap mata air di Kabupaten Halmahera Tengah sehingga perhitungan potensi mata air tidak
dapat dimasukkan.

DDA = PSA / KA

= 22.386.309 / 9.572.366 = 2.3

Pada perhitungan ke 2, nilai daya dukung air di Kabupaten Halmahera Tengah adalah 2.3 yang
memiliki arti daya dukung air di Kabupaten Halmahera Tengah dalam kondisi bersyarat atau sedang.
Kondisi tersebut dapat diperbaiki bila potensi mata air telah dimasukan. Kabupaten Halmahera
Tengah membutuhkan 6.613.690,06 mm3/tahun untuk mencapai daya dukung air dalam kondisi baik.

3.3.5.3. Daya Dukung Lahan Fungsi Lindung


Daya dukung lahan fungsi lindung dianalisis berdasarkan luas guna lahan yang memiliki
fungsi lindung, koefisien lindung dan luas wilayah. Dalam analisis menggunakan rumus sebagai
berikut:

Σ Lgl 1. α 1+ Lgl2. α 2+ Lgl 3. α 3+ …+ Lgln . αn


DDL=
LW
Keterangan :
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
41
DDL = daya dukung fungsi lindung

Lgln = luas guna lahan jenis n (Ha)

αn = koefisien lindung untuk guna lahan n

LW = luas wilayah (Ha)

Pada analisis daya dukung fungsi lindung dapat dilihat tingkat kualitas daya dukung dari sangat
rendah hingga sangat baik dengan rentang nilai 0 hingga 1. Jika rentang nilai daya dukung lindung
mendekati angka 1 memiliki arti daya dukung lindung dalam tingkat kualitas sangat baik, berbanding
terbalik jika tingkat kualitas daya dukung fungsi lindung mendekati 0 memiliki arti fungsi lindung
dangat rendah atau berubah fungsi menjadi kawasan budidaya. Tingkat kualitas daya dukung fungsi
lindung dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.16 Tingkat Kualitas Daya Dukung Fungsi Lindung


Tingkat Kualitas Daya
Dukung Fungsi Rentang Nilai DDL
Lindung

Sangat rendah 0-0.20

Rendah 0.21-0.40

Sedang 0.41-0.60

Baik 0.61-0.80

Sangat baik 0.81-1

Koefisien lindung untuk guna lahan dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.17 Koefisien Lahan Berdasarkan Jenis Tata Guna Lahan


Jenis Tata Guna Lahan Koefisien

Hutan cadangan 0.61

Hutan lindung 1

Hutan Produksi 0.68

Ladang/tegalan 0.21

Padang rumput 0.28

Perkebunan besar 0.54

Perkebunan rakyat 0.42

Permukiman 0.18

Persawahan 0.46

Suaka margasatwa 1

Taman burung 0.82

Taman wisata 1

Tanah kosong 0.01

Tanaman kayu 0.37

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
42
Diketahui luas lahan Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 247.873 Ha dan luas fungsi lindung
sebesar 174. 497 Ha. Perhitungan luas guna lahan fungsi lindung dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut
ini.

Tabel 3.18 Perhitungan Luas Guna Lahan Fungsi Lindung Kabupaten Halmahera
Tengah

Koefisin Luas Guna


Jenis Tutupan Lahan Lindung Luas (Ha)
Lindung Lahan/LGL (Ha)

Hutan Produksi 33356.64298 0.68 22682.51723

Hutan Produksi Terbatas 61909.26952 0.68 42098.30327

Hutan lahan kering 80613.22352 0.61 49174.06635

Permukiman 889.7523982 0.18 160.1554317

Permukiman Transmigrasi 289.1863712 0.18 52.05354681

Pertanian 2860.633203 0.46 1315.891273

Pendidikan 10.26278314 0.18 1.847300965

Perdagangan dan Jasa 8.240572228 0.18 1.483303001

Peribadatan, Perkantoran dan 14.37 0.18 2.5866


Kesehatan

Suaka alam pelestarian alam dan 57926.22155 1 57926.22155


cagar budaya

Kebun 769.2898163 0.42 323.1017229

Ladang 2717.710624 0.21 570.7192311

Lahan kosong, semak belukar, 1633.279967 0.01 16.33279967


mangrove

Danau 175.2412125 0.98 171.7363882

Total 174497.016

Sumber: hasil analisis, 2019

174. 497
DDL=
247.873
DDL=0.70
Pada hasil analisis daya dukung fungsi lindung Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 0,70.
Nilai tersebut menandakan daya dukung fungsi lindung masuk dalam kategori baik. Diperlukan
perencanaan tata ruang dan kebijakan yang dapat mempertahankan fungsi lindung karena
pertambahan jumlah penduduk akan dapat mengakibatkan berubahnya fungsi lahan di tahun yang
akan datang dan jika berkurangnya lahan fungsi lindung akan berubah fungsi menjadi kawasan
budidaya. Berikut ini juga dapat dilihat pada tabel 3.8 kualitas daya dukung lindung menurut
kecamatan dan tabel 3.9 perhitungan daya dukung fungsi lindung di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Halmahera Tengah.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
43
Tabel 3.19 Kualitas Daya Dukung Lindung (DDL) Menurut Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
Luas Total Luas Kualitas DDL
No Kecamatan Wilayah Guna Lahan DDL Fungsi
(Ha) (Lgl) Lindung

1 Weda 19236 14,411.62 0.75 Baik

2 Weda Selatan 19751 13,919.01 0.70 Baik

3 Weda Utara 28544 20,095.59 0.70 Baik

4 Weda Tengah 51030 38,800.26 0.76 Baik

5 Weda Timur 51914 33,832.78 0.65 Baik

6 Pulau Gebe 20239 16,793.31 0.83 Sangat baik

7 Patani 5682 3,392.95 0.60 Sedang/Baik

8 Patani Utara 6354 4,701.14 0.74 Baik

9 Patani Barat 27333 17,736.12 0.65 Baik

10 Patani Timur 17754 10,814.24 0.61 Baik

Sumber: hasil analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
44
Tabel 3.20 Perhitungan Daya Dukung Lindung (DDL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah
Lgl Lgl Lgl
Hutan Hutan Hutan Lgl
Koefisie Hutan Koefisie Hutan Koefisie Hutan Permukima Koefisie
No. Kecamatan Produks Produksi lahan Permukima
n Produks n Produksi n Lahan n n
i Terbatas kering n
i Terbatas Kering

1 Weda - 0.68 - 5,872.15 0.68 3,993.06 5,270.16 0.61 3,214.80 225.61 0.18 40.61

2 Weda
8,342.48 0.68 5,672.89 3,136.55 0.68 2,132.86 325.40 0.61 198.49 48.44 0.18 8.72
Selatan

3 Weda Utara 12,551.9


6,867.70 0.68 4,670.04 2,757.43 0.68 1,875.05 0.61 7,656.67 70.21 0.18 12.64
3

4 Weda
7,778.60 0.68 5,289.45 8,164.23 0.68 5,551.68 9,177.82 0.61 5,598.47 55.68 0.18 10.02
Tengah

5 Weda 28,550.7 19,414.4 15,329.9


7,302.95 0.68 4,966.01 0.68 0.61 9,351.27 32.60 0.18 5.87
Timur 2 9 5

6 Pulau Gebe - 0.68 - - 0.68 - - 0.61 - 166.59 0.18 29.99

7 Patani - 0.68 - - 0.68 - 5,506.21 0.61 3,358.79 74.19 0.18 13.35

8 Patani
- 0.68 - - 0.68 - 4,071.62 0.61 2,483.69 87.78 0.18 15.80
Utara

9 Patani 13,348.9 10,987.1


2858.19 0.68 1,943.57 0.68 9,077.27 0.61 6,702.15 72.96 0.18 13.13
Barat 2 4

10 Patani 17,393.0 10,609.7


206.72 0.68 140.57 79.27 0.68 53.90 0.61 55.68 0.18 10.02
Timur 2 4

Sumber: hasil analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III - 45
Lanjutan

Lgl
Permukiman Lgl Lgl Lgl
No Kecamata Koefisie Permukiman Koefisie Koefisie Perdaganga Koefisie
Transmigras Pertanian Pertania Pendidikan Pendidika Perdaganga
. n n Transmigras n n n dan Jasa n
i n n n dan jasa
i

1 Weda - 0.18 - 145.64 0.46 66.99 1.13 0.18 0.20 8.24 0.18 1.48

2 Weda
191.00 0.18 34.38 1,459.96 0.46 671.58 - 0.18 - - 0.18 -
Selatan

3 Weda
24.54 0.18 4.42 347.27 0.46 159.74 1.07 0.18 0.19 - 0.18 -
Utara

4 Weda
47.77 0.18 8.60 731.28 0.46 336.39 - 0.18 - - 0.18 -
Tengah

5 Weda
25.87 0.18 4.66 176.49 0.46 81.18 - 0.18 - - 0.18 -
Timur

6 Pulau Gebe - 0.18 - - 0.46 - - 0.18 - - 0.18 -

7 Patani - 0.18 - - 0.46 - 5.35 0.18 0.96 - 0.18 -

8 Patani
- 0.18 - - 0.46 - 2.71 0.18 0.49 - 0.18 -
Utara

9 Patani
- 0.18 - - 0.46 - - 0.18 - - 0.18 -
Barat

10 Patani
- 0.18 - - 0.46 - - 0.18 - - 0.18 -
Timur

Sumber: hasil analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III - 46
Lanjutan

Suaka Lgl Suaka


Lahan Lgl Lahan
alam alam
kosong, kosong,
pelestarian Koefis pelestaria Koef Lgl Koefi Lgl Koefi Koef Lgl Jumlah
No. Kecamatan Kebun Ladang semak semak Danau
alam dan ien n alam isien Kebun sien Ladang sien isien Danau Lgl
belukar, belukar,
cagar dan cagar
mangrove mangrove
budaya budaya

1 Weda 6,762.79 1 6,762.79 659.16 0.42 276.85 205.18 0.21 43.09 24.96 0.01 0.25 9.09 0.98 8.91 14,411

Weda
2 4,893.47 1 4,893.47 110.13 0.42 46.26 1,239.82 0.21 260.36 - 0.01 - - 0.98 - 13,919
Selatan

3 Weda Utara 5,562.05 1 5,562.05 - 0.42 - - 0.21 - - 0.01 - 157.95 0.98 154.79 20,095

Weda
4 21754.68 1 21,754.68 - 0.42 - 1,133.87 0.21 238.11 1,286.19 0.01 12.86 - 0.98 - 38,800
Tengah

Weda
5 - 1 - - 0.42 - 44.32 0.21 9.31 - 0.01 - - 0.98 - 33,832
Timur

6 Pulau Gebe 16,752.06 1 16,752.06 - 0.42 - - 0.21 - 322.12 0.01 3.22 8.20 0.98 8.04 16,793

7 Patani - 1 - - 0.42 - 94.52 0.21 19.85 - 0.01 - - 0.98 - 3,392

Patani
8 2,201.16 1 2,201.16 - 0.42 - - 0.21 - - 0.01 - - 0.98 - 4,701
Utara

Patani
9 - 1 - - 0.42 - - 0.21 - - 0.01 - - 0.98 - 17,736
Barat

Patani
10 - 1 - - 0.42 - - 0.21 - - 0.01 - - 0.98 - 10,814
Timur

Sumber: hasil analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III - 47
3.3.5.4. Daya Dukung Lahan Pangan
Menurut Kabupaten Halmahera Tengah dalam Angka, setiap tahun produksi padi selalu
mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada tabel peningkatan tersebut dari tahun 2012 sebesar 4960
ton hingga sebesar 8363 ton di tahun 2015. Tetapi pada tahun 2018 menurut Dinas Pertanian jumlah
produksi padi sebesar 446 ton. Jumlah produksi di setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut.

Tabel 3.21 Produksi Padi di Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012-2018


Tahun Jumlah Produksi Padi (ton)

2012 4960

2013 5931

2014 6589

2015 8363

2018 446

Sumber: Kabupaten Halmahera Tengah Dalam Angka dan


Dinas Pertanian, 2019

Daya dukung pangan dapat dianalisa menggunakan jumlah produksi padi pada setiap tahunnya di
wilayah Kabupaten Halmahera Tengah. Menurut Kementerian Pertanian, konsumsi beras masing-
masing orang sebesar 124.89 kg/orang/tahun sehingga dapat diasumsikan untuk wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah masing-masing orang mengkonsumsi sebanyak 125 kg/orang/tahun. Dalam
menganalisa daya dukung lahan untuk pangan menggunakan indeks daya dukung lahan untuk
pangan yang berdasarkan dari rasio kebutuhan beras dengan produksi beras per tahun di wilayah
tersebut. Indeks daya dukung lahan untuk pangan sebagai berikut.

Jumlah produksi beras/tahun


Indeks DDLp=
Jumlah konsumsi beras/tahun
Tabel 3.22 Perhitungan Daya Dukung Pangan di Kabupaten Halmahera Tengah
Uraian Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2018

Jumlah produksi padi


4960 5931 6589 8363 446
(ton)

Konversi gabah kering


giling/GKG ke beras 3112 3721 4184 5247 280
(62.74%)

Jumlah penduduk
Kabupaten Halmahera 42980 45890 48414 49807 58649
Tengah

Angka konsumsi beras


125 125 125 125 125
(kg/tahun)

Jumlah beras
53725 57362.5 60517.5 62258.75 73311.25
dikonsumsi (ton)

DDL (daya dukung


9.23 % 10.33% 10.88% 13.43% 0.60%
lahan) untuk pangan

Defisit Beras (ton) -50613 -53641 -56334 -57012 -73031

Sumber: hasil analisis, 2019

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
48
Berdasarkan analisis perhitungan daya dukung pangan, Kabupaten Halmahera Tengah
masih mengalami defisit beras dengan pertambahan jumlah penduduk di setiap tahunnya. Pada
tahun 2012, jumlah produksi padi sebanyak 4960 ton dengan jumah penduduk sebanyak 42980 jiwa,
jumlah beras yang dikonsumsi pada tahun tersebut sebesar 53725 ton beras dan daya dukung lahan
untuk pangan sebesar 9.23% atau kekurangan beras sebesar 50613 ton. Defisit tersebut semakin
meningkat hingga tahun 2018 dimana pertambahan jumlah penduduk sebesar 58649 jiwa dengan
konsumsi beras sebesar 73311.25 ton. Pada tahun 2018 telah mengalami penurunan daya dukung
lahan untuk pangan menjadi 0.60 % dengan kekurangan beras sebesar 73031 ton. Dalam mencukupi
pangan di Kabupaten Halmahera Tengah dibutuhkan suplai dari daerah lain atau daerah di sekitarnya
karena wilayah tersebut telah mengalami defisit sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
pangannya secara mandiri.

3.3.5.5. Daya Dukung Lahan Pertanian


Daya dukung lahan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009
tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah, daya
dukung lahan diketahui berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi
penduduk yang hidup di suatu wilayah. Hasil analisis tersebut akan diketahui keadaan pada eksisting
wilayah surplus atau defisit. Keadaan eksisting wilayah yang suprlus menandakan bahwa
ketersediaan lahan setempat masih dapat mencukupi kebutuhan wilayah tersebut tetapi jika
kondisinya dalam keadaan defisit menandakan bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut. Dalam analisis ini ketersediaan lahan akan
ditentukan dari total produksi setiap komoditas (padi dan palawija, buah-buahan, sayuran, dan
perkebunan) di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah. Penjumlahan akan digunakan harga sebagai
faktor konversi karena satuan yang berbeda masing-masing komoditas dan kebutuhan lahan dihitung
berdasar kebutuhan hidup layak menggunakan standar 1 ton setara beras/kapita/tahun. Berikut
perhitungan daya dukung lahan pertanian.

A. Kebutuhan lahan (demand)


DL = N x KHLL
Keterangan:
DL = total kebutuhan lahan setara beras (Ha)
N = jumlah penduduk (jiwa)
KHLL = luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
a. Kebutuhan hidup layak perpenduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara beras/kapita/tahun.
b. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk meru[akan
kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktivitas beras lokal.

Tabel 3.23 Analisis Kebutuhan Lahan Kabupaten Halmahera Tengah


No. Komponen Simbol Satuan Nilai

1 Jumlah penduduk N Penduduk 58649

2 Produktivitas Beras Ptvb Ton/Ha 0.7

Luas Lahan untuk hidup layak per


3 KHLL Ha 1.428571429
penduduk

Kebutuhan lahan DL Ha 83784.28571

Sumber: Hasil analisis, 2019

Kebutuhan lahan dihitung dengan berdasarkan kebutuhan hidup layak per penduduk. Kebutuhan
lahan di Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 83.784,28 Ha. Luas lahan hidup layar per penduduk
di Kabupaten Halmahera Tengah adalah 1,42 Ha dan produktivitas beras adalah 0.7 ton/Ha atau 635
kg/Ha.

B. Ketersediaan lahan (supply)

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
49
Σ( Pi x Hi) 1
SL= x
Hb PtVb
Keterangan

SL = ketersediaan lahan (Ha) Hb = harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat


produsen
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi
Ptvb = produktivitas beras (kg/Ha)
Hi = harga satuan tiap jenis komoditas
(Rp/satuan)

Tabel 3.24 Nilai Produksi Pangan di Kabupaten Halmahera Tengah


Produksi Satuan Harga Nilai Produksi
No. Komoditas
(Pi) Kg satuan (Hi) (PixHi)

1 Buah-buahan

jeruk (ton) 161.54 161540 12950 2091943

nanas (ton) 3.18 3180 12950 41181

pisang (ton) 20.12 20120 6950 139834

2 Padi dan palawija

Jagung (ton) 405 405000 5000 2025000

Kacang tanah (ton) 6 6000 26000 156000

Kedelai (ton) 1 1000 9000 9000

Padi (ton) 446 446000 9440 4210240

pala (ton) 1809.8 1809800 9500 17193100

ubi jalar (ton) 81 81000 7500 607500

ubi kayu (ton) 125 125000 7000 875000

3 Perkebunan

cengkeh (ton) 204.2 204200 115000 23483000

kakao (ton) 418 418000 30000 12540000

kelapa (ton) 8757.8 8757800 3400 29776520

4 Sayur mayur

bawang daun (ton) 2 2000 4500 9000

bayam (ton) 1 1000 6000 6000

cabe besar (ton) 18 18000 16200 291600

cabe rawit (ton) 8 8000 16200 129600

kacang panjang (ton) 4 4000 4500 18000

kangkung (ton) 4 4000 6000 24000

kubis (ton) 1 1000 6000 6000

mentimum (ton) 14 14000 6000 84000

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
50
Produksi Satuan Harga Nilai Produksi
No. Komoditas
(Pi) Kg satuan (Hi) (PixHi)

sawi (ton) 2 2000 6000 12000

terong (ton) 12 12000 4000 48000

tomat (ton) 9 9000 6500 58500

Jumlah 93.835.018

Sumber: Hasil analisis, 2019

Hasil perhitungan nilai produksi pangan pada tabel di atas didapatkan total nilai produksi
komoditas buah-buahan, padi palawija, perkebunan dan sayur mayur tahun 2018 di Kabupaten
Halmahera Tengah adalah Rp 93.835.018. Kebutuhan hasil produksi pangan tersebut tidak hanya
dari dalam kabupaten tetapi juga disuplai dari daerah di sekitar Kabupaten Halmahera Tengah.

Tabel 3.25 Analisis Ketersediaan Lahan Kabupaten Halmahera Tengah


No. Komponen Simbol Satuan Nilai

1 Nilai produksi (Pi*Hi) Rp 93835018

2 Harga Beras Hb Rp/kg 9440

3 Total beras Pb Kg 446000

4 Luas panen padi Lb Ha 1183

5 Produktivitas Beras Ptvb Kg/ha 635

  Ketersediaan lahan SL Ha 15.65377986

Sumber: hasil analisis, 2019

C. Penentuan status daya dukung lahan

Proses analisis kebutuhan lahan dan ketersediaan lahan yang telah dianalisis kemudian dapat
dilihat hasil dari perbandingan status daya dukung lahan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 3.26 Hasil Analisis Status Daya Dukung Lahan Kabupaten Halmahera Tengah
No. Komponen Simbol Satuan Nilai

1 Ketersediaan lahan SL Ha 15.65377986

2 Kebutuhan lahan DL Ha 83784.28571

Surplus, jika SL >


0.000186834
DL
Status daya dukung lahan
Defisit, jika DL >
DL > SL (Defisit)
SL

Sumber: hasil analisis, 2019

DDLp = SL/DL

= 15.65377986/83784.28571

= 0.000186834

Keterangan:

DDLp < 1 : daya dukung lahan pertanian dalam kondisi terlampaui atau buruk

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
51
DDLp 1-3 : daya dukung lahan pertanian dalam kondisi bersyarat atau sedang

DDLp >3 : daya dukung lahan pertanian dalam kondisi baik

Pada hasil analisis tersebut diketahui DDLp Kabupaten Halmahera Tengah yaitu 0.00018 yang
termasuk pada daya dukung lahan pertanian dalam kondisi terlampaui atau buruk. Kondisi tersebut
dapat diartikan bahwa Kabupaten Halmahera Tengah tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan dari
hasil produksi wilayahnya sendiri sehingga dibutuhkan pemenuhan kebutuhan pangan dari luar
daerah.

3.3.5.6. Daya Dukung Lahan Terbangun


Pada analisis daya dukung lahan terbangun dengan mempertimbangkan luas wilayah,
koefisien luas lahan terbangun dan luas lahan terbangun. Luas lahan terbangun didapatkan dari luas
lahan bangunan dan luas lahan untuk infrastuktur dengan asumsi 20% dari luas bangunan. Berikut ini
rumus perhitungan untuk analisis daya dukung lahan terbangun.

α . Lw
DDLB=
LTb
LTb=LB+ LTp

Keterangan :

Lw : luas wilayah (Ha) DDLB : daya dukung lahan bangunan

α : koefisien luas lahan terbangun LB : luas lahan bangunan (Ha)


maksimal 70% untuk lahan perkotaan (UU
Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007) dan untuk LTp : luas lahan untuk infrastruktur
pedesaan menggunakan asumsi 50% untuk diasumsikan 20% dari luas bangunan
kepentingan lahan pertanian dan fungsi lindung

LTb : luas lahan terbangun (Ha)

Hasil perhitungan:

DDLB < 1 : daya dukung lahan terbangun dalam kondisi terlampaui atau buruk

DDLB 1-3 : daya dukung lahan terbangun dalam kondisi bersyarat atau sedang

DDLB > 3 : daya dukung lahan terbangun dalam kondisi baik

Luas wilayah Kabupaten Halmahera Tengah adalah 247.837 Ha, Luas bangunan (LB) adalah 1256
Ha

LTp = 628.1 Ha, LTb = 1884.4 Ha.

α . Lw
DDLB=
LTb
50 % . 247.837
¿ =65.76
1884.4
DDLB Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 65.76 yang dapat dikatakan daya dukung lahan
terbangun baik. Nilai tersebut mengartikan Kabupaten Halmahera Tengah, daya dukung bangunan
masih sangat baik tetapi perhitungan pembangunan tetap dengan meninjau karakteristik wilayah
terhadap rawan bencana. Untuk mengetahui kondisi eksisting daya dukung lahan bangunan di setiap

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
52
keccamatan, diperlukan perhitungan yang serupa di setiap kecamatan sehingga rencana tata ruang
dapat mempertimbangkan daya dukung lahan untuk bangunan.

Tabel 3.27 Perhitungan Daya Dukung Lahan Bangunan menurut Kecamatan di


Kabupaten Halmahera Tengah
Luas
Luas Wilayah Luas Lahan Status
No. Kecamatan Bangunan LTp DDLB
(Ha) Terbangun (LTb) DDLB
(LB)

1 Weda 19236 252.89 126.45 379.34 25.35 Baik

2 Weda Selatan 19751 239.44 119.72 359.16 27.50 Baik

3 Weda Utara 28544 95.83 47.91 143.74 99.29 Baik

4 Weda Tengah 51030 123.59 61.79 185.38 137.64 Baik

5 Weda Timur 51914 58.47 29.24 87.71 295.95 Baik

6 Pulau Gebe 20239 183.85 91.92 275.77 36.70 Baik

7 Patani 5682 81.15 40.58 121.73 23.34 Baik

8 Patani Utara 6354 91.98 45.99 137.98 23.03 Baik

9 Patani Barat 27333 72.96 36.48 109.44 124.87 Baik

10 Patani Timur 17754 56.16 28.08 84.24 105.38 Baik

Sumber: Hasil Analisis, 2019

3.3.6. Potensi dampak dan risiko lingkungan hidup

3.3.6.1. Air.
Kualitas air dipengaruhi dari kegiatan yang menghasilkan air limbah. Sedangkan kuantitas air
dipengaruhi dari kegiatan yang memerlukan air dalam kegiatannya.

3.3.6.2. Udara.
Kegiatan pembangunan yang memerlukan mobilisasi alat berat, material dalam jumlah banyak,
berpotensi meningkatkan emisi dan menurunkan kualitas udara. Program yang mengakibatkan alih
fungsi lahan vegetasi ke area terbangun juga akan meningkatkan emisi karbon dan menurunkan
penyerapan karbon dan kualitas udara.

3.3.6.3. Pesisir.
Eksploitasi tambang di pulau kecil atau eksploitasi berlebih sumberdaya pesisir dan laut berpengaruh
pada organisme laut dan mangrove.

3.3.6.4. Hutan.
Potensi kebakaran akibat akses terhadap hutan dan pariwisata akan berpengaruh kohesivitas tanah,
meningkatkan degradasi lahan, erosi, dan transportasi berakibat pada sedimentasi pada wilayah
penyerapan. Kesemuanya berdampak pada aspek sosek masyarakat.

3.3.6.5. Ekonomi.
Pembangunan yang tidak seimbang berpotensi memperlambat kegiatan ekonomi. Program memerlukan
pekerja terampil menyebabkan migrasi tenaga dari luar yang dapat mengakibatkan kesenjangan dan
konflik sosial.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
53
3.3.6.6. Kesehatan Masyarakat.
Kegiatan tambang berpotensi meningkatkan polusi udara yang berdampak pada kesehatan masyarakat.
Migrasi khususnya pertambangan yang memerlukan tenaga kerja banyak berdampak pada penularan
penyakit (HIV/AIDS).

3.3.6.7. Perkotaan.
Resiko kegagalan teknologi pada industry dan juga pertambangan akan berdampak pada polusi udara
(bau) mengganggu ketenangan. Industri juga menyebabkan migrasi sehingga menurunkan kualitas
perkotaan(limbah padat, cair, kawasan kumuh, aesthetika).

3.3.6.8. 8. Konflik Sosial.


Kegiatan yang memerlukan tenaga kerja yang banyak berpotensi menimbulkan konflik sosial.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
54

Anda mungkin juga menyukai