Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk mengidentifikasi isu-isu
penting / strategis atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul berkenaan dengan rencana
KRP (Kebijakan Rencana Program). Pelingkupan bahasan dokumen KLHS difokuskan pada isu-isu
atau konsekuensi lingkungan dimaksud. Pelingkupan dilakukan melalui metode desk study, diskusi
grup terfokus (focus group discussions), Interaksi Kelompok (brainstorming) pemerintah dan non
pemerintah serta akademisi, Diskusi Tim KLHS Kabupaten Halmahera Tengah, serta analisis / telaah
KRP menggunakan Metode Matriks, Metode Bagan Alir, Metode Checklist dan Metode Analisis
Spasial.
Di dalam pasal 1 Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Salah satu instrument
pencegahan pencemaran terlebih kerusakan lingkungan hidup antara lain adalah KLHS dan Tata
Ruang.
KLHS dibuat pada dasarnya untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah yang terwujud dari suatu
kebijakan, rencana, dan program. KLHS sendiri dilaksanakan dengan mekanisme diantaranya :
Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program terhadap kondisi lingkungan hidup di
suatu wilayah
Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan program
Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan program
yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
Beberapa dampak atau resiko lingkungan hidup yang dimaksud dalam KLHS dan tertuang dalam
penjelasan UU PPLH Nomor 32 Tahun 2009 (penjelasan pasal 15 ayat 2) yang meliputi tujuh kriteria
yakni :
a) Perubahan iklim
b) Kerusakan, kemerosotan, dan kepunahan keanekaragaman hayati
c) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, atau
kebakaran hutan dan lahan
d) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
e) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan lahan
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN HALMAHERA TENGAH | Bab III -
1
f) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
kelompok masyarakat
g) Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Isu – isu pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui FGD Bersama dengan stakeholder yang
dijelaskan di Bab 1. Hasil isu pembangunan berkelanjutan dijelaskan di bawah ini.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2016 adalah sebanyak 7,1
ribu jiwa atau turun sebesar 0,42 ribu jiwa dibanding tahun sebelumnya akan tetapi garis
kemiskinan naik menjadi 397.379
Kejadian longsor di tambang nikel di Gunung Moro-Moro di Kilometer 15, Desa Fritu pada
Maret 2019 merupakan contoh rentannya pengelolaan tambang. Penambangan di lokasi
pebukitan menyebabkan bukut gundul dan rawan terjadinya aliran permukaan jika hujan
Penambangan oer nikel di Pulau Gebe juga menyebabkan terjadinya pencemaran laut dari
sebagian material yand diangkut ke kapal maupun tongkang yang berjatuhan ke laut , debu
dari truk-truk pengangkut ore nikel juga beterbangan,emisi alat berat perusahaan
menyebabkan penurunan kualitas udara dan rusaknya jalan desa. Akhir tambang
meninggalkan lubang- lubang serta kolam-kolam besar. Dan lahan gundul. IUP yang
dipegang di Pulau Gebe adalah PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara (FBLN), PT Batra Putra
Utama, Fajar Bhkati Lintas Nusantara, Gebe Sentra Nikel, Elsaday Mulia, Integra Mining
Nusantara, Mineral Trobos, Anugrah Sukses Mining, Karya Wijaya dan Multi Tambang Prima.
Di area pesisir, terumbu karang di bagian selatan– berdekatan dengan penambangan– tertutup
sedimen lumpur karena terbawa erosi dari areal penambangan, Kondisi hutan mangrove juga
mengkhawatirkan ak lagi tumbuh subur karena tertimbun sedimen lumpur yang terbawa erosi
dari penambangan dan lokasi penimbunan bahan galian nikel
PT Weda Bay Nikel (WBN) dan PT. Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) memerlukan
ribuan lahan. Rencana perusahaan sawit dengan konsesi yang meliputi Desa Banemo
(Patani Barat), Masure, Peniti, Palo, Sakam dan Damuli (Patani Timur) dan Desa Pantura
Jaya (Patani Utara), dengan penggunaan kawasan hutan adat untuk perusahaan sawit
Pada analisis KLHS terdapat 6 (enam) muatan dalam penyusunan dokumen KLHS yang telah
diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Menurut pada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis, enam muatan dalam kajian KLHS tersebut dapat dijelaskan secara
terperinci berikut ini.
1. Kapasitas daya dukung dan daya a. Kemampuan suatu ekosistem untuk mendukung aktivitas
tampung lingkungan hidup sampai dengan batasan tertentu
b. Menentukan suatu kegiatan masih dapat ditambahkan
dalam suatu ekosistem tertentu atau masih mampu
mendukung aktivitas tertentu
c. Dapat diukur dengan beberapa variabel seperti air dan
lahan
2. Perkiraan mengenai dampak dan a. Dampak suatu KRP terhadap terjadinya perubahan
risiko lingkungan hidup lingkungan hidup yang mendasar
b. Dapat diukur dengan beberapa data lingkungan
3. Kinerja layanan atau jasa a. Layanan atau jasa ekosistem dikategorikan dalam 4
ekosistem (empat) jenis layanan, yaitu layanan
fungsional/penyediaan, layanan regulasi, layanan
kultural, dan layanan pendukung kehidupan
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas Kondisi lingkungan yang diukur dari kemungkinan dampak
adaptasi terhadap perubahan iklim perubahan iklim, seperti perubahan cuaca/iklim atau
6. Tingkat ketahanan dan potensi Koondisi lingkungan yang diukur dengan indeks
keanekaragaman hayati keanekaragaman hayati (seperti kepunahan, kemerosotan
dan kerusakan)
Sumber: PP 46/2016
Pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) juga melihat jasa ekosistem suatu wilayah.
Jasa ekosistem tersebut terbagi menjadi empat aspek diantaranya jasa penyedia yang terdiri dari jasa
penyedia pangan, penyedia air bersih, penyedia serat, penyedia bahan bakar dan penyedia sumber
daya genetik; jasa pengaturan yang terdiri dari pengaturan iklim, pengaturan aliran air dan banjir,
pengaturan pencegahan dan perlindungan bencana, pengaturan pemurnian air, pegaturan
penguraian limbah, pengaturan kualitas udara, pengaturan penyerbukan alami, pengaturan hama dan
penyakit; jasa budaya yang terdiri dari fungsi tepat tinggal dan ruang hidup, fungsi rekreasi dan
ekowisata, fungsi estetika alam; jasa pendukung yang terdiri dari pendukung pembentukan lapisan
dan pemeliharaan tanah, pendukung siklus air, pendukung produksi primer dan pendukung
biodiversitas. Masing-masing jasa ekosistem tersebut secara spasial eksisting akan dapat ditinjau
melalui lima kelas yaitu, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Dalam penentuan
masing-masing kelas tersebut melalui overlay penggunaan lahan Kabupaten Halmahera Tengah dan
Ekoregion Halmahera Tengah.
Pada hasil analisis 20 jasa ekosistem di Kabupaten Halmahera Tengah mayoritas memiliki kelas
jasa ekosistem sedang. Penentuan tersebut telah didapatkan melalui overlay ekoregion dan tutupan
lahan di Kabupaten Halmahera Tengah. Dalam kelas yang terbagi lima tersebut dapat dilihat pada
masing-masing jasa ekosistem, dimana kelas sangat rendah diartikan sebagai kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan sangat rendah dan jika semakin tinggi dapat diartikan wilayah
tersebut memiliki daya dukung dan daya tampung yang dapat mengkomodasi kegiatan yang juga
didukung oleh kemampuan lahan di wilayah tersebut. Berdasarkan analisis, jasa ekosistem di
Kabupaten Halmahera Tengah sebagian besar termasuk dalam kelas sedang, beberapa yang
mempengaruhi diantaranya masih tersedianya lahan belum terbangun yang dapat mengkomodasi
kegiatan manusia sehingga akan terjadi keseimbangan di lingkungan. Kelas sedang tersebut juga
perlu diperhatikan karena sebagian wilayah Kabupaten Halmahera Tengah memiliki perbukitan yang
curam sehingga tidak dapat difungsikan sebagai kegiatan manusia. Di wilayah Kecamatan Weda
Selatan memiliki lahan untuk pertanian yang dapat berpotensi sebagai jasa ekosistem penyedia
pangan sehingga mampu meningkatkan jasa ekosistem penyedia pangan yang sebagian besar masih
sangat rendah. Hasil sebagian besar jasa ekosistem yang masuk dalam kelas tinggi pada jasa
ekosistem pendukung siklus air. Jasa ekosistem tersebut memiliki kelas tinggi dikarenakan di wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan masih banyak tutupan lahan hijau dengan struktur pegunungan dan
perbukitan yang mempu mendukung siklus air. Untuk keseluruhan rata-rata nilai indeks jasa
ekosistem dan kelas jenis ekosistem di Kabupaten Halmahera Tengah dapat dilihat pada tabel 3.17
berikut.
Penyedia Air
2 0.215 Rendah 28.14
Bersih
3 Penyedia Serat 0.299 Sangat rendah 37.31
Penyedia Bahan
4 0.247 Sedang 33.05
Bakar
Penyedia Sumber
5 0.233 Sedang 26.58
Daya Genetik
Pengaturan Aliran
7 0.248 Sedang 24.00
Air dan Banjir
Pengaturan
Pencegahan dan
8 0.287 Sedang 30.32
Perlindungan
Bencana
Pengaturan
9 0.308 Sedang 21.76
Pemurnian Air
Pengaturan
10 Penguraian 0.298 Rendah 24.01
Limbah
Pengaturan
11 0.347 Rendah 19.74
Kualitas Udara
Pengaturan
12 Penyerbukan 0.247 Sedang 21.71
Alami
Pengaturan
13 Hama dan 0.211 Rendah 15.02
Penyakit
Fungsi Tempat
14 Tinggal dan 0.292 Rendah 27.39
Ruang Hidup
Fungsi Rekreasi
15 0.286 Sangat rendah 19.36
dan Ekowisata
Pendukung
Pembentukan
17 Lapisan dan 0.366 Sedang 39.36
Pemelihara
Tanah
Pendukung Siklus
18 0.320 Tinggi 50.93
Air
Pendukung
19 0.274 Rendah 23.13
Produksi Primer
Pendukung
20 0.232 Rendah 8.59
Biodiversitas
Sumber: Hasil analisis, 2019
Dari keseluruhan jasa ekosistem berikut beberapa jasa ekosistem yang dapat lebih jelas terkait
dengan masing-masing jasa ekosistem di Kabupaten Halmahera Tengah sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis secara spasial jasa ekosistem peyedia pangan Kabupaten Halmahera
Tengah sebagian besar dalam kelas sangat rendah dengan luas 106.953 Ha atau 43.17% dari luas
Kabupaten Halmahera Tengah. Pada total kelas sangat tinggi dan tinggi sebesar 1.4% dari total luas
wilayah. Jasa ekosistem penyedia pangan kelas tinggi tersebar di beberapa kecamatan diantaranya
Kecamatan Weda Selatan dengan luas 1479 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 244.37 Ha,
Kecamatan Weda Tengah dengan luas 604.66 Ha, dan Kecamatan Weda Timur dengan luas 57.27
Ha. Dari penyedia bahan pangan kelas tinggi di Kabupaten Halmahera Tengah, Kecamatan Weda
Selatan memiliki kelas sangat tinggi yang dapat menjadi potensi penyedia bahan pangan. Di
Kecamatan Weda Selatan juga memiliki lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
penyedia bahan pangan.
Tabel 3.3 Luas Per Kelas JE Penyedia Pangan Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 947.85 0.38
Tinggi 2604.25 1.05
Sedang 95933.59 38.73
Rendah 41286.11 16.67
Sangat Rendah 106953.54 43.17
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Menurut hasil analisa jasa ekosistem penyedia air bersih di Kabupaten Halmahera Tengah sebagian
besar masuk dalam kelas rendah dengan luas 94.390,75 Ha, berdasarkan persentase sebesar
38.10% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Pada kelas tinggi (sangat tinggi & tinggi),
memiliki total 28.13% atau dengan luas 69.699,37 Ha dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah.
Wilayah menurut kecamatan yang memiliki jasa penyedia air bersih kelas tinggi (sangat tinggi &
tinggi) diantaranya Kecamatan Patani dengan luas 2.329,10 Ha, Kecamatan Patani Timur dengan
luas 5.324,18 Ha, Kecamatan Patani Barat dengan luas 6.429,58 Ha, Kecamatan Patani Utara
dengan luas 1.296,04 Ha, Kecamatan Weda Tengah dengan luas 17.833 Ha, Kecamatan Weda
Utara dengan luas 9.869,81 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 3.594,57 Ha, Kecamatan Weda
Timur dengan luas 15.966,55 Ha, Kecamatan Weda Selatan dengan luas 1527,07 Ha, dan Pulau
Gebe dengan luas 1728,38 Ha.
Tabel 3.4 Luas Per Kelas JE Penyedia Air Bersih Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 39934.38 16.12
Tinggi 29765.00 12.02
Sedang 37839.33 15.27
Rendah 94390.75 38.10
Sangat Rendah 45795.89 18.49
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Berdasarkan hasil analisis spasial jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir Kabupaten
Halmahera Tengah sebagian besar berada dalam kelas sedang dengan luas 87.424 Ha atau
persentase sebesar 35.29% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem
pengaturan aliran air dan banjir kelas tinggi (sangat tinggi dan tinggi) memiliki luas sebesar 24% dari
total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah. Masing-masing kecamatan memiliki kelas
sangat tinggi untuk jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir. Kecamatan yang masuk dalam
kelas sangat tinggi diantaranya Kecamatan Weda Tengah dengan luas 8.649,67 Ha, Kecamatan
Weda Utara dengan luas 6.998,58 Ha, Pulau Gebe dengan luas 6.438,11 Ha, Kecamatan Weda
Selatan dengan luas 1.974,40 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 1.895,21 Ha, Kecamatan Weda
Timur dengan luas 1.522,32 Ha, Kecamatan Patani Barat dengan luas 1.248,86 Ha, Kecamatan
Patani Timur dengan luas 1.080,82 Ha, Kecamatan Patani Utara dengan luas 743,41 Ha, dan
Kecamatan Patani dengan luas 71,74 Ha. Jasa ekosistem pengaturan aliran air dan banjir tersebut
dapat dilihat dari tutupan lahan seperti hutan lahan basah atau hutan produksi yang memiliki daya
resap sangat tinggi karena tingkat kesuburan tanah yang tinggi, sehingga tutupan lahan dan sifat
ekoregion dari wilayah sangat berpengaruh terhadap daya resap air.
Tabel 3.5 Luas Per Kelas JE Pengaturan Aliran Air dan Banjir Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 33015.79 13.33
Tinggi 26447.22 10.68
Sedang 87424.00 35.29
Rendah 49253.78 19.88
Sangat Rendah 51584.55 20.82
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Gambar 2.3 Luas Per Kelas JE Pengaturan Aliran Air dan Banjir Kabupaten Halmahera Tengah
Berdasarkan hasil analisis spasial jasa ekosistem pengaturan penguraian limbah Kabupaten
Halmahera Tengah sebagian besar berada dalam kelas rendah dengan luas 87.571,32 Ha atau
persentase sebesar 35.35% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem
pengaturan penguraian limbah kelas tinggi (sangat tinggi dan tinggi) memiliki luas sebesar 24% dari
total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah. Masing-masing kecamatan memiliki kelas
sangat tinggi untuk jasa ekosistem pengaturan penguraian limbah. Kecamatan yang masuk dalam
Tabel 3.6 Luas Per Kelas JE Pengaturan Penguraian Limbah Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 8972.90 3.62
Tinggi 50501.21 20.39
Sedang 70009.31 28.26
Rendah 87571.32 35.35
Sangat Rendah 30670.60 12.38
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Gambar 2.4 Luas Per Kelas JE Pengaturan Penguraian Limbah Kabupaten Halmahera Tengah
Berdasarkan hasil analisis spasial jasa ekosistem pencegahan dan perlindungan bencana Kabupaten
Halmahera Tengah sebagian besar berada dalam kelas sedang dengan luas 85.488,70 Ha atau
persentase sebesar 30.51% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem
pencegahan dan perlindungan bencana kelas tinggi (sangat tinggi dan tinggi) memiliki luas sebesar
30% dari total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah. Masing-masing kecamatan memiliki
kelas sangat tinggi untuk jasa ekosistem pencegahan dan perlindungan bencana. Kecamatan yang
masuk dalam kelas sangat tinggi diantaranya Kecamatan Weda Tengah dengan luas 4.960,78 Ha,
Pulau Gebe dengan luas 4.365,98 Ha, Kecamatan Patani Utara dengan luas 1.318,16 Ha,
Kecamatan Weda Selatan dengan luas 1.017,71 Ha, Kecamatan Weda Utara dengan luas 383,87
Ha, Kecamatan Weda dengan luas 348,09 Ha, Kecamatan Weda Timur dengan luas 343,82 Ha, dan
Kecamatan Patani Timur dengan luas 2,38 Ha. Jasa ekosistem pencegahan dan perlindungan
bencana tersebut dimaksutkan suatu wilayah atau lahan mampu untuk menghadapi dan
mempertahankan lahannya ketika terjadinya bencana di Kabupaten Halmahera Tengah, sehingga
wilayah tersebut mampu untuk bertahan terhadap ancaman bencana.
Gambar 2.5 Luas Per Kelas JE Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana
Kabupaten Halmahera Tengah
Efisiensi sumber daya alam berkaitan langsung dengan kekayaan alam. Kekayaan alam dapat
berupa tanah, air, tumbuhan ataupun sumber daya alam yang terdapat di dalam bumi berupa mineral.
Efisiensi sumber daya alam memiliki arti untuk mengefisiensikan penggunaan sumber daya alam
sehingga dapat digunakan dalam waktu jangka panjang. Efisiensi dalam penggunaan sumber daya
alam tersebut dengan memperhitungkan akibat dari kelangsungan pembangunan maupun
kelangsungan ekosistem alam wilayah tersebut.
Kabupaten Halmahera Tengah dapat mengefisiensi sumber daya alam melalui energi panas
surya dan air, wilayah Kabupaten Halmahera Tengah masih memiliki lahan belum terbangun dapat
dimanfaatkan sebagai fasilitas panel solar untuk mengefisiensikan sumber daya alam yang digunakan
selain dari listrik batu bara. Kabupaten Halmahera Tengah juga memiliki kegiatan pertambangan dan
fasilitas kegiatan pertambangan. Tetapi kegiatan pertambangan tersebut tidak dapat mencukupi untuk
pembangunan Kabupaten Halmahera Tengah sehingga diperlukan alternatif sumber daya dari luar
daerah lain ataupun alternatif energi terbarukan. Potensi sumber daya dari pertambangan merupakan
sangat besar dalam mendukung pembangunan ataupun aktifitas di Kabupaten Halmahera Tengah.
Kapasitas dalam adaptasi terhadap perubahan ikim berkaitan langsung dengan emisi gas buang
yang setiap waktu mencemari udara. Emisi gas juga dapat ditimbulkan dari penggunaan lahan di
suatu wilayah. Pada Kabupaten Halmahera Tengah terdapat tutupan lahan yang menimbulkan emisi
diantaranya hutan lahan kering, perkebunan, pertanian lahan kering (ladang), mangrove,
permukiman, transmigrasi, pertanian dan semak belukar. Masing-masing jenis tutupan lahan tersebut
memiliki nilai emisi karbon yang berbeda-beda, berikut masing-masing nilai emisi karbon tutupan
lahan menurut Bappenas.
Tabel 3.9 Nilai Faktor Emisi Perubahan Lahan Berdasarkan Tutupan Lahan
Nilai
Jenis Tutupan Lahan Luas Atom C Emisi
Emisi
Hutan lahan kering 80613.62 195 3.67 57691136.79
Perkebunan 769.29 63 3.67 177867.50
Pertanian lahan kering 2717.71 10 3.67 99739.98
Mangrove 199.59 170 3.67 124526.27
Permukiman 923.13 4 3.67 13551.59
Transmigrasi 289.19 10 3.67 10613.14
Nilai faktor emisi berdasarkan tutupan lahan di Kabupaten Halmahera Tengah dapat dilihat pada
tabel di atas. Berdasarkan masing-masing tutupan lahan, paling tinggi emisi dihasilkan dari hutan
lahan kering dengan nilai 57.691.136,79 ton CO 2e dan terendah pada semak belukar dengan nilai
emisi 2.585,14 ton CO2e. Keseluruhan emisi karbon yang dihasilkan dari tutupan lahan di Kabupaten
Halmahera Tengah sebanyak 58,141.017,47 ton CO2e.
Kapasitas adaptasi dari perubahan iklim juga dapat ditinjau dari jasa ekosistem pengaturan iklim.
Pengaturan iklim tersebut akan berdampak pada suhu di darat maupun udara, kelembapan dan
hujan. Berdasarkan hasil analisis spasial jasa pengaturan iklim Kabupaten Halmahera Tengah
sebagian besar berada dalam kelas sedang dengan luas 90.977,76 Ha atau persentase sebesar
36.73% dari total luas Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem pengaturan iklim kelas tinggi
(sangat tinggi dan tinggi) memiliki luas sebesar 35.38% dari total keseluruhan luas Kabupaten
Halmahera Tengah. Masing-masing kecamatan memiliki kelas sangat tinggi untuk jasa ekosistem
pengaturan iklim. Kecamatan yang masuk dalam kelas sangat tinggi diantaranya Kecamatan Weda
Timur dengan luas 5.954,17 Ha, Kecamatan Weda Tengah dengan luas 4.961,40 Ha, Pulau Gebe
dengan luas 3.179,37 Ha, Kecamatan Patani Barat dengan luas 2.093,45 Ha, Kecamatan Weda
Utara dengan luas 2.339,45 Ha, Kecamatan Patani dengan luas 1.963,88 Ha, Kecamatan Patani
Timur dengan luas 1.915,91 Ha, Kecamatan Weda Selatan dengan luas 1.433,30 Ha, Kecamatan
Weda dengan luas 646,44 Ha, dan Kecamatan Patani Utara dengan luas 467,52 Ha. Jasa ekosistem
pengaturan iklim tersebut dimaksutkan suatu wilayah atau lahan mampu untuk meminimalkan emisi
karbon dengan masih banyaknya vegetasi seperti hutan dan lahan terbuka hijau yang mampu
menyerap CO2e.
Tabel 3.10 Luas Per Kelas JE Pengaturan Iklim Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 24235.39 9.78
Tinggi 63419.32 25.60
Sedang 90977.76 36.73
Rendah 32356.79 13.06
Sangat Rendah 36736.08 14.83
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019
a. Ekosistem Alami
- Ekosistem darat
Ekosistem darat merupakan ekosistem yang berada di wilayah sungai. Kabupaten Halmahera
Tengah memiliki daerah aliran sungai (DAS) dengan luas 247.975 Ha. Meskipun memiliki
DAS yang luas tetapi terdapat beberapa permasalahan terkait dengan bencana banjir.
Bencana banjir tidak hanya disebabkan oleh kondisi DAS tetapi juga debit air hujan, intensitas
curah hujan yang tinggi dan kondisi struktur tanah yang tidak mampu menyerap air hujan
dengan baik. DAS merupakan elemen penting untuk melakukan mitigasi terhadap bencana
banjir, sehingga air hujan dapat menuju hilir sungai dan tidak menggenangi permukiman
warga. Ekosistem darat juga berkaitan dengan hutan. Hutan memiliki berbagai spesies
tumbuhan endemik yang berbeda-beda setiap daerah. Menjaga wilayah hutan di Halmahera
Tengah akan meningkatkan ketahanan keanekaragaman hayati tersebut.
- Ekosistem laut
Kabupaten Halmahera Tengah merupakan wilayah pesisir laut halmahera memiliki potensi
besar dari hasil laut seperti ikan laut serta biota laut lainnya. Potensi tersebut tidak hanya
sebagai bahan pangan tetapi juga dapat sebagai pariwisata karena laut halmahera memiliki
gugus batu karang dan alam bawa laut yang mampu menarik kunjungan wisatawan domestik
maupun mancanegara.
- Ekosistem pesisir
Pada ekosistem pesisir di Halmahera Tengah memiliki potensi wisata dan budidaya ikan
untuk menopang penyedia pangan. Wilayah pesisir juga ditumbuhi oleh hutan mangrove yang
diketahui memiliki luas 199,59 Ha. Kawasan mangrove juga digunakan sebagai habitat
beberapa spesies burung peralihan seperti burung kuntul. Fungsi dari kawasan hutan
magrove tidak hanya sebagai tempat tinggal beberapa spesies hewan tetapi juga dapat
sebagai mitigasi bencana seperti abrasi air laut dan bencana tsunami.
b. Ekosistem Buatan
- Ekosistem pertanian dan perkebunan
Ekosistem pertanian merupakan ekosistem yang disengaja dibuat oleh manusia sebagai
penyedia bahan pangan. Di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah ekosistem pertanian
tersebar di beberapa kecamatan dengan luas total 3.629,92 Ha. Ekosistem pertanian tersebut
dikembangkan untuk padi, umbi-umbian dan buah-buahan.
- Ekosistem ruang terbuka hijau
Ruang terbuka hijau juga memiliki fungsi dalam menjaga ketahanan potensi keanekaragaman
hayati. Kabupaten Halmahera Tengah memiliki ruang terbuka hijau yang masih luas yang
terdiri dari, hutan mangrove, pertanian, perkebunan, hutan, sempadan sungai, makam dan
lahan yang belum terbangun. Ruang terbuka hijau tersebut tidak hanya menjaga ketahanan
potensi keanekaragaman hayati tetapi juga menjaga ketahanan iklim di Kabupaten
Halmahera Tengah.
- Ekosistem waduk
Ekosistem waduk memiliki berbagai fungsi dari menjaga ketahanan keanekaragaman hayati,
penampungan air, mengendalikan arus air dan mengendalikan bencana banjir.
Pembangunan waduk di Halmahera Tengah sangat berpotensi untuk menjaga arus air dan
Berbagai potensi keanekaragaman hayati alami dan buatan tersebut akan didukung oleh jasa
ekosistem pendukung biodiversitas. Kapasitas pendukung biodiversitas ditinjau dari tutupan lahan
dari hutan lahan basak, pertanian, ruang terbuka hijau, dan cagar alam. Pendukung biodiversitas
tersebut akan berdampak pada ketahanan dan potensi keanekaragamanhayati. Berdasarkan hasil
analisis spasial jasa pendukung biodiversitas Kabupaten Halmahera Tengah sebagian besar berada
dalam kelas sedang dengan luas 97.980,68 Ha atau persentase sebesar 39.55% dari total luas
Kabupaten Halmahera Tengah. Jasa ekosistem pendukung biodiversitas kelas tinggi (sangat tinggi
dan tinggi) memiliki luas sebesar 8.59% dari total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah.
Masing-masing kecamatan memiliki kelas sangat tinggi untuk jasa ekosistem pengaturan iklim.
Kecamatan yang masuk dalam kelas sangat tinggi diantaranya Pulau Gebe dengan luas 2.631,14 Ha,
Kecamatan Weda Tengah dengan luas 1.459,95 Ha, Kecamatan Weda Timur dengan luas 1.026,07
Ha, , Kecamatan Patani Barat dengan luas 1.002 Ha, Kecamatan Weda Selatan dengan luas 982,89
Ha, Kecamatan Patani dengan luas 576,50 Ha, Kecamatan Weda dengan luas 473,76 Ha,
Kecamatan Patani Timur dengan luas 70,96 Ha, dan Kecamatan Patani Utara dengan luas 18 Ha.
Jasa ekosistem pendukung biodiversitas tersebut akan mendukung ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati di Kabupaten Halmahera Tengah.
Tabel 3.11 Luas Per Kelas JE Pendukung Biodiversitas Kabupaten Halmahera Tengah
Kelas Luas (Ha) Persen (%)
Sangat Tinggi 8395.32 3.39
Tinggi 12890.05 5.20
Sedang 97980.68 39.55
Rendah 94924.99 38.32
Sangat Rendah 33534.30 13.54
Jumlah 247725.34 100
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Gambar 2.13 Luas Per Kelas JE Pendukung Biodiversitas Kabupaten Halmahera Tengah
Kajian Lingkungan Hidup Strategis akan berkaitan langsung dengan analisis muatan Kebijakan,
Rencana dan atau Program. Menurut PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis analisis yang dimaksut salah satunya bermuatan kajian kapasitas
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan. Daya dukung lingkungan
hidup (DDLH) dapat digambarkan melalui perbandingan jumlah sumber daya yang dapat dikelola
terhadap jumlah konsumsi penduduk (cloud, dalam Soerjani, dkk., 1987). Perbandingan yang
digambarkan tersebut akan menunjukan daya dukung lingkungan surplus ataupun telah mengalami
defisit sehingga tidak mampu mendukung kehidupan di wilayah tersebut. Status DDLH diperoleh dari
pendekatan kuantitatif dengan memperhitungkan selisih dari perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan untuk masing-masing jasa ekosistem (Norvyani, 2016). Menurut UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian dari daya dukung lingkungan
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain,
dan keseimbangan antar keduanya, sedangkan daya tampung lingkungan adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk di dalamnya.
Tingkat jumlah penduduk yang semakin bertambah akan mempengaruhi secara langsung daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
Pada penghitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dibedakan berdasarkan fungsi
dan tujuannya. Beberapa pendekatan dibedakan sebagai berikut:
1. Daya dukung lahan bangunan dengan melihat perbandingan luas wilayah dengan luas lahan
terbangun sehingga diketahui lahan terbangun telah terlampaui ataupun masih dalam
kondisi baik.
2. Daya dukung lahan pertanian dan pangan dapat dilihat dari jumlah kebutuhan lahan yang
didapat melalui analisis luas laan untuk hidup layak per penduduk dengan produktivitas
beras sehingga diperoleh status daya dukung lahan dari perbandingan ketersediaan lahan
dengan kebutuhan lahan yang ada.
3. Daya dukung lahan fungsi lindung dengan melihat luasan tutupan lahan dengan koefisien
jenis tata guna lahan dan diperoleh tingkat kualitas daya dukung fungsi lindung masing-
masing wilayah.
4. Daya dukung air dengan melihat ketersediaan air (supply) dan kebutuhan air (demand)
sehingga dapat dilihat perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air telah terlampaui
atau masih dalam batas aman.
Menurut Pedoman Penentuan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup tahun 2014, daya
dukung ekonomi dengan mempertimbangkan nilai total PDRB wilayah, jumlah penduduk, konsumsi
penduduk per kapita. Terdapat indikator dalam penentuan daya dukung ekonomi diantaranya sebagai
berikut.
DDE < 1 = sumberdaya dan ekonomi wilayah sudah tidak mampu mendukung kebutuhan dan
konsumsi penduduk
DDE > 1 = sumberdaya dan ekonomi wilayah mampu mendukung kebutuhan dan konsumsi
penduduk dalam batas minimal
DDE 1 = terdapat keseimbangan pada sumberdaya dan ekonomi wilayah dalam mendukung
kebutuhan dan konsumsi penduduk
Menurut data BPS pada tahun 2017 Kabupaten Halmahera Tengah memiliki nilai PDRB total atas
dasar harga berlaku sebesar Rp 1.931.505 juta rupiah dengan jumlah penduduk sebanyak 52.813
jiwa. Nilai konsumsi per kapita sebesar Rp 491.281/bulan atau Rp 5.895.372/tahun. Dalam analisis
daya dukung ekonomi menggunakan perhitungan sebagai berikut.
Perhitungan 1
a. Ketersediaan air
Σ( ci x Ai) Σ Ri
C= R= SA=¿10 x C X R X A
Σ Ai m
Keterangan:
Σ ( ci x Ai ) 155.26
C= R=
Σ Ai 1
SA=304.826.890 m3/tahun
5 Villa 0.3-0.5
c. <2%
c. <2%
1 Weda - - - 5,872.15 0.18 1,056.99 225.61 0.60 135.37 - - - 145.64 0.30 43.69
2 Weda Selatan 8,342.48 0.18 1,501.65 3,136.55 0.18 564.58 48.44 0.60 29.07 191.00 0.60 114.60 1,459.96 0.30 437.99
3 Weda Utara 6,867.70 0.18 1,236.19 2,757.43 0.18 496.34 70.21 0.60 42.13 24.54 0.60 14.73 347.27 0.30 104.18
4 Weda Tengah 7,778.60 0.18 1,400.15 8,164.23 0.18 1,469.56 55.68 0.60 33.41 47.77 0.60 28.66 731.28 0.30 219.38
5 Weda Timur 7,302.95 0.18 1,314.53 28,550.72 0.18 5,139.13 32.60 0.60 19.56 25.87 0.60 15.52 176.49 0.30 52.95
9 Patani Barat 2,858.19 0.18 514.47 13,348.92 0.18 2,402.81 72.96 0.60 43.78 - - - - - -
10 Patani Timur 206.72 0.18 37.21 79.27 0.18 14.27 55.68 0.60 33.41 - - - - - -
Jumlah 33,356.64 6,004.20 61,909.27 11,143.67 889.75 533.85 289.19 173.51 2,860.63 858.19
CI
CI Peribadatan,
Pendidika CI Perdagangan Peribadatan,
No. Kecamatan CI CI Perdagangan Perkantoran dan CI
n Pendidikan Jasa Perkantoran
Jasa Kesehatan
dan Kesehatan
1 Weda 1.13 0.70 0.79 8.24 0.70 5.77 14.37 0.70 10.06
Weda
2 - - - - - - - - -
Selatan
Weda
4 - - - - - - - - -
Tengah
5 Weda Timur - - - - - - - - -
6 Pulau Gebe - - - - - - - - -
9 Patani Barat - - - - - - - - -
10 Patani Timur - - - - - - - - -
4 Weda Tengah 20.14 0.70 14.10 24,174.74 0.30 7,252.42 302.25 0.90 272.03
6 Pulau Gebe 17.26 0.70 12.08 17,074.19 0.30 5,122.26 153.63 0.90 138.27
9 Patani Barat - - - - - - - - -
Jumlah Σ ( ci x Ai ) 38.175,40
Perhitungan kebutuhan air dengan menjumlahkan kebutuhan air domestik dengan kebutuhan air non
domestik.
DA = DAd + DAnd
Keterangan:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, kota di Indonesia diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu
Jumlah Penduduk
No. Kecamatan Kebutuhan air (liter/hari/kapita)
Tahun 2017
Kebutuhan air domestik di Kabupaten Halmahera Tengah sebanyak 5.855.900 liter/hari/kapita atau
2.137.403 m3/tahun.
Kebutuhan air non domestik dapat dilihat dari luas lahan pertanian dan jumlah karyawan industri.
Kebutuhan air untuk lahan padi yaitu 1 liter/detik/hektar, kebutuhan air untuk lahan palawija yaitu 0.3
liter/detik/hektar dan kebutuhan air untuk industri yaitu 500 liter/hari/karyawan.
7.408.134,9
Luas lahan palawija 14849.5 Ha 4454.85
Total 7.434.962,4
Pada hasil perhitungan kebutuhan air non domestik di Kabupaten Halmahera Tengah didapatkan
sebesar 7.434.962,4 m3/tahun.
Kebutuhan air (DA) = Kebutuhan air domestik (DAd) + kebutuhan air non domestik (DAnd)
= 2.137.403 + 7.434.962,4
= 9.572.366 m3/tahun
DDA = SA / DA
= 304.826.890 / 9.572.366
= 31.84
Keterangan:
DDA < 1 : daya dukung air dalam kondisi terlampaui atau buruk
DDA 1-3 : daya dukung air dalam kondisi bersyarat atau sedang
DDA > 3 : daya dukung dalam kondisi air aman atau baik
Hasil analisis menunjukan nilai daya dukung air di Kabupaten Halmahera Tengah yaitu 31.84 yang
berarti nilai daya dukung air lebih dari 3 termasuk dalam kondisi aman atau baik.
Perhitungan 2
Keterangan:
Menurut data Badan Pusat Statistika, curah hujan tahun 2014 di Kabupaten Halmahera sebesar
155.26 mm/tahun, Kabupaten Halmahera Tengah memiliki luas DAS sebesar 247.975 Ha dan suhu
udara tahunan rata-rata sebesar 25oC.
1.511 x 155.261.44
Ro=
25 x 1.34 x 247.9750.0613
= 30.10 mm/tahun
Dalam analisis ini tidak menghitung potensi air tanah karena untuk meminimalkan penggunaan air
tanah sebagai bentuk upaya konservasi cekungan air tanah (CAT).
Dalam analisis ini belum menghitung potensi mata air dikarenakan belum tersedianya data mengenai
debit setiap mata air di Kabupaten Halmahera Tengah sehingga perhitungan potensi mata air tidak
dapat dimasukkan.
DDA = PSA / KA
Pada perhitungan ke 2, nilai daya dukung air di Kabupaten Halmahera Tengah adalah 2.3 yang
memiliki arti daya dukung air di Kabupaten Halmahera Tengah dalam kondisi bersyarat atau sedang.
Kondisi tersebut dapat diperbaiki bila potensi mata air telah dimasukan. Kabupaten Halmahera
Tengah membutuhkan 6.613.690,06 mm3/tahun untuk mencapai daya dukung air dalam kondisi baik.
Pada analisis daya dukung fungsi lindung dapat dilihat tingkat kualitas daya dukung dari sangat
rendah hingga sangat baik dengan rentang nilai 0 hingga 1. Jika rentang nilai daya dukung lindung
mendekati angka 1 memiliki arti daya dukung lindung dalam tingkat kualitas sangat baik, berbanding
terbalik jika tingkat kualitas daya dukung fungsi lindung mendekati 0 memiliki arti fungsi lindung
dangat rendah atau berubah fungsi menjadi kawasan budidaya. Tingkat kualitas daya dukung fungsi
lindung dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini.
Rendah 0.21-0.40
Sedang 0.41-0.60
Baik 0.61-0.80
Koefisien lindung untuk guna lahan dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini.
Hutan lindung 1
Ladang/tegalan 0.21
Permukiman 0.18
Persawahan 0.46
Suaka margasatwa 1
Taman wisata 1
Tabel 3.18 Perhitungan Luas Guna Lahan Fungsi Lindung Kabupaten Halmahera
Tengah
Total 174497.016
174. 497
DDL=
247.873
DDL=0.70
Pada hasil analisis daya dukung fungsi lindung Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 0,70.
Nilai tersebut menandakan daya dukung fungsi lindung masuk dalam kategori baik. Diperlukan
perencanaan tata ruang dan kebijakan yang dapat mempertahankan fungsi lindung karena
pertambahan jumlah penduduk akan dapat mengakibatkan berubahnya fungsi lahan di tahun yang
akan datang dan jika berkurangnya lahan fungsi lindung akan berubah fungsi menjadi kawasan
budidaya. Berikut ini juga dapat dilihat pada tabel 3.8 kualitas daya dukung lindung menurut
kecamatan dan tabel 3.9 perhitungan daya dukung fungsi lindung di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Halmahera Tengah.
1 Weda - 0.68 - 5,872.15 0.68 3,993.06 5,270.16 0.61 3,214.80 225.61 0.18 40.61
2 Weda
8,342.48 0.68 5,672.89 3,136.55 0.68 2,132.86 325.40 0.61 198.49 48.44 0.18 8.72
Selatan
4 Weda
7,778.60 0.68 5,289.45 8,164.23 0.68 5,551.68 9,177.82 0.61 5,598.47 55.68 0.18 10.02
Tengah
8 Patani
- 0.68 - - 0.68 - 4,071.62 0.61 2,483.69 87.78 0.18 15.80
Utara
Lgl
Permukiman Lgl Lgl Lgl
No Kecamata Koefisie Permukiman Koefisie Koefisie Perdaganga Koefisie
Transmigras Pertanian Pertania Pendidikan Pendidika Perdaganga
. n n Transmigras n n n dan Jasa n
i n n n dan jasa
i
1 Weda - 0.18 - 145.64 0.46 66.99 1.13 0.18 0.20 8.24 0.18 1.48
2 Weda
191.00 0.18 34.38 1,459.96 0.46 671.58 - 0.18 - - 0.18 -
Selatan
3 Weda
24.54 0.18 4.42 347.27 0.46 159.74 1.07 0.18 0.19 - 0.18 -
Utara
4 Weda
47.77 0.18 8.60 731.28 0.46 336.39 - 0.18 - - 0.18 -
Tengah
5 Weda
25.87 0.18 4.66 176.49 0.46 81.18 - 0.18 - - 0.18 -
Timur
8 Patani
- 0.18 - - 0.46 - 2.71 0.18 0.49 - 0.18 -
Utara
9 Patani
- 0.18 - - 0.46 - - 0.18 - - 0.18 -
Barat
10 Patani
- 0.18 - - 0.46 - - 0.18 - - 0.18 -
Timur
1 Weda 6,762.79 1 6,762.79 659.16 0.42 276.85 205.18 0.21 43.09 24.96 0.01 0.25 9.09 0.98 8.91 14,411
Weda
2 4,893.47 1 4,893.47 110.13 0.42 46.26 1,239.82 0.21 260.36 - 0.01 - - 0.98 - 13,919
Selatan
3 Weda Utara 5,562.05 1 5,562.05 - 0.42 - - 0.21 - - 0.01 - 157.95 0.98 154.79 20,095
Weda
4 21754.68 1 21,754.68 - 0.42 - 1,133.87 0.21 238.11 1,286.19 0.01 12.86 - 0.98 - 38,800
Tengah
Weda
5 - 1 - - 0.42 - 44.32 0.21 9.31 - 0.01 - - 0.98 - 33,832
Timur
6 Pulau Gebe 16,752.06 1 16,752.06 - 0.42 - - 0.21 - 322.12 0.01 3.22 8.20 0.98 8.04 16,793
Patani
8 2,201.16 1 2,201.16 - 0.42 - - 0.21 - - 0.01 - - 0.98 - 4,701
Utara
Patani
9 - 1 - - 0.42 - - 0.21 - - 0.01 - - 0.98 - 17,736
Barat
Patani
10 - 1 - - 0.42 - - 0.21 - - 0.01 - - 0.98 - 10,814
Timur
2012 4960
2013 5931
2014 6589
2015 8363
2018 446
Daya dukung pangan dapat dianalisa menggunakan jumlah produksi padi pada setiap tahunnya di
wilayah Kabupaten Halmahera Tengah. Menurut Kementerian Pertanian, konsumsi beras masing-
masing orang sebesar 124.89 kg/orang/tahun sehingga dapat diasumsikan untuk wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah masing-masing orang mengkonsumsi sebanyak 125 kg/orang/tahun. Dalam
menganalisa daya dukung lahan untuk pangan menggunakan indeks daya dukung lahan untuk
pangan yang berdasarkan dari rasio kebutuhan beras dengan produksi beras per tahun di wilayah
tersebut. Indeks daya dukung lahan untuk pangan sebagai berikut.
Jumlah penduduk
Kabupaten Halmahera 42980 45890 48414 49807 58649
Tengah
Jumlah beras
53725 57362.5 60517.5 62258.75 73311.25
dikonsumsi (ton)
Kebutuhan lahan dihitung dengan berdasarkan kebutuhan hidup layak per penduduk. Kebutuhan
lahan di Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 83.784,28 Ha. Luas lahan hidup layar per penduduk
di Kabupaten Halmahera Tengah adalah 1,42 Ha dan produktivitas beras adalah 0.7 ton/Ha atau 635
kg/Ha.
1 Buah-buahan
3 Perkebunan
4 Sayur mayur
Jumlah 93.835.018
Hasil perhitungan nilai produksi pangan pada tabel di atas didapatkan total nilai produksi
komoditas buah-buahan, padi palawija, perkebunan dan sayur mayur tahun 2018 di Kabupaten
Halmahera Tengah adalah Rp 93.835.018. Kebutuhan hasil produksi pangan tersebut tidak hanya
dari dalam kabupaten tetapi juga disuplai dari daerah di sekitar Kabupaten Halmahera Tengah.
Proses analisis kebutuhan lahan dan ketersediaan lahan yang telah dianalisis kemudian dapat
dilihat hasil dari perbandingan status daya dukung lahan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3.26 Hasil Analisis Status Daya Dukung Lahan Kabupaten Halmahera Tengah
No. Komponen Simbol Satuan Nilai
DDLp = SL/DL
= 15.65377986/83784.28571
= 0.000186834
Keterangan:
DDLp < 1 : daya dukung lahan pertanian dalam kondisi terlampaui atau buruk
Pada hasil analisis tersebut diketahui DDLp Kabupaten Halmahera Tengah yaitu 0.00018 yang
termasuk pada daya dukung lahan pertanian dalam kondisi terlampaui atau buruk. Kondisi tersebut
dapat diartikan bahwa Kabupaten Halmahera Tengah tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan dari
hasil produksi wilayahnya sendiri sehingga dibutuhkan pemenuhan kebutuhan pangan dari luar
daerah.
α . Lw
DDLB=
LTb
LTb=LB+ LTp
Keterangan :
Hasil perhitungan:
DDLB < 1 : daya dukung lahan terbangun dalam kondisi terlampaui atau buruk
DDLB 1-3 : daya dukung lahan terbangun dalam kondisi bersyarat atau sedang
Luas wilayah Kabupaten Halmahera Tengah adalah 247.837 Ha, Luas bangunan (LB) adalah 1256
Ha
α . Lw
DDLB=
LTb
50 % . 247.837
¿ =65.76
1884.4
DDLB Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 65.76 yang dapat dikatakan daya dukung lahan
terbangun baik. Nilai tersebut mengartikan Kabupaten Halmahera Tengah, daya dukung bangunan
masih sangat baik tetapi perhitungan pembangunan tetap dengan meninjau karakteristik wilayah
terhadap rawan bencana. Untuk mengetahui kondisi eksisting daya dukung lahan bangunan di setiap
3.3.6.1. Air.
Kualitas air dipengaruhi dari kegiatan yang menghasilkan air limbah. Sedangkan kuantitas air
dipengaruhi dari kegiatan yang memerlukan air dalam kegiatannya.
3.3.6.2. Udara.
Kegiatan pembangunan yang memerlukan mobilisasi alat berat, material dalam jumlah banyak,
berpotensi meningkatkan emisi dan menurunkan kualitas udara. Program yang mengakibatkan alih
fungsi lahan vegetasi ke area terbangun juga akan meningkatkan emisi karbon dan menurunkan
penyerapan karbon dan kualitas udara.
3.3.6.3. Pesisir.
Eksploitasi tambang di pulau kecil atau eksploitasi berlebih sumberdaya pesisir dan laut berpengaruh
pada organisme laut dan mangrove.
3.3.6.4. Hutan.
Potensi kebakaran akibat akses terhadap hutan dan pariwisata akan berpengaruh kohesivitas tanah,
meningkatkan degradasi lahan, erosi, dan transportasi berakibat pada sedimentasi pada wilayah
penyerapan. Kesemuanya berdampak pada aspek sosek masyarakat.
3.3.6.5. Ekonomi.
Pembangunan yang tidak seimbang berpotensi memperlambat kegiatan ekonomi. Program memerlukan
pekerja terampil menyebabkan migrasi tenaga dari luar yang dapat mengakibatkan kesenjangan dan
konflik sosial.
3.3.6.7. Perkotaan.
Resiko kegagalan teknologi pada industry dan juga pertambangan akan berdampak pada polusi udara
(bau) mengganggu ketenangan. Industri juga menyebabkan migrasi sehingga menurunkan kualitas
perkotaan(limbah padat, cair, kawasan kumuh, aesthetika).