Anda di halaman 1dari 31

1

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Profil Prakonsepsi Siswa Sasaran pada Konsep Reaksi Redoks

Profil prakonsepsi siswa kelas X IPA 5 dan XI IPA 6 adalah berupa

deskripsi jumlah siswa TK, TTK, MK1, MK2 dan MK3 pada masing-masing

konsep yang merepresentasi konsep reaksi redoks disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Prakonsepsi Siswa Sasaran pada Konsep Reaksi Redoks

Konsep No Soal X IPA 5 X IPA 6


%TK %MK1 %MK2 %MK3 %TTK %TK %MK1 %MK2 %MK3 %TTK
A 1,2,3 7 0 3 16 74 2 0 7 19 72
B 4,5,6 0 1 6 7 86 4 11 1 11 73
C 7,8,9,10, 1 2 2 9 86 3 4 10 13 70
11, 12
D 13,14,15 0 1 5 3 91 5 2 7 12 74
E 16,17,18 1 3 0 3 92 0 5 11 8 75
Keterangan: Penetapan status TK, TTK, MK1, MK2, dan MK3 berdasarkan three tier test.

Dengan memperhatikan data dalam Tabel 4.1 dapat diberikan hasil analisis

sebagai berikut:

1. Pada kelas X IPA 5, dari lima konsep yang diujikan semua menyebabkan

individu-individu (siswa) mengalami MK1, MK2 dan MK3 (memiliki

prakonsepsi alternatif). Jumlah individu MK2 dan MK3 melebihi jumlah

individu TK tetapi, meskipun masih cenderung lebih kecil jumlahnya

dibanding siswa TTK. Pada kelas X IPA 5 jumlah siswa TTK melebihi jumlah

siswa baik status TK maupun MK1, MK2 dan MK3 pada semua konsep yang

diujikan.

2. Pada kelas X IPA 6, dari lima konsep yang diujikan semua menyebabkan

individu-individu (siswa) mengalami MK1, MK2 dan MK3 (memiliki

prakonsepsi alternatif). Jumlah individu MK1, MK2 dan MK3 melebihi jumlah
2

individu TK tetapi, meskipun masih cenderung lebih kecil jumlahnya

dibanding siswa TTK. Pada kelas X IPA 5 jumlah siswa TTK melebihi jumlah

siswa baik status TK maupun MK1, MK2 dan MK3 pada semua konsep yang

diujikan.

Untuk lebih jelasnya gambaran prakonsepsi siswa kelas X IPA 5 dapat dilihat

pada Gambar 4.1, sedangkan untuk siswa kelas X IPA 6 dapat dilihat pada

Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Grafik Prakonsepsi X IPA 5


Keterangan:
Konsep A : Perbedaaan reaksi redoks ditinjau dari serah terima oksigen dengan serah
terima elektron.
Konsep B: Perbedaan reaksi redoks dengan reaksi bukan redoks.
Konsep C: Reaksi redoks ditinjau dari perubahan bilangan oksidasi.
Konsep D: Perbedaan unsur yang teroksidasi dan unsur yang tereduksi.
3

Konsep E: Perbedaan oksidator dengan reduktor

Gambar 4.2 Grafik Prakonsepsi X IPA 6


Keterangan:
Konsep A : Perbedaaan reaksi redoks ditinjau dari serah terima oksigen dengan serah
terima elektron.
Konsep B: Perbedaan reaksi redoks dengan reaksi bukan redoks.
Konsep C: Reaksi redoks ditinjau dari perubahan bilangan oksidasi.
Konsep D: Perbedaan unsur yang teroksidasi dan unsur yang tereduksi.
Konsep E: Perbedaan oksidator dengan reduktor

B. Keterlaksanaan Sintaks Modified Inquiry

Indikator keterlaksanaan dan kualitas pembelajaran terdiri atas: (1)

Keterlaksanaan sintaks yang terskenariokan dalam RPP, dan (2) Aktivitas siswa

selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Keterlaksanaan sintaks dalam proses belajar-belajar diamati oleh dua

orang pengamat, yaitu Tatik, S.Pd dan Agus Sri Hono, S.Pd. Pada dasarnya,

proses pembelajaran sesuai dengan sintak-sintak skenario pembelajaran (RPP),

terlihat dari tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran yang runtut. Keruntutan

sintaks yang dilaksanakan, membuat siswa antusias dengan pembelajaran yang

berlangsung. Banyak siswa yang menunjukkan jari untuk sekedar menjawab

pertanyaan guru, atau bahkan mengajakan pertanyaan, sehingga dalam hal ini

kegiatan proses belajar mengajar benar-benar terpusat pada siswa, sebab guru
4

tidak langsung menjawab pertanyaan siswa, tetapi hanya menggiring pemikiran

siswa pada konsep yang benar. Aktivitas siswa yang teramati tersebut, sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.

Pada saat pembelajaran berlangsung, pada kegiatan inti, siswa terlihat

asyik berdiskusi dalam satu kelompok, meskipun beberapa siswa mendominasi

kegiatan diskusi, tetapi siswa tersebut tidak memaksakan ide-idenya pada teman

yang lain, semua siswa saling menghargai pendapat teman. Pada kegiatan inti,

guru berperan sebagai fasilitator dalam mengeksplorasi ide-ide siswa dan sekedar

mengarahkan agar kegiatan proses belajar-mengajar berjalan sesuai jam

pembelajaran.

Pada fase 4, guru aktif memberikan fasilitas ketika siswa membutuhkan

arahan tentang konsep yang belum jelas dan juga konsp-konsep yang masih

mengambang. Guru dengan sabar membimbing dan memberikan soal tambahan,

untuk konsep yang belum jelas, sehingga sedikit menyita waktu dari alokasi

waktu yang telah ditentukan dalam skenario pembelajaran, namun pada akhirnya

siswa telah menemukan konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran.

a. Keterlaksanaan Sintaks Modified Inquiry pada Tatap Muka Pertama

Hasil penilaian kedua pengamat atas keterlaksanaan skenario pembelajaran


pada tatap muka pertama disajikan dalam Tabel 4.2. Sesuai perencanaan, waktu
yang diperlukan pada tatap muka pertama adalah 90 menit dengan rincian 15
menit pertama untuk kegiatan pendahuluan. Kegiatan inti memerlukan waktu
yang paling lama, yaitu 60 menit. Pada kegiatan inti siswa diharapkan dapat
menyusun pertanyaan penelitian, menyusun jawaban sementara, menguji jawaban
sementara dengan cara merancang percobaan, mengorganisasikan data hasil
percobaan atau hasil observasi dengan menuliskannya pada sebuah tabel data,
5

menganalisis dan menginterpretasikan data, mensintesis ide-ide siswa,


menjelaskan konsep, serta menerapkannya dalam situasi baru. Pada pertemuan I,
diwarnai dengan aktivitas siswa dalam kelompok dengan mengerjakan LKS
dengan judul “Reaksi redoks berdasarkan serah terima elektron dan serah terima
oksigen.” Pengerjaan LKS diakhiri pembuatan simpulan yang dibuat secara
bersama-sama antara guru dan siswa..
Tabel 4.2 Rangkuman Penilaian Pengamat terhadap Pelaksanaan Sintaks dalam
Pembelajaran Tatap Muka Pertama

No. Komponen Sintaks Pembelajaran Rangkuman Penilaian


IPA-5 IPA-6
A Pendahuluan
1. Guru memotivasi siswa dengan menyajikan 4 4
fenomena.
2. Guru mengingatkan kembali materi 4 4
prasyarat.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 4 3,5
4. Guru membentuk kelompok. 4 4
B Kegiatan Inti
5. Guru menyajikan fenomena. 4 4
6. Guru memberikan orientasi masalah. 4 4
7. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 4 4
merumuskan pertanyaan penelitian.
8. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 4 4
menyusun jawaban sementara.
9. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 3.5 3.5
merancang percobaan atau pengamatan.
10. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 3.5 4
menguji jawaban sementara dengan cara
melakukan percobaan atau pengamatan.
11. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 3.5 4
mengorganisasikan data dalam sebuah
tabel.
12. Guru membimbing siswa untuk 3 3
menganalisis data.
13. Guru menugaskan siswa untuk mengisi 4 4
LKS.
C Penutup
14. Guru membimbing siswa untuk membuat 4 4
simpulan.
Total 53.5 54
Nilai(%) 95.5 96.4
Keterangan: Jika pengamat memberikan skor terhadap setiap komponen dalam tahapan sintaks
Maka dapat dipahami bahwa tahapan tersebut terlaksana atau terjadi.Skor penilaian 4
dimaknai sangat baik, dan skor penilaian 3 dimaknai baik. Nilai 81-100% dimaknai
sangat baik.
6

Berdasar data dalam Tabel 4.2 dapat diberikan hasil analisis sebagai berikut:

1) Pembelajaran modified inquiry pada kelas X IPA 5 dan X IPA 6 mendapat

rerata penilaian sangat baik pada keseluruhan tahapannya. Artinya,

pembelajaran yang dilakukan untuk mencegah MK siswa pada konsep reaksi

redoks pada tatap muka pertama telah dilaksanakan dengan kualifikasi sangat

baik.

2) Menurut tabel χ20,01;3-1 = 9,210, sedangkan hasil uji Kruskal-Wallis yang

membandingkan skor-skor penilain sintaks pada kedua kelas adalah -2,865.

Angka ini jauh lebih kecil daripada 9,210, sehingga dapat disimpulkan

bahwa, tidak ada perbedaan signifikan atas penilaian keterlaksanaan sintaks

pada tatap muka pertama di kedua kelas. Dengan kata lain dapat disimpulkan

bahwa guru telah secara ajeg atau konsisten menjalankan sintaks

pembelajaran pada tatap muka pertama.

b. Keterlaksanaan Sintaks Modified Inquiry pada Tatap Muka Kedua

Hasil penilaian kedua pengamat atas keterlaksanaan skenario pembelajaran

pada tatap muka kedua disajikan dalam Tabel 4.3. Alokasi waktu tatap muka

kedua ini, sama dengan tatap muka pertama yaitu 90 menit. Proses belajar-

mengajarnya juga menggunakan sintaks yang sama, sebagaimana sintaks dalam

tatap muka pertama, yang membedakan adalah LKS siswa.

LKS II membahas reaksi redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi

yang diwarnai oleh kegiatan percobaan yang dilakukan secara berkelompok. Guru

dan pengamat menilai aktivitas siswa dengan cara mengisi Lembar Pengamatan
7

Aktivitas Siswa. Siswa mengorganisasikan data yang diperoleh dan menuliskan

hasil analisisnya dalam LKS.

Tabel 4.3 Rangkuman Penilaian Pengamat terhadap Pelaksanaan Sintaks dalam


Pembelajaran Tatap Muka Kedua pada Seluruh Kelas Sasaran

No. Komponen Sintaks Pembelajaran Rangkuman Penilaian


IPA-5 IPA-6
A Pendahuluan
1. Guru memotivasi siswa dengan menyajikan 4 4
fenomena.
2. Guru mengingatkan kembali materi 4 4
prasyarat.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 4 4
4. Guru membentuk kelompok. 4 4
B Kegiatan Inti
5. Guru menyajikan fenomena. 4 4
6. Guru memberikan orientasi masalah. 4 4
7. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 4 4
merumuskan pertanyaan penelitian.

8. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 4 4


menyusun jawaban sementara.
9. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 3 3
merancang percobaan atau pengamatan.
10. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 3 4
menguji jawaban sementara dengan cara
melakukan percobaan atau pengamatan.
11. Guru mengeksplorasi ide-ide siswa untuk 3 3
mengorganisasikan data dalam sebuah
tabel.
12. Guru membimbing siswa untuk 3 3
menganalisis data.
13. Guru menugaskan siswa untuk mengisi 4 4
LKS.
C Penutup
14. Guru membimbing siswa untuk membuat 4 4
simpulan.
Total 52 53
Nilai(%) 92.8 94.6
Keterangan: Jika pengamat memberikan skor terhadap setiap komponen dalam tahapan sintaks
maka dapat dipahami bahwa tahapan tersebut terlaksana atau terjadi. Skor
penilaian 4 dimaknai sangat baik, dan skor penilaian 3 dimaknai baik.
Nilai 81-100% dimaknai sangat baik.
8

Berdasar data dalam Tabel 4.3 dapat diberikan hasil analisis sebagai

berikut:

1) Pembelajaran modified inquiry pada kelas X IPA 5 dan X IPA 6 mendapat

rerata penilaian sangat baik. Artinya, pembelajaran yang dilakukan untuk

mencegah MK siswa pada konsep pergeseran reaksi pada tatap muka kedua

telah dilaksanakan oleh guru dengan kualifikasi berkecenderungan sangat

baik.

2) Menurut tabel χ20,01;3-1 = 9,210, sedangkan hasil uji Kruskal-Wallis yang

membandingkan skor-skor penilain sintaks pada kedua kelas adalah -2,865.

Angka ini jauh lebih kecil daripada 9,210, sehingga dapat disimpulkan

bahwa, tidak ada perbedaan signifikan atas penilaian keterlaksanaan sintaks

pada tatap muka pertama di kedua kelas. Dengan kata lain dapat disimpulkan

bahwa guru telah secara ajeg atau konsisten menjalankan sintaks

pembelajaran pada tatap muka pertama.

C. Aktivitas Siswa Selama Berlangsungnya Kegiatan Pembelajaran

1). Penilaian Kompetensi Inti Sikap Sosial

Data aktivitas siswa ini digunakan oleh peneliti untuk

memverifikasi (verification = verifikasi, pembuktian) data kualitas

pembelajaran yang diberikan. Aktivitas siswa selama berlangsungnya

kegiatan pembelajaran merupakan bagian dari kompetensi inti sosial yang

menggambarkan performance yang tampak pada diri siswa sebagai respon

skenario pembelajaran yang dijalankan oleh guru. Aktivitas siswa ini


9

dinilai oleh dua orang pengamat (Tatik, S.Pd dan Agus Sri Hono, S.Pd)

dengan menggunakan Lembar Penilaian Kompetensi Inti Sosial.

Performance yang tampak pada diri siswa sebagai respon skenario

pembelajaran yang dijalankan oleh guru dibatasi pada simptoma (gejala

yang nampak) dari keterampilan sosial dan perbuatan berkarakter.

Pengamatan kompetensi inti sosial dibatasi pada tiga simptoma, yaitu: (1)

demokratis (mendengarkan pendapat teman, bermusyawarah dalam

merancang percobaan, tidak memaka anggota kelompok lain untuk

menerima pendapatnya), (2) bertanggung-jawab (menjaga kebersihan area

kerja, mengembalikan alat dalam keadaan bersih, melaksanakan

pengamatan atau percobaan sesuai prosedur), (3) kejujuran (menuliskan

data sesuai dengan fakta, tidak mencontek data kelompok lain, dan

membuat simpulan berdasarkan hasil analisis data pengamatan). Hasil

pengamatan untuk masing-masing simptoma baik pada keterampilan sosial

maupun perilaku berkarakter di seluruh kelas yang diteliti disajikan pada

Tabel 4.4 Rangkuman Skor untuk Masing-masing Keterampilan Sosial

No Aspek yang Dinilai X IPA 5 X IPA 6

1 Siswa mendengarkan pendapat teman. 3 4


2 Siswa bermusyawarah dalam merancang percobaan. 4 4
3 Siswa tidak memaksa anggota kelompok untuk 4 4
menerima pendapatnya.
4 Siswa menjaga kebersihan area kerja. 3 3
5 Siswa mengembalikan alat dalam keadaan bersih. 3 4
6 Siswa melaksanakan pengamatan sesuai dengan 4 4
prosedure pengamatan.
7 Siswa menuliskan data sesuai dengan fakta. 4 4
8 Siswa tidak mencontek data kelompok lain. 4 4
9 Siswa membuat simpulan berdasarkan hasil analisis 4 4
data pengamatan.
Keterangan:Skor penilaian 4 dimaknai sangat baik, dan skor penilaian 3 dimaknai baik.
10

2). Penilaian Kompetensi Inti Keterampilan

Pada proses belajar-mengajar siswa diarahkan untuk dapat membuat

pertanyaan penelitian, memberikan jawaban sementera, merancang percobaan,

melaksanakan percobaan, mengorganisasikan data, menganalisis data dan

membuat simpulan. Pada proses tersebut siswa menggunakan Lembar

Kegiatan Siswa (LKS), sehingga LKS adalah bagian dari proses belajar-

mengajar, dengan demikian diperlukan alat lain untuk menilai keterampilan

siswa dalam membuat pertanyaan penelitian, memberikan jawaban sementera,

merancang percobaan, melaksanakan percobaan, mengorganisasikan data,

menganalisis data dan membuat simpulan. Keterampilan tersebut merupakan

dampak dari proses belajar mengajar dengan menggunakan modified inquiry,

sehingga salah satu cara untuk mengetahui dampat model pembelajaran

tersebut diperlukan sebuah penilaian kompetensi inti keterampilan.

Penilaian kompetensi inti keterampilan pada penelitian ini menggunakan

“Learning Task” sehingga dilaksanakan di luar jam pelajaran. Dalam Learning

Task, peneliti dapat mengamati ketrampilan siswa dalam membuat pertanyaan

penelitian, memberikan jawaban sementera, merancang percobaan,

melaksanakan percobaan, mengorganisasikan data, menganalisis data dan

membuat simpulan. Rangkuman hasil penilaian kompetensi inti keterampilan

untuk kelas X IPA 5 disajikan pada Tabel 4.5, sedangkan untuk kelas X IPA 6

disajikan pada Tabel 4.6.


11

Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Penilaian Kompetensi Inti Keterampilan Kelas X


IPA 5
Tanda Capaian (+ atau -) untuk Kelompok Total
No Aspek yang Dinilai Tanda
1 2 3 4 5 6 7 8 + -
1 Membuat pertanyaan penelitian + + + + + + + + 6 0
2 Membuat jawaban sementara + + + + + + + + 6 0
3 Merancang percobaan + - + + + + + + 5 0
4 Mengorganisasikan data + + + + + + + + 6 0
5 Menganalisis data + + + + - + + + 5 0
6 Membuat simpulan + + + + + + + + 6 0

Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Penilaian Kompetensi Inti Keterampilan Kelas X


IPA 6
Tanda Capaian (+ atau -) untuk Kelompok Total
No Aspek yang Dinilai Tanda
1 2 3 4 5 6 7 8 + -
1 Membuat pertanyaan penelitian + + + + + + + + 6 0
2 Membuat jawaban sementara + + + + + + + + 6 0
3 Merancang percobaan + + + + + + + + 6 0
4 Mengorganisasikan data + + + + + + + + 6 0
5 Menganalisis data + + + + + + + + 6 0
6 Membuat simpulan + + + + + + + + 6 0

Berdasarkan data dalam Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 dapat diberikan hasil

analisis bahwasanya siswa dalam mempraktikan keterampilan proses ilmiah

menunjukkan kinerja yang positif, dengan demikian skenario pembelajaran

modified inquiry telah berhasil mengkondisikan siswa untuk berlatih berpikir

ilmiah dan akhirnya menggapai capaian kinerja proses.

Khusus untuk pelaksaanaan percobaan, yang merupakan bagian dari

keterampilan psikomotorik, peneliti meminta dua pengamat untuk membantu

proses pengamatan. Pengamatan keterampilan dilakukan oleh tiga pengamat, yaitu

peneliti sendiri, Agus Sri Hono, S.Pd dan Ani Fakhriah, S.Pd. Pengamatan ini

disasarkan pada kemampuan siswa kepada keterampilan “tangan” (hands on) yang

tampak dari sistem kelompok, bukan disasarkan kepada keterampilan orang per

orang dalam kelompok. Hal ini dilakukan berdasar kepada sebuah pertimbangan

bahwa pengamatan keterampilan psikomotorik saat ini tidak dimaksudkan untuk


12

menilai keterampilan siswa sebagai dampak dari sebuah pembelajaran atas

keterampilan ini, tetapi lebih kepada membuktikan bahwa domain pembelajaran

ini terjadi di kelas sebagai respon dari kondisi yang diciptakan oleh guru melalui

skenario pembelajarannya. Artinya, ketika keterampilan psikomotorik yang

ditampilkan siswa dalam kelompok teramati dan dinilai baik atau sangat baik

maka dimaknai bahwa pembelajaran modified inquiry yang di dalamnya

terkandung kegiatan hands on terlaksana dengan baik atau sangat baik.

Rangkuman hasil penilaian keterampilan psikomotorik disajikan dalam Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Penilaian Keterampilan Psikomotorik Siswa


(Pengamatan perubahan warna)

No Aspek yang Dinilai X IPA 5 X IPA 6

1 Siswa menggunakan tabung reaksi yang 4 4


berukuran sama.
2 Siswa melaksanakan percobaan di 4 4
tempat yang terang.
3 Siswa menggunakan alas putih. 4 3
4 Siswa menggunakan volume larutan 4 4
yang sama.
5 Siswa mengamati warna pada posisi 3 4
mata yang sejajar dengan tabung reaksi.
Total 19 19
Nilai(%) 95% 95%
Keterangan: Skor penilaian 4 dimaknai sangat baik, dan skor penilaian 3 dimaknai baik.
Nilai 81-100% dimaknai sangat baik.

Berdasar data dalam Tabel 4.7 untuk kelas X IPA 5 dapat diberikan hasil

analisis bahwasanya keterampilan psikomotorik pada komponen penggunaan

tabung reaksi yang sama, pengamatan yang dilakukan di tempat yang terang,

penggunaan alas putih dan penggunaan volume yang sama mempunyai nilai rerata

sangat baik, sedangkan untuk nilai pengamatan warna harus sejajar dengan mata

memiliki rerata nilai baik.


13

Penilain untuk kelas X IPA 6 dapat diberikan hasil analisis bahwasanya

keterampilan psikomotorik pada komponen penggunaan tabung reaksi yang sama,

pengamatan yang dilakukan di tempat yang terang, penggunaan volume yang

sama, pengamatan warna harus sejajar dengan mata mempunyai nilai rerata sangat

baik, sedangkan penilaian untuk penggunaan alas putih mendapat rerata penilaian

baik.

D. Profil Konsepsi Siswa Sasaran pada Konsep Reaksi Redoks Setelah


Prevensi Menggunakan Model Modified Inquiry

Profil konsepsi siswa kelas X IPA 5 dan X IPA 6 berupa deskripsi jumlah

siswa TK, TTK, MK1, MK2 dan MK3 pada masing-masing konsep (setelah

prevensi dengan modified inquiry) yang merepresentasi konsep reaksi redoks

disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Data Konsepsi Siswa Sasaran pada Konsep Reaksi Redoks

Konsep No Soal X IPA 5 X IPA 6


%TK %MK1 %MK2 %MK3 %TTK %TK %MK1 %MK2 %MK3 %TTK
A 1,2,3 43 8 32 14 3 67 4 19 5 6
B 4,5,6 44 29 8 17 2 45 32 4 11 8
C 7,8,9,10, 58 19 6 17 0 47 18 10 15 10
11, 12
D 13,14,15 44 10 13 32 1 24 1 18 39 18
E 16,17,18 55 13 13 18 1 61 0 6 19 14
Keterangan: Penetapan status TK, TTK, MK1, MK2, dan MK3 menggunakan three tier test.

Data dalam Tabel 4.8 diperjelas dengan perbandingan data prakonsepsi

siswa sebelum prevensi dengan model modified inquiry dengan data konsepsi

siswa sesudah prevensi dengan model modified inquiry yang disajikan pada Tabel

4.9 untuk kelas X IPA 5 dan Tabel 4.10 untuk X IPA 6.

Tabel 4.9 Data Pergeseran Konsepsi Siswa Kelas X IPA 5 Sebelum dan
Sesudah Prevensi dengan Model Modified Inquiry.
14

Konsep Sebelum Sesudah


%TK %MK1 %MK2 %MK3 %TTK %TK %MK1 %MK2 %MK3 %TTK
A 7 0 3 16 74 43 8 32 14 3
B 0 1 6 7 86 44 29 8 17 2
C 1 2 2 9 86 58 19 6 17 0
D 0 1 5 3 91 44 10 13 32 1
E 1 3 0 3 92 55 13 13 18 1
Keterangan: Penetapan status TK, TTK, MK1, MK2, dan MK3 berdasarkan three tier test.

Tabel 4.10 Data Pergeseran Konsepsi Siswa Kelas X IPA 6 Sebelum dan
Sesudah Prevensi dengan Model Modified Inquiry.
Konsep Sebelum Sesudah
%TK %MK1 %MK2 %MK3 %TTK %TK %MK1 %MK2 %MK3 %TTK
A 2 0 7 19 72 67 4 18 5 6
B 4 11 1 11 73 45 32 4 11 8
C 3 4 10 13 70 47 18 10 15 10
D 5 2 7 12 74 24 1 18 39 18
E 0 5 12 8 75 61 0 6 19 14
Keterangan: Penetapan status TK, TTK, MK1, MK2, dan MK3 berdasarkan three tier test.

Pembacaan data pergeseran konsepsi siswa setelah pembelajaran dengan

modified inquiry dipermudah lagi dengan visualisasi Grafik pada Gambar 4.5

untuk kelas X IPA 5 dan Gambar 4.6 untuk kelas X IPA 6.

Gambar 4.5 Grafik konsepsi siswa X IPA 5 sebelum dan setelah prevensi
dengan menggunakan modified inquiry.
15

Gambar 4.6 Grafik konsepsi siswa X IPA 6 sebelum dan setelah prevensi
dengan menggunakan modified inquiry.

Dengan memperhatikan data dalam Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 serta Gambar

4.5 dan Gambar 4.6 dapat diberikan hasil analisis sebagai berikut:

1. Pada kelas X IPA 5, dari lima konsep yang diujikan semua menyebabkan

individu-individu (siswa) mengalami MK. Pada hampir seluruh konsep yang

diujikan, jumlah individu TTK bergeser mayoritas ke individu TK melebihi

jumlah individu MK1, MK2 dan MK3. Jumlah siswa yang MK1,MK2 dan

MK3 mengalami peningkatan, dimungkinkan ada sebagian individu TTK

bergeser ke MK1,MK2 dan MK3. Pola yang demikian itu juga terjadi secara

klasikal. Fenomena ini tidak sesuai dengan dua harapan ideal (tidak terdapat

siswa MK) dan harapan normatif (kalaupun terdapat siswa MK tidak melebihi

jumlah siswa TTK).

2. Karakteristik yang berlaku pada kelas X IPA 5 ternyata terjadi pula pada kelas

X IPA 6.
16

3. Berdasar hasil analisis pada butir satu dan dua di atas dapat diberikan analisis

lanjutan sebagai berikut: (a) pembelajaran konsep reaksi redoks menggunakan

model modified inquiry telah berhasil menciptakan siswa TK dalam proporsi

yang lebih besar ketimbang siswa dengan status konsepsi yang lain (TTK dan

MK1, MK2 dan MK3), (b) proses pembelajaran model modified inquiry

memiliki daya ubah pembelajaran yang cukup baik dan memiliki keajegan

dalam dampak, dan (c) walau telah dilaksanakan dengan sangat baik, model

modified inquiry belum berhasil mencegah untuk tidak terjadinya siswa

miskonsepsi pada konsep reaksi redoks.

E. Perubahan Hasil Belajar Siswa Setelah Pembelajaran dengan Modified


Inquiry

Perubahan hasil belajar siswa setelah pembelajaran konsep reaksi redoks

dengan menggunakan modified inquiry disimpulkan dengan dua teknik analisis,

yaitu teknik analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial. Kedua teknik

analisis hanya memperhitungkan skor jawaban benar tanpa tier-3 antara sesudah

dan sebelum pembelajaran. Analisis deskriptif lebih ditujukan untuk menguji

ketuntasan klasikal, sedangkan analisis inferensial lebih ditujukan untuk menguji

efektivitas model modified inquiry dalam meningkatkan pemahaman siswa.

Analisis inferensial diputuskan menggunakan Uji-t, sebab baik kelas X IPA 5 dan

kelas X IPA 6 semuanya berdistribusi normal. Skor tes pemahaman konsep reaksi

redoks kelas X IPA 5 dan X IPA 6 sebelum dan sesudah pembelajaran disajikan

pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Skor Tes Pemahaman Siswa kelas X IPA terhadap Konsep Reaksi
Redoks Sebelum dan Sesudah Pembelajaran
17

Skor Sebelum Skor Sesudah


Siswa ke X IPA 5 X IPA 6 X IPA 5 X IPA 6

1 25 41.7 66.7 55.6


2 19.4 25 75 63.9
3 16.7 41.7 91.66666667 72.2
4 5.6 52.8 55.6 100
5 0 27.8 44.4 100
6 22.2 25 66.7 100
7 30.6 25 50 66.7
8 19.4 25 38.9 44.4
9 30.6 13.9 58.3 41.7
10 33.3 19.4 91.7 77.77777778
11 22.2 11.1 50 36.1
12 33.3 33.3 88.9 75
13 27.8 30.6 52.8 38.9
14 16.7 19.4 50 30.6
15 2.8 11.1 63.9 58.3
16 13.9 8.3 58.3 55.6
17 19.4 16.7 72.2 58.3
18 22.2 11.1 50 69.4
19 30.6 16.7 83.3 77.8
20 38.9 13.9 61.1 66.7
21 33.3 22.2 55.6 94.44444444
22 0 36.1 58.3 55.6
23 25 19.4 69.4 47.2
24 33.3 19.4 63.9 66.7
25 30.6 27.8 80.6 55.6
26 13.9 19.4 97.22222222 72.2
27 33.3 11.1 58.3 77.77777778
28 19.4 27.8 86.11111111 50
29 5.6 58.3
Keterangan:
Siswa tuntas dengan SKM KD=70

Berdasar data dalam Tabel 4.11 dapat diberikan hasil analisis sebagai

berikut:

1. Secara deskriptif dengan standar ketuntasan KD = 70, maka pada kelas X IPA

5 hanya sembilan siswa yang tuntas (31%), sedangkan pada kelas X IPA 6
18

hanya sepuluh siswa yang tuntas (35,7%). Pembelajaran konsep reaksi redoks

menggunakan model modified inquiry belum mampu menghantarkan siswa

mencapai ketuntasan baik secara individual maupun klasikal.

2. Analisis secara inferensial menggunakan Uji-t, untuk mengetahui dampak

model modified inquiry terhadap perkembangan hasil belajar siswa

memberikan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 4.12. Artinya, pembelajaran

menggunakan model modified inquiry terbukti mampu meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep reaksi redoks secara signifikan walau

belum mampu mencapai target ketuntasan.

Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Beda Rata-rata Pemahaman Konsep Reaksi
Redoks Sebelum dan Sesudah Pembelajaran

No. Uji Beda Rerata t Angka


di Kelas Signifikansi Keputusan

1. X IPA 5 -12.4091 -1,960 Berbeda secara signifikan

2 X IPA 6 -10,1517 -1,960 Berbeda secara signifikan


Keterangan: Keputusan diambil dengan taraf kesalahan 0,025.

F. Pemetaan Siswa MK pada Setiap Butir Tes Konsep pada Setiap Kelas
Sebelum Pembelajaran dengan Model ECIRR

Sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan model ECIRR untuk

mereduksi jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi (MK1,MK2 dan MK3)

harus dipetakan terlebih dahulu siswa yang mengalami miskonsepsi. Hasil


19

pemetaan siswa miskonsepsi pada setiap butir tes pada kelas X IPA 5 disajikan

pada Tabel 4.12 dan pada kelas X IPA 6 disajikan pada Tabel 4.13.
144

Tabel 4.12. Hasil Pemetaan Siswa MK pada Setiap Butir Tes pada Kelas X IPA 5
Nomor Butir Tes
Siswa ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1   MK3   MK1 MK1   MK1   MK3       MK1   MK1 MK3 MK1  
2 MK2 MK2   MK1 MK3 MK2       MK1   MK2 MK2          
3   MK1 MK3                            
4   MK3       MK3 MK3   MK3   MK1   MK3 MK3     MK3  
5     MK2 MK1 MK3 MK1 MK2 MK1     MK2   MK2 MK3 MK3 MK3 MK2 MK3
6     MK2 MK3   MK1 MK1 MK1 MK3   MK3   MK1   MK3      
7   MK2   MK3   MK1 MK3     MK1 MK3 MK3 MK2 MK3   MK2    
8 MK2 MK3     MK1 MK2 MK1 MK2 MK3   MK3 MK1 MK3 MK3 MK3 MK3 MK1 MK1
9 MK2 MK3 MK2 MK1       MK1 MK1   MK1   MK1 MK3 MK3 MK3    
10   MK2                     MK2       MK1  
11   MK3     MK1   MK1 MK1 MK3   MK3   MK3 MK3 MK3 MK3 MK1  
12   MK1 MK2     MK1                     MK1  
13   MK3 MK2   MK1     MK1 MK1   MK1 MK2   MK3   MK3 MK1 MK3
14 MK2 MK1   MK1     MK3 MK1 MK3   MK1 MK3 MK3        
15     MK2 MK3 MK2 MK2 MK1 MK1         MK3 MK3        
16   MK2 MK2 MK1 MK3     MK2 MK3   MK3     MK1 MK2   MK2  
17     MK2     MK1 MK1       MK1   MK1     MK2 MK3  
18     MK2   MK3   MK3 MK2 MK2     MK2   MK3   MK3 MK3 MK3
19   MK1 MK2 MK2     MK1             MK3        
20 MK1 MK3 MK2 MK3 MK1 MK1   MK3 MK3       MK2       MK3 MK2
21     MK3 MK1 MK1 MK1 MK1   MK3   MK1 MK3 MK2 MK3     MK1  
22   MK3   MK2 MK3       MK3 MK3       MK3   MK2 MK1  
23   MK3     MK2   MK1 MK1 MK3   MK1       MK2 MK2 MK2
24 MK2 MK1   MK3 MK3   MK1 MK2         MK2   MK2 MK2    
25         MK1 MK1                 MK1   MK3  
26                         MK2         MK2
27   MK3   MK3 MK3 MK1 MK1 MK3 MK2   MK1       MK2 MK1    
28 MK2 MK2 MK2     MK1                     MK1  
29 MK1   MK2       MK1 MK1 MK3 MK3     MK3 MK3     MK3  
145

Tabel 4.13. Hasil Pemetaan Siswa MK pada Setiap Butir Tes pada Kelas X IPA 6
Nomor Butir Tes
Siswa ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1   MK2   MK3 MK3 MK1 MK3 MK2       MK1 MK2 MK3 MK2   MK3  
2       MK1 MK1 MK1 MK1 MK1 MK3 MK1   MK2     MK3      
3         MK1 MK1   MK2         MK2 MK3 MK3     MK3
4                                    
5                                    
6                                    
7   MK2         MK3 MK3 MK3     MK1 MK2   MK3      
8   MK3   MK1 MK1 MK1 MK3 MK3 MK2   MK2 MK2 MK3 MK3 MK3   MK3  
9 MK2 MK2   MK2 MK1   MK3 MK3 MK3     MK2 MK2 MK3 MK3 MK2 MK3 MK3
10 MK2           MK1 MK3         MK3 MK2 MK2    
11   MK2 MK3   MK3 MK1 MK2 MK2 MK3 MK2 MK3 MK3   MK3 MK3 MK3   MK3
12         MK2 MK3     MK3       MK3          
13     MK2 MK3 MK3 MK1 MK3 MK1 MK3   MK1 MK3 MK2 MK3 MK3 MK3    
14 MK3 MK2   MK1 MK1 MK1     MK3     MK3 MK2 MK3   MK3 MK3 MK3
15   MK3       MK2   MK1               MK2   MK3
16           MK1   MK1     MK1     MK2        
17   MK2 MK1   MK1     MK1 MK3     MK2 MK2 MK3 MK3      
18   MK2     MK1     MK1     MK2   MK2 MK3 MK3      
19         MK1     MK1 MK3           MK2     MK3
20 MK2         MK1     MK2 MK2     MK1 MK3        
21                         MK3 MK3        
22       MK3 MK1 MK1   MK1   MK2   MK2 MK2 MK3   MK2   MK3
23   MK2   MK1 MK1     MK1           MK3 MK3 MK2 MK3  
24         MK1 MK1   MK1 MK2       MK3 MK3        
25   MK2       MK1   MK1     MK1 MK3 MK2 MK3        
26   MK2     MK3     MK1         MK2 MK3 MK3      
27                 MK3         MK3 MK3 MK3    
28   MK2 MK2     MK3                 MK3      
147

Berdasar data dalam Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 dapat diberikan hasil analisis

sebagai berikut:

1. Setiap siswa pada kelas X IPA 5 memiliki beban miskonsepsi (MK1, MK2 dan

MK3) yang menyebar pada sebagian besar butir tes yang diujikan. Setiap butir

tes yang diujikan merepresentasi konsep-konsep reaksi redoks.

2. Hampir seluruh siswa pada kelas X IPA 6 memiliki beban miskonsepsi (MK1,

MK2 dan MK3) yang menyebar pada sebagian besar butir tes yang diujikan,

kecuali pada siswa ke 5,6,7 yang sudah terbebas dari beban miskonsepsi.Setiap

butir tes yang diujikan merepresentasi konsep-konsep reaksi redoks.

3. Model pembelajaran ECIRR dilaksanakan secara kooperatif sehingga

diberlakukan pada pembelajaran keseluruhan konsep yang ada dan melibatkan

keseluruhan siswa yang ada di kelas X IPA 5 dan X IPA 6.

G. Keterlaksanaan Model ECIRR

Keterlaksanaan dan kualitas model ECIRR di kelas X IPA 5 dan X IPA 6

dinilai oleh dua guru (Tatik, S.Pd. dan Agus Sri Hono, S.Pd.) dan hasil penilaiannya

disajikan pada Tabel 4.14.


148

Tabel 4.14 Hasil Penilaian Keterlaksanaan dan Kualitas Pembelajaran Model ECIRR
di Kelas X IPA 5.

Tahap Elemen Penilaian Nilai Nilai(%) Makna


Pembelajaran oleh Rerata
yang Diamati P1 P2
dan Dinilai
1 Elicit 3,5 3,5 3,50 87,5% Sangat baik
2 Confront 4 4 4,00 100% Sangat baik
3 Identify 4 3,5 3,75 93,8% Sangat baik
4 Resolve 4 4 4,00 100% Sangat baik
5 Reinforce 4 3,5 3,75 93,8% Sangat baik
Keterangan: Skor penilaian 4 dimaknai sangat baik, dan skor penilaian 3 dimaknai baik.
Nilai 81-100% dimaknai sangat baik.

Tabel 4.15 Hasil Penilaian Keterlaksanaan dan Kualitas Pembelajaran Model ECIRR
di Kelas X IPA 6.
Tahap Elemen Penilaian Nilai
Pembelajaran oleh Rerata Nilai(%) Makna
yang Diamati P1 P2
dan Dinilai
1 Elicit 3,5 4 3.75 93,8% Sangat baik
2 Confront 4 4 4 100% Sangat baik
3 Identify 3 4 3.5 87,5% Sangat baik
4 Resolve 3,5 4 3.75 93,8% Sangat baik
5 Reinforce 3,5 4 3.75 93,8% Sangat baik
Keterangan: Skor penilaian 4 dimaknai sangat baik, dan skor penilaian 3 dimaknai baik.
Nilai 81-100% dimaknai sangat baik.

Berdasar data dalam Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 dapat diberikan hasil analisis

bahwasanya pembelajaran dengan model ECIRR yang ditujukan untuk mereduksi

MK reaksi redoks di kelas X IPA 5 dan kelas X IPA 6 mendapat rerata penilaian

sangat baik pada keseluruhan tahapannya. Artinya, pembelajaran yang dilakukan

untuk mereduksi MK siswa ini telah dilaksanakan dengan kualifikasi sangat baik.

Sebelum pembelajaran dimulai, guru telah mengumumkan hasil post-test

siswa, sehingga membuat siswa bersemangat kembali untuk belajar kembali


149

mengenai reaksi redoks. Siswa terlihat antusias, dengan banyak mengemukakan

pertanyaan. Guru terlihat tidak langsung memberikan jawaban, tapi memberikan

contoh soal lain, sehingga siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari

pertanyaannya tersebut.

Pola yang terjadi pada dua kelas ini adalah sama, sebagaimana yang terlihat pada

hasil uji Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis yang membandingkan skor-skor

penilain sintaks model ECIRR pada kedua kelas adalah -19,2491, lebih kecil dari

9,210, sebab menurut tabel χ2 0,01;3-1 = 9,210, sehingga 2 kelompok tersebut adalah

sama.

H. Pergeseran Konsepsi Siswa Setelah Pembelajaran Menggunakan Model


ECIRR

Setelah pembelajaran menggunakan model ECIRR diadakan tes pemahaman

konsep untuk memetakan konsepsi siswa sekaligus melihat pergeseran konsepsi siswa

yang sebelumnya mengalami MK. Data pergeseran konsepsi siswa kelas X IPA 5

disajikan dalam Tabel 4.16.


150

Tabel 4.16 Pemetaan Siswa yang Menggeser dari Status Miskonsepsi di kelas X IPA 5

Keterangan:
= Bergeser ke TTK MK3 MK2 MK1 = Tetap MK
151

Berdasar data dalam Tabel 4.16 dapat diberikan hasil analisis sebagai berikut:

1. Jumlah kasus pergeseran konsepsi siswa di kelas X IPA 5 dari MK menjadi TK

mencapai angka 94,3%, dan yang tetap MK 5,7% (MK1=1,2%, MK2=1,2%,

MK3=3,3%). Gambar 4.7 memvisualisasikan data Tabel 4.16.

2. Ada 18 dari 29 siswa (62,1%), siswa nomor 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 18, 19,

22, 23, 24, 25, 26 dan 27 mengalami perubahan yang sangat berarti oleh adanya

pembelajaran ECIRR. Siswa-siswa tersebut berhasil meninggalkan keseluruhan

dari beban MK dan berubah menjadi TK.

3. Dua hasil analisis di atas adalah bukti bahwa upaya reduksi MK di kelas X IPA 5

menggunakan model ECIRR, memperlihatkan hasil yang baik (94,3% siswa

berubah dari MK menjadi TK, 62,1% meninggalkan total beban MK), walau

belum berhasil mereduksi MK secara total (100%), tetapi masih menyisakan 5,7%

MK.

Gambar 4.17 Diagram Pastel Pergeseran Miskonsepsi di Kelas X IPA 5


152

Hasil analisis di atas dapat dipertanggungjawabkan, dengan cara melakukan verifikasi

dengan melihat data yang berlaku di kelas lain, yaitu kelas X IPA 6. Data pergeseran

konsepsi siswa yang semula mengalami MK mengalami pergeseran menjadi TK

setelah dilibatkan pada kegiatan pembelajaran dengan model ECIRR pada kelas X

IPA 6 disajikan pada Tabel 4.18.


153

Tabel 4.18 Pemetaan Siswa yang Menggeser dari Status Miskonsepsi di kelas X IPA 6

Keterangan:
= Bergeser ke TTK MK3 MK2 MK1 = Tetap MK
154

Berdasar data dalam Tabel 4.18 dapat diberikan hasil analisis sebagai berikut:

1. Jumlah kasus pergeseran konsepsi siswa di kelas X IPA 6 dari MK menjadi TK

mencapai angka 88%, dan yang tetap MK 12% (MK1=1%, MK2=0,5% dan

MK3=10,5%). Gambar 4.7 memvisualisasikan data Tabel 4.16.

2. Ada 9 dari 28 siswa (32,1%), siswa nomor 12,15,16,17,18,21,25,26 dan 28

mengalami perubahan yang sangat berarti oleh adanya pembelajaran model

ECIRR. Kessembilan siswa ini berhasil meninggalkan keseluruhan dari beban

MK dan berubah menjadi TK.

3. Dua hasil analisis di atas adalah bukti bahwa upaya reduksi MK di kelas X IPA 6

menggunakan model ECIRR, memperlihatkan hasil yang baik (88% siswa

berubah dari MK menjadi TK, 32,1% meninggalkan total beban MK), walau

belum berhasil mereduksi MK secara total (100%).

Gambar 4.7 Diagram Pastel Pergeseran Miskonsepsi di Kelas X IPA 6


155

I. Uji Signifikansi Perubahan Jumlah MK pada Setiap Siswa Sebelum dan


Sesudah Pembelajaran dengan Model ECIRR

Simpulan deskriptif bahwa pembelajaran dengan model ECIRR yang ditujukan

untuk mereduksi beban MK siswa pada konsep reaksi redoks telah berhasil dengan

baik, perlu diperkuat dengan analisis inferensial. Analisis inferensial dimaksud adalah

uji signifikansi perubahan jumlah MK yang ditanggung siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran dengan model ECIRR. Tabel 4.19 dipersiapkan untuk keperluan uji

Wilcoxon ini.

Tabel 4.19 Data Jumlah MK pada Setiap Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran
Dengan Model ECIRR
Jumlah Siswa MK
Siswa ke X IPA 5 X IPA 6
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 9 0 11 2
2 7 0 9 1
3 2 0 6 1
4 8 3 0 0
5 12 0 0 0
6 9 1 0 0
7 10 0 7 1
8 13 2 13 1
9 10 0 12 4
10 3 0 5 1
11 11 1 13 2
12 4 0 4 0
13 10 0 13 2
14 8 0 10 1
15 8 1 4 0
16 10 1 4 0
17 7 1 9 0
18 9 0 7 0
19 5 0 4 1
20 9 1 5 1
21 11 1 2 0
22 8 0 9 4
156

Jumlah Siswa MK
Siswa ke X IPA 5 X IPA 6
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
23 8 0 8 1
24 8 0 6 0
25 4 0 7 0
26 1 0 6 0
27 10 0 4 2
28 4 1 4 0
29 8 2

Hasil uji Wilcoxon yang diberlakukan terhadap data dalam Tabel 4.19 adalah

sebagai berikut:

1. Untuk kelas X IPA 5 diperoleh nilai Z = -4,703 dengan angka signifikansi 0,000.

Artinya, pembelajaran konsep reaksi redoks dengan model ECIRR di kelas X

IPA 5 menyebabkan penurunan beban MK yang ditanggung siswa secara

signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

2. Untuk kelas X IPA 6 diperoleh nilai Z = -4,623 dengan angka signifikansi 0,000.

Artinya, pembelajaran konsep reaksi redoks dengan model ECIRR di kelas X

IPA 6 menyebabkan penurunan beban MK yang ditanggung siswa secara

signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

3. Berdasar kepada kedua hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa secara

inferensial pembelajaran dengan model ECIRR yang ditujukan untuk mereduksi

beban MK siswa pada konsep pergeseran reaksi telah berhasil secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai