Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS SALURAN DAN LEMBAGA PEMASARAN

PRODUK PABRIK TEMPE GAMBIRAN


DI KOTA TANGERANG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pemasaran Hasil Pertanian
Dosen Pengampu :
Ir. Hj. Andjar Astuti, M.Si.

Disusun oleh Kelompok 3:


1. Syavina Aulia Azzahra 4441200153
2. Elsa Nurfajriah 4441200155
3. Aisyfa Rachmalia 4441200218

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, dan Hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah mengenai Pemasaran Tempe, yang mengambil lokasi di
“Pabrik Tempe Gambiran”.

Kami selaku penulis sangat bersyukur karena telah dapat menyelesaikan


Makalah yang menjadi Tugas dalam mata kuliah Pemasaran Hasil Pertanian. Di
samping itu, kami mengucapkan banyak Terima Kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya Makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah mengenai ini dapat diambil
Manfaat dan Hikmahnya sehingga dapat memberikan Inspirasi bagi para Pembaca.

Tangerang, 6 Juli 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1 .1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1 .2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2

1 .3 Tujuan Makalah........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

2 .1 Tempe ........................................................................................................ 4

2 .1.1 Tanaman Kedelai .............................................................................. 4


2 .1.2 Air .................................................................................................... 5
2 .1.3 Ragi .................................................................................................. 5
2 .2 Pemasaran ................................................................................................. 6

2 .3 Pemasaran Agribisnis ............................................................................... 6

2 .4 Tataniaga ................................................................................................... 7

2 .5 Saluran Tataniaga ..................................................................................... 7

2 .6 Lembaga Tataniaga .................................................................................. 7

2 .7 Integrasi Lembaga Tataniaga ................................................................... 9

BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................10

3 .1 Rantai Pemasaran ....................................................................................10

3 .1.1 Produsen → Konsumen....................................................................10


3 .1.2 Produsen → Pedagang Pengecer → Konsumen ................................11
3 .1.3 Produsen → Supplier → Konsumen .................................................11
3 .2 Lembaga Pemasaran ................................................................................12

3 .3 Fungsi Pemasaran ....................................................................................14

ii
3 .4 Harga ........................................................................................................19

3 .5 Dokumentasi.............................................................................................19

BAB IV PENUTUP .......................................................................................21

4 .1 Kesimpulan...............................................................................................21

4 .2 Saran.........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fungsi Pemasaran ....................................................................................... 18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Penyusun dengan Produsen Tempe Gambiran ......................................... 20


Gambar 2 Beberapa Fasilitas Pengangkutan Produk Tempe Gambiran .................... 20
Gambar 3 Lapak Pemasaran Produsen Berlokasi di Pasar Anyer, Kota Tangerang ... 20

v
BAB I

PENDAHULUAN

1 .1 Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi penduduk
Indonesia yang dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani. Sektor pertanian menghasilkan bahan pangan yang merupakan kebutuhan
primer manusia. Hasil pertanian yang melimpah mendorong penduduk Indonesia
untuk mengolah hasil pertanian menjadi berbagai produk olahan sehingga memiliki
nilai jual lebih tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Industri pengolahan
hasil pertanian menjadi berbagai produk yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi
disebut agroindustri. Salah satu industri pengolahan hasil pertanian yaitu agroindustri
tempe.

Tempe merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang banyak diminati oleh
masyarakat. Selain harga tempe yang terjangkau tempe juga dapat dijadikan lauk
pauk, camilan, dan produk olahan tempe lainnya. Tempe juga mengandung beberapa
protein nabati yang cukup tinggi dan baik untuk kesehatan, seperti protein, lemak,
karbohidrat, energi, kalsium, dan mineral. Tempe dapat dikonsumsi segala segmen
pasar. Hal inilah yang menjadikan usaha tempe mudah untuk dipasarkan.

Permasalahan pokok usaha industri tempe adalah modal kerja yang sangat minim,
kenaikan harga bahan baku, pemasaran untuk menyalurkan tempe ke konsumen,
karena kurangnya informasi pasar terkait dengan pola permintaan konsumen. Selain
itu kemampuan strategi pemasaran masih kurang. Terkadang pengusaha tidak mampu
menghasilkan produk dengan mutu yang sesuai dengan tuntutan pasar, selera
konsumen, dan kurang memproduksi dalam jumlah yang besar dalam waktu cepat
sehingga permintaan pasar tidak terpenuhi. (Iyut, 2015).

Menurut Assauri (2004), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. Kegiatan pemasaran
berkaitan erat dengan perencanaan yang strategis. Strategi pemasaran adalah pola

1
pikir pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya (Kotler Philip
dkk, 2008). Strategi pemasaran terdiri dari 4P (Product, Price, Place dan Promotion).
Penerapan strategi pemasaran yang tepat akan sangat menunjang keberhasilan suatu
produk di pasaran karena pemasaran merupakan unjung tombak dari seluruh
rangkaian proses produksi

Strategi pemasaran produk merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk
memperkenalkan produk secara lebih luas ke masyarakat. Strategi pemasaran punya
peranan penting dalam sebuah perusahaan atau bisnis karena berfungsi untuk
menentukan nilai ekonomi perusahaan, baik itu harga barang maupun jasa. Ada tiga
faktor penentu nilai harga barang dan jasa yaitu produksi, pemasaran, dan konsumsi.

Alasan lain yang menunjukkan pentingnya strategi pemasaran adalah semakin


kerasnya persaingan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya. Dalam situasi
yang demikian, tidak ada lagi pilihan lain bagi perusahaan kecuali berusaha untuk
menghadapinya atau sama sekali keluar dari arena persaingan. Perusahaan harus
meningkatkan efektifitas dan nilai pelanggan, seperti yang dikemukakan Bestari
(2003) bahwa respon yang paling baik untuk melindungi pasar yaitu dengan
melakukan inovasi terus menurus (continous innovation). Perusahaan terus berusaha
meningkatkan efektifitas kompetitif dan nilai perusahaan di mata konsumennya.

Pemasaran tempe dilakukan dengan cara menjual di pasar tradisional dan bisa
dipesan atau diambil sendiri ke tempat industri tempe tersebut. Tempe di Pabrik
Tempe Gambiran, Tanah Tinggi, Kota Tangerang ini hanya dipasarkan di Pasar
Anyer, melalui pedagang ecer lainnya, dan langsung dijual ke konsumen. Upaya
pemasaran tempe memerlukan strategi pemasaran yang lebih baik agar produk tempe
dapat menjangkau pasar yang lebih luas hingga ke pasar - pasar lain.

1 .2 Rumusan Masalah
Industri kecil atau industri rumah tangga memiliki peran penting dalam
perekonomian daerah, tingkat kemampuan memperkokoh struktur industri
peningkatan efisiensi industri secara keseluruhan, peningkatan pendapatan,
penyerapan tenaga kerja, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Pada dasarnya
usaha industri rumah tangga dilakukan untuk mencapai keuntungan yang sebesar-
besarnya, namun pengusaha harus memperhatikan besarnya biaya yang dikeluarkan,
keuntungan dan tingkat efisiensinya.

2
Tempe di Kota Tangerang sudah banyak dikenal baik masyarakat, akan tetapi
usaha pembuatan Tempe ini masih merupakan usaha kecil yang tentu saja berhadapan
dengan berbagai masalah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat rumusan
masalah dalarn penelitan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana rantai pemasaran tempe di Pabrik Tempe Gambiran, Tanah Tinggi,


Kota Tangerang?
2. Apa saja lembaga pemasaran yang terlibat dalam perpindahan produk tempe
sampai pada tangan konsumen?
3. Bagaimana fungsi pemasaran yang terlibat di dalam rantai pemasaran?
4. Bagaimana perubahan harga yang terjadi pada setiap penjualan dari masing –
masing lembaga pemasaran yang berbeda?
5. Bagaimana perubahan harga pada setiap rantai pemasaran?

1 .3 Tujuan Makalah
Dari perumusan makalah di atas berikut tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana rantai pemasaran tempe di Pabrik Tempe


Gambiran, Tanah Tinggi, Kota Tangerang
2. Untuk mengetahui apa saja lembaga pemasaran yang terlibat dalam
perpindahan produk tempe sampai pada tangan konsumen
3. Untuk mengetahui fungsi pemasaran yang terlibat di dalam rantai pemasaran
4. Untuk mengetahui bagaimana perubahan harga yang terjadi pada setiap
penjualan dari masing – masing lembaga pemasaran yang berbeda
5. Untuk mengetahui bagaimana perubahan harga pada setiap rantai pemasaran?

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2 .1 Tempe
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari fermentasi kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis Kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (Kapang Roti), atau Rh.
arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Bahan
baku dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:

2 .1.1 Tanaman Kedelai


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman fauna yang
melimpah. Kemelimpahan tersebut bagi sebagian besar masyarakat Indonesia
digunakan sebagai sumber bahan pangan, salah satunya adalah Tanaman Kedelai
(Glycine max (L) Merill) yang cukup mudah didapat pada sebagian besar wilayah
Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai, diperlukan upaya peningkatan
produksi dalam negeri melalui penggunaan varietas unggul yang berpotensi hasil
tinggi dan sesuai mutu bijinya untuk produk olahan tertentu. Sejak 15 tahun
terakhir, telah dilepas 37 varietas unggul kedelai dengan potensi hasil rata-rata > 2
t/ha Namun, adopsi varietas unggul tersebut oleh petani relatif lambat karena
rendahnya akses petani terhadap informasi varietas unggul dan kurang memadainya
ketersediaan benih di lapangan, sehingga petani tetap menanam varietas yang telah
lama mereka kenal (Ginting, dkk. 2002).

Kedelai merupakan komoditas multi manfaat dan memiliki kandungan


gizi yang tinggi (Warisno dan Dahana, 2010:6). Sampai saat ini, kedelai
merupakan produk pertanian yang paling potensial sebagai sumber protein
paling murah di dunia. Menurut Sadimin (2007:6), Kedelai dapat diolah
menjadi berbagai bahan makanan yang dapat mengatasi kekurangan protein.
Di antara jenis-jenis tumbuhan kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber
protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik. Masuknya
kedelai ke Indonesia diduga dibawa oleh para imigran Cina yang
mengenalkan beberapa jenis masakan yang berbahan baku biji kedelai
(Adisarwanto,2014:15). Di Indonesia, banyak olahan yang berbahan baku dari kedelai

4
yang umum dikonsumsi diantaranya adalah tempe, tahu, oncom, kecap, tauco dan lain
- lain.

2 .1.2 Air
Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan. Air bersih yang
banyak digunakan di Indonesia berasal dari air tanah. Sumber air minum rumah
tangga di Indonesia menggunakan air kemasan, air isi ulang, air ledeng dari PDAM
maupun membeli eceran, sumur bor, sumur gali terlindung, mata air, penampungan
air hujan, dan air sungai/irigasi.

Dalam pengolahan tempe ini menggunakan air biasa dimana nantinya air ini
berguna dalam proses perebusan, perendaman, penggilingan, dan pencucian Tanaman
Kedelai untuk nantinya dilanjutkan ke dalam proses pengolahan tempe.

2 .1.3 Ragi
Rhizopus sp. dikenal sebagai jamur yang digunakan dalam pembuatan tempe
kedelai. Fermentasi Rhizopus sp. menyebabkan perubahan kimia dan fisika pada
substrat, termasuk daya apung dan stabilitas dalam air. Sifat ini bisa dimanfaatkan
untuk membuat pakan ikan apung secara biologis. Dalam penelitian ini, ragi tempe
digunakan sebagai agen hayati dalam fermentasi pakan ikan tenggelam komersial
dimana periode fermentasi divariasi selama 0, 22, 24, 26, 28, 30, 32, dan 34 jam.
Pakan fermentasi yang dihasilkan dikeringkan dengan oven, selanjutnya kualitas
fisiknya diukur dan dibandingkan dengan pakan ikan apung komersial (kontrol
positif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan fermentasi memiliki stabilitas
dalam air, daya serap air, dan daya apung yang lebih baik dibandingkan dengan pakan
tenggelam komersial. Namun nilai ini masih lebih rendah dibandingkan pakan apung
komersial. Oleh karenanya, proses fermentasi menggunakan ragi tempe memiliki
potensi untuk diperbaiki lebih lanjut sebagai metode biologis pembuatan pakan ikan
apung.

Dalam proses pengolahan tempe, diantaranya ada Proses Fermentasi yang


membutuhkan ragi atau inokulum tempe. Tanpa ragi tempe, kedelai yang difermentasi
akan menjadi busuk (Sarwono, 2005). Ragi tempe merupakan kumpulan spora kapang
yang memegang peranan penting dalam pembuatan tempe karena dapat
mempengaruhi mutu yang dihasilkan. Jenis kapang yang memegang peranan utama
dalam pembuatan tempe adalah Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae,

5
sedangkan jenis kapang lain yang juga terdapat adalah Rhizopus stolonifer dan
Rhizopus arrhizus (Koswara, 1992). Ragi tempe yang sering digunakan oleh
masyarakat adalah yang berbentuk bubuk.

2 .2 Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan
salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan
konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang
berlangsung dalam kaitannya dengan pasar.

Pemasaran juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mempromosikan suatu produk atau layanan yang mereka punya.
Pemasaran ini mencakup pengiklanan, penjualan, dan pengiriman produk ke
konsumen atau perusahaan lain.

Dalam melakukan promosi, mereka akan menargetkan orang - orang yang sesuai
dengan produk yang dipasarkan. Biasanya mereka juga melibatkan selebriti,
selebgram atau siapapun yang memiliki kepopuleran untuk mendongkrak produk
tersebut. Tak hanya itu, dalam pemasaran, bagian yang memiliki tugas ini akan
membuat kemasan atau desain yang menarik pada iklan sehingga akan banyak orang
yang tertarik. Selain itu, dengan adanya pemasaran juga sangat membantu para
konsumen. Jadi mereka akan lebih mudah menemukan produk yang sesuai dengan
apa yang mereka butuhkan. Ketika pemasaran sesuai dengan targetnya, perusahaan
akan mendapatkan banyak pembeli dan keuntungan bisa didapatkan.

2 .3 Pemasaran Agribisnis
Pemasaran Agribisnis merupakan aliran produk pertanian mulai dari tingkat
petani (usahatani) sebagai produsen primer sampai produk di tangan konsumen akhir.
Dalam aliran produk ini banyak melibatkan perusahaan - perusahaan yang melakukan
aktivitas bisnis dengan tujuan memperoleh keuntungan melalui kepuasan konsumen
atau pelanggan. Selain itu, pemasaran juga penting bagi individu perusahaan (firm)
karena perusahaan dapat mengetahui, menganalisis, dan memenuhi apa yang
diinginkan konsumen terhadap produk perusahaan maupun perilaku perusahaan lain
(pesaing).

6
Pendekatan ini dari aspek ekonomi, menganalisis aktivitas bisnis yang ada
(fungsi - fungsi pemasaran), perusahaan - perusahaan yang terlibat, biaya dan marjin
pemasaran, penentuan harga, pasar dari aspek ruang atau wilayah dan waktu,
kebijakan - kebijakan yang ada dalam aliran komoditi tersebut termasuk perdagangan
internasional (impor - ekspor).

2 .4 Tataniaga
Defenisi tataniaga dapat diartikan sama dengan pemasaran atau distributor, yaitu
yang merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau
menyampaikan barang dari produsen ke konsumsen. Menurut Mubyarto (1989) sistem
tataniaga dianggap efesien apabila memenuhi dua syarat yaitu adalah sebagai berikut:

• Mampu menyampaikan hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan


biaya semurah - murahnya.
• Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang
dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam
produksi dan tataniaga.

2 .5 Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga yang melakukan semua fungsi
yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen
ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama dalam menghasilkan barang -barang
dan sering melakukan sebagian kegiatan tataniaga sementara itu pedagang
menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat, bentuk yang diinginkan konsumen.

Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga yang berbeda akan memberikan
keuntungan yang berbeda pula kepada masing - masing lembaga yang terlibat dalam
kegiatan tataniaga tersebut. Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui
untuk menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur - jalur
yang dapat ditempuh. Selain itu saluran tataniaga dapat mempermudah dalam mencari
besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat (Kotler, 2002).

2 .6 Lembaga Tataniaga
Menurut Limbong dan Sitorus (1987), lembaga tataniaga merupakan badan atau
lembaga yang berusaha dalam bidang tataniaga, menggerakkan barang dari produsen

7
ke konsumen melalui penjualan. Lembaga tataniaga pada dasarnya harus berfungsi
dalam memberikan pelayanan kepada pembeli maupun komoditas itu sendiri.

Adanya jarak antara produsen dan konsumen menyebabkan penyaluran produk


dari produsen ke konsumen sering melibatkan beberapa lembaga perantara, dimulai
dari produsen itu sendiri, lalu lembaga - lembaga perantara sampai ke konsumen
akhir. Di dalam proses penyaluran selalu mengikutsertakan keterlibatan berbagai
pihak. Keterlibatan tersebut dapat dalam bentuk perorangan maupun kelembagaan,
perserikatan, atau perseroan (Limbong & Sitorus 1987).

Lembaga pemasaran atau lembaga tataniaga merupakan lembaga perantara yang


melakukan aktivitas bisnis dalam suatu sistem pemasaran. Menurut Khols dan Uhls
(1990), lembaga - lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran digolongkan
menjadi lima kelompok diantaranya: Lembaga - lembaga tersebut akan melakukan
fungsi - fungsi tataniaga seperti fungsi pertukaran, fisik, maupun fasilitas. Lembaga
ini melakukan pengangkutan barang dari tingkat produsen ke konsumen, juga fungsi
sebagai sumber informasi mengenai barang atau jasa. Limbong dan Sitorus (1987)
menjelaskan bahwa fungsi - fungsi tersebut dilakukan oleh lembaga perantara di
dalam sistem tataniaga. Saluran tataniaga atau saluran distribusi adalah saluran yang
digunakan produsen dan lembaga tataniaga lainnya untuk menyalurkan produknya
dari produsen sampai konsumen. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
untuk memilih pola saluran tataniaga (Limbong & Sitorus 1987), yaitu:

• Pertimbangan pasar yang meluputi konsumen sasaran akhir yang mencakup


potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli, dan volume pesanan.
• Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar, dan berat
barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, apakah barang tersebut untuk
memenuhi pesanan atau pasar.
• Pertimbangan internal yang meliputi besarnya modal dan sumber permodalan,
pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran, dan pelayanan.
• Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai tataniaga yang meliputi segi
kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan
kebijaksanaan perusahaan.

8
• Merchant Middlemen adalah perantara atau pihak-pihak yang mempunyai hak
atas suatu produk yang mereka tangani. Mereka menjual dan membeli produk
tersebut untuk memperoleh keuntungan.
• Agent Middlemen adalah perwakilan dari suatu lembaga atau institusi. Mereka
hanya sebagai perwakilan dan tidak mengambil alih apapun dan tidak
memiliki hak atas produk yang mereka tangani.
• Speculative Middlemen adalah pihak-pihak atau perantara yang mengambil
keuntungan dari suatu produk akibat perubahan harga.
• Processors and Manufactures adalah lembaga yang bertugas untuk mengubah
produk yang dihasilkan menjadi barang jadi.
• Fasilitative Organizations adalah lembaga yang berfungsi sebagai penyedia
sarana bagi lembaga lain.

2 .7 Integrasi Lembaga Tataniaga


Kelembagaan hasil integrasi dapat membentuk badan hukum koperasi, kartel dan
badan badan hukum. Integrasi lembaga tataniaga dibagi menjadi 2, yaitu:

• Integrasi Vertikal → Penyatuan proses dan fungsi - fungsi dari dua atau
lebih tingkat saluran kedalam satu sistem manajemen yang biasanya
dilakukan di tingkat produsen. Misal penggabungan antara: pengumpul
dengan wholesaler; wholesaler dengan pengecer dan seterusnya. Integrasi
vertical juga dapat memperpendek saluran tataniaga.
• Integrasi Horizontal → Penggabungan dua atau lebih lembaga tataniaga
yang melaksanakan fungsi yang sama pada tingkat saluran yang sama.
Misal penggabungan antara: pengumpul dengan pengumpul, wholesaler
dengan wholesaler dan seterusnya.

9
BAB III

PEMBAHASAN
3 .1 Rantai Pemasaran
Kegiatan kunjungan praktikum dilaksanakan pada 5 Juli 2022 dengan nama
UMKM, yaitu ‘Pabrik Tempe Gambiran’ yang berlokasi di JL. Tanah Tinggi, Kec.
Tangerang, Kota Tangerang, Banten, 15119. Pemasaran yang dilakukan memiliki
beberapa rantai atau saluran tataniaga yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

3 .1.1 Produsen → Konsumen


Pada rantai pemasaran ini, dimana perpindahan suatu produk tempe yang terjadi
dari tangan produsen ke konsumen pada Pabrik Tempe Gambiran terbagi menjadi dua,
yaitu:

1. Produsen → Konsumen Akhir


Pada jenis rantai pemasaran ini, terjadinya pengolahan dari kedelai menjadi
produk hasil tempe, yang nantinya hasil produk tempe ini dapat langsung dijual
produsen kepada konsumen akhirnya. Biasanya dilakukan hanya dengan
konsumen di daerah sekitar yang langsung mengunjungi Pabrik Tempe
Gambiran lalu membelinya dengan harga jual Rp. 3.500,- per potongnya.
2. Produsen → Konsumen Potensial → Konsumen Akhir
Pada jenis rantai pemasaran ini, dimana produsen menjual bahan mentah
tempenya saja, yaitu kedelai yang telah diberi ragi. Dimana nantinya kedelai
yang telah diberi ragi ini dapat dijual oleh produsen ke konsumen potensial
dengan harga jual kedelai sebesar Rp. 16.000,- per kg, lalu nantinya kedelai
yang telah diberi ragi itu dapat diolah kembali oleh konsumen potensial
tersebut menjadi olahan tempe lainnya salah satunya, seperti keripik tempe,
yang nantinya dapat dijual kembali kepada konsumen akhir.

10
3 .1.2 Produsen → Pedagang Pengecer → Konsumen
Pada rantai pemasaran ini, perpindahan suatu produk tempe yang terjadi dari
tangan produsen harus melalui pedagang pengecer terlebih dahulu, lalu sampai pada
tangan konsumen pada Pabrik Tempe Gambiran ini melalui dua pengecer yang
berbeda, yaitu:

1. Produsen → Pedagang Tahu Keliling → Konsumen


Pada jenis rantai pemasaran ini, dimana hasil produk tempe akan dibeli oleh
pedagang tahu keliling secara langsung di pabrik tersebut dengan harga beli
Rp. 3.500,- yang kemudian tempe tersebut akan dijual kembali oleh pedagang
tahu keliling sebagai pedangan pengecer kepada konsumen dengan harga jual
Rp. 4.000,- atau Rp. 500,- lebih tinggi dibanding harga beli pedagang ecer ke
produsen secara langsung.
2. Produsen → Pasar Anyer → Konsumen Akhir
Pada jenis rantai pemasaran ini, dimana hasil produk tempe yang masih berada
di pabrik (rumah produksinya) akan disalurkan oleh produsen ke lapak
pemasaran lainnya yang berlokasi di Pasar Anyer, Kota Tangerang sebanyak
150 potong tempe, yang kemudian akan diecer kembali oleh produsen dan
dibeli oleh konsumen dengan harga beli Rp. 4.000,- sampai Rp. 5.000,-.
Berdasarkan informasi yang kami dapat dari produsen, bahwa ada pembeli
yang menjadi konsumen akhir salah satunya, seperti Ibu Rumah Tangga (IRT).
Namun, ada juga pembeli yang nantinya akan menjual kembali tempe tersebut,
seperti pedagang sayur keliling dan ada juga pembeli yang akan menjual
kembali untuk warung di kampung halamannya dengan harga jual Rp. 6.000,-
kepada konsumen akhirnya.

3 .1.3 Produsen → Supplier → Konsumen


Pada rantai pemasaran ini, perpindahan suatu produk tempe yang terjadi dari
tangan produsen yang kemudian bertemu dengan supplier suatu perusahaan yang
kemudian akan sampai pada tangan konsumen pada Pabrik Tempe Gambiran ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

11
1. Supplier Perusahaan Sepatu di Cikupa, Kabupaten Tangerang
(Produsen → Supplier Perusahaan Sepatu Cikupa → Konsumen)
Pada jenis rantai pemasaran ini, dimana supplier dari suatu perusahan sepatu
yang berlokasi di Cikupa, Kabupaten Tangerang bertemu dengan produsen
tempe gambiran, lalu keduanya membuat suatu hubungan perjanjian bahwa
akan terjadi suatu penjualan dan pembelian dari produk tempe gambiran
tersebut yang nantinya akan dibeli oleh perusahaan sepatu tersebut, yang
kemudian oleh perusahaan tersebut akan mengolah tempe tersebut sebagai
makanan cathering untuk para karyawan perusahaannya. Dimana produsen
melakukan pengiriman tempe menggunakan mobil pengantar (pick up) ke
perusahaan sepatu sebanyak 1 – 2 kali pengiriman per minggunya dengan total
pengiriman tempe selama seminggu sebanyak 600 potong dengan harga jual
sebesar Rp. 5.000,- per potong tempenya oleh produsen tempe tersebut..
2. Supplier Perusahaan Cat di Bitung, Kota Tangerang
(Produsen → Supplier Perusahaan Cat Bitung → Konsumen)
Pada jenis rantai pemasaran ini, dimana supplier dari suatu perusahan cat yang
berlokasi di Bitung, Kota Tangerang bertemu dengan produsen tempe
gambiran, sama halnya dengan Perusahaan Sepatu yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa antara produsen dengan supplier perusahaan cat tersebut
membuat suatu hubungan perjanjian akan terjadinya penjualan dan pembelian
dari produk tempe tersebut yang nantinya akan dibeli dan diolah menjadi
makanan cathering untuk para karyawan perusahaan oleh perusahaan cat
tersebut. Dimana produsen melakukan pengiriman tempe menggunakan mobil
pengantar (pick up) ke perusahaan cat sebanyak 3 kali pengiriman per
minggunya dengan total pengiriman tempe selama seminggu sebanyak 360 -
450 potong dengan harga jual sebesar Rp. 6.000,- per potong tempe oleh
produsen tempe tersebut.

3 .2 Lembaga Pemasaran
Berdasarkan penjelasan rantai pemasaran sebelumnya dapat dilihat bahwa dalam
perpindahan produk tempe maupun bahan mentahnya, seperti kedelai yang telah diberi
12
ragi ini untuk sampai pada tangan konsumen memiliki peran atau campur tangan dari
lembaga pemasaran yang terbilang banyak ini, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Produsen
Dimana produsen tempe menjadi salah satu pemeran utama dari perpindahan
produk tempe tersebut ke tangan konsumen. Dimana lokasi produsen dalam
memproduksi tempenya itu berada di di JL. Tanah Tinggi, Kec. Tangerang,
Kota Tangerang, Banten 15119.
2. Pedagang Tahu Keliling (Pedagang Pengecer)
Dimana pedagang tahu keliling juga menjadi salah satu lembaga pemasaran
produk tempe tersebut untuk dapat sampai ke tangan konsumen.
3. Pasar Anyer (Pedagang Pengecer)
Dimana lapak pemasaran produsen yang berlokasi di Pasar Anyer, Kota
Tangerang juga menjadi salah satu lembaga pemasaran produk tempe tersebut
untuk dapat sampai ke tangan konsumen.
4. Supplier Perusahaan
Dimana supplier perusahaan juga menjadi salah satu lembaga pemasaran
produk tempe tersebut untuk dapat sampai ke perusahaan tersebut (konsumen)
yang nantinya diolah kembali untuk kebutuhan makan para karyawan
perusahaan.
5. Konsumen
Konsumen pun menjadi salah satu lembaga pemasarn, dimana konsumen
melakukan suatu pembelian tempe tersebut. Konsumen sendiri pun terdiri dari,
konsumen akhir seperti Ibu Rumah Tangga, namun ada juga konsumen yang
akan mengolah kembali tempe atau bahan mentah tempe (kedelai yang telah
diberi ragi) untuk nantinya diolah mnejadi keripik tempe yang memiliki harga
jual yang lebih tinggi, dan juga ada konsumen seperti 2 perusahaan yang
menjalin hubungan jual beli dengan produsen untuk kebutuhan karyawannya.

13
3 .3 Fungsi Pemasaran
Fungsi yang dilakukan setiap lembaga pemasaran dapat dijabarkan sebagai
berikut:
No. Lembaga Fungsi Keterangan
Pemasaran Pemasaran
1. Produsen Fungsi Pertukaran  Pembelian → pembelian kedelai di
salah satu importir terbesar di Kota
Tangerang dengan nama “UD Tiga
Bersaudara” sebanyak 1 ton
 Penjualan → melakukan penjualan ke
produsen pengecer atau langsung ke
konsumen sesuai penjelasan
sebelumnya
Fungsi Fisik  Pengangkutan → melakukan
pengangkutan tempe menggunakan
mobil pengantar (pick up) kepada
konsumen yang membeli dalam
jumlah banyak. Permintaan lebih dari
100 potong maka biaya pengangkutan
atau transportasi akan ditanggung
oleh produsen.
 Pengolahan → produsen pastinya
melakukan pengolahan berupa
perubahan bentuk fisik (wujud) dari
mulanya kedelai menjadi tempe.
 Pengemasan → produsen juga
melakukan pengemasan pada produk
tempenya agar sampai dengan
kualitas yang baik ke tangan
konsumen. Terdapat 2 jenis kemasan
14
tempe, yaitu menggunakan daun
pisang dan plastik. Apabila dijual
dengan konsumen dalam jumlah
banyak. Maka produsen akan
mengemas tempe menggunakan
plastik agar lebih aman.
Fungsi Fasilitas  Penanggungan resiko → resiko ini
dapat terjadi apabila tidak berhati –
hati dalam bertransaksi maka
memiliki tanggungan resiko bahwa
tempe tersebut tidak laku dijual.
 Pembiayaan ini berkaitan dengan poin
sebelumnya, apabila tempe tersebut
tidak laku dijual maka produsen akan
mengalami suatu resiko financial atau
pembiayaannya selama masa
produksi.
 Market Intelligence Function →
Fungsi ini merupakan pekerjaan yang
meliputi pengumpulan, interpretasi
dan diseminasi informasi dari
berbagai macam data yang diperlukan
agar proses pemasaran dan
pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan baik, seperti
penyimpanan, dan transportasi dapat
dilakukan dengan baik.
 Pensortasian → mmilih sekaligus
mensortasi kedelai yang kualitasnya
baik.

15
2. Pedagang Tahu Fungsi Pertukaran  Pembelian → melakukan pembelian
Keliling tempe secara langsung dari produsen
seharga Rp. 3.500,-.
 Penjualan → lalu menjualnya dengan
menaikkan Rp. 500,- menjadi Rp.
4.000,-.
Fungsi Fisik  Penyimpanan → melakukan
penyimpanan apabila masih terdapat
sisa tempe yang belum terjual ke
konsumen
 Pengangkutan → melakukan
pengangkutan menggunakan motor
agar dapat sampai pada tangan
konsumen.
Fungsi Fasilitas  Penanggungan Resiko → dapat saja
mengalami penanggungan resiko
apabila produk tempe tersebut
mengalami kerusakan selama proses
perjalanan atau mengalami
pembusukan maka konsumen pun
pasti tidak mau untuk membeli tempe
tersebut
 Pembiayaan → poin ini dipengaruhi
oleh resiko, semakin parah resiko
terhadap suatu produk maka
membutuhkan pembiayaan yang
cukup besar juga.
3. Pasar Anyer Fungsi Pertukaran  Penjualan → hanya melakukan
penjualan saja terhadap konsumen
karena lapak pemasaran yang berada
16
di Pasar Anyer ini merupakan lapak
produsen sendiri sehingga produsen
hanya menyalurkan tempe dari pabrik
ke pasar Anyer agar dapat dijual
dalam jumlah yang lebih banyak.
Fungsi Fisik  Penyimpanan → melakukan
penyimpanan apabila masih terdapat
sisa tempe yang belum terjual ke
konsumen dan juga agar dapat
memenuhi jumlah target yang
diinginkan konsumen sewaktu -
waktu konsumen membeli dalam
jumlah banyak.
 Pengangkutan → pengangkutan
tempe jumlah banyak dari pabrik ke
Pasar Anyer.
Fungsi Fasilitas  Penanggungan Resiko dan
Pembiayaan → kedua hal ini
memiliki keterkaitan satu sama lain,
apabila produsen di Pasar Anyer ini
mengalami sepi konsumen maka
resiko dan biaya pun akan
menyesuaikan dengan keadaan agar
tempe tersebut tidak mengalami
kerusakan.
 Informasi Pasar → Penelitian pasar
sering kali perlu dilakukan agar
pemasaran dapat berjalan secara
efektif dan efisien, seperti selera
konsumen, bagaimana

17
meningkatkan penjualan, bagaimana
melakukan persaingan di pasar dsb
4. Supplier Fungsi Pertukaran  Pembelian → pembelian dari
Perusahaan produsen dalam jumlah banyak.
Fungsi Fisik  Penyimpanan → dilakukan
penyimpanan apabila masih terdapat
sisa tempe untuk diolah di kemudian
hari.
 Pengolahan → pengolahan tempe
menjadi olahan tempe lainnya salah
satunya, seperti tempe goreng.
5. Konsumen Fungsi Pertukaran  Pembelian → pembelian dari
produsen.
 Penjualan → terdapat konsumen
yang setelah membeli tempe dari
produsen lalu mengolahnya menjadi
olahan tempe lainnya lalu dijual,
namun, ada juga yang langsung
menjual tempe dalam keadaan
mentah (tanpa diolah).
Fungsi Fisik  Pengolahan → mengolahnya
menjadi olahan tempe yang
memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
 Penyimpanan → penyimpanan
dalam freezer atau kulkas agar tidak
cepat busuk.
 Pengangkutan → melakukan
perpindahan tempe dari produsen ke
rumah konsumen.
Tabel 1 Fungsi Pemasaran
18
3 .4 Harga
Dalam penjualan tempe dari produsen sampai ke tangan konsumen akan
mengalami perubahan harga mengingat produsen melakukan berbagai jenis rantai
pemasaran. Pada pembelian konsumen secara langsung ke produsen, maka produsen
menjual dengan harga Rp. 3.500,- per potong tempenya. Produsen akan meningkatkan
harga jual di Pasar Anyer dengan harga Rp. 4.000,- - Rp. 5.000,-. Terjadinya
perubahan harga ini disebabkan tingkat konsumen yang berbeda, pada umumnya
apabila produsen menjual langsung dari pabrik ke konsumen sekitar itu hanya
konsumen tingkat akhir, namun, apabila produsen menjual di Pasar Anyer ini maka
konsumen yang membeli itu adalah konsumen yang juga akan menjual produk tempe
tersebut, sehingga dari segi berat tempe dijual dari pabrik dengan dijual di Pasar Anyer
pun berbeda. Oleh karena itu mempengaruhi perubahan harga yang dipertimbangkan
produsen.

Hal ini pun sejalan dengan pedagang tahu keliling sebagai pedagang ecer dimana
pedagang tahu menaikkan harga beli tempe kepada konsumen dari harga beli ke
produsen seharga Rp. 3.500,- menjadi Rp. 4.000,-, oleh karena itu, dapat disimpulkan
maka si penjual tahu ini mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 500,- per potong tempe.

Produsen pun melakukan pertimbangan harga jual juga terhadap para supplier
perusahaan, dimana produsen menjualnya dengan harga Rp. 5.000,- untuk supplier
perusahaan sepatu di Cikupa dan Rp. 6.000,- untuk supplier perusahaan cat di Bitung.
Yang dimana kedua berat tempe ini sama untuk kedua supplier perusahaan tersebut,
hanya tetapi, produsen tidak bisa menaikkan harga kepada supplier perusahaan sepatu
karena pada perusahaan sepatu tersebut memiliki 2 supplier tempe lainnya yang dijual
dengan harga Rp. 5.000,- sehingga, produsen memiliki pertimbangan untuk tidak
menaikkan harga jual kepada supplier perusahaan sepatu tersebut karena
dikhawatirkan akan kehilangan konsumen dari perusahaan sepatu tersebut.

3 .5 Dokumentasi
Berikut hasil dokumentasi yang dapat kami tampilkan selama kunjungan yang
berlangsung di lokasi Pabrik Tempe Gambiran:
19
Gambar 1 Penyusun dengan Produsen Tempe Gambiran

Gambar 2 Beberapa Fasilitas Pengangkutan Produk Tempe Gambiran

Gambar 3 Lapak Pemasaran Produsen Berlokasi di Pasar Anyer, Kota


Tangerang
20
BAB IV

PENUTUP
4 .1 Kesimpulan
Kunjungan kami menuju Pabrik Tempe Gambiran yang berlokasi di JL. Tanah
Tinggi, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15119, menghasilkan suatu
informasi terkait bagaimana pemasaran dapat dimulai dan sampai pada tangan
konsumen. Pada Pabrik Tempe Gambiran memiliki 3 macam rantai pemasaran, yaitu

(1) Produsen → Konsumen


Dengan produsen memasarkan produk tempe langsung kepada konsumen
dengan harga Rp. 3.500,- dan juga produsen menjual kedelai yang telah diberi
ragi kepada konsumen potensial untuk dapat diolah kembali dengan harga
jual Rp. 16.000,- per kg nya.
(2) Produsen → Pedagang Pengecer → Konsumen
Produsen memasarkan hasil produk tempe nya melalui dua pedagang
pengecer berbeda, yaitu melalui pedagang tahu keliling dengan harga jual
yang sama sebesar Rp. 3.500,- akan tetapi, dijual kembali dengan harga Rp.
4.000,- oleh pedagang tahu kepada konsumen, dan produsen juga
memasarkan produk tempenya ke lapak pemasarannya sendiri di Pasar Anyer
dengan harga jual meningkat Rp. 4.000,- sampai Rp.5.000,- per potongnya.
(3) Produsen → Supplier → Konsumen
Produsen melakukan pemasaran kepada dua supplier perusahaan berbeda
dengan harga jual yang berbeda pula, kepada supplier perusahaan sepatu
dijual dengan harga Rp. 5.000,- sedangkan kepada supplier perusahaan cat
dijual dengan harga Rp. 6.000,-. Harga jual tempe pada kedua perusahaan ini
ditetapkan berbeda oleh produsen disebabkan pada perusahaan sepatu
memiliki dua supplier tempe di pabrik tempe lainnya, yang mana dua
supplier lainnya ini mendapat harga beli sebesar Rp. 5.000,- dari pabrik
tempe lainnya tersebut, sehingga produsen tempe gambiran ini tidak berani
untuk menaikkan harga jual tempe tersebut dikhawatirkannya apabila
21
produsen tempe gambiran ini menaikkan harga jual tempenya, maka
perusahaan sepatu tersebut tidak ingin lagi untuk membeli tempe disana, atau
dapat dikatakan produsen tidak mau kehilangan konsumennya.

Rantai pemasaran tersebut dapat terlihat siapa saja lembaga pemasaran yang
terlibat dalam suatu perpindahan produk tempe dari produsen sampai pada tangan
konsumen. Setiap lembaga pemasaran memiliki fungsinya masing – masing, yang
mana harus dilakukan agar konsumen puas dengan kualitas produk tempe yang dibeli
sehingga dapat meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk tempe tersebut.

Berdasarkan rantai pemasaran yang bervariasi ini juga berdampak pada perubahan
harga yang terjadi oleh konsumen. Bisa dilihat apabila konsumen membeli langsung
ke produsen tempe gambiran tersebut maka konsumen membayar sebesar Rp. 3.500,-
saja, namun apabila konsumen membeli melalui pedagang tahu maka konsumen harus
membayar sebesar Rp. 4.000,-, lalu, apabila konsumen membeli tempe produksi
pabrik gambiran di Pasar Anyer, maka konsumen harus mengeluarkan uang sebesar
Rp. 4.000,- sampai Rp. 5.000,-. Hal ini sejalan dengan teori bahwa semakin panjang
suatu rantai atau saluran pemasaran, maka perubahan harga yang dibayarkan
konsumen pun semakin tinggi perubahannya.

4 .2 Saran
Bahan baku pengolahan tempe adalah kedelai, dimana kami mendapat keluhan
dari produsen bahwa harga kedelai untuk saat ini dirasa mahal, maka dari itu kami
berharap agar pemerintah bisa menurunkan harga jual kedelai. Disarankan juga dalam
pemilihan kedelai dan ragi perlu dilakukan dengan teliti agar dapat menghasilkan
tempe dengan kualitas yang baik.

Selain itu, mengingat minat masyarakat sekitar yang cukup banyak terhadap
produk tempe ini, maka produsen pun harus lebih meningkatkan suatu inovasi
pemasaran juga agar ruang lingkup masyarakat yang terpenuhi pun dapat semakin
meluas, sehingga hal ini dapat menghasilkan keuntungan (profit) yang lebih banyak
lagi untuk produsen.

22
DAFTAR PUSTAKA

Baladina, Nur. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian: Sistem Pemasaran Hasil


Pertanian. http//rosihan.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 24
Januari 2012.
Boediono. 1999. Ekonomi Mikro Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.
Fika Amaliyah, N. W. (2017). Pemanfaatan Bekatul Jagung dan Ragi Cap Jago
untuk Pembuatan Ragi Tempe dan. Jurnal Ilmiah Teknologi
Pertanian, 231-232.

Gumbira, E dan Sa’id A. Haritz Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta:


Ghalia Indonesia. Kusnadi, Nunung dkk. 2009. Bunga Rampai
Agribisnis

Irayanti Irma. 2019. Analisis saluran tataniaga nilam untuk mendukung ekonomi
kerakyatan dalam pandangan ekonomi islam di kabupaten
konawe. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kendari.

Miftah, Himmatul. 2009. Potensi Perbaikan Pemasaran Pertanian dan Peranan


Pelaku dalam Kegiatan Pemasaran. Diktat Mata Kuliah
Tataniaga Produk Agribisnis. Disampaikan pada tanggal 07
Desember 2012. Bogor: Universitas Djuanda.
Seri Pemasaran. Bogor: IPB Press.

23

Anda mungkin juga menyukai