Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Salah satu kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang memiliki pengaruh
starategis yang dideklarasikan pada tahun 1999 adalah Otonomi Daerah. Otonomi.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan (UU RI Nomor 32 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 5).
Keberadaan kebijakan pemerintah tentang Otonomi daerah secara langsung
mengharuskan setiap provinsi, kabupaten, dan kota yang ada di Indonesia untuk
melakukan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangannya sendiri.
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di mana masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah,masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Aset tetap merupakan
salah satu klasifikasi aset yang merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan,
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum (Standar Akuntansi
Pemerintahan Pernyataan No. 07). Peraturan mengenai pengelolaan asset, baik asset milik
Negara maupun milik daerah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri dalam
Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Namun dalam peraturan tersebut belum ada klasifikasi khusus yang mengatur
tentang jenis – jenis aset daerah atau barang milik daerah, sehingga penerapan aturan atau
tata cara pengelolaan dalam pengelolaan asset daerah atau barang milik daerah tersebut
masih simpang siur. Dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP Aset adalah Sumber
daya Ekonomi yang dikuasai dan / atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan / atau social di masa depan
diharapkan data diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat serta dapat diukur
dalam satuan uang termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber – sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya. Adapun pengelolaan Barang Milik Daerah ( BMD )
menurut Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan,
penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengndalian. Penatausahaan merupakan
suatu kegiatan dari pengelolaan asset daerah yang meliputi proses pembukuan,
inventarisasi serta pelaporan yang sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Didalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pemerintah tidak lepas dari


penggunaaan aset tetap untuk itu mengapa aset tetap sering merupakan suatu bagian
utama aset pemerintah, dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Di dalam
laporan keuangan, perkiraan suatu aset tetap nilainya material sehingga dapat
mempengaruhi besar kecilnya jumlah aset yang tercantum di neraca yang secara otomatis
akan mempengaruhi para pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan.
Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan pedoman yang disusun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan peraturan
pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) .
Pekan Olahraga Nasional atau yang disingkat PON adalah pesta olahraga yang
diselenggarakan olek Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). PON diadakan empat
tahun sekali dan diikuti seluruh propinsi di Indonesia. Menurut berita harian Kompas.com
yang di tulis oleh Ervan Yudhi Tri Atmoko (2021) dengan judul artikel “Sejarah Pekan
Olahraga Nasional atau PON”, yaitu PON pertama kali dilaksanakan di Stadion Sriwedari
Surakarta/Solo Tahun 1948 yang di prakarsai oleh Persatuan Olahraga Republik
Indonesia (PORI) (Atmoko, 2021) Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX yang
diselenggarakan di Papua telah resmi selesai dilaksanakan 15 Oktober 2021, Sesuai
dengan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Dukungan Penyelenggaraan
Pekan Olahraga Nasional XX dan Pekan Paralimpik Nasional XVI Tahun 2020 Papua
(Instruksi Presiden R.I, 2017), yang semula akan diadakan pada tahun 2020 namun
karena terjadinya pandemi covid-19 sehingga dilaksanakan pada tahun 2021.
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua digelar di empat kluster yakni Kota
Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke. Pekan
Olahraga Nasional (PON) XX Papua telah mengadakan fasilitas olahraga maupun
fasilitas pendukung seperti wisma atlit, baik pembangunan fasilitas baru maupun
pemeliharan 2 fasilitas yang telah ada yang biayan bersimber dari APBD dan APBN
(Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Dukungan Penyelenggaraan Pekan
Olahraga Nasional XX dan Pekan Paralimpik Nasional XVI Tahun 2020 Papua).
Saat ini Pemerintah Pusat dan Daerah menaruh kepercayaan penuh kepada Dinas
Olahraga dan Pemuda (DISORDA) Provinsi Papua untuk melakukan pengelolaan,
perawatan dan keamanan arena pasca PON XX Papua dan Peparnas 2021.  Karena
dikhawatirkan, arena-arena itu terbengkalai setelah PON XX dan Perpanas selesai. Maka
dalam rangka memelihara dan mempertahankan keberlanjutan venue-venue yang telah
dibangun untuk PON dan Peparnas ini, Disorda Papua dengan kemampuan yang sangat
terbatas telah membentuk manajemen venue tim," kata Plt. Kepala Dinas Olahraga dan
Pemuda (Disorda) Provinsi Papua, Alexander Kapisa, dilansir dalam laman Info publik di
Jayapura, Selasa (12/10/2021). Beliau mengatakan tim ini akan bertanggung jawab dalam
pengelolaan, perawatan dan keamanan arena.
Saat ini tim manajemen arena terdiri atas 47 personel dan disebar di berbagai
lokasi seperti, Istora Papua Bangkit, Stadium Utama Lukas Enembe, Aquatic, Menembak,
Hockey dan Cricket serta beberapa gelanggang lainnya. Dengan pembentukan
manajemen pengelolaan ini, semua arena yang telah dibangun dapat dimanfaatkan sesuai
dengan peruntukan dan regulasi yang berlaku. Dalam pelaksanaan PON XX Papua
sebanyak 31 arena digunakan untuk mendukung laga 37 cabang olahraga dan 56 disiplin
nomor pertandingan. Sembilan arena disiapkan oleh Pemerintah Pusat, 13 disiapkan oleh
Pemerintah Provinsi Papua, enam arena disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten, dan tiga
arena disiapkan oleh pihak swasta. Sebelumnya, Menkeu Sri Mulyani merinci biaya
penyelenggaraan PON XX Papua 2021 yang sedang berlangsung hingga 15 Oktober 2021
telah menghabiskan anggaran APBN sebanyak Rp10,43 triliun.
Biaya persiapan dan penyelenggaraan PON XX di Papua dibiayai sejak 2018-
2021 oleh APBN. Sri Mulyani mengatakan penyaluran biaya PON XX Papua
menggunakan berbagai skema, baik transfer ke APBD Provinsi Papua maupun belanja
langsung kementerian/lembaga (K/L). Lewat APBD, misalnya. Biaya PON XX
disalurkan melalui skema Dana Tambahan Infrastruktur (DTI), Dana Otonomi khusus
(Otsus), Dana Bagi Hasil (DBH), hingga Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik. Berdasarkan
fenomena dan latar belakang diatas, peneliti tertarik mengambil judul untuk penelitian ini
yaitu : “ANALISIS PENGELOLAAN ASET PON XX PAPUA (Studi kasus pada
venue – venue PON XX yang berada di wilayah Kota & Kabupaten Jayapura).
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah
Pengelolaan Aset PON XX Papua ( venue – venue PON XX yang berada di wilayah Kota &
Kabupaten Jayapura) sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian merupakan suatu hal yang akan dicapai dalam suatu kegiatan,
dan setiap penelitian haruslah memiliki arah dan tujuan yang jelas. Tanpa ada arah dan
tujuan yang jelas, maka penelitian tidak akan berjalan dan mendapat hasil yang
diharapkan. Adapun tujuan penelitian ini adalah adalah :
“ Untuk menganalisis Bagaimana Pengelolaan Aset PON XX Papua ( venue –
venue PON XX yang berada di wilayah Kota & Kabupaten Jayapura) sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.”

1.4. Kegunaan Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan penulis dengan dilakukannya penelitian ini
adalah:
1. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan evaluasi
terhadap perencanaan kebijakan yang akan diambil oleh Pemerintah Pemerintah
Provinsi Papua dalam pengelolaan Asset PON.
2. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta memperluas
wawasan penulis dalam masalah yang ada. Dan juga penelitian ini dapat membantu
pembaca sekalian dalam mengembangkan wawasan dan pemahamannya.
3. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi
pengembangan pengelolaan Aset Tetap Daerah. Selain itu Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi salah satu referensi di universitas, khususnya bagi para mahasiswa
atau pembaca lainnya yang memerlukan informasi informasi tertentu dalam
hubungan dengan 3 masalah yang berkaitan dengan pengelolaan asset khususnya
pengelolaan asset PON

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab pertama menjelaskan mengenai latar belakang penulis melakukan penelitian ini,
rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan penulis melakukan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Bab kedua menjelaskan tentang landasan teori yang dipakai, selain itu bab dua ini
menjelaskan mengenai hasil – hasil penelitian sebelumnya, digambarkan pula
kerangka teoritis yang menjelaskan kerangka pemikiran yang digunakan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Bab ketiga pada penelitian ini menjelaskan tentang jenis penelitian, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisi data.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Bab keempat pada penelitian ini menjelaskan tentang Pengelolaan Aset PON XX
Papua yang dimulai dengan Proses Perencanaan, Penganggaran, Penatausahaan,
Pemanfaatan, Pengamanan dan Pemeliharaan.

BAB V : PENUTUP
Bab kelima pada penelitian ini menjelaskan kesimpulan, keterbatasan dan saran
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Compliance Theory (Teori Kepatuhan)

Teori kepatuhan memberikan penjelasan mengenai pengaruh perilaku


kepatuhan di dalam proses sosialisasi. Individu cenderung mematuhi hukum
yang mereka anggap sesuai dengan norma-norma internal mereka dengan
dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai. Komitmen
normatif melalui moralitas personal berarti mematuhi hukum, karena hukum
tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui
legitimasi berarti mematuhi peraturan kerana otoritas penyusun hukum
tersebut memiliki hak untuk melihat perilaku (Septiani, 2005). Menurut
(Rosalina, 2010) berdasarkan perspektif normatif maka seharusnya teori
kepatuhan ini dapat diterapkan di bidang akuntansi. Konsep tersebut
pemerintah Kabupaten/Provinsi/dan kota dalam mengelolah Aset
Tetap/Barang Milik Daerah seharusnya pada tataran peraturan yang telah
ditetapkan. Teori kepatuhan diterapkan pada pemerintahan yang di mana
pemerintah dalam mejalankan Undang-Undang mengenai pengelolaan aset
tetap sampai dengan pengelolaan keuangan, harus merujuk pada regulasi
yang ada, dengan tertibnya atau patuhnya pemerintah pada peraturan yang
ada maka tidak menutup kemungkinan pemerintah akan mewujudkan Good
Governance.

2.1.2. Pengertian Aset

Aset adalah semua kekayaan yang dimiliki oleh suatu pemerintah, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud yang dapat dinilai dengan satuan mata uang
dan digunakan dalam operasional pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintah Pernyataan No. 7 Aset
adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi atau sosial di masa
depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta
dapat diukur dengan satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang
diperlakukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya
yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Berdasarkan Undang-undang No.1
Tahun 2004 yang dimaksud dengan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Dalam penyelenggaraan pemerintah Negara/daerah aset merupakan salah satu unsur
penting yang harus dikelola dengan baik untuk menunjang kegiatan operasional
pemerintah.

2.1.3. Tujuan Pengelolaan Aset

Aset Tujuan utama dari pengelolaan aset adalah membantu suatu entitas
(organisasi) dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan efisien.
Hal ini mencakup paduan pengadaan, penggunaan, dan penghapusan aset dan
pengaturan risiko dan biaya terkait selama siklus hidup aset. Menurut Siregar ada tiga
tujuan utama dari manajemen atau pengelolaan aset yaitu efisiensi pemanfaatan dan
kepemilikan, terjaga nilai ekonomis dan potensi yang dimiliki, objektivitas dalam
pengawasan dan pengendalian peruntukan serta alih penguasaan.

2.1.4. Aset Tetap

PSAP 07, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum. Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset
pemerintah dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset
tetap pemerintah adalah :

1. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas
lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan kontraktor;
2. Hak atas tanah. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai
untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan
perlengkapan (supplies). Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam
sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas terdiri dari tanah, gedung,
bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, serta
kontruksi dalam pengerjaan.
2.1.5. Klasifikasi Aset Tetap

Berdasarkan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah (KKAP), aset


diklasifikasikan kedalam aset lancar dan non lancar :

1. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang dan
persediaan.
2. Aset non lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang yaitu meliputi investasi
jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan lainnya

2.1.6. Pengelolaan Aset Tetap (Barang Milik Daerah)

Pengelolaan barang milik daerah merupakan bagian dari pengelolaan


keuangan daerah. Selain itu barang milik daerah merupakan salah satu unsur penting
dalam rangka penyelenggaran pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh
karena itu, pengelolaan barang milik daerah yang baik akan mencerminkan
pengelolaan keuangan daerah yang baik. Tentu saja pengelolaan barang milik daerah
harus dilakukan dengan baik dan benar.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang


Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah Pasal 1 Ayat 28, Pengelolaan
Barang Milik Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan
dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan,
penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Gambar 2.1

MODEL PENELITIAN
Pengelolaan Aset
Tetap Pada Venue- Permendagri No.19
venue PON XX Tahun 2016 Pengelolaan
Papua Dikota Tentang Aset Tetap
/kabupaten Aset Tetap
Daerah
Jayapura

Sumber : Penulis 2022

2.2 Penelitian Terdahulu


Sebagai bahan pertimbangan dalam penilitian ini, maka penulis mencantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu. Pelaksanaan penelitian terdahulu ini dimaksud untuk
menggali informasi tentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian terdahulu yang dipilihn diantaranya seperti yang akan penulis jabarkan dalam
tabel dibawah ini :
 (Aida Nahar dan Ambar Sari Hadiyanti, 2018): Analisis Pengelolaan Aset Tetap
Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Jepara.
Hasil Penelitian ini menunjukkan pelaksanaan pengelolaan aset tetap yang dilakukan
oleh BPKAD Kabupaten Jepara selama ini sudah dilakukan secara menyeluruh sesuai
dengan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah. Dengan menggunakan analisis kesesuaian terhadap penerapan
perundang-undang mengenai pelaksanaan pengelolaan aset tetap yang dilakukan oleh
Kabupaten Jepara dengan Permendagri No. 19 Tahun 2016 selama ini masih terdapat
yang belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam hal ini pada
pembuatan kartu pemeliharaan yakni terkait hasil dari pemeliharaan yang sudah
dilakukan. Namun hal tersebut tidak menyebabkan dalam pengelolaan aset menjadi
terhambat.
 (Tri Rinawati; Purwati dan Citra Rizkiana, 2022) : Evaluasi Manajemen Aset
Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Aset Tetap Daerah Kota Semarang. Hasil
penelitian ini disimpulkan bahwa mekanisme pengelolaan Aset Daerah Kota
Semarang, pada dasarnya sudah sesuai dengan Permendagri 17 tahun 2021 tentang
Pedoman Teknis Sistematis Pembukuan, Inventarisasi dan Pelaporan BMD. Namun,
dalam prakteknya penerapan peraturan ini belum maksimal, hal ini disebabkan karena
beberapa hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satu cara yang harus ditempuh
untuk mencapai akuntabilitas dan transparansi pengelolaan BMD adalah dengan
publikasi yaitu untuk mengetahui informasi tentang aset/barang daerah menggunakan
internet. Informasi tentang aset/barang daerah yang dimiliki oleh suatu pemerintah
yang diberikan kepada masyarakat secara terbuka akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pengendalian BMD. Selama aset dalam masa manfaatnya harus
dioptimalkan penggunaannya dengan mekanisme sewa yaitu pemanfaatan barang
milik daerah oleh pihak lain dengan jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan
uang; kemudian mekanisme Bangun Guna Serah (BGS) dan Bangun Serah Guna
(BSG).
 (Ilmayana Murati dan LM Hasrul Adan, 2021) : Analisis Efektifitas
Pengelolaan Aset Dan Pendapatan Daerah Kabupaten Buton Tahun 2017 – 2020.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan aset dan pendapatan Daerah di
Kabupaten Buton tahun 2017-2020 sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No.17 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yaitu,
pejabat pengelola barang milik daerah yang ada di kantor BPKAD sudah
melaksanakan tugas dan tanggung jawab nya sesuai dengan pedoman teknik
pengelola barang milik daerah sehingga terwujudnya efektifitas dalam Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Buton.
 (Wartuny, 2020) : Analisis Pengelolaan Aset Pada Badan Pengelolaan Keuangan
Dan Aset Daerah Kabupaten Maluku Barat Daya. Hasil Penelitian ini adalah
Pengelolaan Aset Tetap/ Barang Milik Daerah yang dilakukan oleh bidang aset pada
badan pengelola keuangan dan aset daerah sebagai pembantu pengelola telah
melakukan dengan maksimal dan sesuai dengan sistem dan prosedur siklus
pengelolaan barang milik daerah sebagaimana yang diatur dalam PERMENDAGRI
No. 19 Tahun 2016, Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati tentang pedoman
pengelolaan barang milik daerah akan tetapi belum semua terlaksana dengan
maksimal seperti keterlambatan penyampaian laporan pada tingkat pengguna barang
SKP.
 (Yasinta Meo; Anwar Made dan Retno Wulandari, 2021) : Analisis Pengelolaan
Aset Tetap Dan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Pada Badan
Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Malang. Hasil penelitian ini adalah
BPKAD Kota Malang sebagai pengelola sudah menerapkan 11 siklus dalam
pengelolaan aset tetap. Beberapa Kendala atau faktor penghambat yang ditemui dalam
pelaksanaan siklus pengelolaan barang milik daerah adalah faktor SDM karena
perlunya pengetahuan dan pemahaman SDM dalam pengelolaan aset tetap, komitmen
pemimpin karena perlunya kekonsistenan struktur organisasi yang ditetapkan
pemimpin dan perlunya perhatian atau ketegasan seorang pemimpin dan faktor
penilaian aset juga merupakan hal yang menjadi kendala, terutama penilaian aset yang
tidak diketahui pengadaannya.
 (Esduo Ramadhano Labasido dan Darwanis, 2019) : Hasil Penelitian ini adalah
Praktik pengelolaan aset tetap pemerintah daerah oleh DPKAD Aceh belum sepenuhnya
mengikuti Permendagri No.19 Tahun 2016, seperti masih adanya beberpa dokumen sumber
pengelolaan asset tetap yang DPKAD Aceh tidak di miliki.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian
Segala prosedur aktifitas penelitian yang peneliti lakukan untuk menyusun
penelitian ini, menunjukkan bahwa penelitian ini termasuk pada jenis penelitian deskriptif.
Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode yang menggambarkan
atau menganalisis data yang berupa tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang di
amati langsung dan tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap suatu fenomena atau
kenyataan sosial dari objek penelitian. (Widi, 2010) mendefinisikan bahwa penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang mencoba untuk memberikan gambaran secara
sistematis tentang situasi, permasalahan, fenomena, layanan, atau program.

3.2.Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian yang di laksanakan di Dinas Olaraga dan Pemuda (DISORDA)
Provinsi Papua. Serta beberapa arena atau venue PON XX yang berada diwilayah Kota dan
Kabupaten Jayapura. Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 1 bulan.

3.3.Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengumpulkan
data, menganalisis dan menyajikan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Teknik dan cara yang digunakan penulis dalam melakukan pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Wawancara Dalam mendapatkan keterangan untuk dapat mengetahui data tujuan
penelitian dengan cara lisan atau bertatap muka antara peneliti dan sumber. Peneliti
berkomunikasi langsung dilakukan dengan pihak yang berkaitan dengan pengelolaan
aset PON XX di Disorda. Yang menjadi sumber responden peneliti ialah pegawai
Disorda.
b. Dokumentasi Teknik ini dapat berbentuk teks tertulis, gambar, tabel, maupun foto.
Teknik dokumentasi adalah dengan mencari fakta mengenai hal atau variabel yang
berupa data catatan, bukti atas catatan aset tetap, alur atau bagan, dan lain
sebagainya. Peneliti melakukan dokumentasi untuk mengambil data-data akuntansi
yang berkaitan dengan aset tetap.
c. Penelitian Lapangan Teknik ini untuk dapat mengetahui apakah objek yang diteliti
telah merealisasikan laporan tentang aset dan iventaris juga. Peneliti juga ingin
mengetahui aset yang ada, telah berjalan sesuai standar operasional prosedur serta
fungsi yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

Aida Nahar dan Ambar Sari Hadiyanti. (2018). Analisis Pengelolaan Aset Tetap Pada Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Jepara. Jurnal Rekognisi

Akuntansi, Vol. 2, 82–97.

Atmoko, E. Y. T. (2021). Sejarah Pekan Olahraga Nasional atau PON. Www.Kompas.Com.

Esduo Ramadhano Labasido dan Darwanis. (2019). Analisis Pengelolaan Aset Tetap Daerah

Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 4(2).

Ilmayana Murati dan LM Hasrul Adan. (2021). Analisis Efektifitas Pengelolaan Aset dan

Pendapatan Daerah Kabupaten Buton Tahun 2017-2020. Vol 3.

Instruksi Presiden R.I. (2017). Instruksi Presiden (INPRES) tentang Dukungan

Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XX dan Pekan Paralimpik Nasional XVI

Tahun 2020 di Provinsi Papua.

Rosalina, S. (2010). Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP dalam Etika Profesi

berdasarkan Locus Of Control dan Gender. Surabaya : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Perbanas.

Septiani, A. (2005). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatwaktuan Pelaporan

Keuangan Pada Pasar Modal Yang Sedang Berkembang : Perspektif Teori

Pengungkapan. Hal 13-14.

Tri Rinawati; Purwati dan Citra Rizkiana. (2022). Evaluasi Manajemen Aset Dalam

Mengoptimalkan Pengelolaan Aset Tetap Daerah Kota Semarang. Jurnal Lentera Bisnis,

Vol 11.

Wartuny, S. (2020). Analisis Pengelolaan Aset Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset

Daerah Kabupaten Maluku Barat Daya. Kupna Jurnal : Kumpulan Artikel Akuntansi,

Vol 1.
Widi, R. K. (2010). Asas Metodologi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah

Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian) (Ed. 1). Yogyakarta : Graha Ilmu.

Yasinta Meo; Anwar Made dan Retno Wulandari. (2021). Analisis Pengelolaan Aset Tetap

dan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kota Malang. Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi, 9(1).

Anda mungkin juga menyukai