Pengertian Literasi
Literasi dini, literasi dasar, literasi kepustakaan, literasi media, literasi teknologi dan literasi visual
merupakan jenis literasi yang membangun literasi informasi. Melalui penguasaan literasi-literasi
tersebut seorang siswa diyakini akan dapat mengembangkan berbagai kompetensinya untuk eksis dan
memenangkan persaingan di era digital abad 2 ini.
Literasi secara tradisional dipahami sebagai kemampuan untuk membaca, menulis dan aritmatika
(https://en.wikipedia.org/wiki/Literacy, 2016; September 28 ; 0928). Ini adalah pemahaman lama terkait
literasi. Ketika seseorang sudah mempunyai kemampuan membaca, menulis dan berhitung dikatakan
orang itu mempunyai kemampuan literasi. ‘Melek’ baca tulis dan hitungan. Seiring perkembangan
budaya dan standar kehidupan yang meningkat pengertian literasi di atas menjadi usang.
Pengertian literasi modern adalah kemampuan untuk membaca, menulis dan aritmatika (berhitung),
menggunakan bahasa, angka-angka, gambar/ilustrasi, komputer dan elemen dasar lain untuk
memahami, berkomunikasi, menguatkan (penggunaan) pengetahuan bermanfaat dan penggunaan
sistem simbol budaya yang dominan.
Di abad 21 ini, pengertian literasi lebih dari sekadar bisa membaca dan menulis, namun mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital,
dan auditori. Kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
literasi-informasi
literasi-informasi
Komponen Literasi
Literasi Dini
Literasi Dini [Early Literacy (Clay, 2001)], yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan,
dan berkomunikasi melalui gambar dan tutur yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu
menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis,
dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan
(calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan
informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan
fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System
sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami
penggunaan katalog dan pengindeks-an, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi
ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
Literasi Media (Media Literacy)
Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang
berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media
internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
literasi media
literasi media
Selama berabad-abad, literasi disebut kemampuan untuk membaca dan menulis. Dewasa ini, kita
mendapatkan sebagian besar informasi melalui sistem berkat teknologi media. Kemampuan untuk
membaca berbagai jenis media telah menjadi keterampilan penting di abad ke-21. Literasi media adalah
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat media. Dengan literasi media
yang baik orang lebih mampu memahami pesan yang kompleks yang kita terima dari televisi, radio,
internet, surat kabar, majalah, buku, billboard, video game, musik, dan semua bentuk media lainnya.
Keterampilan literasi media termasuk dalam standar pendidikan dari setiap negara dalam bahasa, ilmu
sosial, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan mata pelajaran lain. Banyak pendidik telah menemukan bahwa
literasi media adalah cara yang efektif dan menarik untuk menerapkan keterampilan berpikir kritis untuk
berbagai masalah.
Keterampilan literasi media dapat membantu remaja dan orang dewasa:
– Mengevaluasi pesan media berdasarkan pengalaman kita sendiri, keterampilan, keyakinan, dan nilai-
nilai
Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti
teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam
memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak,
mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan
komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer,
menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan
membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik
dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
literasi teknologi
literasi teknologi
Kalau kita refleksikan masa yang lalu, sampai awal 1990-an, kebanyakan PC masih berukuran besar
dengan memori sangat terbatas, kebanyakan ponsel juga terlalu besar untuk dimasukkan dalam
kantong. Film yang tersedia pada DVD sampai 1997. Google pun belum lahir sampai tahun 1998. Tidak
ada MySpace hingga tahun 2003, dan YouTube meluncurkan dua tahun setelah itu.
Seiring kemajuan teknologi, definisi literasi teknologi pun mengalami perubahan. Pada tahun 1980,
keterampilan penggunaan teknologi menuntut agar kita mengetahui bagaimana kode memprogram.
Penggunaan komputer pada waktu itu mengharuskan kita membuat program. Pada tahun 1995 an, kita
dituntut untuk mengetahui bagaimana bekerja dengan alat dasar seperti pengolah kata dan
spreadsheet. Mungkin kita ingat … Wordstar … Lotus … DBASE dan sebagainya.
Sekarang definisi literasi teknologi jauh lebih kaya dan lebih kompleks karena ada informasi lebih yang
tersedia daripada sebelumnya. Alat-alat untuk menemukan, menggunakan dan menciptakan informasi
yang cepat menjadi lebih beragam dan canggih.
Departemen Pendidikan Colorado (CDE) mendefinisikan literasi teknologi sebagai kemampuan untuk
bertanggung jawab menggunakan teknologi tepat guna untuk:
Menyampaikan / mengomunikasikan
Menyelesaikan masalah
Penggunaan teknologi merupakan bagian integral yang fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini
sebagian besar jalur pendidikan dan profesional memerlukan penggunaan teknologi untuk
berkomunikasi, memecahkan masalah atau penelitian lengkap. Siswa yang mencapai literasi teknologi
memiliki waktu lebih cepat mencapai tujuan pendidikan dan masuk ke dalam karir pilihan mereka.
Untuk mengantarkan para siswa mencapai literasi teknologi, sudah barang tentu para guru / pendidik
juga seharusnya memiliki keterampilan atau literasi teknologi. Berikut adalah variasi aktifitas
penggunaan teknologi masa kini untuk mendorong literasi teknologi bagi kita semua, antara lain:
Dengan memahami bagaimana mengevaluasi informasi baru ini dan bagaimana menggunakan alat-alat
baru untuk membuat, komunikasi cukup beralasan efektif, siswa dapat memanfaatkan kekuatan
teknologi baru dan terinspirasi untuk belajar.
Informasi visual ada di mana-mana di sekitar kita. Televisi, layar komputer, tanda-tanda, simbol, dalam
buku-buku, majalah, film-film, dan bahkan bahasa tubuh memberikan pesan-pesan visual. Kita semua
harus mampu menginterpretasikan makna yang terkandung dalam pesan visual untuk memberikan
respon yang cerdas. Dalam konteks pendidikan informasi visual juga sangat banyak. Oleh karena itu guru
maupun siswa perlu menguasai literasi visual untuk mendapatkan manfaat yang optimal.
literasi visual
literasi visual
Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi
teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi
visual dan audio- visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari
membanjiri kita, baik dalam bentuk cetak maupun noncetak, perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun
di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan
kepatutan.
Berpikir visual adalah kemampuan untuk mengubah pikiran, gagasan, dan informasi ke semua jenis
gambar, grafik, atau gambar lain yang membantu mengomunikasikan informasi yang terkait.
Visual belajar adalah proses belajar dari gambar dan media. Belajar Visual meliputi pembangunan
pengetahuan oleh siswa sebagai akibat dari melihat gambar visual yang diberikan.
Gambar Visual
Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata dan suatu konsep
Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep dan jenis hubungan (relasi )
Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep, hubungan (relasi ) dan
suatu proses
Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep, hubungan (relasi ), suatu
proses dan suatu struktur (susunan)
Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep, hubungan (relasi ), suatu
proses, suatu struktur (susunan) dan suatu fakta
Sebuah gambar visual dapat mewakili sebuah kata, konsep, hubungan, proses, struktur, fakta dan
biasanya menyerupai apa yang diwakilinya.
Dalam proses pembelajaran, gambar visual dapat membantu belajar karena lebih konkrit dari pada kata-
kata abstrak. Hasil penelitian menunjukkan pada kita bahwa, belajar / pembelajaran akan optimal ketika
siswa dapat :
mendengar,
melihat dan
membaca
Persepsi
Persepsi adalah proses pengumpulan informasi melalui indera kita, mengorganisasikannya dan
membuat kesimpulan sementara terkait pesan yang dikirimkan. Gambar visual masing-masing
membawa pesan yang bervariasi.
Persepsi dari semua orang terhadap suatu gambar visual tidak akan sama persis ketika mereka
melihatnya. Persepsi berbeda dari individu ke individu karena berbagai perbedaan pribadi, sosial-
ekonomi, dan budaya.
Perbedaan persepsi terhadap gambar visual dapat terjadi karena adanya filter penyaring. Filter
penyaring ini dapat terbentuk berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, dan pengalaman masa lalu. Semua ini
adalah contoh dari filter persepsi pribadi.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan
melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah,
Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat
(tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku
kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diluncurkan, diantaranya, untuk menjawab kualitas kemampuan
membaca peserta didik yang rendah berdasarkan hasil Progress in International Reading Literacy Study
(PIRLS) dan Programme for International Student Assessment (PISA).
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) terutama dimaksudkan untuk menginternalisasikan nilai-nilai budi pekerti
melalui isi teks yang dibaca peserta didik.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen.
Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan
ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru, membacakan buku dan warga sekolah
membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan
membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai
tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan
keterampilan reseptif maupun produktif.
Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah
yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Tujuan Khusus
c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah
mampu mengelola pengetahuan (Senge, 1990).
d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi
berbagai strategi membaca.
Sumber:
7-9 minutes
Pendidikan.Co.Id – Pada saat ini kita akan membahas mengenai Literasi, yang dilengkapi juga dengan
tujuan, manfaat, jenis, prinsip dan contoh dari literasi, untuk lebih jelasnnya baca artikel dibawah ini
sampai habis :
Pengertian-Literasi-Adalah-dan-Contohnya
Literasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk lebih membudidayakan gerakan membaca serta juga
menulis. Literasi sangat banyak sekali manfaatnya, salah satu keuntungan dari literasi ini diantaranya
adalah dapat melatih diri untuk dapat lebih terbiasa dalam membaca serta juga dapat membiasakan
seseorang (siswa) untuk dapat menyerap informasi yang dibaca dan dirangkum dengan menggunakan
bahasa yang dipahaminya.
Lebih jelasnya, pengertian literasi merupakan suatu kemampuan individu untuk dapat menggunakan
potensi serta ketrampilan dalam mengolah dan juga memahami informasi saat melakukan kegiatan atau
aktivitas membaca dan menulis.
Cordon
Literasi merupakan sumber ilmu yang menyenangkan yang mampu dalam membangun imajinasi
mereka untuk dapat menjelajahi dunia serta ilmu pengetahuan.
Goody
Kern
interprestasi,
kolaborasi,
konvensi,
pengetahuan kultural,
pemecahan masalah,
penggunaan bahasa.
Literasi meerupakan sutu kemampuan dari tiap individu dalam membaca, menulis, berbicara,
menghitung serta juga memecahkan suatu masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan didalam suatu
pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
UNESCO
Pemahaman orang mengenai makna literasi itu sangat dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi,
konteks nasional, nilai budaya serta juga pengalaman. Pemahaman umum dari literasi ialah seperangkat
keterampilan nyata, terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks
yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
NAEYC
Literasi merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dapat mendorong anak-anak untuk
berkembang sebagai pembaca serta penulis sehingga dalam hal ini sangat membutuhkan yang namanya
interaksi dengan seseorang yang menguasai literasi.
Alberta
Literasi ini bukan hanya sekedar kemampuan dalam membaca dan menulis tapi juga menambah
pengetahuan, ketrampilan serta kemampuan yang dapat membuat seseorang itu memiliki kemampuan
dalam berfikir kritis, mampu juga untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu juga
berkomunikasi dengan secara efektif dan mampu untuk dapat mengembangkan potensi serta
berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.
Tujuan Literasi
Setelah mengerti Pengertian Literasi tersebut, pasti sudah tergambar apa sih tujuan dari literasi ini,
namun untuk memperjelas dibawah ini akan dijelaskan tujuan literasi, diantaranya sebagai berikut:
Dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara membaca segala macam informasi yang
bermanfaat.
Dapat juga meningkatkan kepahaman seseorang didalam mengambil inti sari dari suatu bacaan.
Manfaat Literasi
Tujuan dari literasi itu sangat baik, lantas apa manfaat literasi, manfaat dari literasi diantaranya adalah :
Melatih dalam hal menulis serta juga merangkai kata yang bermakna.
Jenis-Jenis Literasi
Dibawah ini merupakan macam jenis Literasi, pada dasarnya literasi ini dibagi menjadi beberapa jenis
literasi, diantaranya sebagai berikut:
Literasi Dasar
Literasi dasar merupakan suatu kemampuan untuk membaca, mendengarkan, berbicara, menulis serta
juga menghitung. Literasi dasar ini bertujuan untuk dapat mengoptimalkan serta meningkatkan dalam
hal menulis, membaca, berbicara, menghitung serta juga mendengarkan.
Literasi Perpustakaan
Literasi perpustakaan ialah suatu kemampuan lanjutan untuk dapat mengoptimalkan literasi
perpustakaan yang ada. Literasi perpustakaan ini terdiri dari memberikan pemahaman mengenai cara
untuk dapat membedakan antara cerita non fiksi dan cerita fiksi, memahami penggunaan katalog serta
indeks dan juga memiliki pengetahuan didalam memahami informasi saat sedang menyelesaikan suatu
tulisan, penelitian serta lain sebagainya.
Literasi Visual
Literasi visual ialah suatu pemahaman yang lebih antara literasi media dan juga literasi teknologi yang
mengembangkannya dengan cara memanfaatkan materi visual.
Literasi Media
Literasi media merupakan suatu kemampuan untuk dapat mengetahui berbagai bentuk media yang
berbeda seperti media cetak, media elektronik dan lain sebagainya dan juga dapat mengerti
penggunaan dari masing-masing media yang ada tersebut.
Literasi Teknologi
Literasi teknologi merupakan suatu suatu kemampuan untuk dapat memahami kelengkapan dalam
suatu teknologi seperti contohnya hardware dan software, memahami juga cara mengakses internet
dan juga mengerti etika yang berlaku dalam penggunaan teknologi.
Prinsip-Prinsip Literasi
Menurut Beers (2009) didalam literasi sekolah itu menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut :
Sekolah yang menerapkan prinsip ini maka akan dapat menyadari bahwa siswa itu memiliki kebutuhan
yang berbeda antara satu sama lain. Untuk itu, dibutuhkanlah berbagai strategi membaca serta juga
variasi teks.
Dalam prinsip literasi ini, siswa akan dituntut untuk bisa/dapat berdiskusi mengenai suatu informasi
tertentu serta juga dalam diskusi membuka kemungkinan perbedaan pendapat serta akan diharapkan
dapat mengungkapkan perasaan serta pendapatnya untuk dapat melatih kemampuan berfikir lebih
kritis.
Program literasi ini ditunjukan oleh seluruh siswa jadi tidak bergantung pada kurikulum serta juga
membiasakan kegiatan atau aktivitas literasi merupakan kewajiban guru semua mata pelajaran.
Para siswa itu disediakan buku-buku yang bertemakan kekayaan budaya negara Indonesia dalam upaya
lebih mengenal budaya yang ada serta juga ikut dalam melestarikannya.
Contoh Gerakan Literasi
Dibawah ini merupakan beberapa contoh gerakan literasi yang dapat diterapkan di sekolah, diantaranya
sebagai berikut:
Nah itulah penjelasan mengenai Pengertian Literasi, Tujuan, Manfaat, Jenis, Prinsip, Contoh & Menurut
Ahli, semoga apa yang dijelaskan diatas dapat berguna untuk anda.
Aplikasi IPusnas
IPusnas merupakan layanan buku digital yang dapat dibaca di mana pun dan kapan pun oleh
masyarakat. Ada sekitar 508.030 buku, 291 penerbit yang tergabung dalam aplikasi iPusnas. IPusnas
dapat diakses secara gratis, terdapat buku-buku anak yang dapat dimanfaatkan untuk sumber bacaan
selama pembelajaran di rumah.
Lets Read
Platform buku digital yang didirikan oleh komunitas literasi dan The Asia Foundation ini berisi berbagai
cerita negara di Kawasan Asia, termasuk Indonesia. Lets Read memiliki berbagai macam buku cerita
daerah di berbagai negara Asia. Selain ada buku cerita berbahasa Indonesia, di dalamnya ada juga
Bahasa daerah, misalnya Bahasa Jawa, Sunda, Minangkabau dan Bali.
Literacy Cloud
Sebuah platform buku digital yang didirikan dengan tujuan untuk membantu proses kegiatan belajar-
mengajar selama pandemi. Platform ini dikembangkan oleh Room to Read bekerjasama dengan
Google.Org. Di dalam Literacy Cloud terdapat lebih dari 200 buku cerita digital yang dapat dimanfaatkan
oleh orang tua atau guru sebagai sarana menunjang kegiatan literasi di rumah.
Platform buku digital ini merupakan perpustakaan digital yang ditujukan untuk anak usia 3-11 tahun.
Oxford Owl Library memiliki berbagai genre buku yang beragam. Koleksi di Oxword Owl Library
kebanyakan berbahasa inggris sehingga dapat membantu anak untuk meningkatkan kemampuan Bahasa
Inggris.
Platform buku digital di masa pandemi sangat penting untuk mendukung pembelajaran daring siswa
selama di rumah. Tugas para pendidik adalah mendorong agar siswa dapat memanfaatkan waktunya
dengan membaca buku di platform buku digital. Salah satu caranya adalah dengan memberikan tugas
kepada siswa untuk membaca buku tertentu dan merangkumnya kemudian dikaitkan dengan mata
pelajaran tertentu. Selain itu, Guru bisa juga bekerja sama dengan orang tua supaya dengan memantau
anaknya tetap terjaga membaca buku selama pandemi.
Pemerintah menggaungkan pendidikan budi pekerti melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Sebagai salah satu implementasi
dari regulasi itu berupa pencanangan Gerakan Literasi Nasional (GLN) pada tahun 2016.
Berbarengan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Disdakmen)
mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) guna meningkatkan daya baca siswa. Sedangkan Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggerakkan literasi bangsa dengan menerbitkan buku-buku
pendukung bagi siswa berbasis kearifan lokal.
Untuk para guru, pada tahun 2017 Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK)
menggagas ‘Satu Guru Satu Buku’ (Sagusabu) untuk meningkatkan kompetensi kompetensi dan kinerja
guru dalam pembelajaran membaca dan menulis.
Sejauh ini apakah sudah sesuai harapan? Menurut penulis masih perlu kajian lebih mendalam tentang
keberhasilan Gerakan Literasi Nasional ini. Paling tidak dimulai dengan melihat sejauh mana kesadaran
para guru dan siswa dalam mengembangkan kegiatan literasi di sekolah masing-masing dalam
menyukseskan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) menuju tercapainya GLN.
Semua guru harus aktif di dalam kegiatan GLS di lingkungannya bekerja. Karena guru itu ‘digugu lan
ditiru’ maka harus dipercaya siswanya dengan memberi berbagai contoh dan teladan. Bila guru aktif
dalam berliterasi niscaya siswa-siswanya akan termotivasi mencontohnya.
Guru harus memiliki kesadaran penuh tentang literasi, agar kesadaran literasi lebih membumi dan tidak
hanya berhenti di dalam kelas. Guru harus memberi contoh dan memotivasi siswa ‘keluar dari kotak’
melalui kegiatan literasi.
Guru harus menyadari bahwa kegiatan literasi tidak sekedar membaca dan menulis. Namun banyak
kegiatan berbau literasi. Seperti perpustakaan, majalah dinding, pojok baca, Baca Tulis Al-Quran, resensi
buku, sinopsis, sinematografi, jurnalistik, hingga Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).
Guru haru menyadari sepenuhnya bahwa kegiatan literasi adalah mengembangkan kegiatan bernalar,
dan kegiatan-kegiatan tersebut bisa melalui ekstra kurikuler. Kemudian dikembangkan dengan
mengikuti atau bahkan mengadakan berbagai lomba bertema literasi.
Guru harus mampu menggairahkan literasi kepada para siswanya. Tentu semua harus dimulai dari diri
sendiri. Selanjutnya ditularkan kepada siswa dan seluruh warga sekolah. Sehingga guru harus berani
memulai dan berani menjadi contoh bagi lingkungannya.
Aktivitas nyata literasi yang dilakukan guru harus selalu tampak dalam aktivitas kesehariannya. Seperti
meminjam buku-buku di perpustakaan atau menggiatkan majalah dinding di sekolah. Meskipun terkesan
sepele namun sebenarnya hal itu adalah awal yang besar.
Dengan memulai menulis di majalah dinding baik bagi guru dan siswa merupakan awal berliterasi
menuju kegiatan selanjutnya yang lebih besar. Hingga menuju Sagusabu dan Samusabu (Satu Murid Satu
Buku).
Salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan di sekolah dan di luar sekolah adalah kegiatan jurnalistik.
Harus dipahami bahwa kegiatan jurnalistik bukan belajar menjadi wartawan atau jurnalis. Namun lebih
kepada belajar menulis yang nantinya berguna ketika terjun di berbagai bidang kehidupan.
Jurnalis itu terkait dengan dunia baca dan tulis. Artinya memiliki kemampuan jurnalistik berarti memiliki
kemampuan sebagai pembaca dan penulis. Kedua hal itu harus dimiliki oleh guru dan siswa.
Membaca tidak hanya membaca buku, majalah, atau berita online, namun kemampuan membaca
sunatullah, yaitu alam sekitar kita. Menulis pun bukan hanya menulis laporan (reportase), berita saja.
Namun mampu menulis sesuatu dari pikiran dan gagasannya. Misalnya menulis opini, artikel, buku, atau
pun karya sastra, seperti puisi, cerita pendek, atau novel.
Kesadaran berliterasi harus benar-benar tertanam dalam sanubari guru dan siswa. Semua dimulai
dengan keyakinan dan keberanian untuk memulai. Ingat penulis pernah mengatakan, ‘perjalanan satu
mil dimulai dari satu langkah’. Selamat memulai, salam literasi!
1. Menurut Cordon
Literasi merupakan sumber ilmu menyenangkan yang mampu membangun
imajinasi mereka untuk menjelajahi dunia dan juga ilmu pengetahuan.
2. Menurut Goody
Literasi ialah kemampuan untuk membaca dan juga menulis
3. Menurut Kern
Literasi terdapat 7 prinsip pendidikan antara lain ialah literasi melibatkan
interprestasi, konvensi, kolaborasi, pemcahan masalah, pengetahuan kultural,
relaksi dan juga refleksi seta penggunaan bahasa
4. Menurut UNESCO
Pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian
akademik, konteks nasional, instritusi, nilai-nilai budaya dan juga pengalaman.
Pemahaman untum dari literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama
erlepada dari konteks dimana keterampilan itu diperoleh dan juga siapa yang
memperolehnya
5. Menurut alberta
Literasi bukan hanya sekedar kemampuan untuk membaca dan jug menulis,
akan tetapi menambah pegetahuan, keterampilan dan juga kemampuan yang
bisa membuat seseorang mempunyai kemampuan berfikir kritis, memapu
memecahkan maslah dalam berbagai konteks, dan mampu berkomunikasi
secara efekti dan juga mempu mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif
dalam kehidupan masyarakat.
Tujuan Literasi
Adapun tujuan literasi ialah sebagai berikut ini;
Manfaat Literasi
Manambah kosa kata
Manambah wawasan dan juga informasi baru
Mengopimalkan kerja otak
Meningkatkan kemampuan interpersonal.
Mengembangkan kemampuan verbal
Mempertajam diri dalam menangkap makna dari suatu informasi yang
sedang dibaca.
Melihat kemampuan berfikir dan juga menganalisa
Melatih dalam hal menulis dan juga merangkai kata-kata yang bermakna
Menningkatkan fokus dan juga konsentrasi
Jenis-jenis Literasi
Literasi dibagi menjadi 5 diantaranya yaitu:
1. Literasi Dasar
Literasi dasari ini merupakan kemampuan untuk membaca, berbicara,
mendengar, menulis dan jga menghitung. Literasi dasar bertujuan untuk
mengoptimalkan dan juga meningkatkan dalam hal menulils, berbicara,
membaca, menhitung dan jugan mendengarkan.
2. Literasi Perpustakaan
Literasi perpustakaan ini merupakan lanjutan untuk mengoptimalkan litersi
perpustakaan yang ada. Literasi perpustakaan yakdi terdiri dari memberikan
pemahaman mengenani cara untuk membedakan antara cerita non foksi dan
juga cerita fiksi memahami penggunaan katalog dan indeks juga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika saat menyelesaikan sebuah
tulisan penelitian
3. Literasi Visual
Literasi visual merupakan pemahaman yang dilakukan antara literasi media dan
jga literasi teknologi yang mengembangkan dengan cara manfaat materi visual.
4. Literasi Media
Adalah kemampuan utnuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda
seperti media cetak, media elektronik dan lainnya,
5. Literasi Teknologi
Ialah salah satu kemampuan untuk memahami kelengkapan dalam suatu
teknologi seperti hardwar dan juga sofware, mamahami cara mengakses internet
dan juga mengerti etika yang belaku dalam penggunaan teknologi.
Anggota Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sofie Dewayani,
mengatakan fenomena literacy loss dan learning loss terjadi terutama di daerah terpencil. Salah satunya
adalah menurunnya kemampuan membaca siswa.
"Ya betul memang meskipun Kemdikbud belum melakukan penelitian secara serius dengan sampling
yang representatif, memangsekolah dan guru melaporkan terutama didaerah terpencil siswa menurun
kemampuan literasinya misalnya siswa kelas 4 kemampuan membacanya menurun. Kita bicara dua ya,
literacy loss dan learning loss." kata Sofie kepada Tagar, Senin, 26 Juli 2021.
Pendiri Litara Foundation ini menjelaskan bahwa literacy loss menurut kajian global, penurunan
kemampuan membaca ini terkait dengan kemampuan anak-anak di Sekolah Dasar (SD) kelas awal
hingga kelas tinggi di beberapa daerah di Indonesia. Sementara learning loss ini lebih kepada
kemampuan belajar secara umum, juga relevan untuk jenjang yang menengah termasuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Fenomena ini, kata Sofie, juga sudah dilaporkan oleh sekolah-sekolah terutama di daerah yang
terkendala dengan akses dan jaringan. Kendala lainnya yakni sebagian orang tua belum memiliki
pengalaman dalam menerapkan perkembangan teknologi, terutama pembelajaran jarak jauh di era
pandemi Covid-19.
"Ini sudah menjadi perhatian serius ya terkait literasi dan learning loss di masa pandemi ini. Ini patut
dapat perhatian serius, terutama PPKM juga diperpanjang sehingga tadinya sekolah sudah
merencanakan dan sudah melakukan simulasi Pertemuan Tatap Muka (PTM) terbatas malah sekarang
membatalkan," katanya.
Solusi
Sofie mengatakan, literacy loss sudah dibuktikan dalam beberapa kajian dari banyak penelitian
kolaborasi seperti di China dan Amerika. Para siswa diperkenalkan dengan program membaca buku
apabila orang tua tidak bisa mendampingi dalam mengawal belajar anak. Dan guru kemudian juga
mengakses siswa paling tidak, siswa hanya diminta untuk membaca atau dipastikan mereka setiap hari
memiliki buku-buku di rumah.
"Nah ini sudah dilakukan pendistribusian buku dan perpustakaan sekolah tetap buka dan buku dikirim
melaui kurir atau orang tua yang dititipi buku. Ini membantu memitigasi literacy loss misalnya di China
untuk siswa kelas awal (SD). Karena buku-buku ini kan tinggal di bacakan saja ya, kalau bukunya sesuai
dengan jenjang kemampuan membaca, artinya buku-buku yang sesuai jenjang seperti buku yang banyak
gambarnya," ujarnya.
Ini sudah menjadi perhatian serius ya terkait literasi dan learning loss di masa pandemi ini.
Sofie menegaskan, langkah tersebut efektif dalam memitigasi literacy loss. Pihaknya berharap ada upaya
lain yang dilakukan oleh kalangan guru yang juga melibatkan peran berbagai kelompok anggota
masyarakat yang dibantu aparat desa dalam melakukan pemetaan atas siswa yang membutuhkan
bantuan. Terutama di mana yang orang tuanya belum memiliki kapasitas belajar online untuk bisa
dikunjugi kerumah-rumah kalau sekola belum buka.
"Kegiatan sederhana ini bisa memitigasi literacy loss. Syukur-syukur kalau ada upaya lain misalnya guru
membacakan cerita kemudian direkam dikirim lewat WA atau kalau mungkin, guru melakukan multishift
bergantian atau guru melibatkan anggota masyarakat misalnya pegiat literasi. Nah kita perlu inovasi-
novasi seperti ini dilakukan dibanyak tempat," ujarnya. []
Membangun Budaya Membaca di Sekolah
Global Knowledge - Podcast ini didukung oleh QUT Podclass sebagai seri terbaru dari podcast gratis yang
dibawakan langsung oleh Madonna King dan diperuntukkan bagi siapapun yang memiliki minat
mengajar termasuk pembahasan tentang cara mengelola pengembangan karir hingga mendorong
keterlibatan siswa di dalam kelas.
RV: Halo dan terima kasih telah mengunduh podcast ini dari Majalah Teacher. Saya Rebecca Vukovic
(RV).
Dr. Margaret Merga (MM), terima kasih telah bergabung dengan Majalah Teacher.
RV: Pada kesempatan kali ini, kita akan mengulas penelitian Anda yang membahas tentang cara
menciptakan budaya membaca di sekolah dari sudut pandang guru pustakawan (teacher librarians−TL).
Pertama-tama, apa tujuan dari penelitian ini?
MM: Melalui penelitian ini, kami sebenarnya ingin mengetahui pendapat guru pustakawan tentang
peran sekolah yang dapat membangun budaya membaca efektif dan positif. Berdasarkan penelitian
yang telah telah ada sebelumnya, sekolah umumnya tidak selalu bertumpu pada kegiatan membaca saja
karena masih banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan tingkat praktik membaca di
sekolah. Seperti yang kita tahu, jika seseorang memiliki tingkat praktik membaca yang tinggi, maka
tingkat keterampilan literasi juga dapat meningkat. Oleh sebab itu, kami sangat tertarik untuk
mengetahui perspektif guru pustakawan, apalagi mereka berada langsung di lingkungan sekolah,
khususnya di perpustakaan, dan mengetahui seperti apa praktik membaca di lingkungan sekolah.
RV: Lalu, bisakah Anda bercerita sedikit lebih banyak tentang penelitan tersebut? Seperti siapa saja yang
terlibat, di mana penelitian tersebut dilakukan, dan kapan penelitian tersebut dilakukan?
MM: Tentu. Pada dasarnya, kami memiliki 30 peserta dari 30 sekolah di Australia Barat yang tidak hanya
berasal dari wilayah metropolitan saja tetapi juga nonmetropolitan. Dalam rangka mendapatkan sampel
yang bisa mencakup dan mewakili keberagaman geografis di Australia Barat, kami melalakukan
penelusuran bahkan hingga ke perbatasan Australia Barat. Penelitian ini dilakukan di awal tahun 2018,
sekitar bulan Maret hingga Juni, dan sejak saat itu telah ditemukan sejumlah temuan yang diterbitkan di
berbagai artikel jurnal dan buku terkini.
RV: Jadi apa saja pertanyaan-pertanyaan yang Anda ulas dalam penelitian ini?
MM: Sehubungan dengan penelitian ini, kami tertarik khususnya pada persepsi guru pustakawan
tentang budaya membaca di sekolah. Berbagai pertanyaan seperti karakteristik-karateristik sekolah yang
mendorong terciptanya budaya membaca dan peran pimpinan sekolah dalam mendorong budaya
membaca di sekolah diulas dalam penelitian ini.
RV: Saya ingin membahas setiap temuan dalam penelitian ini yang dapat Anda jelaskan lebih rinci nanti.
Yang pertama adalah anggaran dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan. Mengapa anggaran dan
alokasi sumber daya dianggap sebagai investasi dalam budaya membaca di sekolah?
MM: Nah, membaca bagi anak muda, baik mereka yang masih duduk di bangku sekolah dasar maupun
menengah, harus datang dari sebuah kesempatan. Jadi, mereka perlu memiliki akses untuk mengetahui
dan membaca buku-buku terkini dan menarik yang sesuai dengan minat mereka sendiri. Mereka juga
perlu membaca di tempat yang kondusif. Jika perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai
dan ruang yang nyaman untuk membaca, maka akan ada kesempatan membaca dan praktik membaca
akan terlaksana. Selain sumber daya yang memadai untuk menyediakan ruang baca yang kondusif,
sekolah juga memastikan adanya fasilitas yang memadai guna mendukung terjadinya suasana membaca
yang kondusif yang nantinya dapat memberikan efek positif untuk membangun budaya membaca di
sekolah.
RV: Dan temuan berikutnya yang ingin Saya bahas adalah pentingnya memiliki pimpinan sekolah yang
menyadarari pentingnya membaca. Mengapa?
MM: Pertama-tama yang jelas adalah menjadi contoh bagi para penghuni sekolah lainnya. Kita semua
tahu bahwa sikap para pemimpin dan apa yang mereka lakukan sering dijadikan contoh, tidak hanya
oleh staf, tetapi juga siswa dan masyarakat luas. Jadi, jika kepala sekolah adalah sesorang yang
menunjukkan dukungan besar untuk membaca, seperti kasus-kasus yang saya sebutkan di penelitian ini,
kepala sekolah bisa aktif memberikan buletin kepada orang tua tentang pentingnya orang tua yang
memberikan dukungan membaca untuk mendorong anak-anak mereka agar membaca di rumah. Dalam
kasus ini, orang tua benar-benar bertindak sebagai pendorong yang mampu membuat anak-anak
mereka membaca selain untuk kegiatan pembelajaran di sekolah, baik di dalam sekolah maupun di luar.
Jadi mereka meberikan contoh agar dapat ditiru oleh para siswa.
Selain itu, dengan adanya minat tinggi untuk membaca dan pemahaman kuat tentang hubungan antara
membaca dan manfaatnya bagi kemampuan literasi seseorang, kami menganggap para pimpinan harus
dapat memcontohkan perilaku dan sikap positif terhadap membaca dalam lingkungan sekolah. Lalu,
komitmen sumber daya itu dan sikap para pemimpin itu sendiri diyakini ada kaitannya dengan praktik
membaca.
RV: Berikutnya adalah dukungan dan keterlibatan membaca aktif, yang Saya yakin telah dibahas sedikit
sejak tadi. Tetapi, mengapa penting bagi para pimpinan untuk mendukung dan berperan aktif dalam
kegiatan membaca di sekolah?
MM: Pertama-tama, agar membaca memiliki manfaat lain di sekolah selain sebagai syarat ujian and
pembelajaran di kelas–di sinilah kita perlu menanamkan pola pikir bahwa membaca harus dilakukan
secara terus-menerus dan mendorong anak muda kita untuk menerapkan pola pikir ini. Maka dari itu,
kita harus menjadikannya prioritas utama. Dengan demikian, dukungan membaca aktif dan keterlibatan
dari para pemimpin dinilai sangat penting karena sekolah merupakan tempat di mana banyak aktivitas
berlangsung.
Dengan adanya tuntutan-tuntutan lain di sekolah dan jika ingin memunculkan minat membaca dan
menjadikan membaca sebagai prioritas, praktik membaca harus mampu bersaing dengan kegiatan
lainnya. Selain itu, kita juga harus memiliki pemahaman kuat tentang manfaat dan pentingnya
mendorong praktik membaca di sekolah.
RV: Selanjutnya tentang karakteristik budaya membaca. Penelitian ini menguraikan empat karakteristik
yang juga Saya ingin bahas. Pertama, ‘bekerja sama untuk membangun budaya membaca’. Apa
maksudnya?
MM: Kami tahu Kurikulum Australia memandang literasi sebagai prioritas sekolah secara keseluruhan.
Dengan demikian, itu seharusnya menjadi Kemampuan Umum yang berlaku di semua bidang disiplin
kita. Namun, kita tidak mengetahui apakah kurikulum tersebut diberlakukan sebagai pendekatan di
sekolah secara keseluruhan.
Jadi yang kami inginkan adalah memiliki sekolah di mana pengembangan budaya membaca dianggap
sebagai suatu hal penting yang tidak hanya diterapkan di perpustakaan dan di kelas bahasa Inggris,
tetapi di mana semua staf dan pimpinan benar-benar fokus untuk menciptakan budaya semacam itu.
Dan bahkan di luar sekolah dengan cara melibatkan orang tua dan wali untuk mewujudkan budaya
membaca di rumah.
MM: Sama halnya dengan kepemimpinan dan menjadi contoh bagi orang lain, memiliki staf memberikan
dukungan membaca, sekali lagi, dapat memiliki pengaruh besar pada siswa. Seperti yang kita tahu dari
penelitian sebelumnya, anak-anak yang membaca di rumah tidak semuanya menerapkan model
membaca positif di rumah karena setiap siswa memiliki berbagai latar belakang dengan orang tua yang
juga memiliki beragam kondisi. Seperti itulah kenyataannya.
Terlepas dari kondisi tersebut, selain penting bagi orang tua untuk menjadi contoh bagi anak-anak
mereka di rumah, juga sangat penting bagi kita untuk memikirkan apa yang dapat kita lakukan di
sekolah, karena kita memerlukan staf yang dapat menunjukkan bahwa membaca adalah hal yang
menyenangkan dan dapat dijadikan hobi. Seperti, membaca dapat meningkatkan kosa kata seseorang
dan membaca bisa menyenangkan jika dilakukan secara teratur. Karena jika kita belum menganggap
membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan seseorang, maka
kita belum tentu dapat mendorong anak muda untuk menjadi pembaca aktif.
RV: Dan ini berkaitan erat dengan karakteristik berikutnya yaitu ‘dukungan orang tua untuk membaca’.
MM: Tepat. Di tahap inilah guru pustakawan memiliki peran penting untuk benar-benar membina
hubungan antara sekolah dan rumah. Seperti yang kita tahu dari penelitian sebelumnya, banyak orang
tua tidak terlalu sadar akan pentingnya mendorong anak-anak mereka untuk terus membaca di rumah
saat usia dini, terutama setelah anak-anak mereka dapat belajar membaca secara mandiri.
Ada sebuah konsep yang disebut ‘ekspektasi kedaluwarsa’ atau expired expectations yang Saya temukan
dalam penelitian sebelumnya. Konsep ini dikutip dari sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Australian
Journal of Education dan menjelaskan bahwa kita sering memiliki kesalahpahaman bahwa begitu anak-
anak muda sudah dapat belajar membaca, orang tua berhenti mendorong anak-anak mereka untuk
terus membaca. Jadi, ini sebenarnya sesuatu yang berlaku baik di sekolah dan rumah–bahwa setelah
kita belajar membaca, kita hanya membaca untuk memenuhi kegiatan pembelajaran dan tidak terlalu
menekankan pentingnya membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan atau hobi dan latihan
membaca yang teratur. Dengan ini kita perlu menunjukkan kepada orang tua bahwa penting bagi
mereka untuk terus mendorong anak-anak mereka untuk membaca sejak dini. Dengan itu kita bisa
menunjukkan manfaat dan betapa menyenangkannya praktik itu.
RV: Dan yang terakhir adalah ‘membaca dalam hati’ atau membaca senyap. Apa yang membedakan
membaca dalam hati dengan yang lainnya?
MM: Nah, membaca dalam hati berkaitan erat dengan manfaat untuk penguasaan keterampilan literasi.
Dan itu jelas karena jika kita tahu kita memiliki kesempatan untuk membaca, maka kita juga memiliki
kesempatan untuk membangun keterampilan membaca kita. Tetapi sangat sulit untuk terus mendorong
praktik membaca dalam hati di sekolah-sekolah karena berbagai hal seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Kita perlu benar-benar memprioritaskan untuk memberikan kesempatan, karena kita tahu
dari beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa bagi sebagian siswa, kesempatan membaca
dalam hati di sekolah adalah satu-satunya kesempatan membaca yang mereka miliki. Mereka belum
tentu memiliki suasana kondusif untuk membaca di rumah, mereka mungkin memiliki keterbatasan
buku, atau mereka mungkin memiliki kegiatan atau tuntutan lainnya sehingga tidak memiliki
kesempatan untuk membaca dalam hati.
Jadi, jika kita dapat memberikan kesempatan untuk membaca secara mendalam dan berkelanjutan di
sekolah, kita tidak hanya ingin memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal kosa kata tetapi
kita juga memberitahu mereka bahwa itu adalah salah satu hal yang cukup penting untuk membangun
pemahaman membaca mereka, mulai dari kurikulum hingga penerapannya di latihan.
RV: Jadi, apa saran untuk para guru atau guru pustakawan yang mendengarkan podcast ini agar dapat
memulai untuk mengembangkan dan meningkatkan budaya membaca di sekolah mereka?
MM: Idealnya, hal pertama yang bisa dilakukan adalah melibatkan dukungan para pimpinan. Jika belum,
beritahu mereka agar mereka paham bahwa posisi mereka sebagai pimpinan di sekolah sangat penting
dengan bertindak sebagai contoh dan pemberi dorongan membaca bagi para siswa. Misalnya, salah satu
guru pustakawan dalam penelitian ini menceritakan bahwa pimpinan mereka mengunjungi dan
membacakan sesuatu kepada siswa kelas satu saat Book Week dan menghasilkan kesan yang dapat
membuat anak muda tahu akan pentingnya membaca. Dengan demikian, keterlibatan kepemimpinan
sangat dibutuhkan.
Selain itu, jika bisa menjamin ketersediaan sumber daya dan mendorong kegiatan membaca dalam hati
di sekolah akan memberikan efek positif untuk menciptakan budaya yang mendukung praktik membaca.
Namun, keterlibatan staf dalam mendukung budaya membaca juga besar. Sejatinya, tidak mungkinkan
untuk mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah, tetapi setidaknya Anda dapat menjadikan staf
sebagai pendorong dan contoh untuk membaca aktif demi terciptanya praktik membaca di kelas. Hal ini
tentunya akan menjadi langkah positif dan kuat untuk membangun budaya membaca di sekolah.
Dan lagi, seperti yang telah Saya tekankan sebelumnya, dapat secara aktif melibatkan dukungan dari
keluarga akan sangat membantu.
Perlu ditekankan bahwa ini merupakan tanggung jawab seluruh jajaran sekolah demi bergerak menuju
budaya membaca di seluruh sekolah.
RV: Sangat membantu. Baik, Dr Margaret Merga, terima kasih telah membagikan pengetahuan dan
wawasan tentang keahlian Anda dengan majalah Teacher.
Dan jika Anda ingin mendengarkan podcast-podcast Teacher lainnya, Anda bisa menemukan kami
dengan mengetik ‘Teacher ACER’ di berbagai platform seperti Apple Podcasts, SoundCloud, dan
sekarang tersedia juga di Spotify.
Anda telah mendengarkan podcast dari majalah Teacher, didukung oleh QUT Podclass sebagai seri
terbaru dari podcast gratis tentang belajar-mengajar dan guru. Bergabunglah dengan kami karena kami
membahas tips dan trik untuk mengelola kesejahteraan guru, menemukan mentor karir yang tepat, dan
mendorong keterlibatan siswa di kelas.
(Bagus Priambodo/Sumber terjemahan: Jelita (Jendela Literasi Kita)/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari
Google Image)
KARAMEL 2021 (Kompetisi Perpustakaan Generasi Milenial)
Program Studi D3 Perpustakaan Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret menyelenggarakan kompetisi
mahasiswa perpustakaan tingkat nasional dengan 3 pilihan lomba:
ESAY
POSTER
1. Literasi di perpustakaan
VIDEO
1. Story telling
TIMELINE
Gerakan Literasi Sekolah
Guru Sekolah Dasar akan menjadi sosok yang dicintai muridnya apabila
mampu menampilan sosok figur guru yang menyenangkan.
Berbagai hal dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing
pribadi seorang guru, mendongeng adalah salah satunya. Dongeng adalah
dunia yang begitu dekat dengan anak-anak.
Hampir tidak ada anak yang tidak suka mendongeng ataupun menyaksikan
sebuah dongeng. Dongeng akan lebih hidup apabila diperankan, karena jika
hanya dibaca mungkin sebagian anak akan merasa bosan.
Walaupun dongeng itu sangat menarik sehingga jarang anak merasa bosan.
Guru bisa saja mengambil satu buku yang ada di perpustakaan sekolah dan
secara tiba-tiba mengundang siswanya mendekat kemudian mendongeng.
Nah, disini siswa akan mera mendapatkan surprise atau kejutan. Anak-anak
senang sekali dengan kejutan.
Harus ada Reward atau penghargaan untuk setiap kegiatan yang dilakukan.
Penghargaan akan memcau semangat siswa untuk mengikuti setiap kegiatan
dengan baik.
Demikianlah ulasan dari pengajar.co.id mengenai gerakan literasi sekolah,
semoga bisa bermanfaat untuk anda.
INDEKS literasi Indonesia saat ini masih belum menunjukkan perbaikan. Hal ini terlihat dari
data Program for International Student Assessment (PISA), yaitu indeks literasi Indonesia
masih berada di peringkat ke-62 dari 70 negara. Menurut data Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemenkominfo) pun indeks literasi digital
Indonesia masih berada di level sedang.
Indeks literasi Indonesia yang masih jauh dari harapan ini dapat ditingkatkan dengan
hadirnya perpustakaan digital. Kehadiran perpustakaan digital ini bertujuan meningkatkan
minat membaca masyarakat Indonesia.
Transformasi digital ini diperlukan agar perpustakaan bisa semakin mendekatkan diri
kepada masyarakat dalam meningkatkan minat mencari informasi. Transformasi digital juga
dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mengakses literasi yang
dibutuhkan. Dok Media Indonesia
(WWD)
Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando mengatakan, penerima DAK Fisik Subbidang
Perpustakaan Daerah diminta agar berkomitmen dan menjaga semangat dalam melaksanakan
pengembangan perpustakaan sesuai dengan usulan yang diajukan.
Dia mencontohkan, Kabupaten Bombana yang membangun gedung fasilitas layanan perpustakaan
menggunakan DAK yang bersumber dari APBN, pada 2020. Komitmen Bupati Bombana serta
hubungan dengan DPRD yang terjalin baik, membuat pengembangan perpustakaan bisa berjalan
sesuai yang ditetapkan, meski ada refocusing anggaran DAK Fisik Subbidang Perpustakaan Daerah
Tahun 2020.
"Ini yang kami apresiasi, bagaimana perhatian dan kebijakan pemerintah daerah untuk bisa memiliki
semangat yang jauh lebih, untuk melaksanakan ketika disetujui anggarannya. Jangan semangatnya
ketika mengajukan permintaan ke Perpusnas yang disetujui oleh Kemenkeu dan Bappenas," ujar
Syarif, dalam webinar bertajuk 'Sinkronisasi Usulan DAK Fisik Bidang Pendidikan Subbidang
Perpustakaan Tahun Anggaran 2022' yang diselenggarakan virtual pada Selasa (10/8/2021).
DAK Fisik Subbidang Perpustakaan Daerah merupakan dana yang dialokasikan dalam APBN kepada
daerah tertentu, untuk membantu mendanai kegiatan bidang pengembangan perpustakaan yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan Prioritas Nasional.
DAK dinilai menarik bagi dinas perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota, terbukti dari banyaknya
proposal yang masuk untuk tahun anggaran 2022. Pada tahun 2022, pagu DAK Fisik
Subbidang Perpustakaan Daerah senilai Rp549.998.235.000. Penerima DAK Fisik Subbidang
Perpustakaan Daerah Tahun Anggaran 2022 sendiri belum ditetapkan.
"Sehingga perlu dipahami betul bahwa anggaran yang sangat terbatas ini, tujuan mulianya adalah
bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsa kita di dalam percaturan global," jelasnya.
Pentingnya Literasi
Syarif juga mengatakan, literasi merupakan bagian penting dalam percaturan global. Literasi tertinggi
suatu bangsa adalah ketika mampu menciptakan barang dan jasa bermutu yang bisa dipakai dalam
kompetisi global. Menurutnya, globalisasi menuntut inovasi dan teknologi terbaru. Wawasan
masyarakat bisa terbuka melalui literasi.
"Jadi kita jangan memahami perpustakaan sebagai deretan buku baru, ditaruh di rak-rak, dan sampai
membusuk. Waktu membusuk, pustakawan minta anggaran untuk konservasi. Tidak. Kita sudah
mengubah paradigma perpustakaan menjadi 10 persen untuk management collection, 20 persen
untuk management knowledge, dan 70 persen untuk transfer knowledge," urainya.
Ada enam menu yang tersedia dalam DAK, yakni pembangunan gedung fasilitas layanan, perluasan
gedung fasilitas layanan, renovasi gedung fasilitas layanan, pengadaan perabot fasilitas layanan
perpustakaan, pengadaan teknologi dan informasi (TIK) layanan perpustakaan, serta pengembangan
bahan perpustakaan umum.
DAK diberikan dengan tujuan yakni pemerataan layanan perpustakaan umum yang berkualitas di
provinsi dan kabupaten/kota, peningkatan akses literasi informasi terapan dan inklusif masyarakat,
peningkatan pemanfaatan TIK untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, serta
peningkatan kualitas dan keberagaman koleksi perpustakaan sebagai sumber pengetahuan dan
pembelajaran masyarakat.