Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TATA KELOLA DAN MANAJEMEN RISIKO

IMPLEMENTASI DAN PENGUKURAN GOOD GOVERNANCE

Disusun oleh :

1. Novita Sari 7211417032


2. Fadilla Dharma W. 7211417033
3. Mei Dewi Lutfia 7211417036
4. Winda Islamiati 7211417037
5. Yatita Hana Paramesthi 72114170

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Implementasi dan Pengukuran Good Governance” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Kelola
dan Manajemen Risiko.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan,


terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang menunjang. Penyusun telah
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai
manusia biasa, penyusun tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi
teknik penulisan maupun tata bahasa. Walaupun demikian, penyusun berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini meskipun sangat sederhana.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para
pembaca pada umunya. Sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,
penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif dan
membangun dari pembaca, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang.

Semarang, 26 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Implementasi Sarbanes-Oxley........................................................... 4
B. Implementasi Sustainability Reporting............................................. 5
C. Implementasi Whistleblowing System.............................................. 6
D. Peluang dan tantangan GCG............................................................. 7
E. GCG Award....................................................................................... 9
F. Pengukuran Good Governance.......................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya penerapan Good Corporate Governance telah menjadi


perhatian bagi dunia bisnis di setiap negara. Isu ini terus dikaji oleh pelaku
bisnis, akademis, pembuat kebijikan dan lain sebagainya. Pemahaman tentang
praktik Corporate Governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Istilah
Corporate Governance itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini
dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi
praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Corporate Governance
merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis,
yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan
direksi, para pemegang saham dan stakeholder lainnya. Komite Cadbury
(1992) mendefinisikan Corporate Governance yang diterjemahkan oleh Tjager
Nyoman:12 (2003) sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholder. Hal ini berkaitan
dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham,
dan sebagainya.

Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat


untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate Governance
yang baik dapat memberikan rangsangan bagi dewan dan manajemen untuk

1
mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang
saham harus mengfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong
perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien. Menurut
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-
MBU/2002, Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan etika. Jadi dapat disimpulkan dari
beberapa pengertian di atas adalah bahwa Good Corporate Governance adalah
suatu struktur atau sistem tata kelola yang baik dengan proses yang transparan
dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk meningkatkan nilai
tambah bagi para stakeholders.

Selain itu, Good Corporate Governance juga sangat baik jika


diterapkan dalam berbagai hal dan aktivitas perusahaan. Misalkan
pengimplementasian Sarbanes-Oxley (SOX), Sustainability Reporting,
Whistleblowing System dan hal-hal lainnya. Namun ada pula pengukuran
Good Governance yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk mengetahui
apakah Good Governance yang diterapkan oleh perusahaan tersebut sudah
sesuai harapan atau belum. Oleh karena itu, penyusun akan membahas
mengenai implementasi dan pengukuran Good Governance dalam makalah ini
agar kita semakin mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan hal
tersebut.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi sarbanes-oxley?
2. Bagaimana implementasi sustainability reporting?
3. Bagaimana implementasi whistleblowing system?
4. Apa peluang dan tantangan GCG?
5. Apa yang dimaksud dengan GCG award?
6. Bagaimana pengukuran good governance?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sarbanes-oxley.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sustainability reporting.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi whistleblowing system.
4. Untuk mengetahui apa saja peluang dan tantangan GCG.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan GCG award.
6. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran good governance.
D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui bagaimana implementasi sarbanes-oxley dalam perusahaan.
2. Mengetahui bagaimana implementasi sustainability reporting dalam
perusahaan.
3. Mengetahui bagaimana implementasi whistleblowing system dalam
perusahaan.
4. Mengetahui apa saja peluang dan tantangan GCG.
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan GCG award.
6. Mengetahui bagaimana cara pengukuran good governance dalam
perusahaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Implementasi Sarbanes-Oxley

Undang-undang Sarbanes-Oxley yang sering disingkat sebagai SOX


adalah undang-undang federal Amerika Serikat. Undang-undang tersebut
mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan pengungkapan
informasi pada perusahaan publik. Tujuan utama SOX adalah meningkatkan
kepercayaan publik terhadap implementasi prinsip GCG di perusahaan yang
telah go public. SOX dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam pelaporan
keuangan yang biasanya bermula dari kecurangan akuntansi dan juga dapat
menjamin adanya kepastian terhadap integritas pelaporan keuangan.

Pada tahap awal implementasi SOX, perusahaan perlu menjalankan 3


hal berikut :

1. Melakukan pemisahan fungsi, yaitu pengaturan ruang lingkup


tanggung jawab, wewenang, serta akses pemakai terhadap
informasi perusahaan.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, terutama yang
berkaitan dengan implementasi pengendalian internal. Hal ini
mencakup pemberian akses yang lebih luas kepada departemen
audit internal.
3. Menjaga integritas atas siklus pelaporan keuangan. Dalam hal ini
perusahaan dapat menerapkan pemrosesan data secara elektronik,
sehingga pelaporan keuangannya semaksimal mungkin aktivitas
atau proses transaksi dan pelaporan keuangan yang bersifat
manual.

4
B. Implementasi Sustainability Reporting
Sustainability reporting adalah pelaporan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan serta upaya perusahaan untuk
menjadi perusahaan yang akuntabel bagi semua pemangku kepentingan untuk
tujuan kinerja perusahaan menuju pembangunan yang berkelanjutan. Proses
penyajian sustainability reporting dilakukan melalui 5 mekanisme, yaitu :
1. Penyusunan kebijakan perusahaan
2. Tekanan pada rantai pemasok
3. Keterlibatan pemangku kepentingan
4. Voluntary codes
5. Mekanisme lain misalnya rating dan benchmarking

Global reporting Initiative (GRI) telah mengeluarkan panduan yang


dapat digunakan untuk mengukur praktik manajemen keberlanjutan berupa
GRI sustainability reporting guidelines dengan menunjukkan beberapa elemen
penting yang berhubungan dengan 3 aspek, yaitu ekonomi, lingkungan dan
manusia atau triple bottom line. Ada dua hal yang dapat mendorong
perusahaan menerapkan CSR, yaitu bersifat dari luar perusahaan dan dari
dalam perusahaan. Termasuk kategori pendorong dari luar, misalnya adanya
regulasi, hukum dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan.
Pendorong dari dalam perusahaan terutama bersumber dari perilaku
manajemen dan pemilik perusahaan, termasuk tingkat kepedulian perusahaan
untuk membangun masyarakat sekitar.

Melalui penerapan sustainability reporting diharapkan perusahaan


dapat berkembang secara berkelanjutan. Mengingat pentingnya sustainability
reporting dalam implementasi GCG di perusahaan, termasuk BUMN, maka

5
Kementerian BUMN beberapa waktu yang lalu telah mengadakan workshop
tentang sustainability reporting berdasarkan GRI Index. Melalui workshop
tersebut diharapkan BUMN menjadi aware dan lebih memahami dalam
penyusunan laporan keberlanjutan. Oleh karena itu, sudah saatnya di masing-
masing perusahaan memiliki staf yang bersertifikat Certified Sustainability
Reporting Specialist (CSRS), agar dalam penyusunan sustainability reporting
menjadi lebih lancar.

C. Implementasi Whistleblowing System


Whistleblowing adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau
perbuatan melawan hukum atau korupsi atau perbuatan lain yang dapat
merugikan perusahaan maupun pemangku kepentingan, yang disampaikan
oleh personal atau badan hukum dari eksternal mapun internal kepada
pimpinan perusahaan agar dapat diambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
Whistleblowing adalah sistem yang digunakan untuk menampung, mengolah
dan menindaklanjuti serta membuat laporan atas informasi yang disampaikan
pelapor mengenai tindakan pelanggaran yang terjadi di lingkungan
perusahaan. UU No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
telah mengatur perlindungan bagi saksi dan korban pelapor suatu perkara
pidana. UU ini dapat digunakan sebagai acuan bagi perusahaan untuk
menyusun suatu mekanisme whistleblowing.
Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam konteks pasar modal,
ketentuan yang ada telah mewajibkan emiten untuk mengungkapkan
mekanisme whistleblowing, jika memilikinya. Hal-hal yang perlu
diungkapkan, antara lain cara penyampaian laporan pelanggaran,
perlindungan bagi pelapor dan hasil dari penanganan pengaduan. Berdasarkan

6
data laporan tahunan pada 2012, sebanyak 1142 dari 494 atau sebesar 29%
emiten dan perusahaan publik telah memiliki dan mengungkapkan kebijakan
whistleblowing.
D. Peluang dan tantangan GCG
Implementasi GCG telah menjadi isu sentral di kalangan publik di
indonesia. Respons pihak pemerintan, BUMN, perusahaan swasta maupun
perusahaan yang telah go public sangat positif atas upaya mewujudkan GCG
tersebut. Konsep mengenai GCG tidak hanya penting untuk diketahui oleh
CEO semata, namun perlu juga diketahui oleh karyawan, pemegang saham,
pemerinta serta masyarakat. Oleh karena itu, adanya upaya untuk
menyebarluaskan konsep dan implementasi GCG perlu dukungan kita
bersama. Beberapa lembaga di Indonesia yang turut serta mensosialisasikan
secara aktif dan mengembangkan konsep GCG adalah Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI) dan The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG).
GCG memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam
reformasi bisnis, namun komitmen perusahaan terhadap implementasi prinsip-
prinsip GCG merupakan salah satu faktor kunci sukses untuk
mempertahankan dan menumbuhkan kepercayaan para investor terhadap
perusahaan di Indonesia. Implementasi prinsip-prinsip GCG dalam
pengelolaan perusahaan mencerminkan bahwa perusahaan tersebut telah
dikelola dengan baik dan transparan. Hal tersebut merupakan modal dasar
bagi timbulnya kepercayaan publik sehingga bagi perusahaan yang telah go
public, saham perusahaannya akan lebih diminati oleh para investor dan
berdampak positif terhadap peningkatan nilai saham. Selain itu, implementasi
GCG di perusahaan dapat membuat akses sumber modal yang mudah dan
murah, disamping memiliki tingkat risiko yang terkendali.
7
Implementasi GCG merupakan peluang yang cukup besar bagi
perusahaan untuk meraih berbagai manfaat termasuk kepercayaan dari
investor terhadap perusahaannya. Implementasi prinsip GCG diharapkan
dapat memberikan manfaat bukan saja bagi manajemen dan karyawan
perusahaan, namun juga para pemangku kepentingan dan berbagai pihak
seperti konsumen, pemasok, pemerintah dan lingkungan masyarakat di mana
perusahaan tersebut beroperasi.
Impelementasi GCG di perusahaan memerlukan komitmen penuh dan
konsisten dari top management serta dewan komisaris. Budaya perusahaan
yang akomodatif terhadap implementasi GCG sangat membantu keberhasilan
penerapan prinsip-prinsip GCG. Penerapan prinsip-prinsip GCG perlu
dibuktikan dengan tindakan nyata dari seluruh pihak yang terkait. Tanpa
komitmen yang tinggi dan konsistensi sikap, maka dikhawatirkan niat baik
implementasi GCG hanya akan berakhir dalam tataran konsep saja, sehingga
tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Sayangnya, dalam praktik
upaya untuk mengimplementasikan prinsip GCG di indonesia menghadapi
berbagai kendala yang sulit diatasi dengan tepat dan cepat, contohnya korupsi,
kolusi dan nepotisme.
Perusahaan yang tidak mengimplementasikan GCG pada akhirnya
dapat ditinggalkan oleh para investor, kurang dihargai oleh masyarakat dan
dapat dikenakan sanksi apabila berdasarkan hasil penilaian, perusahaan
tersebut terbukti melanggar hukum. Perusahaan seperti ini akan kehilangan
peluang untuk dapat melanjutkan kegiatan usahanya dengan lancar. Namun
sebaliknya, perusahaan yang telah mengimplementasikan GCG dapat
menciptakan nilai bagi masyarakat, pemasok, distributor, pemerintah dan
lebih diminati oleh para investor sehingga berdampak secara langsung bagi
kelangsungan usaha perusahaan tersebut.

8
E. GCG Award
Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah pemeringkatan
penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui riset yang
dirancang untuk mendorong perusahaan menignkatkan kualitas penerapan
konsep corporate governance (CG) melalui perbaikan yang berkesinambungan
dengan melaksanakan evaluasi dan tolak ukur. CGPI diselenggarakan oleh
The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) bekerja sama
dengan Majalah SWA merupakan program tahunan sejak tahun 2001 sebagai
bentuk penghargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam
mewujudkan bisnis yang beretika dan bermartabat.
Manfaat yang diperoleh bagi perusahaan peserta CGPI, antara lain
sebagai berikut :
1. Penataan organisasi perusahaan yang belum selesai dan belum
mendukung terwujudnya GCG
2. Peningkatan kesadaran dan komitmen bersama dari internal
perusahaan dan para pemangku kepentingan terhadap penerapan
GCG
3. Pemetaan masalah-masalah strategis dalam praktik GCG
4. Alternatif perbaikan indikator atau standar mutu pencapaian
kualitas corporate governance

Hasil penilaian CGPI berdasarkan kategori pemeringkatan :

1. Sangat terpercaya = 85-100


2. Terpercaya = 70-84
3. Cukup terpercaya = 55-59

9
F. Pengukuran Good Governance
Secara singkat ada 5 aspek yang dinilai dalam kerangka GCG versi
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), yaitu :
1. Hak pemegang saham (20%)
Dalam hak-hak pemegang saham, antara lain kita dapat memberikan
evaluasi apakah perusahaan telah :
1) Menyelenggarakan RUPS dalam kurun waktu 6 bulan setelah akhir
tahun buku
2) Menyerahkan kepada pemegang saham pemberitahuan mengenai
RTPS sekurang-kurangnya 28 hari sebelum RUPS diselenggrakan
3) Mendorong para pemegang saham untuk menghadiri RUPS dan
memanfaatkan hak suara mereka
4) Memberikan kesempatan yang cukup kepada para pemegang saham
untuk menyampaikan pertanyaan di RUPS, dll.
2. Praktik GCG (30%)
Dalam praktik GCG ini antara lain kita dapat menguji apakah di dalam
perusahaan :
1) Anggota dewan direksi dan dewan komisaris tidak terlibat konflik
kepentingan
2) Ada sistem penilaian kinerja dewan direksi maupun dewan komisaris
3) Dewan direksi mengadakan rapat berkala secara teratur dengan dewan
komisaris, dll.
3. Kebijakan GCG (15%)
Dalam kebijakan GCG ini antara lain kita dapat menilai sendiri apakah
perusahaan telah :
1) Memeiliki aturan perilaku atau etika bagi karyawan secara tertulis
2) Menginformasikan dan melaksanakan dengan baik aturan perilaku
atau etika tersebut, dll.
10
4. Pengungkapan (20%)
Dalam hal ini kita dapat menilai apakah perusahaan telah :
1) Menyediakan akses yang sama bagi pemegang saham dan analisis
keuangan
2) Mengungkap transaksi pihak terkaut
3) Memberikan penjelasan yang tepat tentang risiko usaha, dll.
5. Audit (15%)
Pada bagian ini kita dapat menilai apakah perusahaan telah :
1) Memiliki audit internal yang efektif
2) Diaudit oleh akuntan publik yang independen
3) Memiliki komite audit yang efektif, dll.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam


meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholder
lainnya. Good Corporate Governance sangat baik jika diterapkan dalam
berbagai hal dan aktivitas perusahaan.

Tujuan utama SOX adalah meningkatkan kepercayaan publik terhadap


implementasi prinsip GCG di perusahaan yang telah go public. SOX dapat
mencegah terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan yang biasanya
bermula dari kecurangan akuntansi dan juga dapat menjamin adanya kepastian
terhadap integritas pelaporan keuangan. Pada tahap awal implementasi SOX,
perusahaan perlu menjalankan 3 hal berikut :

1. Melakukan pemisahan fungsi.


2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3. Menjaga integritas atas siklus pelaporan keuangan.

Proses penyajian sustainability reporting dilakukan melalui 5 mekanisme,


yaitu :
1. Penyusunan kebijakan perusahaan
2. Tekanan pada rantai pemasok
3. Keterlibatan pemangku kepentingan
4. Voluntary codes
5. Mekanisme lain misalnya rating dan benchmarking

12
Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam konteks pasar modal,
ketentuan yang ada telah mewajibkan emiten untuk mengungkapkan
mekanisme whistleblowing, jika memilikinya. Hal-hal yang perlu
diungkapkan, antara lain cara penyampaian laporan pelanggaran,
perlindungan bagi pelapor dan hasil dari penanganan pengaduan.

GCG memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam


reformasi bisnis, namun komitmen perusahaan terhadap implementasi prinsip-
prinsip GCG merupakan salah satu faktor kunci sukses untuk
mempertahankan dan menumbuhkan kepercayaan para investor terhadap
perusahaan di Indonesia. Impelementasi GCG di perusahaan memerlukan
komitmen penuh dan konsisten dari top management serta dewan komisaris.
Tanpa komitmen yang tinggi dan konsistensi sikap, maka dikhawatirkan niat
baik implementasi GCG hanya akan berakhir dalam tataran konsep saja,
sehingga tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Sayangnya, dalam
praktik upaya untuk mengimplementasikan prinsip GCG di indonesia
menghadapi berbagai kendala yang sulit diatasi dengan tepat dan cepat,
contohnya korupsi, kolusi dan nepotisme.

Hasil penilaian CGPI berdasarkan kategori pemeringkatan :

1. Sangat terpercaya = 85-100


2. Terpercaya = 70-84
3. Cukup terpercaya = 55-59

Secara singkat ada 5 aspek yang dinilai dalam kerangka GCG versi Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FCGI), yaitu :
1. Hak pemegang saham (20%)
2. Praktik GCG (30%)
13
3. Kebijakan GCG (15%)
4. Pengungkapan (20%)
5. Audit (15%)

B. Saran
Mengingat banyaknya hal positif yang didapat apabila GCG
diimplementasikan dengan baik dalam suatu perusahaan. Alangkah baiknya
apabila GCG diterapkan diseluruh perusahaan di Indonesia dan
diimplementasikan sesuai peraturan yang berlaku. Selain perusahaan
mendapat dampak positif bagi pihak perusahaan itu sendiri, penerapan GCG
juga meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dikarenakan adanya CSR.

14
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Muh. Arief. 2016. The Power of Good Corporte Governance.


Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai