Anda di halaman 1dari 10

Tingkat messo

Kebijakan Meso biasanya berfokus pada kebijakan tertentu atau area fungsional, seperti angkutan udara
niaga, kegiatan perluasan pertanian, pembangunan dermaga dan sungai, atau pemberian hak paten.
Biasanya mencakup sarana oleh swasta maupun pemerintah pada tingkat setempat. Target pelaksanaan
dari kebijakan meso dapat digunakan oleh umum atau perseorangan, misalnya : untuk memperkuat
dukungan dalam lingkungan bisnis dan untuk mengubah bentuk struktural suatu otonomi daerah.
Terbentuknya kebijakan Meso ini disebabkan tidak semua orang peduli terhadap kebijakan publik yang
telah ada, banyak masyarakat yang hanya tertarik pada satu bidang saja misalnya pejabat atau warga
negara yang benar-benar tertarik dalam kebijakan pelayaran maritim mungkin memiliki minat yang kecil
atau bahkan tidak ada dalam kebijakan kesehatan. Contoh dari Kebijakan Meso dalam bidang kesehatan
adalah Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan
Kawasan Terbatas Merokok. Contoh di atas membuktikan bahwa Kebijakan Meso pada suatu daerah
memiliki kebijakan yang berbeda.

3.

Tingkat mikro

Kebijakan mikro lebih melibatkan upaya yang dilakukan oleh individu tertentu, suatu perusahaan, atau
komunitas tertentu yang hanya bertujuan untuk medapatkan keuntungan bagi pihak mereka sendiri.
Kebijakan mikro yang menjadi kompetensi pada umumnya pelaku bisnis swasta, biasanya mencakup
strategi untuk peningkatan produktivitas manajerial, pengembangan mutu Sumber Daya Manusia
(SDM), dan jejaringan kerja

(networking)

.Dalam suatu kebijakan mikro, pihak-pihak yang bersangkutan dalam suatu instansi tertentu cenderung
memiliki peraturan-peraturan atau undang-undang pribadi tanpa campur tangan dari pemerintah. Suatu
perusahaan ingin keputusan yang menguntungkan bagi perusahaanya sendiri, bagi beberapa pihak
dalam kebijakn mikro ini, tindakan dan keputusan pemerintah tidak begitu diperhatikan selama campur
tangan dari pemerintah tersebut mendatangkan kerugian bagi penganut kebijakan mikro. Contoh
kebijakan mikro adalah penerapan kebijakan dalam Fakutas Kesehatan Mayarakat tentang Tatacara
berpakaian yang sopan tidak etat dan bersepatu dalam

18

lingkup fakultas. Hal ini dikategorikan sebagai Kebijakan Mikro karena peraturan tersebut hanya berlaku
dalam lingkup organisasi (FKM UNAIR).

E.
PERAN DAN FUNGSI KEBIJAKAN PUBLIK

Menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn, terdapat sepuluh macam peran kebijakan, yaitu:

1.

Policy as a Label for a Feld of Activity

(Kebijakan sebagai Sebuah Label atau Merk bagi Suatu Bidang Kegiatan Pemerintah)

Penggunaan istilah kebijakan paling sering kita jumpai adalah dalam konteks pernyataan-pernyataan
umum mengenai kebijakan ekonomi (economic policy) pemerintah., kebijakan social (social policy)
pemerintan atau kebijakan luar negri (foreign policy) pemerintah. Dalam lingkup label yang masih
umumini kita masih dapat menemukan hal-hal lebih spesifik yang mengacu kepada kabijakan
pemerintah tersebut. Beberapa contoh dapat dikemukakan disini. Misalnya, dalam lingkup kebijakan
ekonomi pemerintah Indonesia, ada kebijakan imbal dagang dengan Negara-negara di timor tengah,
kebijakan memberikan tax holiday kepada investor asing, kebijakan penghematan energy, kebijakan
penangulangan kemiskinan perkotaan, kebijakan penigkatan ekspor non migas dan kebijakan privatisasi
badan usaha milik Negara (BUMN) Dalam lingkup kebijakan social, misalnya ada kebijakan memberikan
vaksin polio secara gratis bagi ribuan anak dari kelangan keluarga miskin, pemberian beras untuk
keluarga miskin (raskin) atau kebijakan pemberian kredit murah untuk perumahan rakyat dan lain
sebagainya. Konsep lain yang meski lebih abstrak sifatnya, namun bermanfaat adalah yang disebut
ruang kebijakan (policy space). Konsep ini dapat kita pergunakan untuk menggambarkan bagaiamana
suatu ruang kebijakan tertentu cenderung semakin

19

padat sepanjang tahun, yang ditandai dengan semakin gencarnya campur tangan pemerintah dan
semakin kompleksnya interaksi antar instansi pemerintah yang terlibat didalamnya. Sebaliknya, konsep
itu juga dapat kita pakai untuk menggambarkan betapa pada ruang kebijakan tertentu masih relative
kosong dari campur tangan pemerintah.

2.

Policy as an Expression of General Purpose or Desired State of Affairs

(Kebijakan sebagai Suatu Pernyataan Mengenai Tujuan Umum atau Keadaan Tertentu yang Dikehendaki)

Istilah kebijakan kerapkali juga dipakai untuk menunjukkan adanya pernyataan- pernyataan kehendak
( keinginan ) pemerintah mengenai tujuan-tujuan umum dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya
dalam suatu bidang tertentu, atau mengenai keadaan umum yang diharapkan dapat dicapai dalam
kurun waktu tertentu. Beberapa contoh mengenai pernyataan kehendak dari pemerintah tersebut
misalnya, keinginan pemerintah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
pancasila, keinginan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, keinginan pemerintah untuk
meningkatkan swasembada pangan, menciptakan disiplin nasional, dan keinginan pemerintah untuk
memberantas KKN. Memang sebagai sebuah pernyataan kehendak, kosep kebijakan dalam pengertian

seperti itu jelas belum ―membumi‖ atau belum operasional

dan dalam banyak hal ia masih sebatas wacana, lebih merupakan retorika politik ketimbang kenyataan.

3.

Policy as Spesific Proposals

(Kebijakan sebagai Usulan-Usulan Khusus)

Kebijakan kadang kala juga dimaksudkan untuk menunjukkan adanya usulan-usulan tertentu (spesifik),
baik yang dilontarkan oleh mereka yang berada diluar struktur pemerintah (kelompok-kelompok
kepentingan atau pertain politik) maupun yang disampaikan oleh mereka yang berada di struktur
pemerintahan semisal anggota

20

kebinet agar dilaksanakan oleh pemerintah. Usulan-usulan tersebut biasanya dimaksudkan untuk
mempengaruhi proses pengesahan kebijakan mungkin bersifat sementara, atau terkait dengan usulan-
usulan lainnya, atau mungkin pula menunjukkan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih
besar (makro).

4.

Policy as Decision of Government

(Kebijakan sebagai Keputusan-Keputusan Pemerintah)

Suatu keputusan pemerintah harus mendapat pengesahan agar dapat menjadi suatu kebijakan publik.
Peluang bagi setiap keputusan pemerintah apakah pada akhirnya akan mendapat pengesahan dari
parlemen (DPR), atau sebaliknya ditolak, sedikit banyak akan ditentukan oleh mekanisme dan corak
struktur politik yang berlaku di masing-masing sistem politik.

5.

Policy as Formal Authorization


(Kebijakan sebagai Bentuk Otorasi atau Pengesahan Formal)

Apabila pada suatu saat seorang menteri menyatakan bahwa pemerintah telah ―punya kebijakan‖
mengenai suatu bidang permasalahan t

ertentu, maka yang biasanya diacu olehnya adalah adanya undang-undang yang telah disahkan oleh DPR
atau adanya seperangkat peraturan pemerintah (PP) yang memungkinkan agar suatu tindakan tertentu
dapat dilaksanakan. Sering pula dikatakan oleh para pejabat pemerintah setingkat direktur jendral
(Dirjen) atau sekretaris jendral (Sekjen) jika suatu rancangan Undang-Undang, maka dianggap bahwa
kebijakan itu telah diimplementasikan.

6.

Policy as Programme

(Kebijakan sebagai Program)

Program pada umumnya adalah suatu lingkup kegiatan pemerintah yang relatif khusus dan cukup jelas
batas-batasnya. Dalam konteks program itu sendiri biasanya akan mencakup serangkaian kegiatan yang
manyangkut pengesahan/legislasi

21

pengorganisasian danpengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya yang diperlukan.

7.

Policy as Output

(Kebijakan sebagai Keluaran)

Sebagai keluaran, maka kebijakan itu dilihat dari apa yang senyatanya dihasilkan atau diberikan oleh
pemerintah, sebagai kebalikan dari apa yang secara verbal telah dijanjikan atau telah disahkan lewat
undang-undang. Keluaran itu bentuknya macam-macam, misalnya pemberian manfaat secara langsung
(berupa uang), pemberian pelayanan kepada publik berupa barang (air bersih atau beras untuk orang
miskin) atau jasa tertentu (pemberian vaksin polio), pemberlakuan peraturan-peraturan, himbauan-
himbauan simbolik atau pengumpulan pajak. Dengan demikian, bentu keluaran-keluaran itu dapat saja
berbeda antara kebijakan yang satu dnegan yang lainnya.

8.

Policy as Outcome
(Kebijakan sebagai Hasil Akhir)

Cara akhir untuk memahami makna kebijakan adalah dengan melihatnya dari sudut hasil akhirnya, yaitu
dari apa yang senyatanya telah dicapai. Meski penting, dalam praktik upaya untuk menarik garis
pembeda antara keluaran-keluaran kebijakan dan hasil akhir kebijakan (dampak dari kegiatan-kegiatan
tersebut) tidaklah begitu mudah. Patut dicatat, bahwa cara memahami kebijakan dari sudut hasil akhir
itu akan memungkinkan kita untuk memberikan penilaian mengenai apakah tujuan formal/normatif dari
suatu kebijakan benar-benar telah terbukti terwujud dalam praktik kebijakan yang sebenarnya.

9.

Policy as a Theory or Model

(Kebijakan sebagai Teori atau Model)

Semua kebijakan, pada dasarnya mengandung asumsi-asumsi mengenai apa yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dan akibat yang ditimbulkan. Asumsi-asumsi ini memang jarang dikemukakan secara terus
terang atau eksplisit. Namun, kebijakan

22

publik itu pada umumnya memuat suatu teori atau model tertentu yang manyiratkan adanya hubungan
sebab akibat.

10.

Policy as Process

(Kebijakan sebagai Proses)

Jika konsep kebijakan publik kita pandang sebagai proses, yakni sebagai proses politik, maka oleh
sebagian pakar adakalanya hal tersebut dipersepsikan sebagai sebuah siklus.disini pusat perhatian akan
diberikan kepada tahap-tahap yang ada pada siklus tersebut. Dilihat sebagai sebuah siklus, maka
pembuatan kebijakan (public policy making) akan bermula dari adanya isu-isu tertentu yang dianggap
oleh pemerintah sebagai suatu masalah, kemudian pemerintah mulai mencari alternatif-alternatif
tindakan kearah pemecahannya, dilanjutkan dengan adopsi kebijakan serta diimplementasikan oleh
institusi atau personel terkait, dievaluasi, diubah dan pada kahirnya akan diakhiri atas dasar
keberhasilannya. Sementara fungsi dari kebijakan publik antara lain :

1.
Mencapai beberapa tujuan luas yang mempengaruhi segmen besar warga suatu negara atau publik.

Kebijakan publik akan mengatur segala kepentingan yang berpengaruh pada aktivitas manusia yang
dipandang perlu untuk diatur dan diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial. Segmen besar yang
dimaksud adalah berbagai bidang, seperti sosial, politik, ekonomi, kesehatan, pertahanan, keamanan,
pendidikan, dan lainnya. Misal pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2.

Menekan dan mendorong aktivitas masyarakat pada suatu negara.

Misal Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan
Kawasan berbatasan Rokok.

3.

Mewujudkan campur tangan dan pengaturan pemerintah terhadap kehidupan masyarakatnya di


berbagai bidang.

23

Kebijakan ini berfungsi selain untuk mengatasi masalah ekonomi karena melonjakkan harga minyak
dunia, juga berfungsi untuk menstabilkan dan menjaga sumberdaya alam yang dimiliki oleh negara
Indonesia yang sekarang ini telah menipis.

4.

Melindungi dan menjaga kepentingan dan keinginan seluruh masyarakat

Misal ketersediaan udara bersih, air bersih, kesehatan yang baik, ekonomi yang inovatif, perdagangan
yang aktif, pencapaian pendidikan yang tinggi, rumah yang layak, kemiskinan yang rendah, tingkat
kriminal yang rendah, dan lainnya.

5.

Membangun lingkungan yang memungkinkan setiap pelaku, baik bisnis maupun non bisnis untuk
mampu mengembangkan diri menjadi pelaku-pelaku yang kompetitif. 6.
Melakukan serangan frontal terhadap isu publik.\

Misal Jaminan Persalinan (Jampersal) merupakan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk
menjawab isu publik mengenai tingginya tingkat kematian ibu akibat pelayanan proses persalinan yang
buruk. Diharapkan pelaksanaan kebijakan ini dapat berkontribusi menurunkan Angka Kematian Ibu di
Indonesia yang terbilang cukup tinggi.

7.

Membantu untuk pengaturan analisis isu perdebatan yang sedang terjadi maupun akan terjadi di masa
mendatang. F.

MASALAH UTAMA DALAM BIDANG KESEHATAN

Ada bermacam-macam kebijakan kesehatan yang berlaku di Indonesia, baik kebijakan lama maupun
kebijakan baru serta kebijakan-kebijakan pembaharuan dari kebijakan-kebijakan yang sudah ada. Dalam
implementasinya, kebijakan-kebijakan tersebut tidak jarang mengalami hambatan, penolakan dan
masalah-masalah dikarenakan berbagai faktor yang kondisional. Dalam hal ini penulis mengambil contoh
program Jampersal

22

publik itu pada umumnya memuat suatu teori atau model tertentu yang manyiratkan adanya hubungan
sebab akibat.

10.

Policy as Process

(Kebijakan sebagai Proses)

Jika konsep kebijakan publik kita pandang sebagai proses, yakni sebagai proses politik, maka oleh
sebagian pakar adakalanya hal tersebut dipersepsikan sebagai sebuah siklus.disini pusat perhatian akan
diberikan kepada tahap-tahap yang ada pada siklus tersebut. Dilihat sebagai sebuah siklus, maka
pembuatan kebijakan (public policy making) akan bermula dari adanya isu-isu tertentu yang dianggap
oleh pemerintah sebagai suatu masalah, kemudian pemerintah mulai mencari alternatif-alternatif
tindakan kearah pemecahannya, dilanjutkan dengan adopsi kebijakan serta diimplementasikan oleh
institusi atau personel terkait, dievaluasi, diubah dan pada kahirnya akan diakhiri atas dasar
keberhasilannya. Sementara fungsi dari kebijakan publik antara lain :
1.

Mencapai beberapa tujuan luas yang mempengaruhi segmen besar warga suatu negara atau publik.

Kebijakan publik akan mengatur segala kepentingan yang berpengaruh pada aktivitas manusia yang
dipandang perlu untuk diatur dan diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial. Segmen besar yang
dimaksud adalah berbagai bidang, seperti sosial, politik, ekonomi, kesehatan, pertahanan, keamanan,
pendidikan, dan lainnya. Misal pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2.

Menekan dan mendorong aktivitas masyarakat pada suatu negara.

Misal Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan
Kawasan berbatasan Rokok.

3.

Mewujudkan campur tangan dan pengaturan pemerintah terhadap kehidupan masyarakatnya di


berbagai bidang.

23

Kebijakan ini berfungsi selain untuk mengatasi masalah ekonomi karena melonjakkan harga minyak
dunia, juga berfungsi untuk menstabilkan dan menjaga sumberdaya alam yang dimiliki oleh negara
Indonesia yang sekarang ini telah menipis.

4.

Melindungi dan menjaga kepentingan dan keinginan seluruh masyarakat

Misal ketersediaan udara bersih, air bersih, kesehatan yang baik, ekonomi yang inovatif, perdagangan
yang aktif, pencapaian pendidikan yang tinggi, rumah yang layak, kemiskinan yang rendah, tingkat
kriminal yang rendah, dan lainnya.

5.
Membangun lingkungan yang memungkinkan setiap pelaku, baik bisnis maupun non bisnis untuk
mampu mengembangkan diri menjadi pelaku-pelaku yang kompetitif. 6.

Melakukan serangan frontal terhadap isu publik.\

Misal Jaminan Persalinan (Jampersal) merupakan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk
menjawab isu publik mengenai tingginya tingkat kematian ibu akibat pelayanan proses persalinan yang
buruk. Diharapkan pelaksanaan kebijakan ini dapat berkontribusi menurunkan Angka Kematian Ibu di
Indonesia yang terbilang cukup tinggi.

7.

Membantu untuk pengaturan analisis isu perdebatan yang sedang terjadi maupun akan terjadi di masa
mendatang. F.

MASALAH UTAMA DALAM BIDANG KESEHATAN

Ada bermacam-macam kebijakan kesehatan yang berlaku di Indonesia, baik kebijakan lama maupun
kebijakan baru serta kebijakan-kebijakan pembaharuan dari kebijakan-kebijakan yang sudah ada. Dalam
implementasinya, kebijakan-kebijakan tersebut tidak jarang mengalami hambatan, penolakan dan
masalah-masalah dikarenakan berbagai faktor yang kondisional. Dalam hal ini penulis mengambil contoh
program Jampersal

24

sebagai salah satu kebijakan kesehatan dan menganalisis masalah dalam implementasinya.

Latar Belakang Jampersal

Jampersal diluncurkan pada bulan Januari 2011 oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya terobosan
untuk mengurangi tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Balita dan Anak (AKBA) di
Indonesia yang masih jauh dari target pencapaian MDGs pada tahun 2015, dan dari target pencapaian
RPJMN. Kemenkes menggambarkan tingginya AKI dan AKB adalah akibat dari faktor resiko
keterlambatan yang dikenal sebagai Tiga Terlambat, yaitu: 1.

Terlambat dalam mengambil pemeriksaan kehamilan (terlambat mengambil keputusan) 2.


Terlambat dalam

Anda mungkin juga menyukai