Anda di halaman 1dari 120

PENGEMBANGAN ASET FASILITAS DAN

INFRASTRUKTUR BERDASARKAN KONSEP


GREEN ARCHITECTURE PADA KAWASAN WISATA
AIR PANAS CIBOLANG

TUGAS AKHIR

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Diploma Empat Program Studi Manajemen Aset di Jurusan Administrasi Niaga

Oleh:
MEISYA NABILA
NIM: 185244046

PROGRAM DIPLOMA IV MANAJEMEN ASET


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


hidayah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan tugas akhir yang berjudul
“Pengembangan Aset Fasilitas dan Infrastruktur Berdasarkan Konsep Green
Architecture Pada Kawasan Wisata Air Panas Cibolang” dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan (D-IV) Program Studi
Manajemen Aset, Politeknik Negeri Bandung.
Laporan Tugas Akhir ini berisi lima bab yakni bab satu berisi pendahuluan
dimulai dari latar belakang masalah hingga jadwal proyek, bab dua berisikan
landasan teori serta normatif yang digunakan untuk pemecahan masalah dalam
proyek. Bab tiga mengenai metode perancangan proyek, bab empat berisikan hasil
dan pembahasan pengembangan fasilitas dan infrastruktur. Terkahir bab lima
mengenai kesimpulan dan saran. Sasaran pembaca laporan tugas akhir ini yakni
dosen pembimbing, dosen penguji, pihak pengelola wisata Air Panas Cibolang serta
mahasiswa program studi Manajemen Aset.
Laporan tugas akhir mengenai pengembangan kawasan wisata ini dapat
diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis
menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada Dr. A. Gima Sugiama, SE.,
MP., atas segala arahan, bimbingan, saran dan motivasi yang diberikan sehingga
laporan ini dapat disusun secara optimal dan sesuai dengan ketentuan yang
diberikan. Penulis menerima kritik serta saran dari semua pihak dengan kesadaran
bahwa masih terdapat kelemahan dalam penulisan laporan ini.

Bandung, Juni 2022

Penulis

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah’ala Kulli Hal, segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan. Berkat
rahmat dan hidayahnya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Saya persembahkan Tugas Akhir ini untuk orangtua saya tercinta yang selalu
memberikan doa, dukungan, nasihat, semangat, motivasi, dan kasih sayang tiada
henti, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Saya persembahkan pula tugas akhir ini untuk almarhumah nenek (mbah putri)
yang menjadi salah satu alasan saya untuk tetap berjuang meraih prestasi dan
keluarga yang telah mendukung baik secara moril maupun materil.

Semoga kelak saya dapat menjadi orang yang sukses dan membanggakan di masa
depan, aamiin.

Dengan segala kerendahan hati,


Meisya Nabila

vi
UCAPAN TERIMAKASIH

Rasa syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


hidayah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir mengenai pengembangan kawasan wisata Cibolang. Laporan ini
disusun dengan turut adanya bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga
penulis sangat berterima kasih kepada:
1. Dr. A. Gima Sugiama, S.E., M.P. selaku Pembimbing yang selalu
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan ilmunya.
2. Bapak Dindin Wahyudin selaku Pengelola Kawasan Wisata Air Panas
Cibolang Pangalengan yang telah mengizinkan penulis untuk memperoleh
data dan informasi dalam keperluan tugas akhir ini.
3. Dr. Dra. Hennidah Karnawati, M.Si selaku dosen wali dan penguji yang
telah memberikan kritik, saran dan motivasi yang membangun.
4. Husna Candranurani Oktavia, S.E., M.Si selaku penguji yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penulisan laporan ini.
5. Tiafahmi Angestiwi, S.ST., M.T. selaku Ketua Program Studi yang selalu
memberikan arahannya.
6. Rekan satu bimbingan sekaligus rekan diskusi Widya Nurhikmah, Nenden
Wahyudi, Nonon Rofi, Julfa Hapiyya, dan Ramadhan Disa Naufal.
7. Rekan Angkatan 2018 khususnya teman-teman kelas MA B yang saling
memberikan semangat untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
8. Amara, Bintang, dan Dendi yang selalu memberikan dukungan dan
semangat serta bantuan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namun senantiasa mendukung
dan membantu sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Meisya Nabila
Tempat dan Tanggal : Bandung, 17 Mei 2000
Lahir
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jalan Cemara IV No. 14 RT/01 RW/01
Kel. Pasteur Kec. Sukajadi Kota
Bandung 40161
No. Telepon/HP : 08995752150
Alamat E-mail : meisyanabila501@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun Jenjang Nama Sekolah Jurusan/Bidang
2012 SD SD Negeri Sukajadi 8 Bandung -
2015 SMP SMP Negeri 40 Bandung -
2018 SMK SMK Negeri 1 Bandung Akuntansi

PELATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI


Tahun Jenis Pelatihan Penyelenggara
2020 Beauty Class Wardah
2019 Mentoring Karakter Berbasis
Politeknik Negeri Bandung
Pendidikan Agama
2018 Himpunan Mahasiswa
LKMM Tingkat Himpunan
Adminstrasi Niaga
2018 LKMM Tingkat Dasar Politeknik Negeri Bandung
2018 High Performa Training &
ESQ Training
Consulting
2018 Program Pengenalan Kampus Politeknik Negeri Bandung
2018 Pelatihan Bela Negara dan Komandan Pusat Pendidikan
Kedisiplinan Perhubungan Kodiklat TNI-AD
2018 Ikatan Akuntansi Indonesia
Program Keahlian Akuntansi
(IAI)
2018 Sertifikasi Teknisi Akuntansi Badan Nasional Sertifikasi
Yunior Profesi (BNSP)

viii
PENGALAMAN ORGANISASI/KEPANITIAAN
No Organisasi/Kepanitiaan Jabatan
1 Himpunan Mahasiswa Adminstrasi Niaga Staf Muda Biro
(HMAN) Politeknik Negeri Bandung Keuangan
2 Himpunan Mahasiswa Adminstrasi Niaga Wakil Ketua Pelaksana
(HMAN) Politeknik Negeri Bandung Seminar Probitasi
3 Himpunan Mahasiswa Adminstrasi Niaga Anggota Divisi
(HMAN) Politeknik Negeri Bandung Keamanan
4 Peer Counselor Politeknik Negeri Bandung Staf Kominfo
5 Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Letnan 1 Divisi Tanggap
Politeknik Negeri Bandung Bencana
6 Polban Cup Humas
7 Wisuda Politeknik Negeri Bandung Liaison Officer (LO)

PENGALAMAN KERJA
No Instansi Periode
1. PT Perkebunan Nusantara VIII Agustus 2021 – Oktober 2021
2. Geprek Susu Unisba Oktober 2020 – Juli 2021
3. Rumah Mode Factory Outlet April 2018 – Juni 2018
4. PT Bank Bukopin Tbk Oktober 2017 - Desember 2017

ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
ABSTRAK ...................................................................................................... xvii
ABSTRACT ..................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Identifikasi Proyek ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Proyek ................................................................................. 6
1.4 Manfaat Proyek................................................................................ 6
1.5 Luaran Proyek ................................................................................. 7
1.6 Jadwal Proyek .................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8
2.1 Manajemen Aset ............................................................................. 8
2.1.1 Definisi dan Tujuan Manajemen Aset..................................... 8
2.1.2 Jenis Aset ............................................................................... 8
2.1.3 Siklus Aset ............................................................................. 9
2.2 Pengembangan Aset ...................................................................... 11
2.3 Pengembangan Aset Fasilitas ........................................................ 12
2.3.1 Fasilitas Utama .................................................................... 13
2.3.2 Fasilitas Pendukung ............................................................. 15
2.4 Pengembangan Aset Infrastruktur .................................................. 16
2.5 Sustainable Architecture (Green Architecture) ............................... 17
2.5.1 Sustainable Site Design ........................................................ 18

x
2.5.2 Water Conservation and Quality .......................................... 18
2.5.3 Energy and Environment ...................................................... 19
2.5.4 Indoor Environmental Quality.............................................. 19
2.5.5 Conservation of Material Resources..................................... 19
2.6 Estimasi Biaya .............................................................................. 20
2.6.1 Estimasi Biaya Pembongkaran ............................................. 20
2.6.2 Estimasi Biaya Pembangunan .............................................. 21
2.7 Landasan Normatif ....................................................................... 21
2.8 Penelitian Sebelumnya .................................................................. 25
2.9 Kerangka Berpikir Proyek ............................................................. 26
BAB III METODE PERANCANGAN PROYEK .............................................. 29
3.1 Metode Proyek .............................................................................. 29
3.2 Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data .............................. 29
3.3 Prosedur Perancangan Proyek ....................................................... 31
3.4 Benchmark .................................................................................... 33
3.5 Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Operasionalisasi Proyek ......... 34
3.6 Teknik Analisis Data..................................................................... 40
BAB IV PENGEMBANGAN ASET FASILITAS DAN INFRASTRUKTUR
BERDASARKAN KONSEP GREEN ARCHITECTURE ................................... 43
4.1 Gambaran Umum Objek ............................................................... 43
4.2 Pengembangan Aset Fasilitas ........................................................ 44
4.2.1 Fasilitas Utama .................................................................... 45
4.2.2 Fasilitas Pendukung ............................................................. 58
4.3 Pengembangan Infrastruktur ......................................................... 69
4.3.1 Jaringan Listrik .................................................................... 70
4.3.2 Jaringan Telekomunikasi ...................................................... 71
4.4 Estimasi Biaya Proyek Pengembangan Aset .................................. 72
4.4.1 Biaya Pembongkaran ........................................................... 72
4.4.2 Biaya Pembangunan ............................................................. 73
4.4.3 Total Estimasi Biaya Proyek ................................................ 74
4.5 Luaran Proyek dan Penentuan Zonasi Proyek ................................ 75
4.5.1 Luaran Proyek ...................................................................... 75

xi
4.5.2 Penentuan Zonasi ................................................................. 78
4.6 Kelebihan dan Keterbatasan Rancangan ........................................ 79
4.6.1 Kelebihan Proyek ................................................................. 79
4.6.2 Keterbatasan Proyek ............................................................ 80
4.7 Implikasi Manajerial ..................................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 82
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 82
5.2 Saran ............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
LAMPIRAN ...................................................................................................... 90

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kondisi Kolam Air Panas Cibolang .............................................. 2


Gambar 1.2 Kondisi Mushola Air Panas Cibolang ........................................... 3
Gambar 2.1 Siklus Aset ................................................................................... 9
Gambar 2.2 Proses Pengembangan Pariwisata ................................................ 12
Gambar 2.3 Elemen Desain Green Architecture ............................................. 18
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Proyek........................................................... 27
Gambar 3.1 Prosedur Perencanaan Proyek ..................................................... 32
Gambar 3.2 Hanmer Springs .......................................................................... 33
Gambar 3.3 Ecocamp Pantagonia ................................................................... 34
Gambar 3.4 Teknik Analisis Data .................................................................. 40
Gambar 4.1 Site & Position Air Panas Cibolang............................................. 43
Gambar 4.2 Peta Lokasi Air Panas Cibolang .................................................. 44
Gambar 4.3 Kolam Pemandian Air Panas ....................................................... 46
Gambar 4.4 Lahan untuk Kolam Private ........................................................ 47
Gambar 4.5 Desain Kolam Regular A ............................................................ 48
Gambar 4.6 Desain Kolam Regular B ............................................................ 48
Gambar 4.7 Denah Private Pool..................................................................... 49
Gambar 4.8 Desain Kolam Private ................................................................. 50
Gambar 4.9 Area Kemah ................................................................................ 51
Gambar 4.10 Desain Tempat Berkemah ......................................................... 52
Gambar 4.11 Kondisi Ruang Ganti................................................................. 53
Gambar 4.12 Denah Ruang Ganti................................................................... 54
Gambar 4.13 Desain Ruang Ganti .................................................................. 54
Gambar 4.14 Toilet : a) Kondisi Toilet b) Pintu Toilet ................................... 55
Gambar 4.15 Denah Toilet ............................................................................. 56
Gmabar 4.16 Desain Toilet ............................................................................ 58

xiii
Gambar 4.17 Lahan Parkir Cibolang .............................................................. 59
Gambar 4.18 Desain Parkir Mobil .................................................................. 60
Gambar 4.19 Desain Parkir Motor.................................................................. 61
Gambar 4.20 Tempat Sampah Kawasan Cibolang .......................................... 62
Gambar 4.21 Desain Tempat Sampah ............................................................ 63
Gambar 4.22 Desain Pos Keamanan ............................................................... 65
Gambar 4.23 Mushola a)Tampak Luar b)Tempat Wudhu c)Atap ................... 66
Gambar 4.24 Desain Mushola ........................................................................ 67
Gambar 2.25 Kondisi Pusat Infromasi a) Meja dan Kursi b) Kondisi Ubin ..... 68
Gambar 4.26 Desain Pusat Informasi ............................................................. 69
Gambar 4.27 Desain Lampu Jalur Pejalan Kaki.............................................. 71
Gambar 4.28 Wifi di Area Cibolang ............................................................... 72
Gambar 4.29 Siteplan..................................................................................... 77
Gambar 4.30 Zonasi ....................................................................................... 78

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ringkasan Permasalahan .................................................................. 4


Tabel 1.2 Jadwal Proyek .................................................................................. 7

Tabel 2.1 Satuan Ruang Parkir ....................................................................... 24


Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya ................................................................... 25

Tabel 3.1 Kerangka Acuan Kerja ................................................................... 35


Tabel 3.2 Operasionalisasi Proyek ................................................................. 37
Tabel 4.1 Rencana Jumlah Tempat Sampah ................................................... 63
Tabel 4.2 Estimasi Biaya Pembongkaran........................................................ 73
Tabel 4.3 Estimasi Biaya Pembangunan ......................................................... 74

Tabel 4.4 Total Estimasi Biaya Proyek ........................................................... 75


Tabel 4.5 Perhitungan Penggunaan Lahan ...................................................... 76

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Surat Izin Penelitian
Lampiran B Daftar Hadir Bimbingan
Lampiran C Panduan Observasi
Lampiran D Panduan Wawancara
Lampiran E Transkrip Wawancara
Lampiran F Siteplan
Lampiran G Hasil Turnitin
Lampiran H Berita Acara Sidang Skripsi
Lampiran I Link Video

xvi
ABSTRAK
Aset kawasan wisata Air Panas Cibolang adalah salah satu wisata unggulan
Kabupaten Bandung dengan sumber mata air alaminya serta pemandangan asri
perkebunan teh sehingga mendatangkan banyak pengunjung, namun fasilitas dan
infrastruktur di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang belum memenuhi kriteria
kebutuhan. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan fasilitas dan infrastruktur
Kawasan Wisata Pemandian Air Panas. Tujuan dari proyek ini adalah untuk
menghasilkan rancangan pengembangan fasilitas dan infrastruktur di kawasan
wisata Pemandian Air Panas Cibolang serta mengetahui estimasi pendanaan dan
penganggaran modal yang dibutuhkan. Teori yang digunakan dalam proyek ini
adalah Pengembangan Fasilitas dan Infrastruktur wisata alam, konsep Green
Architecture serta Estimasi biaya. Metode proyek ini menggunakan metode
deskriptif dengan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data
pada proyek ini meliputi observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan
benchmarking. Hasil proyek ini adalah rancangan pengembangan aset fasilitas
meliputi fasilitas utama yang terdiri dari kolam pemandian air panas, tempat kemah,
ruang ganti, dan toilet serta fasilitas pendukung terdiri dari parkir, fasilitas
kebersihan, fasilitas keamanan, mushola, pusat informasi, sedangkan
pengembangan aset infrastruktur meliputi jaringan listrik berupa penerangan pada
jalur pejalan kaki dan jaringan telekomunikasi berupa penyediaan wifi. Kebutuhan
estimasi biaya jika proyek direalisasikan pada tahun 2022 adalah sebesar Rp
7.344.276.000. Adapun tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh Perhutani sebagai
pengelola Kawasan Wisata Air Panas Cibolang yakni 1) Melakukan analisis
dampak lingkungan 2) Menyusun DED 3) Menyusun anggaran yang sesuai dengan
aturan harga pada saat proyek akan direalisasikan.

Kata Kunci: Pengembangan, Aset Fasilitas dan Infrastruktur, Pemandian Air Panas

xvii
ABSTRACT

The asset of the Cibolang Hot Springs tourist area is one of the leading tourism
areas in Bandung Regency with its natural springs and beautiful views of tea
plantations, so that it brings many visitors, but the facilities and infrastructure in
the Cibolang Hot Springs Tourism Area have not met the criteria for needs.
Therefore, it is necessary to develop facilities and infrastructure for the Hot Springs
Tourism Area. The purpose of this project is to produce a design for the
development of facilities and infrastructure in the Cibolang Hot Springs tourist
area and to find out the estimated funding and capital budgeting required. The
theory used in this project is the Development of Natural Tourism Facilities and
Infrastructure, the concept of Green Architecture and cost estimation. This project
method uses a descriptive method with qualitative and quantitative data types. Data
collection techniques in this project include observation, interviews, documentation
studies, and benchmarking. The result of this project is the design of the
development of facility assets including the main facilities consisting of a hot bath,
camping area, changing rooms, and toilets as well as supporting facilities
consisting of parking, cleaning facilities, security facilities, prayer room,
information center, while the development of infrastructure assets includes
electricity network in the form of lighting on pedestrian paths and
telecommunications networks in the form of providing wifi. The estimated cost
requirement if the project is realized in 2022 is IDR 7,344,276,000. As for the
follow-up actions that can be taken by Perhutani as the manager of the Cibolang
Hot Springs Tourism Area, namely 1) Conduct an environmental impact analysis
2) Prepare DED 3) Prepare a budget that is in accordance with the price rules
when the project will be realized.

Keywords: Development, Facility and Infrastructure Asset, Hot Springs Water

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Aset fasilitas dan infrastruktur pariwisata adalah aset fisik penting dan sangat
diperlukan di kawasan pariwisata guna memenuhi kebutuhan wisatawan sehingga
perlu dikelola dengan baik (Handayani, 2019; Sarim & Wiyana, 2017; Sugiama,
2013). Sebagian besar destinasi wisata di berbagai daerah masih kurang akan
ketersediaan infrastruktur dan fasilitas yang memadai serta akses transportasi
umum dan lokal bagi wisatawan yang tidak memadai telah menghambat
perkembangan pariwisata (Arismayanti, 2020; Rasul dan Manandhar, 2009).
Terlepas dari aktivitas wisata alam yang dilakukan atau jenis wisatanya fasilitas dan
infrastruktur diperlukan untuk melengkapi dan meningkatkan daya tarik wisata
alam (Priskin, 2001).
Salah satu dari berbagai sektor industri yang berkontribusi besar dalam
memberikan pemasukan bagi suatu daerah atau sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah pariwisata (Darajat & Susilowati, 2018). Pangalengan merupakan
salah satu daerah tujuan pariwisata yang terkenal akan berbagai potensi aset
wisatanya yang berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) diantaranya
adalah Situ Cileunca, Pemandian Air Panas Cibolang dan Kampung Adat
Cikondang (Darsiharjo, et al, 2016). Berdasarkan Perda Kabupaten Bandung No. 4
Tahun 2019, Sumber Air Panas Cibolang merupakan daya tarik wisata unggulan di
Kawasan Pengembangan Pariwisata Daerah Malabar .
Pada penelitian terdahulu, telah dilakukan analisis terhadap ketersediaan aset
fisik fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Pemandian Air Panas Cibolang. Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa ketersediaan aset fasilitas dan infrastruktur
pada kawasan wisata tersebut belum optimal. Marzuki et al (2017) menjelaskan
bahwa fasilitas pada wisata alam termasuk wisata pemandian air panas terdiri dari
dua yakni fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Selanjutnya infrastruktur terdiri
dari jalan, persediaan air, persediaan listrik, dan jaringan telekomunikasi (Mandic,
et al, 2018; Marzuki et al, 2017).

1
Fasilitas utama di Pemandian Air Panas Cibolang tersedia kolam pemandian
air panas, akomodasi, tempat bilas, toilet serta tempat makan dan minum. Namun,
fasilitas utama tersebut ada yang mengalami kerusakan dan tidak terawat serta
belum sesuai dengan standar yang ada. Kondisi kolam Pemandian Air Panas
Cibolang kurang terawat kebersihannya, dinding kolam kotor dan air pada kolam
anak surut sehingga tidak bisa berfungsi optimal. Gambar 1.1 menunjukkan kondisi
kolam di Cibolang.

Gambar 1.1 Kondisi Kolam Air Panas Cibolang

Akomodasi di Pemandian Air Panas Cibolang terdiri dari 4 villa dan 1 area
berkemah. Pada area kemah di Air Panas Cibolang belum adanya layout tenda,
papan nama, tenda, dapur umum, penangkal petir dan tempat sampah tertutup
organik non organik. Terdapat keluhan pengunjung mengenai kondisi kebersihan
tempat bilas dan toilet yang kurang terjaga. Tempat bilas kotor dinding kusam dan
masih terdapat sampah pengunjung seperti bekas shampo. Bangunan toilet pun
banyak yang mengalami kerusakan, pintu toilet sudah rapuh dan berkarat, cat
dinding yang sudah memudar dan keramik yang kotor. Selain itu, fasilitas toilet
untuk penyandang disabilitias belum tersedia di tempat ini.
Fasilitas pendukung yang tersedia di Kawasan Wisata Pemandian Air Panas
Cibolang yakni area parkir, fasilitas kebersihan, tempat ibadah, toko souvenir, pusat
informasi, dan gazebo. Fasilitas pendukung tersebut ada yang mengalami kerusakan
dan tidak terawat serta belum memenuhi kriteria standar yang ada. Fasilitas
pendukung yang belum tersedia di kawasan wisata ini yakni pos keamanan. Lahan
parkir yang disediakan di Air Panas Cibolang memiliki luas lahan 1 hektar, lahan
tersebut berupa tanah dan bebatuan yang apabila hujan, lahan tersebut tergenang air
dan sangat licin sehingga dapat membahayakan para pengguna kendaraan. Selain
itu juga pada area parkir di kawasan wisata ini belum adanya marka parkir sehingga

2
kendaraan tidak tertata dengan rapi. Fasilitas pendukung yang selanjutnya yakni
mushola, tersedia satu mushola berukuran 30 m2 di kawasan wisata ini. Kondisi
mushola kurang terawat, atap mushola yang bocor dan tempat wudhu pun tidak
terjaga kebersihannya. Gambar 1.2 menunjukkan kondisi mushola di Air Panas
Cibolang.

a) b)
Gambar 1.2 Kondisi Mushola Air Panas Cibolang

Infrastruktur di Kawasan Wisata Pemandian Air Panas Cibolang tersedia


jaringan air bersih dari mata air gunung wayang dengan debit air 4 liter/detik,
tersedia jaringan listrik namun beberapa fasilitas belum mendapatkan penerangan
yang maksimal. Tersedia akses jalan kendaraan bermotor yang berdasarkan hasil
observasi dan wawancara terkini, jalan tersebut sudah dilakukan perbaikan oleh
pihak PUPR. Selain itu ketersediaan jaringan telekomunikasi di kawasan wisata ini
belum memadai, banyak pengunjung yang kesulitan untuk berkomunikasi jarak
jauh dikarenakan masih sulit untuk mengakses jaringan telepon seluler dan juga
jaringan internet di kawasan wisata Air Panas Cibolang. Keluhan pengunjung
mengenai fasilitas dan infrastruktur serta belum terpenuhinya standar fasilitas dan
infrastruktur di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang dapat menghambat kegiatan
wisatawan selama berada di tempat wisata. Tabel 1.1 merupakan kesimpulan
permasalahan aset fisik fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata Air Panas
Cibolang.

3
Tabel 1.1 Ringkasan Permasalahan Aset Fasilitas dan Infrastruktur Wisata Air
Panas Cibolang
Aset Fisik Indikator Permasalahan
1. Fasilitas 1.1 Kolam Terdapat kerusakan pada kolam, kurang
Utama Pemandian Air terawat dan belum tersedia private pool sesuai
Panas Widiantara dan Suastawa (2020).
1.2 Ruang ganti Masih menyatu, lantai dan dinding kotor serta
dan toilet kumuh (Permenpar No. 3 Tahun 2022)
1.3 Akomodasi Belum memiliki tata letak (layout) penempatan
(area kemah) tenda (Permenpar No. 24 Tahun 2015)

2. Fasilitas 2.1 Parkir Belum adanya marka parkir dan perkerasan


Pendukung pada area parkir (Permenpar No. 3 Tahun
2022)
2.2 Fasilitas Belum tersedia pos keamanan serta minimnya
kebersihan & tempat sampah organik dan anorganik
keamanan (Permenpar No. 3 Tahun 2022)
2.3 Tempat Atap bocor, tempat wudhu kumuh, ubin retak
ibadah & pusat (Permenpar No. 27 Tahun 2015)
informasi
3. 3.1. Jaringan Fasilitas toilet dan jalur pejalan kaki belum
Infrastruktur Listrik mendapatkan penerangan maksimal
(Permenpar No. 27 Tahun 2015)
3.2. Jaringan Belum tersedia wifi, pengunjung kesulitan
Telekomunikasi mendapatkan jaringan telekomunikasi dan
sinyal internet sesuai Ramyar & Halim (2020)

Pada pengelolaannya Kawasan Wisata Air Panas Cibolang belum


menerapkan conservation of material and resources, kolam pemandian air panas,
bangunan toilet, mushola, toko souvenir, dan fasilitas lain yang berada di kawasan
wisata ini belum menggunakan bahan ramah lingkungan dan masih menggunakan
perkerasan. Pada water conservation and quality Kawasan Wisata Air Panas
Cibolang belum adanya upaya penghematan air, hal ini ditunjukkan pada salah satu
fasilitas yakni mushola yang belum menggunakan keran air sehingga air terus
menerus mengalir. Selain itu, pada kawasan wisata ini belum adanya upaya daur
ulang sampah dan pencahayaan alami. Sedangkan Kawasan Wisata Air Panas
Cibolang merupakan kawasan konservasi, kawasan wisata ini berada di area hutan
dan perkebunan teh sehingga dalam pembangunan fasilitas dan infrastrukturnya
harus tetap melestarikan lanskap kawasan serta tidak memberikan dampak negatif
terhadap kawasan alam (Permen LHK No. P13 Tahun 2020 Pasal 3). Hal tersebut
juga sesuai dengan visi Perhutani yaitu menjadi perusahaan pengelola hutan

4
berkelanjutan. Maka dari itu, pada pengembangan fasilitas dan infrastruktur di
kawasan wisata Air Panas Cibolang perlu memperhatikan konsep berkelanjutan
dengan menerapkan arsitektur hijau yang meliputi lima elemen di dalamnya sebagai
upaya untuk mengurangi dampak negatif dari pembangunan fasilitas dan
infrastruktur wisata alam di kawasan hutan (Wijaya, I, 2019; Ragheb et al, 2016).
Pada proyek ini, kegiatan pengembangan aset yang dirancang terdiri dari
penentuan kebutuhan aset serta estimasi biaya/anggaran, karena evaluasi kondisi
eksisting aset sudah dilakukan pada penelitian studi kasus sebelumnya.
Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas menunjukkan bahwa belum
terpenuhinya standar dan ketersediaan aset fasilitas dan infrastruktur wisata serta
belum adanya penerapan konsep arsitektur berkelanjutan pada kawasan wisata ini,
maka dilakukan proyek tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Aset Fasilitas
dan Infrastruktur Berdasarkan Konsep Green Architecture Pada Kawasan
Wisata Air Panas Cibolang”.

1.2 Identifikasi Proyek


Setelah pemaparan masalah dalam latar belakang, maka dapat diketahui
identifikasi proyek ini meliputi:
1. Menyusun rancangan pengembangan aset fisik fasilitas di kawasan wisata
Pemandian Air Panas Cibolang berdasarkan konsep green architecture yang
terdiri dari:
a. Fasilitas utama yakni kolam pemandian air panas, akomodasi (area
berkemah), ruang ganti, dan toilet.
b. Fasilitas pendukung yakni parkir, fasilitas kebersihan, fasilitas keamanan,
tempat ibadah, dan pusat informasi.
2. Menyusun rancangan pengembangan aset fisik infrastruktur di kawasan wisata
Pemandian Air Panas Cibolang berdasarkan konsep green architecture yang
terdiri dari infrastruktur jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi.
3. Menghitung estimasi biaya yang dibutuhkan dalam proyek pengembangan
fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Pemandian Air Panas Cibolang.

5
Berdasarkan identifikasi proyek di atas, proyek ini hanya berfokus pada
pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur serta estimasi pendanaan
perencanaan aset fasilitas dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk penyediaan
layanan wisata.

1.3 Tujuan Proyek


Tujuan dari proyek pengembangan aset fasilitas wisata Pemandian Air Panas
Cibolang adalah untuk:
1. Menghasilkan rancangan pengembangan fasilitas di kawasan wisata
Pemandian Air Panas Cibolang berdasarkan konsep green architecture yang
terdiri dari:
a. Fasilitas utama yakni kolam pemandian air panas, akomodasi (area
berkemah), ruang ganti, dan toilet.
b. Fasilitas pendukung yakni parkir, fasilitas kebersihan, fasilitas keamanan,
tempat ibadah, dan pusat informasi.
2. Menghasilkan rancangan pengembangan infrastruktur di kawasan wisata
Pemandian Air Panas Cibolang berdasarkan konsep green architecture yang
terdiri dari infrastruktur yakni jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi.
3. Menghasilkan perhitungan estimasi biaya yang dibutuhkan dalam proyek
pengembangan fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Pemandian Air
Panas Cibolang.

1.4 Manfaat Proyek


Proyek pengembangan fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata
Pemandian Air Panas Cibolang mengharapkan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Untuk Pengelola
Membantu Perum Perhutani dengan memberikan usulan perencanaan
pengembangan Kawasan Wisata Air Panas Cibolang yang dapat mendukung
peningkatan kinerja aset agar dapat beroperasi lebih optimal.
2. Untuk Program Studi Manajemen Aset
Memberikan referensi bacaan dan juga sebagai bahan perbandingan dalam
proyek selanjutnya.

6
3. Untuk Penulis
Menjadi penerapan pengetahuan dan pemahaman mengenai perencanaan aset
serta menerapkan ilmu dalam penyelesaian masalah di lapangan.

1.5 Luaran Proyek


Luaran dari proyek pengembangan aset fasilitas serta infrastruktur kawasan
wisata Cibolang sebagai berikut:
1. Buku laporan pengembangan aset fasilitas serta infrastruktur yang dapat
dipertimbangkan oleh Perum Perhutani untuk pengembangan kawasan wisata.
2. Estimasi biaya untuk pengembangan fasilitas serta infrastruktur.
3. Layout 2D pemetaan zonasi pengembangan fasilitas serta infrastruktur.
4. Video 3D rencana pengembangan fasilitas serta infrastruktur.

1.6 Jadwal Proyek


Proyek ini dilakukan di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang yang berlokasi
di Wanasuka, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Proyek
dilakukan selama empat bulan dimulai pada bulan Febuari 2022 sampai dengan Mei
2022. Tabel 1.2 menunjukkan jadwal kegiatan,selama pelaksanaan proyek tugas
akhir.
Tabel 1.2 Jadwal Proyek

Febuari Maret April Mei


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengidentifikasi
1 permasalahan
Menetapkan tujuan dan
2 manfaat proyek
Menyusun landasan
3 teori dan normatif
Menyusun prosedur
4 perancangan proyek
5 Mengumpulkan data
Membuat rancangan
6 proyek
Menyusun anggaran
7 biaya proyek
Menyusun laporan
8 proyek

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Aset


Subbab ini berisikan uraian mengenai tinjauan pustaka manejemen aset yakni
definisi manajemen aset, tujuan manajemen aset, serta siklus aset.

2.1.1 Definisi dan Tujuan Manajemen Aset


Hastings (2010) dan Sugiama (2013) berpendapat bahwa manajemen aset
adalah serangkaian aktivitas untuk mengelola kekayaan berdasarkan siklus hidup
aset yang berhubungan pada identifikasi kebutuhan, memperoleh, memelihara,
menghapus aset yang dilakukan dengan efektif dan efisien untuk pemenuhan
tujuan.
Manajemen aset bukan hanya sekadar mengelola aset, melainkan proses
perbaikan terus-menerus yang diformalkan di seluruh perusahaan untuk membuat
keputusan tentang aset yang menyeimbangkan biaya, risiko, dan layanan untuk
mendukung penyampaian layanan yang berkelanjutan (A BC Framework, 2019).
Berdasarkan kedua definisi manajemen aset tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen aset adalah serangkaian kegiatan untuk mengatur
aset dengan baik dimulai dengan pengidentifikasian aset mana yang dibuthukan
hingga tahap penghapusan aset yang dilakukan dengan efektif juga efisien untuk
mendukung penyampaian layanan yang berkelanjutan.
Meningkatkan proses pengambilan keputusan agar mampu meminimisasi
biaya selama umur aset bersangkutan secara tepat dan untuk menghasilkan laba
maksimum, pengambilan investasi yang terbaik diperoleh serta mencapai
penggunaan aset secara optimum adalah tujuan dari manajemen aset (Sugiama,
2013; Nemmer (Aira, 2014)).
2.1.2 Jenis Aset
Campbell, Jardine, & McGlynn (2011) mengklasifikasikan aset menjadi 5
kelas sebagai berikut:

8
1. Real Estate and Facilities, adalah aset seperti lahan dan bangunan baik itu
bangunan kantor, bangunan sekolah, pemukiman, bangunan rumah sakit dan
gudang.
2. Plant and Production, memiliki fungsi sebagai alat untuk menciptakan sesuatu,
diantaranya yakni perkebunan, perminyakan serta tekstil.
3. Mobile Assets, aset ini dapat bermutasi dari satu tempat ke tempat lain,
contohnya adalah kereta api, kendaraan bermotor, pesawat dan lainnya.
4. Infrastructure, adalah jenis aset yang berfungsi sebagai penunjang utama bagi
aset lain, contohnya adalah jalan raya, rel kereta, jalan tol, dan jalur aliran
listrik.
5. Information Technology, adalah jenis aset yang berkaitan dengan teknologi
seperti jaringan internet, software, dan komputer.

2.1.3 Siklus Aset


Siklus hidup aset didefinisikan sebagai periode yang dapat diprediksi oleh
entitas dengan menggunakan aset dengan cara yang efektif dan efisien dimulai dari
menentukan strategi aset hingga penghapusan aset. Gambar 2.1 adalah siklus
manajemen aset yang meliputi delapan tahap menurut Campbell, Jardine, &
McGlynn (2011).

Gambar 2.1 Siklus Aset


Sumber : Campbell, Jardine, & McGlynn, 2011

9
1. Strategi Aset
Menyusun serta melakukan inovasi strategi pengelolaan aset yang lengkap dan
menyeluruh serta melakukan peningkatan program adalah kegiatan yang
dilakukan pada strategi aset.
2. Rencana
Pendefinisian secara jelas target aset, ketentuan, dan tahap yang
memprioritaskan penyampaian kiat manajemen aset adalah kegiatan yang
dilakukan pada rencana.
3. Pengevaluasian dan Desain
Melakukan penilaian aset atau merancang aset-aset yang akan dibuat adalah
kegiatan yang dilakukan pada fase ini, termasuk mengembangkan model
pertimbangan rencana modal. Perencanaan fasilitas dengan bantuan teknologi
untuk mengurangi kerumitan dalam mengelola aset-aset yang ada.
4. Menciptakan dan Pengadaan
Tindakan membuat, mendirikan dan mendapatkan aset yang telah disiapkan
termasuk manajemen proyek, optimalisasi sumber daya, serta penyampaian
proyek baru dilakukan pada fase ini.
5. Pengoperasian Aset
Operasi aset merupakan situs di mana kinerja paling terdorong. Aset
dioperasikan sesuai dengan rencana program dan skema, menerapkan kriteria,
kearifan, dan metode.
6. Mempertahankan
Tahap ini menjaga aset guna membantu rencana dan tujuan dengan
menggunakan kriteria, kearifan, serta metode yang ada, juga dilakukan jenis
pemeliharaan aset sesuai dengan kebutuhan.
7. Modifikasi
Aset perlu diubah/dimodifikasi saat diperlukan dan harus tercermin dalam
strategi, kebijakan, serta prosedur. Modifikasi juga dapat menjadi penting
untuk perpanjangan umur aset, karena aset dilengkapi kembali, fasilitas
digunakan kembali, dan teknologi disesuaikan untuk memfasilitasi proses yang
lebih baru.

10
8. Buang
Ini adalah tahap terakhir, fase ini melibatkan pelepasan aset yang memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan entitas.

Semua fase siklus hidup tersebut didukung oleh manajemen keuangan


(financial management) dan teknologi (technology) untuk dipertimbangkan karena
menjadi dasar dari siklus aset.

2.2 Pengembangan Aset


Pengembangan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk
menghasilkan produk dimana sebelumnya belum ada atau melakukan perbaikan
dari produk yang tersedia melalui penelitian dan pengembangan yang dapat dilihat
sebagai kemajuan untuk mencapai tujuan yang kompleks (Sugiama, 2013;
Abuiyada; 2018). Salah satu unsur dari pembentukan perniagaan suatu negara yang
bertujuan untuk melestarikan, memperkenalkan, dan meningkatkan daya pikat
wisata dengan turut memperhatikan kelestarian adat dan kawasan sekitar adalah
definisi pengembangan pariwisata (Widyastuti, 2010; Sutiarso, 2018). Pada
pengembangan fisik maupun non fisik, tentunya memerlukan suatu perencanaan
(Ridwan dan Aini, 2019).
Perencanaan aset adalah proses penentuan dan pemeriksaan yang dilakukan
oleh organisasi untuk merencanakan suatu rencana strategi berdasarkan evaluasi
yang ada untuk memenuhi kebutuhan pelayanan aset tersebut (Keqa, 2016;
Sugiama, 2013). Perencanaan aset digunakan untuk menganalisis masalah utama
yang mempengaruhi kebutuhan aset, mengembangkan strategi untuk memenuhi
kebutuhan aset, mencapai dan mempertahankan tingkat kinerja aset yang sesuai
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan, serta menghapus aset yang sudah tidak
dibutuhkan (Queensland Government, 2017).
Proses pengembangan pada kawasan wisata terdiri dari lima tahapan
sistematis sebagai berikut (Sugiama, 2019):
1. Pengukuran umum dari keseluruhan potensi komponen pariwisata.
2. Mengukur keunikan daya tarik lingkungan serta adat yang menjadi daya pikat
utama atau inti.

11
3. Penyusunan konservasi alam dan budaya harus didasarkan pada upaya dan
peraturan komunitas dan masyarakat setempat.
4. Pengembangan aset wisata harus mencakup 4A yakni akesibilitas, amenitas,
atraksi, dan ancillaries.
5. Pengendalian wisata harus mencakup semua dampak dan dampak program
pengembangan.

Gambar 2.2 Proses Pengembangan Pariwisata


Sumber : Sugiama (2019)

Serangkaian tahapan sistematis tersebut diperlukan dalam pengembangan


kawasan wisata yang dapat memberikan manfaat jangka panjang untuk
keberlanjutan pariwisata.

2.3 Pengembangan Aset Fasilitas


Pengembangan pariwisata khususnya wisata berbasis alam dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni sarana dan prasarana pendukung pariwisata, potensi sumber
daya alam dan budaya, lokasi aset pariwisata, serta kondisi fisik dan lingkungan
sumber daya pariwisata untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata, dimana
dalam pengembangannya harus mencegah dampak negatif bagi lingkungan
(Respati, et al, 2017).
Wisata alam adalah segala jenis pariwisata yang terjadi di lingkungan alam
atau kunjungan ke suatu destinasi alam yang dapat menjadi tempat kegiatan rekreasi
dengan syarat sumber kepuasan wisata tersebut terutama bersumber dari
berhubungan dengan lingkungan alam seperti interaksi dengan tumbuhan dan

12
hewan, serta memperoleh pemahaman tentang sejarah alam destinasi (Wolf, et al,
2019; Graja-Zwolińska dan Spychała, 2020). Menurut Sugiama (2013), sebuah
Destinasi Pariwisata (DP) secara struktural di dalamnya meliputi beberapa Satuan
Kawasan Wisata (SKW). Satuan Kawasan Wisata meliputi kumpulan dari sejumlah
Kawasan Wisata (KW) dan Kawasan Wisata (KW) di dalamnya meliputi beragam
Atraksi Wisata yang juga disebut Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW).
Aset wisata yang direncanakan akan dilakukan pengembangan pada proyek
ini adalah fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan infrastruktur sebagaimana
menurut Marzuki et al (2017) bahwa aset wisata alam termasuk wisata pemandian
air panas terdiri dari fasilitas utama, fasilitas pendukung dan infrastruktur.
2.3.1 Fasilitas Utama
Pada suatu tempat wisata tentunya terdapat fasilitas yang dapat digunakan
oleh wisatawan termasuk fasilitas utama. Fasilitas utama adalah sarana yang
disediakan di suatu tempat, dimana fasilitas utama ini memiliki peran penting dan
sangat dibutuhkan di suatu tempat wisata (Sidiq dan Huda, 2015; Rosita dkk, 2016).
Fasilitas utama meliputi akomodasi penginapan, tempat untuk buang air besar dan
kecil serta tempat makan (Marzuki et al, 2017). Sementara Meo dan Suryawan
(2018) berpendapat bahwa fasilitas utama di suatu objek wisata khususnya wisata
air panas terdiri dari cottage atau penginapan, kolam pemandian air panas, ruang
ganti pakaian dan toilet. Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat dinyatakan bahwa
fasilitas utama terdiri dari kolam pemandian air panas, akomodasi, ruang
ganti/tempat bilas, dan toilet.
1. Kolam Pemandian Air Panas
Kualitas kolam pemandian air panas merupakan hal yang penting yang dilihat
berdasarkan kondisi sumber mata airnya yang higienis, suhu yang membuat
tubuh rileks, kolam pemandian air panas bersih, aman untuk digunakan, serta
ukuran dan kedalaman kolam yang cocok (Liu et al, 2019; Mi et al, 2019).
Pengalaman di kolam pemandian air panas adalah pengalaman yang paling
penting ketika seorang turis mengunjungi wisata pemandian air panas (Liu et
al, 2019).

13
2. Akomodasi
Ginting & Sasmita (2018) berpendapat bahwa akomodasi merupakan salah satu
komponen industri pariwisata karena akomodasi dapat menjadi tempat istirahat
dan menikmati pelayanan serta hiburan yang tersedia di sebuah tempat wisata.
Ramyar dkk (2020) menjelaskan bahwa akomodasi berperan sebagai fasilitas
dan sumber daya yang disediakan kepada individu atau kelompok yang tidak
terbatas pada, hotel, motel, kamar tamu, dan apartemen. Akomodasi dapat
didefinisikan secara keseluruhan sebagai fasilitas apa pun yang menawarkan
wisatawan atau individu untuk sementara waktu jauh dari tempat tinggal
mereka yang biasa atau bekerja secara psikologis. Kamar tidur tentunya
merupakan barang utama yang disediakan oleh fasilitas penginapan kepada
pelanggannya. Ramyar dkk (2020) mengungkapkan bahwa akomodasi bisa
mencakup hotel atau penginapan, caravan, tempat berkemah, rumah makan,
fasilitas rekreasi, pusat latihan, dan ruang konferensi atau pertemuan. Tetapi
dalam proyek ini yang menjadi fokus aset fasilitas wisata berdasarkan dimensi
akomodasi adalah tempat berkemah dikarenakan penginapan sudah tersedia
berupa villa.
3. Ruang Ganti/Tempat Bilas
Ketersediaan ruang ganti dilihat dari kemudahan menemukan ruang ganti
dengan kondisi bersih dan terdapat loker untuk menyimpan pakaian dan barang
(Meo dan Suryawan, 2018).
4. Toilet
Toilet adalah fasilitas utama yang harus disediakan di berbagai ruang publik
termasuk kawasan wisata untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan ketika
berwisata. Fasilitas toilet yang baik dapat diukur melalui indikator berikut ini:
bersih dan kering, ventilasi yang memadai, mudah dibersihkan, denah yang
sesuai dengan lalu lintas, memperhatikan kebutuhan dari orang cacat, pintu
masuk, area cuci tangan, lemari air, urinal, dan perlengkapan (Sunarsa, 2019).
Desain toilet harus memperhatikan lingkungan dan lokasi, seperti tidak
tersembunyi atau jauh dari pandangan serta toilet pria dan wanita harus terpisah
(Bell, 2008; Priskin, 2001).

14
2.3.2 Fasilitas Pendukung
Selain fasilitas utama, terdapat juga fasilitas pednukung yang memiliki peran
sebagai penunjang atau pelengkap fasilitas utama. (Meo dan Suryawan, 2018).
Fasilitas pendukung pada kawasan wisata terdiri dari tempat ibadah, tempat parkir,
fasilitas keamanan, pusat informasi, tempat berteduh/gazebo, fasilitas kesehatan,
toko souvenir dan fasilitas keamanan (Ginting & Sasmita, 2018; Marzuki et.al,
2017). Berdasarkan kedua teori tersebut dapat dinyatakan bahwa fasilitas
pendukung meliputi tempat untuk parkir kendaraan, tempat sampah, fasilitas
keamanan, mushola, dan pusat informasi.
1. Parkir
Salah satu dari beberapa fasilitas pendukung yang harus ada di kawasan wisata
adalah tempat parkir. Parkir merupakan tempat yang ditetapkan menjadi
pengakhiran suatu mobil atau motor yang berperangai tidak darurat untuk
melaksanakan kegiatan pada jangka waktu tertentu (Handayani, et.al, 2019).
2. Fasilitas kebersihan
Fasilitas kebersihan di kawasan wisata pemandian air panas yaitu tempat
sampah. Menurut Bell (2008) tempat sampah merupakan satu dari sekian
fasilitas penting yang harus tersedia di kawasan pariwisata. Jumlah dari tempat
sampah harus mencukupi dan ditempatkan di lokasi-lokasi dimana sumber
sampah muncul serta harus mudah ditemukan dan dicapai seperti di tempat
parkir, toilet, jalur, dan area piknik lainnya.
3. Fasilitas keamanan
Pada tempat wisata harus disediakan fasilitas keamanan yang dapat berbentuk
pos keamanan atau menara pandang serta alat pemadam kebakaran (APAR).
Fasilitas keamanan ini di letakan di lokasi yang strategis yakni tempat yang
mudah terlihat dan ramai.
4. Tempat ibadah
Tempat ibadah (mushola) pada wisata Pemandian Air Panas harus dalam
keadaan bersih dan terawat. Tempat ibadah adalah suatu tempat yang dipakai
untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaan yang di anut oleh sekelompok

15
umat beragama (Acourete, 2019). Tempat ibadah dapat diukur dari
ketersediaan musala beserta perlengkapan ibadah.
5. Pusat informasi
Berdasarkan (Hakim, 2012) Tourist Information Centre atau pusat informasi
wisata adalah sebuah sentral pelayanan yang dapat dimanfaatkan oleh
pengunjung wisata atau orang pada umumnya untuk mendapatkan keterangan
maupun informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut dapat berbentuk lisan,
media cetak, tulisan, maupun audio visual mengenai sebuah pariwisata. TIC
memiliki dua tujuan utama yakni sebagai media informasi kepada pengunjung
dan publik mengenai objek wisataserta serta sebagai fasilitas kegiatan promosi
wisata mengenai produk makanan, kesenian, dan kerajianan lokal.

2.4 Pengembangan Aset Infrastruktur


Alat yang dibutuhkan guna mencukupi kepentingan pengunjung yang dapat
menambah kepuasan pengunjung serta dapat mendukung pengembangan suatu
objek wisata adalah definisi infrastruktur (Ramyar & Halim, 2020). Infrastruktur
khususnya pada kawasan wisata adalah jenis infrastruktur yang terdiri dari fasilitas
dan layanan yang dilakukan dalam suatu wilayah tertentu untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan ketika mereka meninggalkan rumah, tiba di tempat tujuan,
dan kembali ke rumah (Nguyen, 2021). Untuk tujuan pariwisata, infrastruktur
adalah sumber daya yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang
meliputi jalan, persediaan air bersih, jaringan listrik, halte, dan fasilitas lain guna
mencapai tujuan dengan mudah (Hermawan dalam Dalimunthe, et al, 2020).
Infrastruktur pariwisata terdiri dari jalan, penerangan jalan, menurut Mandic, et al
(2018) infrastruktur pariwisata terkait dengan semua elemen di suatu destinasi yang
memungkinkan dan mendorong pengembangan pariwisata. Infrastruktur pariwisata
terdiri dari jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi (Marzuki et al, 2017).
1. Jaringan Listrik
Infrastruktur listrik menjadi yang utama karena merupakan induk dari setiap
fasilitas yang menggunakan aliran listrik untuk penerangan dan untuk fasilitas
lainnya yang tidak bisa berjalan dengan baik apabila kondisi listrik buruk.
2. Jaringan Telekomunikasi

16
Jaringan telepon dan internet menjadi hal utama di masa sekarang. Banyak
pengunjung yang mengabadikan momennya serta menggunakan berbagai
sosial media yang digunakan untuk menyebarluaskan momen meraka serta
memerlukan alat komuniasi berupa jaringan telepon agar satu dengan yang
lainnya dapat berkomunikasi secara digital.

2.5 Sustainable Architecture (Green Architecture)


Pengembangan dalam konteks fisik dalam arsitektur fasilitas pariwisata perlu
menggunakan konsep arsitektur berkelanjutan sebagai upaya untuk melestarikan
kawasan (Wijaya, 2019). Konsep arsitektur berkelanjutan adalah arsitektur yang
berusaha meminimalkan dampak negatif pada lingkungan binaan dengan efisiensi
dan moderasi dalam penggunaan material, energi, dan ruang pengembangan, serta
ekosistem secara luas. Sustainable architecture atau green architecture berupaya
untuk menjaga udara, air, dan bumi dengan memilih bahan bangunan dan praktik
konstruksi yang ramah lingkungan (Ragheb dan El-Shimy, 2016).
Berikut merupakan manfaat dari konsep arsitektur berkelanjutan (Ragheb dan
El-Shimy, 2016):
1. Kenyamanan. Karena rumah atau bangunan surya pasif yang dirancang dengan
baik sangat hemat energi, maka bebas dari angin. Sinar matahari ekstra dari
jendela membuatnya lebih menyenangkan di musim dingin daripada rumah
konvensional.
2. Ekonomi. Jika ditangani pada tahap desain, konstruksi surya pasif tidak
memerlukan biaya lebih dari konstruksi konvensional, dan dapat menghemat
uang untuk tagihan bahan bakar.
3. Estetika. Bangunan surya pasif dapat memiliki tampilan konvensional di luar,
dan fitur surya pasif membuatnya cerah dan menyenangkan di dalam.
4. Bertanggung jawab terhadap lingkungan. Rumah surya pasif dapat secara
signifikan mengurangi penggunaan bahan bakar pemanas dan listrik yang
digunakan untuk penerangan. Jika strategi pendinginan pasif digunakan dalam
desain, biaya AC musim panas dapat dikurangi juga.

17
Gambar 2.3 adalah lima elmen desain dalam penerapan konsep arsitektur
berkelanjutan.

Gambar 2.3 Elemen Desain Green Architecture


Sumber: Ragheb et al, 2016
Penjelasan dari kelima elemen tersebut adalah sebagai berikut (Ragheb, El-
Shimy dan Ragheb, 2016):
2.5.1 Sustainable Site Design
Desain situs berkelanjutan atau sustainable site design berupaya
meminimalkan area yang terganggu dan pelaksanaannya dalam proyek harus
dipertimbangkan oleh perencana lokasi. Penentuan site merupakan peran penting
pada elemen ini. (Ragheb, 2016; Diwari, 2016; Algburi, 2018). Menurut Cooper
dalam Wardhono (2015), penentuan zonasi pada wisata alam diperoleh tiga macam
zona yakni zona inti yang berfungsi sebagai zona atraksi utama dan juga berkaitan
dengan tujuan utama datangnya pengunjung, zona penyangga yang berbatasan
langsung dengan zona inti,bangunan diperbolehkan berdiri pada zona penyangga
namun dengan syarat bahwa fungsi dari bangunan tersebut tidak mengganggu
kelestarian dari zona inti, serta zona publik yang diperuntukkan sebagai tempat
pengembangan fasilitas dan layanan yang bersifat komersil.
2.5.2 Water Conservation and Quality
Perlindungan dan konservasi air sepanjang umur bangunan dapat dicapai
dengan merancang pipa ganda yang mendaur ulang air dalam pembilasan toilet. Air
limbah dapat diminimalkan dengan memanfaatkan perlengkapan hemat air seperti
toilet flush ultra-rendah dan kepala pancuran aliran rendah. Pada perencanaan

18
kawasan wisata, kriteria konservasi dan kualitas air atau water conservation and
quality dapat dilakukan dengan penggunaan sensor keran pada aliran air sehingga
keran dapat tertutup otomatis dan memberikan informasi untuk penghematan
penggunaan air (Ragheb, 2016; Algburi, 2018).
2.5.3 Energy and Environment
Desain surya pasif mengacu pada penggunaan energi matahari untuk
pemanasan dan pendinginan ruang hidup. Bangunan atau beberapa elemennya
memanfaatkan karakteristik energi alami dalam bahannya untuk menyerap dan
memancarkan panas yang dihasilkan oleh paparan sinar matahari. Sistem pasif
sederhana, tidak memiliki sistem mekanis, memerlukan perawatan minimal dan
dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan biaya pemanasan serta pendinginan.
Komponen utama pada elemen ini adalah orientasi, jendela berlapis ganda,
overhand jendela, atap dinding penyimpanan thermal, pengecatan atap, ventilasi,
penguapan, penerangan siang hari, dan bahan konstruksi. Sehingga pada
perencanan kawasan wisata dapat dilakukan ventilasi dan pencahayaan alami pada
bangunan serta mendaur ulang sampah sesuai dengan jenisnya (Ragheb, 2016;
Wijaya, 2019).
2.5.4 Indoor Environmental Quality
Indoor Environmental Quality berfokus pada proses-proses
mengintegrasikan fungsi ekologis ke dalam bangunan untuk menangkap,
menyimpan, dan menyaring air, memurnikan udara, dan memproses nutrisi lainnya.
Teknik yang dapat digunakan pada elemen ini dilakukan upaya kontrol sistem
ventilasi, mengontrol sumber untuk mengurangi emisi dari sumber polusi dalam
ruangan, dan lokasi debu pembuangan. Sehingga pada perencanaan kawasan wisata
dapat dilakukan dengan ventilasi alami, menjaga suhu dan kelembaban ruangan
dengan penggunaan atap hijau serta mengurangi polusi udara seperti asap rokok
(Ragheb, 2016; Algburi, 2018).
2.5.5 Conservation of Material Resources
Bahan bangunan hijau umumnya terdiri dari sumber daya terbarukan daripada
sumber daya yang tidak terbarukan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan
karena dampaknya dipertimbangkan selama masa pakai produk. Bahan bangunan

19
hijau meminimalisir biaya pemeliharaan dan perbaikan selama umur ekonomis
bangunan, menyesuaikan energi, meningkatkan kesehatan serta produktivitas
penghuni. Bahan ramah lingkungan dipilih melalui pertimbangan kriteria seperti
konten yang kembali dipakai serta didaur ulang, bahan yang dipanen dengan cara
berkelanjutan juga cepat diperbarui, ketahanan usia panjang, dan produksi lokal.
Bahan umum pada banyak jenis bangunan alami yakni pasir serta tanah liat. Bahan
lain yang biasa digunakan pada bangunan alami termasuk bangunan di kawasan
wisata yakni tanah, bahan kayu (cordwood), bahan jerami, bahan bambu serta batu
(Ragheb, 2016; Wijaya, 2019).
2.6 Estimasi Biaya
Untuk menentukan besaran nilai anggaran yang dibutuhkan dalam melakukan
perencanaan aset, maka diperlukan perhitungan menggunakan metode estimasi
biaya. Estimasi adalah suatu proses atau metode yang diharapkan dapat
menghasilkan suatu perkiraan yang dibutuhkan (Harinaldi, 2005). Menurut Standar
Penilaian Indonesia (2019) biaya yakni beberapa uang yang dibelanjakan atas sautu
benda maupun pelayanan atau besaran yang diperlukan guna menghasilkan benda
maupun layanan tersebut. Menurut Siregar (2013) biaya yakni dedikasi awal
perniagaan guna mendapatkan benda atau layanan yang diinginkan dapat memberi
arti atau fungsi sekarang maupun masa selanjutnya. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan, biaya adalah sejumlah uang yang dibutuhkan guna mendapatkan benda
maupun layanan yang dapat berguna dan manfaat dimasa yang akan datang.
2.6.1 Estimasi Biaya Pembongkaran
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2002 mengenai Bangunan Gedung,
penghancuran atau pembongkaran merupakan aktivitas merombak seluruh atau
separuh bangunan yang meliputi elemen bangunan atau sarana infrastruktur. Biaya
pembongkaran diperhitungkan dengan luas per meter persegi bangunan lalu
dikalikan tarif penghancuran bangunan. Biaya penghancuran bersumber dari
Permen PU No.11/PRT/M/2016 dengan rincian biaya sebagai berikut:
Biaya Pembongkaran = Luas per meter persegi bangunan x biaya pembongkaran
bangunan

20
2.6.2 Estimasi Biaya Pembangunan
Savitri dalam Napu (2016) menjelaskan bahwa estimasi biaya dapat dihitung
dengan mengalikan antara volume dengan harga setiap satuan pekerjaan. Hasil
perkalian tersebut lalu dikali dengan ppn dengan tarif 10%. Hasil perhitungan setiap
biaya pembangunan kemudian dijumlahkan untuk mengetahui total biaya
pembangunan. Terdapat tiga metode untuk menghitung biaya pembangunan
(Prawoto, 2014).
1. Metode Survei Kuantitas
Metode ini menjelaskan mengenai perhitungan biaya yang didasarkan pada
rincian persediaan buruh, material, dan peralatan (Prawoto, 2014). Seluruh
kebutuhan dari bangunan seperti biaya membangun dan biaya instalasi
komponen dijumlahkan untuk mengetahui biaya bangunan secara menyeluruh.
Biaya bangunan = biaya langsung x harga satuan + biaya tidak langsung x
harga satuan
2. Metode Unit Terpasang
Proses perhitungan yang mengkalkulasi tarif per unit berdasarkan banyaknya
bahan yang dipakai per meter persegi (Prawoto, 2014). Rumus metode ini
yaitu:
Biaya bangunan = satuan unit terpasang x tarif satuan unit terpasang
Perhitungan ini tidak jauh berbeda dengan pengkalkulasian pada metode survei
kuantiti.
3. Metode Meter Persegi
Pada metode ini menjelaskan mengenai biaya membuat yang diperoleh
menggunakan per (m2) bangunan yang sudah diketahui, setara maupun sejenis
(Prawoto, 2014). Perhitungan memakai metode ini yaitu:
Biaya bangunan = luas bangunan x harga per m2 bangunan
Proyek perencanaan pengembangan wisata Air Panas Cibolang meliputi
biaya pembongkaran dan biaya pembangunan.

2.7 Landasan Normatif


Selain menggunakan landasan teori, pada penelitian ini digunakan landasan
normatif sebagai berikut:

21
1. Rencana Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Perda Kabupaten Bandung
No. 4 Tahun 2019)
Sumber Air Panas Cibolang dan Perkebunan Malabar adalah daya tarik wisata
unggulan KPPD (kawasan pengembangan pariwisata daerah) agrowisata
rekreatif Malabar. Sasaran pengembangan agrowisata Malabar berupa
penerapan konsep pengembangan kawasan agrowisata dan wisata alam
rekreatif dengan tetap mempertahankan kualitas lingkungan ekologi.
2. Pengelolaan Pemandian Air Panas (Permenpar No. 27, 2015).
a. Kolam pemandian air panas
Harus terdapat sumber air panas alami yang berasal dari pegunungan dan
tersedia debit air paling sedikit 2 (dua) liter per detik.
b. Ruang Ganti
Pada wisata Pemandian Air Panas harus tersedia area bilas untuk
membersihkan diri. Ruang ganti pakaian perlu dilengkapi dengan tempat
penyimpanan barang, dan dibuat terpisah dari toilet atau tempat mencuci.
3. Pendirian Sarpras Wisata Alam di Kawasan Hutan (Permen LHK No. P13,
2020).
Pendirian sarpras wisata alam di kawasan hutan dilaksanakan berlandaskan
prinsip konservasi ditujukan agar pendirian sarpras harus konsisten
melestarikan lanskap kawasan agar bisa meminimalisir pengaruh buruk pada
area hutan.
4. Standar Usaha Gelanggang Renang (Permenpar No. 16 Tahun 2015).
Kolam renang dilengkapi dengan teras kolam, fasilitas kolam anak kedalaman
kolam tiga puluh sampai dengan enam puluh sentimeter dengan luas paling
sedikit sepuluh m2, serta kolam dewasa yakni kedalaman kolam paling sedikit
60cm.
5. Akomodasi (Area Kemah) (Permenpar No. 24, 2015).
Tempat berkemah yang tersedia harus memiliki kontur lahan yang datar,
bersih, aman, nyaman, dan terawat. Tempat berkemah ini harus menyediakan
tenda dengan kapasitas minimum 4 (empat) orang. Pada area perkemahan harus
ada tata letak (layout) untuk penempatan tenda. Tata letak tersebut tersebut bisa

22
lurus, miring, atau berbentuk L. Setiap tenda harus memiliki jarak sekitar 48
inchi atau 1,2 meter untuk mobilitas.
6. Standar Pembangunan Pusat Infromasi, Ruang Ganti/Toilet, Parkir, Fasilitas
Kebersihan dan Keamanan, Tempat Ibadah (Permenparekraf No. 3 Tahun
2022).
a. Pembangunan Pusat Informasi Pariwisata/TIC
Pusat informasi tersebut harus berada di tempat yang strategis, terlihat
dengan gampang, dan wisatawan gampang mencapainya. Luas bangunan
TIC tidak lebih dari 80 m2. Material bangunannya disesuaikan dengan
lingkungan sekitar, apabila berada di perkotaan dapat menggunakan beton
serta batu bata. Namun, jika berada di pedalaman dapat memakai kayu dan
batu. Bangunan tersebut dilengkapi dengan 2 (dua) pintu dan fasilitas
aksesibilitas untuk penyandang disabilitas. Di dalamnya dilengkapi
dengan entrance dan lobby, service desk, area informasi, lounge, kantor
administrasi, toilet, dan papan penunjuk lokasi.
b. Pembuatan Kamar Mandi dan Tempat Ganti
Toilet tersebut harus terjaga kebersihannyadan higienis serta dipisah untuk
pria dan wanita. Jumlah toilet perempuan disarankan lebih banyak tiga kali
dari toilet laki-laki. Tempat wisata juga harus dapat menyediakan toilet
untuk wisatawan berkebutuhan khusus. Toilet disarankan dilengkapi
dengan beberapa fasilitas seperti kloset, handicap dan lainnya.
c. Pembuatan Tempat Parkir
Perencanaan fasilitas tempat parkir harus mengutamakan Satuan Ruang
Parkir yang merupakan standar ukuran dimensi dalam menempatkan
kendaraan. Tabel 2.1 adalah penetapan SRP bagi kendaraan penumpang
yang dibagi menjadi 3 jenis.

23
Tabel 2.1 SRP
No Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir
1 a. Mobil gol I 2,30 x 5,00
b, Mobil gol II 2,50 x 5,00
c. Mobil gol III 3,00 x 5,00
2 Bus/Truk 3,40 x 12,50
3 Sepeda Motor 0,75 x 2,00
Sumber : Permenparekraf No. 3 Tahun 2022

d. Pembangunan fasilitas kebersihan


Fasilitas pendukung yang harus ada di lokasi wisata yakni tempat sampah
yang dikhususkan dua jenis sebagai berikut:
1) Tempat sampah warna hijau dengan cap sampah organik
2) Tempat sampah warna kuning dengan cap sampah guna ulang
Ukurannya adalah sembilan puluh lima dikali empat puluh dikali seraturs
sentimeter. Bahan yang dipakai dapat seperti bahan yang kokoh dan
bertahan lama contohnya metal wooden.
e. Pos Keamanan dan Keselamatan
Bangunan pos keamanan bisa ditambahkan alat pengenang suara yang
dipakai guna memberikan terguran dan informasi darurat, sirine yang
bersuara jika suatu bencana alam datang, kamera pengawas, kamar mandi,
serta alat lainya yang dibutuhkan berdasarkan dengan standar.
f. Tempat Ibadah
Kriteria mushola di kawasan wisata sebagai berikut:
1) Strategis dan mudah diakses.
2) Luas ruangan maksimal dapat menampung 30 orang.
3) Mempunyai air conditioning, pencahayaan, sirkulasi pintu sesuai
peraturan.
4) Tanda arah harus bisa dibaca dengan jelas dan gampang dilihat.
5) Dimensi panjang dan lebar bangunan adalah sembilan meter serta
6) Tempat Ibadah memiliki ukuran panjang bangunan 9 m dan lebar
bangunan 9 m, ditambah selasar.

24
7) Terdapat batas suci, disediakan fasilitas tempat duduk di selasar
mushola.
8) Desain bangunan harus memiliki ciri khas, merepresentasikan tempat
wisata, dan keunikan budayanya.

2.8 Penelitian Sebelumnya


Penelitian sebelumnya dipakai untuk sumber bagi proyek yang akan
dilaksanakan. Tabel 2.2 menunjukkan penelitian sebelumnya yang menjadi salah
satu acuan penulis pada proyek ini.

Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Variabel yang dikaji Variabel/Indikator yang


Peneliltian diteliti untuk indikator
yang diajukan
1. Linking Variabel : Physical, Variabel : Main facilities,
Marzuki, nature-based environment, main facilities, Support facilities,
et al tourism support facilities, Infrastructure
(2017) attributes to infrastructure
tourists’ Indikator :
satisfaction Indikator : Accommodation, Food and
Varieties of plant species, beverages establishments,
varieties of landscapes, Toilets, Information
varieties of recreational counter, Electrical supply,
activities, adventure Telecommunication
opportunities, beautiful network coverage
scenery, fascinating
geological features

Accommodation, Food and


beverages establishments,
Toilets, Information counter,
Camping site, Gazebo/sitting
area

Water supply, Electrical


supply, Telecommunication
network coverage
2. Developing Variabel : Accommodation, Variabel : Support
Ginting tourism Support facilities, Tourism facilities & Main facilities
& facilities based auxiliary facilities
Sasmita on geotourism Indikator : Eating places,
(2018) in Silalahi Indikator : parking, toilets, hygiene
Village, Hotel / lodging, eating and safety facilities, places
Geopark Toba places, entertainment of worship, information
Caldera facilities, parking, toilets, center
hygiene and safety facilities,
places of worship, shelters,
souvenir shops, visitor

25
Peneliti Judul Variabel yang dikaji Variabel/Indikator yang
Peneliltian diteliti untuk indikator
yang diajukan
service, information center,
sign board

3. Meo Penanganan Variabel : Attraction, Variabel: Amenities


dan Lingkungan Amenities, Ancyllary, (Facilities)
Suryawa Fisik di Objek Accesibility
n (2018) Wisata Air Indikator: Ruang ganti,
Panas Indikator: kolam renang
Mengeruda, Loket tiket, parkir, ruang
Kabupaten ganti, toilet, penginapan,
Ngada, gedung convention centre,
Provinsi Nusa kolam renang buatan, gazebo
Tenggara
Timur
4. Sustainable Konsep Sustainable Tourism Penerapan konsep
Wijaya, I Tourism dalam mendesain ulang pariwisata berkelanjutan
(2019) Concept In arsitektur Pemandian Air menggunakan green
Redisigning Panas Banyuwedang dengan architecture di Kawasan
Zone- menggunakan green Pemandian Air Panas.
Arrangement architecture.
on
Banyuwedang
Hot Springs
Architecture
5. Green Prinsip Green Acrhitecture Elemen desain green
Ragheb, Architecture: dengan elemen desain green building : Sustainable site
et al A Concept of building : design, water conservation
(2016) Sustainability Sustainable site design, and quality, energy and
water conservation and environment, indoor
quality, energy and environment quality, dan
environment, indoor conservation of material
environment quality, dan and resources
conservation of material and
resources

2.9 Kerangka Berpikir Proyek


Skema gagasan yang diperlihatkan guna mengilustrasikan kompleksitas relasi
antara elemen-elemen yang direkognisi penting pada suatu permasalahan adalah
kerangka berpikir proyek. Gambar 2.4 menunjukkan kerangka berpikir pada proyek
ini.

26
Pokok Masalah:
Pemandian Air Panas Cibolang sudah memiliki aset fasilitas dan infrastruktur namun
belum memadai secara kualitas dan kuantitasnya.

Pengembangan Aset Fasilitas dan Infrastruktur Berdasarkan Konsep Green


Architecture Pada Kawasan Wisata Pemandian Air Panas Cibolang

Landasan Teori: Landasan Normatif: Benchmarking:


1. Pemenpar Nomor 27
1. Fasilitas dan 1. Kolam pada
Tahun 2015
Infrastruktur wisata Hanmer Springs
2. Permenparekraf
alam Water, New
Nomor 2 Tahun 2021
2. Green Architecture Zealand
3. Permenpar No. 24
3. Estimasi biaya 2. Area Kemah
Tahun 2015
pada Ecocamp
4. Perda Kab. Bandung
Pantagonia, Chile
No. 4 Tahun 2019

Estimasi Biaya

Hasil Proyek: Luaran Proyek:


1. Rancangan pengembangan aset fasilitas dan 1. Layout 2D Pemetaan Zonasi
infrastruktur Wisata Air Panas Cibolang 2. Video 3D pengembangan
2. Estimasi biaya pengembangan fasilitas dan kawasan wisata Pemandian Air
infrastruktur Wisata Air Panas Cibolang. Panas Cibolang.

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Proyek

Pokok masalah pada proyek ini yakni dengan potensi sumber daya aset
pariwisata yang dimiliki, Pemandian Air Panas Cibolang sudah tersedia aset
fasilitas dan infrastruktur namun belum memadai serta belum ada upaya
pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur berkelanjutan dengan konsep green
architecture. Berdasarkan pokok masalah, terdapat dua identifikasi proyek yakni
pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur wisata alam serta estimasi biaya.
Landasan teori yang digunakan yaitu pengembangan Fasilitas wisata alam yang
terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung (Marzuki et al, 2017; Meo &
Suryawan, 2018; Ginting & Sasmita, 2018), Infrastruktur Pariwisata (Marzuki et al,

27
2017) dengan menggunakan konsep Green Architecture menurut Ragheb, et al
(2016) serta Estimasi biaya (Prawoto, 2014).
Landasan normatif yang digunakan mengatur mengenai standar
pembangunan fasilitas dan infrastruktur pariwisata. Adapun objek wisata yang
dijadikan benchmark yakni Hanmer Spring Water dalam pembangunan kolam
pemandian air panas. Hasil proyek ini adalah rancangan pengembangan aset
fasilitas dan infrastruktur dengan konsep Green Architecture, estimasi biaya untuk
pengembangan fasilitas dan infrastruktur, serta layout 2D dan video 3D
pengembangan fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Pemandian Air Panas
Cibolang.

28
BAB III
METODE PERANCANGAN PROYEK

3.1 Metode Proyek


Proyek pengembangan fasilitas dan infrastruktur kawasan Cibolang
menerapkan metode deskriptif dengan tujuan menggambarkan pengembangan aset
fisik fasilitas dan infrastruktur di kawasan Air Panas Cibolang. Metode ini
diterapkan untuk menganalisis data proyek pengembangan aset fisik fasilitas dan
infrastruktur di kawasan Air Panas Cibolang yang telah dikumpulkan. Pada proyek
ini diterapkan pendekatan kualitatif serta kuantitatif. Pendekatan kualitatif
dilaksanakan dalam proses pengumpulan data mengenai kualitas aset aset fisik
fasilitas dan infrastruktur di Pemandian Air Panas Cibolang berdasarkan
wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap narasumber. Adapun
pendekatan kuantitatif digunakan untuk menghitung kebutuhan ruang dan jumlah
aset fisik fasilitas dan infrastruktur yang dibutuhkan.

3.2 Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data


Data kualitatif serta kuantitatif merupakan jenis data yang dipakai pada
proyek ini. Data kualitatif dalam proyek ini adalah tata letak dan kondisi aset fisik
yang ada di Pemandian Air Panas Cibolang. Data kuantitatif dalam proyek ini di
antaranya adalah ukuran dari fasilitas dan estimasi biaya pengembangan fasilitas.
Sumber data yang dibutuhkan pada proyek tugas akhir ini adalah data primer serta
data sekunder. Berikut uraian mengenai sumber data pada proyek pengembangan
fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang:
1. Data Primer
Proyek ini memiliki data yang bersumber primer seperti melakukan wawancara
kepada pihak Perum Perhutani mengenai kawasan wisata Pemandian Air Panas
Cibolang serta fasilitas dan infrastruktur yang tersedia pada kawasan wisata
tersebut, wawancara kepada wisatawan mengenai kondisi aset dan jenis aset
yang dibutuhkan, serta wawancara kepada kontraktor mengenai pekerjaan dan
biaya pembangunan. Selain wawancara, data didapatkan dengan cara observasi

29
juga dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai kualitas dan kuantitas
aset fasilitas dan infrastruktur.
2. Data sekunder
Pada proyek ini sumber data sekunder yakni dengan mendapatkan data pada
jurnal dan landasan normatif. Informasi yang didapat adalah peraturan yang
membahas tentang pengembangan fasilitas dan infrastruktur kawasan wisata,
kemudian landasan normatif yang membahas berbagai kriteria/standar aset
fasilitas wisata dan daftar biaya teknis bangunan, biaya pembongkaran, serta
biaya pembangunan. Data ini bersumber dari buku, peraturan, web, internet,
dokumentasi perusahaan, analisis industri dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data pada


proyek ini yaitu:.
1. Wawancara
Pada proyek ini dilakukan proses wawancara guna mengumpulkan data untuk
di analisis dalam proyek. Hal yang di wawancarai yakni mengenai aset fasilitas
dan infrastruktur di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang. Adapun narasumber
wawancara yakni pengelola atau disebut juga koordinator wisata Pemandian
Air Panas Cibolang yang bernama Bapak Dindin Wahyudin serta beberapa
pengunjung Pemandian Air Panas Cibolang. Wawancara dilakukan selama
proses penulisan laporan terutama saat penulisan bab empat. Wawancara yang
dilakukan dalam proyek ini yaitu untuk mengajukan pertanyaan indikator aset
fasilitas dan infrastruktur wisata. Kegiatan wawancara dilakukan di Pemandian
Air Panas Cibolang yang berlokasi di Pangalengan. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan mengenai aset fasilitas dan infrastruktur lalu direkam dengan
alat yang digunakan dalam wawancara yaitu perekam suara.
2. Observasi
Pada proyek ini dilakukan observasi dengan mendatangi objek secara langsung
untuk mengetahui kondisi eksisting fasilitas Pemandian Air Panas Cibolang
yang terdiri dari fasilitas utama yakni kolam pemandian air panas, area kemah,
ruang ganti, dan toilet, serta fasilitas pendukung yakni parkir, fasilitas
kebersihan, fasilitas keamanan, mushola, dan pusat informasi. Infrastruktur

30
yang terdiri dari jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi. Peralatan yang
dipakai pada observasi yakni kamera serta catatan handphone. Kegiatan yang
dilakukan adalah mengamati dan mencatat kondisi aset fasilitas dan
infrastruktur, penentuan lokasi aset, pembagian zonasi, penyesuaian dengan
kriteria aset fasilitas dan infrastruktur. Pencatatan dan pengamatan yang
dilakukan berhubungan dengan kualitas dan kuantitas aset fasilitas dan
infrastruktur yang tersedia. Hasil dari observasi ini adalah laporan yang akan
dilaporkan secara sistematis.
3. Studi Dokumentasi
Pada penelitian ini dilaksanakan studi dokumentasi guna mendapatkan data
sekunder yang bersumber dari artikel ilmiah atau jurnal, beberapa buku
maupun peraturan yang berlaku. Adapun dokumen yang diambil datanya
adalah landasan normatif (peraturan) mengenai kriteria aset fasilitas dan
infrastruktur wisata, biaya teknik bangunan, biaya pembongkaran, biaya
pembangunan, foto, serta video kondisi eksisting sarana dan prasarana di
Kawasan Air Panas Cibolang.
4. Benchmark
Proyek perencanaan pengembangan fasilitas dan infrastruktur wisata Air Panas
Cibolang menggunakan benchmarking untuk mengetahui kekurangan yang ada
dan mempelajari kelebihan yang ada di tempat wisata lain. Tempat wisata yang
dipilih menjadi acuan tersebut adalah Hanmer Springs Water yang berlokasi di
New Zealand.

3.3 Prosedur Perancangan Proyek


Prosedur proyek yakni langkah berurutan yang sistematis dan dijadikan
petunjuk untuk penyusunan proyek. Prosedur proyek ini disusun agar aktivitas yang
dilakukan lebih teratur untuk memperoleh hasil yang optimal. Prosedur proyek
yang digunakan pada proyek ini terlihat dalam Gambar 3.1 berikut.

31
Menetapkan objek proyek yakni
Kawasan Wisata Air Panas Cibolang

Identifikasi Proyek: Tujuan Proyek:


1. Menyusun rancangan 1. Menghasilkan rancangan
pengembangan aset fasilitas dan pengembangan aset fasilitas dan
infrastruktur berdasarkan konsep infrastruktur berdasarkan konsep
green architecture green architecture
2. Menghitung estimasi pendanaan 2. Menghasilkan perhitungan estimasi
pengembangan fasilitas dan pendanaan pengembangan fasilitas
infrastruktur dan infrastruktur

Menentukan landasan teori


dan landasan normatif

Mengumpulkan data

Observasi: Wawancara:
Benchmark:
Kondisi aset fisik BPKH Pangalengan Studi Hanmer Springs
Air Panas KPH Bandung Dokumentasi
Cibolang Selatan

Menganalisis data

Data kualitatif Data kuantitatif

Menyusun laporan Pengembangan Aset Fasilitas dan


Infrastruktur Wisata Air Panas Cibolang

Gambar 3.1 Prosedur Perancangan Proyek

Menetapkan objek proyek adalah tahap pertama dalam prosedur proyek ini.
Objek pada proyek ini yakni Wisata Air Panas Cibolang. Proses selanjutnya yakni
mengidentifikasi proyek dan menentukan tujuan proyek. Setelah mengidentifikasi
proyek, selanjutnya tujuan proyek disesuaikan dengan identifikasi proyek. Tahap
selanjutnya yakni menetapkan landasan teori dan landasan normatif pada proyek.
Landasan tersebut selanjutnya dipakai untuk menganalisis data yang sudah
dikolektifkan melalui survei lapangan, wawancara, dokumentasi, dan benchmark.

32
Data kualitatif serta data kuantitatif di analisis. Setelah menganalisis data,
selanjutnya yakni menyimpulkan hasil analisis. Tahap terakhir prosedur proyek
yakni menyusun laporan pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur wisata Air
Panas Cibolang.

3.4 Benchmark
Benchmarking adalah sebuah alat yang penting untuk perbaikan dengan cara
melakukan perbandingan dengan organisasi lain yang sudah diakui sebagai yang
terbaik di bidangnya. Kelebihan dari organisasi lain tersebut dapat dipelajari dan
diterapkan pada kekurangan yang ada di organisasi sendiri (Bhutta dan Huq, 1999).
Proyek pengembangan fasilitas dan infrastruktur wisata Air Panas Cibolang
menggunakan benchmarking untuk mengetahui kekurangan yang ada dan
mempelajari kelebihan yang ada di tempat wisata lain. Berikut tempat wisata yang
dipilih menjadi acuan benchmarking:
1. Kolam Pemandian Air Panas
Hanmer Springs yang berlokasi di Amuri Avenue, New Zealand adalah
benchmark untuk pembangunan kolam pada proyek ini. Gambar 3.2
merupakan tampilan Hanmer Springs.

Gambar 3.2 Hanmer Springs


Sumber : Commercialprojectawards.co.nz
Pada proyek ini, Hanmer Springs dipilih menjadi benchmarking dikarenakan
tempat tersebut memiliki karakteristik yang sama yaitu pemandian air panas
dan sudah memiliki fasilitas yang baik serta desain kolam yang unik sehingga
dapat menarik minat wisatawan global. Selain itu kolam pemandian air panas

33
ini telah menerapkan konsep sustainable sesuai dengan konsep sustainable
architecture pada proyek ini dan luas kolam pada Hanmer Spring sesuai
dengan luas lahan yang tersedia di Cibolang. Terdapat tujuh jenis kolam di
Hanmer Spring. Namun, kolam yang dipilih sebagai benchmarking hanya 3
jenis kolam yakni Cascade Pools, Rock Pools, dan Private Pools dikarenakan
disesuaikan dengan lahan yang tersedia dan kebutuhan pada Air Panas
Cibolang serta disesuaikan dengan rencana pembangunan Air Panas Cibolang.
2. Akomodasi (Tempat Berkemah)
Ecocamp Pantagonia merupakan tempat yang dipilih untuk menjadi
benchmarking, tempat ini terletak di Chile. Tempat kemah ini menerapkan
konsep sustainable accomodation dimana ini merupakan akomodasi pertama
yang sepenuhnya berkelanjutan di kawasan selatan Amazon dan kamar hotel
geodesik pertama di dunia. Gambar 3.3 merupakan tampilan Ecocamp
Pantagonia:

Gambar 3.3 Ecocamp Pantagonia di Chille


Sumber: Ecocamp.travel

Ecocamp Pantagonia dipilih menjadi benchmarking karena tempat ini


menerapkan konsep berkelanjutan berkaitan dengan konsep arsitektur
berkelanjutan pada proyek ini.

3.5 Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Operasionalisasi Proyek


Tujuan dari KAK ini adalah untuk memudahkan dalam penulisan proyek
tugas akhir, dengan adanya KAK pengerjaan proyek lebih fokus dan terarah. Tabel

34
3.1 menunjukkan KAK Perencanaan Aset Fasilitas Wisata Pemandian Air Panas
Cibolang.

Tabel 3.1 Kerangka Acuan Kerja


No Unsur Keterangan
1 Nama Proyek Pengembangan Aset Fisik Fasilitas dan
Infrastruktur Wisata Pemandian Air Panas
Cibolang
2 Latar Belakang Terdapat permasalahan terkait fasilitas wisata
Pemandian Air Panas Cibolang yakni belum
memadai secara kualitas dan kuantitasnya,
terdapat aset yang belum tersedia serta belum
sesuai dengan standar peraturan pemerintah yang
berkaitan dengan fasilitas wisata.
3 Identifikasi Proyek 1. Merancang pengembangan fasilitas di kawasan
wisata Pemandian Air Panas Cibolang.
2. Merancang pengembangan infrastruktur di
kawasan wisata Pemandian Air Panas
Cibolang.
3. Menghitung estimasi pendanaan dan
penganggaran modal yang dibutuhkan dalam
proyek pengembangan fasilitas di kawasan
wisata Pemandian Air Panas Cibolang.
4 Tujuan Proyek 1. Menghasilkan rancangan pengembangan
fasilitas di kawasan wisata Pemandian Air
Panas Cibolang yang terdiri dari fasilitas utama
dan fasilitas pendukung.
2. Menghasilkan estimasi pendanaan dan
penganggaran modal yang dibutuhkan dalam
proyek pengembangan fasilitas di kawasan
wisata Pemandian Air Panas Cibolang.
5 Lokasi Proyek Pemandian Air Panas Cibolang yang beralamat di
Desa Wanasuka, Kec. Pangalengan, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat 40378.
6 Jangka Waktu Proyek Jangka waktu proyek dilaksanakan pada bulan
Febuari 2022 hingga Mei 2022.
7 Landasan Teori Landasan teori yang menjadi acuan dalam
proyek ini adalah pengembangan fasilitas wisata
alam menurut Marzuki et al, (2017); Meo dan
Suryawan (2018); Ginting dan Sasmita (2018),
Infrastruktur Pariwisata Marzuki et al, 2017),
Green Architecture menurut Ragheb, et al (2016)
serta Estimasi biaya (Prawoto, 2014).
8 Landasan Normatif Landasan normatif yang digunakan dalam
proyek ini di antaranya adalah Peraturan
Menteri Pariwisata Nomor 27 Tahun 2015,
Nomor 3 Tahun 2022, Nomor 24 Tahun 2015 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006.

35
No Unsur Keterangan
9 Teknik Pengumpulan Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni
Data observasi, wawancara, studi dokumentasi dan
benchmark.
10 Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada proyek ini
menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
11 Luaran Proyek 1. Buku laporan pengembangan fasilitas dan
infrastruktur di kawasan wisata Pemandian
Air Panas Cibolang.
2. Estimasi biaya untuk pengembangan fasilitas
dan infrastruktur di kawasan wisata
Pemandian Air Panas Cibolang.
3. Layout 2D pemetaan zonasi pengembangan
fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata
Pemandian Air Panas Cibolang.
4. Video 3D pengembangan fasilitas dan
infrastruktur di kawasan wisata Pemandian
Air Panas Cibolang.

36
Setelah kerangka acuan kerja, berikut adalah operasionalisasi proyek yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Operasionalisasi Proyek Perencanaan Pengembangan Aset Fasilitas dan Infrastruktur Wisata Pemandian Air Panas
Cibolang (tambah sumber data

Dimensi Indikator Kisi-kisi pertanyaan Teknik Pengumpulan Data


1. Fasilitas Utama 1.1 Kolam 1. Berapa luas kolam dan lahan yang tersedia untuk Observasi dan Wawancara
adalah sarana yang sangat Pemandian Air Panas kolam baru di area wisata?
dibutuhkan oleh wisatawan 2. Bagaimana layout kolam yang akan dibangun? Studi Dokumentasi
selama berada di suatu objek
wisata yang terdiri dari 3. Mengapa belum ada kolam private? Wawancara
kolam pemandian air panas, 4. Apakah terdapat kendala dalam pengelolaan kolam?
akomodasi, ruang ganti, dan
toilet (Marzuki et al, 2017; 5. Bagaimana sistem pemeliharaan kolam?
Meo & Suryawan, 2018) 1.2 Akomodasi 1. Mengapa belum ada tata letak penempatan tenda Wawancara
(Tempah berkemah) pada area kemah?
2. Apa saja fasilitas pelengkap yang dibutuhkan pada Studi Dokumentasi
area kemah?

1.3 Ruang Ganti 1. Berapa luas dan jumlah ruang ganti yang Studi Dokumentasi
dibutuhkan?
2. Bagaimana sistem pemeliharaan ruang ganti? Wawancara
3. Terdiri dari apa saja fasilitas yang tersedia di ruang Observasi
ganti?
1.4 Toilet 1. Berapa luas dan jumlah toilet pria dan wanita toilet Studi Dokumentasi
yang dibutuhkan?
2. Mengapa belum tersedia toilet untuk penyandang Wawancara
disabilitas?

37
3. Terdiri dari apa saja fasilitas yang tersedia di toilet? Observasi dan Studi
Dokumentasi
2. Fasilitas Pendukung 2.1 Parkir 1. Berapa kapasitas parkir di kawasan wisata Air Panas Wawancara
adalah sarana yang pada Cibolang?
proporsinya sebagai 2. Berapa luas parkir yang dibutuhkan? Studi Dokumentasi
pelengkap fasilitas utama
yang terdiri dari parkir, 3. Mengapa belum tersedia marka parkir? Wawancara
fasilitas kebersihan, fasilitas
2.2 Fasilitas 1. Apa jenis tempat sampah yang dibutuhkan? Observasi dan Studi
keamanan, tempat ibadah,
Kebersihan Dokumentasi
dan pusat informasi (Marzuki
et al, 2017; Ginting & 2. Berapa jumlah tempat sampah yang dibutuhkan? Studi Dokumentasi
Sasmita, 2018) 2.3 Fasilitas 1. Berapa luas pos keamanan yang dibutuhkan? Studi Dokumentasi
Keamanan
2. Mengapa belum tersedia pos keamanan? Wawancara

2.4 Tempat Ibadah 1. Berapa luas tempat ibadah yang dibutuhkan? Studi Dokumentasi
2. Bagaimana sistem pemeliharaan mushola? Wawancara
2.5 Pusat Informasi 1. Berapa luas pusat informasi yang dibutuhkan? Studi Dokumentasi

2. Mengapa pusat informasi disatukan dengan fasilitas Wawancara


kesehatan?
3. Infrastruktur 3.1 Jaringan Listrik 1. Dimana saja letak penerangan yang Observasi
adalah sumber daya yang dibutuhkan/fasilitas apa saja yang membutuhkan
dibutuhkan oleh wisatawan penerangan?
selama perjalanan yang 2. Berapa jumlah penerangan yang dibutuhkan? Studi Dokumentasi
meliputi jaringan listrik dan
jaringan telekomunikasi 3.2 Jaringan 1. Berapa jumlah wifi yang dibutuhkan? Observasi
Telekomunikasi

38
(Mandic, et al, 2018; 2. Apakah sudah tersedia wifi untuk pengunjung di Wawancara
Marzuki et al, 2017) kawasan Air Panas Cibolang?
4. Green Architecture 4.1 Sustainable site 1. Bagaimana susunan bangunan di kawasan wisata Observasi
adalah arsitektur yang design Air Panas Cibolang?
berusaha meminimalkan
dampak negatif pada 4.2 Water 1. Apakah sudah ada upaya untuk penghematan air di Observasi dan Wawancara
lingkungan dengan lima conservation and kawasan wisata ini?
elemen yakni sustainable site quality
design, water conservation 2. Mengapa fasilitas seperti toilet dan mushola tidak Wawancara
and quality, energy and menggunakan keran sensor?
environment, indoor
environmental quality dan 4.3 Energy and 1. Apakah sudah menggunakan ventilasi dan Observasi
conservation of material and environment pencahayaan alami?
resources (Ragheb et al, 2. Apakah sudah dilakukan daur ulang sampah sesuai Wawancara
2016) jenisnya di kawasan wisata ini?

4.4 Indoor 1. Apakah sudah ada upaya untuk pengurangan polusi Wawancara
environmental udara seperti asap rokok?
quality

4.5 Conservation of 1. Apakah sudah menggunakan bahan bangunan hijau Observasi


material and (ramah lingkungan)?
resources

39
3.6 Teknik Analisis Data
Pada perencanaan pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur Pemandian
Air Panas Cibolang teknik analisis data berupa analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif untuk menjawab identifikasi pada proyek ini. Data kualitatif yang
dianalisis terdiri dari gambaran umum, kondisi saat ini, standar aset fasilitas dan
infrastruktur wisata yang bersumber dari hasil survei, wawancara, dokumentasi
serta studi banding. Hal tersebut guna menentukan rancangan tepat berdasarkan
dengan standar untuk rencana pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur
Pemandian Air Panas Cibolang. Gambar 3.4 menunjukkan teknik analisis data
proyek pengembangan fasilitas dan infrastruktur.

Gambar 3.4 Teknik Analisis Data

1. Teknik Bangunan
Perhitungan teknik bangunan yang dilakukan pada proyek ini mengacu pada
Permenparekraf No. 2 Tahun 2021. Perhitungan tersebut terdiri dari
perhitungan KDB serta KDH sebagai berikut:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Jumlah persen perbedaan antara luas lantai dasar secara menyeluruh yang
dapat dibangun dengan luas tapak peruntukan. Berdasarkan

40
Permenparekraf, 2021 pada kawasan track wisata alam, angka KDB
disarankan 10% dari luas tapak peruntukan sehingga rumus perhitungan
KDB sebagai berikut:

KDB: 10% x Luas Daerah Perencanaan

b. Koefisien Dasar Hijau


Jumlah persen perbedaan antara luas seluruh ruang terbuka dengan luas
lahan perencanaan. Rumus perhitungan koefisien dasar hijau berdasarkan
Permenparekraf, 2021 adalah sebagai berikut:

KDH: 90% x Luas Daerah Perencanaan

2. Estimasi Biaya
Data kuantitatif yang diestimasikan meliputi biaya pembongkaran dan
pembangunan fasilitas dan infrastruktur menggunakan metode estimasi biaya
menurut Prawoto (2014):
a. Metode Survei Kuantitas
Metode ini menjelaskan mengenai perhitungan biaya yang didasarkan
pada rincian persediaan buruh, material, dan peralatan (Prawoto, 2014).
Seluruh kebutuhan dari bangunan seperti biaya membangun dan biaya
instalasi komponen dijumlahkan untuk mengetahui biaya bangunan secara
menyeluruh.
Biaya bangunan = biaya langsung x harga satuan + biaya tidak langsung
x harga satuan
b. Metode Unit Terpasang
Metode ini merupakan perhitungan yang mengkalkulasi tarif per unit
menurut banyaknya satuan bahan yang dipakai per m2 (Prawoto, 2014).
Biaya bangunan = satuan unit terpasang x harga satuan unit terpasang
c. Metode Meter Persegi
Metode ini menjelaskan mengenai biaya membangun yang diperoleh
menggunakan per m2 bangunan yang telah diketahui, setara maupun

41
sejenis (Prawoto, 2014). Perhitungan memakai metode ini dilaksanakan
melalui langkah sebagai berikut.
Biaya bangunan = luas bangunan x harga permeter persegi bangunan

Unit analisis pada proyek ini adalah lahan dengan menggunakan satuan meter
persegi untuk pengembangan aset fisik fasilitas dan infrastruktur di Kawasan
Wisata Air Panas Cibolang, sehingga unit analisis ini termasuk kedalam kategori
benda (Sugiama, 2013). Adapun aset fasilitas yang dikaji meliputi fasilitas utama
kolam pemandian air panas, area berkemah, ruang ganti, toilet, fasilitas pendukung
tempat parkir, fasilitas kebersihan, fasilitas keamanan, mushola, pusat informasi,
serta infrastruktur jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi. Fasilitas dan
infrastruktur yang tersedia di kawasan wisata Air Panas Cibolang tersebut belum
memenuhi kebutuhan dan kriteria yang berlaku sehingga pada proyek ini akan
dilakukan pengembangan aset fisik fasilitas dan infrastruktur pada kawasan wisata
Air Panas Cibolang. Kawasan wisata ini terletak di Pangalengan dengan luas lahan
4,90 hektar.

42
BAB IV
PENGEMBANGAN ASET FASILITAS DAN
INFRASTRUKTUR BERDASARKAN KONSEP GREEN
ARCHITECTURE

4.1 Gambaran Umum Objek


Pada penelitian ini objek yang dikaji adalah aset fasilitas dan infrastruktur di
Pemandian Air Panas Cibolang. Objek tersebut termasuk jenis aset real estate and
facilites (Campbell, 2011) karena merupakan aset berupa lahan dan terdapat
beberapa fasilitas penunjang di dalamnya. Pemandian Air Panas Cibolang dimiliki
oleh Perum Perhutani dan dikelola oleh BPKH Pangalengan KPH Bandung Selatan.
Pemandian Air Panas ini diresmikan pada tahun 1985 dengan tujuan untuk
mendobrak pariwisata Perhutani Jabar Banten dan mengoptimalkan penggunakan
dan pemanfaatan aset Perhutani sebagaimana dijelaskan oleh Sugiama (2013). Aset
fasilitas Pemandian Air Panas Cibolang berada pada siklus perencanaan aset
sebagaimana dijelaskan oleh Sugiama (2013). Gambar 3.1 menunjukkan site and
position Pemandian Air Panas Cibolang.

Gambar 4.1 Site & Position Air Panas Cibolang


Sumber : Google Earth, 2021
Pemandian Air Panas ini terletak di Desa Wanasuka, Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung 40378 tepatnya di petak 70A Blok Cipanas
dengan luas 4,90 hektar. Batas-batas wilayah Pemandian Air Panas Cibolang
sebagai berikut:

43
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kawasan Hutan Wayang Windu
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan Purbasari PTPN VIII
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Perkebunan Purbasari PTPN VIII
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan Malabar PTPN VIII

Pemandian Air
Panas Cibolang

Gambar 4.2 Peta Lokasi Air Panas Cibolang


Sumber : Google Maps, 2021

Air Panas Cibolang terletak di titik koordinat -7.232135, 107.616971 seperti


ditunjukkan oleh Gambar 3.2. Pada Pemandian Air Panas Cibolang terdapat 3
kolam utama, 3 kolam VIP dan 1 kolam anak. Selain kolam berendam, atraksi
wisata yang terdapat di Pemandian Air Panas Cibolang yaitu mini cross, flying fox,
terapi ikan, spot selfie dan kolam pancing. Aset fasilitas yang terdapat pada
pemandian air panas ini yaitu toilet, mushola, villa, tempat informasi, ruang admin,
loket tiket, tempat parkir, gazebo, aula, area kemah dan tempat makan dan minum.
Sumber daya alami air panas yang berasal dari gunung wayang dan pemandangan
alam dan udara yang segar merupakan keunggulan dari Pemandian Air Panas
Cibolang.
4.2 Pengembangan Aset Fasilitas
Berdasarkan identifikasi proyek nomor 1 yakni menyusun rancangan
pengembangan aset fisik fasilitas, maka pada sub bab ini berisi pembahasan
mengenai rencana pengembangan aset fasilitas di kawasan wisata Air Panas
Cibolang yang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung sesuai dengan

44
pendapat Marzuki et al (2017) yang mengklasifikasikan fasilitas wisata menjadi dua
bagian yakni fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Perencanaan pengembangan
aset fisik fasilitas ini menggunakan konsep green architecture sebagai upaya untuk
mempertahankan kelestarian lanskap kawasan wisata Air Panas Cibolang, sehingga
dalam pengembangan aset fisiknya menggunakan material ramah lingkungan
sesuai dengan pendapat Ragheb et al (2016). Berikut adalah uraian perencanaan
pengembangan aset fasilitas di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang.

4.2.1 Fasilitas Utama


Fasilitas utama yang direncanakan akan dibangun di kawasan wisata Air
Panas Cibolang sesuai dengan hasil analisis ketersediaan aset fasilitas wisata terdiri
dari kolam pemandian air panas, akomodasi (area berkemah), ruang ganti, dan toilet
(Marzuki et al, 2017; Meo dan Suryawan, 2018). Berikut adalah perencanaan
pengembangan aset fisik fasilitas utama di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang.
1. Kolam Pemandian Air Panas
Kolam merupakan fasilitas yang menjadi daya tarik utama dari Kawasan
Wisata Air Panas Cibolang. Menurut Permenpar No. 27 Tahun 2015, Mi et al
(2019), serta Widiantara dan Suastawa (2020) dalam pengelolaan pemandian air
panas, kondisi kolam harus terawat dan terjaga kebersihannya serta tersedia kolam
private. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kolam di kawasan wisata Air
Panas Cibolang kurang terawat kebersihannya dan salah satu kolam di kawasan
wisata tersebut yakni kolam ex waterboom sudah tidak berfungsi optimal, terdapat
kerusakan pada waterboom di kolam tersebut. Gambar 4.3 menunjukkan kondisi
kolam ex waterboom di Air Panas Cibolang.

45
Gambar 4.3 Kolam Pemandian Air Panas
Hasil wawancara dengan pengelola pemandian air panas cibolang untuk
pertanyaan (1)“Mengapa kondisi kolam kurang terawat dan waterboomnya sudah
tidak ada?” dan (2) “Mengapa belum tersedia kolam private?” Jawabannya
sebagai berikut:
(1)“Waterboom dibongkar karena sudah rusak konstruksinya, kami menjaga
K3 untuk keselamatan pengunjung dan kami sudah memiliki rencana untuk
membangun ulang kolam tersebut”
(2)“Iya, belum tersedia kolam private di pemandian air panas cibolang
namun, kami sudah memiliki rencana untuk menambah 5 kolam private”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa


kolam pemandian air panas di Cibolang belum memenuhi kriteria Permenpar No.
27 Tahun 2015, Mi et al (2019), serta Widiantara dan Suastawa (2020) yakni
kolam pemandian air panas harus terawat dan terjaga kebersihannya serta
disediakan kolam private, dapat diketahui juga bahwa salah satu kolam di
kawasan wisata ini konstruksinya mengalami kerusakan sehingga perlu adanya
perencanaan pengembangan kolam pemandian air panas di kawasan wisata Air
Panas Cibolang. Pengembangan kolam di kawasan wisata ini meliputi
pembangunan ulang kolam ex waterboom (kolam regular A), kolam regular B dan
penambahan 5 kolam private berdasarkan standar Permenpar No. 27 Tahun 2015,
Permenpar No. 16 Tahun 2015 dan benchmarking dengan Hanmer Springs yang
memiliki tema kolam pemandian air panas natural pool. Menurut Permenpar No.
16 Tahun 2015, kolam renang dilengkapi dengan teras kolam, untuk kolam anak
kedalaman kolam 30-60 cm, dengan luas minimal 10 m2, kolam dewasa
kedalaman kolam minimal 60cm. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
ukuran kolam ex waterboom adalah 20 x 20 m, ukuran kolam regular 30 x 10m,
dan terdapat lahan dengan luas sekitar 100 m2 yang dapat dibangun kolam private.
Lahan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.4.

46
Lahan untuk
kolam private
Tenda tempat
duduk

Gambar 4.4 Lahan untuk Kolam Private

Pada lahan tersebut akan dibangun sebanyak 5 kolam private sesuai kebutuhan
dari hasil wawancara dengan pengelola Air Panas Cibolang. Kolam ex waterboom
akan dibangun menjadi seperti Cascade Pool Hanmer Springs, terdiri dari dua
kolam yang dihubungkan dengan air mengalir di atas bebatuan. Kolam regular
akan dibangun menjadi seperti Rock Pool Hanmer Springs dimana desain kolam
berkelok kelok sehingga lebih menarik. Kolam private akan dibangun dalam satu
ruangan yang didalamnya terdapat kolam persegi dan tempat bilas seperti private
pool Hanmer Springs. Berikut perhitungan kebutuhan kolam di kawasan wisata
Air Panas Cibolang:
Ukuran kolam regular A = (p x l) x 2
= (8 m x 6 m) x 2
= 96 m2
Teras kolam = (8 m + 2 m) + (6 m + 2 m)
= 18 m
Luas kolam regular A = 96 m + 18 m
= 114 m2
Desain kolam regular A ditunjukkan pada Gambar 4.5 dibawah ini.

47
Gambar 4.5 Desain Kolam Regular A

Kolam tersebut terdiri dari dua kolam tingkat yang dihubungkan dengan air
mengalir di atas bebatuan. Selanjutnya adalah kolam regular B.
Ukuran kolam regular B = (p x l) – 2 x 𝜋 𝑥 𝑟 2 (luas setengah lingkaran)
= (8 m x 8 m) – 2 x (0,25 x 3,14 x 1 m x 1 m)
= 64 m – 1,57 m
= 62,43 m2
Teras kolam = (8 m + 2 m) x 2
= 20 m
Luas kolam regular B = 62,43 m + 20 m
= 82,43 m2
Desain kolam regular B ditunjukkan pada Gambar 4.6 dibawah ini.

Gambar 4.6 Desain Kolam Regular B

48
Ruang kolam private = (p x l) x 5
= (3 m x 3 m) x 5
= 45 m2
Ruang bilas = (1,5 m x 1 m) x 5
= 7,5 m2
Ukuran kolam private = (2 m x 2 m) x 5
= 20 m2
Sirkulasi = 9 m – 1,5 m – 4 m
= 3,5 m2

Gambar 4.7 merupakan gambar denah kolam private di Pemandian Air Panas
Cibolang.

Gambar 4.7 Denah Private Pool

Desain kolam private di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang dapat dilihat pada
Gambar 4.8.

49
Gambar 4.8 Desain Kolam Private

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan kolam pemandian air panas, dapat


diketahui bahwa pengembangan fasilitas utama kolam Pemandian Air Panas
Cibolang terdiri dari kolam regular A seluas 114 m2 dengan kedalaman kolam
1,2m, kolam regular B seluas 82,43 m2 dengan dua kedalaman yakni 0,8m dan
1,2m serta 5 unit kolam private seluas 9 m2. Material yang digunakan
menggunakan material batu alam dan kayu sintetis yang merupakan bahan ramah
lingkungan, serta air kolam merupakan air panas alami dari Gunung Wayang
sesuai dengan karakteristik green architecture dengan suhu 35° C sampai dengan
40° C. Hal tersebut sesuai dengan teori Widiantara dan Suastawa (2020), Ragheb
et.al (2016), standar Permenpar No. 27 Tahun 2015, Permenpar No. 16 Tahun
2015, dan hasil benchmarking dengan Hanmer Springs.
2. Akomodasi
Menurut Permen LHK No. P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019
penyediaan sarana akomodasi pada wisata alam terdiri atas penginapan, bumi
perkemahan, atau tempat singgah karavan. Akomodasi yang akan dibangun di
kawasan wisata Air Panas Cibolang yakni tempat berkemah, dikarenakan
penginapan sudah tersedia berupa villa. Pada area kemah di Air Panas Cibolang
belum memiliki tata letak (layout) penempatan tenda, pagar pengaman, papan
nama, tenda untuk menginap, dapur umum, penangkal petir dan tempat sampah
tertutup organik non organik sebagaimana Menurut Permenpar No. 24 Tahun 2015
bahwa pada area perkemahan harus tersedia fasilitas tersebut. Hasil wawancara

50
dengan pengelola untuk pertanyaan “Mengapa belum ada tata letak (layout)
penempatan tenda pada area kemah?” Jawabannya sebagai berikut:

“Layout kemah belum ada karena penataannya bertahap dan kebetulan


peminat untuk camping disini agak kurang”

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola, menunjukkan bahwa area


kemah di kawasan Cibolang belum memenuhi standar Permenpar No. 24 Tahun
2015 dan memiliki peminat yang sedikit sehingga perlu adanya perencanaan
pengembangan pada area kemah di kawasan wisata ini yang diharapkan dapat
mendatangkan lebih banyak peminat untuk berkemah di area ini. Gambar 4.9
menunjukkan kondisi area kemah di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang.

Gambar 4.9 Area Kemah


Rencana pengambangan area berkemah pada proyek ini mengacu pada
ketentuan Permenpar Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Standar Usaha Bumi
Perkemahan dan United States Access Board (2014). Pemandian Air Panas
Cibolang memiliki lahan untuk berkemah dengan luas sekitar 1.500 m2. Lahan
untuk berkemah tersebut seharusnya memiliki layout atau tata letak penempatan
tenda sesuai dengan yang dijelaskan dalam Permenpar No. 24 Tahun 2015. Layout
tersebut bisa lurus, miring, atau membentuk huruf L dan setiap tenda harus
memiliki jarak minimal 1,2 meter untuk mobilitas (Wilder, 2012; U.S Access
Boards, 2014). Berdasarkan hasil wawancara, area kemah di kawasan wisata ini
dapat menampung kapasitas 150 orang. Jenis tenda yang direncanakan yakni
tenda dome dengan konsep ecocamp sesuai benchmarking dengan Ecocamp
Patagonia yang memiliki 2 tipe yaitu standard berukuran 10m2 untuk 2 orang dan

51
suit berukuran 37 m2 untuk 6 orang. Berikut perhitungan untuk layout tempat
berkemah di air panas cibolang.
Luas total tenda : 10 m x 12 = 120m
: 37 m x 12 = 444m
: 120 + 444 = 564 m
Ruang mobilitas : 10 + 1,5= 11,5 x 12 = 138
: 37 + 1,5 = 38,5 x 12 = 462
: 138 + 462 = 600
Total Area Kemah : 1.164 m2
Gambar 4.10 menunjukkan desain tempat berkemah di Kawasan Wisata Air Panas
Cibolang.

Gambar 4.10 Desain Tempat Berkemah

Berdasarkan analisis perhitungan tempat berkemah direncanakan memiliki


luas 1.164 m2. Terdapat 24 tenda dengan jenis tenda dome berukuran 10m dan 37m
yang bertema ecological camping sesuai benchmarking dengan Ecocamp Patagonia
yang merupakan sustainable camp site, hal tersebut sejalan dengan karakteristik
green architecture yang merupakan konsep arsitektur berkelanjutan. Layout pada
area kemah ini adalah layout miring sesuai dengan bentuk lahan yang ada serta
dilengkapi dengan toilet dan juga tempat sampah sesuai dengan Standar Permenpar
No. 24 Tahun 2015 dan teori Ragheb et.al, (2016).

52
3. Ruang Ganti
Ruang ganti adalah salah satu fasilitas utama di wisata pemandian air panas
yang dibutuhkan oleh wisatawan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
diketahui terdapat tempat bilas berukuran 1,5 m2 dan 3 m2 di kawasan wisata Air
Panas Cibolang dengan luas satu bangunan ruang ganti adalah 32m2. Kondisi
kebersihan ruang ganti tersebut kurang terjaga, ruang ganti kotor dinding kusam
dan masih terdapat sampah pengunjung seperti bekas shampo. Gambar 4.11
menunjukkan area ruang ganti di kawasan wisata Air Panas Cibolang.

Gambar 4.11 Kondisi Ruang Ganti


Hasil wawancara dengan pengelola untuk pertanyaan “Bagaimana sistem
pemeliharaan ruang ganti?” Jawabannya sebagai berikut:
“Pemeliharaan pada ruang ganti dilakukan pembersihan rutin setiap hari”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, hal tersebut sejalan dengan


Permenpar No. 27 Tahun 2015 bahwa pada wisata pemandian air panas harus
tersedia ruang ganti pakaian. Ruang ganti harus bersih, rapi, tidak berbau, dan
dilengkapi dengan perlengkapan standar seperti tisu, sabun, dan handuk
(Permenparekraf No. 3 Tahun 2022). Pengelola kaawasan wisata Air Panas
Cibolang sudah melakukan upaya pemeliharaan rutin agar kebersihan ruang ganti
terjaga namun masih ada pengunjung yang tidak menjaga kebersihan di tempat
wisata. Selain itu ukuran bangunan ruang ganti di kawasan wisata ini belum sesuai
dengan standar Permenparekraf No. 3 Tahun 2022 sehingga perlu adanya
pengembangan ruang ganti pakaian. Berdasarkan Permenpar No. 3 Tahun 2022
standar ukuran bangunan ruang ganti yakni 3 m x 3 m dengan kubikal 90 x 150
cm. Gambar 4.12 adalah denah ruang ganti yang direncanakan.

53
Gambar 4.12 Denah Ruang Ganti

Berikut perhitungan jumlah ruang ganti yang direncanakan:


Ruang ganti = kubikal ruang ganti x jumlah ruang ganti + sirkulasi
= (0,9 m x 1,5 m x 6) + 1
= 9,1 m2
Loker penyimpanan = 0,9 m2
Luas ruang ganti = 9,1 m + 0,9 m = 10m2
Gambar 4.13 merupakan gambar desain ruang ganti pakaian di kawasan wisata
Air Panas Cibolang.

Gambar 4.13 Desain Ruang Ganti


Berdasarkan analisis perhitungan ruang ganti pakaian di kawasan wisata air
panas cibolang direncanakan 6 unit dengan total luas 10m2 menggunakan material
kayu sintetis yang merupakan bahan daur ulang ramah lingkungan guna

54
pemenuhan karakteristik pada green architecture. Hal ini sesuai dengan standar
Permenparekraf No. 3 Tahun 2022 dan teori Ragheb et.al, (2016).
4. Toilet
Toilet sangat diperlukan oleh wisatawan ketika sedang beraktivitas dalam suatu
daya tarik wisata. Berdasarkan hasil observasi, tersedeia toilet berukuran 1,5 m2
dan 3 m2 di Pemandian Air Panas Cibolang. Kondisi kebersihan toilet tidak terjaga,
bangunan toilet banyak yang mengalami kerusakan, pintu toilet sudah rapuh dan
berkarat, cat dinding yang sudah memudar dan keramik yang kotor. Selain itu,
fasilitas toilet untuk penyandang disabilitias belum tersedia di tempat ini, terdapat
toilet yang tidak dipisah antara pria dan wanita serta belum memenuhi standar
perlengkapan pada toilet seperti wastafel, handicap, sanitizer, pengering tangan.
Gambar 4.14 menunjukkan kondisi toilet di Air Panas Cibolang.

a) b)

Gambar 4.14 Toilet : a) Kondisi Toilet b) Pintu Toilet

Hasil wawancara dengan pengelola kawasan wisata Air Panas Cibolang untuk
pertanyaan “Mengapa belum ada toilet disabilitas?” dan “Mengapa keran pada
toilet tidak menggunakan keran sensor otomatis yang dapat menghemat air?”
jawabannya sebagai berikut:

“Iya, toilet disabilitas belum ada di kawasan wisata ini untuk kedepannya akan
dibuat”
“Sementara ini belum salah satunya karena terkendala biaya yang juga
membutuhkan proses pengajuan, kedepannya akan diupayakan”

55
Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya pengembangan fasilitas utama toilet di
Kawasan Wisata Air Panas Cibolang sesuai dengan Standar fasilitas toilet
berdasarkan Permenparekraf No. 3 Tahun 2022. Menurut Permenparekraf No. 3
Tahun 2022, standar teknis pembangunan toilet yakni ukuran kubikal baik toilet
pria maupun wanita adalah 0,9 m x 1,6 m dan untuk penyandang disabilitas 1,5 m
x 2,2 m. Satu toilet pria terdiri dari 2 bilik toilet, 3 urinal, dan 2 wastafel, sedangkan
jumlah toilet wanita adalah 3 kali lebih banyak dari pria. Sehingga satu toilet wanita
terdiri dari 6 bilik toilet dan 3 wastafel dengan ketentuan setiap satu toilet wanita
maupun pria disediakan 1 ruang toilet khusus untuk penyandang disabilitas.
Adapun standar ukuran komponen toilet yakni pintu masuk utama 1,1 m, jarak pintu
dan tempat duduk 0,6 m, jarak antar wastafel 1 m, sirkulasi jarak kubikal ke
wastafel 1,2, serta jarak antar urinal 0,8 m. Denah toilet yang direncanakan
ditunjukkan pada Gambar 4.15

Gambar 4.15 Denah Toilet

Perencanaan pengembangan fasilitas toilet di Kawasan Air Panas Cibolang


dilakukan dengan melakukan pembongkaran terlebih dahulu pada toilet yang sudah
ada dikarenakan kondisi toilet yang belum sesuai standar serta belum menerapkan
konsep arsitektur hijau dimanan bangunan toilet masih dilakukan perkerasan dan
belum menggunakan bahan ramah lingkungan. Berikut merupakan analisis rencana
pembangunan fasilitas toilet di Kawasan Air Panas Cibolang.

56
a. Toilet wanita
Panjang toilet = panjang kubikal + sirkulasi
= 1,6 m + 1,2 m
= 2,9 m
Lebar toilet = jumlah kubikal x lebar kubikal + lebar pintu utama
= (6 x 0,9) + 1,1
= 6,5 m
Luas toilet = panjang toilet x lebar toilet
= 2,9 m x 6,5 m
= 18,85 m2
b. Toilet pria
Panjang toilet = panjang kubikal + sirkulasi
= 1,6 m + 1,2 m
= 2,3 m
Lebar toilet = (jumlah kubikal x lebar kubikal) + (jumlah urinal x
jarak urinal) + lebar pintu utama
= (2 x 0,9) + (3x 0,8) + 1,1
= 5,3 m
Luas toilet = 2,6 m x 5,3 m
= 13,78 m2
c. Toilet penyandang disabilitas
Luas toilet = (panjang x lebar) x jumlah ruang
= 1,5 m x 2,2 m x 2
= 6,6 m2
d. Luas keseluruhan = 18,85 + 13,78 + 6,6
= 39,23 m2
Desain pengembangan toilet di kawasan wisata Air Panas Cibolang dapat
dilihat pada Gambar 4.16

57
Gambar 4.16 Desain Toilet
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa luas total untuk satu
bangunan toilet yang terdiri dari toilet pria, wanita dan disabilitas adalah 39,23 m2.
Toilet tersebut direncanakan dibangun di 3 titik yakni area kemah, kolam vip dan
kolam utama sehingga total luas toilet adalah 39,23 m2 x 3 = 117,69 m2. Material
yang digunakan pada bangunan toilet adalah kayu sintetis yang merupakan material
ramah lingkungan dan direncanakan akan menggunakan keran sensor pada setiap
toilet sebagai upaya penghematan air untuk menerapkan karakteristik green
architecture. Pengembangan toilet di kawasan wisata Air Panas Cibolang tersebut
sesuai dengan Permenparekraf No. 3 Tahun 2022 dan Ragheb et.al, (2016).

4.2.2 Fasilitas Pendukung


Fasilitas pendukung yang direncanakan akan dibangun di kawasan wisata
Air Panas Cibolang terdiri dari tempat parkir, fasilitas kebersihan, fasilitas
keamanan, tempat ibadah, dan pusat informasi.

1. Parkir
Tempat parkir merupakan fasilitas pendukung yang dibutuhkan wisatawan
untuk menyimpan kendaraan yang digunakan ke tempat wisata. Berdasarkan hasil
observasi, lahan parkir di kawasan wisata Air Panas Cibolang berupa tanah dan

58
bebatuan yang apabila hujan, lahan tersebut tergenang air dan sangat licin seperti
pada Gambar 4.17.

a) b)

Gambar 4.17 Lahan Parkir Cibolang

Kondisi tersebut dapat membahayakan para pengguna kendaraan. Pada


Gambar 4.17 juga terlihat bahwa belum adanya marka parkir sehingga kendaraan
tidak tertata dengan rapi. Hasil wawancara dengan pengelola untuk pertanyaan
“Mengapa belum ada marka parkir di area parkir kawasan wisata ini?” jawabannya
sebagai berikut:

“Marka parkir belum ada karena tempat parkir masih berbatu dan
bergelombang”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, perlu dilakukan


pengembangan area parkir di kawasan wisata air panas cibolang. Perencanaan
tempat parkir di kawasan wisata Air Panas Cibolang disesuaikan dengan ketentuan
Permenparekraf No. 3 Tahun 2022 yakni ukuran luas kebutuhan lahan parkir
disesuaikan dengan satuan ruang parkir (SRP). Berdasarkan Permen LHK No.
P.13/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2020, perkerasan areal parkir menggunakan
sistem konstruksi dan bahan bangunan yang memungkinkan berlangsungnya
penyerapan air ke dalam tanah. Perencanaan tempat parkir di kawasan wisata ini
juga mempertimbangkan kebutuhan pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pengelola, total kendaraan yang parkir di kawasan wisata Air Panas
Cibolang ketika hari libur mencapai 460 unit terdiri dari 300 motor, 150 mobil dan
10 bus. Berikut merupakan perhitungan rencana kebutuhan tempat parkir kawasan
wisata Air Panas Cibolang:

59
a. Mobil
150 x (2,50 x 5,00) = 1.875 m2
b. Motor
300 x (0,75 x 2,00) = 450 m2
c. Bus
10 x (3,40 x 12,50) = 425 m2
d. Luas total = 1.875 + 450 + 425 = 2.750 m2

Desain tempat parkir mobil kawasan wisata Air Panas Cibolang ditunjukkan
pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Desain Parkir Mobil

Selanjutnya desain tempat parkir motor yang dilengkapi gerbang parkir dan
rambu parkir seperti ditunjukkan pada Gambar 4.19.

60
Gambar 4.19 Desain Parkir Motor

Berdasarkan hasil analisis perhitungan kebutuhan area parkir di kawasan


wisata air panas cibolang terdiri dari parkir mobil, motor, dan bus dengan luas total
2.750 m2 serta dilengkapi dengan marka dan rambu parkir. Material yang digunakan
pada tempat parkir yakni paving block yang merupakan material ramah lingkungan
yang dapat meresap air sesuai konsep green architecture sehingga tidak
mengganggu penyerapan air kedalam tanah. Hal tersebut sesuai dengan
Permenparekraf No. 3 Tahun 2022, Permen LHK No.
P.13/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2020, dan Ragheb et.al, (2016).

2. Fasilitas Kebersihan (Tempat Sampah)


Tempat sampah merupakan salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan
terutama di tempat wisata. Tempat sampah yang tersedia di Air Panas Cibolang
belum sepenuhnya menggunakan tempat sampah organik dan non organik, tempat
sampah di kawasan wisata ini masih didominasi oleh tempat sampah berupa bak
terbuka seperti ditunjukkan pada Gambar 4.20.

61
Gambar 4.20 Tempat Sampah Kawasan Cibolang

Hasil wawancara dengan pengelola untuk pertanyaan “Mengapa belum semua


tempat sampah dipisah organik dan non organik?” jawabannya sebagai berikut:

“Kembali ke kesadaran pengunjung, kebanyakan pengunjung ingin yang


simple langsung membuang tanpa dipilah sehingga resiko bagi kami untuk
memilah sampah”

Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 3 Tahun


2022 menyebutkan bahwa tempat sampah di kawasan wisata harus disediakan
dalam bentuk tertutup dan terdiri dari tempat sampah organik dan tempat sampah
non-organik. Berdasarkan hal tersebut kriteria tempat sampah belum terpenuhi,
karena jumlah tempat sampah organik dan non organik tersebut masih minim serta
didominasi oleh bak sampah terbuka seperti pada Gambar 4.20 sehingga perlu
dilakukan pengembangan fasilitas kebersihan berupa tempat sampah tertutup yang
terdiri dari organik dan non-organik untuk memenuhi standar yang sudah
ditetapkan. Menurut Permenparekraf No. 3 Tahun 2022 tempat sampah terdiri dari
lima label dan warna yaitu label sampah organik berwarna hijau, sampah guna
ulang berwarna kuning, sampah daur ulang berwarna biru, sampah B3 berwarna
merah dan sampah residu berwarna abu-abu, namun pada umumnya label atau
warna tempat sampah pada kawasan wisata cukup 2 atau 3 label dan warna tempat
sampah sesuai dengan sampah yang sering ada pada kawasan pariwisata yaitu
sampah organik, sampah guna ulang dan sampah daur ulang. Ukuran label tempat
sampah adalah 104x40x100 cm dengan material yang digunakan berupa fiber atau
metal wooden. Gambar 4.21 adalah desain tempat sampah di kawasan wisata Air
Panas Cibolang.

62
Gambar 4.21 Desain Tempat Sampah

Rencana penempatan tempat sampah di kawasan wisata Air Panas Cibolang


yakni pada tempat berkemah, penginapan, tempat parkir, pusat informasi, mushola,
toilet, gazebo, toko souvenir, di sepanjang jalur pejalan kaki, area kolam VIP, dan
ruang ganti. Pada jalur pejalan kaki, tempat sampah ditempatkan dengan jarak 20
m sesuai dengan KemenLHK Tahun 2016. Rencana kebutuhan tempat sampah di
Air Panas Cibolang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rencana Jumlah Tempat Sampah


No Lokasi Penempatan Keterangan Jumlah Tempat Sampah
1 Tempat Berkemah 1 area 2
2 Penginapan 4 unit 4
3 Tempat Parkir 2 area 4
4 Pusat Informasi 1 unit 1
5 Mushola 1 unit 1
6 Toilet 3 area 45
7 Gazebo 3 area 3
8 Toko Souvenir 2 unit 2
9 Jalur Pejalan Kaki 216 m 10
10 Area Kolam VIP 1 area 3
11 Ruang Ganti 2 area 2
Total 77

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pengembangan tempat sampah di


kawsan wisata Air Panas Cibolang berjumlah 77 tempat sampah yang terdiri dari
tempat sampah sampah organik, sampah guna ulang dan sampah daur ulang sesuai
dengan Permenparekraf No. 3 Tahun 2022.

63
3. Fasilitas Keamanan

Berdasarkan Peraturan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No


P.02/IV-SET/2012 meyebutkan bahwa pada tempat wisata harus tersedia fasilitas
keamanan seperti pos keamanan, menara pandang, dan alat pemadam kebakaran.
Berdasarkan hasil observasi terdapat 1 alat pemadam api ringan dan 3 cctv, namun
belum tersedia pos keamanan di Pemandian Air Panas Cibolang. Hasil wawancara
dengan pengelola untuk pertanyaan “Mengapa belum ada pos keamanan di
Kawasan Wisata Air Panas Cibolang?” jawabannya sebagai berikut:

“Saat ini belum ada pos keamanan padahal polisi babinsa selalu stay di area
wisata, dan petugas keamanan (timsar) di kawasan wisata ini mobile,
kedepannya kami akan siapkan”

Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya pembangunan pos keamanan di


kawasan wisata Air Panas Cibolang. Menurut Permenparekraf No. 3 Tahun 2022
menyebutkan bahwa pos keamanan harus mudah terlihat dan berada pada lokasi
yang menjadi pusat keramaian. Pada pos keamanan terdapat satu sampai dua orang
penjaga serta dilengkapi dengan peralatan pengeras suara, sirine, kamera cctv,
toilet untuk penjaga keamanan dan alat-alat lain yang diperlukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Bangunan pos keamanan untuk menara pandang memiliki
tinggi bangunan minimal 3 m dengan luas minimal 20 m, namun dapat disesuaikan
sesuai kebutuhan masing-masing destinasi. Berdasarkan hal tersebut, fasilitas
keamanan berupa pos keamanan akan dibangun dengan luas 20 m2 dan tinggi 3 m.
Gambar 4.22 menunjukkan desain pos keamanan di kawasan wisata Air Panas
Cibolang.

64
Gambar 4.22 Desain Pos Keamanan

Bangunan pos keamanan dengan luas 20 m2 di kawasan wisata ini terdiri dari
1,5 lantai, pada lantai satu merupakan ruangan bagi petugas keamanan dan pada
lantai di atasnya yang di desain terbuka untuk melihat keselurahan area dan
mengawasi pengunjung secara langsung di kawasan wisata ini. Pada pos keamanan
ini menggunakan material kayu sintetis yang merupakan bahan daur ulang dan
menggunakan pencahayaan serta ventilasi udara alami untuk menerapkan
karakteristik green architecture. Hal tersebut sesuai dengan Permenparekraf No. 3
Tahun 2022 dan Ragheb et.al, (2016).

4. Tempat Ibadah (Mushola)


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, terdapat satu mushola
berukuran 30 m2 yang di dalamnya terdapat perlengkapan sholat berupa mukena,
sajadah dan sarung. Gambar 4.23 menunjukkan kondisi mushola Cibolang.

65
a) b) c)

Gambar 4.23 Mushola a)Tampak Luar b)Tempat Wudhu c)Atap

Pada Gambar 4.23 terlihat bahwa kondisi mushola kurang terawat, atap
mushola yang bocor dan tempat wudhu pun tidak terjaga kebersihannya, pada
tempat wudhu belum menggunakan keran air sehingga air terus mengalir terbuang.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 27 Tahun 2015 tempat
ibadah (mushola) pada wisata Pemandian Air Panas harus dalam keadaan bersih
dan terawat. Hasil wawancara dengan pengelola untuk pertanyaan “Bagaimana
sistem pemeliharaan mushola?” jawabannya sebagai berikut:
“Pemeliharaan mushola melibatkan yang petugas tempat makan dengan
lokasi terdekat dengan mushola, namun jika sedang fokus melayani di tempat
makan pembersihan mushola jadi terabaikan”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, maka perlu adanya


pengembangan mushola dikarenakan kondisi mushola yang kurang terawat dan
ukuran bangunan mushola belum sesuai dengan standar Permenparekraf No. 3
Tahun 2022, Permenpar No. 27 Tahun 2015 serta pendapat Ragheb et.al, (2016).
Menurut Permenparekraf No. 3 Tahun 2022 lokasi penempatan mushola harus
dekat dengan sumber air, luas ruangan harus mampu menampung maksimal 30
orang, memiliki sistem sirkulasi udara dan pencahayaan. Standar ukuran bangunan
mushola yakni memiliki ukuran panjang bangunan 9 m dan lebar bangunan 9 m,
dilengkapi dengan teras atau selasar. Oleh karena itu mushola di kawasan Air Panas
Cibolang akan dibangun dengan luas 81 m2. Gambar 4.24 menunjukkan desain
bangunan mushola di kawasan Air Panas Cibolang.

66
Gambar 4.24 Desain Mushola

Bangunan mushola ini dilengkapi dengan sirkulasi udara dan pencahayaan


alami serta bahan material bambu yang merupakan material alami ramah
lingkungan sebagai bentuk pemenuhan karakteristik green architecture.
Penempatan bangunan ini direncanakan di dekat pintu masuk karena lokasi yang
strategis dan mudah dilihat pengunjung sesuai dengan ketentuan Permenparekraf
No. 3 Tahun 2022 dan Ragheb et.al, (2016).
5. Pusat Informasi
Berdasarkan hasil observasi terdapat 1 bangunan pusat informasi yang
berfungsi sebagai sumber informasi bagi wisatawan Air Panas Cibolang. Selain
itu, bangunan pusat informasi ini digunakan bagi wisatawan yang memerlukan
tindakan medis. Luas bangunan pusat informasi tersebut yaitu 12 m2 dengan
fasilitas yang ada di dalam pusat informasi tersebut yaitu kursi dan meja untuk
petugas, stop kontak, mic informasi, kotak P3K, velbed, dan tandu. Gambar 4.25
menunjukkan kondisi pusat informasi.

67
a) b)

Gambar 4.25 Kondisi Pusat Infromasi a) Meja dan Kursi b) Kondisi Ubin

Gambar 4.25 menunjukkan kondisi ruang informasi di Air Panas Cibolang,


dimana terdapat ubin yang retak dan pecah dan meja yang sudah usang, selain itu
belum adanya sirkulasi udara alami pada pusat informasi ini sebagaimana menurut
Ragheb et.al, (2016). Penggunaan pusat informasi ini pun berbarengan dengan
keperluan medis. Hasil wawancara dengan pengelola untuk pertanyaan “Mengapa
pusat informasi disatukan dengan fasilitas kesehatan?” jawabannya sebagai berikut:

“Ruang kantor di Cibolang ini tadinya akan digunakan sebagai ruang


kesehatan namun, karena kami belum mempunyai kantor sehingga digunakan
untuk ruang komputer terlebih dahulu”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, maka perlu adanya
pengembangan fasilitas pusat informasi di kawasan wisata Air Panas Cibolang.
Menurut Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2022 menjelaskan bahwa
kriteria penempatan lokasi pusat informasi di dalam kawasan wisata harus strategis,
mudah dilihat, dan mudah dicapai oleh pengunjung. Bangunan pusat informasi
yang akan dibangun di kawasan wisata Air Panas Cibolang berdasarkan kebutuhan
ruang yang disediakan yakni bangunan pusat informasi ukuran kecil sebagaimana
menurut Permenpar No 2 Tahun 2021 standar dimensi pusat informasi ukuran kecil
yakni < 20 m2 mencakup entrance dan lobby, ruang pengelola/administrasi, service
desk, dan gudang serta memiliki 2 (dua) pintu masuk (double doors). Gambar 4.26
menunjukkan desain pusat informasi kawasan wisata Air Panas Cibolang.

68
Gambar 4.26 Desain Pusat Informasi

Bangunan pusat informasi yang direncanakan akan dibangun di Kawasan


Wisata Air Panas Cibolang ini memiliki ukuran 24 m2, menggunakan material kayu,
dilengkapi dengan sirkulasi udara dan pencahayaan alami guna memenuhi
karakteristik green architecture. Pada pusat informasi ini juga dilengkapi dengan
ruang admininstrasi sehingga ruang admin. Hal tersebut sesuai dengan Permenpar
No. 2 Tahun 2021 dan Ragheb et.al, (2016).

4.3 Pengembangan Infrastruktur


Berdasarkan identifikasi proyek nomor 2 yakni menyusun rencana
pengembangan aset infrastruktur, maka pada sub bab ini berisi pembahasan
mengenai rencana pengembangan aset infrastruktur di kawasan wisata Air Panas
Cibolang yang terdiri dari jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi sesuai
dengan pendapat Marzuki et al (2017) dan Mandic et al (2018). Infrastruktur
persediaan air tidak termasuk ke dalam perencanaan ini karena telah tersedia
jaringan air bersih yang memenuhi kebutuhan di kawasan wisata Air Panas
Cibolang. Infrastruktur jalan tidak termasuk ke dalam perencanaan ini karena
berdasarkan kondisi eksisting terbaru dan hasil wawancara dengan pengelola untuk
jalan kendaraan bermotor di kawasan wisata ini sudah diperbaiki oleh PUPR.
Berikut merupakan uraian perencanaan pengembangan infrastruktur di kawasan
wisata Air Panas Cibolang.

69
4.3.1 Jaringan Listrik
Kawasan wisata harus memiliki berbagai infrastruktur yang tersedia untuk
memudahkan pengunjung melakukan kegiatan wisata, infrastruktur yang perlu
disediakan diantaranya adalah jaringan listrik (Irfan & Suryani, 2017). Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara kepada pengelola, pada kawasan wisata Air Panas
Cibolang sudah tersedia instalasi listrik. Jaringan listrik ini digunakan untuk
keperluan listrik di toilet, mushola dan kios makanan. Namun terdapat area yang
belum mendapatkan penerangan yang maksimal yakni jalur pejalan kaki
sebagaimana hasil wawancara kepada pengelola dengan pertanyaan “Mengapa
belum tersedia lampu penerangan di sepanjang jalur pejalan kaki?” Jawabannya
sebagai berikut:
“Iya saat ini belum tersedia, namun untuk kedepannya akan lebih dibenahi
lagi dan membuat pengunjung senyaman mungkin berada di kawasan wisata
ini”

Oleh karena itu jaringan listrik yang direncanakan akan di bangun di kawasan
wisata ini adalah penerangan jalan pada jalur pejalan kaki. Alat Penerangan Jalan
interkoneksi sebagaimana dimaksud pada Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 27 Tahun 2018 Tentang Alat Penerangan Jalan ayat
(1) huruf b, merupakan Alat Penerangan Jalan dengan pengaturan kuat pencahayaan
dan penyediaan kebutuhan arus listrik terkoordinasi dan terkoneksi dengan alat
penerangan jalan lampu penerangan pada jalur pejalan kaki yang menggunakan
bahan utama besi stainless steel dan memilki tinggi 4 meter dan diletakan sepanjang
jalur pejalan kaki dengan total lampu dapat diketahi pada perhitungan sebagai
berikut:
Jumlah Lampu Jalur Pejalan kaki = Panjang jalur pejalan kaki / jarak antar lampu
= 216 m / 6
= 36 lampu
Gambar 4.27 menunjukkan desain lampu pada jalur pejalan kaki di kawasan wisata
Air Panas Cibolang.

70
Gambar 4.27 Desain Lampu Jalur Pejalan Kaki

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan infrastruktur jaringan listrik berupa


lampu penerangan di jalur pejalan kaki sebanyak 36 lampu dengan sistem
penerangan menggunakan fitur Smart Lighting System yang memiliki ketentuan
pengaturan cahaya otomatis sebagai bentuk pemenuhan karakteristik green
architecture.

4.3.2 Jaringan Telekomunikasi


Berdasarkan hasil observasi, jaringan telekomunikasi di kawasan Air Panas
Cibolang dalam kondisi buruk. Tidak tersedianya jaringan telepon seluler dan
internet di kawasan wisata ini, selain itu juga belum ada fasilitas wifi bagi
pengunjung. Jika dilihat dari ketersediaan jaringan internet di tempat wisata ini,
wifi sangat dibutuhkan karena mayoritas pengunjung sulit untuk mengakses
internet di kawasan Air Panas Cibolang. Hasil wawancara dengan Pengelola Air
Panas Cibolang untuk pertanyaan “Apakah sudah tersedia wifi untuk pengunjung
di kawasan Air Panas Cibolang?” Jawabannya sebagai berikut:
“Saat ini, untuk fasilitas wifi belum disediakan di kawasan wisata Air Panas
Cibolang”

Berdasarkan hal tersebut kawasan wisata Air Panas Cibolang belum


memenuhi kriteria jaringan telekomunikasi dan ketersediaan wifi dikarenakan
jaringan telekomunikasi di kawasan wisata ini tidak berfungsi dengan baik
sebagaimana menurut Permenpar No 27 Tahun 2015 bahwa pada wisata pemandian
air panas harus tersedia sarana telekomunikasi yang berfungsi dengan baik serta
Ramyar & Halim (2020) yang menyebutkan bahwa di tempat wisata perlu adanya

71
ketersediaan internet berkecepatan tinggi dan juga wifi. Oleh karena itu, pada
kawasan wisata air panas cibolang direncanakan akan dibangun jaringan
telekomunikasi internet berupa wifi. Gambar 4.28 merupakan ilustrasi bahwa di
kawasan wisata Air Panas Cibolang dapat mengakses wifi secara gratis.

Gambar 4.28 Wifi di Area Cibolang


Pemasangan wifi direncakanan pada 4 titik yakni ruang admin, area kemah,
area vip, dan area kolam regular.
4.4 Estimasi Biaya Proyek Pengembangan Aset
Berdasarkan identifikasi proyek nomor 3 yakni menghitung estimasi biaya
yang dibutuhkan dalam proyek pengembangan fasilitas dan infrastruktur di
kawasan wisata Pemandian Air Panas Cibolang, maka pada sub bab ini berisi
pembahasan mengenai estimasi biaya proyek pengembangan aset fasilitas dan
infrastruktur di kawasan Cibolang. Pada proyek perencanaan pengembangan aset
fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Air Panas Cibolang ini terdiri dari
biaya pembongkaran dan biaya pembangunan. Metode yang digunakan dalam
perhitungan estimasi biaya proyek pengembangan aset ini menggunakan metode
meter persedi dan unit terpasang (Prawoto, 2014).
4.4.1 Biaya Pembongkaran
Biaya pembongkaran diperhitungkan melalui luas per meter persegi
bangunan yang akan dibongkar lalu dikalikan dengan biaya pembongkaran

72
bangunan. Biaya pembongkaran bangunan per meter persegi saat ini adalah
Rp100.000/m2 (Mitrabongkarbangunan.id, 2022). Pembongkaran dilakukan pada
aset fisik yang tidak memenuhi standar baik teori maupun normatif dan berada
dalam kondisi rusak. Aset fisik yang perlu dilakukan pembongkaran yakni kolam
ex waterboom, kolam regular, toilet, mushola, ruang ganti dan pusat informasi.
Berikut merupakan rincian perhitungan biaya pembongkaran aset fisik di Kawasan
Wisata Air Panas Cibolang.

Tabel 4.2 Estimasi Biaya Pembongkaran


No Aset Fisik Jumlah Luas Biaya/m2 Total
1 Kolam ex waterboom 1 400 m2 Rp100.000 Rp40.000.000
2 Toilet 2 3 m2 Rp100.000 Rp600.000
3 Mushola 1 30 m2 Rp100.000 Rp3.000.000
4 Ruang ganti 1 32 m2 Rp100.000 Rp3.200.000
5 Kolam regular 1 300 m2 Rp100.000 Rp30.000.000
6 Pusat informasi 1 12 m2 Rp100.000 Rp1.200.000
Total Biaya Rp78.000.000

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.2 maka estimasi biaya


pembongkaran aset fisik di kawasan wisata Air Panas Cibolang adalah
Rp78.000.000 untuk tahun perhitungan 2022 yang terdiri dari pembongkaran pada
fasilitas kolam pemandian air panas, toilet, mushola, ruang ganti dan pusat
informasi.

4.4.2 Biaya Pembangunan


Metode yang digunakan untuk menghitung biaya pembangunan pada proyek
perencanaan pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata Air
Panas Cibolang adalah menggunakan metode meter persegi dan metode unit
terpasang. Perhitungan biaya pembangunan pada proyek ini mengacu pada
Permenparekraf No. 3 Tahun 2022 tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana
Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata, ragapool.id (2022), dan indihome.id
(2022). Berikut merupakan rincian perhitungan biaya pembongkaran aset fisik di
Kawasan Wisata Air Panas Cibolang.

73
Tabel 4.3 Estimasi Biaya Pembanguanan
No. Aset Jumlah Luas Biaya Total Biaya
Fasilitas Utama
1 Kolam regular A 1 114 m2 Rp 3.700.000/m3 Rp 421.800.000
2
2 Kolam regular B 1 82,43 m Rp 3.700.000/m3 Rp304.991.000
2
3 Kolam private 5 9m Rp 3.700.000/m3 Rp 166.500.000
4 Akomodasi
Tenda geodesic A 12 10 m2 Rp 1.000.000/m2 Rp 120.000.000
2
Tenda geodesic B 12 37 m Rp 1.000.000/m2 Rp444.000.000
2
5 Ruang Ganti 2 10 m Rp 6.500.000/m2 Rp 130.000.000
2
6 Toilet 3 39,23 m Rp 6.500.000/m2 Rp 764.985.000
Fasilitas Pendukung
7 Area parkir 1 2.750 m2 Rp 1.250.000/m2 Rp 3.437.500.000
8 Tempat sampah 77 - Rp 4.000.000/unit Rp 296.000.000

9 Pos keamanan 1 20 m2 Rp 6.500.000/ m2 Rp 130.000.000


2
10 Mushola 1 81 m Rp 6.000.000/m2 Rp 486.000.000
2
11 Pusat informasi 1 45 m Rp 6.500.000/m2 Rp 292.500.000
Infrastruktur
12 Penerangan Jalur 36 - Rp 7.500.000/unit Rp 270.000.000
Pejalan Kaki
13 Wifi 4 - Rp 500.000/unit Rp 2.000.000
Total Estimasi Biaya Pembangunan Rp 7.266.276.000

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.3 maka estimasi biaya


pembangunan aset fisik di kawasan wisata Air Panas Cibolang adalah
Rp7.266.276.000 untuk tahun perhitungan 2022 yang terdiri dari fasilitas utama
kolam, akomodasi, ruang ganti, dan toilet, fasilitas pendukung parkir, tempat
sampah, pos keamanan, mushola dan pusat informasi, serta infrastruktur
penerangan jalur pejalan kaki dan wifi.

4.4.3 Total Estimasi Biaya Proyek


Berdasarkan perhitungan estimasi biaya pembongkaran dan pembangunan di
atas, selanjutnya dapat dihitung total dari estimasi biaya secara keseluruhan pada
proyek pengembangan aset fisik fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata Air
Panas Cibolang yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

74
Tabel 4.4 Total Estimasi Biaya Proyek
No Jenis Biaya Estimasi Biaya
1 Biaya Pembongkaran Rp78.000.000
2 Biaya Pembangunan Rp7.266.276.000
Total Estimasi Biaya Rp7.344.276.000
Tingkat Inflasi 4% Rp293.771.040
Total Estimasi + Inflasi Rp7.638.047.040

Berdasarkan Tabel 4.4, estimasi biaya proyek pengembangan aset fisik


fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang pada tahun 2022
adalah Rp7.344.276.000. Namun, apabila proyek direalisasikan pada tahun 2023,
maka terdapat kenaikan biaya dikarenakan adanya inflasi dengan perkiraan tingkat
inflasi pada tahun 2023 adalah 4% (Prakoso, 2021). Estimasi biaya ini meliputi
biaya pengembangan aset fisik fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan
infrastruktur. Metode yang digunakan dalam perhitungan estimasi biaya proyek
pengembangan ini adalah metode meter persegi dan metode unit terpasang.

4.5 Luaran Proyek dan Penentuan Zonasi Proyek


Subbab ini menjelaskan mengenai penjelasan hasil akhir proyek yang
meliputi luaran proyek dan penentuan zonasi.
4.5.1 Luaran Proyek
Luaran proyek perencanaan pengembangan aset fisik fasilitas dan
infrastruktur ini terdiri dari tiga luaran, yakni:
1. Buku laporan perencanaan pengembangan aset fisik fasilitas dan infrastruktur
di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang.
Aset yang direncanakan dikembangkan pada pengembangan fasilitas di
Kawasan Wisata Air Panas Cibolang meliputi fasilitas utama yakni pembangunan
kolam pemandian air panas yang terdiri dari kolam regular dan kolam private, area
kemah dengan tenda dome bertema ecological camping, ruang ganti pakaian, serta
toilet pria, wanita dan disabilitas. Fasilitas pendukung yakni pembangunan tempat
parkir, fasilitas kebersihan berupa tempat sampah, fasilitas keamanan berupa pos
keamanan, tempat ibadah (mushola), dan pusat informasi. Sedangkan aset yang
direncakanan dikembangkan pada pengembangan infrastruktur di Kawasan Wisata

75
Air Panas Cibolang meliputi infrastruktur jaringan listrik, dan jaringan
telekomunikasi. Perencanaan proyek pengembangan fasilitas dan infrastruktur ini
terdiri dari 3 zona yakni zona inti, penyangga, serta publik. Pengembangan aset
fisik fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Air Panas Cibolang dilakukan
dengan kegiatan pembongkaran dan pembangunan.
2. Layout 2D pemetaan zonasi.
Layout 2D pemetaan zonasi terdiri dari siteplan pengembangan aset fisik
fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Air Panas Cibolang. Bangunan
didirikan untuk pengembangan aset fisik fasilitas dan infrastruktur di atas lahan
dengan luas 4,90 Ha. Berdasarkan Permenparekraf No. 2 Tahun 2021, koefisien
dasar bangunan (KDB) pada kawasan hutan disarankan 10% dari luas tapak
peruntukan dengan jumlah lantai bangunan maksimal yakni 2 (dua) lantai dan
tinggi bangunan disarankan berada di bawah tinggi tajuk pohon sekitarnya
dan/atau maksimal 10 (sepuluh) meter. Sedangkan Koefiesien Dasar Hijau (KDH)
pada kawasan hutan adalah 90%. Tabel 4.5 menunjukkan perhitungan penggunaan
lahan pada proyek pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur kawasan wisata
Air Panas Cibolang.

Tabel 4.5 Perhitungan Penggunaan Lahan


No Ketentuan Rencana Penggunaan
(m2)
1 Luas lahan kawasan wisata 49.000
2 Luas dasar bangunan (KDB 10%) 10% x 49.000 = 4.900
3 Luas perencanaan penggunaan lahan
Kolam Pemandian Air Panas 241,43
Area Kemah 1.164
Ruang Ganti 10
Toilet 117.69
Parkir 2.750
Fasilitas Keamanan 20
Mushola 81
Pusat Informasi 24
Total luas perencanaan penggunaan 4.408,12
lahan
4 Luas ruang terbuka hijau (KDH 90%) 90% x 49.000 = 44.100

76
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa luas aset fisik fasilitas yang
direncanakan akan dibangun adalah seluas 4.408,12 m2. Sedangkan koefisien dasar
bangunan (KDH) pada daerah perencanaan adalah 4.900 m2. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pengembangan aset fisik fasilitas dan infrastruktur
di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang tidak melanggar ketentuan tata guna lahan
berdasarkan Permenparekraf No.2 Tahun 2021. Selanjutnya, siteplan
pengembangan aset fisik fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Air Panas
Cibolang ditunjukkan pada Gambar 4.28 dibawah ini.

Gambar 4.29 Siteplan

Pada siteplan tersebut berisikan letak dari setiap aset fasilitas dan
infrastruktur di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang.

3. Video 3D pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata


Air Panas Cibolang.
Video 3D pada luaran proyek pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur
menampilkan gambaran Kawasan Wisata Air Panas Cibolang setelah dilakukan
pengembangan aset yang meliputi aset fisik fasilitas utama, fasilitas pendukung,

77
dan infrastruktur. Atraksi wisata dan fasilitas yang sudah tersedia di kawasan
wisata ini pun ditampilkan seperti outbond minicross, kolam angsa, dan tempat
makan. Link video 3D perencanaan pengembangan aset fisik fasilitas dan
infrastruktur di kawasan wisata Air Panas Cibolang dapat dilihat pada lampiran.

4.5.2 Penentuan Zonasi


Proyek perencanaan pengembangan Kawasan Wisata Air Panas Cibolang
meliputi aset fisik fasilitas dan infrastruktur. Menurut Cooper dalam Wardhono
(2015), penentuan zonasi pada wisata alam diperoleh tiga macam zona yakni zona
inti, zona penyangga dan zona publik. Pemetaan zonasi pengembangan aset fisik
fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Air Panas Cibolang dapat dilihat pada
Gambar 4.29 dibawah ini.

Gambar 4.30 Zonasi


1. Zona Inti
Zona yang berfungsi sebagai zona atraksi utama adalah zona inti. Zona inti
juga berkaitan dengan tujuan utama datangnya pengunjung. Adapun zona inti
pada Kawasan Wisata Air Panas Cibolang yakni kolam pemandian air panas
sebagai tujuan utama datangnya pengunjung, ruang ganti pakaian, dan toilet.

78
2. Zona Penyangga
Zona penyeimbang berbatasan langsung dengan zona inti. Bangunan
diperbolehkan berdiri pada zona penyangga namun dengan syarat bahwa fungsi
dari bangunan tersebut tidak mengganggu kelestarian dari zona inti. Pada
proyek ini, aset yang termasuk kedalam zona penyangga yakni mushola,
fasilitas kebersihan, dan fasilitas keamanan.
3. Zona Publik
Zona publik diperuntukkan sebagai tempat pengembangan fasilitas dan
layanan yang bersifat komersil. Aset fasilitas yang termasuk kedalam zona
publik yakni area parkir, area kemah, dan pusat informasi.

4.6 Kelebihan dan Keterbatasan Rancangan


Terdapat beberapa kelebihan dan keterbatasan pada pelaksanaan proyek
perencanaan pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata Air
Panas Cibolang. Berikut merupakan uraian dari kelebihan dan keterbatasan proyek
tersebut.
4.6.1 Kelebihan Proyek
Kelebihan proyek perencanaan pengembangan fasilitas dan infrastruktur ini
sebagai berikut:
1. Pengembangan aset fasilitas utama berupa kolam pemandian air panas
menggunakan arsitektur berkelanjutan. Konsep seperti ini sesuai dengan
Hanmer Springs Water dan teori yang dikaji Ragheb et.al (2016) dimana
terdapat dua kolam tingkat yang dihubungkan dengan air terjun mini yang
mengalir di bebatuan alami, konsep kolam tersebut belum tersedia pada
Maribaya Hot Springs Water, kolam pemandian air panas di Maribaya Hot
Springs hanya berbentuk melingkar dilengkapi dengan bebatuan
(Maribayaresort.com). Oleh karena itu, hal tersebut diharapkan dapat
menambah daya tarik kawasan wisata Air Panas Cibolang sehingga
meningkatkan jumlah pengunjung.
2. Proyek pengembangan aset fasilitas utama lainnya yakni akomodasi memiliki
tema ecological camping benchmarking dengan Ecocamp Patagonia yang

79
merupakan sustainable campsite pertama di dunia sehingga dapat menjaga
kelestarian lingkungan dan mendukung keberlanjutan pariwisata Berbeda
dengan Bali Jungle Camping yang belum menerapkan konsep sustainable
ecotourism seperti belum menggunakan sumber energi terbarukan dan desain
domes belum memanfaatkan pencahayaan alami (Koma, 2021).
3. Proyek pengembangan fasilitas dan infrastruktur ini menggunakan konsep
green architecture dalam pelaksanannya menggunakan material bahan alami
yang dapat didaur ulang sehingga dapat menghemat biaya serta dapat
mendukung pariwisata berkelanjutan yang ramah lingkungan sebagaimana
menurut Ragheb et.al, (2016).

4.6.2 Keterbatasan Proyek


Selain kelebihan proyek, juga terdapat keterbatasan pada pelaksanaan proyek
perencanaan pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur di Kawasan Wisata Air
Panas Cibolang yakni:
1. Proyek pengembangan fasilitas kawasan kolam pemandian air panas ini tidak
membahas jaringan distribusi air sebagaimana proyek pada Banyuwedang Hot
Springs (Wijaya, 2019).
2. Pengembangan fasilitas utama kolam tidak membangun kolam air dingin
sebagaimana pada Ouray Hot Springs (Bloomquist, R. G., 2006). Hal tersebut
dikarenakan area wisata berada di sebelah pengeboran gas bumi dan akses
sumber air dingin berjarak cukup jauh dari Cibolang yakni sekitar 4km.

4.7 Implikasi Manajerial


Berdasarkan hasil proyek perencanaan pengembangan aset fasilitas dan
infrastruktur di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang, diharapkan dapat digunakan
sebagai referensi untuk melakukan perencanaan pengembangan di kawasan wisata
tersebut. Apabila proyek ini akan direalisasikan, maka implikasi manajerial yang
perlu dilakukan oleh pengelola yakni sebagai berikut:
1. Pengelola dapat melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) untuk menjaga kebersihan serta keamanan lingkungan Kawasan
Wisata Air Panas Cibolang, mengingat kawasan wisata ini merupakan kawasan

80
hutan lindung. Oleh karena itu, apabila proyek akan direalisasikan maka
pengelola perlu mempertimbangkan analisis dampak lingkungan sehingga
proyek pengembangan aset fasilitas dan infrastruktur ini dapat terealisasi
dengan baik serta tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
2. Pengelola perlu menyusun Detail Engineering Design (DED) yang bersifat
menyeluruh untuk detail bangunan sipil terhadap setiap aset yang akan
dikembangkan sebagai bentuk tindak lanjut rencana pengembangan. Sehingga
proyek dapat terealisasi dengan lancar karena semakin lengkap DED maka
akan semakin cepat pelaksanaan pembangunan pengembangan aset fisiknya.
3. Pengelola perlu menyusun anggaran yang sesuai dengan aturan harga pada saat
proyek akan direalisasikan. Penyusunan anggaran berbeda dengan estimasi
biaya pada proyek ini. Realisasi proyek memerlukan anggaran yang lebih real
dan detail mengenai biaya apa saja yang akan dikeluarkan. Penyusunan
anggaran juga akan lebih tepat karena menggunakan harga yang berlaku pada
saat proyek direalisasikan.

81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada proyek perencanaan pengembangan aset
fisik fasilitas dan infrastruktur di kawasan wisata Air Panas Cibolang, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Aset fisik fasilitas meliputi: (1) Fasilitas utama yang sudah tersedia kolam
pemandian air panas, ruang ganti pakaian, toilet, dan akomodasi penginapan;
(2) Fasilitas pendukung yang sudah tersedia yaitu pusat informasi, area
berkemah, area parkir, mushola, gazebo, fasilitas kebersihan, toko cenderamata
tetapi belum tersedia fasilitas keamanan. Aset fasilitas tersebut belum
memenuhi kriteria kebutuhan. Sehingga perencanaan pengembangan aset
fasilitas berdasarkan green architecture dapat dirancang meliputi:
a. Fasilitas utama terdiri dari kolam pemandian air panas regular dengan luas
114 m2 dan 82,43 m2, kolam private 45m2 , akomodasi (area kemah) seluas
1.164 m2, ruang ganti pakaian dengan luas 10 m2 , serta toilet seluas 117,69
m2.
b. Fasilitas pendukung terdiri dari tempat parkir dengan luas 2.750 m2,
fasilitas kebersihan yakni tempat sampah sebanyak 77 unit, fasilitas
keamanan yakni pos keamanan seluas 20 m2, mushola dengan luas 81 m2
dan pusat informasi seluas 24 m2.
2. Aset fisik infrastruktur sudah tersedia jaringan air bersih dan jaringan listrik
namun infrastruktur jaringan telekomunikasi belum tersedia. Infrastruktur
jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi belum memenuhi kriteria
kebutuhan. Sehingga perencanaan pengembangan infrastruktur dapat
dirancang meliputi meliputi jaringan listrik yakni penerangan jalur pejalan kaki
sebanyak 36 unit lampu dan jaringan telekomunikasi internet yakni 4 unit wifi
yang tersebar di area kemah, area vip, area kolam regular dan ruang admin.
3. Estimasi biaya untuk perencanaan pengembangan aset fasilitas dan
infrastruktur menggunakan metode persegi dan unit terpasang yaitu biaya

82
pembongkaran sebesar Rp78.000.000 serta biaya pembangunan sebesar
Rp7.266.276.000. Sehingga total biaya perencanaan pengembangan pada
proyek ini sebesar Rp 7.344.276.000 untuk tahun perhitungan 2022, sedangkan
untuk implementasi tahun 2023 diperkirakan sebesar Rp7.638.047.040,--

5.2 Saran
Berdasarkan hasil paparan dan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan
sebagai berikut:
1. Pada proyek tidak membahas semua indikator infrastruktur hanya pada
infrastruktur jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi (Marzuki et.al, 2017)
sehingga pada proyek selanjutnya sebaiknya perlu dilakukan penelitian atau
proyek yang mengkaji pembahasan mengenai jaringan persediaan air Marzuki
et.al, 2017).
2. Perhitungan estimasi biaya pembangunan pada proyek ini menggunakan
metode meter persegi (m2) sehingga pada proyek selanjutnya lebih baik
mengkaji perhitungan estimasi biaya pembangunan menggunakan metode
survei kuantitas untuk perhitungan yang lebih rinci (Prawoto, 2014).

83
DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku dan Jurnal:

A, BC, Framework. (2019). Asset Management for Suistainable Service Delivery.


Asset Management British Columbia (AM BC). .

Abuiyada, Reem. (2018). Traditional Development Theories have Failed to


Address th Needs of the Majority of People at Grassroots Levels with
Reference to GAD. Journal of Business and Social Science, Vo l. 9, No. 9.
.

Aira, A. (2014). Peran Manajemen Aset Dalam Pembangunan Daerah. Jurnal


Penelitian Sosial Keagamaan, 17.
Algburi, S. M., Faieza, A. A., & Baharudin, B. T. H. T. (2016). Review of green
building index in Malaysia; existing work and challenges. International
Journal of Applied Engineering Research, 11(5), 3160-3167.
Arismayanti, N. K., & Rahyuda, I. (2020). Comparison Study of Foreign Tourist
Preferences in Choose The Attributes of Tourism Destination Pre and Post
Natural Disaster. E-Journal of Tourism, 7(2), 22 9.
.

Bell, S. (2008). Design for Outdoor Recreation (2nd ed.). Taylor & Francis
Incorporation.
Bhutta, Khurrum S. & Huq, Faizul. (1999). Benchmarking – Best Practices: an
Integrated Approach. An International Journal, vol. 6, No. 3, 254-268.
Bloomquist, R. G. (2006). Ouray Hot Springs Motels, Lodges and Spa, Ouray, CO.
Campbell, J. D., Jardine, A. K., & McGlynn, J. (2011). Asset Management:
Excellence optimizing equipment Life-Cycle Decisions, Second edition.
Boca Raton: Taylor and Francis Group.
Cooper, C et all. (1993). Tourism: Principles and Practice. London: Pitman
Publishing.
Dalimunthe, D. Y., Valeriani, D., Hartini, F., & Wardhani, R. S. (2020). The
Readiness of Supporting Infrastructure for Tourism Destination in Achieving
Sustainable Tourism Development. Society, 8(1), 217-233.

84
Darajat, A. S., & Susilowati, M. D. (2018). Physical and facilities factors
influencing tourist distribution in bantul regency, special region of
Yogyakarta. In E3S Web of Conferences (Vol. 73, p. 03002). EDP Sciences.
Darsiharjo, D., & Kastolani, W. (2016). Strategi Pengembangan Wisata Minat
Khusus Arung Jeram di Sungai Palayangan. Jurnal Manajemen Resort dan
Leisure, 13(1).
Diwari, F. D. B., & Setijanti, P. (2016). Pendekatan Arsitektur Bioklimatik Pada
Bangunan Pesisir. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2).
Hakim, A. R. (2012). Tourist Information Centre di Semarang. IMAJI, 1(2), 209–
218.
Handayani, S., Wahyudin, N., & Khairiyansyah, K. (2019). Fasilitas, Aksesibilitas
dan Daya Tarik Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan. Jurnal Ilmiah
Manajemen Dan Bisnis, 20(2), 123-133. .

Hasting, N. A. (2015). Physical Asset Management (Second ed.). London: Springer.


Hastings, N. A. (2010). Physical Asset Management. London: Springer-Verlag.
Irfan, M., & Suryani, A. (2017). Local wisdom based tourist village organization in
Lombok tourist area. International Journal of English Literature and Social
Sciences, 2(5), 239220.
Ginting, N., dan Sasmita, A. (2018). Developing Tourism Facilities Based on
Geotourism in Silalahi Village, Geopark Toba Caldera. IOP Conf. Series:
Earth and Environmental Science, 126.
Graja-Zwolińska, Sylwia dan Aleksandra Spychała., (2020), What id Nature
Tourism? Case Study: University Students, Rural Tourism Department.
Keqa, A. (2016). 4 Key Stages of Asset Management Lifecycle. Professional
Evaluation and Certification Board.
Koma, F. Y. I. (2021). Water Empowerment and Conservation for Sustainable
Ecotourism (The Case of Bali Jungle Camping). International Journal of
Glocal Tourism, 2(4), 241-249.
Liu, X., Fu, Y., & Li, J. (2019). The effect of on-site experience and place
attachment on loyalty: Evidence from Chinese tourists in a hot-spring resort.

85
International Journal of Hospitality & Tourism Administration, 20(1), 75-
100.
Mandić, A., Mrnjavac, Ž., & Kordić, L. (2018). Tourism infrastructure, recreational
facilities and tourism development. Tourism and hospitality management,
24(1), 41-62.
Marzuki, Azizan., Khoshkam, Mana., Mohamad, Diana., Kadir, Irhanida Abdul.
(2017). Linking nature-based tourism attributes to tourists’ satisfaction.
Meo, Desi DA., dan I. Bagus Suryawan. (2018). Penanganan Lingkungan Fisik di
Objek Wisata Air Panas Desa Mengeruda, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Destinasi Wisata, 6(2).
Mi, C., Chen, Y., Cheng, C. S., Uwanyirigira, J. L., & Lin, C. T. (2019). Exploring
the determinants of hot spring tourism customer satisfaction: Causal
relationships analysis using ISM. Sustainability, 11(9), 2613.
Nguyen, Q. H. (2021). Impact of Investment in Tourism Infrastructure
Development on Attracting International Visitors: A Nonlinear Panel ARDL
Approach Using Vietnam’s Data. Economies, 9(3), 131.
Prawoto, Agus. (2014). Teori dan Praktek Penilaian Properti. Yogyakarta: BPFE.
Priskin, Julianna. (2001). Assessment of Natural Resources for Nature-based
Tourism: the Case of the Central Coast Region of Western Australia. Tourism
Management, 637-648.
Queenslandd Government. (2017). Asset Planning for Buildings, Brisbane:
Queenslandd Department of Housing and Public Works.
Rabbany, Md. Ghulam et al., (2013), Environmental Effects of Tourism, American
Journal of Environmen, Energy, and Power Research, Vo. 1, No. 7, 117-130.
Ragheb, A., El-Shimy, H., & Ragheb, G. (2016). Green architecture: A concept of
sustainability. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 216, 778-787.
Ramyar, Meysam., Halim, Norhazliza. (2020). Tourist Expectation and Satisfaction
towards Existing Infrastructure and Facilities in Golestan National Park, Iran.
American Research Journal of Humanities & Social Science (ARJHSS)
vol.03., issue.07., pp.89-108.

86
Rasul, G., & Manandhar, P. (2009). Prospects and problems in promoting tourism
in South Asia: A regional perspective. South Asia Economic Journal, 10(1),
187-207.
Respati, A., Purwanto, E., Santoso, S., & Handayani, I. G. A. K. R. (2017). The
Reconstruction of Ecotourism Model Based on Resources and Local Wisdom.
International Journal of Business, Economics and Law, 13(4).
Ridwan, Mohammad & Aini, Windra. (2019). Perencanaan Pengembangan Daerah
Tujuan Pariwisata. Deepublish.
Rosita, R., Marhanah, S., & Wahadi, W. H. (2016). Pengaruh Fasilitas Wisata Dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pengunjung Di Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta. Jurnal Manajemen Resort dan Leisure, 13(1).
Sarim., & Wiyana, T. (2017). Pengaruh Fasilitas Wisatawan Terhadap Motivasi
Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Kunjungan Wisatawan Kota Solo).
Jurnal Hospitality dan Pariwisata, 3(2): 342-249.
Sidiq, S. S., & Huda, A. (2015). Pengelolaan Fasilitas Objek Wisata Cagar Budaya
Makam Raja Kecik Di Desa Buantan Besar Kabupaten Siak (Doctoral
dissertation, Riau University).
Sugiama, A. G. (2013). Manajemen Aset Pariwisata. Bandung: Guardaya Intimarta.
Sugiama, A. G. (2013). Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Bandung: Guardaya
Intimarta.
Sugiama, A. G. (2019). The Sustainable Rural Tourism Asset Development Process
Based on Natural and Cultural Conservation. In International Conference On
Applied Science and Technology 2019-Social Sciences Track (iCASTSS
2019). Atlantis Press.
Sugiama, A.G., & Nufi. (2021). The Identification of Infrastructure, Accessibility,
Environment, and Physical Tourism Attraction Resources: Cibeureum Lake
Case. Atlantis Press. (207).
Sunarsa, I Wayan., Andiani. (2019). Tourism Perception of General Toilet Hygiene
in Objects and Tourist Attractions in Bali. International Journal of Social
Science and Business. Volume 3, Number 1, Tahun 2019, pp. 28-35.

87
Sutiarso, M. A. (2018). Pengembangan Pariwisata Yang Berkelanjutan Melalui
Ekowisata.
United States Access Board. (2014). Outdoor Developed Areas.
Widiantara, I. B. G., & Suastawa, I. W. (2020). Warm Water Pool System
Simulation: Design and Manufacture. Logic: Jurnal Rancang Bangun dan
Teknologi, 20(3), 205-209.
Widyastuti, A. R. (2010). Pengembangan pariwisata yang berorientasi pada
pelestarian fungsi lingkungan. Jurnal Ekosains, 2(3), 69-82.
Wijaya, Kadek M dan Ni Wayan N. (2019). Sustainable Tourism Concept in
Redesigning Zone-Arrangement of Banyuwedang Hot Springs Architecture.
IJASTE – International Journal of Applied Sciences in Tourism and Events,
Vol. 3(1).pp.54-67.
Wilder, R. S. (2012). Campgrounds – The Basics of Design. A SunCam Online
Continuing Education Course.
Wolf, Isabelle D., Croft, David B., & Green, Ronda J. (2019). Nature Conservation
and Nature-Based Tourism: a Paradox? Journal Environments.

Referensi Normatif:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.13 Tahun 2020
Tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Wisata Alam di Kawasan
Hutan.
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 27 Tahun 2015 tentang Standar Usaha
Pengelolaan Pemandian Air Panas Alami.
Peraturan Menteri Pariwisata No. 16 Tahun 2015 Tentang Standar Usaha
Gelanggang Renang.
Peraturan Menteri Pariwisata No. 24 Tahun 2015 tentang Standar Usaha Bumi
Perkemahan.

88
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang
Pariwisata.
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2018-2025.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan
Taman Wisata Alam.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.31/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pedoman Kegiatan Usaha
Pemanfaatan Jasa Lingkungan.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 27 Tahun 2018 tentang Alat Penerangan
Jalan.

Referensi Lainnya:
Hanmersprings.co, 9 Mei 2022, https://hanmersprings.co.nz/pools-and-
slides/thermal-pools/
Ecocamp.travel, 1 Maret 2022, https://www.ecocamp.travel/en/domes
Mitrabongkarbangunan.id, 18 May 2022,
https://www.mitrabongkarbangunan.my.id/
Ragapool, 23 Mei 2022, https://www.ragapool.co.id/
Indihome.id, 20 Mei 2022,
https://www.indihome.co.id/landingpage/regional4/promo-khusus-tripleplay
Prakorso (2021), 24 Mei 2022, bisnis,com,
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210803/9/1425219/menkeu-putuskan-
sasaran-inflasi-2022-sampai-2024-ini-angkanya
Maribayaresort.com, 26 Mei 2022, https://maribayaresort.com/

89
LAMPIRAN

90
Lampiran A Surat Izin Penelitian

91
Lampiran B Daftar Hadir Bimbingan

92
93
94
Lampiran C Panduan Observasi

PANDUAN OBSERVASI

Observasi dilakukan dengan mengamati kondisi fasilitas dan infrastruktur


Kawasan Wisata Air Panas Cibolang yang meliputi fasilitas utama, fasilitas
pendukung dan infrastruktur.

Tujuan : Untuk memperoleh data dan informasi mengenai aset fasilitas dan
infrastruktur Kawasan Wisata Air Panas Cibolang yang meliputi fasilitas utama,
fasilitas pendukung dan infrastruktur.

Aspek yang diamati di Kawasan Wisata Air Panas Cibolang :

1. Luas kolam dan lahan yang tersedia untuk kolam baru di area wisata
2. Tata letak (layout) penempatan tenda pada area kemah
3. Luas ruang ganti yang dibutuhkan
4. Fasilitas yang tersedia di ruang ganti dan toilet
5. Jenis tempat sampah yang dibutuhkan
6. Panjang jalur pejalan kaki
7. Letak penerangan yang dibutuhkan/fasilitas apa saja yang membutuhkan
penerangan
8. Luas dan kondisi lahan parkir
9. Jumlah wifi yang dibutuhkan
10. Susunan bangunan di Cibolang
11. Upaya penghematan air dan ventilasi alami

95
Lampiran D Panduan Wawancara

PANDUAN WAWANCARA

Narasumber : Pengelola Kawasan Wisata Air Panas Cibolang (Bapak Dindin


Wahyudin)

Tujuan : Untuk memperoleh data dan informasi mengenai aset fasilitas dan
infrastruktur Kawasan Wisata Air Panas Cibolang yang meliputi fasilitas utama,
fasilitas pendukung dan infrastruktur

Pewawancara : Meisya Nabila

Pertanyaan :

1. Berapa luas kolam dan lahan yang tersedia untuk kolam baru di area wisata?
2. Mengapa belum ada kolam private?
3. Apakah Perhutani sudah memiliki tema atau konsep kolam pemandian air
panas?
4. Apakah terdapat kendala dalam pengelolaan kolam?
5. Bagaimana sistem pemeliharaan kolam?
6. Mengapa belum ada tata letak penempatan tenda pada area kemah?
7. Bagaimana sistem pemeliharaan ruang ganti?
8. Mengapa belum tersedia toilet untuk penyandang disabilitas?
9. Berapa kapasitas tempat parkir di area wisata?
10. Mengapa belum tersedia pos keamanan?
11. Bagaimana sistem pemeliharaan mushola?
12. Mengapa pusat informasi disatukan dengan fasilitas kesehatan?
13. Apakah sudah tersedia wifi untuk pengunjung di kawasan Air Panas
Cibolang?
14. Apakah sudah ada upaya untuk penghematan air di kawasan wisata ini?
15. Mengapa fasilitas seperti toilet dan mushola tidak menggunakan keran
sensor?

96
16. Apakah sudah dilakukan daur ulang sampah sesuai jenisnya di kawasan
wisata ini?
17. Apakah sudah ada upaya untuk pengurangan polusi udara seperti asap rokok?

Lampiran E Transkrip Wawancara

Narasumber : Bapak Dindin Wahyudin


Jabatan : Pengelola (Koordinator Wisata) Air Panas Cibolang
Tempat Wawancara : Pemandian Air Panas Cibolang
Hasil Wawancara :

No Pertanyaan Hasil Wawancara


1 Mengapa kolam anak ex waterboom Waterboom dibongkar karena sudah
bisa tidak berfungsi optimal dan rusak konstruksinya, kami menjaga K3
kurang terawat? untuk keselamatan pengunjung dan kami
sudah memiliki rencana untuk
membangun ulang kolam tersebut
2 Berapa kolam baru yang dapat Lahan untuk kolam baru ada, di
dibangun di kawasan wisata, apakah belakang vip yang ada tenda biru. Kami
tersedia lahannya berapa luasnya? sudah merencanakan penambahan 5
kolam private
3 Apakah perhutani sudah memiliki Untuk saat ini belum ada konsepnya
tema atau konsep kolam pemandian
air panas?
4 Apakah terdapat kendala dalam Kendala pengelolaan kolam secara
pengelolaan kolam? signifikan tidak ada, masukan dari
pengunjung airnya lumayan panas
5 Mengapa belum ada kolam private Iya, belum tersedia kolam private di
untuk pengobatan dan kolam air pemandian air panas cibolang namun,
dingin? kami sudah memiliki rencana untuk
menambah 5 kolam private
6 Bagaimana sistem pemeliharaan Kolam setiap malam dikuras dan
kolam? dibersihkan oleh petugas
7 Apakah sudah ada tata letak (layout) Layout kemah belum ada karena
penempatan tenda pada area kemah? penataannya bertahap dan kebetulan
Jika belum ada mengapa? peminat untuk camp disini agak kurang
8 Bagaimana pemeliharaan yang Pemeliharaan ruang ganti dan toilet rutin
dilakukan pada ruang ganti dan toilet? dibersihkan setiap hari
9 Mengapa belum tersedia toilet untuk Iya toilet disabilitas belum ada padahal
disabilitas? di peraturan sudah tertera, kedepannya
akan dibuat

97
10 Mengapa tidak menggunakan kran Sementara ini belum karena terkendala
sensor (otomatis) berteknologi yg biaya juga salah satunya karena butuh
dapat menghemat air di setiap toilet? proses pengajuan, kedepannya akan
diupayakan
11 Berapa kapasitas tempat parkir dan Kapasitas parkir roda 4 itu 200 unit,
berapa rata-rata jumlah kendaraan roda dua 400 unit, untuk hari libur
mobil, motor, bus yang parkir? kendaraan yang parkir roda 4 yakni 150
mobil, 300 motor dan 10 bus.
12 Mengapa belum ada marka parkir Marka parkir belum ada karena tempat
(garis parkir)? parkir masih berbatu dan bergelombang
jadi harus sering ngecat
13 Mengapa belum semua tempat Kembali ke kesadaran pengunjung,
sampah dipisah organik dan kebanyakan pengunjung ingin yang
nonorganik mengapa masih ada simple langsung membuang tanpa
tempat sampah yg bak terbuka? dipilah sehingga resiko bagi kami untuk
memilah sampah
14 Mengapa belum ada pos keamanan? Pos keamanan itu masih timsar, timsar
mobile tidak stay di pos sehingga saat
ini belum ada pos keamanan padahal
polisi babinsa selalu stay di area wisata
ini. In sya Allah kedepan akan kita
siapkan
15 Bagaimana sistem pemeliharaan Pemeliharaan mushola melibatkan yang
mushola? petugas tempat makan dengan lokasi
terdekat dengan mushola, namun jika
sedang fokus melayani di tempat makan
pembersihan mushola jadi terabaikan
16 Mengapa beberapa fasilitas seperti Itu balik lagi ke manajemen, kita
toilet dan mushola menggunakan kedepan akan lebih berinovasi lebih
tidak menggunakan bahan ramah kekinian tapi tidak mengubah estetika
lingkungan seperti kayu sintetis? yang ada, kedepan akan selalu
berkembang
17 Mengapa pusat informasi disatukan Ruang kantor di Cibolang ini tadinya
dengan fasilitas kesehatan? akan digunakan sebagai ruang kesehatan
namun, karena kami belum mempunyai
kantor sehingga digunakan untuk ruang
komputer terlebih dahulu
18 Apakah sudah tersedia wifi untuk Saat ini, untuk fasilitas wifi belum
pengunjung di kawasan Air Panas disediakan di kawasan wisata Air Panas
Cibolang? Cibolang
19 Apakah sudah dilakukan daur ulang Untuk sampah kami serahkan kepada
sampah sesuai jenisnya di kawasan petugasnya
wisata ini?
20 Apakah sudah ada upaya untuk Saat ini belum dilakukan upaya untuk
pengurangan polusi udara seperti asap pengurangan polusi udara seperti asap
rokok? rokok

98
Lampiran F Siteplan

99
Lampiran G Hasil Turnitin

100
Lampiran H Berita Acara Sidang Skripsi

101
Lampiran I Link Video
https://youtu.be/-DpoUTVZvr0

Anda mungkin juga menyukai