Mekanisme Abnormal
Swab Antigen
Sensitivitas antigen rapid test (tes cepat antigen) untuk SARS-CoV-2 berdasarkan
berbagai merk antigen yang diteliti menunjukkan variasi dengan rentang 0 - 94%, namun
spesifisitasnya tinggi (>97%) (PDS PatKLIn, 2020). Panduan interim WHO tanggal 11
September 2020 merekomendasikan penggunaan antigen rapid test (tes cepat antigen):
a) Bila nucleic acid amplification tests (NAAT) akses sulit atau tidak tersedia; atau
waktu ketersediaan hasil lama, dengan syarat tes cepat antigen SARSCoV-2
mempunyai sensitivitas ≥80% dan spesifisitas ≥97%
b) Untuk mendukung investigasi pada kelompok orang yang berisiko dan terisolasi yang
terkonfirmasi positif di daerah wabah(misalnya di kelompok tertutup atau semi
tertutup seperti sekolah,panti wreda, kapal pesiar, lembaga permasyarakatan, tempat
kerja, asrama dan lain-lain)
c) Untuk memantau tren insidensi penyakit di masyarakat, terutama pada pekerja
esensial dan tenaga kesehatan selama wabah atau di daerah dengan transmisi
komunitas meluas.
d) Deteksi dan isolasi dini kasus positif di fasilitas layanan kesehatan, pusat/tempat tes
COVID-19, panti wreda, lembaga pemasyarakatan, dan sekolah; pada tenaga garis
depan dan tenaga kesehatan; dan untuk pelacakan kontak pada situasi transmisi
komunitas meluas
e) Tracing kontak pasien terkonfirmasi positif
Antigen rapid test (tes cepat antigen) tidak direkomendasikan dilakukan pada:
• Tempat atau populasi dengan prevalensi penyakit yang diperkirakan rendah
(misalnya: skrining di pintu masuk bandara atau perbatasan negara, skrining donor
darah, bedah elektif), terutama jika tes konfirmasi NAAT tidak langsung tersedia.
• Persyaratan biosafety dan kontrol infeksi tidak terpenuhi
• Kasus nol atau hanya sporadik
• Asimptomatik, kecuali terdapat kontak dengan kasus konfirmasi
Swab PCR
PCR atau polymerase chain reaction adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi
keberadaan material genetik dari sel, bakteri, atau virus. Polymerase Chain Reaction (PCR)
atau Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) untuk materi genetik RNA
merupakan metode amplifkasi (perbanyakan) asam nukleat virus. Amplifikasi didahului
dengan penempelan primer dan probe spesifik yang menempel pada bagian target pada gen
kemudian proses penggandaan difasilitasi oleh enzim polymerase. Pada realtime RT- PCR
atau yang biasa disebut rRT-PCR, proses deteksi produk amplifikasi dapat diamati secara
langsung tanpa memerlukan tahapan post-amplifikasi, seperti pembacaan gel atau
elektroforesis. rRT-PCR juga dapat mendeteksi beberapa target dalam proses yang bersamaan
atau disebut multiplex PCR. Saat ini, konfirmasi rutin kasus COVID-19 dilakukan dengan
metoda nucleic acid amplification tests (NAAT) seperti reverse-transcription polymerase
chain reaction (rRT-PCR atau RT-PCR) sesuai rekomendasi oleh WHO.
Penerapan algoritma dua tes dalam kasus penggunaan rumah sakit menggunakan Ag-RDT
diikuti dengan pengujian RT-PCR konfirmasi sampel positif secara substansial mengurangi
tingkat positif palsu, waktu penyelesaian rata-rata untuk hasil dan volume uji RT-PCR
dibandingkan dengan nilai-nilai ini untuk pengujian RT-PCR saja. Pengurangan positif palsu
mencegah pengobatan yang tidak perlu dan penderitaan di antara pasien tanpa infeksi,
pengurangan rata-rata waktu hasil pemeriksaan menguntungkan identifikasi kasus yang cepat
dan membatasi penularan komunitas, dan pengurangan persyaratan pengujian RT-PCR
memiliki nilai besar dalam mengoptimalkan sumber daya yang langka, terutama di rangkaian
sumber daya yang rendah. Namun demikian, mengingat dampak negatif dari strategi
kombinasi tersebut pada sensitivitas pengujian, pendekatan ini meningkatkan tingkat negatif
palsu dengan dampak potensial pada penularan komunitas karena kasus yang terlewatkan.
Setiap hasil tes negatif harus ditafsirkan dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan
kemungkinan penyakit sebelum tes (WHO, 2020).
a. Bagaimana prosedur pemeriksaan tes swab antigen dan bagaimana sensitivitas dan
spesifisitas dari tes tersebut?
Sensitivitas antigen rapid test (tes cepat antigen) untuk SARS-CoV-2 berdasarkan berbagai
merk antigen yang diteliti menunjukkan variasi dengan rentang 0 - 94%, namun
spesifisitasnya tinggi (>97%) .
Pengerjaan pemeriksaan tes cepat antigen:
a) Disupervisi dan diinterpretasi oleh Tim Ahli
b) Dilakukan oleh tenaga yang terlatih dalam menggunakan peralatan dan
meminimalkan risiko terpapar
c) Pengambilan swab dan pengerjaan tes cepat antigen dilakukan di
i. Laboratorium dengan fasilitas ruangan bertekanan negatif
ii. Tempat terbuka dengan mempertimbangkan keamanan lingkungan sekitar
d) Pengerjaan harus segera dilakukan atau sesuai dengan insert kit
Spesimen yang diperlukan menyesuaikan dengan insert kit yang digunakan dapat berupa:
a) Swab nasofaring
b) Swab orofaring
Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus memperhatikan kewaspadaan
universal (universal precaution) untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.
Bahan pengambilan spesimen:
a) Formulir pengambilan spesimen, sesuai Lampiran 7 Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Kemenkes revisi 05
b) Swab dakron atau flocked swab, viscous, rayon
c) Tongue spatel
d) Parafilm
e) Plastik klip
f) Marker atau label
Cara pengambilan spesimen swab nasofaring
a) Gunakan APD sesuai standar
b) Gunakan swab yang terbuat dari dakron/rayon steril dengan tangkai plastik atau jenis
flocked swab (tangkai lebih lentur).
c) Pastikan tidak ada obstruksi (hambatan pada lubang hidung).
d) Masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan posisi swab pada septum
bawah hidung, secara perlahan-lahan ke bagian nasofaring.
e) Swab kemudian dilakukan gerak memutar secara perlahan.
Prosedur pemeriksaan
Menyesuaikan dengan insert kit yang digunakan
Contoh prosedur:
a)
b)
c)
e. Apa saja pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
pasien tersebut?
Pemeriksaan SARS-CoV-2
1. NAAT (Nucleic acid amplification test)
Jika memungkinkan, infeksi SARS-CoV-2 yang dicurigai aktif harus diuji dengan
NAAT, seperti rRT-PCR. Tes NAAT harus menargetkan genom SARS-CoV-2.
Diagnostik optimal terdiri dari uji NAAT dengan setidaknya dua target independen
pada genom SARS-CoV-2, namun, di daerah dengan transmisi SARS-CoV-2 yang
tersebar luas, algoritma sederhana dapat diadopsi dengan satu target diskriminatif
tunggal. Saat menggunakan uji satu target, disarankan untuk memiliki strategi untuk
memantau mutasi yang mungkin memengaruhi kinerja.
2. Rapid diagnostc test based on antigen detection
Tes diagnostik cepat yang mendeteksi keberadaan protein virus (antigen) SARS-CoV-
2 dalam spesimen saluran pernapasan sedang dikembangkan dan dikomersialkan.
Sebagian besar adalah lateral flow immunoassays (LFI), yang biasanya selesai dalam
waktu 30 menit. Berbeda dengan NAATs, tidak ada amplifikasi target yang terdeteksi,
membuat tes antigen kurang sensitif. Selain itu, hasil positif palsu (menunjukkan
bahwa seseorang terinfeksi padahal tidak) dapat terjadi jika antibodi pada strip tes
juga mengenali antigen virus selain SARS-CoV-2, seperti virus corona manusia
lainnya.
3. Antibody testing
Tes serologis yang mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh tubuh manusia sebagai
respons terhadap infeksi SARS-CoV-2 dapat berguna dalam berbagai pengaturan.
Serologi tidak boleh digunakan sebagai diagnostik yang berdiri sendiri untuk
mengidentifikasi kasus akut dalam perawatan klinis atau untuk tujuan pelacakan
kontak. Interpretasi harus dibuat oleh seorang ahli dan tergantung pada beberapa
faktor termasuk waktu penyakit, morbiditas klinis, epidemiologi dan prevalensi dalam
pengaturan, jenis tes yang digunakan, metode validasi, dan keandalan hasil.
Tes komersial dan non-komersial mengukur antibodi pengikat (Total immunoglobulin
(Ig), IgG, IgM, dan/atau IgA dalam kombinasi yang berbeda) menggunakan berbagai
teknik termasuk LFI, enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan
chemiluminescence immunoassay (CLIA) telah menjadi tersedia.
4. Viral isolation
Isolasi virus tidak direkomendasikan sebagai prosedur diagnostik rutin. Semua
prosedur yang melibatkan isolasi virus dalam kultur sel memerlukan staf terlatih dan
fasilitas BSL-3. Penilaian risiko menyeluruh harus dilakukan ketika membiakkan
spesimen dari pasien potensial SARS-CoV-2 untuk virus pernapasan lainnya karena
SARS-CoV-2 telah terbukti tumbuh pada berbagai garis sel.
Prosedur pemeriksaan
Metode TCM
Pada pemeriksaan metode TCM dilakukan secara otomatis dan terintegrasi
menggunakan realtime PCR dengan cartridge sekali pakai, sehingga kontaminasi
silang antara spesimen dapat diminimalkan.
i) Pada VTM atau UTM yang sudah terdapat spesimen dicampur sebentar
dengan membolak-balik tabung dengan cepat sebanyak 5 kali. Lakukan semua
manipulasi berikut ini dalam BSC (Biological Safety Cabinet) level 2a
(minimal). BSC diletakkan dalam ruangan yang bertekanan negatif (Biological
Safety Level 2).
ii) Buka tutup cartridge
iii) Keluarkan pipet yang disediakan dari wadahnya
iv) Dengan pipet yang disediakan, spesimen ditransfer ke ruang spesimen (sample
chamber), pastikan spesimen di dalam pipet tidak ada gelembung udara. Lalu
buang pipet di tempat sampah infeksius. Catatan: pastikan memasukkan
keseluruhan volume spesimen di dalam pipet ke dalam sample chamber. Hasil
false negative dapat disebabkan salah satunya karena kurangnya spesimen
yang dimasukkan ke dalam cartridge.
v) Tutup cartridge dipastikan tertutup, dan cartridge dimasukkan ke dalam alat,
untuk dilakukan pemrosesan spesimen secara otomatis, dan real-time untuk
deteksi RNA virus SARS-CoV-2.
vi. Di Indonesia Balitbangkes menggunakan target gen N1, N2 dan RnP (Ribonuclease
P) sebagai gen kontrol internal. Beberapa BTKL di Indonesia menggunakan target
gen yang direkomendasikan oleh Balitbangkes, atau menggunakan target gen sesuai
dengan reagen yang direkomendasikan oleh Balitbangkes.
b. Bagaimana algoritma diagnosis COVID-19 dari hasil pemeriksaan swab antigen dan
PCR?
Gambar. Interpretasi dan tindak lanjut pengujian antigen SARS-CoV-2 di lingkungan
komunitas (Caliendo et al., 2022).
Oleh karena tes antigen umumnya kurang sensitif daripada NAAT, hasilnya
ditafsirkan berdasarkan probabilitas pra-tes COVID-19. Algoritme ini tidak berlaku untuk
individu dengan infeksi SARS-CoV-2 yang terdokumentasi dalam 3 bulan sebelumnya;
orang-orang ini memiliki risiko infeksi yang rendah tetapi mungkin memiliki NAAT positif
setelah infeksi(Caliendo et al., 2022).
• Untuk pasien bergejala dengan tes negatif dalam pengaturan kecurigaan klinis rendah
untuk infeksi SARS-CoV-2 (misalnya, daerah insiden rendah tanpa paparan yang
diketahui), konfirmasi NAAT mungkin tidak diperlukan, terutama jika tes dilakukan
dalam minggu pertama. setelah timbulnya gejala, saat tes antigen paling sensitif. CDC
menyarankan pengujian antigen serial setiap 3 sampai 7 hari selama 14 hari sebagai
alternatif yang mungkin untuk NAAT konfirmasi untuk pasien simtomatik dengan tes
antigen negatif. Namun, frekuensi dan durasi optimal dari pengujian antigen serial
untuk mengidentifikasi infeksi secara memadai belum ditetapkan.
• Untuk pasien tanpa gejala yang menjalani tes serial di tempat berkumpul atau tempat
wabah lainnya, konfirmasi tes negatif umumnya tidak diperlukan.
Tes SARS-CoV-2 negatif tidak mengesampingkan kemungkinan perkembangan
infeksi selanjutnya; dengan demikian, individu yang baru-baru ini terpapar SARS-CoV-2
mungkin masih perlu dikarantina atau memakai masker ketika berada di sekitar orang lain
meskipun hasil tesnya negatif, tergantung pada waktu pengujian. Persyaratan untuk
mengakhiri karantina dapat berbeda di setiap wilayah (Caliendo et al., 2022).
Daftar Pustaka
Böger, B., Fachi, M.M., Vilhena, R.O., Cobre, A.F., Tonin, F.S. and Pontarolo, R. (2020).
Systematic review with meta-analysis of the accuracy of diagnostic tests for COVID-
19. American Journal of Infection Control, 49(1). doi:10.1016/j.ajic.2020.07.011.
Caliendo, A.M. et al. (2022) COVID-19: Diagnosis - UpToDate. Available at:
https://www.uptodate.com/contents/covid-19-diagnosis (Accessed: July 27, 2022).
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK DAN KEDOKTERAN
LABORATORIUM INDONESIA (PDS PatKLIn) (2020) “Revisi Panduan Tata Laksana Pemeriksaan
Rapid Test Antigen SARS-COV-2.”
WHO (2020) “Antigen-detection in the diagnosis of SARS-CoV-2 infection using rapid
immunoassays Interim guidance.” Available at: https://www.who.int/publications/i/item/antigen-
detection-in-the-diagnosis-of-sars-cov-2infection-using-rapid-immunoassays. (Accessed: July 27,
2022).
Yin, N. et al. (2021) “SARS-CoV-2 Diagnostic Tests: Algorithm and Field Evaluation From the Near
Patient Testing to the Automated Diagnostic Platform,” Frontiers in Medicine, 8, p. 380. Available at:
https://doi.org/10.3389/FMED.2021.650581/BIBTEX.