Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri. Darah memiliki bagian cair dan padat. Bagian cair yang mengisi
lebih dari separuh bagian darah disebut plasma, sedangkan bagian padat
terbuat dari sel darah putih dan merah, serta trombosit.
Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik
untuk jenis tak bergranula (mononuklear). Leukosit berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Jumlah leukosit normal dalam tubuh
sekitar 4.000-11.000/mm3. Jumlah leukosit berubah-ubah dari waktu ke
waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dalam batas yang
masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi.
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
Lekosit granulosit yaitu basofil, eosinofil, neutrofil batang dan neutrofil
segmen. Sedangkan lekosit agranulosit yaitu limfosit dan monosit. Faktor
yang mempengaruhi peningkatan jumlah dan jenis lekosit yaitu alergi,
kerusakan jaringan dalam tubuh, stress, adanya agen infeksi, seperti bakteri,
virus, ataupun parasit, penggunaan obat-obatan tertentu dan penyakit
keganasan.
Menstruasi merupakan pendarahan secara periodik dan siklis uterus
yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Pendarahan haid
merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan
organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofisis, ovarium dan uterus. Menstruasi
dapat berjalan dengan normal tetapi tidak sedikit pula menimbulkan
gangguan kesehatan. Beberapa gangguan menstruasi seperti waktu menstruasi
yang panjang, vaginitis, infeksi karena jamur dan bakteri serta stress akibat
dismenore dapat mempengaruhi perubahan profil eritrosit dan lekosit.
Vaginitis terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara jumlah bakteri
‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di vagina. Selain karena infeksi bakteri, penyebab
lain vaginitis adalah: Infeksi jamur, akibat perkembangan jamur yang
berlebihan di vagina, Iritasi atau reaksi alergi pada vagina, misalnya akibat
penggunaan pembersih kewanitaan dan alergi pembalut. Adanya vaginitis
dapat meningkatkan jumlah lekosit.
Salah satu tanaman yang dikenal multiguna dan berkasiat obat adalah
tanaman kelor atau merunggai (Moringa oleifera). Kelor adalah sejenis
tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini dikenal dengan nama lain
seperti: limaran, Moringa, ben-oil (dari minyak yang bisa diekstrak dari
bijinya), drumstick (dari bentuk rumah benihnya yang panjang dan
ramping), horseradish tree (dari bentuk akarnya yang mirip tanaman 
horseradish), dan malunggay di Filipina. Tanaman ini berasal dari daerah 
tropis dan subtropis di Asia Selatan. Tanaman ini umum digunakan sebagai
bahan pangan dan obat di Indonesia.
Berbagai bagian dari tanaman kelor bertindak sebagai stimulan
jantung dan peredaran darah, antiepilepsi, antiinflamasi, antiulcer, diuretik,
antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik, antibakteri
dan antijamur. Manfaat daun kelor (Moringa oleifera) yang mengandung
flavonoid, fenolik, anthraquinon, vitamin A, dan vitamin C mampu
meningkatkan imunitas, memperbaiki profil lekosit dan eritosit.
Makin rendah kadar hemoglobin, tetapi makin banyak jumlah
trombosit, jumlah eritrosit, dan kadar hematokrit. Penelitian Nurlia Subryana,
Wardiyanto dan Oktora susanti mendapat hasil. Pemberian ekstrak daun kelor
pada benih ikan nila dapat meningkatkan kekebalan non-spesifik, yaitu total
leukosit, total eritrosit, leukosit diferensial, aktivitas dan indeks fagositosis.

1.2. Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :“Bagaimanakah Gambaran Jumlah Dan Jenis Sebelum dan Sesudah
Konsumsi Teh Daun Kelor (Moringa oleifera) pada Siswi Menstruasi.”

1.3. Tujuan Penelitian


A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran jumlah dan jenis leukosit sebelum dan
sesudah konsumsi teh daun kelor (Moringa oleifera) pada Siswi
Menstruasi.
B. Tujuan Khusus
a. Untuk menggambarkan jumlah leukosit sebelum dan sesudah
mengkonsumsi teh daun kelor (Moringa oleifera) pada Siswi
Menstruasi.
b. Untuk menggambarkan jenis leukosit sebelum dan sesudah
mengkonsumsi teh daun kelor (Moringa oleifera) pada Siswi
Menstruasi.

1.4. Manfaat Penelitian


A. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan tentang konsumsi seduhan teh daun
kelor (Moringa oleifera) terhadap jumlah dan jenis lekosit pada wanita
menstruasi. Dan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
mengikuti ujian akhir.
B. Bagi Siswa
Untuk menambah pengetahuan tentang manfaat konsumsiteh daun
kelor (Moringa oleifera) terhadap jumlah dan jenis lekosit pada wanita
menstruasi.
C. Bagi Masyarakat
Untuk memberi informasi pada masyarakat tentanng manfaat
konsumsiteh daun kelor (Moringa oleifera) terhadap jumlah dan jenis
lekosit pada wanita menstruasi
BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1. Darah
a. Definisi Darah
Darah merupakan medium transport dalam tubuh, volume darah
manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan jumlah sekitar 5 liter.
Keadaan jumlah darah pada setiap orang berbeda atau tidak sama, hal ini
tergantung pada usia pekerjaan serta keadaan jantung dan pembulu daerah.
Darah adalah jaringan yang terdiri atas dua bagian yaitu bahan
interseluler adalah airan yang disebut plasma yang didalamnya terdapat
unsur sel padat yaitu darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira
merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah
cairan sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah. Sel darah terdiri dari
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Plasma adalah cairan berwarna kuning. Plasma terdiri dari : 91%
air, 81% protein (albumin, hormon, globulin, dan fibrinogen), 0.9%
mineral (natrium chlorida, natrium bikarbonat, garam dari calium, fosfor,
magnesium, besi), 0.1% bahan organik (glukosa, lemak, asam urat, asam
amino, enzim, antigen).
Sel-sel darah terdiri atas sel darah merah, lekosit dan trombosit.
Sel-sel tersebut berasal dari sumsum tulang selanjutnya berdiferensiasi
sehingga mengambil bentuk yang berbeda. Setelah matang sel-sel tersebut
keluat dari sumsum tulang dan masuk kedalam darah dengan jumlang dan
fungsi yang berbeda.
b. Fungsi Darah
Secara umum fungsi darah adalah :
1) Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantar semua bahan
kimia, oksigen (O2) dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh
supaya fungsinya normal dapat dijalankan.
2) Sel darah merah mengantar O2 kejaringan dan menyingkirkan sebagian
dari O2

4
3) Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung karena gerakan
fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan
serangan bakteri.
4) Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan,
menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh
menerima makanannya dan merupakan kendaraan untuk mengangkut
bahan buangan ke berbagai organ sekretorik untuk dibuang.
5) Hormon dan enzim dihantarkan dari organ ke organ dengan perantara
darah.
c. Komponen Darah
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah
1) Plama darah
a) Definisi
Plasma adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksinya bersifat
sedikit alkali. Plasma darah terdiri dari air 91%, zat padat berupa
protein (albumin 4,5%, globulin 2,5%, fibrinogen 0,3%), zat
anorganik (Na,Mg,dllsebanyak 0,9%)dan zat organik (urea, glukosa,
lemak, kolesterol, hormon dll sebanyak 0,8% ).10
b) Fungsi Plasma Darah
(1) Bekerja sebagai media (perantara)untuk menyalurkan makanan,
mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan tubuh
(2) Merupakan media untuk msengangkat bahan 8buangan seperti
urea, asam urat, serta karbon dioksida.
2) Sel-sel Darah
Sel-sel darah yang terdapat didalam darah diantaranya:
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah berfungsi sebagai pertukaran gas. Eritrosit
membawa oksigen dari paru-paru menuju kejaringan tubuh dan
membawa karbon dioksida (CO2), kemudian dari jaringan tubuh ke
paru-paru.
b) Leukosit (sel darah putih)

5
Leukosit (sel darah putih) berfungsi untuk menyediakan banyak
bahan pelindung dan karena gerakan fagositosisdari beberapa hal,
maka sel darah putih akan melindungi tubuhdari serangan bakteri
atau virus.
c) Trombosit
Trombosit berfungsi untuk pembekuan darah pada tempat yang
cedera pembuluh darah dan berfungsi mencegah kehilangan darah
yang berlebihan.

2.2. Leukosit
a. Definisi Leukosit
Sel darah putih atau leukosit ini umumnya berperan dalam
mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang dipandang
mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan
hidup individ. Leukosit adalah bagian dari darah yang berwarna putih dan
merupakan unit mobildari sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang
terdiri dari granuler dan agranuler. Dimana granuler meliputi basofil,
eosinofol, neutrofil batang dan neutrofil segmen. Sedangkan agranuler
meliputi limfosit, monosit dan sel plasma.
Leukosit tampak bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar
dari eritrosit, tetapi jumlah leukosit lebih sedikit. Diameter lekosit sekitar
10 μm. Batas normal jumlah lekosit berkisar 4.000-10.000 / mm³ darah.
Lekosit (monosit, netrofil, limfosit) berfungsi untuk mempertahankan
tubuh terhadap benda-benda asing (foreign agents) termasuk kuman-
kuman penyebab penyakit infeksi. Leukosit (eosinofil dan basofil) juga
memperbaiki kerusakan vaskuler.

b. Pembentukan Leukosit
Sel-sel polimorfonuklear dan monosit dalam keadaan normal hanya
di bentuk di dalam sumsum tulang, sedangkan sel-sel limfosit dan sel-sel
plasma diproduksi dalam bermacam-macam organ limfoid termasuk limfe,

6
limpa, tonsil, dan bermacam-macam sel-sel limfoid yang lain di dalam
sumsum tulang, usus dan sebagainya. Sel-sel darah putih yang dibentuk di
dalam sumsum tulang, terutama granulosit akan di simpan di dalam
sumsum sampai mereka diperlukan di dalam sistem sirkulasi, kemudian
bila kebutuhannya meningkat maka akan menyebabkan granulosit tersebut
dilepaskan. Dalam keadaan normal granulosit yang bersirkulasi di dalam
seluruh aliran darah kira-kira tiga kali daripada jumlah granulosit yang
disimpan dalam sumsum, jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit
selama enam hari.

Gambar 2.1. Skema Leukopoiesis

c. Fungsi Leukosit
1) Menjaga tubuh sehingga tdak mudah terserang penyakit
2) Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel darah
putih granulosit dan monosit
3) Mengepung darah yang sedang terkena cedera atau infeksi
4) Menangkap dan menghancurkan organisme hidup
5) Menghilangkan atau menyingkirkan benda – benda lain atau bahan lain
seperti kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya.
6) Mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang merugikan tubuh
dengan menghancurkan dan membuangnya.
7) Menyediakan pertahanan yang kuat dan juga cepat dan juga kuat
terhadap penyakit yang menyerang.

7
8) Sebagai pengangkut zat lemak yang berasal dari dinding usus melalui
limpa lalu menuju ke pembulu darah.
9) Pembentukan anti body di dalam tubuh
d. Masa Hidup Leukosit
Masa hidup granulosit dalam darah kira-kira 12 jam,meskipun pada
saat terjadi infeksi jaringan yang hebat masa hidupnya hanya dua atau tiga
jam. Neutrofil bersikulasi di dalam darah kita-kira selama 10 jam dan dapat
hidup selama 1-4 hari pada saat berada dalam jaringan ekstravaskuler dan
tidak dapat kembali lagi kedalam pembulu darah.
Masa hidup monosit sulit dinilai, karena monosit mengembara bolak-
balik antara jaringan dan darah. Monosit dapat hidup selama bebrapa
minggu atau bulan khususnya dalam jaringan, kecuali bila mereka
dihancurkan waktu melawan infeksi atau proses peradangan.
Limfosit mempunyai masa hidup 100-200 hari, atau dalam keadaan
tertentu dapat mencapai bertahun-tahun. Tetapi hal ini juga tergantung pada
kebutuhan jaringan akan sel-sel ini, karena terdapat sirkulasi yang kontinyu
dalam limfosit melalui jaringan secara diapedesis.
e. Metode Pemeriksaan jumlah dan jenis leukosit
Menghitung leukosit dihitung jumlahnya persatuan volume darah,
upaya itu biasanya dilakukan dengan menggunakan alat hitung elektronik.
Pada dasarnya alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat
pengencer otomatik memberi hasil yang sangat teliti dan tepat. Perlu ada
upaya untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan
mutu (quality control). Cara-cara menghitung leukosit secara manual
dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya dalam
laboratorium. Ada 2 metode untuk menghitung jumlah leukosit, yaitu:
1) Manual Bilik Hitung
Hitung jumlah leukosit cara manual, darah diencerkan dalam pipet
leukosit, kemudian dimasukan dalam kamar hitung. Jumlah leukosit
dihitung dengan menggunakan faktor konversi jumlah leukosit per µl
darah. Larutan pengencer yang digunakan adalah larutan turk dengan

8
pengenceran 1 : 10. Jika dalam darah tepi banyak sel darah merah berinti,
maka sel-sel itu akan ikut diperhitungkan sebagai leukosit. Koreksi dapat
dilakukan dengan memeriksa sediaan darah apus dengan cara
menghitung jenis leukosit. Kesalahan yang dapat terjadi dalam
menghitung jumlah leukosit metode manual diantaranya yaitu: jumlah
darah yang dihisap ke dalam pipet tidak tepat, pengenceran dalam pipet
salah, tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan turk, tidak
membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung.
2) Otomatis
Hitung jumlah leukosit cara automatik, sampel yang digunakan
sangat sedikit dan ada kemungkinan kesalahan dalam pengenceran dan
sampling. Karena darah mengandung lebih sedikit leukosit dibanding
eritrosit, pengencerannya lebih kecil dan volume sampel yang digunakan
lebih besar. Hampir semua laboratorium besar menggunakan cara
automatik untuk menghitung leukosit, baik dengan cara menghitung
partikel secara elektronik maupun dengan prinsip pembauran cahaya, yang
disebut dengan prinsip impedensi elektrik yaitu metode impedansi untuk
penentuan WBC (White Blood Cell).
Pemeriksaan hitung jenis lekosit digunakan metode sediaan apus.
Prinsip metode ini setetes darah di buat hapusan pada slide, dicat, dan
diperiksa di bawah mikroskop. Dengan metode ini dapat dihitung jumlah
lekosit perlapang pandang. Tiap – tiap perhitungan lekosit harus di kontrol
dengan pemeriksaan sediaan apusan darahnya. Penaksiran jumlah leukosit
harus dilakukan pada daerah penghitung (counting area) yaitu bagian
untuk hapusan tempat eritrosit–erotrosit terletak berdampingan satu
dengan yang lainnya, tetapi tidak saling bertumpukan. Pembacaan lekosit
sesuai dengan jenis lekosit dan morfologinya yaitu basofil, eosinofil,
netrofil batang, netrofil segmen, limfosit dan monosit.

9
Gambar 2.2. Hemocytometer

Gambar 2.3. Kotak hitung leukosit


f. Jumlah Leukosit Normal
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit
dengan rasio 1 : 700. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga
11x109 sel darah putih di dalam 1 liter darah manusia dewasa yang sehat
atau sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah
terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus
leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Jika
jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut leukositosis
dan bila jumlah kurang dari 3000 sel/mm3 maka disebut leukopenia.

g. Masalah klinis
1) Peningkatan Jumlah Leukosit
Infeksi akut (pneumonia, tuberkulosis, meningitis, apendisitis,
tonsilitis, pielonefritis, peritonitis, pankreatitis, divertikulitis, septikemia,
demam rematik), leukemia, nekrosis jaringan (infark miokardial, sirosis
hati, luka bakar, kanker organ, emfisema, ulkus peptikum), penyakit

10
kolagen, anemia hemolitik dan sel sabit, penyakit parasitik, stress
(pembedahn, demam, kekacauan emosional yang berlangsung lama).
Pengaruh obat seperti aspirin, heparin, digitalis, epinefrin, lithium,
histamin, antibiotik (ampisilin, eritromisin, kanamisin, metisilin,
tetrasiklin, vankomisin, streptomisin), senyawa emas, prokainamid,
triamteren, alopurinol, kalium iodida, derivat didantoin, sulfonamid.
2) Penurunan Jumlah Leukosit
Penyakit hematopoetik (anemia aplastik, anameia pernisiosa,
hiperspleni sme, penyakit Gaucher), infeksi virus, malaria,
agranulositosis, alkoholisme, SLE, artritis rheumatoid. Pengaruh Obat
seperti Antibiotik (penisilin, sefalotin, kloramfenikol), asetaminofen,
sulfonamid, propiltiou rasil, barbiturat, agen kemoterapi kanker,
diazepam, diuretik, klordiazepoksid, agen hipoglikemik oral,
indometasin, metildopa, rifampin, fenotiazin.

2.3. Jenis Leukosit


Hitung jenis leukosit adalah perhitungan jenis leukosit yang ada dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah
leukosit. Jenis leukosit yang dihitung adalah neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit dan limfosit. Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara
spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh terutama penyakit infeksi.
Terdapat dua jenis leukosit yaitu:
a. Agranulosit
Agranulosit merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai
inti sel satu lobus dan sitoplasma tidak bergranula. Leukosit yang temasuk
agranulosit adalah linfosit dan monosit. Limfosit yang terdiri dari lmfosit
B yang membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang membentuk
imunitas seluler. Limfosit B memproduksi antibodi jika terdapat antigen
sedangkan limfosit T langsung berhubungan dengan benda asing untuk
difagosit.
b. Granulosit

11
Granulosit yaitu sel darah putih yang didalam sitoplasmanya terdapat
granula-granula. Granula-granula ini mempunyai perbedaan kemampuan
mengingkat warna misalnya pada eosinofil mempunyai granula berwarna
merah terang, basofil berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat.
Ada tidaknya granula dalam leukosit serta sifat dan reaksinya terhadap
zat warna merupakan ciri khas dari jenis leukosit selain bentuk dan ukuran,
granula menjadi bagian penting dalam menentukan jelis leukosit. Dalam
keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah
dibakukan adalah basofil, eosinofil, netrofil batang, netrofil segmen,
limfosit dan monosit. Keenam jenis tersebut berbeda dalam ukuran,
bentuk, inti, warna sitoplasma, serta granula didalamnya.
a. Neutrofil
Neutrofil berukuran sekitar 14 µm, granulanya berbentuk butiran halus
tipis dengan sifat netral sehingga terjadi pencampuran warna asam
(eosin) dan warna basah (metilen biru), sedang pada granula
menghasilkan warna ungu atau merah muda yang sama. Netrofil
berfungsi sebagai garis pertahanan tubuh terhadap zat asing terutama
terhadap bakteri. Bersifat fagosit dan dapat masuk ke dalam jaringan
yang terinfeksi. Sirkulasi neutrofil dalam darah yaitu sekitar 10 jam dan
dapat hidup selama 1-4 hari pada saat berada dalam jaringan
ekstravaskuler.
Neutrofil adalah jenis sel leukosit yang paling banyak yaitu sekitar
50-70% diantara sel leukosit yang lain. Ada dua maam neutrofil yaitu
neutrobil batang (stab) dan neutrofil segmen (polimorfonuklear) 20
perbedaan dari keduanya yaitu netrofil batang merupakan bentuk muda
dari neutrofil segmen sering disebut neutrofil tapal kuda karena
mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda. Seiring dalam proses
pematangan, bentuk intinya akan bersegmen dan akan menjadi neutrofil
segmen. Sel neutrofil mempunyai sitoplasma luas, berwarna pink pucat
dan granula halus berwarna ungu.

12
Gambar 2.4. Neutrofil Batang Pewarnaan Giemsa Pembesaran 100 x22
Neutrofil segmen mempunyai granula sitoplasma yang tampak
tipis (pucat), sering juga disebut neutrofil polimorfonuklear karena inti
selnya terdiri atas 2-5 segmen (lobus) yang bentuknya bermacam-
macam dan dihubungkan dengan benang kromatin. Jumlah neutrofil
segmen yaitu sebanyak 3-6, dan bila lebih dari 6 jumlahnya maka
disebut dengan neutrofil hipersegmen.

Gambar 2.5. Neutrofil Segmen Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x


Peningkatan jumlah neutrofil disebut netrofilia. Neutrofilia dapat
terjadi karena respon fisiologik terhadap stres, misalnya karena olah
raga, cuaca yang ekstrim, perdarahan atau hemolisis akut, melahirkan,
dan stres emosi akut. Keadaan patologis yang menyebabkan netrofilia
diantaranya infeksi akut, radang atau inflamasi, kerusakan jaringan,
gangguan metabolik, apendisitis dan leukemia mielositik. Sedangkan
penurunan jumlah neutrofil disebut dengan neutropenia, neutropenia
ditemukan pada penyakit virus, hipersplenisme, leukemia, granolosi-
tosis, anemia, pengaruh obat-obatan.
b. Eosinofil

13
Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16 μm.
Berfungsi sebagai fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen yang dikeluarkan oleh parasit. Masa hidup eosinofil lebih lama
dari neutrofil yaitu sekitar 8-12 jam.20
Eosinofil hampir sama dengan neutrofil tapi pada eosinofil, granula
sitoplasma lebih kasar dan berwarna merah orange. Warna kemerahan
disebabkan adanya senyawa protein kation (yang bersifat basa)
mengikat zat warna golongan anilin asam seperti eosin, yang terdapat
pada pewarnaan Giemsa. Granulanya sama besar dan teratur seperti
gelembung dan jarang ditemukan lebih dari 3 lobus inti. Eosinofil lebih
lama dalam darah dibandingkan neutrofil.
Eosinofil akan meningkat jumlahnya ketika ditemukan penyakit
alergi, penyakit parasitik, penyakit kulit, kanker, flebitis, tromboflebitis,
leukemia mielositik kronik (CML), emfisema dan penyakit ginjal.
Sedangkan pada orang stres, pemberian steroid per oral atau injeksi,
luka bakar, syok dan hiperfungsiadrenokortikal akan ditemukan jumlah
eosinofil yang menurun.

Gambar 2.6. Eosinofil Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x 22


c. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu
kira-kira kurang dari 2% dari jumlah keseluruhan leukosit. Sel ini
memiliki ukuran sekitar 14 μm, granula memiliki ukuran bervariasi
dengan susunan tidak teratur hingga menutupi nukleus dan bersifat
azrofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan pewarnaan Giemsa.
Basofil memiliki granula kasar berwarna ungu atau biru tua dan

14
seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen. Warna kebiruan
disebabkan karena banyaknya granula yang berisi histamin, yaitu suatu
senyawa amina biogenik yang merupakan metabolit dari asam amino
histidin.

Gambar 2.7. Basofil Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x22


Basofil jarang ditemukan dalam darah normal. Selama proses
peradangan akan menghasilkan senyawa kimia berupa heparin,
histamin, beradikinin dan serotonin. Basofil berperan dalam reaksi
hipersensitifitas yang berhubungan dengan imunoglobulin E (IgE) .20
d. Monosit
Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumlah leukosit.
Monosit memiliki dua fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme
(khusunya jamur dan bakteri) serta berperan dalam reaksi imun.

Gambar 2.8. Monosit Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x 22


Monosit merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar
yaitu sekitar 18 μm, berinti padat dan melekuk seperti ginjal atau biji
kacang, sitoplasma tidak mengandung granula dengan masa hidup 20-
40 jam dalam sirkulasi. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang
dalam berbentuk tapal kuda. Granula azurofil, merupakan lisosom

15
primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma
sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus
Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan
mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam darah,
jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik
mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat
reseptor pada permukaan membrannya.
e. Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak setelah
neutrofil (20- 40% dari total leukosit). Jumlah limfosit pada anak-anak
relatif lebih banyak dibandingkan jumlah orang dewasa, dan jumlah
limfosit ini akan meningkat bila terjadi infeksi virus. Berdasarkan
fungsinya limfosit dibagi atas limfosit B dan limfosit T. Limfosit B
matang pada sumsum tulang sedangkan limfosit T matang dalam timus.
Keduanya tidak dapat dibedakan dalam pewarnaan Giemsa karena
memiliki morfologi yang sama dengan bentuk bulat dengan ukuran 12
μm. Sitoplasma sedikit karena semua bagian sel hampir ditutupi
nukleus padat dan tidak bergranula.
Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan
tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi. Limfosit T
terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus
yang akan mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar
thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana
bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus
dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai
bagian dari sistem pengawasan kekebalan.25
Berdasarkan ukuranya limfosit dibedakan menjadi beberapa jenis :
1) Resting lymphocyte : biasanya berukuran kecil (7-10 μm), inti
selnya berbentuk bulat atau oval.
2) Reactive (“activical”) lymphocyte : berukuran paling besar bila
terjadi infeksi misalnya mono nukleosis.

16
3) Large granula lymphocyte : berukuran sedang mengandung
granula kasar azurofilik, berperan sebagai sel natural killer (NK)
imunologi.
Ukuran sel limfosit beragam, ada yang seperti eritrosit dan ada
yang sebesar netrofil. Limfosit dengan garis tengah 6-8 mikrometer
dikenal sebagai limfosit kecil. Sitoplasma limfosit bersifat basa lemah
dan berwarna biru muda pada sediaan yang terpulas. Sitoplasma ini
mengandung granul azurofilik. Inti selnya kebanyakan bulat atau
terkadang mirip ginjal. Kromatin inti amat padat dan berwarna biru
gelap. Sel ini juga relatif sedikit dan berwarna biru langit tanpa granul
spesifik, namun pada beberapa sel terlihat granula azurofil yang jika
pulasannya baik bewarna ungu kemerahan .26

Gambar 2.9. Limfosit Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x


h. Sifat-sifat Leukosit
1) Diapedesis
Sel darah putih dapat menerobos melalui pori-pori dan dapat
melalui sel-sel endotel pembuluh darah dengan proses diapedesis.
Yaitu walaupun pori jauh lebih kecil daripada ukuran sel, sebagian
kecil sel menerobos pori, bagian yang menerobos untuk sementara
mengecil sampai seukuran pori.

2) Gerak amuboid
Sel dapat bergerak melalui jaringan dengan gerak amuboid.
Terutama neutrofil dapat bergerak dengan kecepatan 40 mikron per
menit, linfosit besar dan monosit dalam batas tertentu.
3) Kemotaksis

17
Zat kimia dalam jaringan sering menyebabkan leukosit bergerak
mendekati sumber zat kimia tersebut kemotaksis, terutama
neutrofil. Sejumlah produk yang berbeda pada jaringan meradang
dapat menyebabkan kemotaksis.
4) Fagositosis
Fungsi neutrofil yang paling penting adalah fagositosis. Sel harus
memilih zat yang akan difagosit, karena bila tidak, sebagian dari
struktur tubuh sendiri akan dimakan.28
i. Kelainan Leukosit
Hitung leukosit total dan hitung jenis leukosit bermanfaat namun
tidak spesifik untuk mrenyatakan suatu keadaan fisiologisatau
patologis. Perubahan dalam jumlah leukosit menandakan suatu keadaan
abnormal dan menunjukan bahwa tubuh merespon. Beberapa keadaan
non hematologis yang menyebabkan perubahan dalam jumlah leukosit
menunjukan suatu keadaan yang langsung mengenai orang
pembentukan sel darah, macamnya antara lain:
1) Leukositosis
Leukositosis menyatakan peningkatan leukosit yang umumnya
melebihi 10.000/mm3. Leukosit meningkat sebagai respon fisio-
logis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme.
Leukositosis reaktif kadang-kadang menunjukan gambaran yang
meriah dengan masuknya leukosit baik yang mudah maupun yang
datang ke dalam darah tepi dalam jumlah berlebihan. Reaksi
leukomoid menyatakan keadaan leukosit yang meningkat disertai
peningkatan bentuk imatur yang mencapai 100.00/mm3. Ini akibat
respon terhadap infeksi toksik dan peradangan.
2) Leukopenia
Leukopenia menyatakan jumlah leukosit yang menurun,
neutropenia menyatakan penurunan jumlah absolute neutrophil
adalah untuk pertahanan hospes, maka jumlah neutrophil absolut
yang kurang dari 1000/mm3 mempengaruhi individu terhadap

18
infeksi, jumlah dibawah 500/mm3 merupakan prediposisi terhadap
infeksi yang menganam kehidupang berbahaya.
j. Kelainan jenis sel darah putih
Tabel 2.1.Kelainan Jenis Sel Darah Putih
N Jenis Sel Yang Menyebabkan Nilai Yang Menyebabkan
o Darah Putih Tinggi Nilai Rendah
1 Neutrofil Neutrofilia Neutropenia
- Infeksi bakteri akut dan - Sindrom
beberapa infeksi yang Mielodisplasia
disebabkan oleh virus - Infeksi parah
dan jamur. (sepsisneutrofil)
- Inflamasi (rheumatoid - Reaksi terhadap
arthritis obat (penicillin,
- Kematian jaringan ibuprofen,
(nekrosis) disebabkan phenytoin)
karena trauma, operasi - Gangguan
bedah mayor, serangan autoimun
jantung, terbakar - Kemoterapi
- Fisiologis (stress) - Kanker yang
- Merokok menyebar ke
- Kehamilan, trimester sumsum tulang
akhir - Anemia Aplastik
- leukemia kronik
(myelogenous
leukemia)
2 Limfosit Limfositosis Limfopenia atau
- Infeksi virus akut Limfositopenia
(hepatitis, - Gangguan
cytomegalovirus Autoimun (lupus,
(CMV), Epstein-Barr rheumatoid
virus (EBV), herpes,

19
rubella) arthritis)
- Infeksi bakteri tertentu - Infeksi ( HIV,
(pertussis, tuberculosis TB, hepatitis,
(TB)) influenza)
- Leukemia Limpositik - Kerusakan
- Limfoma sumsum tulang
(kemoterapi,
radioterapi)
- Kekurangan imun
3 Monosit Monositosis Monositopenia
- Infeksi kronik Biasanya, 1 kali test
(tuberculosis, infeksi tidak berarti secara
jamur) signifikan
- Infeksi jantung Tes yang berulang
(bacterial endocarditis) mengindikasikan:
- Scleroderma vasculitis - Kerusakan
- Leukemia monositik sumsum tulang
- Leukemia - Leukemia Sel
mielomonositik kroni Rambut
- Leukemia
mielomonositik
juvenile

4 Eosinofil Eosinofil Eosinopenia


- Asthma, demam tinggi Biasanya susah
- Reaksi obat ditentukan
- Inflamasi pada kulit dikarenakan secara
(Eksim, dermatitis) normal, jumlahnya
- Infeksi Parasit rendah didalam
- Gangguan inflamasi darah.

20
- Keganasan/ kanker
5 Basofil Basofilia Basopenia
- Reaksi alergik yang bersama eosinofil,
jarang (alergi makanan) secara normal
- Inflamasi (rheumatoid jumlahnya rendah
arthritis) didalam darah.

2.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Jenis Leukosit


Leukosit dalam darah biasanya bervariasi tergantung berdasarkan
kebutuhan tubuh, namun perubahan ini biasanya terkontrol. Terdapat
Kelainan yang terjadi dalam proses produksi leukosit yang berada diluar
kendali, yaitu sel darah putih yang dihasilkan mungkin terlalu sedikit atau
terlalu banyak. Sumsum tulang dapat sangat memperlambat atau bahkan
menghentikan produksi sel darah putih jika terpajan bahan kimia toksis
tertentu (misalnya karbon monoksida, plumbum, benzena dan sebagainya)
atau radiasi yang berlebihan. Konsekuensi paling serius adalah penurunan
fungsi fagosit pada neutrofil dan makrofag yang sangat menurunkan
kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme yang masuk. Jika
sumsum tulang mengalami kegagalan, maka satu-satunya pertahanan yang
masih tersedia adalah kemampuan imun limfosit yang diproduksi organ-organ
limfoid.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi perubahan hitung jenis leukosit
antara lain :
a. Kehilangan darah seperti pada trauma berat
b. Defisiensi nutrisi
c. Menstruasi
d. Kerusakan sumsum tulang yang diakibatkan oleh racun, radiasi atau
kemoterapi, infeksi maupun obat-obatan.
e. Penyakit sumsum tulang seperti anemia aplastik, dan sindrom
myelodisplastik.
f. Terdapatnya sel-sel kanker seperti leukimia, limpoma, multipel myeloma,
atau kanker lain yang menyerang sumsum tulang.

21
g. Penyakit Inflamasi kronik
h. Stress
i. Infeksi
j. Kelainan genetik seperti perubahan kromosom pada kejadian leukemia

2.5. Menstruasi
a. Definisi mesntruasi
Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan,
yaitu pendarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang. Umumnya remaja yang mengalami
menarhe adalah 12-16 tahun. Periode ini akan mengubah beberapa aspek,
misalnya psikolog dan lainnya. Siklus menstruasi normal terjadi sekitar
22-35 hari dengan lamanya menstruasi 3-7 hari.
Usia mulai haid normal 12 dan 13 tahun, sebagian perempuan
mengalami haid lebih awal (usia 8 tahun) dan usia lebih lambat (usia 18
tahun). Sekitar usia 40-50 tahun haid berhenti atau dinamakan monopause
dengan lama haid sekitar 3-7 hari.
Saat menstruasi terjadi pengeluaran darah dari dalam tubuh. Hal ini
menyebabkan zat besi yang terkandung dalam hemoglobin juga ikut
terbuang. Lama menstruasi yang melebihi normal dpat menyebabkan
darah yang dikeluarkan tubuh semakin banyak, sehingga kemungkinan
kehilangan zat besi semakin tinggi.
Siklus menstruasi dan lamanya menstruasi yang tidak teratur dapat
menyebabkan perubahan komposisi darah, yaitu jumlah sel-sel darah
menjadi berkurang, baik itu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(lekosit) maupun sel trombosit. Hal ini dapat menyebabkan keadaan
anemia.
Kurangnya zat besi dalam darah mengakibatkan konsentrasi
hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukn sel-
sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Penelitian
sebelumnya, menstruasi menurun kadar hemoglobin antara 0,3-1,7 g%.

22
Beberapa penelitian menunjukan bahwa jumlah darah yang hilang
selama satu periode menstruasi berkisar antara 20-25 cc dan dianggap
abnormal jika kehilangan darah menstruasi lebih dari 80 ml. Jumlah 20-25
cc menyiratkan kehilangan zat besi 12,5-15 mg / bulan atau kira-kira sama
dengan 0.4-0.5 mg sehari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan
kehilangan basal maka jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1.25 mg
per hari.
b. Pembagian Fase-Fase Siklus Menstruasi
1) Fase Menstruasi (1-5 hari)
Menurunnya progesteron dan esterogen menyebabkan pembulu darah
pada endometrium menegang, sehingga menyebabkan suplai oksigen
menurun, karena tidak terjadi kehamilan maka endometrium mengalami
degenerasi yang ditandai dengan turunnya sel-sel pada dinding uterus.
Pecahnya pembulu darah dalam endometrium, menyebabkan darah dan
sel-sel tersebut keluar melalui vagina. Peristiwa menstruasi ini
berlangsung antara 5-7 hari.
2) Fase Folikuler (6-10 hari)
Terjadi penyembuhan akibat pecahnya pembulu darah. Fase ini
dipengaruhi oleh hormone estrogen yang dihasilkan oleh folikel
stimulasing yaitu dengan mempertebal lapisan endometrium yang
membentuk pembulu darah sel kelenjar.
3) Fase fertil (11-16)
Meningkatkan hormone esterogen dapat memacu dihasilkan letuinzing
hormone apabila letuinzing hormone meningkat. Maka folikel
memproduksi progesteron hormone hormon ini mematangkan folikel
dan merangsang terjadinya ovulasi yaitu lepasnya ovum dari ovarium.
Ovum ini bergerak sepanjang tuba pallopi. Pada saat seperti ini wanita
tersebut dalam masa subur sehingga ovum siap dibuahi.
4) Fase Pasca Ovulasi (19-28 hari)
Pada saat ovulasi folikel matang pecah berubah menjadi korpus rubrum
yang mengandung banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus

23
rubrum berubah menjadi korpus Iuteum untuk menghasilkan hormon
progesteron yang menyiapkan endometrium menerima embrio. Pada
saat ini endometrium menjadi tebal dan lembut, sehingga dilengkapi
banyak pembulu darah. Jika tidak ada kehamilan, korpus Iuteum
berdegenarasi menjadi korpus albikan sehingga progesteron dan
esterogen menurun bahkan menghilang.
c. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat satu
hari sebelum menstruasi bulan berikutnya. Siklus menstruasi berkisar
antara 21-40 hari dan hanya sekitar 10-15% wanita memiliki siklus 28
hari.
Lama keluarnya darah menstruasi juga berfariasi, paling sering rata-rata
adalah 4-5 hari mungkin normal untuk seorang wanita, tetapi pada wanita
tersebut durasi pengeluaran darah biasanya relatif sama dengan siklus ke
siklus. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama
satu periode menstruasi yaitu 25-60 ml.
d. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi
Menurut Prawirohadjo ada beberapa faktor yang memegang peranan dan
siklus menstruasi antara lain:
1) Faktor enzim
Dalam fase prolifera esterogen mempengaruhi tersimpannya enzim-
enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan
glikogen serta asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini
ikut berperan dalam pembangunan endometrium khususnya dengan
pembentukan stroma dibagian bawahnya.
Pada pertengahan fase luteral sintesis mukopolisakarida terhenti, yang
berakibat mempertinggi permeabilitas pembulu darah yang sudah
berkembang biak sejak permulaan fase prolifera.
Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma
indometrium sebagai persiapan untuk implantasiovum apabila terjadi
kehamilan. Jika kehamilan terjadi, maka dengan menurunnya kadar

24
progesteron, enzi-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul
gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan
regresi endometrium dan pendarahan.
2) Faktor faskuler
Mulai fase poliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam
lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut
tumbuh statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkan
dengan anteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan pendarahan dengan
pembentukan hematum baik dari arteri maupun vena.
3) Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banayak prostaglandin, prostaglandin
terlepas dan menyebabakan berkontraksinya miometrium sebagai
suatau faktor untuk membatasi pendarahan pada haid.
2.6. Daun Kelor (Moringa oleifera)
a. Definisi daun kelor (Moringa oleifera)
Penulisan binomial nomenklatur tanaman kelor secara lengkap
adalah Moringa oleifera Lam. dimana setelah penulisan spesies diikuti
dengan notasi author nya yaitu Lam. yang merupakan singkatan dari
Lamarck. Namun tak jarang ditemui pada berbagai literatur yang hanya
menuliskan nama spesiesnya saja yaitu Moringa oleifera. Di Indonesia
kelor (Moringa oleifera) menyebar mulai dari Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Adapun nama daerah dari tanaman ini selain kelor adalah kelintang,
Limaran.
Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman perdu dengan tinggi
batang 7-11 meter. Batang berkayu getas (mudah patah), cabang jarang,
tetapi mempunyai akar yang kuat. Bunga berbau semerbak, berwarna putih
kekuningan, dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau, sedangkan
buahnya berbentuk segitiga memanjang. Akar tunggang, berwarna putih,
membesar seperti lobak. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun
berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat

25
muda berwarna hijau muda, setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun
bulat telur, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata,
susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus.
Daun kelor(Moringa oleifera) dapat dipanen setelah tanaman
tumbuh 1,5 hingga 2 meter. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik
batang daun dari cabang atau dengan memotong cabangnya dengan jarak
20 sampai 40 cm di atas tanah.
Kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman yang berumur panjanig
(perenial) yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi
sampai ketinggian ±1000 dpl. Tanaman kelor (Moringa oleifera)
merupakan tanaman yang dapat mentoleril kondisi lingkungan sehingga
mudah tumbuh meski dalam kondisi ekstrim. Tanaman kelor (Moringa
oleifera) dapat bertahan dalam musim kering yang panjang dan tumbuh
dengan baik di daerah dengan curah hujan tahunan berkisar antara 250
sampai 1500 mm. Meskipun lebih suka tanah kering lempung berpasir atau
lempung, tetapi dapat hidup di tanah yang didominasi tanah liat.

b. Klasifikasi tanaman kelor (Moringa oleifera)


Klasifikasi tanaman kelor (Moringa oleifera) adalah sebagai berikut:43
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam.

26
Gambar 2.12. Tanaman Moringa oleifera
c. Manfaat daun kelor (Moringa oleifera)
1) Sumber vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh
2) Kaya akan antioksi dan membantu menurunkan kadar gula darah
3) Daun kelor mengandung isotiosianat, yang merupakan zat antiin
flamasi. Sehingga, tumbuhan ini dipercaya dapat membantu meredakan
peradangan yang terjadi di tubuh
4) Membantu menurunkan kolesterol
5) Melindungi tubuh dari racun arsenik
6) Membantu mengatasi kanker
7) Kandungan antioksidan serta zat-zat kimia yang ada, dipercaya dapat
meredakan stres dan peradangan di otak
8) Berpotensi mengatasi dislipidemia, salah satu jenis penyakit jantung
akibat naiknya kadar kolesterol serta trigliserida di tubuh.
9) Kandungan zat besi yang cukup tinggi dapat mencegah anemia.
10) Membantu meredakan infeksi yang terjadi akibat bakteri
11) Membantu meningkatkan kadar antioksidan pada wanita yang
telah mengalami menopause
12) Baik untuk anak yang malnutrisi.

d. Pengolahan daun kelor (Moringa oleifera)

27
Hampir semua bagian tanaman kelor (Moringa oleifera) dapat
dimanfaatkan untuk bahan pangan. Menurut bagian-bagian tanaman kelor
(Moringa oleifera) yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan antara lain:
1) Batang
Bagian yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan adalah kulit batang.
Kulit batang dikerik hingga bagian kayu kemudian ditabur di atas
daging atau ikan yang sedang direbus.
2) Daun
Daun tanaman kelor (Moringa oleifera) dimanfaatkan sebagai sayuran
untuk menu sehari-hari. Daun yang masih segar biasanya dipetik dan
langsung dimasak dengan air dicampur terong dan daun kemangi.
Namun, ada yang mencampur santan dengan daun kelor maupun
dicampur dengan kacang hijau yang sudah dimasak sebelumnya.
3) Buah
Sebagaimana pemanfaatan daun tanaman kelor (Moringa oleifera),
maka buah tanaman kelor juga merupakan menu yang diolah sebagai
sayuran sehari-hari dalam bentuk sayur bening ataupun dicampur
santan. Buah tanaman kelor (Moringa oleifera) yang berbentuk
memanjang terlebih dahulu dibersihkan kulitnya lalu dipotong-potong
dengan ukuran sekitar 5 cm, selanjutnya potongan buah tanaman kelor
(Moringa oleifera) diolah bersama bahan lain seperti terong atau
kacang panjang tergantung pada selera penikmatnya. Ada juga sebagian
masyarakat yang membelah buah tanaman kelor (Moringa oleifera),
lalu isinya diserut, selanjutnya diolah bersama bahan lain seperti
kacang hijau dan santan menjadi menu sayuran sehari-hari.
e. Kandungan Daun Kelor(Moringa oleifera)
Kandungan nutrisi yang kompleks dari tanaman kelor (Moringa oleifera)
menjadikan tanaman kelor memilki ragam manfaat. Kandungan
nutrisibunga, buah dan bijikelor (Moringa oleifera) per 100g dapatdilihat
pada table 2.2 berikut ini.

28
Tabel 2.2.Kandungan nutrisi bunga, buah, dan biji kelor (Moringa oleifera)
per 100 g

Sumber : Aminah et al. (2015)


Kandungan nutrisi daun kelor segar dan kering dapat dilihat pada tabel 2.3
berikut ini :
Tabel 2.3.Kandungan nutrisi daun kelor (Moringa oleifera) segar dan kering
(per 100g)

29
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian terhadap 30 responden sampel siswi
menstruasi sebelum dan sesudah mengkonsumsi teh daun kelor, didapatkan
hasil sebagai berikut: Hasil penelitian jumlah leukosit sebelum konsumsi teh
daun kelor didapatkan rata-rata 5.630 sel/mm3, rata-rata leukosit sesudah
konsumsih the daun kelor 6.643sel/mm3, dengan peningkatan 18%. Hitung
jenis leukosit didapatkan hasil rata-rata eosinofil sebelum 2%, eosinophil
sesudah 1%, netrofil batang sebelum 6%, netrofil batang sesudah 4%, netrofil
segmem sebelum 56%, netrofil segmen sesudah 62%, limfosit sebelum 27%,
limfosit sesudah 26%, monositse belum 8%, monosit sesudah 7%.

1.2. Saran
1. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa konsumsi teh
daun kelor baik karena mampu mempertahankan normalnya sel darah.

30
DAFTARPUSTAKA

Desmawati, 2013, Sistem Hematologi dan Imunologi. Edited by D. Juliastuti.


Jakarta: Penerbit inMedia.
Arif, Mansyur. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Universitas Hasanudin
Makassar.
Sadikin, Muhammad, 2002, Biokimia Darah., Jakarta,Widia Medika
Wiknjosastro H. 2005. IlmuKandungan. 3rded.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi Empat.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka
Proverawati, A.,& Misaroh,S. Menarche: Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta:Nuha Medika; 2009.
Aminah Syarifah, Ramdhan Tezer, dan Muflihani Yanis. 2015. Kandungan
Nutrisi dan Sifat Fugsional Tanaman kelor (Moringa oleifera) ”.Salemba
medika :Jakarta
Handayani,W dan Haribowo,A.S 2008.“Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi”.Salemba medika:Jakarta
Sadikin, Muhammad, 2002, Biokimia Darah,Wydia Medika, Jakarta
Evelyn C, Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta:PT Gramedia,
2006
Junqueira L.C.,J.Carneiro, R.O. Kelley.2007. HistologiDasar. Edisi ke- 5.
Tambayang J.,penerjemah.Terjemahan dari Basic Histology.EGC.
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid
V.Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.p.116
A.C Guyton,1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Buku Kedokteran
EGC,.Jakarta

31
32
GAMBARAN JUMLAH DAN JENIS LEUKOSIT SEBELUM DAN
SESUDAH KONSUMSI TEH DAUN KELOR (Moringa oleifera)
PADA SISWI MENSTRUASI

MAKALAH
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Ujian Akhir Sekolah

OLEH
NAMA : MARIA SESILIA NORENG
KELAS : XI MIA 1
NIS/NISN : 2743

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 NUBATUKAN


2022

33
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN JUMLAH DAN JENIS LEUKOSIT SEBELUM DAN


SESUDAH KONSUMSI TEH DAUN KELOR (Moringa oleifera)
PADA SISWI MENSTRUASI

NAMA : MARIA SESILIA NORENG


NIS/NISN : 2743
KELAS /JURUSAN : XI MIA 1

Telah disahkan di Lewoleba pada tanggal, 13 April 2022

Mengesahkan

Guru Pembimbing Wali Kelas

Albertus Muda, S.Pd Maria Elfia Arkian, S.Pd.Gr


NIP. NIP.-

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 2 Nubatukan

Cletus Laba, S.Pd


NIP.19740914 200112 1 005

34
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kahadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas


berkat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini,
dengan judul “ Gambaran Jumlah Dan Jenis Leukosit Sebelum Dan Sesudah
Konsumsi Teh Daun Kelor (Moringa Oleifera) Pada Siswi Menstruasi.
Makalah ini, penulis selesaikan guna memenuhi tugas akhir pendidikan
di SMAN 2 Nubatukan, sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir
Sekolah. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya ilmiah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, untuk
melengkapi dan menyempurnakan makalah ini, penulis sangat mengharapkan
kritik, saran dan masukan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Kesempatan saya berikan kepada setiap pembaca untuk dapat melengkapi
makalah ini sebagai konstribusi kita bersama dalam menambah wawasan dan
khasanah dalam dunia pendidikan di SMA Negeri 2 Nubatukan.
Penulis meyadari bahwa tanpa dukungan dan pendampingan yang baik,
makalah ini belum tentu penulis selesaikan dengan baik. Maka, dari hati yang
tulus, penulis menyampaikan limpah terima kasih kepada:
1. Bapak Kepala Sekolah Cletus Laba, S.Pd yang telah menetapkan tugas akhir
ini kepada kami untuk dikerjakan sebagai salah satu tugas akhir dan syarat
mengikuti Ujian Akhir Sekolah Tahun 2022

2. Bapak Guru Pendamping Albertus Muda, S.Ag yang telah berandil membim
bing, mengarahkan dan memeriksa seluruh isi makalah ini sehingga bisa
dipertanggung jawabkan

3. Wali kelas, Maria Elfia Arkian, S.Pd yang terus menyemangati kami dan
terus mendorong agar penulis proaktif membangun komunikasi dan
berkonsultasi dengan guru pembimbing

35
4. Teman-teman seangkatan karena telah saling memberi dukungan dan
peneguhan agar karya yang penulis kerjakan dapat diselesaikan pada
waktunya

Lewoleba, 23 Maret 2022

Maria Sesilia Noreng


Penulis

36
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGESAHAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUANI............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3. Tujuan ........................................................................................... 3
A.Tujuan Umum ..................................................................... 3
B. Tujuan Khusus.................................................................... 3
1.4. Manfaat......................................................................................... 3
A. Bagi Penulis........................................................................ 3
B. Bagi Siswa........................................................................... 3
C. Bagi Masyarakat.................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Darah ......................................................................................... 4
2.2. Leukosit......................................................................................... 6
2.3. Jenis leukosit.................................................................................. 11
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi jumlah Jenis Lekosit........................ 21
2.5. Menstruasi...................................................................................... 22
2.6. Daun Kelor (Moringa oleifera)...................................................... 25
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 30
3.2. Saran.............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 31

37
38

Anda mungkin juga menyukai