DISUSUN OLEH:
KELAS: I01
ASISTEN: RIZQI RAHARDIAN HARIYANTO
DISUSUN OLEH:
KELAS : I01
tersebar di daerah tropis dan subtropis. Tumbuhan ini mengandung senyawa fenol
(asam galat), flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, fitosterol, dan karbohidrat. Uji
fitokimia fenol dan flavonoid dari ekstrak buah mangrove Sonneratia caseoralis
sebagai sampel yang akan di uji. Sampel akan melalui beberapa tahap, seperti
mangrove ini pertama akan melewati tahap preparasi sampel di mana akan diubah
menjadi bentuk serbuk. Selanjutnya sampel akan melalui tahap ekstraksi dengan 2
metode yaitu maserasi dan sokletasi. Metode maserasi dipilih karena termasuk
metode yang sederhana dalam proses pengerjaan nya. Setelah itu, dilanjutkan
dengan proses uji fitokimia untuk mengidentifikasi ada tidaknya komponen bioaktif
dalam sampel uji. Uji fitokimia ini meliputi uji fenol dan uji flavonoid. Pada uji fenol
menggunakan reagen FeCl3 dan didapatkan hasil perubahan warna yang berarti
menandakan adanya kandungan fenol. Selain dengan uji fenol, dilakukan juga uji
sekunder dari polifenol yang ditemukan pada tanaman. Uji flavonoid menggunakan
menjadi kuning/jingga/merah tua. Flavonoid yang ada pada tumbuhan terikat pada
i
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya, Penulis diberi
Terima kasih kepada dosen serta tim asisten yang telah membimbing Penulis
dalam mengerjakan. Tidak lupa kepada orang tua Penulis dan orang-orang yang
Penulis yang telah membantu untuk menciptakan maha karya dalam bentuk laporan
ini.
yang ada. Semoga laporan ini bermanfaat untuk ke depannya. Maka dari itu,
memperbaiki ke depannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
2.2.2 Pencucian.................................................................................................5
2.2.3 Pengeringan..............................................................................................6
2.2.4 Penghalusan.............................................................................................8
2.3 Ekstraksi.....................................................................................................9
2.3.1 Maserasi.................................................................................................10
2.3.2 Evaporasi................................................................................................12
2.4.1 Fenol.......................................................................................................14
2.4.2 Flavonoid................................................................................................15
3.4.2 Ekstraksi.................................................................................................27
4.1.2 Ekstraksi.................................................................................................31
4.1.2.1 Maserasi...........................................................................................32
4.1.2.2 Evaporasi.........................................................................................32
BAB V PENUTUP...................................................................................................40
5.1 Kesimpulan....................................................................................................40
5.2 Saran............................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................48
LAMPIRAN............................................................................................................. 53
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
spesies mangrove yang banyak tersebar di daerah pesisir tropis dan subtropis. S.
Tumbuhan ini mengandung senyawa fenol seperti asam galat dan flavonoid. Selain
itu, tumbuhan ini juga mengandung alkaloid, tanin, saponin, fitosterol, dan
Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang
bahan alam tidak menjadi terurai. Pengerjaan metode ekstraksi maserasi yang lama
dan keadaan diam selama maserasi memungkinkan banyak senyawa yang akan
terekstraksi.
Menurut Illing, et al. (2017), uji fitokimia merupakan bagian dari ilmu
farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang
dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ekstrak kasar yang
mempunyai efek racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan
dengan sistem biologis. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka
ragam senyawa organik yang disimpan oleh organisme, yaitu struktur kimia,
1
telah berkembang menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia
organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya.
mangrove Sonneratia caseoralis sebagai sampel yang akan diuji. Sampel akan
melalui proses ekstraksi untuk menarik komponen aktif yang dikandungnya. Metode
ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Maserasi dipilih karena metode
maserasi, sampel akan melalui uji fitokimia. Uji fitokimia bertujuan untuk
1.2 Tujuan
laboratorium
1.3 Manfaat
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
memiliki akar nafas vertikal seperti kerucut (tinggi hingga 1 m) yang banyak dan
sangat kuat. Memiliki pucuk bunga bulat telur, sedangkan buahnya seperti bola,
Gagang/tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat pendek. Jenis ini banyak
tumbuh di hutan mangrove pada bagian yang kurang asin, tanah lumpur yang
dalam, juga pada sepanjang aliran sungai kecil dan terpengaruh oleh pasang surut.
Buahnya dapat dikonsumsi sebagai rujak karena rasanya yang asam, dan kayunya
Menurut Dari, et al. (2020), Sonneratia caseolaris dikenal dengan nama buah
pedada. Buah padada merupakan salah satu varietas mangrove yang memiliki
kandungan gizi yang tinggi dan berpotensi sebagai antioksidan. Buah pedada
merupakan buah yang bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga, berbentuk bola,
dan ujung buahnya bertangkai. Buah pedada banyak ditemui di daerah perairan
3
kadar airnya yang tinggi hingga 79% menyebabkan buah pedada mudah
membusuk.
Sonneratia caseolaris atau buah pedada atau mangrove apple memiliki tinggi
kurang lebih 15 m. Sonneratia caseolaris memiliki akar napas yang banyak dan
sangat kuat. Jenis ini tumbuh pada habitat yang kurang asin, pada tanah lumpur
yang dalam, seringkali sepanjang sungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan
terpengaruh pasang surut. Jenis ini memiliki buah berbentuk seperti bola.
Preparasi sampel terdiri dari beberapa tahap, yang pertama yaitu mengetahui
kriteria sampel, kedua pencucian, kemudian pengeringan, dan yang terakhir yaitu
penghalusan.
Menurut Halimu, et al. (2017), tumbuhan mangrove terdiri dari buah, daun dan
kulit batang yang mengandung senyawa tanin, flavonoid dan saponin dan dapat
diperlukan pelarutpelarut polar seperti metanol, etanol, aseton dan air. Bahan yang
digunakan adalah daun, buah dan batang mangrove Sonneratia alba. Kriteria
sampel yang digunakan adalah tumbuhan mangrove jenis Sonneratia alba yang
terdiri dari buah tanpa biji, daun muda dan kulit batang, karena pada ketiga bagian
sebanyak 5 kg. Sampel dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan
4
jam sedangkan kulit batang dikeringkan selama 7 jam menggunakan alat pengering
mekanik.
Menurut Paputungan, et al. (2017), S. alba salah satu jenis mangrove tidak
Buah muda berasa asam dapat dimakan langsung dan dapat dibuat sirup atau jus.
Buah yang sudah tua merupakan bahan baku untuk pembuatan kue seperti dodol
dan waji. Secara umum mangrove yang hidup di daerah terluar didominasi oleh S.
alba, A. alba dan A. marina yang menjadi bagian dari komunitas hutan mangrove.
fenolik seperti flavonoid dapat ditemukan hampir pada semua jenis tanaman.
tumbuh pada bagian yang kurang asin, pada lumpur yang mendalam dan sering kali
pada ungkai kecil yang dipengaruhi pasang surut. Buah Sonneratia caseolaris
dapat digunakan sebagai sampel karna memiliki zat tannin dan flavonoid di dalam
nya. Selain buah yang dapat digunakan sebagai sampel adalah daun nya. Daun
pedada yang digunakan adalah daun tua dan muda. Kriteria daun yang digunakan
adalah daun yang bagus, tidak rusak, tidak berjamur. Daun dan buah dari
tumbuhan mangrove ini dapat menjadi pilihan bagus sebagai sampel karena
mereka memiliki kandungan tannin yang akan diuji pada pengamatan kali ini. Selain
itu, daun dan juga daun nya lebih mudah untuk diambil dan juga tidak mengganggu
5
2.2.2 Pencucian
menghilangkan bau dan rasa amis dari sampel tersebut. Pencucian sampel
dilakukan dalam keadaan sampel masih segar. Kemudian dicuci menggunakan air
laut dan disimpan dengan suhu dingin menggunakan cool box agar saat dibawa ke
lumpur dan garam mineral. Kemudian sampel dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan selama 5-6 hari agar kandugan kimia dari sampel tetap terjaga.
kali. Yaitu menggunakan air laut, air tawar dan aquades. Pencucian menggunakan
air laut, dilakukan untuk mencegah terjadinya proses osmosis atau keluarnya cairan
sampel benar-benar bersih dari kotoran, garam dan zat lain yang masih menempel.
sampel dari berbagai kotoran yang menempel. Baik berupa kerang, garam dan zat-
zat lainnya. Pencucian sebaiknya dilakukan sebanyak beberapa kali agar sampel
yang akan digunakan benar-benar dalam kondisi yang sudah bersih. Pencucian
juga dilakukan menggunakan air yang berbeda, penggunaan air laut untuk mencuci
sampel dilakukan agar sampel terhindar dari proses osmosis, penggunaan air tawar
dilakukan agar membersihkan sampel dari garam-garam dan zat-zat lain yang
benar-benar bersih dari berbagai hal yang masih menempel. Adapula proses
6
2.2.3 Pengeringan
pengeringan oven pada suhu 40°C, pengeringan sinar matahari langsung (SML),
pengeringan sinar matahari tidak langsung (SMTL), pengeringan angin pada suhu
kamar dan sampel segar sebagai kontrol. Cara pengeringan yang memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi diberikan oleh pengeringan angin pada suhu kamar adalah
54,60 %. Semakin tinggi suhu yang digunakan berpengaruh pula pada lamanya
transpirasi. Hal ini ditunjukkan pada pengeringan oven di mana suhu yang
digunakan lebih tinggi sehingga mempengaruhi air dalam bahan dan semakin
singkat pula waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan kadar air paling rendah.
pemisahan air dengan jumlah relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi
tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam kurun waktu yang lebih lama.
resiko penurunan mutu simplisia. Pengeringan dapat dilakukan secara alamiah dan
sinar matahari langsung dan sinar matahari tidak langsung (menutup kain hitam
suatu bahan yang digunakan sebagai objek penelitian. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi proses pengeringan suatu bahan seperti sifat fisik dan kimia
dari bahan, meliputi bentuk, komposisi, ukuran dan kadar air yang terkandung pada
7
bahan. Selain itu terdapat faktor pengaturan geometris bahan, sifat fisik dari
kelemababan. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah akan mempercepat
proses pengeringan karena kandungan air pada bahan akan lebih cepat menguap.
Beberapa metode pengeringan antara lain, metode kering angin, metode kering
2.2.4 Penghalusan
dalam preparasi sampel. Sampel yang telah melalui proses pengeringan kemudian
perbesar luas permukaan sampel sehingga kontak antara sampel dengan pelarut
menjadi besar. Dengan adanya kontak antara sampel dengan pelarut yang besar,
maka ekstrak yang terdapat di dalam sampel mudah larut ke dalam pelarut. Lalu
awal dalam uji fitokimia dari suatu sampel. Proses penghalusan dilakukan setelah
sampel yang telah didapat di lapang telah disortir sesuai dengan kriteria dan telah
dilakukan setelah sampel yang didapatkan di lapang telah disortir sesuai dengan
kriteria yang dibutuhkan dan telah melalui tahapan pencucian dan pengeringan.
sampel yang akan diekstraksi. Dengan demikian, maka pelarut dapat mengekstrak
8
atau mengeluarkan senyawa bioaktif. Penghalusan sampel dapat dilakukan dengan
alat otomatis seperti dengan bantuan mesin ataupun dilakukan secara manual
dengan menggunakan mortal dan alu. Setelah proses penghalusan selesai, maka
2.3 Ekstraksi
ekstraksi. Beberapa faktor tersebut diantaranya yaitu jenis pelarut dan lama waktu
ekstraksi. Selain itu, ekstraksi dapat dilakukan dengan bantuan media seperti air
panas. Hal itu dikarenakan air panas berfungsi sebagai pelarut yang akan
melarutkan komponen aktif seperti sari maupun ekstraknya. Oleh karena itu, proses
tersebut disebut dengan penyarian yang merupakan proses untuk mengambil sari
atau dapat pula disebut dengan ekstraksi yaitu mengambil ekstraknya. Prinsip
dasar pada pemisahan campuran dengan cara ekstraksi yaitu dengan perbedaan
dilakukan oleh cairan penyari untuk menarik keluar zat aktif. Zat aktif berada di
dalam sel, sehingga untuk dapat mengeluarkannya dari dalam sel diperlukan suatu
cairan penyari atau pelarut tertentu. Cairan penyari yang umumnya dapat
benzene, dan etil asetat. Proses ekstraksi terjadi dengan masuknya cairan penyari
ke dalam sel. Masuknya cairan penyari ke dalam sel dapat disebut dengan
osmosis. Cairan penyari yang masuk akan membuat zat aktif yang berada di dalam
sel terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dan cairan penyari yang berada di luar sel, maka pada tahap ini terjadi proses
9
difusi. Proses difusi akan terus terjadi hingga konsentrasi zat aktif yang berada
diluar sel dan di dalam sel menjadi seimbang. Pemilihan cairan yang digunakan
untuk ekstraksi baik harus mempunyai harga yang murah dan mudah diperoleh,
stabil secara fisika dan kimia, mempunyai reaksi yang netral, tidak mudah terbakar,
Ekstraksi atau yang dapat disebut dengan penyari merupakan suatu proses
yang dapat dilakukan untuk menarik keluar zat ataupun senyawa-senyawa aktif.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil ekstraksi yaitu jenis
pelarut dan lama waktu ekstraksi itu sendiri. Prinsip dasar yang terdapat pada
pemisahan campuran dengan cara ekstraksi yaitu dengan perbedaan kelarutan zat
dalam pelarut. Pada saat melakukan proses ekstraksi terdapat cairan penyari yang
eter, aseton, benzene, dan etil asetat. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika
memilih cairan yang akan digunakan untuk proses ekstraksi yaitu harus mempunyai
harga yang murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, mempunyai
reaksi yang netral, tidak mudah terbakar, dan mempunyai sifat selektif.
2.3.1 Maserasi
disimpan secara terlindungi dari sinar matahari langsung (untuk mencegah reaksi
dengan cahaya dan perubahan warna) dan homogenkan kembali. Maserasi pada
suhu yang tinggi (30-50⁰C) disebut digesti. Pada proses ekstraksi terjadi dua fase
yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Fase pembilasan merupakan fase di
mana sel-sel yang rusak atau tidak utuh lagi dari simplisia bersentuhan langsung
dengan pelarut sehingga komponen di dalam sel semakin mudah untuk berpindah
10
pembilasannya. Fase ekstraksi merupakan fase di mana cairan pelarut menembus
membran sel yang masih utuh sehingga terjadi pembengkakan pada sel dan
disolusi komponen sel ke cairan pelarut yang berhasil masuk, dengan adanya
perbedaan konsentrasi antara pelarut di dalam sel dan di luar sel maka akan terjadi
difusi.
tiwai dilakukan dengan menyari simplisia umbi bawang tiwai dengan variasi pelarut
metode maserasi karena metode ini tergolong sederhana dan cepat tetapi sudah
dapat menyari zat aktif simplisia dengan maksimal. Keuntungan utama dari metode
ini ialah tidak dilakukan dengan pemanasan sehingga dapat mencegah rusak atau
hilangnya zat aktif yang ingin disari. Proses penyarian simplisia diawali dengan
selanjutnya. Pada tahap ini digunakan 50g serbuk simplisia yang disari
pengulangan 2 kali. Hasil dari proses maserasi diperoleh ekstrak cair yang
Penguapan dengan cara ini dilakukan untuk menurunkan tekanan pada perukaan
Metode maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan cara yang paling
simplisia menggunakan pelarut etanol dan air atau campuran dari keduanya.
Proses penyarian dalam metode maserasi sangat efektif dalam menyari zat aktif
11
simplisia dengan maksimal. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dilakukan dengan
proses pemanasan sehingga dapat mencegah kerusakan atau hilangnya zat aktif.
dengan tujuan agar cairan penyari dapat masuk ke pori-pori simplisia sehingga
fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Fase pembilasan merupakan fase di
mana sel-sel yang rusak atau tidak utuh lagi dari simplisia bersentuhan langsung
dengan pelarut sehingga komponen di dalam sel semakin mudah untuk berpindah
ke dalam pelarut. Fase ekstraksi merupakan fase di mana cairan pelarut menembus
membran sel yang masih utuh sehingga terjadi pembengkakan pada sel dan
2.3.2 Evaporasi
terjadinya peristiwa penguapan zat pelarut dari sebuah campuran larutan di mana
titik uap pelarut lebih rendah dibandingkan dengan titik uap campuran larutannya.
Proses ini bertujuan untuk membuat konsentrasi larutan tersebut lebih pekat dan
konsentrasi larutan tersebut menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Alat yang
merupakan alat yang sangat uum untuk digunakan dan dapat di temukan di hamper
suhu tertentu.
Pemurnian ini dilakukan dengan cara pelarutan dan kristalisasi. Proses evaporasi
ini didasarkan atas kelarutan bahan dalam suatu pelarut di mana kelarutan bahan
tersebut akan naik akibat naiknya suhu dan sebaliknya. Evaporasi dapat dilakukan
12
secara bertahap, yaitu evaporasi parsial dan evaporasi total. Dapat dikatakan
bahwa evaporasi merupakan proses pemekatan dari suatu larutan, yaitu dengan
yang lebih tinggi dari sebelumnya. Evaporasi menggunakan alat yang bernama
rotary evaporator. Alat ini merupakan alat yang umum digunakan dalam melakukan
senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman yang tergolong dalam
komponen pangan non gizi. Senyawa bioaktif memiliki beberapa sifat dan fungsi
antara lain untuk melindungi tanaman dari herbivora dan patogen, fungsi mekanis,
tersebut antara lain adalah senyawa fenolik, pigmen seperti likopen, klorofil,
senyawa bioaktif pada teripang telah diisolasi untuk menghambat aktivitas antifungi,
aktivitas antimikroba dan aktivitas antibiotik. Dari beberapa ektrak dari teripang
kimia yang terkandung dalam teripang yang berkaitan dengan kandungan senyawa
13
antara lain fenolik, steroid, terpenoid dan saponin. Fungsi metabolit sekunder
menguntungkan.
penting dalam pertahanan mekanisme dan melindungi sel-sel alga terhadap kondisi
2.4.1 Fenol
adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi propagasi radikal bebas, baik
yang berasal dari produk samping metabolisme yang terjadi di dalam tubuh maupun
yang berasal dari lingkungan seperti asap rokok, polusi udara, obat-obatan tertentu,
sinar ultraviolet, dan radiasi. Antioksidan alami lebih banyak diminati sebagai
macam jenis tumbuhan, salah satunya dari famili Malvaceae. Famili Malvaceae
terdiri dari 243 genus dan 4300 jenis tumbuhan. Sebagian besar tumbuhan famili
14
Menurut Djapala, et al. (2013), senyawa fenol merupakan zat yang sering
antioksidan. Antioksidan yang berupa fenol ini dapat melawan radikal bebas dalam
tubuh. Salah satu tumbuhan yang mengandung fenol adalah rumput laut. Selain
fenol, rumput laut juga mengandung senyawa fitokimia yang berperan dalam
pengawetan pangan.
di takaran yang pas dan apabila digunakan berlebihan akan menyebabkan toxic.
Senyawa ini memiliki bau khas yang kebayakan bau nya tidak sedap untuk di hirup.
Senyawa ini memiliki pH yang cenderung asam. Aoabila senyawa ini terlalu banyak
ditemukan di perairan maka perairan tersebut akan tercemar. Biasanya senyawa ini
banyak ditemukan pada minyak bumi. Namun apabila senyawa ini digunakan pada
2.4.2 Flavonoid
flavonoid terdiri dari dua gugus aromatik yang digabungkan oleh jembatan karbon
perbedaan struktur terutama pada substitusi karbon. Pada gugus aromatik sentral
Menurut Arifin dan Ibrahim (2018), flavonoid adalah metabolit sekunder dari
polifenol, ditemukan secara luas pada tanaman serta makanan dan memiliki
antidiabetes, anti kanker, anti penuaan, dan antioksidan. Senyawa flavonoid adalah
konfigurasi C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin
15
benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Flavonoid
terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap
ekstrak tumbuhan. Flavonoid adalah kelas senyawa yang disajikan secara luas di
berwarna kuning, merah, oranye, biru, dan warna ungu dari buah, bunga, dan daun.
struktur kimia serta biosintesisnya. Struktur dasar flavonoid terdiri dari dua gugus
dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak
tumbuhan. Flavonoid adalah kelas senyawa yang disajikan secara luas di alam.
berwarna kuning, merah, oranye, biru, dan warna ungu dari buah, bunga, dan daun.
golongan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu simplisia tumbuhan. Uji
tersebut dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa kimia tertentu
dalam tumbuhan untuk dapat dikaitkan dengan aktivitas bioliginya sehingga dapat
mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam suatu tanaman yang
sedang diteliti. Faktor yang berperan penting dalam uji fitokimia adalah pemilihan
pelarut dan metode ekstraksi. Uji fitokimia dilakukan dengan melihat pengujian
pada ekstrak. Hasil pengujian terkait pula dengan adanya kandungan senyawa aktif
yakni alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid pada ekstrak. Dilakukan juga
16
analisis fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada ekstrak.
maksimal.
kimia yang terdapat dalam suatu simplisia tumbuhan. Uji fitokimia digunakan untuk
membuktikan ada atau tidaknya senyawa kimia tertentu pada suatu tumbuhan. Uji
dapat juga dilakukan untuk pengujian antibakteri. Faktor yang berperan penting
dalam uji fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi. Uji fitokimia
dilakukan dengan melihat pengujian reaksi warna yang terjadi menggunakan suatu
pereaksi warna.
fenol, terpenoid, serta alkaloid. Senyawa fenol yang umum dijumpai pada bagian
buah adalah tanin. Senyawa ini berperan dalam melindungi tanaman terutama
bagian buah dari serangan herbivora. Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan
FeCl35%. Pembentukan warna hijau atau hijau biru menunjukkan senyawa fenol
dalam bahan.
Menurut Senet, et al. (2017), senyawa fenolik memiliki manfaat cukup besar,
senyawa fenolik memiliki efek positif terhadap pencegahan penyakit. Sebanyak 0,1
gram sampel (ekstrak etanol dan etil asetat) dimasukkan ke dalam labu ukur 5
divortex dan disaring untuk mendapatkan filtratnya. Sebanyak 100 μLfiltrat dipipet
dan di reaksikan dengan reagen follinsebanyak 100 μL. Larutan tersebut di vortex
17
untuk menghomogenkan larutan, lalu didiamkan selama 6 menit. Ke dalam tabung
didiamkan 30 menit.
aktif pada produk antiseptik dan disinfektan. Penelitian bertujuan untuk mengukur
fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa senyawa antibakteri tersebut kurang
efektif dibanding dengan fenol. Sebaliknya, jika koefisien fenol lebih dari 1 maka
tumbuhan di bagian daun, akar, buah, bunga, batang dan kulit batang. Flavonoid
bagi tumbuhan berfungsi untuk melindungi diri dari penyakit dan lingkungan
flavonoid yang terkandung didalam daun serta untuk menguji aktivitasnya sebagai
antioksidan.
caseolaris) berupa bagian akar, batang, daun dan kulit dilakukan uji komponen
kimia aktifnya meliputi alkaloid, steroid, triterpenoid, flavonoid, quinon dan saponin.
Membuat filtrat yang didapatkan dari simplisia yang diuji sebanyak dua kali ulangan.
Pada uji flavonoid, yang pertama dilakukan adalah menghaluskan sampel menjadi
18
larutan uji sebanyak 2,5 ml. Menambahkan 0,5 gram serbuk atau lempeng Mg dan
0,5 ml HCl pekat pada masing-masing filtrat. Menambahkan 2,5 ml etanol, kocok,
memanaskan dan kocok lagi dengan kuat dan dibiarkan hingga memisah.
ekstrak sudah berubah warna maka dapat diindikasikan bahwa terdapat senyawa
antioksidan tersebut.
19
BAB III METODOLOGI
Blitar, Jawa Timur. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 19-20 November 2020
dan 26-27 November 2020 secara daring. Berikut peta lokasi dari praktikum Dasar
Bioteknologi Laut 2020. Adapun materi yang dipelajari pada praktikum ini adalah
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1
dan Tabel 2.
20
Tabel 1. Daftar alat praktikum
No Alat Kegunaan
21
5. HCl Sebagai pengidrolisis sampel
dan uji fitokimia terhadap sampel. Berikut adalah alur dalam praktikum dasar
bioteknologi laut :
22
3.4 Skema Kerja
berjalan dengan benar dan dapat mencapai tujuan. Berikut merupakan skema kerja
sebagai berikut:
23
A. Pengambilan Sampel
24
B. Pencucian Sampel
25
C. Pengeringan Sampel
26
D. Penghalusan sampel
3.4.2 Ekstraksi
a. Maserasi Sampel
berikut:
27
Ambil sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang dengan perbandingan 1:5
dengan pelarut metanol.
b. Evaporasi Sampel
sebagai berikut:
Setelah sampel sudah menjadi pasta, matikan mesin rotary evaporator dan ambil
sampelyang menempel pada labu sampel menggunakan spatula
28
3.4.3 Uji Fitokimia
Berikut ini merupakan proses dari uji fitokimia yang terdiri atas uji fenol dan uji
flavonoid:
a. Uji Fenol
Homogenkan
Ditambahkan FeCl3 1%
b. Uji Flavonoid
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut hasil dari preparasi sampel, ekstraksi, dan uji fitokimia yang telah
dianalisis.
dengan tujuan untuk mendapatkan larutan uji. Dalam tahap preparasi sampel yaitu
dilakukan agar sampel bersih dari debu-debu yang menempel. Kemudian tahap
bobot air sehingaa memudahkan dalam proses penghalusan. Dan tahap terakhir
atau tahap ketiga yaitu penghalusan, dalam penghalusan ini bertujuan untuk
Menurut Atika, et al. (2012), preparasi sampel merupakan tahap yang sangat
sampel dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan larutan uji. Sampel yang di
pengayakan ini bertujuan untuk agar diperoleh derajat halus serbuk yang homogen,
sehingga sampel dapat dengan mudah dimasukkan dalam krus dan diabukan.
Dalam preparasi sampel biasanya sampel akan dicuci terlebih dahulu, selanjutnya
30
selama beberapa hari. Selanjutnya sampel diubah menjadi serbuk dengan
menggunakan blender. Kemudian sampel diayak dan disimpan dalam plastik klep
sebelum diabukan.
4.1.2 Ekstraksi
Pelarut berfungsi melarutkan senyawa bioaktif dari sampel dan merupakan hasil
sokletasi. Maserasi adalah metode ekstraksi dengan cara merendam pelarut pada
suhu ruang. Penggunaan metode maserasi karena metode ini lebih sederhana baik
digunakan skala kecil maupun untuk industri, namun kekurangan metode ini adalah
waktu yang diperlukan lebih lama dan penyaringan kurang sempurna. Kemudian
maserasi namun waktu yang diperlukan lebih singkat dan tidak perlu penyaringan
lebih lanjut.
yang memiliki perbedaan pada suhu, jenis pelarut, dan lama ekstraksi, namun pada
prinsipnya sama yaitu untuk menyari zat aktif yang terdapat dalam sampel.
Rendemen ekstrak pada metode maserasi memiliki rendemen yang lebih kecil
dibandingkan dengan metode sokletasi. Ditinjau dari segi waktu, untuk memperoleh
zat aktif yang lebih banyak dibutuhkan waktu dan proses yang lama karena
ekstraksi ini tidak menggunakan bantuan panas. Namun dari segi suhu, metode ini
merupakan ekstraksi cara dingin yang dilakukan dalam suhu ruang dan relatif aman
digunakan untuk bahan-bahan yang tahan atau tidak tahan terhadap pemanasan.
lama ekstraksi, metode ini memerlukan waktu lebih lama, hal ini disebabkan karena
31
proses ekstraksi yang dilakukan secara terus-menerus. Penyaringan yang
komponen atau senyawa kimia dalam sampel akan terisolasi dengan baik. Metode
ini masih sering digunakan karena proses ekstraksinya terjadi secara sempurna
sehingga hasil ekstrak yang diperoleh juga lebih banyak serta dengan adanya
4.1.2.1 Maserasi
dinding pada membran sel akibat dari perbedaan tekanan di sel. Metabolit sekunder
yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. Pemilihan
pengekstrak untuk proses maserasi ini akan memberikan efektifitas yang tinggi
dengan proses perendaman bahan dengan pelarut yang sesuai. Senyawa aktif
akan diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan
sampel. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis
pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, dan ukuran partikel. Ekstraksi dengan
metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak
akan rusak. Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang pada
terlarut dengan sempurna. Dengan demikian perlu dilakukan modifikasi suhu untuk
32
4.1.2.2 Evaporasi
Evaporasi adalah suatu proses di mana molekul yang berada dalam fasa cair
berubah menjadi fase gas secara spontan. Tujuan utama dari proses evaporasi
adalah meningkatkan konsentrasi suatu zat dalam larutan tertentu. Pada proses
satu sisi dan larutan yang akan dievaporasi di sisi yang lain. Jenis evaporator
bergantung pada konfigurasi dari daerah perpindahan panas dan sirkulasi cairan.
nilai overall heat transfer coefficient yang dihitung menggunakan dua metode yang
berbeda yaitu metode Dessin dan metode koefisien konveksi, selain itu dihitung
sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair yang pekat dan
evaporasi digunakan untuk mendapatkan konsentrasi produk yang lebih tinggi dari
memisahkan kandungan air yang masih terdapat pada CSW yang telah diolah pada
tahapan proses sebelumnya, sehingga kandungan air yang terdapat pada sweet
pada proses evaporasi akan berdampak pada pengolahan gliserin dan juga
membuat kerja dari alat distilasi yang semakin berat, dapat menyebabkan
produk gliserin.
33
4.1.2.3 Perbandingan Maserasi dan Sokletasi
Pada maserasi sampel yang telah dihaluskan direndam dalam suatu pelarut
organik selama beberapa waktu. Hasil maserasi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang
digunakan, lama waktu maserasi, dan sifat senyawa bioaktif yang terekstrak
bergantung pada kepolaran pelarut itu sendiri. Pada metode sokletasi sampel yang
telah dihaluskan direndam dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu.
metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana
dan tidak dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin
memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut pada suhu kamar. Sedangkan metode
sokletasi merupakan metode cara panas yang dapat menghasilkan ekstrak yang
lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan), waktu yang
digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi secara sempurna karena dilakukan
berulang-ulang. Selain itu, aktivitas biologis tidak hilang saat dipanaskan sehingga
Menurut Dewi, et al. (2020), dalam proses ekstraksi suatu bahan tanaman,
jenis pelarut, konsentrasi pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang digunakan untuk
antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan sampel yang diekstrak dengan
keuntungan dalam segi waktu yang digunakan saat mengekstrak sampel lebih
cepat sehingga sampel tidak teroksidasi dan tidak mempengaruhi daya antioksidan.
Selain itu proses ekstraksi terjadi lebih sempurna karena pelarut yang diembunkan
34
lebih lama sehingga sampel dapat teroksidasi dan mempengaruhi daya antioksidan
sampel, serta proses ekstraksi dengan pelarut akan menyebabkan pelarut jenuh,
tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat memisahkan
antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu dengan bahan alam
terkandung dalam pelarut dari ekstrak S. alba. Analisis fitokimia seperti Alkaloid,
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen bi-oaktif dalam
sampel uji. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, uji steroid / triterpenoid, flavo-noid,
saponin, dan tanin-fenolik. Dalam penelitian ini, uji fitokimia dilakukan melalui uji
membandingkan suatu zat yang bersifat antiseptic dengan fenol sebagai fenol
paling tua yang telah diketahui kekuatannya. Uji fenol adalah bentuk pengujian
35
dalam suatu organisme. Hasil sampel yang sudah dilakukan evaporasi ditambahkan
FeCl3 1% sebanyak 1 ml. Amati perubahan warna yang terjadi, larutan akan
berubah warna menjadi hijau kehitaman. Uji fenol dilakukan untuk mencegah
organisme. Pada organisme, semakin besar kandungan fenol yang diketahui maka
Menurut Bayani (2016), pengujian fenol dapat kita dapatkan dari 2 metode
yakni dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Pada kualitatif terdapat cara klasik
ekstrak, yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat ,
hijau kehitaman, dan biru kehitaman. Pada metode kuantitatif ini memakai metode
Folin ciocalteu. Metode Folin ciocalteu adalah metode populer yang paling banyak
digunakan oleh peneliti untuk menentukan kandungan total fenol dari suatu
makanan atau buah. Langkah pertama kali yang harus dilakukan untuk menentukan
kadar total fenolik suatu sampel adalah membuat kurva kalibrasi standar untuk
Menurut Zuraida, et al. (2017), analisis uji fenol dilakukan dengan cara
diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit lalu ditambahkan 1 ml NaCO2 3 5%,
diaduk, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 60 menit. Absorban larutan
yang digunakan yaitu asam galat dengan berbagai konsentrasi (10; 30; 50; dan 70
36
berdasarkan kekuatan mereduksi dari gugus hidroksi fenol. Senyawa fenol
dengan satu atau lebih substituent gugus hidroksil yang berasal dari jalur
senyawa fenolik (polifenol) adalah fenol sederhana, asam fenolat, kumarin, tannin
bentuk glikosida atau esternya. Semua senyawa fenol berupa senyawa aromatik
(λmaks 253 nm), terlihat sebagai bercak gelap dengan latar belakang
berfluoresensi. Pengujian positif adanya fenol yaitu dengan terbentuknya warna biru
kandungan Fenol. Hasil yang didapatkan pada uji fitokimia, didapatkan kandungan
senyawa seperti flavonoid, steroid dan fenol. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
kandungan senyawa alkaloid, steroid dan fenol. screening uji fitokimia yang
dilakukan didapatkan hasil positif (+) terdapat senyawa alkaloid, steroid dan fenol
Flavonoid merupakan metabolit sekunder dari polifenol yang ditemukan secara luas
37
menimbang sampel sebanyak 10 mg. Sampel yang digunakan adalah buah dari
sonneratia caseolaris yang berukuran 6-8 cm dan kuncup buah mekar. Kemudian
larutkan metanol sebanyak 10 ml. Setelah itu ditambahkan hcl 1 ml dan serbuk
kuning/jingga/merah tua.
Menurut Malik, et al., (2016), Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering
pendingin balik selama 10 menit. Saring panas melalui kertas saring kecil berlipat,
tanah P, kocok hati-hati diamkan. Ambil lapisan metanol, uapkan pada suhu 40o
dibawah tekanan. Sisa dilarutkan dalam 5 mL etil asetat P, saring. Uapkan hingga
selama 1 menit. Tambahkan 10 tetes asam klorida pekat P, jika dalam waktu 2
menit sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid
(glikosida-3-flavonol).
Menurut Hassan dan Laily (2014), sebanyak 200 mg sampel tumbuhan yang
telah diekstrak dengan 5 ml etanol dan dipanaskan selama 5 menit di dalam tabung
reaksi (membuat larutan uji). Selanjutnya ditambah beberapa tetes HCl pekat.
Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya
warna merah tua (magenta) dalam waktu 3 menit. Uji flavonoid dengan
ditambahkan HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas air, jika terjadi
perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil yang positif (metode
Bate Smith-Metchalf). Sedangkan ditambahkan HCl dan logam Mg, ketika berubah
menjadi warna merah sampai jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah
tua diberikan oleh flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh
aglikon atau glikosida (metode Wilstater). Selain itu uji flavanoid juga dapat
38
dilakukan melalui cara dtambahkan dengan NaOH, jika terjadi perubahan warna
manfaatnya bagi tubuh. Salah satunya yaitu flavonoid dapat digunakan sebagai
pada dinding pembuluh darah koroner. Untuk uji Flavonoid larutan diambil 0,5 ml
ditambah dengan 5 ml amonia encer dan 5 ml asam sulfat pekat. Adanya senyawa
kuning karena penambahan asam sulfat pekat. Untuk mendapatkan senyawa kimia
flavonoid daun suji (Dracaena angustifolia Roxb.) dilakukan cara mengekstraksi dari
simplisia daun tersebut menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan. Dengan alasan tersebut maka penelitian ini
kolesterol.
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol dengan inti terdiri dari 15 atom
karbon, tersusun atas dua cincin gugus benzena yang dihubungkan menjadi satu
oleh rantai linier yang terdiri dari 3 atom karbon. Flavonoid umumnya terdapat pada
favonoid ditandai dengan warna dari kuning kehijauan menjadi kuning. Perubahan
39
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
keselamatan Kerja), kita harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, mulai dari
sesuai dan menggunakan berbagai macam alat pelindung yang lainnya. Tidak
dianjurkan menggunakan perhiasan yang bisa dirusak oleh bahan kimia, tidak boleh
menggunakan sepatu yang terbuka, sepatu yang licin,hingga sepatu yang ber-hak
tinggi, Diwajibkan untuk mengikat rambut bagi yang memiliki rambut panjang, baik
itu laki-laki maupun perempuan, Baca label bahan minimal dua kali untuk
mengembalikan setiap bahan kimia ke wadah botol semula agar tidak terjadi
kontaminasi.
Dasar Pekerjaan dalam Laboratorium, misalnya Kita harus memastikan bahwa kita
mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran, termasuk jalan keluar,
Laboratorium harus memiliki tempat atau kotak P3K dan memiliki kontak yang harus
dihubungi ketika terjadi kecelakaan atau keadaan darurat. Dan segera laporkan
40
cairan, Berhati-hati dalam memegang dan mengoperasikan alat-alat berbahan
kaca, Ketahui setiap simbol bahaya dari bahan kimia terutama bahan kimia yang
akan digunakan, Gunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah yang sedikit,
Bekerja dengan logika, sopan santun, dan minimalisir resiko dengan selalu berfikir
kedepan, Selalu bersihkan laboratorium dan rapikan barang atau alat yang telah
untuk benda tajam, kaca, larutan berbahaya, dan limbah radioaktif. Buanglah sisa
Ketahui lah juga setiap Karakteristik Bahan Kimia yang akan digunakan
dalam proses penelitian, supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak akan terjadi,
beberapa contoh Karakteristik dari Bahan kimia seperti Bahan Explosive (mudah
terbakar), Bahan Toxic (beracun), Bahan Harmful irritant (bahaya iritasi), Bahan
lingkungan)
2. Preparasi alat
Beberapa alat yang harus diketahui dalam proses penelitian antara lain :
berfungsi sebagai berikut, Hot plate, fungsi dari hot plate adalah untuk mengatur
suhu pada waterbath dengan temperatur yang diinginkan (tergantung titik didih dari
pelarut). Waterbath, waterbath berfungsi sebagai wadah air yang dipanaskan oleh
hot plate untuk labu alas yang berisi sampel. Ujung Rotor Sampel, fungsi dari ujung
Rotor Sampel adalah sebagai tempat labu alas bulat sampel bergantung. Lubang
41
Masuk kondensor, berfungsi sebagai pintu masuk bagi air kedalam kondensor yang
airnya disedot oleh pompa vakum. Kondensor, memiliki fungsi sebagai pendingin
yang mempercepat proses perubahan fasa, dari fasa gas ke fase cair. Lubang
Keluar Kondensor, berfungsi sebagai pintu keluar bagi air dari dalam kondensor.
Labu alas bulat penampung, fungsinya adalah sebagai wadah bagi penampung
pelarut. Ujung Rotor Penampung, berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
penampung bergantung.
suatu cairan, dalam jumlah yang kecil dengan sangat akurat. Skala mikropipet
beragam mulai dari 10 µl, 20 µl, 100 µl, hingga 1000 µl. Cara menggunakannya,
Atur volume dengan cara memutar knop pengatur volume. Pasang tip dengan
menancapkan pada ujung mikropipet. Tekan penyedot pipet sampai pada batas
pertama (first stop). Masukkan tip ke dalam larutan yang akan dipindahkan. Ambil
larutan ke dalam tip dengan menjaga tekanan balik secara perlahan sampai tip
terisi penuh dan posisi penyedot kembali seperti posisi sebelum penyedotan.
Biarkan tip tetap di bawah permukaan larutan selama pengambilan. Beri jeda henti
sesaat, lalu pastikan larutan sudah mengisi tip. Pindahkan tip dari larutan.
Keluarkan larutan. Saat penyedot masih dalam posisi ditekan, tarik pipet dari wadah
Kertas saring adalah suatu kertas yang dipotong melingkar yang fungsinya
mikropartikel sangat relatif kecil dan beragam tetapi tidak cukup efektif untuk
42
pembuatannya. Metanol dapat menimbulkan berbagai bahaya kesehatan, misalnya
jika terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran napas, batuk, pusing, sakit kepala,
tempat udara yang segar, lalu beri oksigen atau napas buatan jika dibutuhkan,
apabila semakin parah segera dibawa ke rumah sakit. Jika terjadi kontak dengan
kulit maka akan dapat menyebabkan iritasi kulit, kering, dan kemerahan.
terkontaminasi lalu, cuci kulit, kuku dan rambut dengan sabun kurang lebih selama
15-20 menit. Jika terjadi kontak dengan mata, maka akan mengalami iritasi pada
mengalir. Jika kita menelan methanol, dapat menyebabkan nyeri pada perut, napas
pertamanya adalah longgarkan pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, ikat
pinggang, atau dasi. Bersihkan mulut menggunakan air bersih. Segera bawa ke
Asam Sulfat (H2SO4), Bahan kimia ini umumnya digunakan terutama dalam
pembuatan pupuk, bahan peledak, zat warna, perkamen (bahan yang terbuat dari
kulit binatang seperti kulit domba, kulit kambing, kulit sapi),dan masih banyak lagi.
Jika tidak ditangani dengan baik, penggunaan asam sulfat dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan, jika asam sulfat terhirup dapat menyebabkan batuk,
pindahkan korban ke tempat udara yang segar, lalu beri oksigen atau napas buatan
jika dibutuhkan, apabila semakin parah segera dibawa ke rumah sakit. Jika terjadi
kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi yang serius dan dalam beberapa
kasus luka bakar yang parah. Pertolongan pertamanya dengan cara tanggalkan
pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi lalu, cuci kulit, kuku dan rambut
43
dengan sabun kurang lebih selama 15-20 menit. Jika terjadi kontak dengan mata
dapat menyebabkan luka korosif mulai dari penurunan ketajaman visual sampai
mata dengan air mengalir. Jikalau tidak sengaja tertelan dapat menyebabkan
orofaringeal dan nyeri perut. Komplikasi akut termasuk aspirasi pneumonia, luka
bakar pada epiglottis dan pita suara, obstruksi laring, perforasi lambung dengan
longgarkan pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, ikat pinggang, atau
dasi. Bersihkan mulut menggunakan air bersih. Segera bawa ke rumah sakit atau
HCl adalah cairan kimia yang sangat korosif, berbau menyengat dan sangat
iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia berbahaya atau B3. Apabila
terjadi kelalaian dalam penggunaan asam klorida seperti terhirup, kontak dengan
kulit, kontak dengan mata, dan tertelan, maka harus dilakukan pertolongan pertama
pada korban, Apabila tertelan maka pertolongan pertama yang harus dilakukan
adalah berikan air minum atau susu. Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa
cairan yang diminum jangan terlalu banyak karena dapat menginduksi muntah
merupakan bagian utama dari struktur kimia klorofil), maka peran magnesium juga
sangat penting bagi manusia dan hewan. Tanpa kehadiran magnesium dalam
tubuh, energi tidak dapat diproduksi atau digunakan dalam sel, otot tidak bisa rileks
dan berkontraksi, dan hormon-hormon utama tidak bisa disintesa untuk membantu
44
magnesium sangat jarang, namun terlalu banyak magnesium seringkali diketahui
menyebabkan diare.
Besi(III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa kimia yang
merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3. Senyawa ini
umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai
adalah hirup udara segar, kontak dengan kulit pertolongan pertamanya adalah bilas
dengan air yang banyak, pertolongan pertama kontak dengan mata sama seperti
kontak dengan kulit, dan tertelan pertolongan pertamanya adalah beri air minum.
3. Preparasi sampel
Apa itu preparasi sampel? Preparasi sampel adalah tahapan awal yang
dilakukan untuk menguji suatu percobaan yang akan dilakukan. Seperti contohnya
pada buah Sonneratia caseolaris yang dilakukan proses pengujian fitokimia. Dalam
A. Kriteria sampel
zat tannin dan flavonoid di dalam nya. Selain buah yang dapat digunakan sebagai
sampel adalah daun nya. Daun yang digunakan adalah daun tua dan muda. Kriteria
daun yang digunakan adalah daun yang bagus, tidak rusak, tidak berjamur. Daun
dan buah dari tumbuhan mangrove ini dapat menjadi pilihan bagus sebagai sampel
karena mereka memiliki kandungan tannin yang akan diuji pada pengamatan kali
ini.
B. Pencucian
45
maupun epifit yang terdapat pada sampel. Hal ini dilakukan supaya kotoran yang
ada pada sampel tidak mempengaruhi proses uji fitokimia. Proses pencucian
dilakukan dengan menggunakan air tawar lalu dibilas dengan akuades untuk
memastikan kebersihannya.
46
C. Pengeringan
pengeringan sinar matahari tidak langsung dan pengeringan angin. Pada praktikum
pengeringan oven. Hal ini dilakukan karena pengeringan dengan metode oven jauh
D. Penghalusan
dilakukan dengan alat otomatis seperti dengan bantuan mesin ataupun dilakukan
secara manual dengan menggunakan mortal dan alu. Setelah proses penghalusan
terkandung dalam pelarut dari ekstrak secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji
fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan dengan melihat perubahan warna pada
terkandung dalam pelarut dari ekstrak S. alba. Analisis fitokimia seperti Alkaloid,
Uji fenol adalah bentuk pengujian fitokimia di mana fenol merupakan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu organisme. Hasil sampel yang sudah
47
dilakukan evaporasi ditambahkan FeCl3 1% sebanyak 1 ml. Amati perubahan
warna yang terjadi, larutan akan berubah warna menjadi hijau kehitaman. Uji fenol
bertahan hidup suatu organisme. Pada organisme, semakin besar kandungan fenol
asam sulfat pekat. Langkah pertama yang dilakukan saat pengujian flavonoid
adalah menimbang sampel sebanyak 10 mg. Sampel yang digunakan adalah buah
Kemudian larutkan metanol sebanyak 10 ml. Setelah itu ditambahkan hcl 1 ml dan
kuning/jingga/merah tua.
5.2 Saran
dan lancar. Akan tetapi, kurang interaktif antara asisten dengan praktikan.
Kemudian dalam hal pemberian materi atau penjelasan terkadang kurang jelas
kendala pada jaringan. Waktu yang singkat juga membuat penjelasan dirasa terlalu
cepat sehingga kurang maksimal. Diharapkan kepada para praktikan tidak sungkan
bertanya apabila dirasa ada materi yang masih belum jelas agar proses jalannya
praktikum lebih interaktif. Semoga ilmu yang diberikan tim asisten bisa
48
DAFTAR PUSTAKA
Alfaridz F. dan Amalia R. 2018. Klasifikasi dan Aktivitas Fanakologi dari Senyawa
5(4): 1-8.
Anggraini, D.I., dan Nabillah, L.F. 2018. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena
Arifin B dan Ibrahim S. 2018. Struktur Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid. Jurnal
Arisworo, D., Yusa, N. Sutresna. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Biologi,
Artini, P.E.U.D., K.W. Astuti, dan N. K. Warditiani. 2013. Uji Fitokima Ekstrak Etil
Udayana. 1-7.
Atikah, M. N., Sabikis, dan A. M. Kusuma. 2012. Analisis cemaran logam timbal (pb)
dalam daun caisin (Brassica juncea L.) ditanam di lokasi ramai dan sepi lalu
Chairunnisa, S., N. M. Wartini, dan L. Suhendra. 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu
7(4) : 551-560.
Dari, D. W., D. T. Ramadani, dan Aisah. 2020. Kandungan Gizi dan Aktivitas
49
Penambahan Karagenan. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi. 9(2): 154-
165.
Djapiala, F. Y., Montolalu, L. A., dan Mentang, F. 2013. Kandungan total fenol
dan Eucheuma cottonii Sebagai Bahan Baku Krim Pencerah Kulit. Jurnal IPB.
20(9): 633-644
Ekawati, M. A., I. W. Suirta, dan S. R. Santi. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa
Evendi, A. 2017. Uji Fitokimia dan Anti Bakteri Ekstrak Daun Salam (Syzygium
pada sonneratia alba. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 5(4): 93-97
Huda, M. S. 2019. Ekstraksi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Aktif Dengan
Ibrahim.
50
Illing, Ilmiati, W. Safitri, dan Erfiana. 2017. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen.
Jannah, Asyeni Miftahul, dan Tamzil Aziz. 2017. Pemanfaatan Sabut Kelapa
Teknik Kimia.
VI. 609-613.
Malik, A., F. Edward, dan R. Waris. 2016. Skrining Fitokimia dan Penetapan
Malo, A., Y. Salosso, dan Sunadji. 2018. Kandungan Senyawa Aktif Makroalga
1(1): 91-97
Maulida, R. dan A. Guntarti. 2015. Pengaruh Ukuran Partikel Beras Hitam (Oryza
Muliady, J., A, A. Prabowo, dan Novia. 2019. Simulasi evaporasi sweet water di unit
51
Munira, Shirajum, S. N. Ahmed, S. Islam, L. Nesa, H. Kabir, C. V. Cruz. 2019.
11.
3(1): 91-95.
Paputungan, Z., D. Wonggo, dan B. E. Kaseger. 2017. Uji fitokimia dan aktivitas
Senyawa Bioaktif Rambut Jagung (Zea Mays L.) Untuk Tabir Surya Alami:
Avicennia alba, Rhizophora apiculata and Sonneratia alba from Musi River
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan
Sa`adah, H., H. Nurhasnawati. 2015. Perbandingan Pelarut Etanol Dan Air Pada
153.
52
Senet, M. R. M., I. M. O. A. Parwatadan., dan I Wayan Sudiarta. Kandungan Total
Fenol dan Flavonoid dari Buah Kersen (Muntingia Calabura) Serta Aktivitas
Syafitri, N. E., Maria B., dan Syamsul, F. Kandungan Fitokimia, Total Fenol, dan
53
LAMPIRAN
Ringkasan dan
2 Nurul Qoima Eka Kusuma 185080600111007
kata pengantar
54
21 Indah Ferdiani Zuhriah 185080601111017 4.1.2
55