Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum

ANALISIS FARMASI I
“ANALISIS KADAR OBAT GENERIK YANG MENGANDUNG
PARACETAMOL YANG BEREDAR DI KOTA GORONTALO DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS”
Diajukan untuk Memenuhi Nilai Laporan Praktikum Analisis Farmasi I

OLEH

KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : A-S1 FARMASI 2020
ASISTEN : SHYNTA NURIAH LIHAWA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Lembar Pengesahan

ANALISIS FARMASI I
“ANALISIS KADAR OBAT GENERIK YANG MENGANDUNG
PARACETAMOL YANG BEREDAR DI KOTA GORONTALO DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS”

OLEH :

KELOMPOK II (DUA)
KELAS A-S1 FARMASI 2020

1. ANWAR IBRAHIM (821020024)


2. NENSY TOBAN ROMBE (821420001)
3. RATNI KAINO (821420002)
4. REZKY NUR AZIZ (821420008)
5. NURAIN OCTAVIANI LAMAKARAKA (821420013)
6. ASTIARA LAHAY (821420018)
7. RAHAYU ANASTASYA PUTRI ABDULLAH (821420030)

Gorontalo, Maret 2022


NILAI
Mengetahui, Asisten

SHYNTA NURIAH LIHAWA


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Analisis Farmasi I yang
berjudul “Analisis Kdar Obat Generik yang Mengandung Paracetamol yang
Beredar di Kota Gorontalo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-
Vis”.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan tauladan terbaik bagi umatnya sehingga bisa meniru kegigihan
dan kesungguhan beliau dalam berjuang.
Ungkapan terima kasih kepada dosen penanggung jawab, kepada
koordinator laboratorium dan kepada asisten penanggung jawab yang telah
membimbing kami sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami memohon
kritik dan saran dari asisten agar laporan ini menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2022

Kelompok II

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud Percobaan 2
1.3 Tujuan Percobaan 2
1.4 Manfaat Percobaan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Dasar Teori 4
2.2 Uraian Bahan 6
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM 9
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 9
3.2 Alat dan Bahan 9
3.3 Cara Kerja 9
BAB IV PEMBAHASAN 11
4.1 Hasil Pengamatan 11
4.2 Perhitungan 11
4.3 Pembahasan 13
BAB V PENUTUP 16
5.1 Kesimpulan 16
5.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi pada dunia pendidikan saat ini dapat dimanfaatkan
untuk proses pembelajaran, salah satunya pembelajaran kimia. Kemajulan ilmu
sains dan teknologiini mempengaruhi perkembangan kimia analisis. Dengan alat-
alat analisis yang canggih maka pekerjaan-pekerjaan analisis kimia dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat. Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi
ini maka peran seorang analis harus benar-benar ditingkatkan dengan didukung
oleh banyaknya penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh para
ahli. Dengan hal ini diharapkanseorang analis dapat mempunyai wawasan yang
cukup luas tentang pengembangan metode analisis moderen dan menguasai segala
aspek analisis khususnya bahan obat-obatan. Seorang analis tidak hanya harus
mengetahui jangkauan dan pemakaian analisis, tetapi yang paling penting dia
harus sadar pembatasan- pembatasan pengukuran dalam analisis.
Secara garis besarnya, teknik analisis data terbagi ke dalam dua bagian,
yakni analisis kuantitatif dan kualitatif. Yang membedakan kedua teknik tersebut
hanya terletak pada jenis datanya. Untuk data yang bersifat kualitatif (tidak dapat
diangkakan) maka analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, sedangkan
terhadap data yang dapat dikuantifikasikan dapat dianalisis secara kuantitatif,
bahkan dapat pula dianalisis secara kualitatif.
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,
spesies, atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain,
analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu
analit yang dituju dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk
menentukan jumlah (kadar) dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam
sampel. Dalam bidang farmasi terutama pada industri farmasi, analisis kimia
berperan dalamanalisis farmasi kualitatif yang meliputi, pengecekan atau
pengujian standar di dalam laboratorium,obat akan dicek secara organoleptis
yaitu, pengecekan warna,bau,rasa,dan juga kelarutannya sedangkan
analisisfarmasi kuantitatif yang meliputi analisa secara gravimetrik yaitu dengan

1
cara memisahkan senyawa atau campuran menjadi unsur tertentu dalam bentuk
murni. Sediaan farmasi yang sering dianalisis adalah sediaan yang banyak beredar
secara bebas dimasyarakat.Contoh metode yang menggunakan prinsip metode
analisi kuantitatif adalah spektrofotometri.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya
tersebut akan di serap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya
yang di serap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Bahan yang
biasa dihitung kadarnya pada spektrofotometer adalah obat paracetamol
(Sastrohamidjojo, 2007)
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan percobaanidentifikasi
sediaan obat generik yang mengandung paracetamol yang beredar di kota
Gorontalo menggunakan metode analisis kuantitatif menggunakan
spektrofotometri UV-Vis dengan sampel obat generik Sumagesik yang sudah
banyak beredar dimasyarakat.
1.2 Maksud Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan obat tradisional dan obat generik
2. Mahasiswa dapat mengetahui analisis kandungan senyawa pada sediaan
obat generik yang beredar dimasyarakat
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip metode Spektrofotometri uv-
vis secara umum
3.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan obat tradisional dan obat
generik
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui analisis kandungan senyawa pada
sediaan obat generik yang beredar dimasyarakat
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip atau metode
Spektrofotometri uv-vis secara umum

2
1.4 Manfaat Percobaan
Percobaan Analisis farmasi menggunakan metode Spektrofotometri ini di
harapkan dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang cara
mengidentifikasi sediaan obat generik yang mengandung paracetamol yang
beredar di kota Gorontalo

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Obat Generik
Menurut Davit, (2013), obat generik adalah obat yang telah habis masa
patennya dan kemudian dapat diproduksi oleh industri yang berbeda dari
perusahaan inovator (patent holding). Menurut Toverud (2015), pergantian
generik diperkenalkan di berbagai negara dengan alasan untuk mengurangi biaya
dan meningkatkan akses obat, walaupun peraturan dan ketersediaan obat generik
berbeda-beda antar negara.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, produk obat yang
beredar di Indonesia terdiri dari produk obat paten atau produk dengan nama
dagang (bermerek) dan generik berlogo. Obat generik merupakan salah satu
alternatif pilihan bagi masyarakat karena harganya lebih murah dibandingkan
harga obat dengan nama dagang. Hal ini disebabkan karena adanya penekanan
pada biaya produksi dan promosi. Persaingan harga diikuti pengendalian mutu
yang ketat akan mengarah pada tersedianya obat generik bermutu tinggi dengan
harga yang terjangkau (Permenkes RI, 1989).
Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh
masyarakat dalam usaha pengobatan sendiri (self-medication), profesi
kesehatan/dokter umumnya masih enggan untuk meresepkan ataupun
menggunakannya. Hal tersebut berbeda dengan di beberapa negara tetangga
seperti Cina, Korea, dan India yang mengintegrasikan cara dan pengobatan
tradisional di dalam sistem pelayanan kesehatan formal. Alasan utama
keengganan profesi kesehatan untuk meresepkan atau menggunakan obat
tradisional karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional
pada manusia masih kurang. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan
budaya bangsa sehingga perlu digali, diteliti dan dikembangkan agar dapat
digunakan lebih luas oleh masyarakat (Pramono, 2002).

4
2.1.2 Larutan Baku, Larutan Stok dan Larutan Seri
a. Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasi larutan tersebut sudah
diketahui dengan pasti. Larutan baku ditempatkan pada alat yang bernama buret,
yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang
akan ditentukan konsentrasi atau kadar, diukur volume larutan tersebut dengan
menggunakan pipet seukuran/ gondok (pipet volumetric) dan ditempatkan di
erlenmeyer. Larutan baku ini ada 2 jenis yaitu larutan baku primer dan larutan
baku sekunder (Basset, 1994).
Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zat lalu dilarutkan
dalam sejumlah pelarut (air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat
yang ditimbang. Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu disebut larutan baku primer (John Kenkel, 2020).
Syarat agar suatu zat menjadi zat baku primer adalah memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi, kering, tidak terpengaruh oleh udara/ lingkungan (zat
tersebut stabil), mudah larut dalam air, mempunyai massa ekivalen yang tinggi
Larutan baku primer dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukan harus
terliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer
ini dilakukan dalam labu ukur dengan volume tertentu. Zat yang dapat dibuat
sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, boraks, asam benzoate (David S.
Hage, 2018).
Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang zat terlarut tidak harus zat
yang tingkat kemurnian zat terlarut tersebut tinggi. Larutan baku sekunder ini nilai
konsentrasi dapat ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap
larutan baku primer. Larutan baku sekunder dapat digunakan larutan basa atau
asam dari senyawa anorganik. Larutan baku sekunder ini tidak stabil sehingga
perlu distandarisasi ulang setiap minggu (Basset, 1994).
b. Larutan Stok
Larutan stok adalah larutan yang konsentrasinya dipekatkan atau
ditinggikan dari konsentrasi dalam media. Biasanya dinyatakan dalam kelipatan
konsentrasi media, misalnya 10x, 20x, 100x, bahkan 1000x konsentrasi media.

5
Tujuan pembuatan larutan stok adalah untuk menghindari penimbangan yang
berulang-ulang setiap kali membuat media (Bassett, 1994).
c. Larutan Seri
Tujuan pembuatan larutan baku adalah untuk memastikan analit yang akan
dianalisis benar berada di dalam matriks sampel. Caranya dengan
membandingkan puncak hasil serapan baku dengan sampel yang muncul setelah
proses elusi. Serta untuk melakukan penetapan kadar analit yang berada di dalam
matriks sampel yaitu dengan pembuatan seri konsentrasi larutan baku (Basset,
1994).
2.1.3 Spektofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengkur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna
yang terbentuk. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan di serap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari
cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet (Afira,
2018)
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik
yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380
nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis
lebih banyak dipakai untuk analisa kuantitatif dibandingkan untuk analisa
kualitatif (Afira, 2018)
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan

6
atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di
deteksi dan cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau
celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Afira, 2018).
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu
daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya
yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar
gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang
mikro. Spektrum absorbsi dalam daerahdaerah ultra ungu dan sinar tampak
umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul
dapat menyerap radiasi dalam daerah UV tampak. Oleh karena itu mereka
mengandung elektron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi
ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi
tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam
satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energi tinggi, atau
panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya. Keuntungan utama metode
spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk
menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup
akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak
dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan (Ghanjar,
2007).
Menurut Afira (2018), secara sederhana instrument spektrofotometeri yang
disebut spektrofotometer terdiri dari :

Gambar 1. Spektrofotometer

7
Fungsi masing-masing bagian spektrofotometer yaitu:
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monokromatis. Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi
atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya
atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel
sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu
keluar.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel UV, VIS dan UV-
VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat
dari kuarsa atau gelas.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik.
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat
listrik yang berasal dari detector
2.1.4 Paracetamol
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik and antipiretik yang
populer dan digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik untuk
meredakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, demam dan flu. Wanita
dapat menggunakan parasetamol dengan aman juga selama laktas. Parasetamol
merupakan kristal berwarna putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Jarak lebur
antara 169 - 171 ºC. Pada suhu ruang parasetamol memiliki berat jenis 1,293
gr/ml, kelarutannya 14,5 mg/ml dalam air suling. Parasetamol adalah asam lemah,
larutan jenuhnya dalam air mempunyai pH 5,3 - 6,5 pada suhu ruang
(Boyke,1997).
Dalam larutan, parasetamol sedikit sensitif terhadap cahaya dan dapat
terdegradasi melalui mekanisme disosiasi ikatan N-C. Parasetamol dalam bentuk
yang kering dan murni sangat stabil pada temperatur sekurang-kurangnya 45 0C.
Jika dibiarkan pada kondisi lembab maka parasetamol akan terhidrolisis menjadi

8
p-aminofenol (Boyke,1997).
Paracetamol memiliki panjang gelombang maksimum yaitu 247 nm dan
mekanisme kerja paracetamol yaitu paracetamol bekerja dengan mengurangi
produksi prostaglandin dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX).
Parasetamol menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif
dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi (Graham
et al, 2005)
Menurut Food and Drug Administration (FDA), dosis aman penggunaan
parasetamol untuk dewasa dan anak yang lebih dari 12 tahun adalah maksimal 4
gram/hari. Konsumsi parasetamol dosis toksik sebesar 15 gram akan
menyebabkan kerusakan hati (hepatotoxicity) dan kerusakan hati ini akan diiringi
kerusakan organ lain, salah satunya adalah ginjal berupa nekrosis tubulus akut
(Rini et al, 2013).
Pada sebagian kasus, kerusakan ginjal bisa terjadi tanpa adanya kerusakan
hepar dan dosis yang dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan pada ginjal lebih
rendah dibanding hepar. Stres oksidatif telah dilaporkan sebagai mekanisme
utama dalam patogenesis kerusakan hati dan ginjal yang diinduksi oleh
penggunaan dalam jumlah besar parasetamol pada hewan percobaan (Ramadhan
dan Schaalan, 2011).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM,1979; Pubchem, 2021)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Etil alkohol, Methanol, Etanol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

CH3OH

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Muda

9
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Pensteril alat laboratorium, pelarut, dan penstabil
2.2.2 Metanol (Dirjen POM, 2014)
Nama Resmi : METANOL
Nama Lain : Metanol, metil alkohol
Rumus Molekul : CH3OH
Berat Molekul : 32,04 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas


Kelarutan :lDapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.2.3 Paracetamol (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Asetaminofen, parasetamol
Rumus Molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 194,19 g/mol
Rumus Struktur :

10
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau
Kelarutan :lLarut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol,
dalam 13 bagian aseton, dalam 40 bagian gliserol
danIdalam 9 bagian propilenglikol, larut dalam
larutan Ialkil hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai zat aktif

11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Analisis Farmasi 1 mengenai percobaan “Analisis Kadar Obat
Generik Yang Mengandung Paracetamol Dengan Menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-VIS” dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Maret 2022 pukul
14.40-17.40 WITA di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu batang pengaduk,
dispo, gelas kaca, gelas stenlis, gelas ukur, labu erlenmeyer, lap halus, lap kasar,
lumpang alu, neraca analitik, penangas dan vial.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu aluminium foil,
alkohol 70%, kertas saring, label, metanol, sampel Sumagesic dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Digerus sumagesic dan ditimbang sebanyak 500 mg
4. Dibuat larutan baku induk 1000 ppm, menggunakan 100 mg sumagesic
5. Dilarutkan dalam metanol 100 mL
6. Dibuat larutan stok 1000 ppm ke 100 ppm dalam 20 mL
7. Diambil larutan induk sebanyak 2 mL dan dicukupkan sampel 20 mL
dengan metanol
8. Diambil masing-masing konsentrasi 0,2, 0,4, 0,6, 0,8, 1,0, 1,2, 1,4, 1,6, 1,8,
2,0 mL
9. Dicukupkan masing-masing konsentrasi dengan metanol sampai 5 mL
10. Dibuat larutan obat sumagesic sebanyak 500 mg
11. Dilarutkan sumagesic dalam 50 mL metanol
12. Dikocok didalam erlenmeyer selama 10 menit

12
13. Disaring larutan sumagesic menggunakan kertas saring
14. Dipanaskan filtrat hingga mendapat hasil larutan kental
15. Ditambahkan 5 mL metanol
16. Diencerkan larutan sampel sebanyak 10 kali
17. Disimpan larutan sampel menggunakan vial ditempat yang sejuk
18. Diukur serapan panjang gelompang maksimum menggunakan
spektrofotometer UV-Vis
19. Dibuat kurva baku dan persamaan pengenceran

13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Larutan seri Larutan sampel/uji

Larutan stok Larutan induk

4.2 Perhitungan
4.2.1 Pembuatan larutan stok
1. 1000 ppm 100 ppm
M1V1 = M2V2
1000 ppm . V1 = 100 ppm . 10 ml
100 ppm x 10 ml
V1 =
1000
V1 = 1 ml ad 10 ml
4.2.2 Pembuatan larutan seri
1. 100 ppm 2 ppm
M1V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 2 ppm . 10

14
2 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 0,2 ml ad 10 ml
2. 100 ppm 4 ppm
M1V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 4 ppm . V2
4 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 0,4 ml ad 10 ml
3. 100 ppm 6 ppm
M1 V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 6 ppm . 10 ml
6 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 0,6 ml ad 10 ml
4. 100 ppm 8 ppm
M1 V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 8 ppm . 10 ml
8 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 0,8 ml ad 10 ml
5. 100 ppm 10 ppm
M1 V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 10 ppm . 10 ml
10 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 1 ml ad 10 ml
6. 100 ppm 12 ppm
M1 V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 12 ppm . 10 ml
12 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 1,2 ml ad 10 ml

15
7. 100 ppm 14 ppm
M1 V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 14 ppm . 10 ml
14 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 1,4 ml ad 10 ml
8. 100 ppm 16 ppm
M1 V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 16 ppm . 10 ml
16 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 1,6 ml ad 10 ml

9. 100 ppm 18 ppm


M1 V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 18 ppm . 10 ml
18 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 1,8 ml ad 10 ml
10. 100 ppm 20 ppm
M1 V1 = M2V2
100 ppm . V1 = 20 ppm . 10 ml
20 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 2 ml ad 10 ml
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai analisa kadar obat
generik yang mengandung paracetamol yang beredar di kota Gorontalo dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS. Dengan tujuan agar mahasiswa
dapat membedakan obat tradisional dan obat generik dan mampu memahami
prinsip-prinsip atau metode spektrofotometri uv-vis secara umum.

16
Menurut Afirah (2018), Spektrofotometer adalah alat untuk mengkur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap
media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawa atau warna yang terbentuk. Spektrofotometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Adapun alat yang digunakan batang pengaduk, dispo, Erlenmeyer, gelas
kaca, gelas kimia, gelas ukur, gelas stainless, neraca analitik, penangas air,
penjepit, spatula, sudip, dan vial. Pada bahan yang digunakan alkohol 70%,
aluminium foil, air, kertas perkamen, kertas saring, obat sulmagesik, paracetamol
baku, tisu dan label.
Langkah awal yang dilakukan yaitu menyiapkan terlebih dahulu alat dan
bahan yang akan digunakan. Setelah semua alat dan bahan sudah siap, dilanjutkan
dengan membersihkan alat dengan alkohol 70%. Menurut Hapsari (2015), kadar
70% alkohol dianjurkan untuk digunakan sebagai cairan pembersih yang ampuh
untuk membunuh kuman maupun bakteri. Alkohol 70% baik digunakan untuk
membersihkan alat karena alkohol cukup efektif digunakan untuk menghambat
maupun mengurangi bakteri dan juga dapat digunakan sebagai desinfektan untuk
membersihkan alat dari mikroorganisme.
Langkah selanjutnya yaitu membuat larutan induk atau standar 1000 ppm.
Menurut David S. Hage (2017), larutan standar merupakan larutan yang dapat
dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya
senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur
dengan tepat. Paracetamol baku ditimbang sebanyak 100 gram. Tujuan
dilakukannya penimbangan menurut Atmojo (2017), yaitu penimbangan penting
dilakukan karena untuk menghindari kesalahan saat pengukuran bobot/massa
suatu bahan yang akan ditimbang. Kemudian dilarutkan dalam metanol sebanyak
atau hingga 100 mL (1000 ppm). Tujuan dibuat larutan induk karena, larutan
induk adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan
digunakan untuk membuat larutan baku ataupun larutan stok dengan kadar lebih
rendah.

17
Hal berikut yang dilakukan alaha pembuatan larutan stok. Larutan stok
dibuat dengan pengenceran larutan 1000 ppm menjadi 100 ppm. Menurut Sari
(2014), larutan stok adalah larutan yang konsentrasinya dipekatkan atau
ditinggikan dari konsentrasi dalam media. Biasanya dinyatakan dalam kelipatan
konsentrasi media, misalnya 10x, 20x, 100x, bahkan 1000x konsentrasi media.
Lalu dilakukan perhitungan pengenceran dari 1000 ppm ke 100 ppm dengan
konsentrasi 20 mL dan didapatkan = 2 mL, diambil larutan induk sebanyak 2 mL
dari larutan induk dan dicukupkan sampai 20 mL dengan metanol. Menurut
Sanders (2012), tujuan pembuatan larutan stok yaitu untuk memudahkan
pengambilan bahan-bahan kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
Kemudian dilakukan pembuatan larutan seri dengan cara pengenceran
bertingkat. Dilakukan perhitungan pengenceran dari 100 ppm menjadi 2, 4, 6, 8,
10, 12, 14, 16, 18, 20 ppm. Diambil masing-masing konsentrasi 0,2 mL, 0,4 mL,
0,6 mL, 0,8 mL, 1 mL, 1,2 mL, 1,4 mL, 1,6 mL, 1,8 mL, 2 mL dari larutan stok
dicukupkan menggunakan metanol sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam vial
yang telah diberi label. Menurut Gandjar (2017), tujuan dilakukannya
pengenceran bertingkat adalah agar sampel dapat terbaca pada spektrofotometrer.
pengenceran dilakukan untuk mengurangi kepekatan larutan, karena konsentrasi
larutan yang dapat terbaca pada spektrofotometri UV-VIS adalah 1 ppm sampai
10 ppm. Menurut harmita, 2006 syarat senyawa yang dapat dianalisis dengan
spektrofotometri apabila senyawa tersebut mengandung gugus kromofor yang
merupakan gugus fungsional pengapsorbsi radiasi ultraviolet dan tampak saat
berikatan dengan gugus ausokrom.
Mekanisme dapat terbacanya sampel oleh spektrofotometer didasarkan
pada berkas cahaya dari sumber cahaya yang dilewatkan pada sampel yang
mengandung zat konsentrasi tertentu. Ketika cahaya dengan berbagai panjang
gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu molekul, maka cahaya dengan
panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Jika molekul menyerap
cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari keadaan
dasar menuju ke keadaan tereksitasi.b Cahaya yang terbentuk ada yang diserap
dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan kemudian akan diterima

18
oleh detektor. Cahaya yang dihitung dan untuk mengetahui cahaya yang diserap.
Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam
sampel, sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif
(Yanlinastuti, 2016).
Terakhir dilakukan larutan pembanding menggunakan sampel yang
mengandung pct. Ditimbang sampel yang mengandung pct sebanyak 500 mg,
Kemudian dilarutkan kedalam 50 mL metanol pada Erlenmeyer. Kemudian
dikocok selama 10 menit. Disaring menggunakan kertas saring. Menurut scott
(2008), untuk mempermudah pemisahan antara residu dan endapan pada larutan.
Selanjutnya Filtrat yang dihasilkan diuapkan menggunakan penangas sampai
didapatkan ekstrak kental. Lalu ditambahkan metanol sebanyak 5 mL. Diambil
Dilakukan pengenceran sebanyak 10 kali sebanyak 5 Ml dalam vial.

BAB V
PENUTUP

19
5.1 Kesimpulan
1. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan alami dari tumbuhan, yang
dipercaya dapat mengobati penyakit tertentu, dan telah digunakan secara
turun-temurun, misalnya jamu. Sedangkan obat generik adalah obat yang
telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua
perusahaan farmasi tanpa perlu membayar hak milik.
2. Sumagesic adalah sediaan tablet yang mengandung zat aktif Paracetamol
yang digunakan sebagai pereda nyeri dan penurun panas (analgetik-
antipiretik).
3. Prinsip kerja spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang
gelombang tertentu oleh bahan yang diperiksa. Tiap zat memiliki
absorbansi pada panjang gelombang tetentu yang khas. Panjang
gelombang dengan absorbansi tertinggi digunakan untuk mengukur kadar
zat yang diperiksa. Banyaknya cahaya yang diabsorbsi oleh zat berbanding
lurus dengan kadar zat. Memastikan ketepatan pengukuran, kadar yang
hendak diukur dibandingkan terhadap kadar yang diketahui (standar).
Setelah dimasukan blangko.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk praktikan
Diharapkan kepada praktikan mampu memahami cara kerja sebelum
melakukan praktikum. Serta dapat berhati-hati dalam menggunakan alat yang
digunakan pada saat praktikum sehingga tidak menimbukan hal-hal yang tidak
diinginkan.
5.2.2 Saran untuk asisten
Tetap pertahankan sifatnya yang ramah kepada praktikan dan sebaliknya
bisa memberikan nilai kepada praktikannya dengan baik. Asisten dan praktikum
diharapkan tidak ada komunikasi yang terlewat selama proses praktikum agar
hubungan asisten dan praktikan terjaga.
5.2.3 Saran untuk laboratorium
Tingkatkanlah pelayanan praktikum agar lebih baik lagi, agar praktikan-
praktikan bisa melakukan praktikum dengan nyaman. Sebaiknya bahan-bahan

20
yang sudah rusak di dalam laboratorium diperiksa agar praktikum yang dilakukan
dapat di minimalisir kesalahan yang dapat terjadi pada pengamatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Afira, 2018. Sintesis Senyawa Asam o-(4-Fluorobenzil)-5 Metil Salisilat dan Uji
Aktivitas Analgesik pada Mencit (Mus musculus). Universitas Malang :
Malang.

Atmojo, M. E., Fridayani, H. D., Kasiwi, A. N., & Pratama, M. A. 2017.


Efektivitas dana desa untuk pengembangan potensi ekonomi berbasis
partisipasi masyarakat di Desa Bangunjiwo. ARISTO, 5(1), 126-140.

Basset J. dan Mendham. 2018. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Buku kedokteran: Jakarta.

Boyke. 1997.Laporan kerja praktek di PT Riasima Abadi. Bandung : POLBAN

David S. Hage and James D. Carr, 2017. Analytical Chemistry and Quantitave
Analysis. International Edition, New York San Fransisco: Prentice Hall.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan RI:


Jakarta

Dwiastuti, Rini. dkk. 2013. Ilmu Perilaku Konsumen. Malang. UB Press.

Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Graham, R., Brown, 2005, Lecture Notes Dermatologi, diterjemahkan oleh Anies,
Z. M., Edisi ke-8, 1, 8, 59, Erlangga, Jakarta.

Hapsari, D. N. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn) Sebagai
Hand Sanitizer. Skripsi. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta: Yogyakarta

Harmita, 2006. Analisis kuantitas bahan baku dan sediaan farmasi. Jakarta.
Universitas Indonesia.

John, Kenkel. 2018. Analytical Chemistry for Technicians. Lewis Publishers:


Washington.

Oxtoby, David W., et l. 2018. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga: Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 Tentang Rekam


Medis. Jakarta.
Pescok R. L, L.Donald Shields, Thomas Cairns, Ian G. Mc. William. 1976.
Modern Methods of Chemical Analysis, Second Ed. New York.

Pramono, S., 2002, Kontribusi bahan obat alam dalam mengatasi krisis bahan
obat di Indonesia, Jurnal Bahan Alam Indonesia, 1(1), 18-20.

Pubchem. 2021. Chemical Database, Compound Summary. National Center for


Biotechnology for Biotechnology: USA.

Ramadan BK, Schaalan MF (2011). The renoprotective effect of honey on


paracetamol – induced nephrotoxicity in adult male albino rats. Life Sci J,
8 (3): 589-596.

Ramadhani. 2018. Uji Efek Antipiretik Ekstrak Daun Nanas (Ananas comosus (L)
Merr) Terhadap Merpati Dengan Paracetamol Sebagai Pembanding
Politeknik Kesehatan : Medan.

Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press: London.

Sanders, ER. 2012. Aseptic Laboratory Techniques: Volume Transfers with


Serological Pipettes and Micropipettors. Journal of Visualized
Experiment. 63; 2754.

Sari Pediatri, 10 (3) 121-157 White, B.P. (2014). The Perceived Stress Scale for
Children: A Pilot Study in a Sample of 153 Children. International
Journal of Pediatrics and Child Health, 2(2).

Sari Pediatri, 10 (3) 121-157 White, B.P. (2014). The Perceived Stress Scale for
Children: A Pilot Study in a Sample of 153 Children. International Journal
of Pediatrics and Child Health, 2(2).

Scott, R.P.W. 2008. Thin Layer Chromatography. United Kingdom :


Library4science. Letcworth Garden City

Tortora GJ. 2010. Principles of Anatomy and Physiology. Edisi ke-12. Hoboken,
NJ: John Wiley & Sons.

Toverud, E. L., Hartmann, K., & Håkonsen, H. (2015). A Systematic Review of


Physicians’ and Pharmacists’ Perspectives on Generik Drug Use: What
Tulandi, G. P., Sudewi, S., Lolo, W. S., 2015, Validasi Metode Analisis
untuk Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara
Spektrofotometri Ultraviolet, PHARMACON, Vol. 4, hal. 169-17.

Yanlinastuti dan S. Fatimah. 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut untuk


Menentukan Kadar Zirkonium Dalam Paduan U-Zr dengan Menggunakan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. ACES Journal paper 17

Anda mungkin juga menyukai