Anda di halaman 1dari 13

T

IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
PENATALAKSANAAN HOLISTIK ASMA PERSISTEN SEDANG PADA
PASIEN PEREMPUAN 36 TAHUN MELALUI PENDEKATAN
KEDOKTERAN KELUARGA

HOLISTIC MANAGEMENT OF ASTHMA MODERATE PERSISTENT 36


YEARS OLD WOMEN THROUGH FAMILY MEDICINE APPROACH
Dinda Annisa Fitria1*
1
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
*
Email : dindaanisa16@yahoo.com, 083179913912

ABSTRAK

Pendahuluan: Asma merupakan penyakit saluran pernapasan kronik yang dianggap sebagai masalah
kesehatan masyarakat yang signifikan. Penatalaksanaan asma harus dengan pemantauan yang
berkelanjutan untuk tercapainya asma yang terkontrol, sehingga diperlukan tatalaksana pasien secara
holistik dan komprehensifuntuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Metode: Studi ini merupakan
laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang saat
kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis
holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kualitiatif dan kuantitatif.Hasil: Pasien wanita
dewasa dengan asma persisten sedang. Dilakukan penatalaksanaanpasiensecara komprehensif dengan
konsep patient-centered approach, family-focused, dan community-oriented. Tatalaksana
medikamentosa berupa obat pelega dan obat pengontrol asma. Tatalaksana non-medikamentosa
berupa edukasi mengenai asma, termasuk menjelaskan dan meminta pasien untuk mengidentifikasi
dan menghindari faktor-faktor pencetus asma.Hasil evaluasi didapatkanperubahan sikap dalam
mengurangi risiko eksaserbasi pada tahap trialdan didapatkan perbaikan dalam kontrol asma yang
dinilai dengan Asthma Control Test.Kesimpulan: Pelayanan kedokteran keluarga memberikan
manfaat bagi pasien dan keluarga dalam pengelolaan penyakit asma persisten sedang.
Kata Kunci: Asma, persisten sedang, pelayanankedokteran keluarga

ABSTRACT

Background: Asthma is a chronic respiratory disease, can be considered a significant public health
problem. Asthma management must be with continuous monitoring to achieve controlled asthma, so it
is necessary to manage patients holistically and comprehensively to improve patients quality of life.
Method: This study is a case report. Primary data were obtained through history taking, physical
examination and support during home visits. Secondary data were obtained from the patient's medical
record. Assessment based on a holistic diagnosis from the beginning, process, and end of the study
qualitatively and quantitatively.Results: Adult female patient with moderate persistent asthma.
Comprehensive management is carried out with the concept of a patient-centered approach, family-
focused, and community-oriented. Medical management in the form of reliever drugs and asthma
control drugs. Non-medical management is in the form of education about asthma, including
explaining and asking patients to identify and avoid asthma triggers. The results showed changes in
attitude changes in reducing the risk of exacerbations, at the trial stage, and there was an
improvement in asthma control as assessed by the Asthma Control Test.Conclusion: Family medicine
services provide benefits for patients and their families in the management of mild persistent asthma.
Keywords: Asthma, mild persistent, family medicine
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 104
T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
PENDAHULUAN (inducer/sensitizer) yang menimbulkan
Asma merupakan penyakit saluran sensitisasi pada individu tersebut. Kedua,
pernapasan kronikyang cenderungmenetap inflamasi, inflamasi saluran nafas terjadi saat
sebagai kondisi seumur hidup, dengan derajat seseorang yang telah mengalami sensitasi
keparahan yang berbeda.Asma sering mulai terpajan pemacu (enhancer), proses inilah
timbul pada masa kanak-kanak, meskipun juga yang berhubungan dengan hipereaktivitas
dapat berkembang pada orang dewasa, dan bronkus. Ketiga, gejala asma, bila seseorang
memengaruhi orang-orang dari segala usia.1 dengan hipereaktivitas bronkus terpajan oleh
World Health Organization pencetus (trigger) maka akan timbul gejala
memperkirakan ada lebih dari 339 juta orang asma.1
yang menderita asma di seluruh dunia. Asma Gejala pernapasan pada penderita asma
adalah salah satu penyakit tidak menular berupa mengi, sesak napas, batuk dan atau
utama yang paling umum, namun memiliki dada sesak, dengan ciri khas gejala sebagai
dampak besar pada kualitas hidup seseorang. berikut: (1) Pasien mengalami lebih dari satu
Asma tidak hanya menjadi masalah kesehatan jenis gejala pernapasan, terutama pasien
masyarakat bagi negara berpenghasilan tinggi, dewasa; (2) Pasien mengalami perburukan
sebagian besar kematian terkait asma terjadi di gejala pernapasan pada malam hari atau di
negara berpenghasilan rendah dan menengah pagi hari; (3) Intensitas gejala pernapasan yang
ke bawah.2,3 dialami dapat bervariasi dari waktu ke waktu;
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (4) Gejala dapat dipicu oleh infeksi virus
tahun 2018, prevalensi asma di Indonesia pada (common cold), olahraga, paparan alergen,
penduduk semua usiamencapai2,4% dengan perubahan cuaca, ekspresi, atau iritan seperti
estimasi jumlah pasien asma 1.017.290 jiwa. asap knalpot mobil, asap atau bau yang
Proporsi kekambuhan asma dalam 12 bulan menyengat.6
terakhir secara nasional mencapai 57,5%. Asma dapat dianggap sebagai masalah
Prevalensi asma di Lampung sebesar 1,6% kesehatan masyarakat yang signifikan. Gejala
dengan estimasi jumlah pasien asma 31.462 asma yang berulang sering menyebabkan sulit
jiwa. Proporsi kekambuhan asma dalam 12 tidur, kelelahan di siang hari, berkurangnya
bulan terakhir di Lampung memiliki angka aktivitas dan produktivitas, serta menambah
yang lebih tinggi dari nasional, yaitu mencapai angka ketidakhadiran di sekolah dan tempat
mencapai 64,69%. Dari data juga terlihat jika kerja. Faktanya, asma dikaitkan dengan
prevalensi asma dan kekambuhan semakin keterbatasan yang signifikan pada aspek fisik,
meningkat seiring dengan pertambahan usia.4,5 sosial dan pekerjaan/pendidikan dalam
Bukti saat ini menunjukkan bahwa asma kehidupan seseorang, terutama bila tidak
adalah kelainan multifaktorial yang kompleks terkontrol. Sehingga secara keseluruhan, biaya
dan etiologinya dikaitkan dengan interaksi terkait asma sangat tinggi.2,6
antara kerentanan genetik, faktor penjamu, dan Tujuan penatalaksanaan asma jangka
paparan lingkungan1. Faktor lingkungan panjang adalah untuk meraih pengendalian
(alergen di dalam dan diluar ruangan, gejala yang baik, mengurangi angka mortalitas
makanan, obat-obatan, bahan yang terkait asma, eksaserbasi, keterbatasan saluran
mengiritasi, ekspresi emosi berlebih, asap napas yang bersifat persisten, dan efek
rokok, polusi di luar dan di dalam ruangan, samping obat.Pengendalian asma yang baik
exercise induced asthma, perubahan cuaca), juga dapat menghemat biaya terkait
faktor penjamu (obesitas, faktor nutrisi, penatalaksaan asma, seperti kunjungan ke unit
infeksi, sensitisasi alergi), dan faktor genetik gawat darurat, rawat inap di rumah sakit,
(lokus kerentanan asma pada gen).3 pengobatan, sumber daya manusia,
Faktor-faktor tersebut kemudian melalui pemeriksaan penunjang, dan biaya lain seperti
tiga tahapan proses sehingga menimbulkan transportasi atau asistensi perawatan sehari-
gejala asma. Pertama, sensitisasi, yaitu hari.6,7
seseorang yang memiliki faktor genetik dan Hal tersebut menunjukan bahwa dokter
lingkungan terpajan pemicu harus menatalaksana pasien secara holistik
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 105
T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
dari berbagai aspek. Dokter memegang 15.30 WIB. Setelah pulang kerja dan ketika
peranan penting pada penyakit asma dalam hal hari libur pasien menghabiskan waktu bersama
penegakan diagnosis pertama, terapi yang kedua anaknya. Pasien rutin berolahraga
tepat, dan edukasi terutama kepada pasien dan seperti senam dan jogging dengan frekuensi 2-
keluarganya dalam pencegahan terjadinya 3x/minggu selama 20-30 menit.
kekambuhan penyakit.
Pemeriksaan Fisik
BAHAN DAN METODE Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
Studi ini merupakan laporan kasus. Data umumtampak sesak, lebih suka duduk
primer diperoleh melalui anamnesis, daripada berbaring, kesadaran compos mentis,
pemeriksaan fisik dan penunjang saat suhu 36,5oC, frekuensi nadi 97x/menit,
kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat frekuensi napas 28x/menit, tekanan darah
dari rekam medis pasien. Penilaian 120/85 mmHg, SpO2 97%, berat badan 59 kg,
berdasarkan diagnosis holistik dari awal, tinggi badan 159 cm, status gizi berdasarkan
proses, dan akhir studi secara kualitiatif dan IMT 23,3 kg/m2(normal).14
kuantitatif.
Status Generalis
HASIL Pada pemeriksaan kepala normocephal,
Anamnesis mata, telinga, hidung, kesan dalam batas
Pasien mengeluhkan sesak napas sejak normal, bibir tidak sianosis. Pada pemeriksaan
malam hari setelah terpapar debu saat thoraks tidak terdapat retraksi, taktil fremitus
membereskan rumah semalam. Pasien tidak simetris kanan dan kiri, perkusi sonor di kedua
menggunakan masker saat membereskan lapang paru, auskultasi terdengar vesikuler
rumah. Sesak terkadang disertai batuk.Tidak serta wheezing ekspirasi pada kedua lapang
ada bunyi napas "ngik-ngik". Keluhan tidak paru. Pemeriksaan jantung, batas jantung
disertai dengan adanya nyeri dada, kehilangan normal, bunyi jantung I dan bunyi jantung II
indra penghidu atau pengecap,maupun demam. regular, tidak ada bunyi jantung tambahan.
Pasien mengatakan sering Pemeriksaan abdomen inspeksi datar, bising
mengalamikeluhanserupa hampirsetiap hari usus 12x/menit, tidak ada nyeri tekan dan
(lebih dari dua kali selama satu minggu) hepatosplenomegali, perkusi timpani. Pada
selama satu bulan terakhirhingga mengganggu ekstremitas tidak terdapat edema, tidak ada
aktifitas pasien. Pasien sering (lebih dari satu sianosis, CRT <2” kesan normal.
kali dalam seminggu) terbangun di malam hari Pada penilaian awal pengendalian asma
karena keluhan sesak. Keluhan tersebut dengan Asthma Control Testdidapatkan skor
membaik setelah menggunakan obat hirup. 11, yang berarti pasien memiliki asma tidak
Pasien memiliki riwayat asma sejak terkontrol.
pasien berusia9 tahun.Pasien memiliki alergi
terhadap debu. Pasien tidak merokok, tidak Data Keluarga
ada paparan asaprokok ataupun asap Pasien Ny. S, usia36 tahun, merupakan
pembakaran di rumah pasien. Ada riwayat ibu dari dua anak. Pasien menjalani
asma pada keluarga, yaitu pada pernikahan jarak jauh (long distance
adikpasien.Riwayat pengobatan saat ini pasien marriage) sejak tahun 2018. Pasien tinggal
menggunakan inhaler yakni berotec ( rutin dua bersama ibu, adik bungsu, dan kedua anaknya.
kali per hari), seretide diskus (saat ada Bentuk keluarga pasien adalah keluarga
serangan), dan obat racikan.Pasien mengaku besar(extended family).Pasien merupakan anak
tidak rutin menggunakan obat sesuai anjuran pertama dari empatbersaudara. Ketiga saudara
dokter. Pasien hanya mengonsumsi jika pasienmasih hidup, adik bungsu tinggal
merasa perlu. serumah dan saudara lainnya tinggal terpisah
Pasien bekerja sebagai karyawan honorer. dengan pasien.
Selama pandemi, pasien bekerja setiap hari Tn. A, suami pasien, berusia38
senin hingga jumat pukul 10.00 WIB s.d. tahunbekerja sebagai pegawai BUMN. Ny. N,
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 106
T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
ibu pasien, berusia 61 tahun, sebagai keluarga yang tinggal serumah harmonis.
pensiunan guru. Ny. SA, Adik bungsu pasien, Pasien, anak, adik, dan ibunya sering
berusia 28 tahun, belum bekerja. An. N, anak menghabiskan waktu untuk menonton TV
pertama pasien berusia 10 tahun, kelas 4 SD. bersama dan mengobrol pada malam hari
An. A, anak kedua pasien, berusia 6 tahun, sebelum tidur.
bersekolah TK. Psikologi pasien dalam anggota keluarga
Pendapatan pasien perbulan ± yang tidak tinggal serumah tampak baik
10.000.000rupiahyang didapatkan dari karena walaupun tinggal di beda provinsi
pekerjaannya dan dari suaminya. Pendapatan namun rutin menghubungi pasien.Pasien
tersebut digunakan untuk pemenuhan merasa kebutuhan ekonominya cukup.
kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk Keluarga pasien selalu beribadah di
biaya tak terduga. rumah. Jika terdapat anggota keluarga yang
Seluruh keputusan mengenai masalah sakit, sesekalikeluarga akan membawanya
keluarga diputuskan olehbersama-sama. berobat ke puskesmas.
Hubungan pasien dengan seluruh anggota

Genogram

Gambar 1. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Ny. S)
: Tinggal serumah
: Riwayat keluarga dengan penyakit asma
: Meninggal dunia

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 107


T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Tahapan Siklus Keluarga

Gambar 2. Tahapan Siklus Keluarga

Menurut siklus Duvall, siklus keluarga ini yaitu keluarga dengan anak usia sekolah.
berada pada tahap 3 (tiga),
Peta Keluarga

Gambar 3.Peta Keluarga

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Berhubungan dekat/harmonis
: Saling acuh tak acuh

Tabel 1. APGAR Keluarga

APGAR Skor
Adaptation Saya merasa puas karena saya dapat meminta pertolongan kepada keluarga 1
saya ketika saya menghadapi permasalahan
Partnership Saya merasa puas dengan cara keluarga saya membahas berbagai hal dengan 1
saya dan berbagi masalah dengan saya

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 108


T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Growth Saya merasa puas karena keluarga saya menerima dan mendukung keinginan- 2
keinginan saya untuk memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup saya
Affection Saya merasa puas dengan cara keluarga saya mengungkapkan kasih sayang 1
dan menanggapi perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan, kesedihan dan
cinta
Resolve Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan saya berbagi waktu bersama 2
Total 6
Interpretasi: Keluarga disfungsi sedang

Tabel 2. SCREEM Keluarga


Sumber Daya Patologi
Social Komunikasi terjadi antara anggota keluarga dan antara Terkadang keluarga segan
keluarga dengan masyarakat sekitar untuk meminta bantuan kepada
keluarga di luar rumah
Culture Merasa bangga dengan budaya yang dimiliki. Keluarga Tidak ada
berbicara menggunakan bahasa daerah, menerapkan norma
dan sopan santun sesuai budaya setempat

Religious Menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari Tidak ada


termasuk membaca doa dan shalatlima waktu
Economic Pasienmemiliki pekerjaan sendiri dan mendapatkan uang dari Tidak ada
suami. Uang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
disisihkan untuk menabung

Education Keluarga pasien berpendidikan Tidak ada


Medical Mengutamakan pengobatan medis bila ada keluarga yang Tidak ada
sakit dengan membawa keluarga berobat ke puskesmas.

Data Lingkungan Rumah Pencahayaan dari rumah cukup baik.Rumah


telah dialiri listrik prabayar.Ruang tamu dan
Pasien tinggal di rumah orang ruang keluarga tidak memiliki sekat.Ruang
tuanyaberukuran 11x17 m2. Terdapat satu keluarga merupakan tempatmakan dan
ruangan utama, tigakamar tidur dengan dua berkumpul untuk menonton TV.
kamar springbed dengan dipan, satu dapur dan Pada saat kunjungan didapatkan rumah
satu toilet dengan WCjongkok. Dinding terkesan kurang rapih. Barang kurang tertata
tembok dengan cat berwarna oranye, lantai dengan rapih. Fasilitas dapur menggunakan
rumah seluruhnya adalah keramik. Rumah kompor gas, air minum diperoleh dari air
memiliki ventilasi dengan jendela beberapa galon, sumber air bersih diperoleh dari air
ruangan namun tidak sesuai dengan luas PAMdan limbah dialirkan langsung ke septic
ruangan.18Jendela rumah tidak pernah tank.
dibuka.Atap terbuat dari genteng tanpa plafon.

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 109


T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

Gambar 4. Denah Rumah

Keterangan:
: Pintu

: Jendela

Diagnosis Holistik Awal


1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: Sesak napas 4. Aspek Risiko Eksternal
terkadang disertai batuk dirasakan - Kurangnya pengetahuan keluarga
sejak malam hari. mengenai definisi, gejala, faktor
- Kekhawatiran: Khawatir sesak risiko asma, serta dalam mencegah
bertambah parah dan tidak bisa kekambuhan dengan menghindari
beraktivitas seperti sebelum sakit. faktor pencetus.
- Persepsi: Sesak napas biasanya - Kondisi rumah yang kurang baik
kambuh ketika terpapar debu. meningkatkan risiko sakit dan
- Harapan: Keluhan hilang dan penyakit terpapar agen pencetus.
tidak sering kambuh. 5. Derajat Fungsional
2. Aspek Klinik Derajat fungsional2 (dua), yaitu mampu
- Asma Persisten Sedang(ICD X: J45.0). melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di
3. Aspek Risiko Internal dalam dan di luar rumah.
- Riwayat penyakit asma dalam
keluarga, yaitu adikpasien. Intervensi
- Kurangnya pemahaman faktor-faktor Intervensi yang diberikan berupa
pencetus yang dapat menimbulkan medikamentosa dan non-medikamentosa
kekambuhan penyakit dan belum terkait penyakit yang diderita pasien.
mengetahui dampak akibat asma yang Intervensi medikamentosa bertujuan untuk
tidak terkontrol. mengurangi keluhan, jumlah kekambuhan
- Pasien membersihkan rumah tanpa asma, berat serangan asma dan mencegah
menggunakan masker. komplikasi sehingga dapat meningkatkan
- Cara penggunaan obat inhalasi kurang kualitas hidup pasien. Intervensi non-
benar medikamentosa berupa edukasi kepada pasien
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 110
T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
dan keluarga pentingnyaperilaku bersih dan tiga kali. Kunjungan pertama untuk
sehat dan terkait penyakit pasien mengenai melengkapi data pasien. Kunjungan kedua
faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus untuk melakukan intervensi dan kunjungan
terjadinya serangan asma berulang. Pada ketiga untuk evaluasi intervensi yang telah
pasien akan dilakukan kunjungan sebanyak dilakukan.

Tabel 3. Target Terapi Berdasarkan Diagnosis Holistik Awal


Diagnosis Holistik Target Terapi
Asma Persisten Sedang Keluhan menghilang dan kekambuhan dapat
diminimalisir
Harapan penyakit yang dideritanya - Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor pencetus
tidak sering kambuh asma yang ada di lingkungan
- Pasien memahami pentingnya untuk mengontrol
asma
Kondisi rumah yang kurang baik Kondisi rumah dapat diperbaiki agar terhindar dari
meningkatkan risiko sakit dan risiko sakit dan paparan agen pencetus
terpapar agen pencetus

Patient-Centered Approach
Non-Medikamentosa:
1. Memberikan informasi mengenai
penyakit, sifat penyakit, perubahan
(membaik atau memburuk), jenis dan Community-Oriented
mekanisme kerja obat-obatan dan Menjaga kondisi lingkungan sekitar rumah
mengetahui kapan harus meminta tetap bersih dan menerapkan perilaku hidup
pertolongan dokter. bersih dan sehat dalam berumahtangga.
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi faktor-
faktor pencetus asma yang ada di Diagnosis Holistik Akhir
lingkungan dan menghindarinya, 1. Aspek Personal
termasuk meggunakan masker saat - Alasan kedatangan: Kontrol
membersihkan rumah. pengobatan asma.
3. Menmberikan edukasi kepada pasien - Kekhawatiran: Penyakit kambuh dan
tentang pentingnya kepatuhan lebih berat dari sebelumnya.
penggunaan obat serta penggunaan obat - Persepsi: Patuh terhadap pengobatan
inhalasi yang baik dan benar. dan menghindari faktor pencetus.
- Harapan: Penyakit tidak sering
Medikamentosa: kambuh dan kualitas hidup meningkat.
1. Pengontrol : Kombinasi salmeterol 2. Aspek Klinik
xinafoate + fluticasone propionate 50/250 Asma persisten sedang(ICD X: J45.0).
mcg inhalasi dosis terukur (IDT) 2 x 1 3. Aspek Risiko Internal
puff - Pengetahuan pasien mengenai penyakit
2. Pelega : fenoterol hydrobromida 100 asma meningkat.
mcg/puff inhalasi dosis terukur (IDT) 2 x - Pasien sudah mengetahui pentingnya
1 puff jika sesak kepatuhan penggunaan obat serta
Family-Focused penggunaan obat inhalasi yang baik dan
1. Edukasi kepada keluarga pasien mengenai benar
definisi, penyebab, faktor risiko dan cara - Pola hidup menjadi sehat dan teratur.
penanganan asma di rumah. - Pasien sudah mulai menggunakan
2. Edukasi kepada keluarga pasien tentang masker ketika membersihkan rumah.
faktor risiko eksternal, terutama 4. Aspek Risiko Eksternal
lingkungan dan kondisi rumah.

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 111


T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
- Keluarga sudah mengetahui pentingnya biasanya timbul ketika terpapar debu.Selama
menghindari faktor pencetus untuk sebulan terakhir, serangan asma terjadi lebih
mencegah kekambuhan. dari dua kali dalam seminggu serta
- Pengetahuan keluarga meningkat menyebabkan pasien bangun dimalam hari
mengenai tanda-tanda asma yang sebanyak lebih dari satu kali dalam
terkendali. seminggu.Terdapat riwayat yang sama pada
- Keluarga sudah membersihkan barang- keluarga, yaitu adik bungsu pasien. Pasien
barang di kamar yang tidak tersusun memiliki alergi terhadap debu.Pasien tidak
rapi. merokok, tidak ada paparan asap rokok
ataupun asap pembakaran di rumah pasien.
5. Derajat Fungsional Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
Derajat 1 (satu), yaitu mampu melakukan frekuensi napas 28 kali/menit dengan SpO2
aktifitas seperti sebelum sakit. 97%. Pada pemeriksaan thoraks terdapat
retraksi dinding dada dengan penggunaan otot
PEMBAHASAN pernafasan, auskultasi terdengar vesikuler
Studi kasus dilakukan pada pasien serta wheezing ekspirasi pada kedua lapang
perempuan berusia36 tahun dengan asma paru. Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
persistensedang. Pembinaan ini dilakukan sentral dan perifer. Berdasarkan hasil
dengan alasan Ny. S memiliki penyakit anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis
respiratori kronik yang dipengaruhi oleh asma persisten sedangdapat ditegakkan.
berbagai faktor yang dapat menimbulkan Asma merupakan inflamasi kronik pada
risiko jangka panjang jika penyakitnya tidak saluran napas yang dapat terjadi pada anak dan
terkontrol dengan baik.Oleh karenanya juga dewasa baik di negara berkembang
diperlukan tatalaksana yang komprehensif dan maupun negara maju.1 Asma terjadi karena
holistik dengan pembinaan prinsip pelayanan interaksi antara faktor penjamu dan faktor
dokter keluarga, agar anggota keluarga dapat lingkungan. Faktor penjamu terdiri dari
ikut serta dalam pengelolaan penyakit asma genetik, alergi (atopi), hiperaktivitas bronkus,
yang di derita pasien. jenis kelamin dan ras. Sedangkan faktor
Dilakukan tiga kali kunjungan dalam lingkungan terdiri dari sensitisasi lingkungan
pembinaan ini. Pada kunjungan kerja, asap rokok, polusi udara, diet dan
pertama,tanggal 27Agustus 2021, dilakukan sosioekonomi.7
perkenalan dengan pasien, adik,anak, dan ibu Asma dapat muncul karena reaksi
pasien serta menerangkan maksud dan tujuan terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan
kedatangan. Setelah meminta informed penyempitan dan inflamasi saluran pernapasan
consent, berikutnya dilakukan anamnesis atau reaksi hipersensitivitas. Kedua faktor
kepada pasien dan keluarga mengenai perihal tersebut akan menyebabkan kambuhnya asma
penyakit yang telah diderita dan keadaan dan akibatnya penderita akan kekurangan
keluarga. udara sehingga kesulitan bernapas. Faktor
Dari hasil anamnesis, didapatkan bahwa pencetus asma banyak dijumpai di lingkungan
pasienkarena sesak napas sejak malam hari baik dalam rumah maupun di luar rumah,
setelah terpapar debu saat membereskan tetapi seseorang dengan riwayat asma pada
rumah semalam. Pasien tidak menggunakan keluarga memiliki risiko lebih besar terkena
masker saat membereskan rumah. Sesak asma. Faktor pencetus asma dibagi dalam dua
terkadang disertai batuk. Tidak ada bunyi kelompok, yaitu faktor genetik danfaktor
napas "ngik-ngik". Keluhan juga disertai batuk pencetus di lingkungan. Faktor genetik
tidak produktif, namun tidak disertai dengan contohnya riwayat atopi/alergi bronkus dan
nyeri dada dan demam.Pasien mengatakan eksim. Faktor pencetus di lingkungan
sebelumnya sering mengalamikeluhanserupa contohnya asap kendaraan bermotor, asap
yang membaik setelah menggunakan obat rokok, asap dapur, pembakaran sampah,
hirup. Pasien memiliki riwayat asma yang kelembaban dalam rumah, serta alergen seperti
sudah ia ketahui sejak berusia9 tahun, debu rumah, tungau, dan bulu binatang. 8
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 112
T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Faktor tersebut berperan sebagai penyebab perbaikan forced expiratory volume in 1
atau pencetus inflamasi saluran napas pada second (FEV1) sebanyak minimal 12% setelah
penderita asma. Inflamasi terdapat pada pemberian bronkodilator inhalasi dengan atau
berbagai derajat asma baik pada asma tanpa glukokortikoid mendukung diagnosis
intermiten maupun asma persisten. Inflamasi asma.7,11
dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma Pada kunjungan pertama didapatkan
seperti asma alergik, asma nonalergik, asma bahwa upaya atau kesadaran pasien masih
kerja dan asma yang dicetuskan aspirin. 9 kurang dalam menghindari faktor risiko
Serangan (eksaserbasi) asma adalah alergen yang dapat menimbulkan kekambuhan
episode perburukan gejala asma secara penyakit dan belum mengetahui dampak
progresif. Gejala yang dimaksud adalah sesak akibat asma yang tidak terkontrol serta pasien
napas, batuk, mengi, dada rasa tertekan, atau belum menggunakan masker ketika
berbagai kombinasi dari gejala tersebut. Pada membersihkan rumah. Keluarga juga memiliki
umumnya eksaserbasi disertai dengan distress pengetahuan yang kurang mengenai faktor-
pernapasan. Derajat serangan asma bervariasi, faktor pencetus yang dapat memicu timbulnya
mulai dari ringan sampai mengancam jiwa, asma, dampak akibat asma yang tidak
perburukan dapat terjadi dalam beberapa terkontrol, dan tanda-tanda asma yang
menit, jam, atau hari. Serangan akut biasanya terkendali.
timbul akibat pajanan terhadap faktor pencetus Penatalaksanaan pada pasien ini
(paling sering infeksi virus atau alergen, atau menggunakan pendekatan kedokteran
kombinasi keduanya), sedangkan serangan keluarga. Sesuai konsep Mandala of Health,
berupa perburukan yang bertahap dari segi perilaku kesehatan dalam keluarga
mencerminkan kegagalan pengelolaan jangka pasien yakni kurangnya pengetahuan keluarga
panjang penyakit.7,9 tentang penyakit yang diderita pasien serta
Dalam keadaan stabil tanpa gejala, kurangnya kepatuhan pasien dalam
pemeriksaan fisik pasien biasanya tidak menggunakan obat secara rutin. Pada faktor
ditemukan kelainan. Saat sedang bergejala biologi terdapat faktor risiko
dapat ditemukan batuk, sesak , dan dapat keturunan/genetik. Pada segi gaya hidup
terdengar wheezing, baik yang terdengar pasien masih tidak menggunakan masker
langsung atau yang terdengar dengan membersihkan rumah. Pada lingkungan pasien
stetoskop. Selain itu, perlu dicari tanda alergi yakni rumah pasien kurang rapih, ventilasi
lain10. yangkurang, dan tidak pernah dibuka.16
Pasien mengalami gejala setiap hari serta Pada segi lingkungan psikososial,
mengganggu aktifitas dan tidur sehingga hubungan pasien dengan keluarganya terbilang
membutuhkan bronkodilator setiap hari. cukup erat dan pasien mendapatkan dukungan
Berdasarkan hal tersebut, pasien tergolong keluarga dalam perawatan penyakit yang
dalam asma derajat persisten sedang. dideritanya. Hal ini dapat membantu pasien
Pemeriksaan penunjang yang dapat untuk menjalani pengobatan yang dapat dilihat
dilakukan pada asma yaitu pemeriksaan fungsi dari seluruh anggota keluarga memberikan
paru. Ada banyak cara yang dapat digunakan dukungan.
untuk mengukur fungsi paru, antara lain peak Setelah menyimpulkan permasalahan dan
expiratory flow rate (PEFR) atau arus puncak faktor-faktor yang memengaruhi masalah
ekspirasi (APE), pulse oxymetry, dan tersebut, dilakukan intervensi kepada pasien
spirometri.Pemeriksaan fungsi paru obyektif dan keluarga. Intervensi dilakukan pada
dan lengkap dapat bermanfaat dalam evaluasi tanggal 5September 2021 secara family
diagnostik pasien dengan batuk, mengi conference yang dihadiri oleh pasien, anak,
rekuren, aktivitas terbatas, dan keadaan lain dan ibu pasien. Intervensi secara non
yang berkaitan dengan sistem respiratorik. farmakologis dilakukan dengan bantuan media
Pemeriksaan fungsi paru ini bermanfaat intervensi berupa poster yang berisikan
apabila ada manifestasi gejala asma yang tidak tentang penyakit asma, faktor pencetus, cara
khas. Pada pemeriksaan spirometri, adanya mencegah dan mengendalikan asma, tanda
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 113
T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
asma terkendali, dan dampak akibat asma inhalasi dosis terukur (IDT) 2 x 1 puff) dan
tidak terkendali. pelega (fenoterol hydrobromida 100 mcg/puff
Intervensi tentang penyakit asma, faktor inhalasi dosis terukur (IDT) 2 x 1 puff jika
pencetus, cara mencegah dan mengendalikan sesak). Fluticasone propionat merupakan
asma, tanda asma terkendali, dan dampak golongan kortikosteroid. Berbagai penelitian
akibat asma tidak terkendali agar pasien dan menunjukkan penggunaan kortikosteroid
keluarga mengerti tentang penyakitnya, dan inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru,
sadar bahwa tidak hanya obat yang dapat menurunkan hiperaktivitas bronkus,
mengontrol penyakitnya, namun menghindari mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan
faktor pencetus juga akan sangat membantu berat serangan serta memperbaiki kualitas
dalam mencegah kekambuhan. Intervensi hidup.17 Salmeterol xinafoate merupakan
edukasi tentang pentingnya kepatuhan golongan β-2 agonis kerja panjang sedangkan
pengobatan dan cara penggunahan obat fenoterol hydrobromida merupakan golongan
inhalasi yang baik dan benar kepada pasien. β-2 agonis kerja pendek. β-2 agonis bekerja
Diharapkan adanya peningkaatan kepatuhan dengan cara mengikat β-2 adrenergic receptor
pasien dalam penggunaan obat.12 yang terangsang menyebabkan peningkatan
Kepada anggota keluarga lainnya produksi cyclic adenosine monophosphate
dilakukan pendekatan personal untuk turut (cAMP) dan protein kinase A. Hal ini
serta memberikan dukungan terhadap pasien. menyebabkan relaksasi otot polos jalan
Dukungan keluarga yang dianjurkan adalah nafas13.
dukungan dalam memberikan semangat bahwa Kunjungan follow up dilakukan pada
penting untuk menggunakan obat secara tanggal 11Agustus 2021. Pada kunjungan
teratur serta menjaga agar pasien terhindar dari follow up ini dilakukan evaluasi terhadap
paparan terhadap pencetus serangan. intervensi yang telah diberikan kepada pasien
Intervensi secara farmakologis yakni dan keluarga. Hasil follow up terkait intervensi
berupa pengontrol(kombinasi salmeterol terangkum pada tabel 5.
xinafoate + fluticasone propionate 50/250 mcg
Tabel 4. Follow Up
Intervensi Parameter Follow Up
Penggunaan obat secara teratur Digunakan secara teratur Sudah teratur
Penggunaan obat inhalasi dengan Penggunaan obat inhalasi dengan cara Cara yang digunakan sudah
cara baik dan benar baik dan benar baik dan benar
Menggunakan alat pelindung diri Menggunakan masker Sudah rutin menggunakan
saat kontak dengan debu masker saat membersihkan
rumah

Apabila dilihat berdasarkan tabel di atas, mengikuti atau menganut perilaku baru, yaitu
terdapat perubahan perilaku pada pasien dan sebagai berikut:
keluarga. Pasien sudah teratur mengguanakan • Sadar (Awareness): Seseorang sadar
obat serta menggunakan obat dengan cara akan adanya informasi baru.
yang baik dan benar.Pasien sudah rutin • Tertarik (Interest): Seseorang mulai
menggunakan masker saat melakukan aktivitas tertarik untuk mengetahui lebih lanjut.
yang memiliki kontak dengan debu. Keluarga • Evaluasi (Evaluation): Pada tahap ini
mendukung pengobatan pasien dengan cara seseorang mulai menilai, apakah
membersihkan barang di rumah yang berdebu perilaku baru tersebut memiliki efek
menggunakan lap basah. Keluarga juga sudah baik pada dirinya.
selalu mengingatkan pasien untuk istirahat • Mencoba (Trial): Orang tersebut mulai
cukup dan untuk selalu menggunakan masker mempertimbangkan untung rugi dari
ketika pasien berada di rumah atau ketika perilaku baru.
hendak keluar rumah. Dalam teori Roger,
terdapat beberapa langkah sebelum seseorang

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 114


T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
• Adopsi (Adoption): Pada tahap ini, serta pengawasan terhadap faktor
orang yakin dan telah mengadopsi risiko pencetus kekambuhan.
perilaku baru tersebut.17 2. Menjaga lingkungan sekitar pasien
dari debu.
Berdasarkan hasil tersebut, metode Bagi puskesmas:
intervensi yang diberikan cukup memberikan 1. Perlu ditingkatkan usaha promosi
hasil yang efektif. Intervensi telah menambah kesehatan kepada masyarakat
pengetahuan keluarga melihat dari adanya mengenai asma dan cara
beberapa perubahan perilaku yang terjadi. 18 menanganinya.
Follow up klinis juga terdapat 2. Melakukan manajemen risiko selain
perbaikan. Follow up klinis dinilai dari mengatasi keluhan klinis pasien.
keluhan serangan yang terjadi mulai
berkurang. Penggunaan obat inhalasi menjadi DAFTAR PUSTAKA
lebih jarang. 1. KEMENKES RI. 2008. Keputusan
Menteri Kesehatan RI Tentang Pedoman
KESIMPULAN Pengendalian Asma.
1. Diperoleh faktor internal pasien yaitu 2. WHO. 2020. Asthma. Tersedia di
adanya faktor riwayat penyakit asma https://www.who.int/ (Diakses 5 Mei
dalam keluarga, faktor upaya atau 2021).
kesadaran pasien masih kurang dalam 3. Shyamali CD, Perret JL dan Custovic A.
menghindari faktor risiko alergen, dan 2019. Epidemiology of Asthma in
belum rutin menggunakan masker Children and Adults. Front Pediatr2019;
ketika kontak dengan debu. Faktor 7: 246.
eskternal yaitu kurangnya 4. KEMENKES RI. 2019. Laporan Nasional
pengetahuan keluarga mengenai faktor RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan
pencetus asma, dampak asma tidak Pengembangan Kesehatan.
terkontrol, tanda asma terkendali serta 5. KEMENKES RI. 2019. Laporan Provinsi
lingkungan berdebu. Lampung RISKESDAS 2018. Badan
2. Telah dilakukan penatalaksanaan non Penelitian. dan Pengembangan Kesehatan.
medikamentosa dan medikamentosa 6. Nunes C, Almeida MM dan Pereira AM.
secara holistik dan komprehensif 2017. Asthma Costs and Social Impact.
terhadap pasien. Asthma Res. Pract.
3. Intervensi yang diberikan telah 7. GINA. 2021. Global Strategy fo Asthma
memberikan perubahanperilaku pasien Management and Prevention. Glob.
dan keluarga. Initiat. Asthma.
8. Morris MJ. 2020. Asthma. Tersedia di
SARAN https://emedicine.medscape.com/
Bagi pasien: (Diakses 5 Mei 2021).
1. Menghindari faktor risiko terjadinya 9. Sinyor B dan Perez LC. Pathophysiology
kekambuhan asma. Of Asthma. 2020.dalamStatPearls
2. Mempertahankan kebiasaan [Internet]. New York: StatPearls
rutinmenggunakan masker saat Publishing.
melakukan aktivitas yang memiliki 10. IDI. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi
kontak dengan debu. Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Perlu meningkatkan kesadaran dan Primer.Menteri Kesehatan Republik
motivasi untuk melakukan Indonesia.
pengelolaan penyakit asma. 11. Kirenga BJ, Schwartz JI, Jong CD,
Bagi keluarga: PMolen TVD dan Okot-Nwang M. 2015.
1. Tetap memberikan dukungan kepada Guidance on the diagnosis and
pasien dalam menjalankan pengobatan management of asthma among adults in
resource limited settings. Afr. Health Sci
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 115
T
IN
GG
I ILM
U
K
E

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory e-ISSN:2655-5840


H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
p-ISSN :2655-9641
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 4 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
2015;15, 1189–99.
12. WONCA Europe. 2011. The European
Definition of General Practice/Family
Medicine.
13. Thomsen SF. 2015. Genetics of asthma:
an introduction for the clinician. Eur Clin
Respir J.2015;2.
14. KEMENKES RI. 2018. Klasifikasi
Obesitas Setelah Pengukuran IMT.
direktorat P2PTM.
15. Boulet LP. 2015. Asthma education: an
essential component in asthma
management. Euriopean Respir. J2015;
46, 1262–4.
16. Rhee H, Belyea MJ dan Brasch J. 2010.
Family support and asthma outcomes in
adolescents: barriers to adherence as a
mediator. J Adolesc Heal.2010; 47, 472–
8.
17. PDPI. 2019. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Asma di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
18. Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. 2021. Rumah Sehat.
Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 116

Anda mungkin juga menyukai