OLEH :
Segala puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah kelompok kami
dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan
ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam melengkapi
pernyataan dalam menyelesaikan Praktek Kerja Industri (Prakerin)
bagi kami selaku siswa/i SMK Tunas Bangsa (DECES).
Hormat kami,
Penulis
MOTTO
LAPORAN PRAKERIN
Pendidikan adalah kemampuan untuk mendengarkan seg
ala sesuatu tanpa membuatmu kehilangan temperamen atau rasa
percaya diri.
Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pen
didikan Indonesia tak mungkin bertahan.
Tujuan pendidikan harusnya untuk mengajarkan kita cara
bagaimana berpikir.
Daripada mengajarkan apa yang harus dipikirkan, mengajarkan,
memperbaiki otak kita sehingga membuat kita bisa berpikir untuk diri
sendiri.
Daripada membebani memori otak kita dengan pemikiran orang lain.
Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah tenang dan sabar.
Menuntut ilmu adalah takwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah.
Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.
Barang siapa keluar untuk mencari sebuah ilmu, maka ia akan
berada di jalan Allah hingga ia kembali.
A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala pada pencernaan dan gangguan kesadaran, penyakit
demam tipoid ini disebabkan infeksi Salmonella typhi (Lestari, 2016). Gejala
biasanya muncul 1-3 minggu setelah terkena, dan gejala meliputi demam tinggi,
malaise, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, sembelit atau diare, bintik-
bintik merah muda di dada (Rose spots), dan pembesaran limpa dan hati (Inawati,
2017).
Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang berbeda
dibanding dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila tindakan dalam
mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan anak terganggu. Demam dapat membahayakan keselamatan anak
jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain
seperti, hipertermia, kejang demam dan penurunan kesadaran (Maharani, 2014).
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka dilakukan rencana tindakan tifoid
yaitu monitor suhu minimal 2 jam sekali, monitor warna kulit dan membran mukosa,
ciptakan lingkungan yang nyaman, berikan kompres air hangat, selimuti pasien
dengan selimut yang tipis, berikan cairan parental, dan kolaborasikan dengan dokter
tentang pemberian obat antipiretik.
Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis,
tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Tindakan farmakologis
yaitu memberikan obat antipiretik dan antibiotik. Antipiretik yang serimg digunakan
yaitu parasetamol. Antibiotik yang dapat mengatasi penyakit demam tifoid yang
sering digunakan yaitu kloramfenikol, ampisilin, kotrimoksazol, amoksilin, dan
sedangkan tindakan non-farmakologis terhadap penurunan panas seperti memberikan
minuman yang banyak, ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan
pakaian yang tidak tebal, dan memberikan kompres hangat (Marni, 2016 dan
Buluchek, dkk, 2015).
Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat,
tetapi sering dibebankan pada keluarga pasien. Selama ini kompres dingin atau es
menjadi kebiasaan yang diterapkan para ibu saat anaknya demam. Kompres
menggunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak
turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil, dan kebiruan,
oleh karena 4 itu kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan (Eny, 2015).
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah
tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat
apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilitasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari
dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak. Pengaruh kompres
hangat terdapat penurunan suhu tubuh pada klien hipertermi, yaitu sebesar 1,4oC.
Pemberian tindakan kompres hangat lebih efektif menurun suhu tubuh pada anak
demam dibandingkan dengan kompres air biasa, dibuktikan dengan nilai mean 25,09
≥ nilai mean kompres air biasa 9,91 (Eny, 2015). Berdasarkan data dan informasi
diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus demam tipoid sebagai proposal
karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan yang Mengalami Demam
Tifoid”.
B. Landasan Hukum
C. Tujuan umum
Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan pemahaman kepada
penulis agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan
membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan menderita demam typhoid.
D. Tujuan khusus
BAB II
PROFIL PRAKERIN
Kecamatan Cibinong berada di pusat ibu kota Kabupaten Bogor dengan kondisi
geografis sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan luas wilayah 4.243,023 Ha
yang terbagi menjadi 12 Kelurahan, 138 Rw dan 756 RT dimana karakteristik
penduduknya memiliki tingkat mobilisasi yang tinggi. Secara geografis Kecamatan
Cibinong berada pada ketinggian 125 M diatas permukaan laut dengan curah hujan
rata-rata 217,1 mm dan suhu udara berkisar antara 22,14o Celcius sampai dengan
31,1o Celcius. Disebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cimanggis, sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Citeureup, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Sukaraja sedangkan disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bojong
Gede–Depok.
Oleh karena letaknya yang berada di Ibu Kota Kabupaten maka hal ini melahirkan
karakteristik dan permasalahan tersendiri baik dalam aspek ekonomi, sosial budaya,
politik, kemasyarakatan, kondisi fisik dan
wilayah serta pemerintahan dan pembangunan disbanding dengan kec amatan lainnya.
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kecamatan Cibinong terbagi menjadi 4 wilayah
binaan yaitu wilayah Unit Pelaksana Fungsional (UPF) Cirimekar, UPF Pabuaran
Indah, UPF Cibinong dan UPF Karadenan. Masing-masing UPF membawahi 3
Kelurahan Binaan yaitu : UPF Cirimekar membina Kelurahan Cirimekar, Ciriung dan
Cibinong, UPF Pabuaran Indah membina Kelurahan Pabuaran, Harapan Jaya dan
Pondok Rajeg, UPF Cibinong membina Kelurahan Pakansari, Tengah dan Nanggewer
Mekar serta UPF Karadenan membina Kelurahan Karadenan, Sukahati dan
Nanggewer.
A. Organisasi Lembaga Instansi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
enterica serovar typhi (S typhi). Salmonella enterica serovar paratyphi dapat
menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan
paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Pada daerah endemik, sekitar
90% dari demam enterik adalah demam tifoid (Linson, 2012).
Penyakit demam typoid ini bersifat akut mempunyai gejala dengan spektrum
klinis yang bervariasi dari ringan berupa demam, lemas serta batuk yang ringan
sampai dengan gejala berat seperti gangguan gastrointestinal sampai dengan
gejala komplikasi (Sucipta, 2015).
B. Anatomi Fisiologi
3. Kerongkongan (esophagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus
bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus dibagi menjadi
tiga bagian:
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Kerongkongan terletak di tenggorokan dekat trakea. Kerongkongan akan
menerima makanan dari mulut saat proses menelan. Epiglotis adalah lipatan kecil
yang terdapat di tenggorokan saat seseorang menelan untuk mencegah kejadian
tersedak (ketika makanan masuk ke tenggorokan).
4. Lambung
Usus halus adalah tabung berotot sepanjang 22 kaki atau sekitar 8,25 meter
yang berfungsi memecah maka Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Usus dua belas jari (duodenum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam 11 jumlah
yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus kosong atau jejunum.
Jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1- 2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum).
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam empedu.nan menggunakan enzim yang dilepaskan oleh pankreas dan
empedu dari hati. Pada usus halus, terdiri atas usus dua belas jari, usus kosong,
dan usus penyerapan.
Ketiga bagian usus tersebut akan bekerja bersama-sama untuk
menyelesaikan pencernaan makanan agar menjadi bagian-bagian kecil yang
diserap ke dalam pembuluh darah usus.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar adalah tabung berotot sepanjang kurang lebih 1,82 m yang
menghubungkan usus kecil ke rektum. Usus besar antara lain terdiri dari sekum,
kolon asendens (kanan), kolon transversum (melintasi), kolon desendens (kiri),
dan kolon sigmoid, yang terhubung ke rektum. Usus ini bertanggung jawab
untuk memproses limbah yang tersisa dari proses pencernaan.
Limbah atau kotoran dilewatkan melalui usus besar dengan cara peristaltik.
Pertama dalam keadaan cair dan akhirnya dalam bentuk padat. Kotoran
kemudian disimpan dalam usus sigmoid (berbentuk S) sampai ada dorongan
untuk mengosongkannya. Gerak peristaltik lalu akan mendorong tinja ke dalam
rektum sekali atau dua kali sehari hingga dikeluarkan melalui anus
7. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan
di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan
dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB
Anus adalah bagian terakhir dari saluran pencernaan. Organ ini berbentuk
saluran sepanjang 2 inci atau 5,08 cm yang terdiri dari otot-otot dasar panggul
dan dua sfingter anal (internal dan eksternal). Anus dikelilingi oleh otot-otot
sfingter yang penting dalam memungkinkan mengontrol pengeluaran tinja.
Otot dasar panggul menciptakan sudut antara rektum dan anus yang dapat
menghentikan tinja keluar ketika itu tidak seharusnya. Sfingter internal selalu
kencang, kecuali ketika feses memasuki rektum. Hal ini berfungsi agar seseorang
bisa mencegah BAB tanpa disadari ketika tidur atau tidak menyadari kehadiran
feses.
C. Etiologi
Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama tifus di
kalangan masyarakat adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonela typhi yang menyerang saluran pencernaan. Kuman ini masuk ke
dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar, baik saat memasak
ataupun melalui tangan dan alat masak yang kurang bersih. Selanjutnya, kuman
itu diserap oleh usus halus yang masuk bersama makanan, lalu menyebar ke
semua organ tubuh, terutama hati dan limpa, yang berakibat terjadinya
pembengkakan dan nyeri. Setalah berada di dalam usus, kuman tersebut terus
menyebar ke dalam peredaran darah dan kelenjar limfe, terutama usus halus.
Didalam dinding usus inilah, kuman itu membuat luka atau tukak berbentuk
lonjong. Tukak tersebut bisa menimbulkan pendarahan atau robekan yang
mengakibatkan penyebaran infeksi ke dalam rongga perut. Jika kondisinya
sangat parah, maka harus dilakukan operasi untuk mengobatinya. Bahkan, tidak
sedikit yang berakibat fatal hingga berujung kematian. Selain itu, kuman
Salmonela Typhi yang masuk ke dalam tubuh juga mengeluarkan toksin (racun)
yang dapat menimbulkan gejala demam pada anak. Itulah sebabnya, penyakit ini
disebut juga demam tifoid (Fida & Maya, 2012).
D. Manifestasi Klinis
a. Masa tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
c. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus
berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan
normal kembali pada akhir minggu ketiga.
d. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor
(coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan.
f. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama demam.
E. Patofisiologi
Penatalaksanaan utama demam tifoid adalah terapi dengan antibiotika sesuai dengan
profil sensitivitas bakteri untuk tiap-tiap daerah endemik. Kasus ringan dapat
dilakukan rawat jalan di rumah dengan pemberian antibiotik oral dan antipiretik.
Pasien dengan tanda komplikasi dan gejala klinis signifikan seperti vomitus dengan
tanda dehidrasi, diare berat, disentri dan tanda kegawatan abdomen harus dirawat
inap.
H. Pemeriksaan Penunjang
pemberian terapi yang tepat bermanfaat untuk mendapatkan hasil yang cepat dan
optimal sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. Pengetahuan mengenai
gambaran klinis penyakit sangat penting untuk membantu mendeteksi dini penyakit
ini. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan tambahan dari laboratorium
untuk membantu menegakkan diagnosis. Gambaran darah tepi pada permulaan
penyakit dapat berbeda dengan pemeriksaan pada keadaan penyakit yang lanjut. Pada
permulaan penyakit, dapat dijumpai pergeseran hitung jenis sel darah putih ke kiri,
sedangkan pada stadium lanjut terjadi pergeseran darah tepi ke kanan (limfositosis
relatif ).
Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen Salmonella
typhi) masih kontroversial. Biasanya antibodi antigen O dijumpai pada hari 6-8 dan
antibodi terhadap antigen H dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit. Pada orang yang
telah sembuh, antibodi O masih tetap dapat dijumpai setelah 4-6 bulan dan antibodi H
setelah 10-12 bulan. Karena itu, Widal bukanlah pemeriksaan untuk menentukan
kesembuhan penyakit. Diagnosis didasarkan atas kenaikan titer sebanyak 4 kali pada
dua pengambilan berselang beberapa hari atau bila klinis disertai hasil pemeriksaan
titer Widal di atas rata-rata titer orang sehat setempat.
Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi antibodi IgM. Hasil pemeriksaan yang positif
menunjukkan adanya infeksi terhadap Salmonella. Antigen yang dipakai pada
pemeriksaan ini adalah O9 dan hanya dijumpai pada Salmonella serogroup D.
Pemeriksaan lain adalah dengan Typhidot yang dapat mendeteksi IgM dan IgG.
Terdeteksinya IgM menunjukkan fase akut demam tifoid, sedangkan terdeteksinya
IgG dan IgM menunjukkan demam tifoid akut pada fase pertengahan. Antibodi IgG
dapat menetap selama 2 tahun setelah infeksi, oleh karena itu, tidak dapat untuk
membedakan antara kasus akut dan kasus dalam masa penyembuhan.
I. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada demam tifoid adalah perdarahan usus dan
perforasi. Perdarahan usus dan perforasi merupakan komplikasi serius dan perlu
diwaspadai. Sekitar 5 persen penderita demam tifoid mengalami komplikasi
ini.Komplikasi lain yang lebih jarang antara lain pembengkakan dan peradangan pada
otot jantung (miokarditis), pneumonia, peradangan pankreas (pankreatitis), infeksi
ginjal atau kandung kemih, infeksi dan pembengkakan selaput otak (meningitis), serta
timbulnya masalah psikiatri seperti mengigau, halusinasi, dan paranoid psikos.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Praktikan : Demam Thypoid
Tempat Praktik : Puskesmas Cirimekar
Tanggal Pengkajian: 10 Februari 2022
Waktu Pengkajian : 09.45 wib
A. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : Nana Mulyana
Jenis Kelamin : 23 Tahun
Status Perkawinan: Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
No.Medrek :-
Diagnosis Medik : Demam Thypoid
Tanggal Masuk : 10 Februari 2022
Alamat : Cibinong 6/8
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Palupi
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub.dengan klien: Istri
Alamat : Cibinong 6/8
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
1.1. Klien mengatakan dirinya mual hingga muntah
1.2. Klien mengatakan dirinya sakit perut bagian kiri dan dada
1.3 Klien mengatakan dirinya pusing
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1. Klien datang ke Puskesmas pada tangga 10 Februari pukul 09.00 lalu
mengatakan dirinya mual, muntah, sakit perut, dan pusing kepala.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
1. Klien mengatakan dirinya dahulu terkena tipus
4. Riwayat Kesehatan Keluarga:
1. Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki Riwayat penyakit Demam
Thypoid
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
a) Tingkat Kesadaran : Normal
b) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 120/80MmHg
Nadi : 96x/menit
Respirasi : 15x/menit
Suhu : 36,4°C
b. Berat badan & Tinggi badan
a) Berat badan : 72 Kg
b) Tinggi badan: 168 Cm
c. Pengkajian Head to toe
a) Kepala : Lingkar kepala normal
b) Muka : Muka terlihat simetris, lesi, jejas, tidak ada tumor
c) Mata : Reflek pupil simetris, tidak ada sumbatan
d) Hidung : Hidung terlihat simetris, tidak ada tiroid
e) Mulut : Simetros, gigi lengkap
f) Telinga : Bentuk simetris, pendengaran normal
g) Leher : Bentuk simetris, tidak ada tiroid
h) Dada dan paru : Pergerakkan dada simetris, tidak ada penyakit paru-paru
i) Jantung : Berdetak normal
j) Abdomen : Terdapat nyeri bagian kiri perut
k) Genital : Klien mengatakan pada alat genitalnya tidak
ada rasa sakit saat BAK, dan tidak ada rasa gatal pada alat
l) Anus : Klien mengatakan pada bagian anusnya tidak
ada benjolan, saat melakukan BAB klien mengatakan
lancarlancar saja, dan pada bagian anus tidak terasa gatal
m) Ekstremitas atas : Struktur extreminasi atas tampak simetris,
bahu klien cukup baik, tidak ada rasa sakit, lengan atas dan
lengan bawah klien tampak baik-baik saja, tidak ada
tandatanda habis digigit nyamuk, tangan klien baik-baik
saja, tangan
klien dapat digerakan ke segala arah.
n) Ekstremitas bawah : Struktur extreminasi bawah tampak
simetris, tulang extreminasi bawah terdiri atas femur,
fibula,
tibia, tarsal, dan tulang telapak kaki, itu semua terlihat
baikbaik saja, pada bagian ini tidak terlihat adanya
benjolan, bintikbintik merah juga tidak ada, klien
mengatakan bahwa dirinya juga tidak gampang pegal-
pegal.
D. Pola aktivitas sehari-hari (Activity daily Living/ADL)
No JENIS AKTIVITAS DI RUMAH DI PUSKESMAS
1. NUTRISI
1. Makan 1. Makan 3x sehari -
2. Minum 2. Minum ± 2 liter sehari
2. ISTIRAHAT dan
TIDUR 1. ±7jam/hari -
1. Malam 2. ±1jam/hari
2. Siang
3. ELIMINASI
1. BAK 1. 5-6x/hari
2. BAB 2. 1x/hari
4. PERSONAL HYGINE
1. Mandi 1. 2x/hari
2. Berpakaian 2. Tergantung aktivitas
sehari-hari
6. MOBILITASI & 1. Makan-makanan yang 1. Berobat di
AKTIVITAS sehat dan teratur Puskesmas
E. Data Psikososial
1. Klien memiliki kepribadian yang terbuka, setiap ada masalah dibicarakan ke
istrinya.
2. Klien merasa mual, sakit perut, dan pusing.
F. Data Spiritual
1. Klien seorang laki-laki berumur 23 tahun.
2. Klien sudah menikah dan memiliki 1 orang anak.
3. Klien kurang aktif dalam kegiatan lingkungan
4. Klien beragama islam dan menjalankan ibadahnya.
G. Data Penunjang
a) Laboratorium
HEMATOLOGI Nilai Normal
HEMOGLOBIN 15,9 (Pria:13,0-16,0) (wanita:12,0-
15,0)gr/dl
Leukosit 10,600 5.000-10.000
Eritrosit 5,2 Pria:4,5-5,5 wanita:4,0-5,0
Hematokrit 44,3 Pria:40-48 wanita:37-45%
Trombosit 256.000 150.000-400.000
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA
Nama klien: Nana mulyana Ruang/kelas: Poli umum
Umur : 23 Tahun No.Register: -
N DATA FOKUS ETIOLOGI PROMBLEM
o
1. DS: 1. Kepala pusing 1. Demam Hipertemia
2. Mual, muntah 2. Muntah-muntah
3. Demam 3. Tampak lemas
4. Perut sakit
DO: 1. Klien tampak
lemas, tekanan darah
120/80 MmHg, Nadi
96x/menit, Respirasi
15x/menit, Suhu 36,4°C
2. DS: 1. Klien makan tetap
dan teratur
DO: Berat badan tidak
berubah