Anda di halaman 1dari 6

Penelitian Pemerolehan Bahasa Pertama (Language Acquisition)

Dedi Rustandi (20207479003)

PENDAHULUAN

Manusia menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi satu sama lain. Bahasa
adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan dalam berkomunikasi dan
beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran, dan
emosi (Yogatama, 2011). Masa anak usia dini merupakan masa keemasan. Pada masa ini otak
anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang hidup. Masa ini berlangsung dari usia
usia nol sampai satu tahun (Fauziddin, 2018).

Pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung dalam otak anak ketika
memperoleh bahasa pertama (Chaer, 2007). Senada dengan itu, menurut Dardjowidjojo
(Dardjowidjojo, 2000) pemerolehan bahasa berkaitan dengan penguasaan bahasa yang
dilakukan anak secara natural pada waktu belajar bahasa ibu. Pemerolehan bahasa akan terus
berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak. Pemerolehan bahasa pertama sangat
berkaitan dengan perkembangan sosial anak dan pembentukan identitas sosial. Mempelajari
bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota suatu
masyarakat (Yogatama, 2011).

Pada masa pemerolehan bahasa anak, lebih mengarah kepada fungsi komunikasi
daripada bentuk bahasa. Pemerolehan bahasa pada anak-anak mempunyai ciri-ciri
berkesinambungan, merupakan suatu rangkaian kesatuan, dan dimulai dari ujaran satu kata
yang sederhana hingga mencapai gabungan kata dan kalimat yang lebih rumit (Manurung,
2014). Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh usia anak, kondisi lingkungan,
kecerdasan anak, status sosial ekonomi keluarga, dan kondisi fisik anak (Yogatama, 2011).

Ada dua proses dalam pemerolehan bahasa pertama pada anak, yaitu proses
kompetensi dan peformansi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang
berlangsung secara tidak disadari. Proses ini menjadi syarat untuk terjadinya proses
peformansi yang terdiri dari dua proses yaitu proses pemahaman dan penerbitan kalimat yang
didengar. Peformansi berkaitan dengan kemampuan memahami dan menerbitkan kalimat
baru (Arsanti Meilan, 2014) (Wulandari, 2018). Perkembangan bahasa anak merupakan
kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, dan
berbicara sopan. Perkembangan bahasa berlangsung sangat cepat dan menjadi landasan
dalam perkembangan selajutnya pada masa balita. (Safitri, 2017). Perkembangan bahasa pada
anak usia dini melalui pemerolehan bahasa merupakan salah satu tahap penting dalam rangka
transmisi bahasa agar terhindar dari kepunahan (Mayasari, 2018). Perkembangan bahasa pada
anak usia dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak
(Pebriana, 2017). Perkembangan bahasa anak berkembang dari tingkat sederhana meuju
kompleks. Hal ini dipengaruhi oleh semakin tumbuh dan berkembangnya anak seiring dengan
pemahaman yang baik terhadap lingkungan. Menurut Suhartono (Pebriana, 2017), peranan
bahasa bagi anak usia dini adalah sebagai sarana untuk berpikir, mendengarkan, berbicara,
dan mampu untuk membaca dan menulis

Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pemerolehan Bahasa pada anak usia 2,7 tahun


2. Bagaimana proses pemerolehan Bahasa pada anak usia 2,7 tahun dari (segi aspek
fonologi morfologi, dan sintaksis)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses pemerolehan Bahasa pada anak usia 2,7 tahun


2. Mengetahui proses pemerolehan Bahasa pada anak usia 2,7 tahun dari (segi aspek
fonologi morfologi, dan sintaksis)

ISI

Pemerolehan bahasa menyangkut berbagai aspek perkembangan, maka pandangan


dari banyak ahli dalam berbagai bidang yang relevan seperti linguistik umum, psikologi,
neurologi, biologi, dan pemerolehan bahasa akan dimanfaatkan. Perkembangan bahasa oleh
Ingram (dalam Kushartanti, 2005:23) dibagi menjadi menjadi tiga periode, yaitu (a) periode
buku harian, (b) periode sampel besar, (c) periode kajian longitudinal. Menurut H. Taine pada
tahun 1876 dalam penelitiannya menggunakan metode buku harian orang tua. Dalam metode
ini, orang tua membuat buku harian yang isinya merupakan catatan perkembangan bahasa
anak yang sering disebut “biografi bayi “ (baby biography). Pada tahun 30-an, muncul
pelopor John B. Watson yang menerbitkan buku Behaviorism yang memiliki ciri-ciri (dalam
Kushartanti, 2005:11).
Ciri pertama menonjolkan peran lingkungan dalam pemerolehan pengetahuan,
termasuk pemerolehan bahasa. Manusia hanyalah sebagai tempat kosong yang isinya akan
ditentukan oleh alam sekitarnya. Ciri yang kedua, perubahan perilaku anak ditelusuri melalui
peristiwa yang kasat mata yang ada di lingkungannya yang sering dimunculkan dalam
eksperimen. Ciri yang ketiga, hasil eksperimen dinyatakan dalam sistem pengaturan yang
sifatnya kuantitatif. Ciri yang keempat, peniruan dan asosiasi merupakan wahana yang paling
ampuh dalam pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa dicapai dengan menumbuhkan
seperangkat kebiasaan dan kebiasaan hanya diperoleh melalui latihan peniruan, asosiasi, dan
penekanan (reinforcement). Pandangan yang nativistik berlandaskan kenyataan bahwa
seorang anak dapat memperoleh bahasa mana pun kalau saja ia diberi peluang.

Anak memiliki kodrati yang memungkinkan dia dapat memperoleh bahasa apa saja
yang disuguhkan kepadanya. Argumentasi Chomsky yang mendukung bekal kodrati.
Pertama, pemerolehan bahasa adalah suatu species-spesific human capacity. Hanya
manusialah yang dapat memperoleh bahasa. Ini berarti dalam benak manusia ada prinsip-
prinsip restriktif yang menentukan nature bahasa manusia. Kedua, pemerolehan bahasa sama
sekali tidak tergantung pada intelegensi manusia. Betapapun rendahnya intelegensi manusia
(kecuali ada cacat tertentu), dia tetap saja akan dapat berbahasa. Ketiga. Pemerolehan bahasa
anak di dunia terjadi dalam kondisi yang berbeda-beda, namun memiliki strategi yang sama.
Keempat, masukan yang diterima anak memang rancu, tetapi anak dapat memilah-milah dan
membuat hipotesis sendiri sehingga terbentuklah wujud bahasa yang diterima oleh
masyarakat dewasa di sekitarnya .

Hasil Penelitian

Percakapan 1

A: kak jajana di situ aja

P: Mau jajan apa Attan?

A: kue, cokelat P: iya, ayuk

A: Kakak cepat lah. Pulang kita lagi yuk.

P: tunggu kakak bayar dulu belanjanya

A: kita makan di telas ya, yuk kak


P: ya, ayuk. Bilang apa sama ibuk yang jualan?

A: maacih buk

Percakapan 2

A: Ami, Attan main cepeda ya.

P: Ami, Attan main sepedanya sama iya.

A: kak ya, ayo main cepeda.

P: iya Attan, tunggu kakak. Di mana kita main sepedanya?

A: di lual aja.

P: ayo Tan, Attan jangan ngebut ya bawa sepedanya.

A: Attan balap kak.

P: hati-hati tan. Habis main sepeda kita duduk di teras ya,

A: kak ya, ayo duduk cini. Tutup pintu pagal.

P: ya dek. Ayo.

Percakapan 3

P: Attan lagi ngapain dek?

A: main mobil P: mobil siapa tu?

A: Attan. Dibeliin Ami.

P: ooo ya dek. Ada berapa mobil Attan ni?

A: dua. Biru sama hijau.

P: bagus mobilnya Attan ya

A: kak ini Tayo. Yang ada lagu nya di tipi. Yang hijau Logi (Rogi)

P: bisa Attan nyanyikan lagunya?


A: bisa. Attan cuka Tayo

P: ayo kita nyanyi bareng dek.

Percakapan 4

P: Attan, dari mana Attan dek? Kok g kelihatan Attan dari tadi dek?

A: Attan pelgi P: Pergi ke mana Attan tadi dek?

A: taplau P: Sini lah Attan dek, kakak mau dengar cerita Attan. Sama siapa Attan pergi tadi
dek?

A: Ami, Abi

P: Ngapain aja Attan di sana tadi dek?

A: Attan tadi lihat ombak besal kak

P: iya?? Ndak takut Attan dek?

A: Attan belani kak

P: trus ngapain lagi Attan

A: Attan naik mobil-mobil kak. Seluu. Ngeeng ngeng

P: Habis tu ngapain Attan lagi dek?

A: Attan main pasil kak

Percakapan 5

P: eh si attan, sudah ganteng. Mau kemana Attan?

A: cekolah

P: sekolah si Attan, dimana Attan sekolah dek?

A: Paud halapan bangca

P: pinter Attan ya. Di sekolah nanti Attan ngapain?

A: belajal
P: wih, rajin-rajin belajarnya ya dek.

A: kak ya, Attan bisa hitung

P: wih, hebat Attan, coba berhitung dek

A: berhitung sampai sepuluh.

P: wiih,, tepuk tangan.. Pinter Attan ya dek

A: yeyeyeyye. Dadah kak ya

P: dadah Attan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan tiga hal dalam pemerolehan bahasa
anak usia 3 tahun sebagai berikut. Pertama, pada tataran fonologi didapatkan hasil bahwa
anak usia 2,7 tahun masih belum bisa mengujarkan fonem /r/ dan /s/ dengan benar. Anak usia
3 tahun mengujarkan fonem /r/ menjadi /l/ dan fonem /s/ menjadi /c/. Kedua, pada tataran
sintaksis didapatkan hasil bahwa anak usia 3 tahun sudah mampu mengujarkan empat jenis
kalimat, yaitu kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan eksklamatif. Kalimat yang paling
sering diujarkan adalah kalimat deklaratif. Ketiga, pada tataran semantik semua ujaran anak
mengandung makna denotatif.

Anda mungkin juga menyukai