”
- David Aji Pangestu –
ANAK MUDA DAN REALITANYA
Dari zaman purba hingga media sosial berkuasa, anak muda memang diidentikkan
dengan cita-cita yang tinggi dan semangat yang bergelora.
Namun, studi terbaru dari Journal of Abnormal Psychology menyebutkan bahwa remaja
dan dewasa muda yang kini usianya 20-an awal justru lebih berisiko mengalami
kesehatan mental yang parah.
Para peneliti menyebutkan hal ini disebabkan oleh akses yang berlebihan terhadap
ponsel dan berkurangnya waktu tidur.
Jika kita gali lebih dalam lagi, mengapa sih hal ini bisa terjadi? Nah, sebenarnya hal ini
bisa kita hubungkan dengan kurangnya motivasi yang dimiliki anak muda. Atau istilah
kerennya, biasa saya sebut krisis motivasi.
Begini alurnya:
Jika kamu mengerjakan sesuatu yang disukai (love) dan kamu bagus di situ (good at)
maka itu dinamakan passion. Begitu juga lainnya, cara menentukannya sama. Tinggal
lihat keterangan yang sudah saya paparkan tadi.
Sampai halaman ini, saya harap kamu sudah terbayang bahkan sudah menentukan visi
untuk ke depannya. Namun, jika kamu hanya membaca halaman demi halaman dalam
buku ini tanpa melakukan apa yang sudah diarahkan, yang kamu dapat hanyalah
pengetahuan, bukan perubahan. Itu dua hal yang berbeda.
Di halaman berikutnya, kamu akan menemukan suatu pondasi lain yang bisa
membuatmu termotivasi tanpa dimotivasi. Bahkan, ini adalah salah satu kunci agar
kamu bisa mewujudkan apa yang diinginkan secara maksimal dan tepat sasaran.
Mari kita jemput perubahan selanjutnya!
2. Prioritas Menentukan Kualitas
Ini sudah sedikit saya singgung di beberapa halaman sebelumnya. Jika ingin
mewujudkan sesuatu, kamu harus fokus pada satu hal terlebih dahulu. Dan tidak jauh
berbeda dengan fokus, konsep prioritas ini juga mengajarkan kita untuk melakukan
sesuatu secara bertahap dan tidak berpindah-pindah jika belum selesai.
Ada beberapa poin penting yang bisa kamu terapkan tentang prioritas ini, di antaranya:
1. Lakukan satu per satu
2. Lakukan sesuatu yang mendukung visi
3. Berani berkata TIDAK
Agar kamu makin paham, mari kita kupas satu persatu poin-poin penting yang sudah
saya sebutkan tadi.
1. Lakukan satu per satu
Di zaman yang penuh distraksi ini, sering kali kita melakukan apa yang biasa kita sebut
dengan multitasking.
• Belajar bermain kata, ganti kata “tidak” dengan kata “belum” atau ungkapan
lainnya yang lebih halus
• Sampaikanlah dengan baik dan sopan
• Pikirkan kembali apa yang benar-benar kamu butuhkan
• Tidak perlu takut ketinggalan hal sepele di luar sana
• Gali kembali alasanmu berani berkata tidak pada sesuatu
Dalam praktiknya, memang tidak semudah itu. Namun, bukan berarti tidak mungkin
kamu bisa melakukannya. Pasti bisa, tinggal dibiasakan saja.
Sekedar flashback di bagian kedua yaitu Langkah Awal Perubahan ini, kamu sudah
belajar dua hal besar yang bisa menjadi pijakan atau pondasimu agar bisa termotivasi
tanpa dimotivasi.
Itu berarti, jika membaca dan memahami secara seksama, bekalmu untuk meraih apa
yang diimpikan sudah mulai terbentuk. Dasar kamu untuk melakukan sesuatu sudah
mulai kokoh.
Namun, jika kamu belum merasakan hal-hal yang saya sebutkan tadi, atau bahkan lupa
apa saja yang sudah dipelajari, kamu sangat boleh membaca halaman-halaman sebelum
ini. Tidak ada salahnya me-review kembali apa yang sudah dipelajari.
Beda waktu, beda makna. Siapa tahu kamu menemukan hal baru setelah membaca
ulang tulisan saya. Akan tetapi, jika sudah benar-benar siap untuk menerima perubahan
yang sebenarnya, kamu saya sarankan untuk membaca dan memahami pembahasan di
halaman setelah ini.
Kamu akan belajar tentang konsep diri, bagaimana penilaian kita terhadap diri sendiri
bisa membuat kamu sangat termotivasi tanpa dimotivasi sekalipun!
C. KONSEP DIRI ADALAH KUNCI
Konsep diri, dua kata yang mengubah hidupku secara gila-gilaan dalam waktu kurang
tiga bulan. Ada beberapa pencapaian dan perubahan yang saya rasakan setelah
mengenal konsep diri ini.
1. Menguasai Matematika SMA dan beberapa materi pelajaran penting lainnya
yang tertinggal selama 3 tahun dalam waktu kurang 3 bulan (ini pengalaman
menyenangkan)
2. Menjadi alumni pertama di SMA-ku yang diterima di Universitas Gadjah Mada
(tentu, ini hal yang cukup sulit)
3. Yang awalnya ogah-ogahan belajar untuk pendidikan formal, sekarang jadi
pembelajar yang cukup rajin
4. Membaca lebih banyak buku tanpa rasa tertekan dan tentunya dengan perasaan
bahagia!
5. Lebih terbuka dan adaptif terhadap perubahan]
Dan beberapa pencapaian dan perubahan lain yang mungkin tidak saya sadari tumbuh
begitu saja setelah mengenal konsep diri.
Tentunya, saya tidak mau menyimpan rahasia ini untuk dinikmati sendiri. Saya ingin
perubahan besar juga terjadi dalam hidupmu. Namun, sebelum melangkah lebih jauh,
saya akan menjelaskan apa sih sebenarnya makna dari konsep diri?
Sederhananya, konsep diri adalah cara kamu dalam memandang diri sendiri. Baik itu
yang berupa pikiran, maupun tindakan.
Kurang jelas? Baik, akan saya berikan contoh berdasarkan pengalaman saya semasa
SMA.
Jadi, ketika SMA, saya bukan tipe murid yang terlalu ngoyo perihal prestasi akademik.
Masuk kelas ya santai saja. Jarang banget untuk benar-benar belajar, paling ya cuma
menjelang ujian.
Namun, walau tak punya prestasi mentereng di bidang akademik, saya tidak pernah
menganggap diri saya bodoh. Saya yakin kalau saya itu sebenarnya pintar. Ketika kelas
11 dan 12 awal, saya masih menganggap diriku sendiri hanya pintar di non-akademik,
khususnya pengembangan diri dan bisnis.
Itu juga yang menjadi bumerang yang pada akhirnya jadi malas-malasan perihal prestasi
akademik. Saya jadi menyepelekan pendidikan formal. Saya memandang bahwa sulit
atau bahkan tidak mungkin berprestasi di keduanya.
Singkat cerita, kenyataan pahit ketika ditolak di SNMPTN menuntut saya untuk
bertransformasi diri. Pada akhirnya, saya mendalami suatu alat yang bernama konsep
diri. Walaupun, sebenarnya sudah mengenal istilah ini sudah sejak lama tetapi baru saat
itu saya menangkap lebih dalam maknanya.
Saya pun meruntuhkan terlebih dahulu pola pikir yang kurang pas yang ada di otak. Biar
gampang, saya buatkan tabel before-after tentang perubahan yang saya lakukan setelah
mengenal konsep diri. Baik itu berupa pikiran, maupun tindakan.
Sebelum Sesudah
Saya hanya pintar di bidang non- Selain di bidang non akademik dan life
akademik dan sesuatu yang bersifat life skills, saya juga bisa jago di bidang
skills seperti menulis, memimpin, public akademik!
speaking, dsb
Matematika itu susah, banyak rumus Matematika itu asyik, yang penting tahu
esensi belajarnya!
Saya kurang jago bahasa Inggris Saya pasti bisa untuk menguasai bahasa
Inggris dengan mudah!
Mustahil bisa masuk UGM tanpa alumni Selagi by sytem itu masih ada peluang,
SMA yang sudah masuk ke sana saya harus bisa memperjuangkan dan
memanfaatkannya!
Kalau mau sukses, saya harus bisa jadi Sukses itu banyak jalannya, tak melulu
pengusaha secepatnya di usia muda! jadi pengusaha. Sukses tak terbatas pada
satu cara dan satu bidang!
Belajar pelajaran sekolah hanya kuat 30 2 jam lebih masih bisa fokus belajar
menit fokus
Setidaknya, itu beberapa transformasi yang terjadi secara singkat dalam hidup saya.
Hasilnya, saya bisa mencapai salah satu goals besarku di usia muda, yaitu bisa masuk
UGM dengan beberapa tantangan dan kegalauan:
1. Nilai raporku tergolong rendah
2. Saya bukan dari orang tua yang serba ada
3. Alumni SMA-ku di UGM itu tidak ada, jadi saya yang pertama
4. Saya satu-satunya yang menempuh pendidikan tinggi dalam keluarga
5. Saya tidak pernah punya pengalaman dan kenalan di luar kota, apalagi di
Yogyakarta (Saya tidak pernah ‘kelayapan’ atau main, bahkan di kota sendiri.
Berkuliah jauh dari orang tua adalah keputusan besar)
Itulah caraku dalam memandang diriku sendiri. Alih-alih berprasangka buruk, saya
memaksa diri untuk mencari sisi positif dalam berbagai hal. Hasilnya, saya selalu
termotivasi mengejar sesuatu yang memang perlu dikejar.
Sedikit ceritaku tadi memang belum cukup untuk menggambarkan tentang penerapan
konsep diri. Maka dari itu, di bagian ini saya akan membahas tiga konsep diri ini secara
terpisah agar kamu dapat mempelajarinya dengan lebih mudah.
Walaupun begitu, dalam beberapa hal ketiga konsep ini saling berkaitan. Ini
menandakan bahwa dalam praktiknya kamu tidak bisa hanya berpedoman pada satu
konsep saja. Mari kita bahas satu per satu...
1. Proaktif
Kalau menurut KBBI, arti dari proaktif sendiri yaitu lebih aktif. Ya, sesederhana itu. Atau
bisa juga diartikan dengan merespons sesuatu dengan lebih cepat tetapi tidak asal-
asalan.
Konsep diri ini sangat penting di era digital seperti sekarang yang hampir semuanya
serba ada namun cepat berubah.
Ciri utama dari seseorang yang punya konsep diri proaktif adalah dia memiliki inisiatif
yang tinggi. Jadi, coba kamu tengok ke diri sendiri, selama ini punya inisiatif yang tinggi
nggak terhadap sesuatu?
Contoh sederhananya misal kamu kesulitan memahami suatu pelajaran di sekolah atau
kampus. Nah, jika punya sikap proaktif, kamu akan bertanya kepada pengajar tentang
detail materi yang tidak kamu pahami dan langsung mendalami materi tersebut melalui
sumber-sumber yang tersedia setelah kelas selesai. Baik itu melalui internet, jurnal,
ataupun buku.
Atau misalkan ingin membuat channel Youtube dan belajar mengedit video, kamu tanpa
disuruh pun langsung mempelajarinya secara otodidak terlebih dahulu tanpa
menggantungkan orang lain secara langsung. Ini namanya proaktif.
Konsep diri ini sangat membantuku ketika belajar UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer)
sebagai syarat mengikuti SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
pada pertengahan tahun 2020.
Dalam mempelajari materi yang diujikan, mengetahui informasi terbaru dari LTMPT
(Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi), mengetahui segala persyaratan tes, mencari
dan mendaftar beasiswa, saya tidak menggantungkan orang lain secara langsung.
Karena saya punya keyakinan bahwa informasi dasar seperti itu dapat diketahui sendiri
lewat internet.
Saya baru bertanya ke orang lain kalau tidak menemukan jawabannya di internet.
Pada akhirnya, saya lebih cepat mempelajari materi ujian dan mendapatkan informasi
terbaru karena tidak terlalu menggantungkan orang lain dalam prosesnya. Saya proaktif.
Saya menjadi pemain utama dalam merespons apa saja yang seharusnya dilakukan.
Konsep proaktif ini akan sangat membantu dalam mewujudkan visi besar kita dalam
buku ini yaitu termotivasi tanpa dimotivasi. Dengan sikap proaktif, kamu akan bisa
melesat lebih cepat karena berusaha secepat dan setepat mungkin merespons keadaan
yang sangat cepat berubah pula.
2. Berani Berkembang Tanpa Mengenal Batasan
Banyak orang gagal meraih impiannya karena terlalu membatasi dirinya sendiri untuk
berkembang atau mempelajari dan melakukan hal baru. Padahal, jika tidak pernah
mencobanya, kamu tidak akan pernah tahu hasilnya.
“Gagal karena sudah mencoba, kita mendapatkan pelajaran. Gagal karena tidak
pernah mencoba, kita hanya mendapatkan penyesalan.”
Masih berkaitan dengan poin yang pertama, kamu juga harus proaktif dalam
mengembangkan sesuatu yang ada dalam dirimu. Jika kesempatan yang datang bisa
membantu visimu cepat melesat, ya ambil saja peluangnya. Jangan disia-siakan.
Namun, dalam proses perkembangan ini tidak melulu kamu harus berjalan dan belajar
sendiri. Dalam konteks masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri), berikut beberapa hal
yang saya lakukan untuk membantu proses eksplorasi dan perkembangan.
1) Ikut komunitas belajar
Bagiku, komunitas adalah imunitas. Artinya, komunitas lah yang bisa menjaga
kesehatan dan semangatku dalam berjuang mendapatkan PTN. Ketika itu, saya
bergabung beberapa grup belajar di Telegram. Baik itu yang resmi dari suatu lembaga
belajar, walaupun dari inisiatif perseorangan.
Berdasarkan pengalaman, bergabung dalam komunitas belajar sangat membantu saya
dalam memperoleh informasi terbaru dengan lebih cepat dan tentunya dapat menjaga
semangat. Ketika melihat jumlah anggota grup, saya jadi semakin sadar, “Sainganku
banyak nih, nggak boleh males-malesan lagi deh!”
2) Berlangganan aplikasi belajar
Ketika ingin terus berkembang, saya menyadari masih banyak banget kekurangan.
Dalam hal ini, saya lemah di pelajaran Matematika. Maka dari itu, agar lebih mudah
memahami pelajaran tersebut dan memperkuat pemahaman pelajaran lainnya, saya
berlangganan aplikasi belajar.
Kenapa tidak ikut bimbingan belajar konvensional? Ya karena saat itu masih pandemi
dan pastinya juga untuk menghemat pengeluaran. Hehe.
Saya rasa, bimbingan belajar online juga lebih cocok bagi saya yang lebih suka belajar
sendiri. Jika kamu mau mengikuti cara saya, tinggal disesuaikan saja karena style
belajar setiap orang akan berbeda.
Oh ya, setelah mencoba berbagai aplikasi bimbingan belajar, saya paling
merekomendasikan Zenius. Aplikasi ini yang paling berjasa sehingga saya bisa masuk
UGM. Selain itu, saya juga banyak belajar tentang pola pikir dan konsep diri dari
aplikasi ini.
3) Memasang aplikasi penunjang belajar
Karena jenis aplikasinya lumayan banyak, maka saya tulis saja aplikasi penunjang
belajar. Yang saya maksud di sini termasuk aplikasi count down untuk mengetahui
berapa hari yang tersisa menuju UTBK, lalu aplikasi untuk Try Out, aplikasi untuk
membantu distraksi, dan beberapa jenis aplikasi lainnya.
Yang jelas, saya benar-benar memanfaatkan teknologi dengan semaksimal mungkin.
Dengan seperti itu, perkembangan dalam diri saya semakin melejit.
3. Manusia Kuat yang Berdaulat
Tanamkan pada diri bahwa kamu adalah manusia yang kuat dan berdaulat.
“Berdaulat itu maksudnya bagaimana sih Mas?”
Sederhananya, kamu harus mampu bertanggung jawab pada dirimu sendiri. Sekacau
apa pun dunia, kamu tetap bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada dirimu.
Banyak orang hidupnya gelisah dan tidak bahagia karena tergerus dengan keadaan
sekitarnya. Padahal, keadaan di luar diri kita itu netral. Baik dan buruknya tergantung
bagaimana kita meresponsnya.
Sebenarnya, secara praktiknya saya sudah menerapkan sejak lama konsep manusia kuat
berdaulat ini. Namun, secara teorinya baru belajar secara intens beberapa bulan
terakhir ini.
“Bagaimana sih Mas tanda kalau kita sudah menjadi manusia yang berdaulat atas
dirinya sendiri?”
Berdasarkan berbagai referensi dan pengalaman yang saya dapatkan, berikut beberapa
tanda yang sering ditemui:
1. Mampu mengelola emosinya dengan baik
2. Tidak mudah terpengaruh dengan sesuatu yang ada di luar dirinya
3. Tidak mudah memasukkan ke dalam hati tentang omongan yang kurang enak
terhadap dirinya
4. Tidak mudah marah
5. Mudah memaafkan
Dan beberapa tanda lainnya yang tentunya tidak bisa saya sebutkan satu-satu di sini.
Yang jelas, konsep diri yang satu ini sangat berperan penting dalam mewujudkan visi.
Tanpa menyadari bahwa kita berdaulat atas diri kita sendiri, kita akan menggantungkan
sesuatu di luar kita dan berujung malas-malasan.
Saya rasa, tiga konsep diri tadi cukup mewakili beberapa konsep lainnya yang juga tak
kalah penting. Bekalmu untuk termotivasi tanpa dimotivasi sudah lebih dari cukup.
Namun, izinkan saya untuk memberi tulisan pamungkas di halaman selanjutnya.
D. MALAS-MALASAN = MENUNDA KESUKSESAN
Sebelumnya, saya mau mengucapkan terima kasih dan selamat kepadamu karena sudah
sampai di bagian ini. Walau pun buku ini dirancang dengan bahasan yang ringkas tanpa
meninggalkan esensinya, kamu pasti juga meluangkan waktu dan kesabaran untuk
membaca. Dan saya sangat mengapresiasi akan hal itu.
Namun, apa yang sudah kamu baca sekitar 20-an halaman ini sebenarnya hanyalah
kumpulan pengetahuan dan pengalaman yang telah saya tuliskan sedemikian rupa agar
kamu lebih mudah dalam menerapkannya. Ya, kuncinya adalah kamu mau menerapkan
segala hal baik yang telah kamu dapatkan di buku ini.
“Tanpa mempraktikkannya, buku ini tidak ada gunanya. Hanya rentetan kata yang tak
bermakna. Hanya paragraf-paragraf pendek yang minim manfaatnya.”
Akan tetapi, saya memang tidak punya hak untuk memaksa orang lain berubah menjadi
lebih baik. Setiap manusia berdaulat atas dirinya sendiri. Begitu pun kamu.
Saya jadi ingat ketika masa-masa sekolah. Saat itu, saya bermalas-malasan untuk belajar
pelajaran formal. Entah saya yang memang kurang pintar, gurunya yang tidak bisa
mengajar, atau sistem pendidikannya yang memang bermasalah, saya pun belum
menelitinya dengan serius. Yang jelas, saya tidak tertarik pada pelajaran formal saat itu.
Dan ternyata, pelajaran formal yang menurutku sepele ternyata banyak gunanya.
Beberapa peluang yang seharusnya bisa saya dapatkan, harus menguap begitu saja gara-
gara melas-malasan.
Lalu, ketika masuk dunia kuliah, dunia terkesan membuka selimutnya yang selama ini
tidak saya sadari. Ternyata saya masih manusia yang biasa-biasa saja, belum mempunyai
sesuatu yang istimewa. Pandanganku tentang dunia menjadi lebih luas ketika berada di
titik ini.
Saya tidak tahu, kamu yang membaca ini adalah anak sekolah, kuliah, karyawan, orang
tua, atau lainnya. Yang jelas, diri kita itu kecil. Hanya setitik dari milyaran manusia yang
ada di bumi.
“Lalu, apa yang membuat kita berbeda dari yang lain?”
Karya dan aksi nyata.
Apa pun visi yang sudah kamu tulis tadi, pastikan untuk memperjuangkannya
semaksimal mungkin. Ide yang besar saja tidak cukup, kamu harus memvalidasinya.
Permasalahan di dunia ini sangat banyak, apakah kamu tidak mau menyelesaikan salah
satunya?
Pernah saya sebutkan di bagian lima tangga motivasi bahwa tingkat motivasi tertinggi
adalah motivasi yang datang dari diri sendiri. Motivasi intrinsic. Satu pertanyaan lagi,
setelah banyak kata yang sudah kamu baca, apa kamu sudah benar-benar memahami
tentang motivasi itu?
Jika belum, mari jelajahi hatimu lagi. Motivasi tertinggi biasanya lahir dari keresahan
yang ada dalam diri. Apa sih yang bisa saya lakukan agar dunia bisa lebih baik? Apa sih
spesifiknya yang bisa saya lakukan biar jadi orang yang berguna?
Coba renungkan lebih dalam, lalu tuliskan. Itulah visi besarmu!
Motivasi tertinggi datang karena kamu melakukan sesuatu yang tepat. Dalam prosesnya,
kamu akan dengan hati melakukannya.
“Jika belum ketemu visinya, coba sekali lagi. Renungkan lagi. Kalau setelah merenung
belum ketemu juga, ya tidak apa-apa. Rehat dulu, suatu saat pasti ketemu.”
Yang terpenting, jangan malas-malasan. Jangan berdiam diri, teruslah bergerak.
Kesuksesan tidak akan datang pada orang yang setiap harinya rebahan di kamar.
Buku ringan ini tentunya tidak bisa memuat segala permasalahan tentang motivasi.
Namun, apa pun kondisimu saat ini, cobalah menjadi manusia yang pemberani. Ketika
ada kesempatan besar di depan mata, jangan disia-siakan. Hajarrr!
Kita tidak tahu jalan mana yang bisa membuat kita sukses. Yang jelas, perilaku malas-
malasan yang sering kali menunda kesuksesan.
Saya harap, buku ini bisa membuatmu semakin terpacu untuk melakukan perubahan
baru. Semoga saja, visi besar dari buku ini juga bisa tercapai, yaitu kita semua bisa
TERMOTIVASI TANPA DIMOTIVASI!
Level motivasi yang pusatnya adalah pada diri sendiri.
Motivasi yang membuat kita melakukan perubahan tanpa paksaan.
Itu dulu dari saya. Mohon maaf atas segala kekurangan dan terima kasih sudah mau
berjuang melakukan perubahan.
PROFIL PENULIS