1/2
Direktur Utama
1. Abses retrofaring :
- penderita berbaring terlentang posisi Rose.
- Insisi trans oral, untuk menghindari terlihatnya jaringan
parut dan kontaminasi jaringan lain di leher.
- Pus yang keluar segera diisap, agar tidak terjadi aspirasi.
2. Abses parafaring :
- Drainase eksternal yaitu melalui fossa sub maksilaris.
- Insisi bentuk T atau insisi horizontal :
Insisi horizontal sejajar di bawah mandibula.
Insisi vertical sepanjang tepid an otot
sternokleidomastoid.
- Selubung karotis ditelusuri untuk menemukan rongga
abses.
- Jari operator dimasukan dibawah kelenjar submandibula
dan digunakan untuk diseksi secara tumpul sepanjang
venter posterior otot digastrikus ke dalam ke apeks
mastoid, ke arah prosesus stiloid yang terletak di dalam
PROSEDUR ruang parafaring.
- Dipasang drain terpisah di bagian superior dan inferior
ruang yang telah dibuka.
PROSEDUR
STANDAR ABSES LEHER DALAM
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
3. Abses submandibula :
Abses lidah dan dasar mulut (Ludwig’s Angina)
- Insisi horizontal sepanjang tepi bawah massa.
- Lipatan kulit atas yang sangat terbatas dibuat untuk
mengidentifikasi raphe mylohyoid.
- Insisi vertical dibuat sepanjang raphe.
- Rongga abses dimasuki dengan menggunakan klem
PROSEDUR bengkok.
- Otot geniohyoid dapat diidentifikasikan dan dipisahkan.
- Drain Penrose kecil dimasukkan.
- Dilakukan penutupan otot platysma pada tepi insisi.
Abses leher lateral
- Insisi kulit pendek dan horizontal pada titik yang paling
menonjol.
- Lipatan kulit atas yang sangat terbatas dilakukan untuk
mengidentifikasi tepi depan otot sternocleidomastoid.
- Insisi dilakukan sepanjang tepi depan ini.
- Klem bengkok dimasukkan ke dalam rongga abses, dapat
meluas sampai di bawah mandibula.
- Drain Penrose kecil dimasukkan.
- Dilakukan penutupan otot platysma pada tepi insisi
4. Abses peritonsil :
- Aspirasi atau insisi dan drainase dapat dilakukan setelah
setelah anestesi topical atau anestesi umum.
- Aspirasi dengan jarum spinal 18 G atau insisi dilakukan
pada daerah yang paling fluktuatif.
- Setelah insisi, rongga abses dibuka lebar dengan
menggunakan hemostat panjang.
- Dilakukan evakuasi cairan pus yang keluar.
- Jika gagal dengan drainase dan antibiotik, dianjurkan
tonsilektomi.
1/2
Tanggal terbit
Ditetapkan di
PENGERTIAN
Adalah peradangan kronis pada tonsil palatine.
Faktor Predisposisi :
Faringoskopi
PEMERIKSAAN Tampak tonsil ukuran normal atau membesar, permukaan
FISIK yang tidak rata, kripte melebar dan kadang-kadang berisi
detritus. Arcus anterior dan posterior kadang-kadang
hiperemi.
Palpasi Leher
Pembesaran kelenjar limfe jugulodigastrik.
Berdasarkan :
Gejala Klinis.
Pemeriksaan Fisik.
DIAGNOSIS Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding :
Tonsillitis residivan akut.
Tumor tonsil.
PROSEDUR
TONSILITIS KRONIS
STANDAR
PROSEDUR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
OPERASIONAL
2/2
Komplikasi penyakit :
Perdarahan.
Jaringan tonsil masih tersisa.
PROGNOSIS
Baik
TUJUAN
Mengobati keluhan dan penyebabnya
KEBIJAKAN
Semua tindakan harus memenuhi prosedur penanganan
tonsilitis kronik sesuai guidlines THT-KL
PROSEDUR
Operasi Tonsilektomi, lihat PROSEDUR TONSILEKTOMI
Medikamentosa
PROSEDUR
STANDAR TONSILITIS AKUT
PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit
Ditetapkan di
PEMERIKSAAN
Laboratorium (darah rutin).
PENUNJANG
Berdasarkan :
DIAGNOSIS
Gejala klinis.
Pemeriksaan fisis & pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding :
PROGNOSIS Baik
TUJUAN Mengobati keluhan dan menghilangkan penyebab tonsilitis
akut
UNIT TERKAIT
SMF THT-KL, Instalasi Laboratorium (SMF Patologi klinik)
PROSEDUR
STANDAR HIPERTROFI ADENOID
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit
Ditetapkan di
PENUNJANG
- Gejala klinis.
- Pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSIS Diagnosis Banding :
- Abses retrofaring.
- Angiofibroma nasofaring juvenile.
- Tumor nasofaring.
Perdarahan, oklusi tuba auditiva.
KOMPLIKASI
Baik
PROGNOSA
Adenoidektomi.
PROSEDUR
PROSEDUR
TONSILEKTOMI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Tanggal terbit Ditetapkan di
Diindikasikan untuk :
A. Indikasi Absolut
1. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea
waktu tidur.
2. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan nafas.
3. Hipertrofi yang menyebabkan disfagia dengan penurunan
berat badan.
4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)
5. Abses peritonsilar berulang atau abses yang meluas pada
jaringan sekitarnya.
KEBIJAKAN
Semua tindakan harus memenuhi prosedur tonsilektomi sesuai
guidlines THT-KL
PROSEDUR
STANDAR TONSILEKTOMI
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
1. Persiapan alat :
- Pisau - Penjerat tonsil
- Respatorium - Gunting
- Klem tonsil - Benang
- Mouth gag - Tampon tang
- Klem arteri - Double level
- Over Klem
2. Persiapan penderita :
- Anamnesis yang teliti tentang riwayat penyakit.
- Uji penyaringan terhadap gangguan darah misalnya ;
jumlah trombosit, waktu protombin, waktu tromboplastin,
waktu bekuan dan waktu perdarahan.
- Radiografi dada dan elektrokardiografi dianjurkan pada
pasien dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun.
PROSEDUR - Dipuasakan minimal 6 – 8 jam sebelum tindakan
dilakukan.
- Premedikasi dilakukan dengan adona dan diazepam.
3. Tindakan :
- Penderita tidur terlentang dengan kedua tangan sejajar
di sisi kiri dan kanan. Dalam keadaan anestesi umum
melalui naso endotrachched tube, operator berdiri di sisi
kanan penderita.
- Desinfeksi dengan alcohol 70% disekitar bibir, pipi,
dagu, dan hidung.
- Mulut dibuka dengan mouth gag.
- Tampon dimasukan sampai di hipofaring.
- Tonsil kiri dipegang dengan alilis clamp dan diretraksi ke
medial sehingga pilar anterior tegang.
- Dilakukan insisi superficial pada mukosa pilar anterior.
Perlekatan tonsil dengan pilar anterior dilepaskan kea
rah atas secara tumpul dengan polip tag. Pada kutub
atas perlekatan tonsil dengan pilar posterior dilepaskan
secara tajam dengan gunting.
- Perlekatan tonsil dengan kapsul dilepaskan kea rah
kutub bawah dengan menggunakan respatorium,
kemudian dengan jerat tonsil, tonsil dilepaskan dari
perlekatannya
- Evaluasi perdarahan dengan menggunakan tampon
yang diletakkan pada fossa tonsilaris, dan bila perlu
dilakukan ligasi.
- Hal sama dilakukan dengan tonsil sebelah kanan.
- Tampon hipofaring dikeluarkan.
- Sisa-sisa perdarahan dan lender yang ada pada
orofaring diisap.
- Mouth gag dilepaskan dan operasi selesai.
PROSEDUR
STANDAR
PROSEDUR BIOPSI TUMOR NASOFARING
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
PROSEDUR
STANDAR
PROSEDUR BIOPSI TUMOR TONSIL
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
PROSEDUR
STANDAR
PROSEDUR BIOPSI TUMOR HIDUNG
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
PROSEDUR
STANDAR INSISI PSEUDOOTHAEMATOMA
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
PROSEDUR
STANDAR PARACENTESIS
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
1/1
1/1
PROSEDUR
STANDAR OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
PROSEDUR DENGAN KOLESTEATOMA
OPERASIONAL Halaman
No. Dokumen No. Revisi
1/1
Tanggal terbit Ditetapkan di
Otalgia, otore kronik, berbau, sefalgia, dan tidak respon dengan
GAMBARAN KLINIK terapi antibiotic yang adekuat.
KEBIJAKAN Prosedur harus sesuai dengan guidline THT-KL
Mukopurulen otore, perforasi membran timpani (attic,
OTOSKOPI marginal, postero-superior dan total), matriks kolesteatoma
(putih mutiara), destruksi/erosi dinding posterior.
1. Radiologi (Ro. Mastoid atau CT Scan).
2. Kultur dasn sensitifitas.
PEMERIKSAAN 3. Audiometri.
PENUNJANG 4. Tes fungsi fasialis (bila ada tanda-tanda parese
nervus fasialis)
5. Tes fungsi vestibuler.
DIAGNOSIS Gambaran klinis, otoskopi dan radiologi.
PENATALAKSANAAN Operasi (Radikal atau modifikasi radikal mastoidektomi)
KOMPLIKASI Intratemporal dan intraknial.
PROGNOSIS Tergantung perluasan penyakit.
LAMA PERAWATAN 5 hari (rawat inap)
INFORMED CONSENT (lisan dan tertulis)
TENAGA STANDAR Spesialis THT-KL.
UNIT TERKAIT SMF THT-KL
STANDAR PROSEDUR
OTITIS MEDIA EFUSI
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Ditetapkan di
Tanggal terbit
STANDAR PROSEDUR
OTITIS MEDIA EFUSI
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
OPERATIF Miringotomi dengan atau tanpa peasangan pipa ventilasi
- Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
- Membran timpani dilihat dengan baik dan
sebaiknya menggunakan mikroskop
- Tindakan pembersihan liang telinga dengan kapas
PROSEDUR aplikator dan alkohol 70 %
MIRINGOTOMI - Insisi membran timpani pada kuadran yang dapat dilihat
dengan baik, kecuali daerah postero-superior,
menggunakan miringotom atau jarum steril.
- Isap sekret yang keluar dari luka insisi dan kultur sekret.
- Bila perlu dilakukan pemasangan pipa ventilasi
Atelektasis
PENYULIT
Adhesive otitis media
Quo ad vitam : ad bonam
PROGNOSIS Quo ad functionam : ad bonam
MASA PEMULIHAN 7-14 hari
UNIT TERKAIT SMF THT-KL dan SMF Anestesi
STANDAR PROSEDUR
PROSEDUR
OPERASIONAL ENDOSKOPI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
1. Persiapan alat :
a. endoskop yang akan digunakan dibersihkan
denganmenggunakan gaas bersih yang diberi cairan
antiseptic.
b. CCD Camera.
c. Light source dan light cable.
2. Persiapan pemeriksa :
a. Cuci tangan di air mengalir dan cairan antiseptic.
b. Pasang masker dan headschoen.
PROSEDUR 3. Persiapan penderita :
a. Dilakukan pemasangan tampon lidokain efedrin pada
kedua kavum nasi penderita selama 5- 10 menit.
b. Pada penderita usia lanjut dilakukan pemeriksaan tanda
vital berupa tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan
pernafasan.
4. Tindakan :
a. Posisi penderita duduk tegak dengan kepala difiksasi oleh
asisten.
b. Pada penderita yang kooperatif, cukup diberikan anestesi
lokal sebelum tindakan.
PROSEDUR
ENDOSKOPI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
dievaluasi.
e. Saat memasuki kavum nasi, endoskop disusupkan
searah dengan dasar kavum nasi untuk mengevaluasi
konka inferior, kemudian endoskop diarahkan ke atas
untuk mengevaluasi konka media, meatus nasi media,
konka superior, meatus nasi superior dan resesus
sfenoetmoid. Setelah itu endoskop diarahkan menuju ke
koana dan nasofaring untuk menilai pergerakan palatum
molle pada saat penderita diinstruksikan untuk
mengucapkan vocal “I” dan mengevaluasi ostium tuba
Eustachius dan fossa Rosenmulleri, apakah terdapat
sekret, darah ataupun massa.
f. Untuk penggunaan endoskop fleksibel, pemeriksaan
dilanjutkan ke bawah melewati “post nasal space”
PROSEDUR
menuju orofaring dan epiglottis, plika ariepiglotika dan
sinus piriformis.
g. Endoskop fleksibel dimasukkan lagi sampai tampak
laring, di daerah ini dapat dievaluasi struktur laring, yaitu
plika ventrikularis, plika vokalis dan rima glottis.
h. Untuk mengevaluasi esophagus, masukkan endoskop
fleksibel melewati rima glottis.
i. Untuk mengevaluasi esophagus, masukan endoskop
fleksibel melewati sinus piriformis dan introitus
esophagus sambil menginstruksikan penderita untuk
menelan ludah.
j. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, tarik endoskop
secara perlahan-lahan.
k. Bersihkan endoskop dengan cairan antiseptik.
l. Simpan endoskop dalam lemari penyimpanan.
PROSEDUR
STANDAR EPISTAKSIS
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit
Ditetapkan di
TUJUAN
Mengetahui etiologi dan mengatasi epistaksis
Pemeriksaan Penunjang:
PROSEDUR
STANDAR RINITIS ALERGI
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit Ditetapkan di
- Laboratorium.
spesifik.
-Nasoendoskopi.
STANDAR
PROSEDUR TINDAKAN OPERASI ANTROTOMI CALDWELL-LUC (CWL)
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Persiapan Alat
a. Prasarana :
1. Ruang operasi
2. Lampu / Lampu kepala
3. Mesin penghisap
b. Bahan :
1. Baju operasi steril
2. Duk steril
3. Sarung tangan steril
4. Betadine
5. Pehacain
6. NaCl 0,9%
7. H2O2 3%
8. Kassa steril
9. Roll tampon steril
10. Benang chromic 3.0
c. Alat operasi :
1. Spuit 3 cc disposible
2. Pisau operasi no 15 / bistouri
3. Needle holder
4. Spekulum hidung Killian (pendek, sedang, panjang)
PROSEDUR
5. Pinset bayonet (Jansen/Gruenwald nasal dressing
forceps)
6. Kanul suction (diameter 4 mm)
7. Trokar antrum dan kanulnya
8. Nasal and antrum probe
9. Antrum curette (Faulkner)
10. Antrum punch (Kerrison/Hajek)
11. Langenbeck cheek retractor
12. Pahat
13. Palu cottle
14. Kikir (Maltz)
15. Forsep hidung lurus (Blakesley nasal forceps)
16. Forsep hidung 45o (Blakesley nasal forceps)
17. Forsep hidung (Bruenings-Luc)
18. Resparator
19. Freer elevator tumpul
20. Tongue spatule
STANDAR
PROSEDUR TINDAKAN OPERASI ANTROTOMI CALDWELL-LUC (CWL)
OPERASIONAL
2/2
Persiapan Pasien
PENGERTIAN Polip hidung adalah suatu tumor jinak yang berasal dari jaringan
mukoperiosteum atau mukoperikondrial sinusmaksila atau etmoid
yang biasanya berbentuk bulat, licin kadang seperti gelatin dan
mempunyai tangkai yang berasal dari sinus, masuk kerongga
hidung .
TUJUAN Menghilangkan sumbatan akibat massa polip dan mencegah
rekurensi
KEBIJAKAN Prosedur harus memenuhi teknik dan tindakan penanganan
pplipnasi sesuai guideline THT-KL
DIAGNOSIS
GEJALA KLINIK :
- Anamnesis :
- Ostruksi hidung menetap makin lama makin berat.
- Sering kali disertai keluhan pilek lama yang tidak
sembuh-sembuh.
Pemeriksaan fisik :
- Mukosa hidung pucat oleh karena alergi atau hiperemi
oleh karena infeksi.
- Terdapat masa tumor didalam rongga hidung yang
PROSEDUR bentuk bulat, licin, warna putih, lunak, single atau multipel. Dapat
unilateral/bilateral.
PEMERIKSAAN PEMBANTU :
- X foto sinus paranasal
- CT scan
- Nasal endoskopi
PENANGANAN
TINDAK LANJUT
Mencari dan mengatasi penyakit yang mendasari sebagai
pencegahan rekurensi
PENANGANAN POLIPNASI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
POLIPEKTOMI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Tanggal terbit
Ditetapkan di
Persiapan Alat
1. Duk steril
2. Sarung tangan steril
3. Betadine
4. Adrenalin
5. Aqua pro injeksi
6. Pehacain
7. NaCl 0,9%
8. Kassa steril dan faringeal pack
9. Spongostan
10. Tampon hidung steril
12. Spuit 3 cc disposible
13. Jarum lumbal G 23
14. Spekulum hidung Killian (pendek, sedang, panjang)
15. Pinset bayonet (Jansen/Gruenwald nasal
dressing forceps)
16. Kanul suction (diameter 3 mm)
PROSEDUR
17. Forsep polip
18. Suction
STANDAR
PROSEDUR POLIPEKTOMI
OPERASIONAL
2/2
Persiapan Pasien