Anda di halaman 1dari 3

TATA LAKSANA KASUS

GERD
No. Dokumen : No. Revisi :

102/PPK/RSI-IS/I/2019
RSI IBNU SINA SIGLI

Ditetapkan
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam ibnu Sina
Sigli
07 Oktober 2019
PANDUAN
PRAKTIK
KLINIS (PPK)

dr. Fanny Noviyanti, SE


NP. 201410 02 001
Suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke
Pengertian dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan
esofagus, faring, laring dan saluran nafas.
Anamnesis Anamnesis merupakan kunci utama dalam diagnosis GERD. Tanda
dan gejala yang sering kali muncul adalah:
1. Gejala tipikal
a. Rasa terbakar atau asam/heartburn
b. Regurgitasi
c. Disfagia
2. Gejala atipikal
a. Batuk kronis
b. Suara serak, terutama di pagi hari
c. Nyeri ulu hati
d. Nyeri dada yang menyerupai angina pektoris
e. Mengi
f. Hipersalivasi
g. Rasa mengganjal di tenggorokan/sensasi globus
h. Odinofagia
i. Mual
j. Otitis media
k. Karies
3. Tanda bahaya/alarm symptoms
a. Disfagia
b. Odinofagia
c. Penurunan berat badan
d. Hematemesis dan/atau melena
e. Anemia defisiensi besi
f. Usia di atas 40 tahun
g. Prevalensi kanker gaster tinggi
h. Penggunaan kronis obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS)

Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD. Tindakan untuk pemeriksaan


adalah dengan pengisian kursioner GERD. Bila hasilnya positif, maka
dilakukan tes dengan pengobatan PPI (Proton Pump Inhbitor)

Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada pasien-pasien dengan


GERD meliputi:
1. Kepala dan leher
a. Suara serak
b. Otitis media
Pemeriksaan c. Karies gigi atau kerusakan enamel
Fisik d. Disfagia
e. Odinofagia
2. Toraks
a. Jantung dalam batasan normal
b. Paru dapat ditemukan adanya mengi
3. Abdomen
a. Nyeri tekan epigastrik dapat ditemukan ataupun tidak
b. Bising usus dapat normal ataupun tidak, terutama bila terdapat
komplikasi

Diagnosis Kerja GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)


1. Angina Pektoris
2. Akhalasia
Diagnosis 3. Dyspepsia
Banding 4. Ulkus peptik
5. Ulkus duodenum
6. Pankreatitis
Laringoskopi fleksibel, pemeriksaan endoskopidan histopatologi,
Pemeriksaan pemeriksaan laringoskopi langsung, Uji PPI (Proton Pump Inhibitor)
Penunjang
Penatalaksanaan 1. Terapi dengan medikamentosa dengan cara memberikan Proton Pump
Inhibitor (PPI) dosis tinggi 7-14 hari. Bila terdapat perbaikan gejala
yang signifikan (50-75%) maka diagnosis dapat ditegakkan sebagai
GERD. PPI dosis tinggi berupa omeprazole 2x20 mg/hari dan
lansoprazol 2x30 mg/hari.
2. Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan sampai 4
minggu dan boleh ditambah dengan prokinetik seperti domperidon 3x10
mg.
3. Pada kondisi ini tersedianya PPI, maka penggunaan H2 Blocker
2x/hari : simetidin 400-800 mg atan ranitidine 150 mg atau famotidine
20 mg.

Esophagitis, Ulkus esophagus, perdarahan esophagus, striktur esophagus,


Komplikasi Barret’s esophagus, Adenokarsinoma, Batuk dan Asma, Inflamasi faring
dan laring, Aspirasi paru.
Pronosis umumnya bonam tetapi sangat tergantung dari kondisi pasien saat
Prognosis datang dan pengobatannya.
1. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesofageal Reflux Disease/GERD) Indonesia. 2004.
2. Yunizaf, M.H & Iskandar, N. Penyakit Refluks Gastroesofagus dengan
Manifestasi Otolaringologi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Referensi Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher edisi keenam. FKUI. Jakarta.2007.
3. Rusmarjono, Kartosoediro, S. Odinofagia. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2007

Anda mungkin juga menyukai