Anda di halaman 1dari 17

PELEMBAGAAN SUBSTANSI DAN METODE

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI KAMPUS:


CATATAN ATAS PENGALAMAN PUKAT KORUPSI FH UGM

HASRUL HALILI
(DOSEN DAN PENELITI PUKAT KORUPSI FH UGM)

DISAMPAIKAN PADA
“WORKSHOP PENINGKATAN KAPASITAS DOSEN MATA KULIAH
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI”

POLTEKKES YOGYAKARTA, 24 FEBRUARI 2020


Logic dari presentasi:

- Menyoal keberadaan pendidikan anti korupsi (PAK) di


kampus, pada awalnya, untuk kebutuhan dan dalam
konteks apa?
- Melihat dinamika fenomena korupsi, apakah yang perlu
diupdate dari pembelajaran anti korupsi di kampus saat
ini?
- Mengilustrasikan model-model pembelajaran anti
korupsi di PT (Ex. A.l, yang pernah dikreasikan PUKAT
Korupsi FH UGM).
- Merancang format pendidikan anti korupsi yang
responsif terhadap kebutuhan terkini (Didiskusikan).
- “The function of education is to teach one to think
intensively and to think critically. Intelligence plus character
-- that is the goal of true education.” (Martin Luther King,
Jr.).

- “We cannot create observers by saying 'observe', but by


giving them the power and the means for this observation
and these means are procured through education of the
senses”. (Maria Montessori).

- “The aim of education is the knowledge, not of facts, but of


values.” (William S. Burrough).
Tujuan PAK menurut buku “Pendidikan anti Korupsi
untuk Perguruan Tinggi” (2011:) dari Dirjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI:

- Memberikan pengetahuan yang cukup tentang seluk


beluk korupsi dan pemberantasannya serta
menanamkan nilai-nilai anti korupsi;

- Tujuan jangka panjangnya menumbuhkan budaya


anti korupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong
mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam
upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Salah satu dinamika terkini korupsi, munculnya fenomena
regenerasi koruptor.

- Pernyataan Busyro Muqoddas (mantan komisioner KPK) saat


bicara tentang fenomena koruptor muda: “Korupsi sekarang
juga mengalami regenerasi melalui aktivitas yang kami sebut
kaderisasi” (Dinyatakan saat memberikan kuliah umum
Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia: Kini dan Masa
Datang di Sekretariat Wakil Presiden, 16 Maret 2012).

- Pernyataan Busyro Muqoddas mengindikasikan: (i) Terjadi


regenerasi dan kaderisasi koruptor; (ii). Besaran dan skala
korupsi yang dilakukan koruptor muda sangat fantastik; (iii).
Dengan penguasaan teknologi dan kapasitas teknokrasi yang
dimiliki, modus korupsi koruptor muda sangat sophisticated.
Berdasarkan penjelasan buku PAK untuk PT dan apa yang
disampaikan oleh Busyro Muqoddas tersebut tersimpulkan
bahwa kebutuhan PAK adalah dalam konteks:

- Memberikan pemahaman tentang korupsi dan anti


korupsi; (Aspek pengetahuan);
- Membekali kapasitas keahlian tertentu di bidang anti
korupsi (Aspek keahlian);
- Menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap anti korupsi
(Aspek nilai);
- Mengkondisikan watak puritan dan militan mahasiswa
sebagai kader pejuang anti korupsi (Aspek misionaris).
Untuk mencapai tujuan tersebut, bahan ajar PAK terdiri dari
delapan materi (2011: i-ii), yaitu:

1. Pengertian Korupsi;
2. Faktor Penyebab Korupsi;
3. Dampak Masif Korupsi;
4. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi;
5. Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia;
6. Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional
Pencegahan Korupsi;
7. Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-
undangan;
8. Peranan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi.
Adapun metode pembelajaran yang digunakan (2011: 10-17):

- In class discussion;
- Case study;
- Improvement system scenario;
- General lecture;
- Movie discussion;
- Investigative report;
- Thematic exploration;
- Prototype;
- Prove the government policy;
- Education tools.
Adapun standar kompetensi yang hendak dicapai (2011:5):

- Mahasiswa mampu mencegah dirinya agar tidak


melakukan korupsi;

- Mahasiswa mampu mencegah orang lain dari untuk


berperilaku korup dengan memberinya peringatan;

- Mahasiswa mampu mendeteksi tindak pidana korupsi dan


melaporkannya kepada aparat penegak hukum;
Standar kompetensi yang hendak dicapai tersebut, bisa
jadi merupakan realisasi imaji tentang “pendidikan
karakter”, yang dicirikan dengan adanya pertautan antara:
Pengetahuan moral (moral judgment), perilaku aktual
(actual conduct), dan situasi kongkret (moral situations)
(Yudi Latif, “Wawasan Pancasila: Bintang Penuntun untuk
Pembudayaan” (2018:280).
Pelembagaan PAK dengan substansi dan metode yang sudah
dan sedang diikhtiyarkan oleh PUKAT Korupsi FH UGM:

1. Menjadikan kegiatan eksaminasi putusan sebagai bagian


dari perkuliahan;
2. Melakukan KKN Pemantauan Peradilan;
3. Menjadi bagian dari kegiatan tim perekaman KPK di
pengadilan Tipikor;
4. Melaksanakan perkuliahan “Klinik anti Korupsi” sebagai
mata kuliah pilihan;
5. Membuka program relawan untuk mahasiswa yang ingin
berkiprah dalam kegiatan2 anti korupsi.
Ilustrasi I PAK ala PUKAT Korupsi FH UGM

Pemantauan peradilan melalui kegiatan KKN tematik


“Pemberdayaan Hukum Masyarakat Pengguna
Pengadilan”:
- Dirintis oleh PUKAT Korupsi FH UGM sejak tahun 2008
dengan model pilot project, dengan pendanaan dari Open
Society Institute (OSI), dan dilaksanakan secara
kolaboratif oleh 3 universitas, yaitu: Universitas Gadjah
Mada, Universitas Atmajaya Yogyakarta dan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta;

- Mahasiwa dari 3 universitas tersebut diterjunkan untuk


melakukan KKN ke sejumlah 15 pengadilan
kabupaten/kota di Yogyakarta dan Jawa Tengah;
- Tahun 2012-2014, berdasarkan kerjasama dengan Komisi
Yudisial, KKN kembali di gelar di beberapa tempat, yaitu: di PN
Yogyakarta dan PN Sleman (2012) dan PN Samarinda (Kaltim),
PN Pekanbaru (Riau), dan PN Mataram (NTB);

- Program utama KKN ada 3, yaitu: (1) Pemantauan sidang


(memantau pelanggaran formil, materiil, dan pelanggaran
lainnya; (2) Profiling hakim; (3) Survey kepuasan masyarakat
terhadap pengadilan;

- Rancangan dengan 3 program utama tersebut, selain pararel


dengan core activity KY, juga terkait dengan urusan SDM dan
kelembagaan pengadilan, hal yang menjadi tanggung jawab
dari Mahkamah Agung (MA) sebagai pembina pengadilan.
Beberapa pertanyaan reflektif pasca pelaksanaan KKN tematik
pemantauan pengadilan:

- Dari sebuah “pilot project” bisakah ditransformasikan


menjadi gerakan lebih massif dan berkesinambungan?
- Berbagai temuan KKN perlu diletakkan dalam konteks apa
(bahan kajian, temuan untuk ditindaklanjuti oleh lembaga
pengawas, rekomendasi kebijakan, dll)?
- Mungkinkah memperluas stake holder instansi yang terlibat
pada KKN selanjutnya (dari KY dengan UGM (PUKAT)
menjadi KY-PT-MA-DIKNAS)?
- Evaluasi terhadap program, apakah sudah pas dengan
kebutuhan untuk melahirkan mahasiswa yang punya skill
sebagai pegiat anti korupsi, khususnya judicial corruption.
Ilustrasi II PAK ala PUKAT Korupsi FH UGM
Mata Kuliah Pilihan: Klinik anti Korupsi
(Slide Tersendiri)
Catatan akhir sebagai pengantar diskusi:

- PAK yang diinisiasi oleh PUKAT Korupsi FH UGM lebih


diperuntukkan bagi mahasiswa hukum, lantas bagaimana jika
ditujukan bagi mahasiswa non-hukum?
- Pada kasus mata kuliah Klinik anti Korupsi, bisa dilakukan
secara berkesinambungan, tetapi tidak pada KKN tematik anti
korupsi, karena terkendala dengan sistem KKN yang tidak
mendukung, mahal, dan hanya bisa dilakukan jika ada
kerjasama proyek dengan pihak tertentu.
- Apakah di UGM ada model-model pembelajaran anti korupsi
selain yang diikhtiyarkan oleh PUKAT Korupsi FH UGM dan
menjadi best practices yang patut ditiru?
- Masih adakah potensi model pembelajaran lain yang bisa
dilembagakan selain yang dilakukan hingga saat ini?

Anda mungkin juga menyukai