PENDAHULUAN
1
3. Meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan kardiovaskuler “Paten Ductus Arterious”
4. Memberikan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
“rheumatik heart disease”
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Atrium Septal Defect (ASD), Ventrikel Septal Defect (VSD) dan
Paten Ductus Arterious (PDA)
Atrium Septal Defect (ASD) adalah adanya hubungan (lubang) abnormal
pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri yang terjadi
karena kegagalan fungsi septum intratrial semasa janin. Kelainan jantung
bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat
atrium.
Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang
bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. ( Suriadi, Rita
Yuliani, 2001 : 235)
Ventrikel Septal Defect (VSD) merupakan kelainan jantung bawaan
(kongenital) berupa terdapatnya lubang pada septum interventrikuler yang
menyebabkan adanya hubungan aliran darah antara ventrikel kanan dan kiri
Macam-macam defek yaitu:
1. Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah
septum,mungkin disertai kelainan katup mitral.
2. Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
3. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan
Atrium Kanan.
3
2.2 Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
ASD,PDA dan VSD faktor–faktor tersebut diantaranya:
4
bawaan lain
2.3 Patofisiologi
1. Atrium Septal Defect
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang
mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi
tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu
proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya
setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada
ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan
berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun
akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa
berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat
penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa
berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik
banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi
hipoksemi dan sianosis.
2. Paten Ductus Arterious
Patent Ductus Arteriosus (PDA) menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta ( tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal
(tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini meneyebabkan
resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan
mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri.
Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang
progresif. Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan
kapiler pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi
kontriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi hipertensi pulmoner
dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui terapi
5
medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung pada respon
konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor
lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah pengaruh kerja
prostalglandin, tahanan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan
keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat
pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena mekanisme
kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirai kiri ke kanan
itu cenderung lebih besar.
3. Defek Septum Ventricular
Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang
memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari
kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan
fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningklatkan aliran
darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang
akhirnya dipenuhi darah, dan dapat menyebabkan naiknya tahanan
vascular pulmoner.
3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat,
menyebabkan piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen
dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis.
6
melaukan aktivitas gagal jantung 2. Pada VSD sedang:
4. Jantung berdebar – mur-mur persisten (sistolik, kemudian juga tidak begitu ada
debar (palpitasi) menetap, paling nyata terdengar di gejala-gejala, kadang
5. Aritmia tepi sternum kiri atas) penderita mengeluh
2. Tekanan nadi besar (water hammer lekas lelah., sering
pulses) / Nadi menonjol dan mendapat infeksi
meloncat-loncat, tekanan nadi yang pada paru sehingga
lebar (lebih dari 25 mmHg) sering menderita
3. Takhikardia (denyut apeks lebih dari batuk.
170), ujung jari hiperemik 3. Pada VSD besar:
4. Resiko endokarditis dan obstruksi sering menyebabkan
pembuluh darah pulmonal. gagal jantung pada
5. Infeksi saluran nafas berulang, mudah umur antara 1-3
lelah bulan, penderita
6. Apnea, Tachypnea menderita infeksi
7. Nasal flaring paru dan radang paru.
8. Retraksi dada Kenaikan berat badan
9. Hipoksemia lambat. Kadang-
10. Peningkatan kebutuhan ventilator kadang anak
(sehubungan dengan masalah paru) kelihatan sedikit
Jika PDA memiliki lubang yang besar, sianosis
maka darah dalam jumlah yang besar 4. gejala-gejala pada
akan membanjiri paru-paru. Anak anak yaitu; nafas
tampak sakit dengan gejala berupa: cepat, berkeringat
1. tidak mau menyusu banyak dan tidak kuat
2. berat badannya tidak bertambah menghisap susu.
3. berkeringat Apabila dibiarkan
4. kesulitan dalam bernafas pertumbuhan anak
5. denyut jantung yang cepat. akan terganggu dan
Timbulnya gejala tersebut sering menderita
menunjukkan telah terjadinya gagal batuk disertai demam.
7
jantung kongestif, yang seringkali
terjadi pada bayi prematur
2.5 Penatalaksanaan
1. Atrium Septal Defect
a. Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-
10 tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru,
dan bila terjadi sindrome Eisenmenger, umumnya menunjukkan
prognosis buruk.
b. Amplazer Septal Ocluder
c. Sadap jantung (bila diperlukan).
2. Ventrikel Septal Defect
a. Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup
secara spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis
infektif.
b. Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat
ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini
dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis.
Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6
tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
c. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen:
biasanya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam
pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi
transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi.
Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila
ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
d. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi
paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri
pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel
kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan
mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan
8
tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri
melalui defek.
2.6 Komplikasi
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. kerusakan sistem konduksi ventrikel
9
Sindroma klinik sebagai akibat infeksi streptococcus Beta hemolitikus
group A dengan salah satu atau lebih gejala mayor. Rheumatik Heart
Desease ini merupakan :
Reaksi radang akut
Beta hemolitikus streptococcus group A
Sering pada infeksi pharynx berulang
Bersifat asimtomati
Usia anak 5 Tahun-15 Tahun
Proses sampai sekarang belum jelas
2.8 Patofisiologi RHD
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara
adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung
rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang
menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali
terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan
penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan
racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan
mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup
mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut
sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran. Infeksi
pada saluran pernapasan yang ditimbulkan oleh sejenis kuman, maka
antigen yang terdapat dalam kuman tersebut bentuknya bermacam-macam
jenis protein yang akan menimbulkan antibodi. Mengandalkan antigen
antibod reaction akan terbentuk Ag-Ab complek yang akan terdefosit pada
jaringan ikat, terutama jaringan ikat synovial, endocardium, pericardium,
pleura sehingga menyebabkan reaksi radang granulomatous spesifik
(Aschoff bodies), gejala yang ditimbulkan bervariasi.
10
2.9 Etiologi RHD
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri
serta pada keadaan lingkungan.
a. Faktor-faktor pada individu
1. Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen
sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status
reumatikus.
2. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan
dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan
tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu
mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
3. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama
maupun ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang
kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus
dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang
berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan
merupakan sebab yang sebenarnya.
4. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada
timbulnya demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit
ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan
puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak
antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3
tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah.
11
Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi
streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
5. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat
ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya
demam reumatik.
6. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida
bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan
glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya
miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
b. Faktor-faktor lingkungan
1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai
predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam
reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum
era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk
sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni
padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera
mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan
yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan
lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan
timbulnya demam reumatik.
2. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit
terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai
insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah
yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih
tinggi daripada didataran rendah.
12
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens
infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens
demam reumatik juga meningkat.
2.10 Manifestasi Klinis RHD
1. Panas beberapa hari
2. Batuk, sakit waktu menelan
3. Anorexia, sampai muntah
4. Pharynx merah/heperemia
5. Pembesaran kelenjar getah bening
6. Nyeri sendi beberapa hari sampai beberapa minggu
2.11 Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan
Eradiksi kuman :
- Penecilin 600.000-1,2 juta 1 kali
- Eritromisin 20 mg/kg/BB 2 kali selama 10 hari
Anti imflamasi :
Salicilat dan steroid dosis sesuai indikasi
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim
Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya
komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-
13
emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung
cukup vitamin.
2. Perawatan
- Istirahat mutlak selama periode serangan
- Jika ada penyakit jantung, posisi semi fowler
- Oksigenasi
- Diet lunak rendah garam
- Kontrol swab tenggorokan secara teratur
3. Pencegahan
Profilaksis primer
Pengobatan adekuat
Profilaksis sekunder
14
2.12 Komplikasi
a. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan
terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi
keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena
kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur
jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau
gabungan kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu
dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah
menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting mengobati
penyakit primer.
b. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari
reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum
pericard.
15
BAB III
PEMBAHASAN ASKEP
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek
struktur
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport
oksigen
16
c. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
d. Resiko tinngi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
e. Resiko tinggi cedera (komplikasi )berhubungan dengan kondisi
jantung dan terapi
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
dengan penyakit jantung (ASD)
3. Intervensi
a. DX1 :Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
defek struktur
Tujuan : Klien akan menunjukan perbaikan curah jantung
Kriteria Hasil :
1) Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada
batas normal sesuai usia
2) Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kg BB, tergantung pada
usia)
Intervensi keperawatan
Intervensi Keperawatan Rasional
Beri digoksin sesuai program Dengan menggunakan menggunakan
Beri obat penurun afterload sesuai program kewaspadaan yang dibuat untuk
Beri diuretik sesuai program mencegah toxisitas
17
Intervensi
Intervensi Keperawatan Rasional
Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur Akan membantu dalam
tanpa gangguan pemenuhan oksigen
Anjurkan permainan dan aktivitas tenang
Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia,
kondisi, dan kemampuan.
Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena
hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan
oksigen
Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas
Berespon dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi
lain dari strees
18
anemia, bila di anjurkan dalam proses adaptasi
Dorong aktivitas yang sesuai usia.
Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang
sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
Izinkan anak menata ruanganya sendiri dan batasan
aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.
d. DX4 :Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
Tujuan : klien tidak menunjukan bukti – bukti infeksi
Kriteria Hasil :Anak bebas dari infeksi
Intervensi
Intervensi Keperawatan Rasional
Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi Untuk mencegah terjadinya penyakit
Beristirahat yang adekuat menular
Beri nutrisi yang optimal untuk mendukung
pertahanan alami
19
a. Gagal jantung kongestif:
o Takikardi, khususnya selama istirahat
dan aktivitas rigan
o Takipnea
o Keringat banyak di kulit kepala,
khusunya pada bayi
o Keletihan
o Penambahan berat badan yang tiba – tiba
o Distress pernapasan
b. Toksisitas digoksin
o Muntah (tanda paing dini)
o Mual
o Anoreksia
o Bradikardi
o Disritmia
o Peningkatan upaya pernafasan – retraksi,
mengorok, batuk, sianosis
o Hipoksemia – sianosis, gelisah.
o Kolaps kardiovaskuler – pucat, sianosis,
hipotonia.
c. Ajari keluarga untuk melakuka intervensi
se selama serangan hipersianotik
o Tempatkan anak pada posisi lutut – dada
dengan kepala dan dada ditinggikan
o Tetap tenang
o Beri oksigen 100% dengan masker wajah
bila ada
o Jelaskan atau klarifikasi informasi yang
diberikan oleh praktisi dan ahl bedah pada
keluarga Siapkan anak dan orang tua
20
untuk prosedur
o Bantu membuat keputusan keluarga
berkaitan dengan pembedahan
o Gali perasaan mengenai pilihan
pembedahan
1. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000, 2 ).
a. Anamnesa
1) Identitas ( Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional
menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara
anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih
banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur
diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara
genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga
bisa karena kelainan kromosom.
2) Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia
4) Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita
infeksi dari rubella.
21
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari
orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom
6) Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana
perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak,
respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan
penyesuaian keluarga terhadap stress.
22
Pasien gelisah, rewel, dan Dialirkannya darah dari tekanan jantung
menangis tinggi (aorta descenden) ke
Data Objektif : tekanan yang lebih kecil (arteri
- Denyut nadi naik (> pulmonalis)
170 x/menit) Resirkulasi darah beroksigen
- Tachyepne dari aorta ke arteri pulmonalis
- Suara jantung tambahan Beban ventrikel kiri ↑
(Machinery mur-mur Curah jantung turun
persisten)
Data Subjektif: Dialirkannya darah dari tekanan Gangguan
Pasien kesulitan bernafas, tinggi(aorta descenden) ke pertukaran gas
sesak nafas, Pasien rewel tekanan yang lebih rendah (arteri Perubahan
tidak mau makan dan minum pulmonalis). Resirkulasi darah pertumbuhan dan
beroksigen dari aorta ke arteri perkembangan
Data Objektif : pulmonalis
- RR ( > 30 Beban ventrikel kiri ↑
40x/menit) Pelebaran dan hipertensi vertikel
- BGA tidak normal kiri. Tekanan vena dan kapiler
- Adanya napas pulmonar naik
cuping hidung Edema paru, penurunan difusi
- Berat badan turun oksigen
- Status gizi buruk Gangguan pertukaran gas, curah
jantung turun
Suplai oksigen ke jaringan
berkurang
Pemecahan glukosa oleh O2
menjadi terganggu
Pembentukan energi berkurang.
Lemah, lesu, anoreksia.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan. Gangguan
23
pertumbuhan dan perkembangan
Data Subjektif: Edema paru Perubahan nutrisi
Pasien gelisah dan menangis Penurunan difusi oksigen kurang dari
Data Objektif : Hipoksia kebutuhan tubuh
- Antropometri: pemecahan glukosa oleh O2
penurunan berat untuk pembuatan energi ↓
badan lemah, gelisah, anoreksia.
- Biokimia : Hb dan perubahan nutrisi kurang dari
albumin menurun kebutuhan tubuh
- Klinik : perubahan kulit
mukosa oral (bengkak
dan kemerahan).
- Diet : makan tidak habis,
nafsu makan menurun
Data Subjektif: Gagal jantung kongestif resiko infeksi
Demam, rewel Pasien gelisah, stress
Data Objektif: Respon imun menurun,
- Jumlah limfosit
meningkat
- hipertermi (> 36-370 C),
kulit memerah,
frekwensi nafas
meningkat, kulit hangat
bila disentuh, takikardi
Data Subjektif : PDA (Patent Ductus Arteriosus) Kecemasan pada
Orang tua cemas, tidak Dampak hospitalisasi pada anak. orang tua
tenang, dan emosinya labil Anak menangis dan ketakutan
Data Objektif:
- Menarik diri
- Tidak ikut bersedia
dalam melakukan proses
24
keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
d. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan
e. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang
tua dan hospitalisasi.
4. Intervensi
a. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya
curah jantung
Intervensi
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut 1. Permulaan gangguan pada jantung akan
jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan ada perubahan tanda-tanda vital,
kulit semuanya harus cepat dideteksi untuk
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, penanganan lebih lanjut.
membran mukosa, clubbing) 2. Pucat menunjukkan adanya penurunan
1. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, perfusi sekunder terhadap ketidak
tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital adekuatan curah jantung, vasokonstriksi
edema, oliguria, dan hepatomegali) dan anemia.
3. Deteksi dini untuk mengetahui
adanya gagal jantung kongestif
Kolaborasi
1. Pemberian digoxin sesuai order, dengan
25
Kolaborasi
1. Obat ini dapat mencegah semakin
menggunakan teknik pencegahan bahaya memburuknya keadaan klien.
toksisitas. 2. Obat anti afterload mencegah terjadinya
2. Berikan pengobatan untuk menurunkan vasokonstriksi
afterload 3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
3. Berikan diuretik sesuai indikasi. volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul
kembali dan status nutrisi terpenuhi.
26
Kriteria hasil :
- Status nutrisi terpenuhi
- nafsu makan klien timbul kembali
- berat badan normal
- jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Mengetahui kekurangan nutrisi
klien.
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien 2. Mengetahui perkembangan
1. Mencatat intake dan output makanan pemenuhan nutrisi klien.
klien. 1. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk ilmu gizi yang membantu klien
membantu memilih makanan yang dapat memilih makanan sesuai dengan
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat
1. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi badannya.
sering. 1. Dengan sedikit tapi sering
mengurangi penekanan yang
berlebihan pada lambung.
27
vital
2. Untuk mengurangi risiko infeksi
nosokomial
leukosit 3. Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
1. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik leukosit dari normal membuktikan
adanya tanda-tanda infeksi
4. Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen
e. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
Tujuan: kecemasan menurun
Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya
lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua 1. Pengetahuan orang tua akan
2. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. mempengaruhi persepsi dan
3. Libatkan keluarga dalam perawatan tingkah lakunya pada anak
bayinya. 2. Dengan mengetahui kondisi
4. Berikan support dan reinforcement atas anaknya, akan mengurangi
apa yang dapat dicapai oleh orang tua. kecemasan orang tua.
5. Latih orang tua tentang cara-cara 3. Akan membuat orang tua nyaman
perawatan bayi dirumah sebelum bayi dan lebih tenang jika senantiasa
pulang dekat dengan anaknya.
4. Dukungan dan kasih sayang orang
tua akan mempercepat
kesembuhan anak
5. Dengan menambah pengetahuan
orang tua dalam perawatan
anaknya akan mempermudah
28
proses perawatan dan
penyembuhan anak.
29
nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal dan regio
epigastrium.
Palpasi:
Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding
dada.
Auskultasi:
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering
diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan
kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung
kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri
2. Diagnosa Keperawatan
Pre op
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi
jantung.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
d. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap penyakitnya
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
f. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi.
Post op
a. Gangguan rasa nyamam nyeri berhubungan dengan luka post op
b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Rencana Keperawatan
Pre op
30
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan rasional
keperawatan hasil
1 Penurunan curah Setelah diberikan
1. Observasi kualitas dan
1. memberikan data untuk
jantung yang asuhan keperawatan kekuatan denyut jantung , evaluasi intervensi dan
berhubungan diharapkan penurunan nadi perifer, warna dan memungkinkan deteksi
dengan malformasi curah jantung tidak kehangatan kulit dini terhadap adanya
jantung terjadi dengan kriteria
2. Tegakkan derajat cyanosis komplikasi.
hasil (misal : warna membran
2. mengetahui
mukosa derajat finger) perkembangan kondisi
3. Berikan obat – obat klien serta menentukan
digitalis sesuai order intervensi yang tepat.
4. Berikan obat – obat
3. obat – obat digitalis
diuretik sesuai order memperkuat
kontraktilitas otot
jantung sehingga cardiak
outpun meningkat /
sekurang – kurangnya
klien bisa beradaptasi
dengan keadaannya.
4. mengurangi timbunan
cairan berlebih dalam
tubuh sehingga kerja
jantung akan lebih
ringan.
31
dan meningkatnya porsi. 3. Hindarkan kelelahan aktifitas
kebutuhan kalori. Mencapai BB yang sangat saat makan 3. jika kelelahan dapat
normal dengan porsi kecil tapi diminimalkan maka
Nafsu makan sering masukan akan lebih
meningkat. 4. Pertahankan nutrisi mudah diterima dan
dengan mencegah nutrisi dapat
kekurangan kalium dan terpenuhi
natrium, memberikan zat 4. peningkatan
besi. kebutuhan
5. Sediakan diet yang metabolisme harus
seimbang, tinggi zat dipertahan dengan
nutrisi untuk mencapai nutrisi yang cukup
pertumbuhan yang baik.
adekuat. 5. Mengimbangi
6. Jangan batasi minum kebutuhan
bila anak sering minta metabolisme yang
minum karena kehausan meningkat.
6. anak yang mendapat
terapi diuretik akan
kehilangan cairan
cukup banyak
sehingga secara
fisiologis akan
merasa sangat haus.
3 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan 1. Anjurkan klien untuk 1. melatih klien agar
berhubungan asuhan keperawatan melakukan permainan dapat beradaptasi dan
dengan ketidak diharapkan pasien dan aktivitas yang mentoleransi
seimbangan antara dapat melakukan ringan. terhadap aktifitasnya.
pemakaian oksigen aktivitas secara 2. Bantu klien untuk 2. melatih klien agar
oleh tubuh dan mandiri dengan memilih aktifitas sesuai dapat toleranan
32
suplai oksigen ke kriteria hasil : usia, kondisi dan terhadap aktifitas.
sel. pasien mampu kemampuan. 3. mencegah kelelahan
melakukan aktivitas 3. Berikan periode istirahat berkepanjangan
mandiri. setelah melakukan
aktifitas
33
berhubungan diharapkan gangguan 2. Analisa gas darah kekurangan oksigen.
dengan tidak pertukaran gas tidak 2. Untuk mengetahui
adekuatnya terjadi dengan kriteria adanya hipoksemia
ventilasi hasil, pertukaran gas dan hiperkapnia.
tidak terganggu dan
pasien tidak sesak.
Post op
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan hasil
1 Gangguan rasa Setelah diberikan 1. Periksa sternotomi 1. Untuk mempermudah
nyaman nyeri asuhan keperawatan 2. Catat lokasi dan status nyeri.
berhubungan diharapkan nyeri lamanya nyeri 2. Untuk menilai status
dengan luka post berkurang dengan 3. Bedakan nyeri insisi nyeri.
op kriteria hasil : dan angina 3. Untuk menentukan
nyeri dengan skala 0-3 4. Kolaborasi dengan intervensi yang tepat.
pasien tidak tampak dokter dengan 4. Untuk mengatasi nyeri
meringis. memberikan obat – yang tidak tertangani.
obat analgetik
34
3. Evaluasi
Pre op
a. Curah jantung berada dalam kondisi normal
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Intoleransi aktifitas bisa diatasi
d. Ansietas bisa diatasi dan pasien bisa releks kembali
e. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terganggu
f. Tidak terjadi ketidak efektifan pertukaran gas
Post op
a. Tidak ada nyeri
b. Tidak terjadi resiko infeksi
35
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.
Intervensi & Rasional
- Beri digoksin sesuai instruksi, dengan menggunakan
kewaspadaan yang sudah ditentukan untuk mencegah toksisitas.
- Kaji tanda- tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia,
bradikardia, disritmia)
- Seringkali diambil strip irama EKG
- Jamin masukan kalium yang adekuat
- Observasi adanya tanda-tanda hipokalemia
- Beri obat-obatan untuk menurunkan afterload sesuai instruksi
dapat meningkatkan curah jantung
- Untuk mencegah terjadinya toksisitas
- Mengkaji status jantung
- Penurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas
digoksin
36
Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari
dan jelaskan manfaatnya
Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis
Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi Dapat diidentifikasi
pola/tingkat demam
Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum
klien
Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu
mengurangi kecemasan klien dan keluarga
Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk
lebih kooperatif
Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien
di RS
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
Kompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis
akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat
meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati
suhu normal
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan
makanan yang telah disediakan.
Intervensi Rasional
Kaji faktor-faktor penyebab
Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak
muntah teruskan
37
Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
Ukur BB setiap hari
Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien
Penentuan factor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan
selanjutnya
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien
termotivasi untuk mengkonsumsi makanan
Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan
Bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
BB merupakan indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
Mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutrisi klien
38
Dengan melakukan aktifitas lain, klien dapat sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami
Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat/teman membuat
pasien gembira / bahagia dan dapaty mengalihkan perhatiannya
terhadap nyeri
Mengurangi nyeri dengan efek farmakologik
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ASD, VSD dan PDA merupakan gangguan pada system kardiovaskuler dan
didapat dari factor kongenital salah satunya. ASD (Atrium Septal Defect)
merupakan kelainan jantung yang berada di bagian septum atrium. VSD
(ventrikel Septal Defect) merupakan kelainan jantung yang terletak di septum
ventrikel. PDA (Paten Ductus Arterious) kelainan jantung yang terletak pada
saluran arteri jantung. Dan Penyakit jantung reumatik/Rheumatik heart
disease adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang
merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui,
dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis,
Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
4.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai
kelainan jantung ASD, VSD, PDA, dan RDH.
40