Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PARIWISATA BENGKULU

Disusun oleh :
- Amanada Kusuma
- Dimas Adriyan
- Desti Wulandari
- Elak Fitriyani
- Lingga Anjani Azzahrah
- Mutia Deliyanti
- Azizah

DINAS PENDIDIKAN PROV. SUMATERA SELATAN


SMK NEGERI 2 LUBUKLINGGAU
I. Latar Belakang
Provinsi Bengkulu memiliki sumber daya yang sangat besar, baik sumber daya

alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya alam adalah segala yang ada di alam

yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Potensi kekayaan alam

Bengkulu tidak kalah dengan provinsi lain di Tanah Air, terutama di sektor kelautan dan

perikanan. Letak wilayah yang sebagian besar menghadap ke Samudera Hindia dengan

panjang pantai mencapai 525 Km, menyebabkan Provinsi Bengkulu memiliki luas Laut

Teritorial sebesar 53.000 Km2 dan luas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE jarak 12 - 200 mil

laut dari pantai) mencapai  685.000 km2. Bila potensi tersebut dimanfaatkan secara

optimal menurut data Departemen Kelautan dan Perikanan, Provinsi Bengkulu mampu

menghasilkan 145.334 ton ikan. Namun berdasarkan data yang ada menunjukkan hasil

tangkapan tahun 2006 hanya 39.203,3 ton ikan.

Potensi perikanan ZEE  laut Bengkulu hingga kini belum tergarap optimal,

padahal dalam kawasan itulah potensi terbesar berada. Penangkapan ikan di Bengkulu

saat ini dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan kapal dan alat tangkap sederhana

sehingga nelayan hanya dapat melakukan penangkapan paling jauh hingga 4 mil karena

itu hasil yang diperoleh pun masih minim. Sedangkan Potensi ikan terbesar berada di

kawasan ZEE yang berjarak 200 mil dari pantai.

Bengkulu juga menyimpan kekayaan alam yang layak

dijadikan destinasi pariwisata unggulan. Objek wisata yang ada di Bengkulu juga

beragam, baik wisata alam, budaya maupun sejarah. Wisata alamnya antara lain Bukit

Kaba di Curup, Bukit Belerang Semaleko di Lebong Selatan, Bunga Raflesia Arnoldi di

Taba Pananjung. Rekreasi pantainya antara lain pantai Panjang Nala di Gading Cempaka

dan pantai pasir putih Pulau Baai di Selebar. Wisata budayanya antara lain kesenian

Tabot, tarian rakyat Enggano, dan kerajinan kain Besurek. Wisata sejarahnya meliputi

rumah peninggalan Bung Karno, dan Benteng Malborough.


Sumber daya manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu

organisasi dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan

kemampuannya. Manusia selain sebagai konsumen juga merupakan sumber daya yang

membawa manfaat besar bagi masyarakat apabila kemampuannya dimanfaatkan secara

maksimal. Menurut Reksohadiprodjo (2001:121)

“Orang dapat memusatkan perhatian pada alokasi sumber daya bagaimana pun

keadaannya, oleh karena, dalam pelaksanaan proyek orang selalu dihadapkan pada

realokasi sumber daya. Terutama sekali realokasi sumber daya manusia,

memerlukan selain kemampuan, juga kemauan untuk ditempatkan di bagian lain.

Proses ini memerlukan penyesuaian-penyesuaian yang kadang-kadang

menghambat proyek atau memperlambat penyelesaian proyek”.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu, jumlah tenaga kerja pada

bulan Agustus 2013 terdiri dari 841 ribu orang angkatan kerja dan 408,3 ribu angkatan

bukan kerja. Sayangnya, jumlah penganggurannya mencapai 39,9 ribu orang dengan

tingkat pengangguran tertinggi di kabupaten Kaur dan terendah di kabupaten Seluma.

Provinsi Bengkulu memiliki kekayaan alam yang sangat besar tapi potensi ini

tidak mampu dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah setempat guna menyejahterakan

rakyat.

“Kepemimpinan itu hendaknya jangan terlalu berat dinilai dari segi-segi prestasi

materiilnya saja. Akan tetapi, juga harus ikut di pertimbangkan pengaruh baik atau

akibat buruk apa yang mereka timbulkan bagi kesejahteraan jasmani-ruhani [sic!]

anak buah dan pengikut-pengikutnya, atau bagi manusia pada umumnya”

(Kartono, 2014:92-93)

Contohnya adalah kasus 22 titik konflik lahan pada Desember 2012. Pada saat itu
terdapat 22 titik konflik agraria mengancam Bengkulu akibat ketimpangan penguasaan

lahan antara pemilik modal dengan masyarakat. Konflik ini terjadi di enam kabupaten

yakni Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Mukomuko, Seluma, Kepahiang, dan

Kabupaten Kaur. Kelalaian pemerintah dalam mengelola agraria juga terbukti dari

banyak lahan yang sudah memiliki izin Hak Guna Usaha (HGU) tetapi ditelantarkan.

Akibatnya, ruang kelola masyarakat Bengkulu sebagian besar dikuasai pemodal dengan

luasan 463,964 hektare. Meski sudah berganti rezim, tetapi belum ada niat baik

pemerintah menuntaskan konflik-konflik agraria.

Kurangnya kesadaran masyarakat juga menjadi permasalahan dalam menjaga

kekayaan alam Bengkulu. Seperti membuka lahan baru dengan cara dibakar dan ditebang

di sempadan Danau Nibung, seluas 2,5 hektare hutan konservasi di sepanjang sempadan

Danau Nibung dirusak oleh oknum tidak bertanggung jawab. Begitu juga dengan kasus

pencurian 146 batang kayu dari Taman Nasional Kerinci Sebelat, kalau semua kayu

dalam kawasan hutan dibabat, maka efeknya sangat besar. TNKS yang termasuk paru-

paru dunia bukanlah milik pribadi tetapi untuk semua.

II. Rumusan Masalah

A. Bagaimana pengaruh pariwisata Bengkulu terhadap sumber daya daerah Bengkulu?

B. Bagaimana seharusnya peran pemerintah terhadap upaya peningkatan pariwisata

Bengkulu?

III. Tujuan dan Manfaat

3.1. Tujuan

A. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pariwisata Bengkulu terhadap

sumber daya daerah Bengkulu


B. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya peran pemerintah terhadap

upaya peningkatan pariwisata Bengkulu

3.2 Manfaat

Hasil karya tulis ini ditujukan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Bengkulu,

Badan Promosi Pariwisata Indonesia, pengusaha pariwisata serta seluruh masyarakat

terutama masyarakat di kota Bengkulu. Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan

gambaran yang jelas tentang peluang pariwisata bengkulu dan berbagai permasalahannya,

serta dapat memberikan solusi yang efektif bagi seluruh stakeholders yang terlibat di

dalamnya.

IV. Pembahasan

IV.1 Pengaruh Pariwisata Bengkulu Terhadap Sumber Daya Daerah Bengkulu

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah

dan Pemerintah Daerah. Dan Bengkulu sebagai kawasan strategi pariwisata adalah

kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk

pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh dalam suatu atau lebih aspek,

seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya

dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.

Wisatawan yang datang ke Bengkulu dapat memberikan dampak positif dan

dampak negatif. Dampak positifnya, wisatawan dapat memberikan perbaikan

infrastruktur dan keuntungan ekonomi secara langsung (Tathagati, 2015:2) kepada hotel,

tempat-tempat atraksi wisata, travel agent, restaurant, perajin atau penjual souvenir

sebagai penyedia barang dan jasa, baik berupa akomodasi, transportasi, maupun penyedia
makanan dan minuman. Karena semakin banyaknya demand, para suplier pun akan

membutuhkan semakin banyak tenaga kerja sehingga secara tidak langsung dapat

mengurangi pengangguran. Namun wisatawan juga dapat memberikan pengaruh yang

buruk terhadap kebudayaan lokal, seperti mengajarkan temannya untuk minum-minuman

keras, free sex, merokok, dan sebagainya (Suryadana dan Octavia, 2015:72).

IV.2 Peran Pemerintah Sebagai Upaya Peningkatan Pariwisata Bengkulu

Casson (1992:17) menyatakan bahwa, “jika ingin memulai bisnis,

permasalahan pertama terletak pada cara mengusahakan agar pekerja bisa berguna dan

menguntungkan.” Maka hal pertama yang harus dilakukan Pemerintah Bengkulu adalah

memberikan pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

Bengkulu tentang pentingnya menjaga dan memanfaatkan sumber daya Bengkulu dengan

sebaik-baiknya. Kemudian untuk sektor kelautan, Pemerintah sebaiknya memfasilitasi

para nelayan tradisional yang ada di sejumlah kabupaten di Bengkulu harus libatkan

dengan melengkapi alat tangkap standar, seperti kapal ukuran 30 gross ton (GT) dan alat

tangkap yang baik. Dengan menggunakan alat tangkap standar ini, maka nelayan

tradisional dapat menangkap ikan di laut lepas, sehingga hasil yang didapat lebih banyak

dari yang capai selama ini. Seperti yang kita tahu bahwa kapal yang digunakan nelayan

tradisional selama ini sangat kecil, sehingga mereka tidak bisa mencari ikan di laut lepas.

Padahal, populasi ikan banyak berada di laut lepas karena itu, ke depan nelayan kecil di

Bengkulu harus diberikan bantuan kapal standar dan dilengkapi sinyal untuk menemukan

kumpulan ikan di laut lepas.

Jika produksi ikan di Bengkulu melimpah, maka investor perikanan akan

banyak datang ke Bengkulu untuk membuka usahanya. Tugas Pemprov Bengkulu selain

menyiapkan bahan baku yang cukup juga melengkapi fasilitas yang dibutuhkan investor,

seperti listrik, air bersih, keamanan terjamin, infrastruktur jalan yang baik, dan proses
perizinan dipermudah. Dengan begitu para investor akan semakin bersemangat

menanamkan investasi di Bengkulu.

Selanjutnya yang harus diterapkan Pemerintah Provinsi Bengkulu adalah etos

dan prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab. Menurut Dewi dalam

Suryadana dan Octavia (2015:110), prinsip pemasaran pariwisata bertanggung jawab

mengintegrasikan pemasaran pariwisata dengan tujuan pembangunan kepariwisataan

untuk menjaga keberlangsungan sumber daya di suatu destinasi wisata sekaligus

menyediakan pengalaman berwisata yang berkualitas bagi wisatawan. Bila Pemerintah

Provinsi Bengkulu mampu menerapkan prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung

jawab

V. Kesimpulan

Potensi yang dimiliki Bengkulu sangat besar baik sumber daya alam maupun

sumber daya manusianya. Bila peluang ini dimanfaatkan sebagai bisnis pariwisata maka

akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di daerah Bengkulu. Roda

perekonomian akan bergerak dan memberikan keuntungan bagi banyak pihak. Namun

untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan peran pemerintah sebagai pendukung utama.

Pertama Pemprov Bengkulu harus menciptakan rasa sadar masyarakatnya terhadap

sumber daya Bengkulu. Kemudian Pemprov Bengkulu dapat meningkatkan fasilitas-

fasilitas pendukung untuk menarik investor menanamkan modalnya di sektor pariwisata

Bengkulu.
VI. Daftar Pustaka

Casson N. Herbert. 1992. Bagaimana Cara Memperoleh dan Memanfaatkan Uang.

Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara

Kartono, Kartini. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah kepemimpinan Abnormal

Itu?. Jakarta: Rajawali Pers

Reksohadiprodjo, Sukanto. 2001. Manajemen Proyek. Yogyakarta: BPFE

Suryadana M. Liga dan Vanny Octavia. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata.

Bandung: Penerbit Alfabeta

Thatagati, Arini. 2015. Super Tourismpreneur. Yogyakarta: Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai