Anda di halaman 1dari 14

1.

SEJARAH SINGKAT
a. Gunung Patuha
Gunung Patuha merupakan salah
satu gunung api yang merupakan
bagian dari rangkaian gunung-gunung
yang mengelilingi Cekungan Bandung
di bagian selatan selain gunung Tilu,
gunung Malabar,dan gunung
Mandalawangi. Tipe gunung Patuha
sendiri adalah stratovolkano andesitik
(faktailmiah.com). Secara geologis, gunung berapi Patuha adalah bagian dari pengunungan busur

aktif Sunda, yang terbentuk dari subduksi lempeng India-Australia di bawah lempeng Eurasia.
Vulkanisme di daerah ini berawal dari zaman Pliosen Atas-Pleistosen Bawah, dan memunculkan
sistem gunung berapi yang unik beserta danau-danau kawahnya (faktailmiah.com).
Kegiatan vulkanis sebuah gunung api biasanya berawal dari kegiatan yang lemah, meningkat
ke lebih kuat, sampai pada suatu waktu mencapai puncaknya yaitu letusan. Namun sebuah
gunung api akhirnya akan berhenti dari kegiatannya. Gunung api seperti ini biasanya dinyatakan
telah mati. Gunung api yang dinyatakan mati bukan berarti hilang seluruh kegiatannya. Kegiatan
magma dalam periode pendinginan akibat letusannya sering disebut gejala pasca vulkanis. Pasca
vulkanis ini dapat dibedakan dalam beberapa bentuk gejala antara lain sumber gas, sumber air
panas, sumber air mineral (mahdani), geyser dan salah satunya sebuah kawah.
Seperti halnya Gunung Patuha, pada mulanya kegiatan gunung api ini bergerak dari selatan
ke utara. Dimulai dari pembentukan Gunung Patuha Tua (2384 mdpl.) di selatan, disusul dengan
pembentukan Gunung Patuha (2434 mdpl.) dengan Kawah Taman Saat
atau Kawah Kaler yang kini hanya disebut Kawah Saat (kawah kering)
seperti tertera dalam papan penunjuk yang dibuat pengelola wisata
Kawah Putih. Oleh para peneliti kedua kerucut ini (Gunung Patuha Tua
dan Gunung Patuha),sering disebut sebagai kawah kembar. Gunung
Patuha meletus pada sekitar abad X dan XII, letusan gunung berapi yang
sangat kuat menimbulkan sebagian dari bagian atas gunung berapi
tersebut menghilang. Aktivitas pasca vulkanis inilah yang menyebabkan
terbentuknya Kawah Putih (2194 mdpl.)

Risania Nurvitawati-25212020 1
b. Kawah Putih

Dahulu jauh sebelum kedatangan Frans Wilhelm Junghuhn seorang Botanis berkebangsaan
Belanda, area Kawah Putih yang ada dalam kawasan gunung Patuha dianggap keramat dan tidak
seorang wargapun yang berani memasukinya. Hal ini dikarenakan banyak fenomena yang terjadi
seperti burung-burung yang mati ketika Kawah Putih 1856, Java-Album, Franz Wilhelm Junghuhn

melewati daerah ini, sehingga membuat


kesan angker dan mistis. Bahkan, bukan
hanya kawah yang dinilai berbahaya,
melainkan juga ranca (rawa) yang berada
di sebelah utara kawah mengalami hal
serupa, sehingga masyarakat memberinya
nama Rancaupas, yang artinya rawa
beracun (upas = racun).
Kedatangan Junghuhn pada tahun 1837 untuk memberanikan diri meneliti kawasan ini
membuka tabir baru. Junghuhn menemukan sebuah danau besar yang indah berwarna putih
kehijauan. Danau tersebut mengeluarkan semburan lava dengan bau belerang yang menyengat,
ternyata hal inilah yang menjadi penyebab hewan-hewan(salah satunya burung) tidak mau
melintasi kawasan danau ini. Bau gas belerang yang beracun membuat hewan-hewan(burung)
mati, dan kenyataan ini sedikit banyak telah mematahkan mitos Kawah Putih yang angker.
Setelah diketahui bahwa Kawah Putih menyimpan potensi alam berupa belerang, maka pada
zaman penjajahan Belanda dibangunlah pabrik belerang bernama Zwavel Ontgining ‘Kawah
Putih’,kemudian pada zaman penjajahan Jepang usaha tersebut dilanjutkan dengan nama Kawah
Putih Kenzanka Gokoya Ciwidey yang langsung berada di bawah penguasaan militer Jepang.
Meskipun keberadaan Kawah Putih telah ditemukan, namun potensi keindahan kawasan ini
belum bisa dinikmati masyarakat. Sampai pada akhirnya pada tahun 1987 PT Perhutani (Persero)
Unit III Jabar dan Banten mengembangkannya menjadi sebuah objek kunjungan wisata.

Risania Nurvitawati-25212020 2
2. KONDISI FISIK dan FITUR KAWASAN

(Dikutip dari file.upi.edu/.../deskripsi_objek_pariwisata.pdf-

Rizki Husna Nurrohman) diakses pada 26 Nov 2012

a. Kondisi Fisik dan Kimiawi Kawah


Kawah Putih Ciwidey terletak pada ketinggian 2222 meter (dpl), dengan titik koordinat antara
7.15°S dan 107.37°E (faktailmiah.com). Letak kawah putih berada di Desa Alam Endah Kec.
Rancabali Kab. Bandung-Jawa Barat, dengan jarak tempuh sekitar 46 km dari Kota Bandung.
Luas cakupan wilayah beserta hutan sekitar 1,086 ha,
dengan lebar kawah sebesar 300 meter dengan suhu rata-rata
antara 5-15°C. Peneliti Badan Vulkanologi Indonesia sudah
banyak melakukan penelitian di kawah Ciwidey. Kawah ini
mengandung asam dengan pH=<0.5–1.3, dan mempunyai
kandungan belerang serta
klor yang cukup tinggi. Gas yang bertanggung jawab atas pH
yang rendah di air (yang mencapai pH 1 di kawah putih
Ciwidey) disebabkan oleh fumarol. Fumarol adalah lubang
yang dapat mengirimkan gas seperti CO2 dan SO2 dari dalam
tanah. Fumarol dapat juga mengeluarkan gas dan uap pada
suhu 100 hingga 1000 derajat Celsius. Tidak heran mengapa
kawah danau ini menjadi asam dan menjadikan danau yang
indah dan luar biasa. Saat kita berdiri di pinggir kawah
terdapat gumpalan-gumpalan endapan lumpur belerang, ini
merupakan sisa-sisa produksi belerang dari endapan danau
kawah.

Risania Nurvitawati-25212020 3
Tanah putih yang berasal dari belerang adalah
alasan mengapa kawah ini disebut Kawah Putih.
Warna danau tidaklah selalu putih melainkan bisa
berwarna hijau kebiru-biruan bila terik matahari
dan cuaca cukup terang, namun terkadang pula
berwarna coklat susu. Hal ini dipengaruhi oleh
keluaran gas belerang (H2S dan SO2) yang biasanya
berwarna hijau cerah (seperti di Kawah Ijen). Warna
ini dapat berubah sewaktu-waktu menjadi kuning atau putih, tergantung kepekatan gas yang
keluar. Gas lain yang dapat dikeluarkan kawah adalah gas klor, fluor, CO serta CO2. Komposisi gas-
gas yang terlarut atau bereaksi dengan air dan mineral serta cahaya mengakibatkan perbedaan
warna danau, seperti yang mudah terlihat pada kompleks Kelimutu (wikipedia.com).

b. Kondisi Fisik Sekitar Kawah


Kawah putih berada dalam kompleks besar gunung Patuha. Pemandangan di sekeliling kawah
dikelilingi oleh tebing-tebing pegunungan yang dihiasi dengan beberapa jenis vegetasi hijau hutan
yang indah mengelilingi kawah. Barisan batang-batang pohon kering di pinggir kawah dan udara
khas pegunungan ikut menambah keindahan dan harmonisasi alam yang dibentuk oleh kawasan
ini. Kontrasnya warna yang ditimbulkan kawah, bebatuan dan di sebelah utara danau berdiri tegak
tebing batu kapur berwarna kelabu yang ditumbuhi lumut dan berbagai tumbuhan lainnya
menjadikan Kawah Putih sebagai point utama wisata ke daerah ini.

Risania Nurvitawati-25212020 4
c. Gua dan Fisik penunjang

Di sekitar danau, pengunjung bisa menemukan lubang besar


dengan kedalaman sekitar lima meter. Dari lubang tersebutlah bau
belerang sesekali menyebar. Lubang tersebut sebelumnya adalah
lokasi penambangan belerang. Gua ini merupakan tambang belerang
yang dulu pernah didirikan Belanda untuk membuat pabrik belerang
bernama Zwavel Ontgining Kawah putih, yang beroperasi hingga
Jepang tiba. Di zaman Jepang, namanya menjadi Kawah Putih
Kenzanka Yokoya Ciwidey dan dikendalikan langsung oleh pemerintah
militer jepang. Hingga sekarang, terowongan tambang belerang itu masih ada, dengan tulisan
“Jangan terlalu lama berada di depan goa”. Peringatan itu dibuat karena bahaya yang muncul
pada kesehatan karena menghisap belerang terlalu lama.
Karena area kawah terletak
di lereng gunung yang cukup
curam, maka untuk mencapainya
kita harus menuruni beberapa
anak tangga yang cukup banyak.
Saat menuruni tangga untuk mencapai kawah pengunjung pun
diberi pilihan lain untuk memilih jalan ke sebelah kanan atau kiri menuju hutan cantigi. Perbedaan
antara hutan cantigi di sebelah timur dan barat kawah adalah dari keragaman vegetasi dan juga
tipe perbukitannya. Hutan catigi sebelah barat lebih beragam dengan banyaknya vegatasi
penutup berupa semak dan perdu khas tanaman tropis bahkan
tumbuh lumut akibat kelembaban yang cukup tinggi, hal ini mungkin
akibat jarak serta letak hutan yang cukup jauh dari bibir kawah
sehingga zat ataupun
material kimia dari kawah
tidak mempengaruhi pola
transpirasi vegetasi. Selain
itu pihak pengelola juga
menyediakan jalur khusus
bagi pengunjung untuk menikmati hutan ini.

Risania Nurvitawati-25212020 5
Sementara itu hutan cantigi sebelah timur hanya dipenuhi dengan cantigi yang ukurannya
jauh lebih kecil dan perdu penutupnya hanya berupa tanaman paku. Selebihnya tertutup dengan
bebatuan dan kerikil, seperti batuan sisa hasil letusan gunung. Letak hutan cantigi timur ini
memang cukup berdekatan dengan kawah sehingga area ini cukup kering, dan kelembaban
udaranya sangat rendah. Nampaknya area ini belum termanfaatkan maksimal, karena selain tidak
ada jalur khusus bagi pengunjung nampaknya area ini juga tidak dikelola dengan baik. Padahal
potensi keindahannya tidak kalah menarik dengan hutan cantigi di sebrangnya.
Beberapa fasilitas
pendukung lain di sekitar
kawah antara lain lahan
parkir,Galery Sundanese
Café, kios-kios penjual
makanan, bangunan loket,
angkutan, mushola, plaza, shelter ontang-anting, souvenir shop, tempat sampah, toilet, sheltr
pengunjung, tugu Kawah Putih, dan pusat informasi.

3. FLORA dan FAUNA KAWASAN


a. Vegetasi

Kawah putih mempunyai kawasan hutan yang masih alami seperti pemandangan hutan
Eucalyptus di sepanjang jalan menuju kawah. Tumbuhan yang terdapat di Wana Wisata Kawah
Putih yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), Saliara (Lantana camara), Kingkilaban yang
merupakan jenis perdu yang mempunyai batang tumbuh memanjat diantara tanaman lain,
Kirinyuh (Eufatorium inulifolium), Puspa (Schima noronhae reinw), Kayu putih (Malaleuca
leucadendra), Cemara (Casuarina equisetifolia), Rasamala (Altingia exelsa Norona), Anggrek
kadaka(Drynaria spp), Anggrek japati (Phalaenopsis spp), Anggrek kumpai (Lycipodium
carimatum), Edelweiss, pakis dan lainnya. Sementara itu vegetasi khas pinggir kawah yaitu Cantigi
(Vaccinium varingiaefolium), dan paku-pakuan (Selligucia feei) (sumber : Perhutani).

Alang-alang
Eucalyptus Paku-pakuan

Risania Nurvitawati-25212020 6
Menurut Shroder 1979 (Firdaus, 1995:8) Sulfur dioksida (SO2) merupakan oksida belerang
yang tidak mudah terbakar, beraroma tajam dan waktu tinggal di udara selama 4 hari. Hidrogen
sulfida (H2S) merupakan gas yang mudah terbakar, aromanya khas
seperti telur busuk dan waktu tinggal di udara selama 2 hari. Pada
waktu gas belerang berdifusi di atmosfer, akan terjadi proses
pengenceran karena sebagian dari gas tersebut akan terdeposit basah
atau kering pada permukaan benda atau organisme yang ada pada
arah difusi, akibatnya akan terbentuk gradient konsentrasi gas
belerang dan atau keasaman habitat di sepanjang arah difusi gas.
Dengan terbentuknya gradien konsentrasi gas atau keasaman habitat
ini memungkinkan terjadinya gradien toleransi dari jenis-jenis
tumbuhan dominan penyusun vegetasi di sekitar kawah (jurnal: tanggapan stomata dan laju transpirasi daun

vaccinium varingiaefolium (bl.) Miq. Menurut tingkat perkembangan daun dan jarak terhadap sumber emisi gas belerang kawah
sikidang dataran tinggi dieng - Suyitno Al*, Dyah Suryani , Ratnawati).

Flora yang menjadi vegetasi dominan dan dapat tumbuh


sekitar kawah adalah jenis Vaccinium varingiaefolium atau
yang lebih dikenal oleh masyarakat daerah dengan nama
Cantigi, Sentigi, Manis Rejo, Suwagi dan lainnya. Cantigi
merupakan jenis vegetasi yang tumbuh di Hutan Pegunungan
Atas, pada ketinggian 1500 – 2400 mdpl. Tajuk pohonnya
memiliki ketinggian yang sama sekitar 20 meter, lebar daunnya juga lebih kecil dikarenakan
kekurangan makanan dan nutrisi. Cantigi dominan tumbuh di hutan Sub Alpin. Daun Cantigi
cantik, merah bersinar. Cantigi memiliki daya tahan yang hebat, mampu tumbuh di media yang
sedikit makanan dan nutrisi. Akarnya kuat mencengkram, kuat mengadapi cuaca yang ekstrim
dingin, dan menepis panas yang berlebihan (cantigipeace.blogspot.com). Sehingga dapat dikatakan
bahwa tumbuhan ini adalah salah satu tumbuhan perintis kehidupan di kawasan kawah.
Cantigi merupakan tanaman yang khas dijumpai di pegunungan tinggi karean sangat kuat dan
dapat bertahan di lahan kritis paling ekstrim sekalipun. Cantigi berpotensi besar sebagai :
1. Tanaman reboisasi dataran tinggi.
Cantigi mulai dapat ditemukan pada ketinggaian 1.500 m dari atas permukaan laut.
Bahkan Cantigi ditemukan sampai pada puncak bukit tertinggi, bahkan mulai dari
ketinggian 2.000 meter dpl, Cantigi mondominasi lahan-lahan terbuka sampai semak
belukar.

Risania Nurvitawati-25212020 7
2. Tanaman reboisasi lahan kritis.
Cantigi tumbuh baik di lahan kritis, termasuk di area sekitar kawah gunung berapi, lereng
curam berbatu dan bekas letusan gunung berapi. Kondisi ini sangat cocok untuk
menghijaukan kembali area bekas letusan gunung berapi yang gundul dan berbatu.
3. Tanaman Hias
Cantigi memiliki keindahan khusus,
diantaranya daun muda yang berwarna pink
kemerahan sampai merah meyala, sangat
menarik perhatian karena komposisi daunnya
yang kompak, dan cabang/ranting yang
berwarna merah tua.
4. Tanaman Obat
Cantigi dipercaya sebagai pembangkit gairah
kejantanan pria, semntara Teh Cantigi (Teh
Gunung) dipercaya sagat menyehatkan tubuh
Cantigi- Vaccinium varingiaefolium
5. Tanaman Konservasi Biodiversitas
Cantigi disukai fauna sebagai sumber makanan, baik bagi Aves, Insekta maupun Mamalia.
Pengayaan Cantigi meningkatkan populasi fauna pengisap bunga dan pemakan buahnya.
Cantigi di beberapa pegunungan Jawa Barat menjadi habitat yang nyaman bagi
perkembangbiakan Ayam Hutan Merah Gallul gallus dan Ayam Hutan Hijau Gallus
varius (Jawa Barat : Cangehgar dan Kasintu), berbagai serangga dan burung dan
mamalia. (sumber : Enclave conservation.html)

b. Fauna
Fauna yang dapat ditemukan di kawasan ini antara lain aneka jenis primata seperti Lutung
Jawa (Trachypithecus auratus sondaicus), Surili (Presbytis comata), dan mamalia lainnya seperti
babi hutan (Sus vittatus), Ajag atau anjing hutan (Cuon alpinus), Mencek (Muntiacus muntjak),
Jelarang (Ratufa bicolor), Kucing hutan (Felis bengalensis), Macan tutul (Panthera pardus pardus),
Macan kumbang (Panthera pardus melas), serta berbagai jenis fauna lainnya.
Hutan Kawah Putih dan Ranca Upas merupakan habitat bagi 103 jenis burung, baik jenis yang
penetap ataupun jenis burung pengunjung dari Bumi Utara. Sedikitnya tercatat 10 jenis burung
pengunjung (migran) yang terdapat di kawasan ini. Burung migran tersebut dapat teramati pada

Risania Nurvitawati-25212020 8
Fauna di kawah putih dan sekitarnya bulan-bulan tertentu
yaitu dari bulan Oktober
sampai bulan Maret.
Salah satunya adalah
burung Bubut-pacar
jambul (Clamator
coromandus) yang
berukuran cukup besar dari kelompok Cuculidae. Selain itu terdapat burung kecil jenis Sikatan
mugimaki (Ficedula mugimaki) yang berkunjung di kawasan ini.
Selain jenis migran, terdapat juga jenis burung endemik atau burung yang hanya terdapat di
Pulau Jawa atau di Indonesia saja. Tak kurang dari 32 jenis burung yang endemik tercatat di
kawasan ini. Dari 103 jenis burung yang ditemukan, 21 jenis termasuk burung-burung yang
dilindungi, baik oleh Peraturan Pemerintah RI, Konvensi Perdagangan Internasional (Apendiks
CITES), maupun Peraturan Konservasi Internasional (IUCN). Empat jenis burung yang ditemukan di
kawasan ini masuk ke dalam kategori IUCN, antara lain: burung Cica matahari (Crocias
albonotatus) dan Sikatan dada-merah (Ficedula dumetoria) yang memiliki status Near Threatened
(hampir punah). Sedangkan dua jenis berikutnya memiliki status Endangered (terancam), yaitu:
Luntur harimau (Harpectes reindwartii), dan Elang jawa (Spizaetus bartelsi) yang diidentikkan
sebagai lambang Negara Indonesia (sumber : Deni Ramadhani’s blog).

4. JALUR SIRKULASI
Untuk menuju lokasi danau Kawah Putih, dari pintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar
5 km atau bisa ditempuh sekitar 20 menit menggunakan kendaraan. Suasana yang berbeda saya
dapatkan ketika memasuki pintu masuk, jika dahulu pengunjung yang berkendaraan motor dan
mobil bebas masuk ke kawasan ini dengan kendaraannya, sekarang pihak pengelola telah
memperbaharuinya. Pengunjung hanya diperbolehkan parkir di pintu masuk utama untuk
selanjutnya melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan khusus. Jalan pun telah diperbaiki
sehingga ketika hujan datang tidak lagi licin dan berbahaya. Melalui jalan beraspal yang berkelok-
kelok dengan pemandangan hutan tanaman Eucalyptus dan hutan alam yang menampilkan
kedinamisan pola vegetasi yang naik ataupun turun dengan aneka ragam species hutan hujan
tropis pengunjung diberi suguhan “appetizer” sebelum memasuki kawasan utama kawah putih.

Risania Nurvitawati-25212020 9
Selain bisa ditempuh dengan
menggunakan kendaraan, dapat
pula ditempuh dengan berjalan kaki
atau lintas jalan kaki sejauh 7 km
dari objek wisata alam Punceuling,
melalui jalan setapak hutan alam. Jalan kendaraan menuju kawah

Meski perjalanan agak melelahkan, namun di sepanjang perjalanan akan terhibur dengan suasana
hutan alam dan udara segar dan bersih. Bagi petualang, jalur ini menjadi altermatif yang cukup
menantang hingga mencapai objek wisata kawah.
Selain jalur sirkulasi utama yang telah diperbaiki, tepi jalan sekarang juga dilengkapi dengan
signage di tiap tikungan yang curam atau berbahaya. Memasuki kawasan kawah putih telah
disediakan shelter bagi kendaraan khusus angkutan pengunjung dan parkir bagi mobil pribadi.
Jalur sirkulasi dibagi menjadi empat jalur utama, yaitu:
a. jalur pedestrian menuju kawah putih
b. jalur menuju ke hutan
c. jalur menuju area servis ke mushola dan toilet
d. jalur untuk parkir kendaraan dan sirkulasi kendaraan

Shelter ontang-anting

Material sirkulasi : paving

Jalur kendaraan dan parkir Perkerasan jalur ke kawah


Pembaharuan kawasan dan
perbaikan fasilitas setidaknya
telah membuat fisik kawasan ini
lebih baik dari sebelumnya, dan
menciptakan suasana ruang yang
lebih kondusif serta nyaman bagi pengunjung. Material jalan yang sederhana gabungan paving-batu
alam-dan material alami, dilengkapi kayu pembatas jalan yang berasal dari batang bekas pohin cantigi
itu sendiri menambah kesan alami yang dibentuk antara alam dan intervensi buatan manusia dengan
tidak menghilangkan kesan estetika itu sendiri.

Risania Nurvitawati-25212020 10
Jalur utama menuju kawah terbuat dari material kombinasi
Jalur utama ke kawah
antara paving dan batu alam. Jarak antar anak tangga dan lebar
jalan cukup proporsional cukup untuk dilewati dua orang dan tidak
membuat pengunjung cepat lelah. Terdapat pemisahan jalur
sirkulasi bagi pengunjung yang keluar dan masuk dengan

menggunakan kayu sebagai pembatas sekaligus handrail.


Sebenarnya jalur keluar pun berfungsi ganda sebagai jalur evakuasi
apabila terjadi sesuatu hal pada pengunjung, itulah sebabnya jalur
masuk-keluar dibuat terpisah.
Sebagai antisipasi keselamatan bagi pengunjung, beberapa
ruas jalur sirkulasi diberi pembatas menggunakan kayu. Sehingga
resiko kecelakaan karena terjatuhpun dapat diminimalisir, terutama bagi anak-anak ataupun orangtua.
Selain itu setiap tempat yang cukup berbahaya pun dilengkapi papan petunjuk bagi pengunjung,
sehingga pengunjung dapat lebih waspada.

5. INTERAKSI ALAM DENGAN KEGIATAN MANUSIA


Dalam peranannya sebagai tempat wisata sudah pasti banyak intervensi yang dilakukan oleh
manusia terhadap lingkungan alam yang ada di kawah putih ini, baik yang langsung maupun
secara tidak langsung. Secara social sebagai objek utama kawasan wisata, danau kawah banyak
dikunjungi para wisatawan dengan berbagai kegiatan seperti berjalan sambil menikmati
pemandangan, berfoto (bahkan difungsikan sebagai tempat fotografi dan syuting), mengamati
dan menikmati keadaan hutan sekitar, maupun melakukan ‘hiking’. Dari segi teknis, beberapa hal
yang dilakukan oleh pihak pengelola seperti membuat pembatas sebagai fungsi keselamatan dan
tangga sebagai fungsi sirkulasi. Dari aspek psikologis, skala ruang yang tebentuk akibat tebing
alam bersifat monumental dan kesan-kesan ruang lebih cenderung alami atau informal.

Aktivitas pengunjung sekitar kawah Aktivitas pengelola-tempat


“ngamen”

Risania Nurvitawati-25212020 11
6. POTENSI EKOWISATA KAWASAN
Ekowisata atau ecotourism yaitu wisata yang dilakukan pada kawasan yang relatif masih
alami, dilakukan dengan bertanggung jawab, untuk menikmati dan menghargai alam (termasuk
budayanya), mendukung konservasi, memiliki dampak rendah dan keterlibatan aktif sosio-
ekonomi masyarakat setempat (Muntasib 2005).
Ekowisata tidak hanya memberikan dampak konservasi terhadap kehidupan alam liar saja,
namun memberi manfaat bagi pengunjung sebagai sarana edukasi serta manfaat sosio-ekonomi
bagi masyarakat sekitar bagi peningkatan kesejahteraan kehidupannya.
Kawah putih merupakan salah satu potensi wisata alam yang cukup istimewa di Jawa Barat,
dikarenakan keindahan danau dan alamnya yang sangat berbeda dengan kawah-kawah lain di
Jawa Barat. Bentuk topografi lahan yang berada di kompleks Gunung Patuha memberikan
keuntungan bagi potensi wisata alamnya, dikarenakan tingkat biodiversitas alami hutannya yang
cukup tinggi. Hal ini bisa dijadikan sarana edukasi bagi warga serta bagi kalangan akademisi dan
peneliti. Bukan hanya potensi wisata “mata” semata yang menjadi unsur rekreatif, namun juga
sebagai sarana wisata edukasi dan budaya yang dapat dimanfaatkan menjadi potensi ekowisata.
Dengan pembaharuan pada sektor fasilitas dan sarana prasarana yang telah ada sekarang,
ada baiknya selain menggali potensi wisata juga sebagai alat konservasi dan rehabilitasi bagi
berbagai macam flora dan fauna yang ada di kawasan ini.
Berikut beberapa potensi yang bisa dikembangkan :
a. Memperbaiki beberapa kondisi hutan cantigi sekitar kawah yang bisa dijadikan objek
wisata
b. Kondisi alami hutan maupun kawah bisa dimanfaatkan sebagai sarana penelitian ilmiah
dan edukasi
c. Selain jalur sirkulasi bagi kendaraan bisa dibuka jalur sirkulasi lewat hutan bagi para
pendaki atau petualang yang ingin menuju kawah dengan berjalan kaki – sehingga bisa
dibuat pos-pos pendakian
d. Mengadakan acara budaya yang bersifat temporary yang bisa diadakan setiap tahun
untuk menarik minat pengunjung, karena selain potensi alam gunung Patuha-Kawah
Putih juga mengandung potensi wisata budaya historis
e. Membagi kawah putih menjadi beberapa zona rekreatif seperti zona rekreasi public,
intensif dan konservasi sehingga konsep pengembangan rekreasi melalui pendekatan

Risania Nurvitawati-25212020 12
daya dukung lingkungan agar para wisatawan dapat melakukan aktivitas wisata di zona
lain, sehingga lingkungan masih dapat terjaga kelestariannya dan tidak terjadi
penumpukan pengunjung
f. Melibatkan masyarakat sekitar dalam proses pengembangan dan pemeliharaan kawasan,
sehingga masyarakat mampu berperan aktif dalam menjaga lingkungannya serta
meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat

7. VALUE
Jalil (2006) menyatakan bahwa kegiatan rekreasi dapat dilakukan oleh semua lapisan
masyarakat dari berbagai tingkat pendidikan oleh karena itu, tampaknya pendidikan tidak
berpengaruh terhadap jumlah permintaan wisata alam, tetapi pendidikan berpengaruh terhadap
pemahaman seseorang tentang alam lingkungan, terutama tempat rekreasi termasuk juga
peranan hutan dalam hubungan dengan kelestarian lingkungan. Pendidikan terakhir ini perlu
dicermati karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin kritis pula penilaian
pengunjung terhadap fasilitas dan kinerja Wana Wisata Kawah Putih. Selain itu upaya ini juga
merupakan salah satu bentuk konservasi kita terhadap lingkungan dan warisan sejarah alam yang
telah ada, sehingga kelangsungan dan kelestariannya perlu dijaga bersama.
Objek danau kawah putih yang telah disediakan alam dengan segala bentuk keindahandan
kemurniannya sebaiknya dijaga dan dilestarikan bukan hanya diintervensi bagi kepentingan
rekreatif semata, lebih dari itu apa yang telah kita lihat dan rasakan diharapkan bisa memberikan
nilai dan manfaat yang dapat membuat kita semakin menghargai alam dan lingkungan kita.

Risania Nurvitawati-25212020 13
8. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_kawah
http://ariesaksono.wordpress.com/2008/03/10/kawah-putih-ciwidey-bandung-selatan/
http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=443:ekologi-dan-lingkungan-
di-kawah-putih-bandung&catid=57:jurnal-kediklatan&Itemid=156#
http://faktailmiah.com
http://www.anneahira.com/gunung-patuha.htm
http://gejalapascavulkanik.blogspot.com/
http://www.mail-archive.com/kisunda@yahoogroups.com/msg16596.html
ile.upi.edu/.../deskripsi_objek_pariwisata.pdf
bicons.files.wordpress.com/.../paper-johan-iskanda.
http://ridhorakhman.blogspot.com/2012/11/gunung-patuha-kawah-putih-tawarkan_12.html
http://www.tempo.co/read/news/2010/12/27/106301873/Menjadi-Petualang-di-Gunung-Patuha-Ciwidey
http://www.westjavaecotourism.com/index.php?option=com_content&view=article&id=54&Itemid=44
http://www.sith.itb.ac.id/abstract/s1/2008-S1-Reza%20Abdul%20Kodir-
Comparison%20Of%20%20Plant%20Composition%20And%20Potential%20Uses%20Of%20Mixed%20Forest,%20Rasa
mala%20%28Altingia%20excelsa%20Noronha%29%20Forest%29%20and%20Pine.pdf
http://www.wisatamelayu.com/id/tour/400-Danau-Kawah-Putih-Gunung-Patuha/navgeo
http://www.paseban.com/bandung/discussions/4228
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Suyitno%20Aloysius,%20Drs.%20MS./Tanggapan%20Stomata%20
dan%20Laju%20Transpirasi%20Daun%20Vaccinium%20varingiaefolium%28Bl.%29Miq%20di%20Kawah%20Sikidang.
Penelitian: Restiyan ,Reza. IPB. Analisis Kinerja Usaha Wana Wisata Kawah Putih Dan Strategi Pengembangannya
Penelitian: Iskandar, Johan. UNPAD. Keterlibatan Masyarakat Lokal Dalam Upaya Konservasi

Risania Nurvitawati-25212020 14

Anda mungkin juga menyukai