PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot
adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian
tubuh yang terdiri dari tulang – tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal
memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-
organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak,
jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang
dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan
masalah bagaimana konsep dasar gangguan system musculoskeletal
fraktur servikal dan bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal fraktur servikal.
C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah Agar mahasiswa
mengetahui tentang konsep dasar gangguan system musculoskeletal
fraktur servikal dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal fraktur servikal.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini ditempuh metode – metode tertentu
untuk mengumpulkan beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk
pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yaitu
mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait
2
dengan anfis system musculoskeletal. Sumber – sumber tersebut seperti
buku – buku referensi, internet, dll. Data yang telah diperoleh kemudian
diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yakni suatu
metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang telah diperoleh
secara sistematis dan menuangkannya dalam suaru simpulan yang
disusun atas kalimat – kalimat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
4
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
5
5. Pohon Masalah/Pathway
Gangguan
eliminasi alvi / Perubahan
konstipasi pola eliminasi
urine
6
6. Manifestasi Klinis
7
7. Komplikasi
a. Syok neurogenik. Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan
jalur simpatik yang desending pada medulla spinalis. Kondisi ini
mengakibatkan kehilangan tonus vasomotor dan kehilangan
persarafan simpatis pada jantung sehingga menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka
terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi.
b. Syok spinal. Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks,
terlihat setelah terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal
mungkin akan tampak seperti lesi komplit walaupun tidak seluruh
bagian rusak.
c. Hipoventilasi. Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal
yang merupakan hasil dari cedera yang mengenai medulla spinalis
bagian di daerah servikal bawah atau torakal atas.
d. Hiperfleksia autonomic. Dikarakteristikkan oleh sakit kepala
berdenyut , keringat banyak, kongesti nasal, bradikardi dan
hipertensi.
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. CT SCAN : Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik
komponen tulang servikal dan sangat membantu bila ada fraktur
akut.
b. MRI : Pemeriksaan ini sudah menjadi metode imaging pilihan untuk
daerah servikal . MRI dapat mendeteksi kelainan ligamen maupun
diskus. Seluruh daerah medula spinalis , radiks saraf dan tulang
vertebra dapat divisualisasikan.
c. Elektromiografi ( EMG) : Pemeriksaan EMG membantu mengetahui
apakah suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak, karena
pasien dengan spasme otot, artritis juga mempunyai gejala yang
sama. Selain itu juga untuk menentukan level dari iritasi/kompresi
radiks , membedakan lesi radiks dan lesi saraf perifer, membedakan
adanya iritasi atau kompresi
8
9. Penatalaksanaan
9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Fokus
Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok
spinal
Sirkulasi : berdebar - debar, pusing saat melakukan perubahan posisi,
hipotensi, bradikardia ekstremitas dingin atau pucat
Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi
perut, peristaltik usus hilang
Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut
cemas, gelisah dan menarik diri.
Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilang
Pola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam melakukan ADL
Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki,
paralisis flasid, hilangnya sensai dan hilangnya tonus otot, hilangnya
reflek, perubahan reaksi pupil, ptosis.
Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah
trauma, dan mengalami deformitas pada derah trauma.
Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis
Keamanan : suhu yang naik turun
Pemeriksaan Fisik
Tanda - tanda vital yang meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan
Pemeriksaan Neurologi
a. Fungsi serebral
Terdiri dari status mental, fungsi intelektual, daya pikir, status
emosional, persepsi, kemampuan motorik, dan bahasa.
b. Pengukuran GCS
Eyes ( membuka mata )
Spontan :4
Terhadap rangsangan suara : 3
10
Terhadap rangsangan nyeri :2
Tidak ada respon :1
Motorik
Sesuai perintah :6
Karena nyeri local :5
Menarik daerah nyeri :4
Fleksi abnormal :3
Ekstensi abnormal :2
Tidak ada respon :1
Verbal
Orientasi waktu :5
Bicara kacau (kalimat) :4
Kata – kata tidak tepat :3
Tidak bermakna (bergumam) : 2
Tidak berespon :1
c. Saraf cranial
Besar pupil tidak sama, ptosis kelopak mata
Nervus : Defisit dari Nervus
1) N. I. : Olfactory
2) N. II. : Optic
3) N. III. : Oculomotor
4) N. IV : Moto trochlear ( gerakan kebawah / kedalam mata )
5) N.V : Trigeminal ( Gerakan rahang, muka )
6) N.VI : Abducens ( Lateral Mata )
7) N.VII : Facial
8) N.VIII : Acoustic ( cochlea, vestibular )
9) N. IX : Glosofaringeal
10)N.X : Vogus ( motor, palatum, faring, laring )
11)N.XI : Asesori Spinal : mastoid, trapezius
12)N.XII : Hypoglosal ( Motor – lidah )
11
d. Pemeriksaan motorik
Meliputi pengkajian motorik kasar, tes keseimbangan, dan
pengkajian motorik halus.
e. Pemeriksaan sensorik
Meliputi sensasi taktil, sensasi suhu dan nyeri, vibrasi dan
propriosepsi, dan merasakan posisi.
3. Intervensi Keperawatan
12
dengan kreteria hasil: pernapasan 6 menyebabkan
a. ventilasi adekuat hilangnya fungsi
b. PaO2 > 80 pernapasan
c. PaCo2 < 45 secara partial,
d. RR = 16-20 x/mt karena otot
e. tanda sianosis – pernapasan
f. CRT < 3 detik mengalami
kelumpuhan
3. Pantau analisa
3. untuk
gas darah
mengetahui
adanya kelainan
fungsi pertukaran
gas sebagai
contoh :
hiperventilasi
PaO2 rendah dan
PaCO2
4. Kaji distensi perut meningkat
dan spasme otot 4. kelainan penuh
pada perut
disebabkan
karena
kelumpuhan
5. Pertahankan jalan
diafragma
nafas; posisi
5. pasien dengan
kepala tanpa
cedera cervicalis
gerak.
akan
membutuhkan
bantuan untuk
mencegah
aspirasi/
6. Auskultasi suara mempertahankan
13
napas jalan nafas.
6. hipoventilasi
biasanya terjadi
atau
menyebabkan
akumulasi sekret
7. Lakukan
yang berakibat
pengukuran
pneumonia
kapasitas vital,
7. menentukan
volume tidal dan
fungsi otot-otot
kekuatan
pernapasan.
pernapasan
Pengkajian terus
menerus untuk
mendeteksi
adanya
8. Lakukan
kegagalan
penghisapan
pernapasan
lendir bila perlu,
8. jika batuk tidak
catat jumlah, jenis
efektif,
dan karakteristik
penghisapan
secret
dibutuhkan untuk
mengeluarkan
sekret, dan
9. Lakukan mengurangi
fisioterapi nafas resiko infeksi
10. Anjurkan pasien pernapasan
untuk minum 9. mencegah sekret
minimal 2000 tertahan
cc/hari 10. membantu
mengencerkan
sekret,
meningkatkan
14
mobilisasi sekret
sebagai
ekspektoran
2 Setelah diberikan 1. Kaji secara teratur 1. mengevaluasi
asuhan keperawatan fungsi motorik keadaan secara
selama 3 x 24 jam umum
diharapkan selama 2. Lakukan log 2. membantu ROM
perawatan gangguan rolling secara pasif
mobilisasi bisa 3. Pertahankan 3. mencegah
diminimalisasi sendi 90 derajat footdrop
sampai cedera terhadap papan
diatasi dengan kaki
pembedahan dengan 4. Ukur tekanan 4. mengetahui
kreteria hasil: darah sebelum adanya hipotensi
15
3 Setelah diberikan 1. Kaji terhadap 1. pasien
asuhan keperawatan nyeri dengan melaporkan nyeri
selama 3 x 24 jam skala 0-9 biasanya diatas
diharapkan rasa tingkat cedera
nyaman terpenuhi 2. Bantu pasien 2. nyeri dipengaruhi
setelah diberikan dalam identifikasi oleh; kecemasan,
perawatan dan faktor pencetus ketegangan,
pengobatan dengan suhu, distensi
kreteria hasil: kandung kemih
a. melaporkan rasa dan berbaring
nyerinya lama
3. Berikan tindakan
berkurang 3. memberikan rasa
kenyamanan
b. skala nyeri 0-3 nayaman dengan
c. wajah pasien cara membantu
tidak meringis mengontrol nyeri
4. Dorong pasien
4. memfokuskan
menggunakan
kembali
tehnik relaksasi
perhatian,
meningkatkan
16
tidak menunjukkan 2. Catat adanya 2. pendarahan
adanya gangguan keluhan mual dan gantrointentinal
eliminasi alvi / ingin muntah, dan lambung
konstipasi dengan pasang NGT mungkin terjadi
kreteria hasil : pasien akibat trauma
bisa b.a.b secara dan stress
teratur sehari 1 kali 3. Berikan diet 3. meningkatkan
seimbang TKTP konsistensi feces
cair
4. Kolaborasi 4. merangsang
berikan obat kerja usus
pencahar sesuai
pesanan
5 Setelah diberikan 1. Kaji pola 1. mengetahui
asuhan keperawatan berkemih, dan fungsi ginjal
selama 3 x 24 jam catat produksi
diharapkan pola urine tiap jam
eliminasi urine 2. Anjurkan pasien 2. membantu
kembali normal untuk minum mempertahankan
b. produksi urine 50
cc/jam
6 Setelah diberikan 1. Inspeksi seluruh 1. kulit cenderung
asuhan keperawatan lapisan kulit rusak karena
selama 3 x 24 jam perubahan
diharapkan tidak sirkulasi perifer
terjadi gangguan 2. Lakukan 2. mengurangi
integritas kulit perubahan posisi penekanan kulit
sesuai pesanan
17
selama perawatan 3. Bersihkan dan
dengan kreteria hasil: keringkan kulit 3. meningkatkan
a. tidak ada 4. Jagalah tenun integritas kulit
dekibitus tetap kering 4. mengurangi
b. kulit pasien kering resiko
5. Berikan terapi kelembaban kulit
kinetik sesuai 5. meningkatkan
kebutuhan sirkulasi sistemik
dan perifer dan
menurunkan
tekanan pada
kulit serta
mengurangi
kerusakan kulit
4. Ilmplementasi Keperawatan
5. Evaluasi
dengan pembedahan
pengobatan
Konstipasi
18
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Fraktur adalah hilangnya kesinambungan (kontinyuitas) substansi
tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen tulang.
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis
dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas,
kecelakakan olah raga dsb ( Sjamsuhidayat, 1997).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus fraktur
servikal adalah.
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot
diafragma
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera
4) Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan
persarafan pada usus dan rectum
5) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan
syarat perkemihan
6) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini semoga para pembaca dapat mengambil manfaat
dari pengetahuan tentang system muskuluskeletal. Yang lebih khususnya kita
sebagai tenaga kesehatan (perawat) harus mampu dan memahami konsep dan
segala sesuatu dan bagaimana kita merawat dan mengobati pasien dengan
memahami system muskuloskeletal.
DAFTAR PUSTAKA
19
Brunner and suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Vol.3.Jakarta: ECG
Sylvia A. Price. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Vol. 2.
Jakarta. EGC
20