Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot
adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian
tubuh yang terdiri dari tulang – tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal
memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-
organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak,
jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang
dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga)

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan
masalah bagaimana konsep dasar gangguan system musculoskeletal
fraktur servikal dan bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal fraktur servikal.

C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah Agar mahasiswa
mengetahui tentang konsep dasar gangguan system musculoskeletal
fraktur servikal dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal fraktur servikal.

D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini ditempuh metode – metode tertentu
untuk mengumpulkan beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk
pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yaitu
mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait

2
dengan anfis system musculoskeletal. Sumber – sumber tersebut seperti
buku – buku referensi, internet, dll. Data yang telah diperoleh kemudian
diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yakni suatu
metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang telah diperoleh
secara sistematis dan menuangkannya dalam suaru simpulan yang
disusun atas kalimat – kalimat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR FRAKTUR SERVIKAL


1. Definisi

Fraktur adalah hilangnya kesinambungan (kontinyuitas) substansi


tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen tulang.
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis,
vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan
lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb ( Sjamsuhidayat, 1997).

2. Etiologi

Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas


(44%), kecelakaan olah raga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%),
kecelakaan kerja. Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif
rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan.
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma. Sebagian fraktur disebabkan oleh
kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa  pemukulan,
penghancuran, perubahan pemuntiran ataupenarikan.
b. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan. Retak dapat terjadi pada
tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia,
fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon
tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat
terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

4
3. Klasifikasi

Tingkat cedera didefinisikan oleh ASIA menurut Penurunan Skala


(dimodifikasi dari klasifikasi Frankel), dengan menggunakan kategori
berikut:
 A - Lengkap: Tidak ada fungsi motorik dan sensorik yang
dipertahankan dalam segmen sacral S4-S5.
 B - lengkap: Fungsi sensori dipertahankan di bawah tingkat neurologis
dan meluas melalui segmen sakral S4-S5.
 C - lengkap: Fungsi motorik dipertahankan di bawah tingkat neurologis,
dan sebagian besar otot kunci di bawah tingkat otot neurologis
memiliki nilai kurang dari 3.
 D - lengkap: fungsi motorik dipertahankan di bawah tingkat neurologis,
dan sebagian besar otot kunci di bawah level neurologis telah kelas
otot lebih besar dari atau sama dengan 3.
 E - Normal: Fungsi sensorik dan motorik yang normal.

4. Patofisiologi

Terjadinya trauma pada daerah tulang leher mengakibatkan fraktur.


Akibat kondisi seperti ini, pusat-pusat persarapan akan terjadi gangguan.
Gangguan ini diakibatkan karena terjepitnya saraf-saraf yang melalui
daerah vertebra. Karena vertebra merupakan pusat persarapan bagi
berbagai organ, maka kerja organ-organ tersebut akan terganggu atau
bahkan mangalami kelumpuhan, akibat fraktur ini pula, akan
mengakibatkan blok saraf parasimpatik dan pasien akan mengalami
iskemia dan hipoksemia dan akhirnya akan mengalami gangguan
kebutuhan oksigen. Cedera yang terjadi juga akan mengakibatkan
pelepasan mediator-mediator kima yang akan menimbulkan nyeri hebat
dan akut selanjutnya terjadi syok spinal dan pasien akan merasa tidak
nyaman. Gangguan sistem saraf spinal akan mengakibatkan kelumpuhan
pada organ-organ pencernahan dan sistem perkemihan. Dan masalh yang
akan terjadi adalah gangguan eliminasi.

5
5. Pohon Masalah/Pathway

Etiologi : terjadinya trauma pada tulang belakang


(servikal) : kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah
raga, terjatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja

Rusaknya kontinuitas / fraktur tulang belakang (servikal)

Blok saraf Pelepasan Kelemahan, Gangguan system


parasimpatis mediator- kehilangan fungsi saraf spinal
mediator kimia

Kelumpuhan Nyeri Imobilisasi Kelumpuhan saraf


otot pernafasan pada organ
(diafragma)
Gangguan Kerusakan
rasa nyaman mobilitas fisik
Pola nafas nyeri
tidak efektif
Pencernaan Perkemihan
Resiko
kerusakan
integritas kulit Gangguan Gangguan
fungsi rektum fungsi kandung
kemih

Gangguan
eliminasi alvi / Perubahan
konstipasi pola eliminasi
urine

6
6. Manifestasi Klinis

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik adalah sebagai berikut:


a. Nyeri. Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini
dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau
kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak/edama. Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan
serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di
jaringan sekitarnya.
c. Memar/ekimosis. Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat
dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
d. Spasme otot. Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar
fraktur.
e. Penurunan sensasi. Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya
syaraf karena edema.
f. Gangguan fungsi. Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur,
nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan
syaraf.
g. Mobilitas abnormal. Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-
bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini
terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Krepitasi. Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian
tulang digerakkan.
i. Deformitas. Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari
kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong
fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang
kehilangan bentuk normalnya.
j. Shock hipovolemik. Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi
perdarahan hebat.

7
7. Komplikasi
a. Syok neurogenik. Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan
jalur simpatik yang desending pada medulla spinalis. Kondisi ini
mengakibatkan kehilangan tonus vasomotor dan kehilangan
persarafan simpatis pada jantung sehingga menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka
terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi.
b. Syok spinal. Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks,
terlihat setelah terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal
mungkin akan tampak seperti lesi komplit walaupun tidak seluruh
bagian rusak.
c. Hipoventilasi. Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal
yang merupakan hasil dari cedera yang mengenai medulla spinalis
bagian di daerah servikal bawah atau torakal atas.
d. Hiperfleksia autonomic. Dikarakteristikkan oleh sakit kepala
berdenyut , keringat banyak, kongesti nasal, bradikardi dan
hipertensi.

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. CT SCAN : Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik
komponen tulang servikal dan sangat membantu bila ada fraktur
akut.
b. MRI : Pemeriksaan ini sudah menjadi metode imaging pilihan untuk
daerah servikal . MRI dapat mendeteksi kelainan ligamen maupun
diskus. Seluruh daerah medula spinalis , radiks saraf dan tulang
vertebra dapat divisualisasikan.
c. Elektromiografi ( EMG) : Pemeriksaan EMG membantu mengetahui
apakah suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak, karena
pasien dengan spasme otot, artritis juga mempunyai gejala yang
sama. Selain itu juga untuk menentukan level dari iritasi/kompresi
radiks , membedakan lesi radiks dan lesi saraf perifer, membedakan
adanya iritasi atau kompresi

8
9. Penatalaksanaan

Penanganan fraktur servikal tergantung vertebra servikalis apa yang


rusak dan luasnya fraktur.
a. Fraktur minor sering diperlakukan menggunakan cervical collar atau
neck brace yang dipakai selama enam sampai delapan minggu sampai
tulang sembuh dengan sendirinya.
b. Hormon Progesteron untuk Trauma Capitis Berat
c. Suatu fraktur yang lebih berat atau kompleks mungkin memerlukan
traksi, atau perbaikan bedah atau fusi tulang belakang.
d. Bedah perbaikan patah tulang servikalis dapat mengakibatkan waktu
pemulihan yang lama diikuti dengan terapi fisik.

9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Data Fokus
 Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok
spinal
 Sirkulasi : berdebar - debar, pusing saat melakukan perubahan posisi,
hipotensi, bradikardia ekstremitas dingin atau pucat
 Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi
perut, peristaltik usus hilang
 Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut
cemas, gelisah dan menarik diri.
 Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilang
 Pola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam melakukan ADL
 Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki,
paralisis flasid, hilangnya sensai dan hilangnya tonus otot, hilangnya
reflek, perubahan reaksi pupil, ptosis.
 Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah
trauma, dan mengalami deformitas pada derah trauma.
 Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis
 Keamanan : suhu yang naik turun

Pemeriksaan Fisik
Tanda - tanda vital yang meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan
Pemeriksaan Neurologi
a. Fungsi serebral
Terdiri dari status mental, fungsi intelektual, daya pikir, status
emosional, persepsi, kemampuan motorik, dan bahasa.
b. Pengukuran GCS
 Eyes ( membuka mata )
 Spontan :4
 Terhadap rangsangan suara : 3

10
 Terhadap rangsangan nyeri :2
 Tidak ada respon :1
 Motorik
 Sesuai perintah :6
 Karena nyeri local :5
 Menarik daerah nyeri :4
 Fleksi abnormal :3
 Ekstensi abnormal :2
 Tidak ada respon :1
 Verbal
 Orientasi waktu :5
 Bicara kacau (kalimat) :4
 Kata – kata tidak tepat :3
 Tidak bermakna (bergumam) : 2
 Tidak berespon :1
c. Saraf cranial
Besar pupil tidak sama, ptosis kelopak mata
Nervus : Defisit dari Nervus
1) N. I. : Olfactory
2) N. II. : Optic
3) N. III. : Oculomotor
4) N. IV : Moto trochlear ( gerakan kebawah / kedalam mata )
5) N.V : Trigeminal ( Gerakan rahang, muka )
6) N.VI : Abducens ( Lateral Mata )
7) N.VII : Facial
8) N.VIII : Acoustic ( cochlea, vestibular )
9) N. IX : Glosofaringeal
10)N.X : Vogus ( motor, palatum, faring, laring )
11)N.XI : Asesori Spinal : mastoid, trapezius
12)N.XII : Hypoglosal ( Motor – lidah )

11
d. Pemeriksaan motorik
Meliputi pengkajian motorik kasar, tes keseimbangan, dan
pengkajian motorik halus.
e. Pemeriksaan sensorik
Meliputi sensasi taktil, sensasi suhu dan nyeri, vibrasi dan
propriosepsi, dan merasakan posisi.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot
diafragma
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya
cedera
4) Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan
gangguan persarafan pada usus dan rektum
5) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan
saraf perkemihan
6) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring lama

3. Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Kreteria Intervensi Rasional


Dx Hasil
1 Setelah diberikan 1. Observasi warna 1. menggambarkan
asuhan keperawatan kulit adanya
selama 3 x 24 jam kegagalan
diharapkan pola pernapasan yang
nafas efektif setelah memerlukan
diberikan oksigen tindakan segera
2. Kaji fungsi
2. trauma pada C5-

12
dengan kreteria hasil: pernapasan 6 menyebabkan
a. ventilasi adekuat hilangnya fungsi
b. PaO2 > 80 pernapasan
c. PaCo2 < 45 secara partial,
d. RR = 16-20 x/mt karena otot
e. tanda sianosis – pernapasan
f. CRT < 3 detik mengalami
kelumpuhan
3. Pantau analisa
3. untuk
gas darah
mengetahui
adanya kelainan
fungsi pertukaran
gas sebagai
contoh :
hiperventilasi
PaO2 rendah dan
PaCO2
4. Kaji distensi perut meningkat
dan spasme otot 4. kelainan penuh
pada perut
disebabkan
karena
kelumpuhan
5. Pertahankan jalan
diafragma
nafas; posisi
5. pasien dengan
kepala tanpa
cedera cervicalis
gerak.
akan
membutuhkan
bantuan untuk
mencegah
aspirasi/
6. Auskultasi suara mempertahankan

13
napas jalan nafas.
6. hipoventilasi
biasanya terjadi
atau
menyebabkan
akumulasi sekret
7. Lakukan
yang berakibat
pengukuran
pneumonia
kapasitas vital,
7. menentukan
volume tidal dan
fungsi otot-otot
kekuatan
pernapasan.
pernapasan
Pengkajian terus
menerus untuk
mendeteksi
adanya
8. Lakukan
kegagalan
penghisapan
pernapasan
lendir bila perlu,
8. jika batuk tidak
catat jumlah, jenis
efektif,
dan karakteristik
penghisapan
secret
dibutuhkan untuk
mengeluarkan
sekret, dan
9. Lakukan mengurangi
fisioterapi nafas resiko infeksi
10. Anjurkan pasien pernapasan
untuk minum 9. mencegah sekret
minimal 2000 tertahan
cc/hari 10. membantu
mengencerkan
sekret,
meningkatkan

14
mobilisasi sekret
sebagai
ekspektoran
2 Setelah diberikan 1. Kaji secara teratur 1. mengevaluasi
asuhan keperawatan fungsi motorik keadaan secara
selama 3 x 24 jam umum
diharapkan selama 2. Lakukan log 2. membantu ROM
perawatan gangguan rolling secara pasif
mobilisasi bisa 3. Pertahankan 3. mencegah
diminimalisasi sendi 90 derajat footdrop
sampai cedera terhadap papan
diatasi dengan kaki
pembedahan dengan 4. Ukur tekanan 4. mengetahui
kreteria hasil: darah sebelum adanya hipotensi

a. tidak ada dan sesudah log ortostatik

kontraktur otot rolling


b. kekuatan otot 5. Inspeksi kulit 5. gangguan
meningkat setiap hari sirkulasi dan

c. pasien mampu hilangnya sensai

beraktifitas resiko tinggi

kembali secara kerusakan

bertahap integritas kulit


6. Berikanrelaksan 6. berguna untuk
otot sesuai membatasi dan
pesanan seperti mengurangi nyeri
diazepam yang
berhubungan
dengan
spastisitas
7. Instruksikan
7. memberikan rasa
pasien untuk
aman
memanggil bila
minta pertolongan

15
3 Setelah diberikan 1. Kaji terhadap 1. pasien
asuhan keperawatan nyeri dengan melaporkan nyeri
selama 3 x 24 jam skala 0-9 biasanya diatas
diharapkan rasa tingkat cedera
nyaman terpenuhi 2. Bantu pasien 2. nyeri dipengaruhi
setelah diberikan dalam identifikasi oleh; kecemasan,
perawatan dan faktor pencetus ketegangan,
pengobatan dengan suhu, distensi
kreteria hasil: kandung kemih
a. melaporkan rasa dan berbaring
nyerinya lama
3. Berikan tindakan
berkurang 3. memberikan rasa
kenyamanan
b. skala nyeri 0-3 nayaman dengan
c. wajah pasien cara membantu
tidak meringis mengontrol nyeri
4. Dorong pasien
4. memfokuskan
menggunakan
kembali
tehnik relaksasi
perhatian,
meningkatkan

5. Kolaborasi rasa kontrol

Berikan obat 5. untuk


antinyeri sesuai menghilangkan

pesanan nyeri otot atau


untuk
menghilangkan
kecemasan dan
meningkatkan
istirahat
4 Setelah diberikan 1. Auskultasi bising 1. bising usus
asuhan keperawatan usus, catat lokasi mungkin tidak
selama 3 x 24 jam dan ada selama syok
diharapkan pasien karakteristiknya spinal

16
tidak menunjukkan 2. Catat adanya 2. pendarahan
adanya gangguan keluhan mual dan gantrointentinal
eliminasi alvi / ingin muntah, dan lambung
konstipasi dengan pasang NGT mungkin terjadi
kreteria hasil : pasien akibat trauma
bisa b.a.b secara dan stress
teratur sehari 1 kali 3. Berikan diet 3. meningkatkan
seimbang TKTP konsistensi feces
cair
4. Kolaborasi 4. merangsang
berikan obat kerja usus
pencahar sesuai
pesanan
5 Setelah diberikan 1. Kaji pola 1. mengetahui
asuhan keperawatan berkemih, dan fungsi ginjal
selama 3 x 24 jam catat produksi
diharapkan pola urine tiap jam
eliminasi urine 2. Anjurkan pasien 2. membantu
kembali normal untuk minum mempertahankan

selama perawatan 2000 cc/hari fungsi ginjal

dengan kreteria 3. Pasang dower 3. membantu


hasil : kateter proses

a. keluhan eliminasi pengeluaran

uirine tidak ada urine

b. produksi urine 50
cc/jam
6 Setelah diberikan 1. Inspeksi seluruh 1. kulit cenderung
asuhan keperawatan lapisan kulit rusak karena
selama 3 x 24 jam perubahan
diharapkan tidak sirkulasi perifer
terjadi gangguan 2. Lakukan 2. mengurangi
integritas kulit perubahan posisi penekanan kulit
sesuai pesanan

17
selama perawatan 3. Bersihkan dan
dengan kreteria hasil: keringkan kulit 3. meningkatkan
a. tidak ada 4. Jagalah tenun integritas kulit
dekibitus tetap kering 4. mengurangi
b. kulit pasien kering resiko
5. Berikan terapi kelembaban kulit
kinetik sesuai 5. meningkatkan
kebutuhan sirkulasi sistemik
dan perifer dan
menurunkan
tekanan pada
kulit serta
mengurangi
kerusakan kulit

4. Ilmplementasi Keperawatan

Lakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang di buat

5. Evaluasi

DX 1 : Pola nafas efektif setelah diberikan oksigen

DX 2 : Gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi sampai cedera diatasi

dengan pembedahan

DX 3 : Rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan

pengobatan

DX 4 : Pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi alvi /

Konstipasi

DX 5 : Pola eliminasi urine kembali normal selama perawatan

DX 6 : Tidak terjadi gangguan integritas kulit selama perawatan

18
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Fraktur adalah hilangnya kesinambungan (kontinyuitas) substansi
tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen tulang.
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis
dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas,
kecelakakan olah raga dsb ( Sjamsuhidayat, 1997).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus fraktur
servikal adalah.
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot
diafragma
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera
4) Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan
persarafan pada usus dan rectum
5) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan
syarat perkemihan
6) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini semoga para pembaca dapat mengambil manfaat
dari pengetahuan tentang system muskuluskeletal. Yang lebih khususnya kita
sebagai tenaga kesehatan (perawat) harus mampu dan memahami konsep dan
segala sesuatu dan bagaimana kita merawat dan mengobati pasien dengan
memahami system muskuloskeletal.

DAFTAR PUSTAKA

19
 
Brunner and suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Vol.3.Jakarta: ECG

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,


Jakarta, EGC,

NANDA International, 2011, DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi


2012-2012, Jakarta, EGC.

Sylvia A. Price. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Vol. 2.
Jakarta. EGC

William F. Ganong. 2003. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 20 . Jakarta:


EGC

20

Anda mungkin juga menyukai