ANEMIA APLASTIK
Disusun oleh:
Pembimbing:
Penulis
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nomor CM : 013161xx
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
3
kelelahan atau jalan sekitar lebih dari 100 meter sudah mulai lelah. Pasien juga
merasakan bahwa beberapa aktivitas yang dilakukan selama ini mulai terganggu
apalagi dalam masalah produktivitas pekerjaan sehari-harinya.
Pasien mengaku belum pernah mengalami gejala seperti ini ketika dulu ataupun
pada masa kecilnya, baru terjadi semenjak bekerja dengan shiftnya yang cukup
berat. Pasien bekerja di sebuah pabrik garment yang dimana memproduksi bahan
tekstil yang kerjanya dari malam sampai pagi ditambah kurangnya waktu istirahat
lalu disempatkan rutin bermain voli bersama temannya kemudian pasien merasa
tidak enak badan langsung sakit semenjak bulan puasa kemarin disangka karena
banyak melakukan aktivitas akhir-akhir ini. Keluhan lain seperti lebam-lebam pada
kulit, mimisan ataupun perdarahan di tempat lain selain gusi disangkal.
• Riwayat DM (-)
4
V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Riwayat DM (-)
5
VIII. ANAMNESIS SISTEM ORGAN
1. Kulit : Pucat
2. Kepala : Pusing
11. Ekstremitas : Pucat pada kedua ujung jari tangan dan kaki
6
IX. STATUS GENERALIS
2. GCS : E4 M6 V5
5. Nadi
a. Frekuensi : 82x/menit
6. Suhu : 36,8ºC
9. Gizi
a. BB : 64 kg
b. TB : 170 cm
7
X. PEMERIKSAAN FISIK
Pucat : Pucat
Endoftalmus : (-/-)
RCL : (+/+)
RCTL : (+/+)
Lubang : Normal
Sekret : (-/-)
8
- HIDUNG Bentuk : Normal
Sekret : (-)
Epistaksis : (-)
9
PULMO DEPAN
a. Inspeksi
- Bentuk normal, pergerakan dinding dada simetris.
- Tidak ada retraksi, tidak terlihat sikatriks, dan tidak ada massa.
b. Palpasi
- Fremitus taktil dan vocal kanan dan kiri simetris, tidak ada yang
tertinggal.
c. Perkusi
- Terdengar sonor pada seluruh lapang paru
- Batas paru-hepar di ICS V linea midclavicularis dextra
- Peranjakan paru (+)
d. Auskultasi
- Suara terdengar vesikuler kanan = kiri
- Ronkhi (-/-), wheezing(-/-)
PULMO BELAKANG
a. Inspeksi
- Bentuk normal, pergerakan dinding dada simetris
- Tidak ada retraksi, tidak terlihat sikatriks, tidak ada massa
b. Palpasi
- Fremitus taktil dan vocal kanan dan kiri simetris, tidak ada yang tertinggal.
- Tidak ada krepitasi dan massa.
- Tidak terdapat nyeri tekan.
c. Perkusi
- Terdengar sonor pada seluruh lapang paru
d. Auskultasi
- Suara terdengar vesikuler kanan = kiri
- Ronkhi (-/-), wheezing(-/-)
10
- JANTUNG
a. Inspeksi
- Iktus cordis tidak terlihat
b. Palpasi
- Iktus kordis teraba pada ICS V, 2cm ke ar ah med ia l
dar i linea m idc la vicu lar is s in ist r a
c. Perkusi
- Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
- Batas jantung kiri : ICS IV linea midclavicularis sinistra
- Pinggang Jantung : ICS II linea parasternalis sinistra
d. Auskultasi
- Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar reguler
- Bunyi gallop (-), murmur (-)
- ABDOMEN
a. Inspeksi
- Bulat
- Warna kulit tampak seperti sekitar, tidak ada jaringan parut
- Sikatriks (-), massa (-), hematom (-)
- Tidak tampak pembesaran lien
b. Auskultasi
- Bising usus (+) Normal
c. Perkusi
- Tymphani pada seluruh quadran
11
- Nyeri ketok ginjal (-)
d. Palpasi
- EXTREMITAS
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
12
XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Eosinofil 1 % 1–6
Batang 1 % 3–5
Neutrofil 20 % 50 – 70
Limfosit 22 % 30 – 45
Monosit 2 % 2 – 10
Eosinofil 0 % 1–6
13
Batang 0 % 3–5
Neutrofil 12 % 50 – 70
Limfosit 87 % 30 – 45
Monosit 1 % 2 – 10
Kimia Klinik
AST (SGOT) 19 U/L s/d 32
ALT (SGPT) 21 U/L s/d 31
Ureum 75 mg/dL 15 - 30
Kreatinin 1,5 mg/dL 0,7 – 1,3
Glukosa Darah Sewaktu 124 mg/dL < 140
SADT
Eritrosit: Hipokrom anisositosis
Leukosit : jumlah kurang, limfositosis
Trombosit: Jumlah kurang, giant thrombocyte (+)
Kesan : pansitopenia perifer, susp anemia aplastik DD/ Sindrom mielodisplasia.
Eosinofil 1 % 1–6
Batang 1 % 3–5
Neutrofil 14 % 50 – 70
Limfosit 84 % 30 – 45
Monosit 0 % 2 – 10
14
Pemeriksaan Radiologi pada tanggal 09/Juni/2022 09:22
1. Foto Thorax AP
Kesan pemeriksaan :
Cord an pulmo tampak normal
Hasil Pemeriksaan :
15
4. Pemeriksaan Hematologi pada tanggal 11 Juni 2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Rutin
Hemoglobin 7,3 g/dL 12,0 – 16,0
Hematokrit 22 % 35 – 47
Leukosit 4000 /mm3 3.800 – 10.600
Trombosit 75.000 /mm3 130.000 – 440.000
Eritrosit 2,4 juta/mm3 3.5 – 5.8
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 1 % 1–6
Batang 1 % 3–5
Neutrofil 15 % 50 – 70
Limfosit 85 % 30 – 45
Monosit 0 % 2 – 10
Eosinofil 1 % 1–6
Batang 1 % 3–5
Neutrofil 13 % 50 – 70
Limfosit 70 % 30 – 45
Monosit 0 % 2 – 10
16
XII. RESUME
Laki-laki berusia 22 tahun datang ke RSUD dr. Slamet Garut dengan keluhan
lemas disertai pusing, demam kurang dari 1 minggu, dan perdarahan pada gusi sejak
3 hari SMRS. Keluhan disertai pucat-pucat dan cepat lelah setiap beraktivitas
ringan sampai sedang. Pasien mengatakan keluhannya semakin mengganggu
pekerjaannya. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung dan tidak pernah
mengalami keluhan serupa. Riwayat penyakit lain disangkal. Riwayat penyakit
pada keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kulit pucat disertai pada kedua ekstremitas
superior dan inferiornya pucat pada jari tangan dan kakinya, konjungtiva anemis,
gusi berdarah sudah tidak ada dan pemeriksaan fisik lainnya tampak normal. Pada
pemeriksaan penunjang terakhir didapatkan hasil kadar Hb (8,5 g/dL), hematokrit
(30%), leukosit (4500/mm3), neutrophil (13%), batang (1%), limfost (70%).
1. Darah rutin
3. Reticulosit Count
17
Terapi yang sudah didapat:
- Omeprazole 1 x 40 mg iv
- Ondansetron 2 x 4 mg iv
XVI. EDUKASI
1. Edukasi pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami pasien saat ini.
2. Edukasi mengenai menjaga kesehatan tubuh dan pola hidup yang baik.
XVII. PROGNOSIS
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anemia Aplastik
1.1 Definisi
Anemia aplastik merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia
pada darah tepi yang disebabkan oleh terjadinya gangguan atau kelainan pada
proses pembentukan hematopoiesis di sumsum tulang tanpa disertai adanya
keganasan pada sistem hematopoietik ataupun metastasis keganasan ke sumsum
tulang1.
1.2 Epidemiologi
Anemia aplastik jarang ditemukan. Insidensi bervariasi di seluruh dunia,
berkisar antara 2 sampai 6 kasus persejuta penduduk pertahun. The International
Aplastic Anemia and Agranulocytosis Study dan French Study memperkirakan
ada 2 kasus perjuta orang pertahun. Frekuensi tertinggi anemia aplastik terjadi
pada orang berusia 15 sampai 25 tahun; peringkat kedua terjadi pada usia 65
sampai 69 tahun. Anemia aplastik lebih sering terjadi di Cina dimana insiden kira-
kira 7 kasus perjuta penduduk di Cina, 4 kasus perjuta penduduk di Thailand dan
5 kasus perjuta penduduk di Malaysia. Penjelasan kenapa insiden di Asia Timur
lebih besar daripada di negara Barat belum jelas. Peningkatan insiden ini
diperkirakan berhubungan dengan faktor lingkungan seperti peningkatan paparan
dengan bahan kimia toksik, dibandingkan dengan faktor genetik. Hal ini terbukti
dengan tidak ditemukan peningkatan insiden pada orang Asia yang tinggal di
Amerika5.
1.3 Etiologi – Klasifikasi
Tabel 1.1. Penyebab Anemia Aplastik
19
1. Primer
Idiopatik
Kelainan Kongenital
Fanconi
Nonfanconi
Dyskeratosis kongenital
2. Sekunder
Radiasi, bahan kimia, atau obat (kemoterapi, benzene)
Obat – obatan idiosinkratik (Chloramphenicol)
Infeksi Virus : CMV, EBV, Hepatitis B, C , D., HIV.
Masa Kehamilan
Proses imunologik yang menekan hematopoiesis
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH)
1.4 Patofisiologi
Patofisiologi dari anemia aplastik secara pasti belum diketahui, namun
setidaknya ada 3 teori yang dapat menjelaskan yaitu:
1) Kerusakan sel induk hematopoietik
Teori ini didukung dengan keberhasilannya transplantasi sumsum
tulang sekitar 60-80% pada pasien anemia aplastic sehingga
membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan
memperbaiki atau merekonstruksi sumsum tulang (pergantian sel
induk).
20
2) Kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
Dibuktikan dengan melalui tikus percobaan yang diberikan radiasi
3) Proses imunologik yang menekan hematopoiesis
Dibuktikan secara tidak langsung melalui keberhasilan pengobatan
imunosupresif dan kelainan imunologik ini diperkirakan menjadi
penyebab dasar dari kerusakan baik di sel induk atau lingkungan
mikro sumsum tulang1,4.
Penghancuran langsung hematopoietic progenitors
Supresi proses hematopoiesis akibat dari imun sel T –
sitotoksik dalam darah dan sumsum tulang melepaskan
gamma IFN dan TNF menghambat proses pembentukan sel
progenitor dari awal hingga akhir.
Penghancuran langsung hematopoietic progenitors
Supresi proses hematopoiesis akibat dari imun sel T –
sitotoksik dalam darah dan sumsum tulang melepaskan
gamma IFN dan TNF menghambat proses pembentukan sel
progenitor dari awal hingga akhir1,2.
21
Gambar 1.2. Proses Hematopoiesis di sumsum tulang
23
e. Epitel dan kulit: kelihatan pucat, kulit tidak elastis atau kurang cerah,
rambut tipis dan kekuning kuningan.
Gejala perdarahan : ptekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan subkonjungtiva,
perdarahan gusi, hematemesis/melenaatau menorhagia pada wanita.
Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, namun jika terjadi perdarahan
otak sering bersifat fatal.
Tanda-tanda infeksi: ulserasi mulut atau tenggorokan, selulitis leher, febris,
sepsis atau syok septik1,2.
24
Besi serum normal atau meningkat, TIBC normal, HbF meningkat.
Darah Lengkap: Jumlah masing-masing sel darah (eritrosit, leukosit,
trombosit)
Hapusan Darah Tepi: Ditemukan normokromik normositer
Gambar 1.7. sumsum tulang belakang pada orang normal (kiri) dan pada
anemia aplastik (kanan)
25
2. Retikulosit <30x109L
3. Gambaran sumsum tulang:
o Penurunan selularitas dengan hilangnya atau menurunnya semua
sel hematopoeitik atau selularitas normal oleh hiperplasiaeritroid
fokal dengan deplesi seri granulosit dan megakariosit.
o Tidak adanya fibrosis yang bermakna tau infiltrasi neoplastik.
26
trombosit yang cenderung rendah
Terapi definitif:
- Transplantasi sumsum tulang
- Kecocokan HLA (Human Leucocyte Antigen) biasanya
relatif (pendonor dari keluarga dekat/inti dari pasien)
- Prognosis cenderung baik, long term survival rates : 60-
70%
- Immunosuppression :
Antithymocyte globulin (ATG)
Antilymphocyte globulin (ALG)
Cyclosporin
Intensive immunosuppression : cyclophosphamide
Kortikosteroid4.
1.8 Komplikasi
Komplikasi cenderung akan timbul jika tidak dilakukan terapi secepat mungkin
baik terapi definitif, ataupun terapi suportif lainnya karena pada pasien anemia
aplastik menimbulkan gejala-gejala pansitopenia yang tadi sudah disebutkan,
maka dari itu jika tidak ditangani dengan segera akan memperparah manifestasi
klinis dari pansitopenia tersebut 1,2.
1.9 Prognosis
Prognosis atau perjalanan penyakit anemia aplastik sangat bervariasi, tetapi tanpa
pengobatan pada umumnya memberikan prognosis yang buruk. Prognosis dapat
dibagi tiga, yaitu :
a. kasus berat dan progresif, rata-rata meninggal dalam 3 bulan (10-15% kasus)
b. pasien dengan perjalanan penyakit kronik dengan remisi dan relapse dapat
meninggal dalam 1 tahun (50% kasus)
c. pasien yang mengalami remisi sempurna atau parsial (sebagian kecil pasien) 4.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Robert S. Hillman, Michael Leporrier, Kenneth A. Ault, Henry M. Rinder. Hematology
In Clinical Practice Fifth Edition (5th ed.): New York Mc Graw Hill-Companies, 2011.
2. Aster, Jon C., Bunn, H. Franklin. Pathophysiology of Blood Disorders (2nd Ed.):
New York Mc Graw Hill-Companies,2017.
3. Young, Neal S. “Aplastic Anemia.” The New England journal of medicine vol. 379,17
2018: 1643-1656. doi:10.1056/NEJMra1413485
4. Widjanarko, A. Anemia Aplastik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II
Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001. p. 637-643.
5. Montane E, Luisa I, Vidal X, Ballarin E, Puig R, Garcia N, Laporte JR, CGSAAA:
Epidemiology of aplastic anemia: a prospective multicenter study. Haematologica.
2008; 98:518-23.
6. Lichtman MA., Beutier E., Kipps TJ., Williams WJ. Williams Manual of Hematology.
McGraw-Hill, Toronto, 6th edition, 2003.
7. Rodak BF. Hematology. Clinical Principles and Applications. WB Saunders Company,
Tokyo, second edition, 2002.
28