Anda di halaman 1dari 2

DEVELOPING LEADER

Pemimpin memiliki peran yang berbeda dibanding pekerjaan lainnya. Seseorang yang bukan
pemimpin biasanya dituntut untuk menjadi spesialis di satu bidang – misalnya sebagai arsitek,
programmer, analis data, dan lain sebagainya. Namun apabila sudah memegang peran sebagai
pemimpin, segalanya akan berubah.

Pemimpin bukanlah orang yang mengerjakan semua pekerjaan, namun membantu orang lain
untuk menyelesaikan pekerjaan. Jika diibaratkan seperti sepakbola, lanjutnya, pemimpin adalah
pelatih yang tidak bisa serta-merta masuk ke lapangan jika tim binaannya kebobolan.

Seorang pemimpin harus memberikan hasil kerja. Akan tetapi, hasil pekerjaan tersebut
bergantung pada orang lain, bukan si pemimpin itu sendiri. Hasil itu penting, tapi harus didapat
dari orang-orang, budaya, dan proses yang tepat.

Pemimpin harus merefleksikan visi serta nilai-nilai perusahaan atau organisasi. Meski penting,
statement visi dan misi dalam bentuk tertulis tidak akan nada artinya jika tidak menjadi budaya
serta secara konsisten menjadi dasar aksi dan karakter sehari-hari.

Selain itu, penting bagi seorang pemimpin untuk memulai dengan pertanyaan “kenapa” (start
with why) dan membangun rasa percaya. Pemimpin harus mampu secara jelas menjelaskan
mengapa pekerjaan yang dilakukan bermakna, sehingga ada passion yang tumbuh di situ.

Kepemimpinan Zaman Dahulu vs. Kepemimimpinan Zaman Sekarang

Teori kepemimpinan zaman dahulu banyak yang sudah tidak sesuai zaman dan tidak dapat lagi
diterapkan di masa sekarang. Kepemimpinan zaman dahulu adalah kepemimpinan yang linear, di
mana hubungan hanya seperti “majikan” dengan bawahan. Dengan gaya kepemimpinan seperti
itu, bawahan hanya melakukan pekerjaan jika sudah mendapatkan perintah.

Di masa sekarang, cara memimpin seperti di atas tidak bisa dilakukan lagi karena kini semua
pihak harus berjalan bersama. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan, perkembangan teknologi,
dan inovasi digital yang bergerak semakin cepat secara eksponensial. Bahkan, tambahnya,
digitalisasi adalah penyebab utama hilangnya lebih dari setengah perusahaan yang termasuk
dalam Fortune 500 sejak tahun 2000.

Perusahaan yang mampu bertahan dan menguasai pasar di masa sekarang adalah yang memiliki
mindset eksponensial dan mampu beradaptasi serta berubah dengan cepat. Karena itu, gaya
kepemimpinan juga harus berubah. Seorang pemimpin harus agile (tangkas), harus siap untuk
mengubah diri sendiri dan memberi contoh bagi orang lain agar ikut berubah.

Sama seperti kapal yang besar, organisasi besar akan lebih sulit untuk bergerak cepat karena
terbawa oleh momentum. Untuk menyiasati hal tersebut, perlu dibentuk tim-tim kecil yang bisa
dapat bergerak dengan lincah.
Kerja sama yang baik – kolaboratif, tangkas, analitis, kreatif, dan inovatif – mendefinisikan
kepemimpinan masa sekarang. Jika di zaman dahulu yang berpikir hanyalah si pemimpin dan
yang lain tinggal menjalankan, kini semua harus aktif terlibat dan bekerja sama, termasuk
dengan lini yang berbeda-beda. Pemimpin perlu merangkul serta mendorong timnya untuk aktif
dan juga menjadi contoh nyata bagi mereka.

Menurut Armand, peran pemimpin sebagai contoh sangat krusial. Seorang pemimpin harus bijak
dan memiliki hati yang baik karena jika tidak, dia hanya akan membawa timnya ke dalam
kehancuran. Tim akan mencontoh pemimpinnya, baik yang bijak maupun tidak, bertindak serta
berlaku sesuai dengan yang mereka lihat. “Terbukti banyak negara yang hancur karena
pemimpinnya tidak bijak, dan orang-orang hanya mengikuti karena contohnya begitu,” jelasnya.

Hal lain yang membedakan pemimpin zaman dahulu dengan pemimpin zaman sekarang adalah
pola pikir. Pemimpin zaman dahulu cenderung memiliki fixed mindset (pola pikir tetap),
sementara pemimpin zaman sekarang memiliki growth mindset (pola pikir berkembang).
Pemimpin dengan fixed mindset akan menganggap bahwa kemampuan seseorang akan selalu
tetap di level yang sama, sedangan mereka dengan growth mindset menganggap bahwa
kemampuan selalu bisa ditingkatkan. Pemimpin dengan fixed mindset sangat berbahaya karena
akan menyebabkan timnya tidak berkembang dan tidak ada rasa percaya di sana.

Pemimpin dengan fixed mindset juga beranggapan bahwa tantangan adalah sesuatu yang harus
dihindari. Mereka akan cenderung menghindar karena takut terlihat tidak bisa. Pemimpin seperti
ini hanya akan hebat jika dia mampu. Sementara itu, pemimpin dengan growth mindset percaya
jika tantangan justru merupakan peluang untuk berkembang. Mereka akan terus mencoba
walaupun tidak mampu hingga akhirnya bisa.

Satu lagi yang membedakan adalah reaksi ketika mendapatkan masukan. Fixed mindset akan
menyebabkan si pemimpin menjadi defensif, gemar mencari alasan, bahkan menyalahkan pihak
lain. Reaksi tersebut berbeda dengan pemimpin dengan growth mindset yang akan menerima
segala masukan karena menganggap bahwa sekeras apapun masukan tersebut, akan sangat
bermanfaat bagi kebaikan organisasi ke depannya.

Anda mungkin juga menyukai