Anda di halaman 1dari 32

BUSINESS FUNCTIONS, BUSINESS PROCESSES, AND

DEVELOPMENT OF ENTERPRISE RESOURCE


PLANNING SYSTEMS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI DAN AUDIT

Dosen Pengampu:
Dr. Aini Indrijawati, SE.,Ak.,M.Si.,CA

Oleh:
Kelompok 1
Sri Ayu Fratiwi A062221004
Sarah Alifa A062221020
Putri Ramadhani A062221051
Jamaluddin A062221053

KELAS REGULER C
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dr. Aini Indrijawati,
SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai dosen pengampu mata kuliah Sistem Teknologi Informasi
Dan Audit yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Makassar, 28 Agustus 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah .......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 7


2.1 Area Fungsional .......................................................................................................7

2.2 Proses Bisnis ............................................................................................................7

2.3 Ruang Lingkup Area Fungsional & Proses Bisnis...................................................... 11

2.4 Sistem Informasi Area Fungsional .......................................................................... 12

2.5 Development Of Enterprise Resource Planning Systems .......................................... 15

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 30


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 31

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fungsi Bisnis Masing-masing Area................................................... 7


Gambar 2.2 Proses Bisnis Monk Dan Wagner ...................................................... 8
Gambra 2.3 Pandangan Proses Operasi Bisnis .................................................. 10
Gambar 2.4 Area Fungsional Pemasaran Dan Penjualan Bertukar Data Dengan
Pelanggan Dan Dengan Area Fungsional SDM , Akuntansi Dan
Keuangan, Dan Manajemen Rantai Pasokan .................................. 13
Gambar 2.5 Area Fungsional Supply Chain Management Bertukar Data Dengan
Pemasok Dan Dengan Sumber Daya Manusia, Pemasaran Dan
Penjualan, Dan Area Fungsional Akuntansi Dan Keuangan ......... 14
Gambar 2.6 Area Fungsional Akuntansi Dan Keuangan Bertukar Data
Dengan Pelanggan Dan Dengan Area Fungsional Sumber Daya
Manusia, Pemasaran Dan Penjualan, Dan Manajemen Rantai
Pasokan ............................................................................................ 15
Gambar 2.7 Area Fungsional Sumber Daya Manusia Bertukar Data Dengan
Area Fungsional Akuntansi Dan Keuangan, Pemasaran Dan
Penjualan, Dan Manajemen Rantai Pasokan .................................. 16

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) adalah program perangkat lunak inti
yang digunakan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan
informasi di setiap area bisnis yang membantu organisasi mengelola proses bisnis di
seluruh perusahaan, menggunakan database umum dan alat pelaporan manajemen
bersama.

Proses bisnis (Business Process) adalah kumpulan aktivitas yang mengambil


satu atau lebih jenis input dan menghasilkan output, seperti laporan atau perkiraan,
yang bernilai bagi pelanggan.

Software ERP mendukung proses operasi bisnis yang efisien dengan


mengintegrasikan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penjualan (sales),
pemasaran (marketing), manufacturing, Pengadaan (logistics), akuntansi
(accounting), dan kepegawaian (staffing)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan teori diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana fungsi business function dan business processes dalam
perusahaan?
2. Bagaimana struktur business function dan business processes?
3. Pengertian dan implementasi dari ERP?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban
dari rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui tentang business function dan business processes
b. Untuk memahami tentang pengertian dan implementasi dari ERP

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Area Fungsional
Area fungsional operasi suatu perusahaan, merupakan kategorisasi dari
fungsional bisnis, yakni klasifikasi utama dari seluruh kegiatan usaha yang
dijalankan oleh organisasi laba. Meliputi bidang pemasaran dan penjualan,
manajemen rantai pasokan (scm), sumber daya manusia, serta akuntansi dan
keuangan. Setiap area memiliki peran yang berbeda namun saling berkaitan satu
dengan yang lainnya dalam sebuah sistem informasi manajemen. Pada pemasaran
dan keuangan sebagai contoh memiliki fungsi untuk memasarkan suatu produk,
melayani pemesanan, layanan pelanggan, manajemen hubungan pelanggan,
peramalan penjualan, dan periklanan.
Untuk memahami ERP, terlebih dahulu memahami cara kerja bisnis. Dengan
melihat area operasi bisnis. Area-area ini, yang disebut area operasi fungsional,
Didalam perusahaan memiliki empat area fungsional utama operasi yaitu sebagai
berikut :

a. Pemasaran dan Penjualan (M/S),


b. Manajemen Rantai Pasokan (SCM),
c. Akuntansi dan Keuangan (A/F), dan
d. Sumber Daya Manusia (SDM)
Setiap area terdiri dari berbagai fungsi bisnis, yaitu: aktivitas khusus untuk area
operasi fungsional tersebut. Contoh fungsi bisnis masing-masing area.

6
Gambar 2.1 Fungsi Bisnis Masing-Masing Area

Dari gambar 2.1 dapat disimpulkan bahwa apa yang terjadi di satu area
fungsional tidak terkait erat dengan apa yang terjadi di area lain. Namun, area
fungsional saling bergantung, masing-masing membutuhkan data dari yang lain.
Semakin baik suatu perusahaan dapat mengintegrasikan aktivitas setiap area
fungsional, semakin sukses perusahaan tersebut dalam lingkungan yang sangat
kompetitif saat ini.
Integrasi juga berkontribusi pada peningkatan komunikasi dan alur kerja.
Sistem informasi setiap area bergantung pada data dari area fungsional lainnya.
Sistem informasi (SI) mencakup orang, prosedur, perangkat lunak, dan komputer
yang menyimpan, mengatur, menganalisis, dan menyampaikan informasi.
2.2 Proses Bisnis
Proses bisnis adalah sekumpulan aktivitas yang membutuhkan satu atau
lebih jenis input dan menghasilkan output yang bernilai bagi pelanggan. Pelanggan

7
untuk proses bisnis mungkin pelanggan eksternal (orang yang membeli produk jadi),
atau mungkin pelanggan internal (seperti kolega di departemen lain).

Gambar 2.2 Proses Bisnis Monk dan Wagner

Proses bisnis membantu manajer melihat organisasi dari perspektif

Misalnya, seorang pelanggan ingin membeli smartphone baru dan


menginginkan informasi tentang produk tersebut seperti aksessoriesnya, bagaimana
proses pemesanan, pembiayaan, pengiriman serta dukungan pelanggan 24 jam
untuk masalah apa pun. Pelanggan tidak peduli tentang bagaimana smartphone itu
diproduksi, dipasarkan, atau bagaimana truk pengiriman akan menemukan rute
terbaik ke rumahnya. Pelanggan menginginkan kepuasan memiliki ponsel teknologi
terbaru dengan harga yang wajar.

Interaksi pelanggan yang sukses adalah interaksi di mana pelanggan (baik


internal maupun eksternal) tidak diharuskan untuk berinteraksi secara terpisah
dengan setiap fungsi bisnis yang terlibat dalam proses. Manajer bisnis yang sukses
melihat operasi bisnis mereka dari perspektif pelanggan yang puas dan berusaha
untuk menghadirkan satu "wajah" yang konsisten (dan positif) kepada pelanggan.

8
Selain itu, di dalam proses bisnis harus memperhatikan beberapa hal berikut:

a. Bisnis harus selalu mempertimbangkan sudut pandang pelanggan dalam


setiap transaksi.
b. Perbedaan antara fungsi bisnis dan proses bisnis adalah fungsi bisnis
merupakan aktivitas utama perusahaan sedangkan proses bisnis merupakan
kumpulan aktivitas utama perusahaan atau pekerjaan terstruktur yang saling
terkait antara fungsi bisnis (pemasaran dan penjualan, manajemen rantai
pasokan, akuntansi dan keuangan, sumber daya manusia) untuk
menyelesaikan masalah.
c. Interaksi pelanggan yang sukses adalah interaksi di mana pelanggan (baik
internal maupun eksternal) tidak diharuskan untuk berinteraksi secara terpisah
dengan setiap fungsi bisnis yang terlibat dalam proses.
Sistem informasi terintegrasi merupakan sistem informasi yang dirancang
sedemikian rupa sehingga area fungsional berbagi data secara efektif dan efisien
diantara area fungsional mengarah ke proses bisnis yang lebih efisien. Sistem
informasi yang dirancang sedemikian rupa sebagai area fungsional berbagi data
disebut sistem informasi terintegrasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa sistem
informasi yang terintegrasi dapat membantu manajer mengendalikan organisasi
dengan lebih baik. Dengan aliran.

Gambar 2.3 menunjukkan tampilan proses operasi bisnis yang bermula dari
mengambil input (sumber daya) seperti material, orang dan peralatan dan
mengubah masukan-masukan tersebut menjadi barang dan jasa untuk pelanggan.
Mengelola masukan-masukan dan proses bisnis tersebut secara efektif memerlukan
informasi yang akurat dan up-to-date. Misalnya, Bagian sales mencatat pesanan
pelanggan, bagian produksi menjadwal proses pembuatan produk. Karyawan logistik
menjadwal dan melakukan pengiriman produk. Jika bahan baku diperlukan bagian
produksi untuk membuat produk, maka produksi meminta bagian pembelian
(purchasing) untuk mengatur pembelian dan pengiriman. Dalam hal ini, logistik
menerima bahan, memastikan kondisi dan melaporkan ke accounting sehingga

9
vendor dapat dibayar, kemudian memberikan bahan untuk diproduksi. Selama
proses tersebut, bagian accounting menyimpan transaksi yang terjadi.

Gambar 2.3 Pandangan proses operasi bisnis

Dalam kerangka proses bisnis membantu manajer melihat perusahaannya


dari perspektif pelanggan. Contoh di atas mengilustrasikan seorang pelanggan yang
ingin membeli smartphone baru. Pelanggan menginginkan informasi tentang produk
perusahaan sehingga dia dapat memilih smartphone serta aksesorinya. Dia ingin
memesan dengan cepat dan mudah, dan mungkin bahkan mengatur pembiayaan
melalui perusahaan. Dia mengharapkan pengiriman yang cepat atas model
smartphone yang benar, dan dia mengingkan bantuan atas masalah apa saja
selama 24 jam. Pelanggan tersebut tidak peduli tentang bagaimana smartphone itu
dipasarkan, bagaimana komponennya dibeli, bagaimana pembuatannya, atau
bagaimana truk pengiriman akan menemukan ruter terbaik ke rumahnya. Pelanggan
tersebut menginginkan kepuasan dalam memiliki teknologi ponsel terkini dengan
harga yang wajar.
Bisnis harus selalu mempertimbangkan sudut pandang pelanggan dalam
transaksi apapun. Perbedaan antara fungsi bisnis dan proses bisnis dapat dijelaskan
dalam contoh berikut. Misalkan ponsel pelanggan rusak selama pengiriman. Karena
hanya satu area fungsional yang terlibat dalam pengembalian barang yang rusak,
penerimaan pengembalian adalah fungsi bisnis (khususnya, ini adalah bagian dari
fungsi manajemen hubungan pelanggan dalam Pemasaran dan Penjualan). Karena
beberapa area fungsional terlibat dalam perbaikan dan pengembalian ponsel

10
kembali ke pelanggan, penanganan perbaikan adalah proses bisnis. Jadi, dalam
contoh ini, pelanggan berurusan dengan banyak area fungsional perusahaan dalam
proses membeli dan mendapatkan smartphone.

2.3 Ruang Lingkup Area Fungsional dan Proses Bisnis


Proses bisnis mencakup lebih dari satu area fungsional, dengan menggunakan
usaha kecil seperti kedai kopi sebagai contoh. Kita akan menguji proses bisnis dari
usaha tersebut dan melihat mengapa koordinasi area fungsional membantu
mencapai proses bisnis yang efisien dan efektif.
1. Pemasaran dan Penjualan meliputi:
a. Pengembangan produk
b. Penentuan harga
c. Mempromosikan produk kepada pelanggan, dan meneriman pesanan
pelanggan.
Pemasaran dan Penjualan juga membantu membuat perkiraan penjualan untuk
memastikan keberhasilan pengoperasian. Pengembangan produk dapat dilakukan
secara informal dalam bisnis yang begitu sederhana; Anda mengumpulkan informasi
tentang siapa yang membeli jenis kopi apa dan mencatat apa yang dikatakan
pelanggan tentang setiap produk. Anda juga menganalisis catatan penjualan historis
untuk melihat tren yang tidak jelas.
2. Manajemen Rantai Pasokan berfungsi:
a. Mengembangkan rencana produksi
b. Memesan bahan baku dari pemasok
c. Menerima bahan baku ke dalam fasilitas
d. Membuat produk
e. Memelihara fasilitas, dan mengirimkan produk ke pelanggan.
Dalam contoh kedai kopi, fungsi Manajemen Rantai Pasokan melibatkan
pembuatan kopi (manufaktur/produksi) dan pembelian bahan baku (pembelian).
Produksi direncanakan agar sebanyak mungkin kopi tersedia saat dibutuhkan, tanpa
kelebihan yang harus dibuang. Perencanaan ini membutuhkan prakiraan penjualan
dari area fungsional Pemasaran dan Penjualan. Prakiraan penjualan adalah

11
perkiraan permintaan produk di masa depan, yang merupakan jumlah produk yang
ingin dibeli pelanggan.
Rencana produksi juga digunakan untuk mengembangkan kebutuhan bahan
baku (biji kopi, teh celup, pemanis, krim, dan susu) dan kemasan (gelas, pengaduk,
sedotan, piring, dan serbet). Jika ramalannya akurat, Anda tidak akan kehilangan
penjualan karena kekurangan bahan, Anda juga tidak akan memiliki persediaan
berlebihan yang mungkin rusak
Manajemen Rantai Pasokan dan Pemasaran dan Penjualan harus memilih
resep untuk setiap produk minuman yang dijual, seperti jumlah biji kopi yang
digunakan untuk menyeduh setiap teko kopi. Resep standar merupakan masukan
yang utama untuk memutuskan berapa banyak untuk memesan setiap bahan baku,
yang merupakan fungsi pembelian. Akses ke resep ini juga diperlukan untuk
menyimpan catatan manufaktur yang baik, memungkinkan manajer dalam area
fungsional Manajemen Rantai Pasokan (bekerja dengan orang-orang di Akuntansi
dan Keuangan) untuk memecah biaya menjadi biaya per cangkir. Manajer kemudian
dapat membandingkan berapa biaya sebenarnya untuk membuat secangkir kopi,
versus berapa biaya resep yang seharusnya.
2.4 Sistem Informasi Area Fungsional
Bagian ini akan menjelaskan input dan output potensial untuk setiap area
fungsional bisnis.
1. Pemasaran dan Penjualan
Bagian Pemasaran dan Penjualan membutuhkan informasi dari semua bagian
fungsional lainnya untuk menyelesaikan aktivitas bisnis yang menjadi tanggung
jawabnya secara efektif.

12
Gambar 2.4 Area fungsional Pemasaran dan Penjualan bertukar data dengan
pelanggan dan dengan area fungsional Sumber Daya Manusia,
Akuntansi dan Keuangan, dan Manajemen Rantai Pasokan.
Input untuk Pemasaran dan Penjualan dapat mencakup hal berikut:
a. Data pelanggan
b. Data pesanan
c. Data tren penjualan
d. Biaya per unit
e. Kebijakan biaya perjalanan perusahaan.
Output untuk Pemasaran dan Penjualan dapat mencakup hal berikut:
a. Strategi penjualan
b. Penetapan harga produk
c. Kebutuhan tenaga kerjaa
2. Manajemen Rantai Pasokan
Manajemen Rantai Pasokan (MRP) juga membutuhkan informasi dari
berbagai area fungsional.

13
Gambar 2.5 Area fungsional Supply Chain Management bertukar data dengan
pemasok dan dengan Sumber Daya Manusia, Pemasaran dan
Penjualan, dan Area fungsional Akuntansi dan Keuangan
Input untuk Manajemen Rantai Pasokan dapat mencakup hal berikut:
a. Data penjualan produk
b. Rencana produksi
c. Tingkat persediaan
d. Kebijakan pemberhentian dan penarikan kembali perusahaan.
Output untuk Manajemen Rantai Pasokan dapat mencakup hal berikut:
a. Pesanan bahan baku
b. Pesanan pengemasan
c. Data pengeluaran sumber daya
d. Laporan produksi dan inventaris
e. Informasi perekrutan
3. Akuntansi dan Keuangan

14
Gambar 2.6 Area fungsional Akuntansi dan Keuangan bertukar data dengan
pelanggan dan dengan area fungsional Sumber Daya Manusia,
Pemasaran dan Penjualan, dan Manajemen Rantai Pasokan
Input untuk Akuntansi dan Keuangan dapat mencakup hal berikut:
a. Pembayaran dari pelanggan
b. Data piutang usaha
c. Data utang usaha
d. Data penjualan
e. Data produksi dan inventaris
f. Data penggajian dan pengeluaran.
Output untuk Akuntansi dan Keuangan dapat mencakup hal-hal berikut:
a. Pembayaran kepada pemasok
b. Laporan keuangan
c. Data kredit pelanggan

4. Sumber Daya Manusia

15
Gambar 2.7 Area fungsional Sumber Daya Manusia bertukar data dengan area
fungsional Akuntansi dan Keuangan, Pemasaran dan
Penjualan, dan Manajemen Rantai Pasokan.
Input untuk Sumber Daya Manusia dapat mencakup hal-hal berikut:
a. Prakiraan personel
b. Data keterampilan.
Output untuk Sumber Daya Manusia dapat mencakup hal berikut:
a. Kepatuhan terhadap peraturan
b. Pelatihan dan sertifikasi
c. Basis data keterampilan karyawan
d. Evaluasi dan kompensasi karyawan.
2.5 Development Of Enterprise Resource Planning Systems
ERP singkatan dari 3 elemen kata yaitu, Enterprise (perusahaan/organisasi),
Resource (sumber daya), Planning (perencanaan), 3 kata ini mencerminkan sebuah
konsep yang berujung kepada kata kerja, yaitu “planning” yang berarti bahwa ERP
menekankan kepada aspek perecanaan

ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan software yang


mengintegrasikan semua departemen dan fungsi suatu perusahaan, baik
departemen penjualan, HRD, produksi, atau keuangan. Konsep ERP dapat
dijalankan dengan baik jika didukung aplikasi dan infrastruktur komputer baik
hardware/software.

Syarat terpenting dari sistem ERP adalah integrasi yang maksudnya yaitu
menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical
database. Database yang ada dapat mengijinkan setiap departemen dalam
16
perusahaan untuk menyimpan dan mengambil informasi yang dapat diakses dan
mudah disebarluaskan.

Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang diberikan kepada sistem


informasi yang mendukung transaksi atau operasi sehari-hari dalam pengelolaan
sumber daya perusahaan. Tujuan sistem ERP adalah untuk mengkooordinasikan
bisnis organisasi secara keseluruhan. Sistem ERP merupakan seperangkat
infrastruktur dan software yang tidak dapat dilepaskan dari aspek ‘best practices’
yang artinya merupakan pencerminan cara terbaik dalam mengelola bisnis
berdasarkan pengalaman para pelaku bisnis. Tujuan utama adalah untuk
meningkatkan kerja sama dan interaksi antar semua departemen/ fungsi dalam
perusahaan.

Tujuan System ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi


secara keseluruhan. ERP merupakan software yang ada dalam
organisasi/perusahaan untuk:

a. Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis

b. Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise

c. Menghasilkan informasi yang real-time

d. Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan

1. Evolusi Sistem Informasi


Sampai saat ini, sebagian besar perusahaan memiliki sistem informasi yang
tidak terintegrasi yang hanya mendukung aktivitas area fungsional bisnis individu.
Jadi, sebuah perusahaan akan memiliki sistem informasi pemasaran, sistem
informasi produksi, dan sebagainya masing-masing dengan perangkat keras,
perangkat lunak, dan metode pemrosesan data dan informasinya sendiri.

Sistem ERP saat ini berkembang sebagai akibat dari tiga hal: (1) kemajuan
teknologi perangkat keras dan perangkat lunak (daya komputasi, memori, dan
komunikasi) yang diperlukan untuk mendukung sistem, (2) pengembangan visi
17
sistem informasi terintegrasi, dan (3) rekayasa ulang perusahaan untuk beralih dari
fokus fungsional ke fokus proses bisnis.

Perangkat keras dan perangkat lunak komputer berkembang pesat pada


tahun 1960-an dan 1970-an. Komputer bisnis praktis pertama adalah komputer
mainframe tahun 1960-an. Meskipun komputer ini mulai mengubah cara bisnis
dijalankan, mereka tidak cukup kuat untuk menyediakan data waktu nyata yang
terintegrasi untuk pengambilan keputusan bisnis. Seiring waktu, komputer menjadi
lebih cepat, lebih kecil, dan lebih murah yang mengarah ke proliferasi perangkat
seluler saat ini. Perkembangan pesat kemampuan perangkat keras komputer telah
dijelaskan secara akurat oleh Hukum Moore. Pada tahun 1965, karyawan Intel
Gordon Moore mengamati bahwa jumlah transistor yang dapat dibangun ke dalam
sebuah chip komputer berlipat ganda setiap 24 bulan.

Selama ini perangkat lunak komputer juga semakin maju untuk


memanfaatkan kemampuan perangkat keras komputer yang semakin meningkat.
Pada 1970-an, perangkat lunak basis data relasional dikembangkan, menyediakan
bisnis dengan kemampuan untuk menyimpan, mengambil, dan menganalisis data
dalam volume besar. Perangkat lunak spreadsheet, alat bisnis fundamental saat ini,
menjadi populer di tahun 1980-an. Dengan spreadsheet, manajer dapat melakukan
analisis bisnis yang kompleks tanpa harus bergantung pada pemrogram komputer
untuk mengembangkan program khusus.

Pada pertengahan 1980-an, perkembangan telekomunikasi memungkinkan


pengguna untuk berbagi data dan periferal pada jaringan lokal. Biasanya, jaringan ini
adalah kelompok komputer yang terhubung satu sama lain dalam satu lokasi fisik. Ini
berarti bahwa para pekerja dapat mengunduh data dari komputer pusat ke PC
desktop mereka dan bekerja dengan data tersebut di meja mereka.

Susunan komputer pusat-komputer lokal ini sekarang disebut arsitektur


client-server. Server (komputer pusat) menjadi lebih kuat dan lebih murah serta
menyediakan skalabilitas. Skalabilitas berarti bahwa kapasitas suatu peralatan dapat
ditingkatkan dengan menambahkan perangkat keras baru. Dalam kasus jaringan
18
client- server, kemampuan untuk menambahkan server membuat jaringan dapat
diskalakan-sehingga memperpanjang umur investasi perangkat keras. Skalabilitas
adalah karakteristik jaringan client-server, tetapi biasanya bukan dari sistem
berbasis mainframe.

Pada akhir 1980-an, banyak perangkat keras dan perangkat lunak yang
dibutuhkan untuk mendukung pengembangan sistem ERP sudah ada: komputer
cepat, akses jaringan, dan teknologi database canggih. Ingat dari Bab 1 bahwa
program ERP membantu organisasi mengelola proses bisnis di seluruh perusahaan
menggunakan database umum, yang menyimpan sejumlah besar data. Perangkat
lunak yang menyimpan data tersebut secara terorganisir, dan yang memungkinkan
pengambilan data dengan mudah, adalah sistem manajemen basis data (DBMS).
Pada pertengahan 1980-an, DBMS yang diperlukan untuk mengelola
pengembangan perangkat lunak ERP yang kompleks telah ada. Elemen terakhir
yang diperlukan untuk pengembangan perangkat lunak ERP adalah pemahaman
dan penerimaan dari komunitas bisnis. Banyak pebisnis belum menyadari manfaat
dari sistem informasi terintegrasi dan mereka juga tidak bersedia menggunakan
sumber daya untuk mengembangkan perangkat lunak ERP.

Pada tahun 1972, lima mantan analis sistem IBM di Mannheim, Jerman
Dietmar Hopp, Claus Wellenreuther, Hasso Plattner, Klaus Tschira, dan Hans-
Werner Hector membentuk Systemanalyse und Programmentwicklung (Analisis
Sistem dan Pengembangan Program), atau SAP diucapkan “SAP” . Kemudian,
akronim diubah menjadi Systeme, Anwendungen und Produkte in der
Datenverarbeitung (Sistem, Aplikasi dan Produk dalam Pemrosesan Data.) Industri
komputer pada waktu itu sangat berbeda dengan industri saat ini. IBM menguasai
pasar komputer dengan komputer mainframe 360, yang hanya memiliki memori
utama 512K. Dalam lingkungan komputer mainframe ini, para pendiri SAP
menyadari bahwa semua perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak
komputer menghadapi masalah bisnis dasar yang sama, dan masing-masing
mengembangkan solusi yang unik, tetapi serupa, untuk kebutuhan mereka dalam

19
pemrosesan penggajian, akuntansi, manajemen material, dan area fungsional bisnis
lainnya.

Tujuan SAP adalah untuk mengembangkan produk perangkat unak standar


yang dapat dikonfigurasi untuk memenuhi kebutuhan setiap perusahaan. Menurut
pendiri Dietmar Hopp, konsep SAP sejak awal adalah untuk menetapkan standar
dalam teknologi informasi. Selain itu, para pendiri menginginkan data tersedia
secara real time, dan mereka ingin pengguna bekerja di layar komputer daripada
dengan hasil cetak yang banyak. Sasaran-sasaran ini sangat tinggi dan
berwawasan ke depan untuk tahun 1972, dan butuh hampir 20 tahun untuk
mencapainya.

Untuk mengikuti perkembangan teknologi komputer mainframe yang sedang


berlangsung, pada tahun 1978 SAP mulai mengembangkan versi yang lebih
terintegrasi dari produk perangkat lunaknya, yang disebut nsistem R/2. Pada tahun
1982, setelah empat tahun pengembangan, SAP merilis paket perangkat lunak ERP
mainframe R/2.

Penjualan tumbuh pesat pada 1980-an, dan SAP memperluas kemampuan


perangkat lunaknya dan memperluas ke pasar internasional. Ini bukan tugas kecil,
karena perangkat lunak harus mampu mengakomodasi berbagai bahasa, mata
uang, praktik akuntansi, dan undang-undang perpajakan.

Pada tahun 1988, SAP telah mendirikan anak perusahaan di banyak negara
asing, meluncurkan usaha patungan dengan perusahaan konsultan Arthur
Andersen, dan menjual sistemnya yang ke-1.000. SAP juga menjadi SAP AG,
sebuah perusahaan public

2. SAP R/3

Pada tahun 1988, SAP menyadari potensi arsitektur perangkat keras client-
server dan mulai mengembangkan sistem R/3 untuk memanfaatkan teknologi client-
server. Pertama versi SAP R/3 dirilis pada tahun 1992. Setiap rilis berikutnya dari
perangkat lunak SAP R/3 berisi fitur dan kemampuan baru. Arsitektur client-server
20
yang digunakan oleh SAP memungkinkan R/3 untuk berjalan di berbagai platform
komputer, termasuk UNIX dan Windows NT.

Sistem SAP R/3 juga dirancang menggunakan pendekatan arsitektur


terbuka. Dalam arsitektur terbuka, perusahaan perangkat lunak pihak ketiga
didorong untuk mengembangkan produk perangkat lunak tambahan yang dapat
diintegrasikan dengan perangkat lunak yang ada. Arsitektur terbuka juga
memudahkan perusahaan untuk mengintegrasikan produk perangkat keras mereka,
seperti pemindai kode batang, personal digital assistant (PDA), telepon seluler, dan
sistem informasi global dengan sistem SAP.

3. ARAH BARU DI ERP

Pada akhir 1990-an, tahun 2000, atau Y2K, masalah memotivasi banyak
perusahaan untuk pindah ke sistem ERP. Karena menjadi jelas bahwa pergantian
tanggal dari 31 Desember 1999 hingga 1 Januari 2000, dapat mendatangkan
malapetaka pada beberapa sistem informasi, perusahaan mencari cara untuk
mengkonsolidasikan data, dan sistem ERP memberikan satu solusi.

Masalah Y2K berasal dari pintasan pemrograman yang dibuat oleh


programmer pada dekade sebelumnya. Dengan memori dan ruang penyimpanan
yang hanya sebagian kecil dari yang ada sekarang, pemrogram awal
mengembangkan perangkat lunak yang menggunakan sumber daya komputer
sesedikit mungkin. Untuk menghemat memori, programmer pada 1970-an dan 1980-
an biasanya menulis program yang hanya menggunakan dua digit untuk
mengidentifikasi satu tahun. Misalnya, jika faktur diposting pada 29 Oktober 1975,
pemrogram hanya dapat menyimpan tanggal sebagai 29/10/75, bukan 29/10/1975.
Meskipun ini mungkin tidak tampak seperti penghematan penyimpanan yang besar,
bagi perusahaan dengan jutaan transaksi yang perlu disimpan dan dimanipulasi, ini
bertambah.

Para pemrogram ini tidak pernah membayangkan bahwa perangkat lunak


yang ditulis pada tahun 1970-an masih akan dijalankan oleh perusahaan-

21
perusahaan besar dan lembaga keuangan pada tahun 1999. Sistem lama ini dikenal
sebagai sistem warisan. Banyak perusahaan dihadapkan pada pilihan: membayar
jutaan dolar kepada pemrogram untuk memperbaiki masalah Y2K di perangkat lunak
lama mereka yang sudah ketinggalan zaman atau berinvestasi dalam sistem ERP
yang tidak hanya akan memecahkan masalah Y2K, tetapi berpotensi menyediakan
manajemen proses bisnis yang lebih baik. demikian juga. Dengan demikian,
masalah Y2K menyebabkan peningkatan dramatis dalam bisnis untuk vendor ERP
di akhir 1990-an. Namun, pertumbuhan pesat tahun 1990-an diikuti oleh penurunan
ERP mulai tahun 1999. Pada tahun 1999, banyak perusahaan berada di tahap akhir
baik implementasi ERP atau modifikasi perangkat lunak yang ada. Banyak
perusahaan yang belum memutuskan untuk pindah ke sistem ERP yang sesuai
dengan Y2K menunggu hingga setelah milenium baru untuk meningkatkan sistem
informasi mereka. Pada tahun 2000, SAP AG memiliki 22.000 karyawan di 50
negara dan 10 juta pengguna di 30.000 instalasi di seluruh dunia. Pada saat itu,
SAP juga memiliki persaingan di pasar ERP, yaitu dari Oracle dan PeopleSoft

4. PEOPLESOFT

PeopleSoft didirikan oleh David Duffield, mantan karyawan IBM yang, seperti
para pendiri SAP, menghadapi penentangan terhadap ide-idenya dari manajemen
IBM. PeopleSoft mulai menawarkan perangkat lunak untuk sumber daya manusia
dan akuntansi penggajian, dan mencapai kesuksesan yang cukup besar, bahkan
dengan perusahaan yang sudah menggunakan SAP untuk akuntansi dan produksi.
Faktanya, kesuksesan PeopleSoft menyebabkan SAP melakukan modifikasi
signifikan pada modul Sumber Daya Manusianya. Pada tahun 2003, PeopleSoft
memperkuat penawarannya di area rantai pasokan dengan mengakuisisi vendor
perangkat lunak ERP JD Edwards. Kemudian, pada akhir 2004, Oracle berhasil
mengambil alih PeopleSoft. Hari ini, PeopleSoft, di bawah Oracle, adalah pilihan
perangkat lunak yang populer untuk mengelola sumber daya manusia dan aktivitas
keuangan di universitas. Saat ini Oracle menawarkan solusi ERP PeopleSoft dengan
nama PeopleSoft Enterprise Applications; ia menawarkan solusi ERP JD Edwards
sebagai JD Edwards EnterpriseOne dan JD Edwards World.

22
5. SAP ERP

Perangkat lunak SAP ERP (versi sebelumnya dikenal sebagai R/3, dan
kemudian, my SAP ERP) telah berubah selama bertahun-tahun, karena evolusi
produk—dan untuk tujuan pemasaran. Versi terbaru dari sistem ERP oleh SAP dan
perusahaan lain memungkinkan semua area bisnis untuk mengakses database yang
sama,

Dalam sistem informasi, kesalahan paling sering terjadi di mana manusia


berinteraksi dengan sistem. Sistem ERP memastikan bahwa data dimasukkan
hanya sekali, di mana kemungkinan besar akan akurat. Misalnya, dengan akses ke
data stok real-time, seorang penjual yang mengambil pesanan dapat
mengkonfirmasi ketersediaan bahan yang diinginkan. Ketika tenaga penjualan
memasukkan pesanan penjualan ke dalam sistem, data pesanan segera tersedia
untuk Manajemen Rantai Pasokan, sehingga Manufaktur dapat memperbarui
rencana produksi, dan Manajemen Bahan dapat merencanakan pengiriman
pesanan. Jika data pesanan penjualan dimasukkan dengan benar oleh tenaga
penjual, maka personel Manajemen Rantai Pasokan bekerja dengan data yang
sama dan benar. Data penjualan yang sama juga tersedia untuk Akuntansi untuk
persiapan faktur.

Modul fungsional utama dalam sistem SAP ERP saat ini, juga dikenal
sebagai SAP ECC 6.0 (Enterprise Central Component 6.0),Fungsi dasar dari
masing-masing modul adalah sebagai berikut:

a. Modul Penjualan dan Distribusi (SD) mencatat pesanan penjualan dan


pengiriman terjadwal. Informasi tentang pelanggan (harga, alamat dan
petunjuk pengiriman, rincian tagihan, dan sebagainya) dipelihara dan diakses
dari modul ini.
b. Modul Manajemen Bahan (MM) mengelola perolehan bahan baku dari
pemasok (pembelian) dan penanganan selanjutnya persediaan bahan baku
dari penyimpanan hingga barang dalam proses hingga pengiriman barang
jadi ke pelanggan.

23
c. Modul Production Planning (PP) menyimpan informasi produksi
d. Modul Manajemen Mutu (QM) merencanakan dan mencatat aktivitas
pengendalian kualitas, seperti inspeksi produk dan sertifikasi bahan. • Modul
Pemeliharaan Pabrik (PM) mengelola sumber daya pemeliharaan dan
perencanaan untuk pemeliharaan preventif mesin pabrik untuk
meminimalkan kerusakan peralatan.
e. Modul Manajemen Aset (AM) membantu perusahaan mengelola pembelian
aset tetap (pabrik dan mesin) dan penyusutan terkait.
f. Modul Sumber Daya Manusia (SDM) memfasilitasi perekrutan, perekrutan,
dan pelatihan karyawan. Modul ini juga mencakup penggajian dan tunjangan.
g. Modul Sistem Proyek (PS) memfasilitasi perencanaan dan pengendalian
proyek penelitian dan pengembangan (R&D), konstruksi, dan pemasaran
baru.

6. Implementasi Perangkat Lunak SAP ERP

Sistem informasi yang benar-benar terintegrasi memerlukan integrasi semua


area fungsional, tetapi karena berbagai alasan, tidak semua perusahaan yang
mengadopsi perangkat lunak SAP menggunakan semua modul SAP ERP. Misalnya,
perusahaan tanpa pabrik tidak akan memilih modul terkait manufaktur. Perusahaan
lain mungkin menganggap operasi Departemen Sumber Daya Manusianya sangat
terpisah dari operasinya yang lain sehingga memutuskan untuk tidak
mengintegrasikan area fungsional Sumber Daya Manusianya. Dan perusahaan lain
mungkin percaya bahwa perangkat lunak produksi dan logistik yang dikembangkan
secara internal memberikan keunggulan kompetitif. Jadi mungkin menerapkan
modul SAP ERP Keuangan Akuntansi dan Sumber Daya Manusia, dan kemudian
mengintegrasikan sistem produksi dan logistik yang dikembangkan secara internal
ke dalam sistem SAP ERP.

Umumnya, tingkat integrasi data perusahaan paling tinggi ketika perusahaan


menggunakan satu vendor untuk memasok semua modul ERP-nya. Ketika sebuah
perusahaan menggunakan modul dari vendor yang berbeda, perangkat lunak
tambahan harus dibuat agar modul dapat bekerja sama. Seringkali, perusahaan
24
mengintegrasikan sistem yang berbeda menggunakan proses transfer data batch
yang dilakukan secara berkala. Namun, dalam kasus tersebut, perusahaan tidak lagi
memiliki data akurat yang tersedia secara real time di seluruh perusahaan. Dengan
demikian, perusahaan harus yakin bahwa keputusan untuk menggunakan banyak
vendor—atau mempertahankan sistem lama didasarkan pada analisis bisnis yang
baik, bukan pada penolakan terhadap perubahan Pembaruan perangkat lunak dari
sistem yang tidak terintegrasi menjadi lebih bermasalah karena pekerjaan lebih
lanjut harus dilakukan agar perangkat lunak dari vendor yang berbeda dapat
berinteraksi.

7. Risiko Yang Berkaitan Dengan Implementasi Erp


1. Implementasi Big Bang Vs Phased-In
Kebanyakan implementasi ERP mengalami kegagalan karena masalah
budaya dalam perusahaan yang menentang proses ini. Ada beberapa
pendekatan dalam mengimplementasikan ERP, antara lain:
a. Pendekatan big-bang. Pendekatan ini mencoba untuk mengalihkan operasi
dari sistem lama ke sistem baru sekaligus, tanpa adanya tahapan
pengimplementasian. Hal ini tentunya akan mendapat penentang karena
setiap orang dalam organisasi lebih familiar dengan sistem lama. Selain itu,
individu seringkali menemukan dirinya mengisi data lebih banyak dibanding
dengan saat menggunakan sistem lama. Hal tersebut dapat menyebabkan
gangguan pada operasi harian. Tetapi ketika periode penyesuaian dapat
terlewati dan munculnya budaya perusahaan baru, ERP menjadi alat operasi
dan strategik yang memberikan keuntungan kompetitif kepada perusahaan.
b. Pendekatan Phased-In. Karena banyaknya tentangan atas pendekatan
diatas, maka pendekatan ini menjadi alternative favorit dalam
pengimplementasian ERP. Pendekatan ini mengimplementasikan ERP pada
unit bisnis satu demi satu. Proses dan data umum dapat disatukan tanpa
harus mengganggu operasi perusahaan. Tujuan dari pendekatan ini adalah
untuk membuat ERP dapat berjalan dengan baik bersamaan dengan sistem

25
lama, setelah fungsi-fungsi organisasi terkonversikan kedalam sistem yang
baru, sistem lama diistirahatkan
2. Oposisi Untuk Mengubah Budaya Bisnis
Perubahan harus dapat didukung oleh budaya organisasi itu sendiri agar
implementasi ERP dapat berhasil. Selain itu, diperlukan staf teknis untuk sistem baru
ini atau basis pengguna yang paham teknologi komputer agar proses
pembelajarannya dapat berjalan lancar.
3. Memilih ERP yang Salah
Alasan umumnya dari kegagalan pengimplementasian ERP adalah ERP tidak
mendukung satu atau lebih proses bisnis yang penting. Jika salah memilih,
dibutuhkan perubahan model ERP yang luas, memakan waktu, dan juga tentunya
menghabiskan dana yang tidak sedikit. Gangguan serius dapat terjadi dikarenakan
kealpaan ini. Lebih lanjut, pengembangan dari sistem ERP ini akan menjadi lebih
sulit lagi Manajemen perlu yakin bahwa ERP yang dipilih tepat bagi perusahaan.
Untuk menemukannya diperlukan proses seleksi perangkat lunak yang meyerupai
corong, yang dimulai dari hal yang luas lalu menjadi lebih terfokus. Tetapi, jika
proses bisnis itu sangat unik, sistem ERP harus dimodifikasi agar dapat berjalan
dengan sistem yang lama atau mengakomodasi perangkat lunak bolt-on.
a. Isu skalabilitas sistem.
Jika manajemen memperkirakan volume bisnis yang meningkat saat
penggunaan sistem ERP, mereka memiliki isu skalabilitas yang perlu
dialamatkan. Skalabilitas adalah kemampuan dari sistem untuk berjalan
secara lancar dan ekonomis saat persyaratan pengguna bertambah.
Ukuran dari skalabilitas yang penting adalah size, speed, dan workload
4. Memilih Konsultan yang Salah
Sukses dari pengimplementasian ini tergantung dari keahlian dan pengalaman
yang biasanya tidak tersedia langsung. Karena itu, kebanyakan implementasi ERP
melibatkan perusahaan konsultan yang mengkoordinasikan proyek, membantu
organisasi dalam mengenali kebutuhannya. Tetapi, dengan banyaknya permintaan
pengimplementasian sistem ERP, maka perusahaan konsultan kekurangan sumber
daya manusia. Hal ini menyebabkan penempatan individu yang tidak sesuai dengan

26
kualifikasi. Permasalahan ini menyebabkan banyaknya proses implementasi ERP
yang gagal. Oleh karena itu, sebelum melibatkan sebuah konsultan luar, manajemen
perlu melakukan tahap-tahap berikut ini:
a. Mewawancara staf yang diusulkan kepada proyek dan buat draft yang
meyebutkan penempatan tugasnya.
b. Tetapkan dalam tulisan bagaimana perubahan staf ditangani.
c. Lakukan rujukan terhadap member staf yang diusulkan.
Selaraskan kpentingan konsultan yang organisasi itu bernegosiasi sebuah
skema pay-per- performance yang didasari pencapaian tertentu atas proyek.
Contohnya, jumlah uang yang dibayar kepada konsultan mungkin berada di kisaran
85 sd 115 persen dan upah kontrak, tergantung dari apakah kesuksesan proyek
pengimplementasian berada sesuai jadwal atau tidak
5. Biaya Tinggi dan Biaya yang Melebihi Anggaran
Resiko yang ada bebentuk biaya yang di anggap terlalu rendah atau yang tidak
diantisipasi. Masalah yang sering muncul terjadi dalam beberapa area yaitu

a. Pelatihan. Biaya pelatihan selalu lebih tinggi dari yang diperkirakan karena
manajemen berfokus terutama pada niaya mengajarkan pekerja perangkat
lunak baru. Hal ini sebenarnya hanya sebagian dari pelatihan yang dibutuhkan.
juga harus mempelajari prosedur baru, yang seringkali diabaikan saat proses
penganggaran.
b. Pengujian dan penyatuan sistem. ERP merupakan model keseluruhan yang
dalam teorinya satu sistem yang menggerakkan seluruh organisasi. Pada
kenyataannya, banyak organisasi menggunakan ERP sebagai tulang punggung
yang terikat pada sistem lama dan perangkat lunak bolt-on, yang mendukung
kebutuhan khusus perusahaan. Menggabungkan sistem yang tidak sama ini
dengan sistem ERP dapat melibatkan penulisan program konversi atau bahkan
memodifikasi kode internal dari ERP. Penggabungan dan pengujian
dilaksanakan dengan basis case-by-case, jadi biayanya sangat sulit ditaksir
sebelumnya.

27
c. Konversi basis data. Sebuah sistem ERP baru biasanya berarti basis data baru.
Konversi data merupakan proses mengalihkan data dari sistem lama kepada
basis data ERP. Jika data sistem lama handal, proses konversi dilaksanakan
lewat prosedur yang otomatis. Meskipun dengan kondisi ideal, pengujian dan
rekonsiliasi manual dibutuhkan untuk menjamin bahwa pemindahan telah
lengkap dan akurat. Proses implementasi ERP ini memerlukan biaya yang besar
sedangkan manfaatnya tidak dapat dirasakan dalam jangka waktu yang pendek.
Untuk itu, manajemen harus pandai menaksir kuntungan yang didapat dari
pengimplementasian ini agar tidak mengalami kerugian akibat proses ini.
6. Gangguan Operasi
Sistem ERP dapat mengacaukan operasi perusahaan yang memasangnya. Hal
ini disebabkan sistem ERP ini terlihat asing dibandingkan dengan sistem lama
sehingga memerlukan periode penyesuaian untuk memperlancar proses
implementasi ini.
8. Implikasi Untuk Pengendalian Internal Dan Pengaudit
1. Otorisasi Transaksi
Kontrol perlu ditanamkan pada sistem untuk memvalidasi transaksi sebelum
diterima dan digunakan modul lain. Tantangan bagi auditor adalah memverifikasi
otorisasi transaksi untuk mendapatkan pengetahuan yang terperinci atas konfigurasi
sistem ERP dan pengertian yang seksama atas proses bisnis dan arus informasi
antara komponen sistem
2. Pembagian Tugas
Keputusan operasional organisasiberbasis ERP berusah didekatkan dengan
sumber dari kejadiannya. Proses manual yang memerlukan pemisahan tugas
seringkali dihilangkan dalam lingkungan ERP. Hal ini menimbulkan permasalahan
baru bagaimana mengamankan, mengontrol suatu sistem agar dapat menjamin
pemisahan tugas berjalan dengan baik. Untuk memecahkan masalah ini, SAP
memperkenalkan teknik user role. Seiap role diberikan suatu set aktivitas yang
ditugaskan pada pengguna yang berwenang dalam sistem ERP. Auditor perlu
memastikan apakan role ini diberikan sesuai dengan tanggung jawab kerjanya.
3. Supervisi

28
Seringkali kegagalan dari implementasi ERP dikarenakan manajemen tidak
mengerti dengan baik pengaruhnya terhadap bisnis. Seringkali, setelah ERP
berjalan, hanya tim implementasi yang mengerti cara kerjanya. Karena peran
tradisional akan diganti, supervisor perlu mendapatkan pengertian teknis dan
operasional yang mendalam atas sistem baru ini. Supervisor seharusnya memiliki
waktu untuk mengelola melalui kemampuan pengawasan yang ditingkatkan serta
meningkatkan rentang kontrol mereka.
4. Catatan Akuntansi
Dalam sistem ini data OLTP dapat dengan mudah diproses menjadi berbagai
macam produk akuntansi, resiko yang ada dapat diminimalkan dengan
meningkatkan akurasi entri data. Tetapi, Walaupun menggunakan teknologi ERP,
beberapa resiko atas akurasi accounting records masih muncul. Hal ini disebabkan
karena data yang rusak atau tidak akurat akibat melewati sumber eksternal. Data ini
dapat berisi duplicate records, nilai yang tidak akurat, atau fields yang tidak lengkap.
Oleh karena itu dibutuhkan pembersihan data untuk mengurangi resiko dan
menyakinkan data yang paling akurat dan terkini yang diterima.
5. Pengendalian Akses
Security merupakan isu yang penting dalam implementasi ERP. Tujuan dari
security ini untuk menyediakan kerahasiaan, kejujuran, dan ketersediaan informasi
yang dibutuhkan. Apabila security lemah, dapat menyebabkan pembeberan rahasia
dagang kepada pesaing dan akses tanpa izin.
6. Isu-Isu Pengendalian Internal Yang Berhubungan Dengan ERP Roles
Selain RBAC adalah mekanisme terbaik untuk memanage pengendalian akses
ecara efisien, proses dibuat dan dimodifikasi dan menghapus roles dalam isu
pengendalian internal dari pelatihan untuk manajemen dan auditors alike. Poin-poin
penting dalam kunci pelatihan adalah:
a. Membuat tugas yang tidak perlu
b. Tugas dari yang aksesnya paling sedikit harus diterapkan untuk izin tugas
c. Memantau tugas pembuatan dan akticvitas izin-taggung
7. Rencana Kontijensi

29
Organisasi harus mempunyai rencana kontingensi yang rinci dapat digunakan
sewaktu-waktu bila terjadi bencana yang dikembangkan untuk operasi komputer dan
bisnis. Rencana ini perlu dikembangkan sebelum sistem ERP berjalan. Organisasi
yang memiliki unit bisnis yang sangat terintegritas mungkin memerlukan satu system
ERP yang dapat diakses melalui internet atau private line dari seluruh dunia untuk
mengkonsolidasikan data dari sistem sekunder. Sedangkan perusahaan dengan unit
organisasi yang berdiri sendiri dan tidak berbagi konsumen, pemasok, atau produk
yang sama seringkali memilih untuk memasang server regional. Verifikasi
Independen Fokus verifikasi independen atas sistem ini tidak tertumpu pada
tingkatan transaksi, tetapi secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan usaha verifikasi
independen hanya dapat dilakukan oleh tim yang mahir teknologi ERP.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) adalah program perangkat
lunak inti yang digunakan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikan informasi di setiap area bisnis yang membantu organisasi
mengelola proses bisnis di seluruh perusahaan, menggunakan database umum dan
alat pelaporan manajemen bersama. Proses bisnis (Business Process) adalah
kumpulan aktivitas yang mengambil satu atau lebih jenis input dan menghasilkan
output, seperti laporan atau perkiraan, yang bernilai bagi pelanggan. Software ERP
mendukung proses operasi bisnis yang efisien dengan mengintegrasikan seluruh
kegiatan yang berhubungan dengan penjualan (sales), pemasaran (marketing),
manufacturing, Pengadaan (logistics), akuntansi (accounting), dan kepegawaian
(staffing)

31
DAFTAR PUSTAKA

Amrani, Radouane E., Frantz Rowe, and Bénédicte Geffroy-Maronnat. “The Effects
of Enterprise Resource Planning Implementation Strategy on Cross
Functionality.” Information Systems Journal 16, no. 1 (January 2006): 79.

Aurand, Timothy W., Carol DeMoranville, and Geoffrey L. Gordon. “Cross-Functional


Business Programs: Critical Design and Development Considerations.” Mid-
American Journal of Business 16, no. 2 (Fall 2001): 21–30.

Temkin Group.2011.“Temkin Experience Rantings”. http://www.temkingroup.


com/news/2011-temkin-experience-ratings.

32

Anda mungkin juga menyukai