Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATA KULIAH SAP 3

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

KELOMPOK 7

1. I GEDE ADITYA BASKARA (1515351020)


2. IDA AYU WIDYA KRISNA DEWI (1515351021)
3. LUH ADE WAHYU MERTHADIYANTI (1515351022)
4. NOVIANA HERMANUS DJO (1515351023)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA


PROGRAM EKSTENSI
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


  Etika selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis
merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting. Bisnis merupakan suatu unsur
mutlak yang perlu dalam masyarakat modern seperti saat ini. Etika bisnis merupakan cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat
membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan
yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Dalam
menerapkan etika dalam berbisnis kamu harus memperhatikan norma dan moralitas yang
berlaku di dalam masyarakat. Disamping itu etika bisnis juga bisa diterapakan dan
dimunculkan dalam perusahaan sendiri karena memiliki keterkaitan dengan profesional
bisnis. Selama perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat,
dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, dan sumber daya
manusia tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi
batu sandungan bagi perusahaan tersebut.Perusahaan menyakini prinsip bisnis yang baik
adalah yang memperhatikan etika-etika yang berlaku, seperti menaati hukun dan peraturan
yang berlaku. Maka dari adanya masalah tersebut, akan dibahas beberapa sub bahasan materi,
yaitu :

1. Relevansi etika dan bisnis


2. Pengertian etika bisnis
3. Sasaran dan ruang lingkup etika bisnis
4. Tingkatan etika bisnis
5. Prinsip – prinsip etika bisnis

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Relevansi Etika dan Bisnis


Dipandang dari sudut ekonomis, bisnis yang baik adalah bisnis yang mendatangkan
banyak keuntungan. Fokus itu membuat perusahaan mengambil jalan pintas dengan
menghalalkan segala cara agar bisa meraih keuntungan. Tidaklah mengherankan bila
pandangan lama menyatakan bahwa bisnis itu immoral (tidak bermoral). Dari sudut pandang
ini, bisnis dianggap sebagai aktivitas yang tidak bermoral.
Pandangan bahwa bisnis immoral kemudian mengalami perubahan menjadi lebih
lunak, yaitu bahwa bisnis itu amoral, artinya moral dan bisnis merupakan dua dunia yang
sangat berbeda, dan keduanya tidak dapat dicampuradukkan. Sering dikatakan
bahwa"business is business". Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Inilah ungkapan-
ungkapan yang oleh De George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Yang mau
digambarkan dalam mitos ini adalah bahwa tugas pelaku bisnis adalah berbinis dan bukan
beretika. Atau secara lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan.
Tokoh etika Amerika Serikat, Richard T. De Georgemengemukakan alasan-alasan tentang
keberadaan etika bisnis sebagai berikut:
1. Bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi.
2. Bisnis adalah bagian yang sangat penting masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang.
3. Dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktek bisnis yang berhasil
adalah yang memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia
memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produk atau jasa yang dijualnya.
4. Asas legalitas harus dibedakan dari asas moralitas.
5. Etika bukanlah ilmu pengetahuan empiris..
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa etika sesungguhnya sangat relevan
diterapkan dalam bisnis. Kendati bisnis adalah sebuah pertaruhan, pertaruhan dalam bisnis
menyangkut nilai-nilai yang sangat hakiki seperti kehidupan manusia dan nasib begitu
banyak orang yang terkait. Bahkan pertaruhanitu tidak hanya berdimensi jangka pendek
melainkan juga perlu memperhitungkan segala akibat dan risikonya untuk jangka panjang.

2
2.2 Pengertian Etika Bisnis
Etika Bisnis merupakan etika terapan yang pada awalnya berkembang di Amerika
Serikat, kemudian meluas ke negara-negara Eropa. Tidaklah mengherankan apabila
kebanyakan telaah dan buku mengenai bisnis dan manajemen berasal dari negara itu.
Menurut Weiss dalam Keraf, etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan
prinsip-prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan masalah-masalah moral kompleks.
Laura Nash, etika bisnis sebagai studi mengenai bagaimana norma moral personal
diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan perusahaan. Etika bisnis menyangkut tiga bidang
dasar pembuatan keputusan menajerial, yaitu:
1. Pilihan-pilihan tentang bagaimana seharusnya aturan hukum itu dan apakah akan
mengikuti aturan hukum itu;
2. Pilihan-pilihan tentang masalah ekonomi dan sosial di luar ranah hukum; dan
3. Pilihan-pilihan tentang prioritas kepentingan orang tertentu di atas kepentingan
perusahaan.
Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis menyoroti segi-segi moral perilaku
manusia yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan manajemen. Oleh karena itu, etika
bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-prinsip etika di
bidang hubungan ekonomi antarmanusia. Sekalipun tidak ada satu definisi terbaik untuk etika
bisnis, namun terdapat konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan
penalaran dan penilaian, baik yang didasarkan atas prinsip-prinsip maupun kepercayaan
dalam mengambil keputusan guna menyeimbangkan kepentingan ekonomi diri sendiri
terhadap tuntutan sosial dan kesejahteraan.

2.3 Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis


Terdapat 3 (tiga) sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis, yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain,
etika bisnis pertama-tama bertujuan menghimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis.
2. Untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau pegawai, dan
masyarakat luas, pemakai aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun
juga. Pada tingkat ini etika bisnis berfungsi menggugah masyarakat agar

3
menuntut para pelaku bisnis agar berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan
kepentingan masyarakat tersebut..
3. Etika bisnis juga membahas mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis.

2.4 Tingkatan Etika Bisnis


Etika bisnis tidak hanya menyan persoalan individual dalam bisnis, tetapi individu
kepentingan semua pihak yang berkepentingan (individu dan organisasi), baik yang berada di
dalam maupun luar perusahaan. Berkaitan dengan hal ini terdapat 5 (lima) tingkatan etika
bisnis, yaitu:
1. Individual
Pada tingkat ini tanggungjawab suatu tindakan etis berada pada individu pelaku.
Misalnya, seseorang berbohong tentang rekening pengeluaran, menerima suap,
pelecehan seks, membocorkan rahasia perusahaan, dan lain-lain. Untuk
mengatasi masalah etis pada tingkat ini, perlu ditelusuri motif danstandar etika
pelaku.
2. Organisasional
Masalah etis pada tingkat organisasional muncul bila seseorang atau
sekelompok orang ditekan untuk mengabaikan atau memaklumi kesalahan
seseorang demikepentinganseluruhorganisasi. Untuk mengatasi masalah etis
pada tingkat ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji prosedur
kerja, kebijakan, dan kode etik perusahaan.
3. Asosiasi
Seorang anggota asosiasi profesi, seperti akuntan, konsultan, dokter, pengacara,
notaris harus berpedoman pada kode etik profesinya sebelum memberikan saran
kepada klien.
4. Masyarakat
Pada tingkat masyarakat, hukum, peraturan, norma,kebiasaan, dan tradisi
sangat menentukan perbuatan- perbuatan yang dapat diterima secara sah. Setiap
negara memiliki pedoman yang berbeda, sehingga suatu ketentuan tidak berlaku
untuk semua negara
5. Internasional
Masalah etika bisnis pada tingkat internasional lebih rumit karena nilai-nilai
budaya, politik, agama ikut berperan. Tuntutan masyarakat internasional agar
4
etika bisnis dilaksanakan semakin kuat terutama menyangkut mutu agar
konsumen terjamin kepuasannya. Tuntutan ini melahirkan dibentuknya
Internatiional Organization for Standardization (ISO).

2.5 Prinsip-prinsip Etika Bisnis


Sudah dapat dipastikan bahwa bisnis mempunyai etika. Prinsip-prinsip etika yang
berlaku dalam tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan manusia. Dengan kata lain prinsip-
prinsip etika bisnis sangat dipengaruhi oehl sistem nilai masyarakat setempat. Sebagai
terapan, prinsip etika yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip
etika berlaku umum.
Menurut Kerafprinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis adalah:
1. Prinsip otonomi
Otonomi Dalam hal ini, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan. Untuk dapat bertindak otonom diperlukan
kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan
yang menurutnya tebaik. Kebebasan adalah unsur hakiki dalam prinsip otonomi
dan menjadi prasyarat utama untuk bertindak secara etis. Hanya orang yang bebas
yang dapat bertindak secara etis. Namun, kebebasan tidak menjamin bahwa
seseorang otonom dan etis. Kebebasan dapat mengakibatkan tanpa bertindak
tindakannya atau buruk. Oleh karena itu, selain kebebasan, tanggungjawab juga
merupakan unsur yang penting. Jadi, yang otonom adalah oran tahu akan
tindakannya, bebas dalam melakukan tindakannya, tetapi sekaligus juga
ertanggungjawab atas tindakannya. Tanggungjawab merupakan ciri dari makhluk
bermoral. Prinsip otonomi ini sejalan dengan tuntutan bisnis modern. Otonomi
mendorong inovasi, kreativitas, dan meningkatkan produktivitas bisnis di tengah
persaingan yang ketat. Tanggungjawab moral tidak hanya ditujukan kepada
pelaku bisnis,tetapi juga kepada semua pihak yang berkepentingan(stakeholders),
seperti pemasok, pegawai, dan lain-lain.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini paling problematik, karena sekilas tampak aneh bila kejujuran
menjadi prinsip sebua bisnis yang dikenal dengan tipu-menipu demi meraup
untung. Kejujuran terkait dengan kepercayaan. Kejujuran relevan dalam bisnis
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
5
a. Pemenuhan syarat-syarat kontrak atau peranjian
Kejujuran sangat penting dalam menjaga kelangsungan hubungan
bisnis dengan relasi.
b. Penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu dan harga yang
sebanding
Kesesuaian mutu dan harga sebagaimana yang diiklankan akan
menciptakan kepercayaan dan kepuasan konsumen.
c. Hubungan kerja internal
Perusahaan mampu bertahan apabila hubungan kerja antarindividu
yang ada di dalamnya dilakukan dengan berlandaskan pada
kejujuran.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara adil sesuai
dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keadilan menuntut agar setiap orang/pihak dalam bisnis diperlakukan secara adil
dan tidak boleh dirugikan hak dan kepentingannya. Tidak merugikan hak dan
kepentingan orang lain sering disebut sebagai prinsip no harm.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikia rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, tetap harus
diupayakan terjadinya win-win solution.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan moral dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar dalam menjalankan bisnisnya senantiasa menjaga nama baik
dirinya dan perusahaannya.
Dari kelima prinsip bisnis di atas, Adam Smith mengatakan bahwa prinsip
keadilan(no harm) merupakan prinsip yang paling pokok. Sampai tingkat tertentu ke dalam
prinsip keadilan sudah terkandung prinsip-prinsip yang lain. Orang yang adil cenderung jujur,
mempunyai sikap otonom, tidak mau merugikan orang lain, serta mempunyai integritas
moral yang baik. Prinsip keadilan menjadi jiwa bagi aturan bisnis dan semua praktek bisnis
yang melanggar prinsip ini harus dilarang. Praktek bisnis yang melanggar prinsip keadilan
antara lain monopoli, kolusi, nepotisme, manipulasi, hak istimewa, perlindungan politik,
dan lain-lain.

6
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Etika sesungguhnya sangat relevan diterapkan dalam bisnis. Kendati bisnis adalah
sebuah pertaruhan, pertaruhan dalam bisnis menyangkut nilai-nilai yang sangat hakiki seperti
kehidupan manusia dan nasib begitu banyak orang yang terkait. Bahkan pertaruhanitu tidak
hanya berdimensi jangka pendek melainkan juga perlu memperhitungkan segala akibat dan
risikonya untuk jangka panjang.
Etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-
prinsip etika di bidang hubungan ekonomi antarmanusia. Sekalipun tidak ada satu definisi
terbaik untuk etika bisnis, namun terdapat konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang
mensyaratkan penalaran dan penilaian, baik yang didasarkan atas prinsip-prinsip maupun
kepercayaan dalam mengambil keputusan guna menyeimbangkan kepentingan ekonomi diri
sendiri terhadap tuntutan sosial dan kesejahteraan.
Etika bisnis terdiri dari 3 (tiga) sasaran dan ruang lingkup pokok, yaitu 1) etika bisnis
sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang terkait dengan
praktek bisnis yang baik dan etis, 2) etika bisnis sebagai penggugah masyarakat agar
menuntut para pelaku bisnis agar berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan
masyarakat tersebut, dan 3) etika bisnis sebagai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis.
Terdapat 5 (lima) tingkatan etika bisnis, yaitu 1) individual, 2) organisasional, 3)
asosiasi, 4) masyarakat, dan 5) internasional.
Prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis menurut Kerafyaitu 1) prinsip
otonomi, 2) prinsip kejujuran, 3) prinsip keadilan, 4) prinsip saling menguntungkan, dan 5)
prinsip integritas moral.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna. 2011.Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Denpasar: Udayana
University Press.

Anda mungkin juga menyukai