Tim Penyusun:
Suwarto
Edi Santosa
Nunung Nuryartono
Erika Budiarti Laconi
Slamet Budijanto
Burhanuddin
Tri Prartono
Rokhani
Sri Anna Marliyati
Feri Kusnandar
Roza Yusfiandayani
Sri Mulatsih
Ridwan Diaguna
Arif Hartono
Gatot Pramuhadi
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
TUJUAN............................................................................................................. 1
C. PENYIAPAN LAHAN............................................................................ 6
D. PENANAMAN ........................................................................................ 9
F. PENGAIRAN ........................................................................................ 21
J. PANEN .................................................................................................. 31
PENUTUP ........................................................................................................ 36
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Curah hujan tanpa bulan kering sepanjang tahun ............................. 4
Gambar 2. Curah hujan dengan enam bulan kering ........................................... 5
Gambar 3. Pengaturan batang bibit, pemotongan dan pengaturan stek.............. 6
Gambar 4. Tanah yang tidak atau diolah dangkal .............................................. 8
Gambar 5. Tanah yang diolah dalam dan digulud ............................................. 8
Gambar 6. Hasil akhir pengolahan tanah yang siap ditanami stek ..................... 9
Gambar 7. Penanaman manual ......................................................................... 14
Gambar 8. Penanaman mekanis dengan cassava planter ................. 10
Gambar 9. Gejala kekurangan hara nitrogen (N) ............................................. 15
Gambar 10. Gejala kekurangan hara fosfor (N) .............................................. 16
Gambar 11. Gejala kekurangan hara kalium (K) ............................................. 17
Gambar 12. Gejala kekurangan hara kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur
(S) ..................................................................................................... 17
Gambar 13. Gejala kekurangan hara boron (B), tembaga (Cu), dan besi (Fe) 18
Gambar 14. Gejala kekurangan hara mangan (Mn) dan seng (Zn) ................. 19
Gambar 15. Gejala keracunan alumunium (Al), boron (B), Mangan (Mn), dan
kadar garam tinggi/salinitas ............................................................. 20
iii
Gambar 16. Tanaman cassava dengan batang banyak (harus dibuang dan
disisakan maksimal 2 batang) pada klon Adira 2 ............................... 21
Gambar 17. Pertumbuhan cassava yang tepat untuk dilakukan penunasan ...... 22
Gambar 18. Berbagai jenis gulma pada ubi kayu di lahan kering Ultisols,
Jonggol ..................................................................................................... 25
Gambar 19. Kerusakan tanaman akibat penyemprotan herbisida yang tidak tepat
................................................................................................................... 26
Gambar 20. Pengaturan arah penyemprotan herbisida pada tanaman cassava . 27
Gambar 21. Gejala serangan hama utama pada ubi kayu .................................... 29
Gambar 22 Gejala serangan penyakit utama ubi kayu ......................................... 31
Gambar 23. Panen ubi kayu ..................................................................................... 32
Gambar 24. Lay out ubinan pada tanaman ubi kayu monokultur ....................... 33
Gambar 25. Lay out ubinan tumpangsari ubi kayu dengan tiga baris padi gogo
................................................................................................................... 34
Gambar 26. Lay out ubinan tumpangsari ubi kayu dengan dua baris kacang tanah
................................................................................................................... 34
iv
PENDAHULUAN
Ubi kayu merupakan tanaman dengan hasil utama adalah umbi sumber
karbohidrat untuk pangan, energi, dan berbagai industri lainnya. Produktivitas
umbi menrupakan kunci dalam meningkatkan komoditas ini. Berbagai upaya
terkait budidaya, oleh karena harus memperhatikan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas.
Faktor penentu produktivitas adalah potensi genetik atau varietas,
kondisi lingkungan dan teknologi budidaya. Secara genetik dipilih yang
berproduktivitas tinggi dan adaptif di berbagai lingkungan tumbuh.
Lingkungan tumbuh yang meliputi kondisi iklim, tanah, dan letak lokasi
produksi perlu diusahakan semaksimal mungkin mendekati syarat tumbuh yang
dibutuhkan tanaman. Waktu penanaman, penyiapan lahan, teknik menanam,
memupuk, mengendalikan gulma, menentukan waktu panen, pelaksanaan
panen, dan penanganan pasca panen merupakan serangkaian kegiatan yang
perlu dilakukan dengan tepat. Standar operasional prosedur ‘Teknologi IPB
PRIMA-Cassava’ disusun sebagai acuan untuk meningkatkan produktivitas,
mencapai minimal 40 ton/ha dari rata-rata nasional 23.2 ton/ha, melalui
penerapan teknologi yang tepat untuk tiap kegiatan tersebut.
Standar operasional prosedur ‘Teknologi IPB PRIMA-Cassava’ telah
diverifikasi untuk beberapa varietas ubi kayu unggul nasional dan unggul lokal.
Jenis ubi kayu yang digunakan terdiri atas ubi kayu pahit dan tidak pahit.
Produktivitas rata-rata ubi kayu mencapai 43,9 ton/ha pada umur panen sesuai
deskripsi varietas, 7 – 10 bulan setelah tanam.
TUJUAN
Standar Operasional Prosedur IPB PRIMA _ CASSAVA bertujuan
untuk acuan praktikbudidaya ubi kayu (cassava) yang baik sehingga diperoleh
1
produktivitas tinggi (≥ 40 ton/ha) dan berumur pendek (umur panen 6 - 8 bulan).
a. Iklim
b. Tanah
Ubi kayu akan tumbuh dan berproduksi maksimal pada tanah dengan
struktur remah, gembur, tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta
kaya bahan organik (≥ 2%). Jenis tanah yang sesuai adalah jenis
aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, andosol,
dan ultisol. Derajat kemasaman (pH) tanah: 4,5-8,0 dengan pH ideal
5,8. Analisis tanah perlu dilakukan sehingga diketahui kesesuaiannya
untuk ubi kayu. Tabel 1 adalah klasifikasi kesesuaian untuk ubi kayu
berdasarkan parameter kandungan hara di dalam tanah.
Tabel 1. Perkiraan klasifikasi karakteristik kimia tanah menurut
kebutuhan nutrisi ubi kayu
Parameter tanah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
rendah tinggi
pH1) <3.5 3.5-4.5 4.5-7.0 7-8 >8
1)
pH H2O 1:1
2)
BO dengan metode Walkley dan Black
3)
Kejenuhan Al = 100 x Al/(Al+Ca+Mg+K) dalam meq/100 g
4)
P dengan Bray II, K, Ca, Mg, dan Na dalam 1N NH4-asetat, Ca dalam Ca-fosfat
5)
B dalam air panas, Cu, Mn, Fe, dan Zn dalam 0.05 N HCl+0.025N H2SO4
c. Ketinggian tempat
Bulan basah adalah bulah curah hujan sama dengan atau lebih dari 100
mm, bulan lembab antara 60 – 100 mm, dan bulan kering kurang dari
60 mm. Penanaman ubi kayu di wilayah dengan sebaran curah hujan
sebaiknya dilakukan pada bulan November dan paling lambat pada
bulan Januari. Namun demikian apabila pada areal penanaman
tersedia air yang cukup untuk irigasi ketika bulan kering (Mei –
Oktober) maka waktu tanam dapat dilakukan tiap bulan.
350
Curah hujan (mm/bulan)
300
250
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
4
300
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
B. PENYEDIAAN BENIH
5
Gambar 3. Pengaturan batang bibit, pemotongan dan pengaturan stek
(Dok. Suwarto)
C. PENYIAPAN LAHAN
Lahan untuk tanaman ubi kayu dapat berasal dari hutan sekunder,
semak belukar, atau tanaman semusim sebelumnya. Penyiapan lahan
6
akan meliputi pembukaan lahan, pembersihan dan/atau pengolahan tanah.
Lahan untuk ubi kayu harus dibersihkan dari semak belukar dan
alang-alang. Pembersihan dapat dilakukan dengan menyemprotkan
herbisida sistemik, membabatnya secara manual, membabad dengan
mower dan/atau secara mekanis dengan slasher yang ditarik traktor roda
empat. Biomas semak belukar atau alang-alang dibiarkan menyebar di
lahan dan akan dibenamkan pada saat pengolahan tanah.
3. Pengolahan tanah
7
Gambar 4. Tanah yang tidak atau diolah dangkal
(1) Melakukan pembajakan 2 kali dengan bajak piring (disk plow) yang
ditarik roda empat. Penggaruan tanah menggunakan garu piring (disk
harrow) yang ditarik traktor roda empat.
(3) Setelah tanah diolah tanah diberakan selama 1 minggu dan biomass
cassava yang masih tersedia disebarkan untuk menambahkan bahan
organik tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah serta mengurangi
penggunaaan bahan organik kotoran hewan.
Gambar 6. Hasil akhir pengolahan tanah yang siap ditanami stek (Dok. Pribadi)
D. PENANAMAN
9
Gambar 7. Penanaman manual Gambar 8. Penanaman mekanis dengan
cassava planter
(https://id.images.search.yahoo.com/search/im
ages;_ylt=AwrxxP4sM6hiEBoAhwHLQwx.;_
ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzEEdnRpZAME
c2VjA3BpdnM-?p=cassava+planter&fr2=piv-
web&type=E211ID885G0&fr=mcafee#id=74
&iurl=https%3A%2F%2Fi.ytimg.com%2Fvi
%2FVz_kfK9OgGQ%2Fmaxresdefault.jpg&a
ction=click)
Tabel 3. Kebutuhan pupuk per tanaman tiap aplikasi untuk populasi 10.000
tanaman per hektar.
Urea 20 10
SP 36 20 0
KCl 5 10
NPK 0 20
12
Defisiensi hara Gejala
• Ditandai klorosis di antara pembuluh daun
Magnesium
(Mg), sering (interveinal) dan menguningnya daun bagian
ditemukan di
bawah
lapangan
• Sedikit pengurangan tinggi tanaman
• Klorosis seragam dimulai pada daun bagian atas,
Sulfur (S),
menyerupai yang segera menyebar ke seluruh tanaman
defisiensi N
• Tinggi tanaman berkurang, ruas pendek, tangkai
Boron (B),
jarang terlihat daun pendek dan cacat kecil pada daun atas
di lapangan
• Bercak ungu-abu-abu pada daun dewasa di bagian
tengah tanaman
• Dalam kondisi parah, eksudat bergetah pada
batang atau tangkai daun (hampir tidak pernah)
terlihat di lapangan)
• Menekan perkembangan lateral akar serabut
• Deformasi dan klorosis seragam pada daun
Tembaga (Cu),
terutama di bagian atas, dengan ujung dan tepi daun
tanah gambut
menggulung ke atas atau ke bawah
• Tangkai daun yang melebar penuh memanjang
dan melengkung ke bawah
• Pertumbuhan akar berkurang
• Klorosis seragam pada daun bagian atas dan
Besi (Fe),
terutama di tangkai daun; pada kondisi parah daun memutih
tanah berkapur
dengan klorosis tepi daun termuda
• Berkurangnya pertumbuhan tanaman; daun muda
kecil, tapi tidak cacat
• Klorosis interveinal dan daun bagian atas atau
Mangan (Mn),
terutama pada tengah menguning; klorosis seragam dalam
13
Defisiensi hara Gejala
tanah berpasir kondisi parah
dan pH tinggi
• Berkurangnya pertumbuhan tanaman; daun muda
kecil, tetapi tidak cacat.
• Bintik-bintik kuning atau putih di tengah daun
Seng (Zn),
sering terlihat muda
pada pH tinggi
• Daun menjadi kecil, menyempit dan klorosis pada
atau tanah
berkapur; juga titik tumbuh; bercak nekrotik pada daun bagian
tanah masam
bawah.
• Daun lobus membelok keluar dari batang
• Berkurangnya pertumbuhan tanaman; dalam
kondisi yang parah, kematian tanaman muda
16
Gambar 11. Gejala kekurangan hara kalium (K) (Howeler, 2014)
Gambar 12. Gejala kekurangan hara kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan
sulfur (S) (Howeler, 2014)
17
Gambar 13. Gejala kekurangan hara boron (B), tembaga (Cu), dan besi (Fe)
(Howeler, 2014)
18
Gambar 14. Gejala kekurangan hara mangan (Mn) dan seng (Zn) (Howeler,
2014)
19
Gambar 15. Gejala keracunan alumunium (Al), boron (B), Mangan (Mn), dan
kadar garam tinggi/salinitas (Howeler, 2014)
20
F. PENGAIRAN
G. PENJARANGAN TUNAS
Tunas calon batang pada stek ubi kayu mulai muncul pada umur 2
minggu setelah tanam. Dari satu stek dapat tumbuh 1-5 tunas bahkan
lebih, tergantung jenis atau klon ubi kayu. Tunas yang tumbuh menjadi
batang bila berjumlah banyak (Gambar 16) perlu dikurangi menjadi
maksimal 2 batang per tanaman.
Gambar 16. Tanaman cassava dengan batang banyak (harus dibuang dan
disisakanmaksimal 2 batang) pada klon Adira 2 (Dokumen Suwarto)
Penjarangan tunas atau pewiwilan untuk mengatur pola
pertumbuhan batang yang optimal perlu segera dilakukan. Pertumbuhan
batang yang terlalu banyak menyebabkan pertumbuhannya melebar
kesamping dan ini akan menghambat proses pembentukan dan
21
pembesaran umbi. Jumlah dan ukuran umbi lebih sedikit dan kecil.
Penjarangan tunas dilakukan paling lambat 4 minggu setelah tanam
(Gambar 17), sebelum tunas menjadi batang berkayu.
H. PENGENDALIAN GULMA
23
Oxalis barrelieri Urena lobata Desmodium tortuosum
24
Cyperus sp. Paspalum conjugatum
Gambar 18. Berbagai jenis gulma pada ubi kayu di lahan kering Ultisols,
Jonggol
26
Gambar 20. Pengaturan arah penyemprotan herbisida pada tanaman cassava
Hama utama yang menyerang ubi kayu adalah kutu putih (whitefly),
tungau merah (red mite), dan kutu putih (mealybug). Hama tersebut
terutama menyerang daun dengan gejala serangan seperti tertera pada
Gambar 21.
27
Sumber: Howeler (2014)
28
Gambar 21. Gejala serangan hama utama pada ubi kayu
29
30
Gambar 22 Gejala serangan penyakit utama ubi kayu
J. PANEN
Hal yang perlu diperhatikan dalam panen ubi kayu adalah waktu
panen, cara panen, pengukuran produktivitas, dan penentuan kadar pati.
1. Waktu panen
2. Cara panen
a. Panen manual
b. Panen mekanis
Gambar 23. Panen ubi kayu
32
3. Pengukuran hasil panen
Hasil panen perlu ditentukan dengan metode pengambilan contoh
atau ubinan yang benar sehingga diperoleh nilai yang tepat. Teknik
pengambilan ubinan untuk penentuan hasil panen per hektar berbeda
antara pola tanam monokultur dan tumpangsari.
(1) Tanaman monokultur
Penentuan petak contoh atau ubinan yang efektif pada saat ubi kayu
ditanam secara monokultur dan jarak tanam yang sama adalah cukup
sederhana (Gambar 24). Biasanya, satu baris perbatasan di sepanjang
keempat sisi ubinan dikecualikan, dan hanya tanaman di bagian tengah
ubinan yang tersisa, yaitu "ubinan efektif", dipanen dan ditimbang bobot
umbinya. Hasil umbi ubinan dalam t/ha dihitung sebagai bobot umbi
(dalam kg) dalam ubinan efektif x 10 dibagi luas ubinan efektif (dalam
m2).
Gambar 24. Lay out ubinan pada tanaman ubi kayu monokultur
(2) Tanaman tumpangsari
Ketika ubi kayu ditumpangsari, jarak antar baris sering melebar,
sedangkan jarak antar tanaman dalam barisan dipersempit untuk
mempertahankan populasi ubi kayu 10.000 tanaman per ha, sekaligus
menampung satu, dua, atau tiga baris tanaman sela di antara baris ubi kayu
(Gambar 25 dan 26). Untuk menentukan hasil ubi kayu dan tanaman sela,
33
penting untuk menentukan area yang tepat dari ubinan yang efektif untuk
dipanen. Ubinan yang efektif harus selalu mengecualikan setidaknya satu
baris perbatasan, dan menyertakan rasio yang sama ubi kayu untuk
tumpang sari baris seperti yang akan ditemukan di lapangan yang lebih
besar. Dengan demikian, Gambar 25 menunjukkan bahwa, jika satu baris
dari ubi kayu diselingi dengan tiga baris padi gogo, plot yang efektif dapat
mencakup dua baris ubi kayu dan enam baris padi gogo, dan luas panen
untuk kedua tanaman tersebut adalah 4 × 5 = 20 m2.
Gambar 25. Lay out ubinan tumpangsari ubi kayu dengan tiga baris padi gogo
Gambar 26. Lay out ubinan tumpangsari ubi kayu dengan dua baris kacang
tanah
35
K. PENANGANAN BIOMASS RESIDU
PENUTUP
Produktivitas tinggi yang berkelanjutan merupakan suatu
keharusan dalam pengembangan pangan berbasis ubi kayu yang berdaya
saing. Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam diterapkan teknologi
budidaya yang baik mulai dari penentuan lokasi, penyiapan lahan,
penyiapan benih, pemeliharaan sampai panen. Standar operasional
prosedur Teknologi IPB PRIMA-Cassava ini diharapkan dapat menjadi
salah satu acuan.
DAFTAR PUSTAKA
Howeler R. 2014. Sustainable Soil and Crop Management of Cassava in Asia.
A Reference Manual. Centro Internacional de Agricultura Tropical
36
(CIAT). 279p.
Howeler R. 2017. Diagnosis of Nutritional Problems of Cassava. Centro
Internacional de Agricultura Tropical (CIAT), Cali, Colombia.
https://www.researchgate.net/publication/322069770
Wardani, N. 2015. Hutu putih ubi kayu, Pnecoccus manihoti Mtile-Ferrero
(Hemiptera: Pseudococcidae) Hama invasif baru di Indonesia.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB.
Suwarto, Abrori, A.F. 2018. Kontribusi biomassa daun gugur dalam
penyediaan hara pada pertanaman ubi kayu. Agrovigor. 11(1): 39-46.
Suwarto, Parlindungan, E.S., Asih, R. 2020. Potency legume cover crops as a
source of organic material in situ and its effect on the growth and tuber
yield of cassava (Manihot esculenta). Plant Archives. 20(SP1): 1484-
1490.
Suwarto, Asih R. 2021. Growth of Legume Cover Crops under Cassava and Its
Effect on Soil Properties. Legume Research- An International
Journal, Volume 44 Issue 9: 1077-1081.
37