Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FARMASI KOMUNITAS

MANAJEMEN STRATEGI DAN PEMASARAN APOTEK


Dosen pengampu : Apt. Ainun Wulandari, M.Sc

Disusun Oleh : Kelompok 7


Evi Oktavia M (21344001)
Junita Dompas (21344042)
Nadira Gustarani (21344045)
Anjar Restu Aji (21344015)
Yati Mulyawati (21344024)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan tepat
waktu.
Terimakasih kami ucapkan kepada:
1. Ibu Apt. Ainun Wulandari, M.Sc, selaku Dosen pengampu mata kuliah
Farmasi Komunitas yang telah memberikan tugas serta memberikan
pengarahan dalam pembuatan makalah ini.
2. Orang tua yang telah mendukung demi meningkatkan Ilmu pengetahuan
Kami
Kami benar-benar mendapatkan banyak manfaat setelah membuat makalah
yang berjudul Manajemen Strategi Dan Pemasaran Apotek, dan menambah
pengetahuan. Kami menyadari bahwa makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik, dengan
harapan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Sekian dan terimakasih

Jakarta , Oktober 2021


Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 4


2.1 Manajemen Strategi …………………………………………….. 4
2.1.1 Definisi………………………………………………….. 4
2.1.2 Tugas Manajemen Strategi……………………………… 6

2.1.3 Tujuan Manajemen Strategi…………………………….. 6


2.1.4 Tujuan Manajemen Strategi Pada Pelaksanaan ………… 7
2.1.5 Manfaat Manajemen Strategi Pada Pelaksanaan ………. 8
2.1.6 Proses Dan Tahapan Manajemen Strategi Pada
Pelaksanaan……………………………………………… 8
2.1.7 Analisis SWOT…………………………………………. 9
2.1.8 Cara Menyusun Strategi Bisnis Yang Tepat……………. 10
2.2 Konsep Pemasaran Secara Umum…………………………….. 11
2.2.1 Definisi Pemasaran Secara Umum……………………… 11
2.2.2 Pemasaran Ditinjau Dari Bidang Farmasi………………. 12
2.2.3 Fungsi Dan Peran Pemasaran…………………………… 12
2.2.4 Orientasi Peran Pemasaran……………………………… 15
2.3 Apotek………………………………………………………… 17
2.4 Keputusan Pelanggan…………………………………………. 19
2.4.1 Definisi Keputusan Pelanggan…………………………. 19
2.4.2 Aspek Kepuasan………………………………………… 19
2.4.3 Manfaat Kepuasan ……………………………………… 20
2.4.4 Faktor-faktor Yang memengaruhi Kepuasan…………… 21

ii
BAB 3 PEMBAHASAN…………………………………………………… 22

BAB 4 PENUTUP…………………………………………………………. 26
4.1 Simpulan………………………………………………………… 26

4.2 Saran…………………………………………………………….. 27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 28

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasaran pada praktiknya sudah ada sejak zaman peradaban kuno. Bangsa
Yunani kuno dan Romawi telah mempraktikan ilmu dagang dan secara aktif
berkomunikasi persuasif kepada konsumennya. Begitu pula di peradaban-
peradaban lain yang maju perdagangannya. Namun demikian, konsep pemasaran
modern yang dikenal saat ini baru muncul dan berkembang pada masa Revolusi
Industri yang terjadi pada abad ke-18 dan ke- 19. Periode ini ditandai dengan
munculnya perubahan-perubahan sosial yang didorong oleh perkembangan
teknologi dan inovasi ilmu pengetahuan. Salah satu perubahan tersebut adalah
munculnya industri-industri yang memproduksi barang konsumsi secara massa.
Hal ini didukung pula oleh perkembangan modal transportasi dan munculnya
media massa yang mengharuskan produsen menemukan cara mengelola distribusi
barang dan jasa.
Sejak awal abad ke-20 hingga beberapa tahun pasca Perang Dunia II, kompetisi
bisnis semakin meningkat dan fokus ilmu pemasaran mulai pindah dari fokus
produksi ke fokus penjualan. Ilmu komunikasi, periklanan, dan merek mulai
menjadi penting saat perusahaan berusaha menjual sebanyak-banyaknya barang di
pasar yang sudah semakin ramai (Assael, 1992).
Berdasarkan PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Namun, apotek juga termasuk salah satu bisnis dan
bentuk pelayanan sosial di bidang kesehatan yang berperan sebagai perusahaan
pengecer (retail) barang farmasi, dengan komoditasnya terdiri dari perbekalan
farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan, serta sebagai tempat untuk
memperoleh informasi kesehatan.
Kata strategi sangat familiar bagi kita semua, termasuk apoteker. Apoteker
Pengelola Apotek pasti merumuskan dan menjalankan strateginya masing-masing
agar apotek dapat bertahan dan berkembang. Saat ini banyak berkembangnya
apotek baru dan franchise yang muncul terutama di kota-kota besar, namun juga

1
tidak sedikit yang kemudian tutup kembali. Bisa jadi apotek yang tutup tersebut
sebenarnya tidak memperhatikan keadaan lingkungan, tidak memiliki tujuan
jangka panjang, tidak memiliki strategi, dan tidak pernah melakukan evaluasi diri.
Hal ini menimbulkan persaingan di bidang apotek semakin ketat. Di sisi lain,
pembeli juga semakin kritis dan cerdas sehingga diperlukan sebuah inovasi agar
apotek tetap bertahan ditengah persaingan bisnis dan dapat tetap melayani
masyarakat dengan baik. Inovasi sangat diperlukan agar apotek dapat
mempertahankan pelanggan lama dan menarik pelanggan baru.
Strategi pemasaran atau marketing merupakan suatu kegiatan yang penting
bagi setiap unit bisnis tidak terkecuali unit bisnis apotek. Namun seringkali strategi
pemasaran ini tidak terlalu menjadi kegiatan yang diutamakan oleh para pebisnis
apotek. Padahal kegiatan marketing merupakan ujung tombak untuk dapat
memastikan bahwa produk dan jasa yang ditawarkan diketahui oleh calon
pelanggan apotek. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis membuat
makalah ini, dengan harapan dapat memberikan informasi manejemen strategi yang
tepat dalam melakukan suatu tindakan perencanaan dan pengaturan strategi yang
efektif agar tujuan bisnis apotek yang direncanakan dapat tercapai dan yang paling
penting yaitu bisnis dapat berlangsung dalam waktu lama.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan identifikasi masalah
sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan menejemen strategi?
2) Apa yang dimaksud dengan pemasaran?
3) Tahapan apa yang dilakukan dalam mengimplementasi manajemen
strategi dan pemasaran apotek?
4) Strategi pemasaran apa yang dilakukan dalam pengembangan bisnis
Apotek?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui makna dari menejemen strategi.
2. Untuk mengetahui makna dari pemasaran.
3. Mengetahui tahapan yang dilakukan dalam mengimplementasi
manajemen strategi dan pemasaran apotek
4. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan dalam
pengembangan bisnis Apotek

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Strategi

2.1.1 Definisi
a. Manajemen
Secara etimologi pengertian manajemen berarti seni melaksanakan dan mengatur.
George R. Terry, 1958 dalam bukunya Principles of Management, menjelaskan
bahwa Manajemen adalah sebuah proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Sukarna, 2011).
a. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta
pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi
untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan
macam-macam kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai tujuan,
penempatan orang-orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini,
penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan
penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap
orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang
diharapkan
c. Penggerakan
Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota
kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk
mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan
usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.

4
Faktor-faktor yang dierlukan untuk penggerakan yaitu:
• Leadership (Kepemimpinan)
• Attitude and morale (Sikap dan moril)
• Communication (Tata hubungan)
• Incentive (Perangsang)
• Supervision (Supervisi)
• Discipline (Disiplin)
d. Pengawasan
Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang
harus dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bila mana perlu melakukan
perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana,
yaitu selaras dengan standard (ukuran). Proses pengawasan sebagai
berikut, yaitu:
• Determining the standard or basis for control (menentukan
standard atau dasar bagi pengawasan)
• Measuring the performance (ukuran pelaksanaan)
• Comparing performance with the standard and ascerting the
difference, it any (bandingkan pelaksanaan dengan standard dan
temukan jika ada perbedaan)
• Correcting the deviation by means of remedial action (perbaiki
penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat)
(Sukarna, 2011).
Manajemen mempunyai suatu kegiatan yang harus di canangkan
sebagai suatu kegiatan pokok, dimana mempunyai tugas sebagai
berikut:
a) Di siapkan suatu rencana induk atau strategi bagi perusahan
dalam perencanaan.
b) Strategi perencanaan tersebut harus dapat dilaksanakan.
c) Dalam pelaksanaan diadakan pengawasan, evaluasi dan
penganalisaan terhadap kegiatan dari rencana yang dijalankan

5
sehingga ada suatu pengendalian ketika terjadi penyimpangan
(Kemkes RI, 2018)
b. Manajemen strategi
Manajemen strategi adalah suatu serangkaian keputusan dan tindakan
manajerial yang menentukan kinerja sebuah perusahaan atau organisasi
dalam jangka waktu Panjang (David Hunger).
Beberapa ahli telah mendefinisikan strategi seperti berikut ini:
1. Pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan, kebijakan, dan
tindakan organisasi ke dalam suatu keseluruhan yang menyatu
(Mintzberg dan Quinn, 1991).
2. Rencana menyeluruh dengan menggunakan sumber-sumber untuk
menentukan posisi yang menguntungkan (Grant, 1995).
3. Cara untuk mencapai tujuan jangka panjang (David, 2001).
Rencana induk yang menyeluruh yang menyatakan bagaimana
perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya.

2.1.2 Tugas Manajemen Strategi

Tugas manajemen strategis adalah sebagai berikut.


1. Mengembangkan misi strategis dan misi bisnis
2. Menentukan tujuan
3. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan
4. Mengimplementasikan dan melaksanakan strategi
Mengevaluasi kinerja, mengkaji perkembangan baru, dan mengupayakan
pembetulan (Kemkes RI, 2018).

2.1.3 Tujuan Manajemen Strategi


Ada beberapa tujuan dari manajemen strategi :
1. Memberikan Arah dalam Mencapai Tujuan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, manajer bertugas untuk mengarahkan
semua pihak dalam melakukan strategi. Arahan yang dilakukan ini harus jelas
karena menjadi landasan untuk mengendalikan serta mengevaluasi
keberhasilan

6
2. Menjaga Kepentingan Berbagai Pihak
Dalam menyusun strategi, manajer mempertemukan kepentingan baik
karyawan, supplier, pemegang saham, perbankan, dan masyarakat, dan diolah
agar sesuai dengan kebutuhan.
3. Mengantisipasi Setiap Perubahan Secara Merata
Dengan dilakukan manajemen strategi, memungkinkan para eksekutif untuk
mengantisipasi perubahan yang terjadi dan telah menyiapkan suatu sikap
sebagai bentuk pengendaliannya. Tujuannya yaitu untuk memperluas
kerangka berfikir secara perspektif.
4. Berkaitan dengan Efisiensi Dan Efektivitas
Manajer harus bertanggung jawab tidak hanya untuk mengkonsentrasikan
kemampuan di atas kepentingan efisiensi, melainkan juga memiliki perhatian
yang serius terhadap sumber daya untuk bekerja keras dengan melakukan
pekerjaan secara efektif dan efisien (Kemkes RI, 2018)

2.1.4 Tujuan Manajemen Strategi Pada Pelaksanaan


Pada pelaksanaannya, tujuan manajemen strategi yaitu untuk mengevaluasi
kinerja, meninjau, mengkaji ulang, serta melakukan koreksi serta penyesuaian jika
terdapat penyimpangan dalam implementasi strategi. Ketika hendak membuat
strategi baru, dirumuskan sesuai dengan perkembangan lingkungan eksternal, hal
ini bertujuan untuk meninjau ulang kekuatan dan kelemahan organisasi, serta
melihat peluang dan ancaman dalam melakukan kegiatan bisnis. Setelah itu
organisasi dapat berinovasi atas produk atau layanan sehingga bisa diterima oleh
konsumen untuk memenuhi kebutuhannya (Kemkes RI, 2018).

7
2.1.5 Manfaat Manajemen Strategi
Manfaat dari manajemen strategi diantaranya yaitu dapat menghasilkan
keputusan terbaik dalam berorganisasi, kegiatan merumuskan strategi akan
membantu meningkatkan kemampuan organisasi dalam menghadapi berbagai
kendala atau tantangan, keterlibatan pegawai dalam merumuskan strategi
menjadikan mereka mengerti dan menghargai produktivitas hingga akhirnya akan
meningkatkan motivasi kerja.
Manfaat selanjutnya yaitu membuat sebuah organisasi menjadi lebih peka
terhadap ancaman dari luar, membantu mencegah berbagai masalah yang berasal
dari dalam maupun luar, membuat proses operasional sebuah organisasi menjadi
lebih efektif dan efisien, membantu perusahaan untuk beradaptasi dengan adanya
perubahan, membuat organisasi lebih profitable ketimbang organisasi yang tidak
menerapkannya (Kemkes RI, 2018).

2.1.6 Proses dan Tahapan Manajemen Strategi


Adapun tahapan dari manajemen strategi yaitu :
1. Merumuskan strategi
Tahap awal yang harus dilakukan oleh organisasi dalam pengembangan visi
dan misi yaitu merumuskan strategi. Bisa dimulai dari analisis swot,
menentukan dan menetapkan tujuan jangka panjang suatu organisasi, dan
merumuskan strategi alternatif lainnya.
2. Menerapkan strategi
Strategi yang telah ditetapkan kemudian diimplementasikan atau diterapkan,
misalnya saja dengan merancang struktur organisasi, mendistribusikan
sumber daya, melakukan kebijakan, mengembangkan proses pengambilan
keputusan, usaha pemasaran, dan pengelolaan sumber daya alam
3. Mengevaluasi strategi
Kehidupan dan lingkungan terus saja berubah seiring perkembangan zaman.
Untuk itu sangat penting melakukan evaluasi secara berkala. Hal ini bertujuan
untuk melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemajuan atau
kemunduran, baik secara internal maupun eksternal. Cara melakukan evaluasi
juga ada tahapannya. Pertama harus mengkaji ulang berbagai faktor internal

8
maupun ekternal yang menjadi landasan perumusan strategi yang telah
diterapkan sebelumnya, selanjutnya yaitu mengukur kinerja saat ini dengan
cara melakukan upaya perbaikan dari kekurangan kinerja sebelumnya
(Kemkes RI, 2018)

2.1.7 Analisis SWOT


a. Definisi
Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah suatu bentuk
analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara
sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang
matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan
jangka Panjang. Menurut Kurtz, Analisis SWOT adalah suatu alat
perencanaan strategik yang penting untuk membantu perencana untuk
membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan
kesempatan dan ancaman dari external.
untuk menemukan masalah dari 4 (empat) sisi yang berbeda :
1. Bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan dari
sebuah peluang (opportunities) yang ada.
2. Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan.
3. Bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats)
yang ada.
4. Bagaimana mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat
ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman
baru.
Faktor internal di sini meliputi strength (kekuatan) dan weakness(kelemahan),
sedangkan faktor eksternal meliputi opportunity(peluang) dan threat (ancaman).
Karena itu, analisis SWOT biasa disebut sebagai analisis internal-eksternal atau
internal-eksternal analisis.
b. Manfaat Analisis SWOT
Manfaat analisis SWOT bagi perusahaan adalah sebagai strategi penentu
masa depan dalam keberlangsungan bisnis. Bagaimana sebuah perusahaan

9
menjalankan strategi misi untuk mencapai tujuan (visi) perusahaan. Selain itu
juga dimanfaatkan oleh para stakeholder untuk mengetahui kondisi faktor
internal dan eksternal dari perusahaan. Adanya penilaian SWOT membantu
untuk menetapkan prioritas mana saja yang harus didahulukan oleh
perusahaan.
Tanpa adanya informasi dari analisis SWOT, Anda tidak dapat mengetahui
potensi pasar, minat dan peluang pasar yang bisa dimanfaatkan.
c. Fungsi dan Tujuan Analisis SWOT
Fungsi dan tujuan dari analisis SWOT adalah untuk menemukan aspek-aspek
penting dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di dalam suatu
perusahaan. Dengan mengetahui empat aspek tersebut, diharapkan dapat
memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mengurangi ancaman,
dan membangun peluang-peluang di masa depan. Penilaian SWOT bukanlah
alat analisis yang mampu memberikan jalan keluar yang tepat bagi semua
masalah yang ada di perusahaan. Namun, analisis SWOT adalah alat analisis
yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau
mungkin akan dihidupi oleh organisasi.

2.1.8 Cara Menyusun Strategi Bisnis yang Tepat


Berikut beberapa cara dalam Menyusun strategi bisnis yang tepat, yaitu:
1. Berfikir Kritis
Seseorang yang berpikir kritis akan lebih mudah dalam menemukan berbagai
masalah-masalah yang dihadapi. Dengan mengetahui masalah lebih cepat,
maka akan cepat pula menemukan jalan keluar.Sehingga untuk membentuk
strategi yang tepat, alangkah baiknya seseorang perlu berfikir kritis. Terutama
bagi manajernya, sehingga mengurangi kegagalan dalam bisnis.
2. Berfikir Kreatif
Dalam menjalankan usaha bisnis, kita dituntut berfikir kreatif atau out of the
box. Sehingga akan menentukan jenis produk atau barang yang akan
diproduksi, namun berbeda dari yang lain. Ide kreatif ini yang menjadikan
minat masyarakat meningkat.

10
3. Berani Mengabil Resiko
Bisnis saat ini memang menjadi dunia yang keras, tidak mudah untuk berjalan
mulus dan mencapai kesuksesan. Untuk memulai bisnis yang besar,
dibutuhkan orang-orang yang berani mengambil resiko
4. Berfikir Terbuka
Dalam bisnis sangat diperlukan untuk berfikir terbuka. Terutama melihat
bisnis dari sudut pandang yang berbeda untuk menemukan ide baru. Orang
yang berfikir terbuka, cenderung mudah bangkit dan menerima kritik untuk
membangun bisnisnya Kembali.
5. Menjadi Oportunis
Suatu perusahaan atau seseorang yang ingin memulai bisnis, diperlukan
seseorang yang bersikap oportunis. Sehingga orang tersebut akan lebih
mudah ketika mencari atau memanfaatkan peluang yang ada
6. Menjadi Orisinil
Menjalani kegiatan bisnis harus menciptakan produk yang menjadi khas,
bukan tiruan. Sehingga produk tersebut akan lebih dihargai sebagai usaha
yang murni dan hasilnya lebih unggul dimata konsumen. Sehingga pastikan
produk yang akan dipasarkan bukan plagiat dari orang lain (Kurniawan,
2021).

2. 2 Konsep Pemasaran Secara Umum

2.2.1 Definisi Pemasaran Secara Umum


Definisi pemasaran yang dikemukakan para pakar pemasaran secara umum
yakni:
1. Menurut American Marketing Association (AMA)
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai kepada
pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan pelanggan dengan cara-
cara yang menguntungkan organisasi dan para pemangku kepentingan.
2. Menurut UK Chartered Institute of Marketing
Pemasaran adalah proses manajemen yang mengidentifikasi, mengantisipasi,

11
dan menyediakan apa yang dikehendaki pelanggan secara efisien dan
menguntungkan.
3. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, untuk mendapatkan laba dan
untuk berkembang. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan
salah satu kegiatan perusahaan, dimana secara langsung berhubungan dengan
konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan
manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar yang kemudian
bertumbuh menjadi keinginan manusia (Kemkes RI, 2018).

2.2.2 Pemasaran Ditinjau Dari Bidang Farmasi


Pemasaran farmasi merupakan sub bagian dasar pemasaran dimana nilai
pelayanan kefarmasian atau yang lebih dikenal dengan (Pharmaceutical care)
diaplikasikan. Orientasi pemasaran farmasi tidak hanya terbatas pada produk
tetapi justru memberikan perhatian yang berlebih pada layanan farmasi yang
prima. Sehingga pemasaran dan praktek pelayanan kefarmasian memiliki
sejarah hidup Panjang berdampingan satu sama lain. Alat pemasaran telah
digunakan untuk membantu farmasis menangani banyak isu-isu dalam
berbagai ruang lingkup praktik, seperti berapa tarifnya untuk satu resep obat,
apakah perlu untuk mendapatkan pelayanan monitoring farmakokinetik atau
satelit peracikan di rumah sakit, yang produk bebasnya (OTC) dibawa, dan
apakah akan menggunakan perantara untuk semua produk atau memesan
langsung dari produsen (Kemkes RI, 2018).

2.2.3 Fungsi Dan Peran Pemasaran


Aspek pokok pemasaran meliputi enam hal, anatara lain :
1. Pemasaran berkenaan dengan upaya memuaskan kebutuhan dan
keinginan pelanggan.
Untuk itu, pemahaman atas perilaku konsumen, berserta kebutuhan,
keinginan mereka yang merupakan kunci sukses pemasaran.

12
2. Pemasaran mencakup pertukaran, dimana pasar dan pelanggan saling
memberikan sesuatu yang bernilai, sehingga masing-masing pihak
mendapatkan manfaat spesifik.
3. Pemasaran membutuhkan keputusan menyangkut 4 P (product, place,
price and promotion) untuk produk fisik misal seperti obat, alat
kesehatan, kosmetik, dan lain-lain dan 7 P (product, price, place,
promotion, people, process and physical evidence untuk jasa, misal
pelayanan informasi obat, penyuluhan obat, dan lain sebagainya. 4P dan
7P ini dikenal dengan istilah bauran pemasaran (marketing mix), yakni
serangkaian aktivitas terkendali yang digunakan perusahaan untuk
merespon keinginan pasar sasaran.
a. Produk (product), Produk yang dimaksud disini adalah terkait
dengan produk berkualitas, yang ditawarkan dengan harga
terjangkau jelas kan menjadi sasaran pasar. Brand produk juga
menjadi penting karena ada beberapa segmen di pasar yang
menjadikan brand sebagai alasan utama memilih produk
b. Harga (price), Elemen penting yang menempel pada sebuah
produk. Harga menjadi kunci utama bagim konsumen untuk
membeli barang, khususnya konsumen untuk membeli barang,
khususnya konsumen kelas menengah ke bawah dalam
pemasaran, penetuan harga bisa menjadi kekuatan untuk bersaing
di dalam pasar
c. Promosi (promotion), Promosi sudah jelas alat utama dalam
pemasaran sebuah produk. Promosi ini juga yang kemudian
banyak menggerus keuangan perusahaan demi memperkenalkan
produknya ke pasar. promosi dapat berupa iklan di media cetak
maupun elektronik, brosur, baliho, dan sponsorship;
d. Tempat (place), Hal ini berkaitan dengan akses tempat maupun
distribusi produk. Lokasi menjadi penting peranannya dalam
pemasaran karena terkait dengan after – sales satisfaction
maupun before – sales satisfaction pelanggan;

13
e. Personel (people/ personnel), Komitmen, insentif, penampilan,
perilaku, dan kebiasaan. Apapun yang menempel pada pelanggan
maupun karyawan perusahaan.
f. Proses (process), Merupakan salah satu elemen inti yang ada di
9 core elemens of marketing, namun melihat korelasi yang
penting maka elemen ini di tarik masuk menjadi salah satu bagian
dalam marketing mix. Beberapa indikator proses yang diperlukan
adalah prosedur, kebijakan, mekanisasi, arah aktifitas, dan
sebagainya;
g. Bukti fisik (Physical evidence), merupakan lingkungan, warna,
tata letak, dan fasilitas tambahan. Ini terkait dengan tampilan
sebuah produk / jasa yang ditawarkan. dengan
4. Pemasaran dapat dilakukan oleh individu maupun organisasi.
5. Pemasaran berlangsung dalam berbagai setting atau konteks.
Diantaranya perusahaan bisnis (profit-oriented) dan organisasi nirlaba;
online dan offline: barang fisik, jasa, maupun non tradtional marketing
(person, place, cause event, dan organization marketing).
6. Pemasaran membantu proses menciptakan nilai (value) bagi pelanggan.
Konsep nilai mengacu pada hubungan antra manfaat (benefit) dan biaya
(cost), atau apa yang diterima sesorang dibandingkan apa yang ia
berikan. Sebuah produk dipersepsikan memberikan nilai positif apabila
manfaat yang diterima lebih besar dibandingkan biaya yang
dikeluarkan (Kemkes RI, 2018).

Secara garis besar, peran penting pemasaran diwujudkan melalui delapan


fungsi universal yang meliputi:
1. Pembelian (buying), yaitu memastikan bahwa produk yang dijual
tersedia dalam jumlah jumlah memadai agar dapat memenuhi
permintaan pelanggan. Bagi pengecer, misalnya kemampuan
memahami perilaku konsumen bermanfaat dalam mengantisipasi
preferensi konsumen dimasa datang.

14
2. Penjualan (selling), yakni menggunakan periklanan, personal
sellingdan promosi penjualan untuk menyelaraskan produk dengan
kebutuhan pelanggan.
3. Pengangkutan (transporting), berkaitan dengan memindahkan produk
dari lokasi produksi ke lokasi yang nyaman diakses oleh para pembeli.
4. Penyimpanan (storing), berkaitan dengan aktivitas menyimpan produk
sampai dibutuhkan untuk dijual.
5. Standarisasi dan Pengelompokan (standardizing and grading), yakni
memastikan bahwa produk sesuai dengan pengendalian kualitas dan
kuantitas dalam hal ukuran, berat dan variabel lainnya.
6. Keuangan (financing) yaitu menyediakan fasilitas kredit kepada
anggota saluran distribusi (PBF) dan konsumen.
7. Pengambilan risiko (risk taking), yakni menghadapi segala
ketidakpastian berkenaan dengan pembelian yang dilakukan pelanggan
di masa datang.
8. Pemastian informasi pemasaran (securing marketing information),
menyangkut pengumpulan informasi mengenai konsumen, pesaing,
dan saluran distribusi demi kepentingan pengambilan keputusan
pemasaran (Kemkes RI, 2018).

2.2.4 Orientasi Pemasaran Farmasi


Ada beberapa tipe pola orientasi pemasaran farmasi yaitu orientasi internal
tercermin dalam orientasi produksi, orientasi produk, dan orientasi penjualan,
sedangkan orientasi eksternal terdiri dari orientasi konsumen dan orientasi social
marketing (holistic marketing).
1. Orientasi Produksi
Berasumsi bahwa konsumen akan menyukai dan mengutamakan produk yang
telah tersedia dan terjangkau oleh konsumen dan harganya ekonomis.
Penganut orientasi yang bermula pada era revolusi industri akan menciptakan
efisiensi produksi, biaya rendah dan distribusi massal. Dengan demikian
fokus utama orientasi ini adalah distribusi dan harga.

15
2. Orientasi produk
Berasumsi bahwa konsumen akan menyukai produk obat yang tersedia
dimana-mana, mutu yang baik dan harga ekonomis. Proses pemasaran produk
obat-obatan mempunyai karakteristik tertentu. Misalnya, obat-obatan yang
dijual secara bebas dapat dilakukan secara umum kepada public baik melalui
media cetak maupun media elektronik. Namun obat-obatan yang termasuk
dalam daftar G sesuai dengan kode etik kedokteran tidak boleh diiklankan
secara langsung kepada umum. Karena pemasaran atau memperkenalkan
produk-produk obatan yang termasuk dalam daftar G tidak dapat dilakukan
secara langsung maka produsen obat dalam kegiatan pemasarannya biasanya
melakukan beberapa hal salahsatunya menggunakan jasa PBF, menggunakan
jasa detailer, dll.
3. Orientasi Penjualan (selling orientation)
Berkeyakinan bahwa konsumen tidak tertarik untuk membeli produk dalam
jumlah banyak, jika mereka tidak diyakinkan dan bahkan bila perlu dibujuk
dengan promosi yang gencar. Praktek pemasaran ini umumnya dilakukan
untuk produk yang kurang dikenal konsumen atau pemasaran nirlaba
(penggalangan dana sosial, dll). Kebanyakan praktek penjualan ini
berorientasi [pada penjualan jika menghadapi overcapacity (penawaran jauh
melampaui permintaan). Tujuannya lebih dititikberatkan pada “menjual apa
yang bisa dibuat” dan bukannya “membuat apa yang diinginkan pasar”.
4. Orientasi Konsumen (consumer orientation)
Berpandangan bahwa untuk mewujudkan keberhasilan pencapaian tujuan
pemasaran terletak pada kemampuan perusahaan farmasi dalam menciptakan,
memberikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value)
kepada pasar sasarannya (target market) secara lebih efektif dibandingkan
para pesaing. Orientasi ini bertumpu pada empat pilar utama: pasar sasaran,
kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi (intregated marketing) dan
profitabilitas. Pasar sasaran adalah pelanggan yang dipilih untuk dilayani
dengan program pemasaran khusus bagi mereka. Mengapa pasar sasaran
(target market), Alasannya adalah bahwa kebutuhan dan keinginan setiap
pelanggan begitu beragam. Amat sulit barang kali tidak mungkin) untuk bisa

16
memenuhi semua kebutuhan dan keinginan yang dimiliki semua pelanggan
dengan tingkat kepuasan yang sama. Karena itu, sebagian besar pemasar
berfokus pada tipe pelanggan yang spesifik yang dijadikan target untuk
dilayani.
5. Orientasi societal marketing (holistic marketing)
Dalam industri dan bisnis farmasi, pemasaran farmasi harus dilandasi
ketergantungan antara empat Dimensi pokok antara lain: internal marketing,
integrate marketing, relation ship marketing, dan performance marketing.
Pemasaran internal bertujuan memastikan bahwa setiap pihak (baik individu
maupun tim kerja) dalam perusahaan farmasi atau bisnis farmasi sungguh-
sungguh menghayati dan menerapkan prinsip-prinsip pemasaran farmasi.
Fokus utamanya adalah merekrut, menyeleksi, memperkerjakan, melatih, dan
memotivasi karyawan yang bersedia dan sanggup melayani pelanggan
dengan baik. Integrate marketing menekankan keselarasan antar elemen
bauran pemasaran, yakni produk, harga, promosi, kuantitas dan waktu
pemasaran (Kemkes RI, 2018).

2.3. Apotek
a. Definisi Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi
apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian (Hartini dan sulasmono,
2007). Sedangkan menurut PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 Apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh Apoteker.
b. Tugas dan Fungsi Apotek
Menurut PP No.51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
1) Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
2) Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

17
3) Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
4) Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional
c. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek meliputi :
1). Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, yang meliputi;
• perencanaan
• pengadaan
• penerimaan
• penyimpanan
• pemusnahan
• pengendalian
• pencatatan dan pelaporan
2). Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik meliputi :
• pengkajian Resep
• dispensing
• Pelayanan Informasi Obat (PIO
• konseling;
• Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care)
• Pemantauan Terapi Obat (PTO)
• Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus
menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

18
Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan
terjangkau.
d. Sumber daya
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus didukung
oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi kepada
keselamatan pasien. Sumber daya kefarmasian meliputi:
• Sumber daya manusia
• Sarana dan prasarana

2.4 Kepuasan Pelanggan

2.4.1 Definisi Kepuasan Pelanggan


Menurut beberapa ahli kepuasan atau ketidakpuasan mempunyai definisi
yang berbeda namun pada dasarnya sama, berikut tokoh yang mengemukakan
pendapatnya tentang kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan:
1. Day (dalam Tse dan Wilton 1988) menyatakan kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang
dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah pemakaian.
2. Kotler, et al (1996) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang ia rasakan di
banding harapannya.

Dari beberapa definisi dikemukakan ditarik kesimpulan bahwa kepuasan


merupakan fungsi dari persepsi kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja berada
dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan
puas. Jika kinerja melebihi harapan pelanggan sangat puas atau senang.

2.4.2 Aspek Kepuasan


Menurut Kotler (2012) ada tiga aspek kepuasan konsumen, yaitu: (1). Loyal
terhadap produk. Konsumen yang puas terhadap produk yang dikonsumsinya
cenderung akan membeli ulang dari produsen yang sama. Keinginan membeli ulang
karena adanya keinginan mengulang pengalaman yang dirasakan baik untuk
menghindari pengalaman yang buruk, karena keadaan inilah konsumen merasa

19
terpuaskan, sehingga konsumen cenderung menjadi loyal; (2). Komunikasi dari
mulut kemulut yang bersifat positif. Faktor yang mendorong adanya komunikasi
dari mulut ke mulut (word of mouth communication) yang bersifat positif adalah
kepuasan. Hal ini berupa rekomendasi kepada calon konsumen dengan mengatakan
hal-hal yang baik mengenai produk dan perusahaannya; (3). Saat membeli produk
lain perusahaan menjadi pertimbangan utama. Ini merupakan proses kognitif saat
adanya kepuasan, dimana untuk mendapatkan produk atau jasa dari perusahaan
konsumen akan mengutamakan perusahaan yang sama.
Tjiptono dan Diana (2019) menyatakan aspek kepuasan pelanggan berfokus
pada dua aspek, yaitu: (1). Kepuasan pelanggan; (2). Kinerja produk (product
performance). Selanjutnya menurut Supranto dalam Musarrofah (2014) bahwa
aspek kepuasan berupa: ketanggapan pelayanan (responsiveness of service),
kecepatan transaksi (speed of transaction), keberadaan pelayanan (availability of
service), profesionalisme, kepuasan menyeluruh dengan pelayanan atau jasa (over
all satisfaction with service).

2.4.3 Manfaat Kepuasan


Menurut Irine (2009) menjabarkan beberapa manfaat kepuasan yaitu:
kepuasan pelanggan sebagai sarana menghadapi kompetisi dimasa mendatang,
kepuasan pelanggan sebagai promosi terbaik, kepuasan pelanggan sebagai asset
perusahaan terpenting, kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan, dalam memilih produk pelanggan semakun kritis,
pelanggan akan kembali jika puas, pelanggan mudah memberikan referensi jika
merasa puas.
Tjiptono dan Diana (2019) menyatakan relisasi dari kepuasan pelanggan akan
memberikan potensi beberapa manfaat pokok, yaitu: (1). Respon terhadap strategi
produsen berbiaya rendah; (2). Manfaat ekonomi retensi pelanggan dibandingkan
penjaringan pelanggan secara terus menerus; (3). Customer life time value; (4).
Daya persuasif gethok tular; (5). Reduksi sensitivitas harga; (6). Kepuasan
pelanggan sebagai indicator kesuksesan bisnis di masa depan.

20
2.4.4 Faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan.
Menurut Tjiptono dan Diana (2019) ada beberapa faktor yang memengaruhi
kepuasan pasien, seperti: (1). Kinerja (performance). Wujud dari kinerja berupa:
kecepatan, kemudahan dan kenyamanan petugas farmasi dalam memberikan jasa
pelayanan kefarmasian. Kenyamanan yang dimaksud berupa kebersihan, kerapian
dan kelengkapan peralatan pelayanan kefarmasian; (2). Fitur (features). Berupa
karakteristik sekunder atau pelengkap, seperti kelengkapan interior dan eksterior,
misalnya ac, bahan bacaan dan fasilitas air minum; (3). Keandalan (realibility).
Sejauh mana kemungkinan minimal mengalami ketidakpuasan dengan harapan atas
pelayanan yang diberikan. Ini dipengaruhi oleh kemampuan petugas dalam
memberikan jasa kefarmasian; (4). Kesesuaian dengan spesifikasi. Sepanjang mana
karakteristik pelayanan memenuhi standar pelayanan kefarmasian yang sudah
ditetapkan sebelumnya; (5). Daya tahan (durability). Ini berhubungan dengan
berapa lama produk tersebut digunakan, mencakup umur teknis maupun umur
ekonomis dalam penggunaan alat; (6). Kemampuan melayani (service ability).
Mencakupi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.
Pelayanan yang diberikan petugas farmasi dengan cepat dan kompetensi yang
tinggi terhadap keluhan pasien; (7). Estetika. (esthetic). Merupakan daya Tarik
yang dapat diterima panca indra, desain arsitektur, dekorasi ruangan, kenyamanan
ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk dan sebagainya; (8). Kualitas yang
dipersepsikan (perceived quality).

21
BAB 3
PEMBAHASAN

Kata strategi sangat familiar bagi kita semua, termasuk apoteker. Apoteker
Pengelola Apotek pasti merumuskan dan menjalankan strateginya masing-masing
agar apotek dapat bertahan dan berkembang. Saat ini banyak berkembangnya
apotek baru dan franchise yang muncul terutama di kota-kota besar, namun juga
tidak sedikit yang kemudian tutup kembali. Bisa jadi apotek yang tutup tersebut
sebenarnya tidak memperhatikan keadaan lingkungan, tidak memiliki tujuan
jangka panjang, tidak memiliki strategi, dan tidak pernah melakukan evaluasi diri.
Hal ini menimbulkan persaingan di bidang apotek semakin ketat. Di sisi lain,
pembeli juga semakin kritis dan cerdas sehingga diperlukan sebuah inovasi agar
apotek tetap bertahan ditengah persaingan bisnis dan dapat tetap melayani
masyarakat dengan baik. Inovasi sangat diperlukan agar apotek dapat
mempertahankan pelanggan lama dan menarik pelanggan baru. Strategi
pemasaran atau marketing merupakan suatu kegiatan yang penting bagi setiap unit
bisnis tidak terkecuali unit bisnis apotek. Oleh karena itu banyak pebisnis apotek
mengimplamentasikan manejemen strategi bisnis.
Manajemen strategi adalah suatu serangkaian keputusan dan tindakan
manajerial yang menentukan kinerja sebuah perusahaan atau organisasi dalam
jangka waktu Panjang. Pada pelaksanaannya, tujuan manajemen strategi yaitu
untuk mengevaluasi kinerja, meninjau, mengkaji ulang, serta melakukan koreksi
serta penyesuaian jika terdapat penyimpangan dalam implementasi strategi.
Adapun Manfaat dari manajemen strategi diantaranya yaitu dapat menghasilkan
keputusan terbaik dalam berorganisasi, kegiatan merumuskan strategi akan
membantu meningkatkan kemampuan organisasi dalam menghadapi berbagai
kendala atau tantangan, keterlibatan pegawai dalam merumuskan strategi
menjadikan mereka mengerti dan menghargai produktivitas hingga akhirnya akan
meningkatkan motivasi kerja.
Tahapan dari manajemen strategi yaitu : pertama merumuskan strategi yang
merupakan Tahap awal yang harus dilakukan oleh organisasi dalam pengembangan
visi dan misi bisa dimulai dari analisis swot, menentukan dan menetapkan tujuan

22
jangka panjang suatu organisasi, dan merumuskan strategi alternatif lainnya.
Tahapan kedua menerapkan strategi, Strategi yang telah ditetapkan kemudian
diimplementasikan atau diterapkan, misalnya saja dengan merancang struktur
organisasi, mendistribusikan sumber daya, melakukan kebijakan, mengembangkan
proses pengambilan keputusan, usaha pemasaran, dan pengelolaan sumber daya
alam, lalu masuk ketahapan ketiga yaitu mengevaluasi strategi yang bertujuan
untuk melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemajuan atau kemunduran,
baik secara internal maupun eksternal.
Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) adalah suatu bentuk
analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara
sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang
untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka
Panjang, dan merupakan alat perencanaan strategik yang penting untuk membantu
perencana untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi
dengan kesempatan dan ancaman dari external.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yusuf, D., dan Sukma A.D, pada apotek
Ben Do Sehat Pahonjean dicilacap Jawa tengah, tentang Analisis SWOT Sebagai
Strategi Meningkatkan Daya Saing Di Apotek Ben Do Sehat Pahonjean
menunjukan hasil bahwa Strategi yang digunakan untuk meningkatkan daya saing
yaitu strategi kombinasi kekuatan (strenght) dan peluang (opportunities). Kekuatan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing pada apotek ben do sehat
yaitu pelayanan yang maksimal dengan memberikan tawaran pelayanan kesehatan
lain seperti cek tensi gratis dan bisa juga cek gula darah, serta konsultasi langsung
kepada apoteker. Kekuatan tersebut sangat memungkinkan menambah minat
masyarakat untuk membeli obat di apotek tersebut. Selanjutnya peluang yang dapat
digunakan sebagai strategi meningkatkan daya saing yaitu ketersediaan obat
merupakan produk yang selalu dibutuhkan ketika masyarakat sakit, hampir semua
kalangan menggunakan obat ketika mereka sakit. Badan harus tetap dijaga
kesehatannya.
Pemasaran farmasi merupakan sub bagian dasar pemasaran dimana nilai
pelayanan kefarmasian atau yang lebih dikenal dengan (Pharmaceutical care)

23
diaplikasikan. Orientasi pemasaran farmasi tidak hanya terbatas pada produk tetapi
justru memberikan perhatian yang berlebih pada layanan farmasi yang prima.
Bauran pemasaran merupakan strategi pemasaran untuk mencapai tujuan
organisasi dan konsumen. Model bauran pemasaran menekankan pada berbagai
faktor yang kemudian dikenal dengan istilah 4P yaitu produk, harga, tempat,
promosi (product, price, place dan promotion). Seiring dengan perkembangan
zaman, jumlahnya meluas hingga tujuh yaitu, produk, harga, promosi tempat, orang
(personel), proses dan bukti fisik. Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat
pemasaran terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon
yang diinginkan pasar sasaran. a) Produk, yang dimaksud disini adalah terkait
dengan produk berkualitas, yang ditawarkan dengan harga terjangkau jelas kan
menjadi sasaran pasar. Brand produk juga menjadi penting karena ada beberapa
segmen di pasar yang menjadikan brand sebagai alasan utama memilih produk; b)
Harga (price), harga menjadi kunci utama bagaimana konsumen untuk membeli
barang, khususnya konsumen kelas menengah ke bawah, dalam pemasaran,
penetuan harga bisa menjadi kekuatan untuk bersaing di dalam pasar; c) Promosi
(promotion), sudah jelas alat utama dalam pemasaran sebuah produk. Promosi ini
juga yang kemudian banyak menggerus keuangan perusahaan demi
memperkenalkan produknya ke pasar. promosi dapat berupa iklan di media cetak
maupun elektronik, brosur, baliho, dan sponsorship; d) Tempat (place), Hal ini
berkaitan dengan akses tempat maupun distribusi produk. Lokasi menjadi penting
peranannya dalam pemasaran karena terkait dengan after – sales satisfaction
maupun before – sales satisfaction pelanggan; e) Personel (people/ personnel),
Komitmen, insentif, penampilan, perilaku, dan kebiasaan. Apapun yang menempel
pada pelanggan maupun karyawan perusahaan; f) Proses (process), Merupakan
salah satu elemen inti yang ada di 9 core elemens of marketing, namun melihat
korelasi yang penting maka elemen ini di tarik masuk menjadi salah satu bagian
dalam marketing mix. Beberapa indikator proses yang diperlukan adalah prosedur,
kebijakan, mekanisasi, arah aktifitas, dan sebagainya; g) Bukti fisik (Physical
evidence), merupakan lingkungan, warna, tata letak, dan fasilitas tambahan. Ini
terkait dengan tampilan sebuah produk / jasa yang ditawarkan.

24
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dysyandi, W, Sumaryono, W dkk, di
provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018, mengenai bauran pemasaran tentang konsep
apotek modern serta strategi pemasarannya, menunjukan hasil bahwa:
1. Konsep apotek modern yang diinginkan warga provinsi DKI Jakarta adalah
apotek yang menjual produk lengkap, halal, aman, dan berkualitas dengan
harga yang bersaing, lokasi yang mudah di akses menggunakan transportasi
umum, memilki karyawan yang kompeten, proses pelayanan cepat dan
mudah, memilki sarana dan prasarana penunjang yang lengkap serta mau dan
mampu berinteraksi dengan masyarakat seperti melakukan bakti sosial
ataupun edukasi lain ke rumah-rumah warga.
2. Strategi pemasaran yang tepat untuk apotek modern adalah dengan
mengedepankan pelayanan yang prima dan melakukan promosi yang gencar
pada media online serta bekerja sama dengan kantor-kantor swasta,
pemerintah dan universitas- universitas yang ada di provinsi DKI Jakarta.

25
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :
1. Manajemen strategi adalah suatu serangkaian keputusan dan tindakan
manajerial yang menentukan kinerja sebuah perusahaan atau organisasi
dalam jangka waktu Panjang.
2. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, untuk mendapatkan laba dan
untuk berkembang.
3. Tahapan yang dilakukan dalam mengimplementasi manajemen strategi dan
pemasaran apotek yaitu :
a. Pertama Merumuskan strategi : pengembangan visi dan misi dengan
melakukan analisis SWOT
b. Kedua Menerapkan strategi : Strategi yang telah ditetapkan kemudian
diimplementasikan
c. Ketiga yaitu mengevaluasi strategi yang bertujuan untuk melihat
faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemajuan atau kemunduran, baik
secara internal maupun eksternal
4. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan dalam pengembangan bisnis
Apotek yaitu:
a. Analisis SWOT sebagai strategi meningkatkan daya saing di apotek
§ Kekuatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing
pada apotek yaitu pelayanan yang maksimal dengan memberikan
tawaran pelayanan kesehatan lain seperti cek tensi gratis, cek gula
darah, serta konsultasi langsung kepada apoteker.
§ Peluang yang dapat digunakan sebagai strategi meningkatkan daya
saing yaitu ketersediaan obat.

26
b. Strategi 4 P maupun 7 P (bauran pemasaran/marketing Mix):(product,
price, place, promotion, people, process and physical evidence), yaitu ;
1) Produk lengkap
2) Harga bersaing
3) Lokasi yang mudah diakses
4) Melakukan promosi melalui media online serta bekerja sama dengan
perkantoran/universitas dengan mengedepankan layanan prima
5) Dengan memilki karyawan yang kompeten
6) Proses pelayanan cepat dan mudah
7) Sarana dan prasarana penunjang yang lengkap serta mampu
berinteraksi dengan masyarakat dengan memberikan pelayanan KIE

4.2 Saran

Sebaiknya Pembuatan logo dan nama Apotek yang unik dan berbeda dengan
apotek lainnya dapat dipertimbangkan sebagai strategi pemasaran, karena akan
lebih mudah di kenang dan dicari oleh masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

David, Fred R. (1997). Strategic Management. New Jersey: Prentice Hall, Inc

[Kemkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan


Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hlm. 1

[Kemkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek . Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Hlm.5

[Kemkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 9 tahun 2017 tentangApotek . Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Hlm.3

[Kemkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Pusat Pendidikan


Sumber Daya Manusia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Tenyang Pemasaran Farmasi. Hlm. 3-18, 201

Kotler, P. (2012). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Alih Bahasa: A.B. Susanto. Jilid 1


dan 2. Jakarta: Erlangga.
Hartini, Y. S., dan Sulasmono, 2007, Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan
Permenkes tentang Apotek Rakyat, Penerbit Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.

Irine, D.S. (2009). Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Sudarso, & Andriasan, (2016), Manajemen Pemasaran Jasa Perhotelan.


Yogyakarta: Deepublish.


Sukarna, 2011. Dasar-dasar Manajemen. ISBN 978-979-538-378-9. Penerbit CV.


Mandar Maju.

Tjiptono, F., & Diana, A. (2019). Kepuasan Pelanggan Edisi 1, Yogyakarta:


Penerbit Andi Offset.

Wheelen, Thomas, J. dan Hunger, J. David. (2000). Strategic Management. New


Jersey: Prentice Hall, Inc.

Dysyandi, W, Sumaryono, W dkk, 2019. Bauran Pemasaran Tentang Konsep


Apotek Modern Serta Strategi Pemasarannya. Jakarta. Universitas
Pancasila. Jurnal Riset Bisnis Vol 3.

28
Yusuf, D., dan Sukma A.D. 2021. Analisis SWOT Sebagai Strategi Meningkatkan
Daya Saing Di Apotek Ben Do Sehat Pahonjean. Jawa Tengah. Jurnal
Teknologi Informasi Vol. 16 no.1

29

Anda mungkin juga menyukai