Anda di halaman 1dari 122

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHORT SERVICE


PADA MATERI PEMBELAJARAN BULUTANGKIS
(Studi Penelitian Tindakan Kelas pada siswa Kelas XI IPS-1
SMA Negeri 14 Garut)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh,

REZA TAUFIK HIDAYAT


NPM. 172191172

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA
2022
1

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHORT SERVICE
PADA MATERI PEMBELAJARAN BULUTANGKIS
(Studi Penelitian Tindakan Kelas pada siswa Kelas XI IPS-1
SMA Negeri 14 Garut)

Oleh,

REZA TAUFIK HIDAYAT


NPM. 172191172

Disetujui oleh,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Cucu Hidayat, Drs., M.Pd. Dr. H. Gumilar Mulya, M.Pd


NIP 19630409 198911 1 001 NIP. 19670101 199203 1 005

Disahkan oleh

Dekan, Ketua Jurusan,

Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd H. Abdul Narlan, M.Pd


NIP. 19630409 198911 1 001 NIDN. 0415116301

i
2

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHORT SERVICE
PADA MATERI PEMBELAJARAN BULUTANGKIS
(Studi Penelitian Tindakan Kelas pada siswa Kelas XI IPS-1
SMA Negeri 14 Garut)

REZA TAUFIK HIDAYAT


NPM. 172191172

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal April 2022

Dewan Penguji:

Penguji 1 : H. Budi Indrawan, Drs., M.Pd. ( ……………………… )

Penguji 2 : Iman Rubiana, S,Pd., M.Pd. ( ……………………… )

Penguji 3 : Agus Arief Rahmat, SPd., M.Pd. ( ……………………… )

Penguji 4 : Prof. DR. H. Iis Marwan, S.H., M.Pd. ( ……………………… )

Penguji 5 : DR. H. Cucu Hidayat, Drs., M.Pd. ( ……………………… )

ii
3

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:


Penerapan Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Short
Service pada Materi Pembelajaran Bulutangkis (Studi Penelitian Tindakan Kelas
pada Siswa Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut), beserta seluruh isinya adalah
sepenuhnya karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan.
Atas pemyataan ini saya siap menanggung konsekuensi atau sanksi apabila
dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian skripsi ini.

Tasikmalaya, April 2022


Yang membuat pernyataan

REZA TAUFIK HIDAYAT


NPM. 172191172

iii
4

ABSTRAK

Reza Taufik Hidayat. 2022. Penerapan Model Discovery Learning Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Short Service pada Materi Pembelajaran
Bulutangkis (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS-1
SMA Negeri 14 Garut), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPS-1 SMA


Negeri 14 Garut diketahui permasalahan rendahnya nilai peserta didik pada materi
short service yang dilihat pada nilai ulangan harian yang belum mencapai KKM
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80. Rendahnya nilai siswa disebabkan oleh
dalam pembelajaran khususnya pada materi short service guru masih
menggunakan metode ceramah. Akibatnya siswa pun merasa bosan dengan
pembelajaran yang ada. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan model
discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar short service pada materi
pembelajaran bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan studi yang sistematis
dilakukan dalam upaya memperbaiki praktek-praktek dalam pendidikan dengan
melakukan tindakan praktis secara refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPS-1 tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 29 siswa. Dengan
instrumen berupa tes dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
bahwa: Hasil belajar short service setelah penerapan model discovery learning
pada materi pembelajaran bulutangkis di Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut
mengalami peningkatan yang sangat baik pada siklus I meningkat menjadi sebesar
76,94, dan siklus II meningkat menjadi 86,51. Kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan pembahasan hasil penelitian sebagai barikut: Pembelajaran dengan
menerapkan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar short
service pada materi pembelajaran bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14
Garut.

Kata Kunci : Discovery Learning, Hasil Belajar, Short Service, Bulutangkis

iv
5

ABSTRACT

Reza Taufik Hidayat. 2022. Application of the Discovery Learning Model in


Improving Short Service Learning Outcomes in Badminton Learning Materials
(Classroom Action Research Study in Class XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut),
Faculty of Teacher Training and Education, Siliwangi University Tasikmalaya.

This research was conducted based on the results of observations in class XI IPS-
1 SMA Negeri 14 Garut, it was known that the problem of the low score of
students on the short service material was seen in the daily test scores that had
not reached the KKM set by the school, namely 80. The low score of students was
caused by the learning process. especially in the short service material, the
teacher still uses the lecture method. As a result, students feel bored with the
existing learning. The purpose of this study was to determine the application of
the discovery learning model in improving short service learning outcomes in
badminton learning materials in class XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut. The
research method used in this research is Classroom Action Research (CAR),
Classroom Action Research (CAR) is a systematic study carried out in an effort to
improve practices in education by taking practical actions by reflection. The
subjects in this study were students of class XI IPS-1 for the academic year
2020/2021, totaling 29 students. With instruments in the form of tests and
observations. Based on the results of research and discussion that: Short service
learning outcomes after applying the discovery learning model to badminton
learning materials in Class XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut experienced a very
good increase in the first cycle increasing to 76.94, and the second cycle
increasing to 86.51. The conclusions obtained based on the discussion of the
research results are as follows: Learning by applying the discovery learning
model can improve short service learning outcomes in badminton learning
materials in class XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut.

Keywords: Discovery Learning, Learning Outcomes, Short Service, Badminton

v
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul: “Penerapan Model
Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Short Service pada
Materi Pembelajaran Bulutangkis (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut), sebagai syarat mengikuti
Seminar Skripsi untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1) pada Program
Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani
Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Penulisan skripsi ini dibutuhkan berbagai data, informasi, pengarahan-
pengarahan, serta dukungan, maka pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua fihak yang telah memberikan
arahan serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Berhubung adanya keterbatasan-keterbatasan penulis dalam proses
penulisan skripsi ini, kritik serta saran-saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan untuk lebih baik dan sempurnanya skripsi ini.

Tasikmalaya, April 2022

Penulis

vi
7

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan segala hormat dan ketulusan hati, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas
dukungan, bantuan serta bimbingannya kepada :
1. Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya, dan selaku dosen pembimbing
I yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan koreksi
dalam penulisan skripsi ini.
2. H. Abdul Narlan, M.Pd. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
3. Dr. H. Gumilar Mulya, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan koreksi dalam penulisan
skripsi ini.
4. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Jasmani Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya
5. Kedua orang tua ayahanda dan Ibunda yang senantiasa mendo’akan,
mencurahkan kasih sayang, perhatian, motivasi, nasihat serta dukungan baik
secara moral maupun finansial.
6. Semua pihak-pihak yang membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini
yang tidak dapat disebut satu persatu, semoga Allah memberi rahmat dan
hidayah pada kalian semua.
Semoga segala bimbingan, bantuan dan dukungan dari semua pihak diberi
balasan oleh Allah SWT, Aamiin.

Tasikmalaya, Februari 2022

Penulis

vii
8

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DAN HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
LEMBAR PENGUJI ................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 7
1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka................................................................... 9
2.1.1 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
(PJOK) ................................................................... 9
2.1.2 Hasil Belajar Siswa ............................................... 11
2.1.3 Model Pembelajaran Discovery Learning ............. 17
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
Discovery Learning ................................. 17
2.1.3.2 Karakteristik Model Discovery Learning 20
2.1.3.3 Langkah-langkah Operasional dalam
Discovery Learning ................................ 21
2.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model
Discovery Learning ................................. 22

viii
9

2.1.4 Short Service dalam Permainan Bulutangkis ........ 23


2.1.4.1 Pengertian Bulutangkis ........................... 23
2.1.4.2 Pengertian Servis ..................................... 29
2.1.4.3 Short Service ........................................... 30
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan .......................................... 32
2.3 Kerangka Konseptual ........................................................ 34
2.4 Hipotesis Tindakan............................................................ 35
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Rancangan/Desain Penelitian ............................................ 36
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ............................................. 37
3.3 Prosedur/Langkah-langkah Penelitian .............................. 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 39
3.5 Instrumen Penelitian.......................................................... 39
3.6 Teknik Analisis Data ......................................................... 44
3.7 Indikator/Kriteria Keberhasilan ....................................... 45
3.8 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................. 47
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ........................................ 47
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ....................................... 59
4.2 Pembahasan ....................................................................... 73
4.2.1 Perencanaan Pembelajaran .................................... 73
4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran .................................... 74
4.2.3 Hasil Belajar Siswa ............................................... 76
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................... 78
5.2 Saran .................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
10

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 39
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Kognitif ........................... 40
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian ..................................................................... 40
Tabel 3.4 Penilaian Pengetahuan............................................................ 41
Tabel 3.5 Kriteria Skor Jawaban Pengetahuan ....................................... 41
Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Keterampilan ............................................. 42
Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Siklus I ................................................. 50
Tabel 4.2 Kriteria Skor Jawaban Pengetahuan Siklus I ......................... 52
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pengetahuan Siklus I ..................................... 53
Tabel 4.4 Kriteria Penilaian Keterampilan Siklus I ............................... 54
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Short Service Siklus I ............. 56
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Gabungan Siklus I ........................................ 57
Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Siklus II ............................................... 61
Tabel 4.8 Kriteria Skor Jawaban Pengetahuan Siklus II ........................ 63
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Pengetahuan Siklus II ................................... 66
Tabel 4.10 Kriteria Penilaian Keterampilan Siklus II .............................. 67
Tabel 4.11 Hasil Penilaian Keterampilan Short Service Siklus II............ 69
Tabel 4.12 Hasil Penilaian Gabungan Siklus II ...................................... 70

x
11

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Bentuk Raket Bulu Tangkis dan Bagiannya ........................ 26
Gambar 2.2 Shuttlecock ........................................................................... 27
Gambar 2.3 Lapangan Bulutangkis ......................................................... 28
Gambar 2.4 Servis Pendek ....................................................................... 31
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual ........................................................... 35
Gambar 3.1 Bagan Alur Siklus PTK ...................................................... 36
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siklus I ............................................ 58
Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siklus II ........................................... 72
Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Hasil Pelaksanaan Siklus I dan II .. 73

xi
12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ......................... 55
Lampiran 2. Kisi-kisi Soal........................................................................ 93
Lampiran 3. Soal Tes Tulis ...................................................................... 94
Lampiran 4 Instrumen Observasi Siklus I ................................................ 95
Lampiran 5 Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Siklus I .............................. 98
Lampiran 6 Nilai Hasil Belajar Keterampilan Siklus I ............................. 99
Lampiran 7 Hasil Penilaian Gabungan Siklus I ........................................ 100
Lampiran 8 Instrumen Observasi Siklus II ............................................... 101
Lampiran 9 Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Siklus II ............................. 104
Lampiran 10 Nilai Hasil Belajar Keterampilan Siklus II.......................... 105
Lampiran 11 Hasil Penilaian Gabungan Siklus II..................................... 106
Lampiran 12. Dokumentasi ....................................................................... 107

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Peranan pendidikan dianggap penting untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Adanya kemajuan dalam bidang pendidikan merupakan
dorongan dalam melakukan berbagai inovasi pendidikan agar tercapai tujuan
seperti yang diharapkan. Pendidikan bertujuan menumbuhkembangkan potensi
manusia agar menjadi manusia yang dewasa, beradab, dan normal. Potensi itu
merupakan benih (bawaan) sejak dilahirkan. Tugas pendidikan adalah
mengembangkan potensi itu (Jumali dalam Suriyati, 2018, hlm. 1). Sedangkan
tugas seorang guru adalah mengarahkan dan membimbing agar siswa mampu
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang terdapat pada dirinya (Rudi,
dalam Suriyati, 2018, hlm. 1).
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) adalah suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan
perilaku hidup sehat dan aktif, kecerdasan emosi dan sikap sportif (Suherman,
2018, hlm. 37). Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui
gerak dan harus dilaksanakan dengan cara cara yang tepat agar memiliki makna
bagi siswa. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang
memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain
pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan mata
pelajaran dengan banyak aktivitas fisik seperti berlari, melempar, memukul, dan
melompat. Pembelajaran PJOK banyak dilaksanakan di luar kelas atau luar
sekolah untuk sekolah yang tidak memiliki lapangan (Qomarrullah, 2014, hlm.
78). Pembelajaran PJOK yang didominasi dengan gerakan fisik dilaksanakan di
ruang terbuka atau di lapangan. Metode untuk pendidikan olahraga adalah metode
deduktif atau metode perintah, dengan ragam pemberian tugas, demonstrasi dan
penjelasan (Supriyadi, 2018: 7).

1
2

Menurut Hamalik dalam Susanto, belajar adalah memodifikasi atau


memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defind as the modificator
or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini,
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil
atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekadar mengingat atau
menghafal saja, namun lebih luas dari itu yaitu mengalami (2013, hlm. 3).
Ketercapaian tujuan pembejalaran PJOK dapat dilihat dari tingkat
keberhasilan dan ketuntasan hasil belajar yang diperoleh siswa. Mengenai
ketuntasan hasil belajar, Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Oleh
karena itu, setiap siswa pada setiap satuan pendidikan harus mencapai KKM yang
telah ditetapkan oleh satuan pendidikannya.
Menurut Syah, hasil belajar siswa di pengaruhi oleh setidaknya tiga faktor
yakni:
“Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa; “Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni
kondisi di sekitar siswa; “Faktor ”pendekatan belajar (approach to
learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran” (2016, hlm. 144).

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia


adalah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar secara efektif,
misalnya dengan jalan memilih metode mengajar yang baik dan benar. Metode
yang dipilih dan diperkirakan cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori
dan praktek keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan keefektifitasannya.
Oleh karena itu diharapkan peran serta tenaga pendidik dalam hal ini guru yang
akan memberikan pengajaran didalam dan diluar kelas, harus mampu memilih dan
menerapkan metode pembelajaran yang diprediksi akan lebih efektif untuk
memudahkan siswa dalam belajar dikelas dan diluar kelas maupun belajar
mandiri.
3

Salah satu ketidak berhasilan pencapaian tujuan program pengajaran yang


direncanakan adalah kekurangan pengetahuan atau ketidakmampuan untuk
memilih metode yang di gunakan sehingga anak didik tidak dapat mencapai
tujuan pengajaran. Slameto menyatakan bahwa “Suksesnya seseorang dalam
pelajarannya adalah sebagian hasil kesanggupan dan kemampuan yang ada pada
siswa, sebagian lagi karena metode (teknik) mengajar dan belajar yang tepat, dan
sebagian lagi karena lingkungan” (2003 hlm. 52). Pendapat tersebut menyatakan
suatu pernyataan yang jelas dari pada tujuan-tujuan yang merupakan dasar pokok
untuk pemilihan metode dan bahan pengajaran serta pemilihan alat-alat untuk
menentukan apakah pengajaran itu telah berhasil.
Banyak kendala yang dihadapi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
saat proses belajar mengajar di kelas, diantara kendala tersebut adalah
pengetahuan guru terhadapan metode pembelajaran serta pemilihan metode
pembelajaran yang akan diterapkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Seperti yang kita ketahui bahwa peran guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan katalisator. Peran guru sebagai
fasilitator adalah memfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
Guru memilih atau merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
kelas dan berusaha mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan bertanggung
jawab terhadap proses serta hasil pembelajaran. Sedangkan peran guru sebagai
katalisator adalah guru membantu siswa dalam menemukan kekuatan, talenta, dan
kelebihan mereka. Guru bertindak sebagai pembimbing yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta siswa akan proses pembelajaran
serta membantu siswa untuk mengerti cara belajar yang optimal. Dalam proses
pembelajaran apabila guru dapat menerapkan kedua peran tersebut maka segala
kegiatan dalam pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan dan lebih
bermakna bagi siswa. Tetapi sebaliknya apabila di dalam prosespembelajaran
berlangsung guru dianngggap sebagai sumber belajar yang paling benar dan
memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru maka proses pembelajaran
akan membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang
4

pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi
pada hampir semua mata pelajaran termasuk penjas.
Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut
diketahui permasalahan rendahnya nilai peserta didik pada materi short service
yang dilihat pada nilai ulangan harian yang belum mencapai KKM yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu 80. Hal tersebut dikarenakan dalam proses
pembelajaran masih banyak ditemukan berbagai permasalahan seperti, siswa
kurang aktif dalam belajar, jarang menanggapi permasalahan, jarang menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru dan kurang memperhatikan guru dalam belajar karena
tidak ada proses interaksi antara sesama siswa dan antara guru dengan siswa.
Mereka cenderung hanya mendengarkan saja setiap perkataan guru dari awal
belajar sampai akhir pelajaran, penyebabnya hasil belajar siswa rendah dan tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Pengetahuan yang diberikan guru hanya dari segi
aspek kognitif saja mengakibatkan pembelajaran tidak afektif, artinya materi tidak
ditemukan oleh siswa, tetapi disampaikan oleh guru dalam bentuk materi
terperinci. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang
diharapkan adalah keterlibatan secara mental (intelektual dan emosional) yang
dalam berbagai disertai keaktifan belajar siswa secara fisik sehingga siswa benar-
benar aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa secara mental dalam hal
ini adalah dalam pembelajaran, pikiran dan perhatian siswa terfokus dalam materi
yang sedang dipelajari.
Sedangkan berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut, bahwa penyebab munculnya
permasalahan atau kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut dikarenakan
penyampaian materi yang diberikan oleh guru kurang dipahami siswa, dimana
guru dalam menyampaikan materi lebih sering menggunakan bahasa yang kurang
dipahami oleh siswa sehingga siswa merasa kebingungan dalam memahami
materi yang disampaikan oleh guru, selain itu guru kurang memberikan peluang
kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri konsep-konsep pembelajaran dimana
siswa hanya menyalin apa yang dikerjakan oleh guru. Selain itu siswa juga merasa
5

tidak diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide dan mengkonstruksi sendiri


dalam menjawab soal latihan yang diberikan oleh guru.
Rendahnya nilai siswa dalam pembelajaran khususnya pada materi short
service guru masih menggunakan pendekatan tradisional. Dominasi guru dalam
proses pembelajaran masih terlihat kurang efektif dan efisien, hal ini
menyebabkan rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes
khususnya pada materi short service dalam permainan permainan bulutangkis.
Selain hal tersebut, rendahnya nilai belajar siswa siswa dikarenakan kurangnya
penerapan strategi belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, yang mengakibatkan siswa banyak yang diam dan kurang
aktif.
Model pembelajaran pada hakikatnya membawa dampak pada pencapaian
belajar itu sendiri. Apabila model pembelajaran yang digunakan hanya sebatas
guru memberikan materi dan peserta didik menerima materi (student center
learning) artinya, pembelajaran berpusat pada guru akan berdampak pada peserta
didik kurang dapat mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk kurang dalam
kemampuan berfikir kreatif. Penggunaan metode dan model pembelajaran yang
tidak tepat mengakibatkan rendahnya kemampuan berfikir kreatif peserta didik
dalam memahami pembelajaran. Karena hal inilah peran guru dalam
mengembangkan model pembelajaran sangat dibutuhkan. Model pembelajaran
yang dapat mendorong peserta didik agar meningkatkan kemampuan berikir
kreatif salah satunya adalah Discovery Learning (pembelajaran penemuan).
Pernyataan yang dapat memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian
bahwa model pembelajaran Discovery Learning merupakan model pembelajaran
yang efektif dalam membuat peserta didik aktif pada proses pembelajaran
sehingga berimplikasi pada meningkatnya berfikir kreatif, dikemukakan oleh
Sani, Ridwan Abdullah mengatakan bahwa “Pembelajaran Discovery Learning
merupakan model pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif
menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik aktif menemukan
pengetahuannya sendiri” (2015 hlm. 97). Selain itu Berdiati dan Saefuddin
menjelaskan “Model discovery learning merupakan salah satu model
6

pembelajaran dimana guru tidak memberikan hasil akhir atau kesimpulan dari
materi yang disampaikan, melainkan guru memberikan kesempatan peserta didik
untuk mencari dan menemukan hasil data tersebut, sehingga proses pembelajaran
lebih bermakna dan mudah diingat oleh peserta didik dan hasil belajar yang
diperoleh tidak mudah dilupakan” (2014, hlm. 56). Model ini mengedepankan
peran aktif peserta didik dalam pembelajaran dan menekankan peserta didik untuk
melakukan penemuan dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna
bagi peserta didik. Dengan kata lain model Discovery Learning juga membiasakan
peserta didik dalam memecahkan masalah.
Peneliti yang melakukan penelitian model Discovery Leaning, salah
satunya yaitu Dzikro (2020) yang memiliki tujuan mengetahui pengaruh model
discovery learning terhadap siswa kelas XII di SMAN 1 Gleenmore, didapat rata-
rata skor nilai lebih tinggi kelas eksperimen yang menggunakan model discovery
learning pada proses pembelajarannya di dalam kelas. Model ini memiliki
keunggulan diantaranya mampu memotivasi siswa untuk memecahkan
permasalahan dan juga kemampuan sikap siswa. Pemilihan model pembelajaran
memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar dan mengasah
keterampilan teknologi siswa dengan model discovery learning.
Mengamati permasalahan yang ada, peneliti mencoba menggunakan
model Discovery Learning dalam proses pembelajaran short service cabang
permainan bulutangkis. Model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih aktif, menumbuhkan
semangat belajar, serta meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka mendorong
penulis memilih judul: Penerapan Model Discovery Learning Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Short Service Pada Materi Pembelajaran
Bulutangkis (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS-1
SMA Negeri 14 Garut).
7

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah dengan menerapkan model
discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar service short pada materi
pembelajaran bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut ?”

1.3 Tujuan Penelitian


Berlandaskan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model discovery learning dalam
meningkatkan hasil belajar short service pada materi pembelajaran bulutangkis di
kelas XI SMA Negeri 14 Garut.

1.4 Kegunaan Penelitian


1. Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperkaya
khazanah keilmuan dalam pembelajaran Penjas, khususnya mengenai teori-
teori yang terkait dengan penerapan model discovery learning dalam
meningkatkan hasil belajar short service pada materi pembelajaran
bulutangkis.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
a. Bagi Sekolah
1) Menigkatkan kualitas mutu pembelajaran Penjas di sekolah.
2) Meningkatkan pembinaan guru-guru dalam pembelajaran.
b. Bagi Guru
1) Memiliki pengalaman nyata dalam menerapkan pembelajaran model
discovery learning.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui model discovery
learning.
3) Meningkatkan interaksi dan kerjasama antara guru dan siswa dalam
pembelajaran.
8

c. Bagi Siswa
1) Memotivasi siswa dalam belajar dan berfikir
2) Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
3) Meningkatkan hasil belajar siswa
9

BAB II
TINJAUAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan bagian
integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan
aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola
hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga
dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka
mencapai pendidikan nasional (Depdiknas. hlm. 131). Pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang
sekolah tertentu yang merupakan salah satu bagian dari pendidikan keseluruhan
yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk
bertumbuh dan perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi,
selaras dan seimbang.
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) mengandung makna
bahwa mata pelajaran ini menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk
mencapai tujuan aktivitas pembelajaran yang direncanakan, yang bertujuan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani individu. Pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan di sekolah merupakan dasar yang baik bagi perkembangan olagraga di
luar sekolah. Menurut Saryono dan Rithaudin, “Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (PJOK) adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang di rencanakan secara sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan
individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif dan emosional”
(2011. hlm. 146).
Menurut Bandi Utama, “Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
(PJOK) merupakan bagian yang tidak biasa terpisahkan dari pendidikan pada
umumnya” (2011. hlm. 2). Pendidikan jasmani mempengaruhi peserta didik
dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani. Berdasarkan

9
10

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan


Kesehatan (PJOK) merupakan bagian dari sistem pendidikan secara menyeluruh
yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan individu mencakup semua aspek baik organik, motorik, kognitif
maupun afektif.
Menurut Agus S. Suryobroto bahwa “tujuan pendidikan jasmani adalah
untuk pembentukan anak, yaitu sikap atau nilai, kecerdasan, fisik, dan
keterampilan (psikomotorik), sehingga siswa akan dewasa dan mandiri, yang
nantinya dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari” (2004, hlm. 8).
Selanjutnya dalam penyempurnaan atau penyesuaian kurikulum dalam
Sukadiyanto bahwa tujuan pendidikan jasmani dan olahraga ialah membantu
siswa agar memperoleh derajat kebugaran jasmani, kemampuan gerak dasar, dan
kesehatan yang memadai sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya melalui penanaman, pengertian, pengembangan sikap positif
dalam berbagai aktivitas jasmani (2010, hlm. 99).
Adapun tujuan pendidikan jasmani menurut Depdiknas adalah :
1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai
dalam pendidikan jasmani
2. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas
pembelajaran pendidikan jasmani
3. Mengembangkan sikap sportif, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,
percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
5. Mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam
permainan dan olahraga (2003, hlm. 6).

Tujuan pendidikan jasmani menurut Borow yang dikutip oleh Arma


Abdullah dan Agus Manaji “tujuan pendidikan jasmani adalah perkembangan
optimal dari individu dan tubuh yang berkemampuan menyesuaikan diri secara
jasmaniah, sosial, dan mental melalui pembelajaran yang terpimpin dan partisipasi
dalam olahraga yang dipilih” (1994, hlm. 17).
Berdasarkan tujuan pendidikan jasmani di atas pembelajaran pendidikan
jasmani diarahkan unuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis
yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang
11

hayat. Pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah harus mengacu pada


kurikulum pendidikan jasmani yang berlaku. Materi yang diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan harus benar-benar dipilih sesuai dengan tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak. Pencapaian tujuan pendidikan jasmani dipengaruhi oleh
faktor guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan dan sosial,
faktor-faktor diatas antara yang satu dengan yang lain saling berhubungan
sehingga benar-benar harus diperhatikan.

2.1.2 Hasil Belajar Siswa


Hakikat hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan
proses pembelajaran yang ditunjukan dengan perubahan pola pikir dan tingkah
laku dalam diri siswa yang mencangkup 3 aspek yaitu aspek kognitif
(pemahaman), afektif (sikap), serta psikomotorik (keterampilan proses) yang
berasal dari hasil pengalaman dan interaksinya terhadap lingkungan yang
dilakukan secara sadar.
Slameto menjelaskan “Belajar merupakan proses pada perkembangan
hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan individu
sehingga tingkah lakunya berkembang, belajar suatu proses, dan bukan suatu
hasil, oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif untuk
mencapai suatu tujuan” (2013: 2).
Belajar merupakan proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri individu. Hudojo dalam Abidin mengemukakan: “pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan
berkembang akibat aktivitas belajar, karena itu seseorang dikatakan belajar bila
dapat diasumsikan bahwa dalam diri orang itu terjadi suatu proses yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku” (2014, hlm. 140).”
“Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi ”dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
aspek tingkah laku” (Hudojo dalam Abidin, 2014, hlm. 141). “Belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
12

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2013, hlm. 2).
Menurut Slameto, ciri-ciri perubahan tingkah laku belajar adalah sebagai
berikut:
“1) Perubahan terjadi secara sadar, 2) Perubahan dalam belajar bersifat
kontinu dan fungsional, 2) Perbahan dalam belajar bersifat positif dan
aktif, 3) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 4) Perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah, 5) Perubahan mencakup seluruh
aspek tingkah laku” (2013, hlm. 5).

Dalyono berpendapat bahwa “belajar adalah suatu usaha perbuatan yang


dilakukan secara bersungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan
semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan
anggota tubuh lainnya” (2012, hlm. 49). Belajar bertujuan mengadakan perubahan
didalam diri, mengubah kebiasaan, mengubah sikap, mengubah keterampilan, dan
mengubah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Untuk melengkapi
pengertian mengenai makna belajar perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip
yang berkaitan dengan belajar, yaitu:
“1) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan
kelakuannya, 2) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta
kematangan diri para siswa. 3) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila
didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar
kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation. 4) Dalam banyak hal,
belajar merupakaan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat
keliru) dan conditioning atau pembiasaan. 5) Kemampuan belajar
”seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi
pelajaran. 6) Belajar dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : a) Diajar
secara langsung b) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung c)
Pengenalan dan/atau peniru” (Sardiman, 2011, hlm. 24-25).
Sardiman bahwa dalam pengertian sempit, “belajar adalah sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya” (2011, hlm. 13).
Hamalik mengemukakan, “belajar sebagai modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing) menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan,
13

melainkan suatu proses untuk mencapai tujuan” (2011, hlm. 27). Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengalami, hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. “Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut Hamalik, “dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus
dan output yang berupa respon, stimulus yang dimaksud dalam pembelajaran
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut” (2011, hlm. 27). “
Dari beberapa pendapat para ahli, menurut penulis bahwa belajar adalah
“suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam
bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan dan sikap berdasarkan latihan dan
pengalaman, belajar akan berlangsung secara terus-menerus karena menjadi
kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan”.
Menurut Bunyamin S Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono, menyebutkan:
“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengajaran dari proses belajar” (2013, hlm. 3-4).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
aspek kecakapan yang telah dimiliki oleh siswa sebagai hasil usaha dari kegiatan
belajar yang ditempuh. Karena hasil belajar ini berfungsi untuk mengetahui
keberhasilan belajar dalam bidang studi tertentu, misalnya pada mata pelajaran
Penjas.
“Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagaimana yang terurai di atas adalah pengetahuan garis-garis besar indikator
(penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak
diungkapkan atau diukur. Pada tahap perencanaan guru perlu merumuskan
terlebih dahulu topik, materi, atau masalah apa yang akan dibahas atau disajikan”
(Dimyati dan Mudjiono, 2013. hlm. 6). “Selanjutnya perlu juga dirumuskan jenis
layanan atau kegiatan pendukung apa yang akan diselenggarakan, siapa yang
14

menjadi sasaran layanan, metode yang akan digunakan, kapan, kegiatan tersebut
akan dilakukan, serta yang akan menyelenggarakan atau pihak-pihak mana yang
akan dilibatkan” (Tabrani Rusyan, 2011. hlm. 81 – 82).
“Kegiatan pokok yang dilakukan pada tahap evaluasi ini adalah menilai
keberhasilan pelaksanaan kegiatan, baik keberhasilan dari segi proses maupun
hasil, keberhasilan proses dapat dilihat dari segi proses hasil” (Tabrani Rusyan,
2011. hlm. 82). “Keberhasilan proses dapat dilihat dari tingginya antusiame dan
keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan, sedangkan keberhasilan dari hasil
dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan perilaku siswa sebelum mengikuti dan
setelah mengikuti kegiatan, atau setidak-tidaknya ada program tindak lanjut
setelah mengikuti kegiatan” (Abu Ahmadi, 2014. hlm. 138).
Muhamad Surya mengemukakan, “Kemampuan pengukuran hasil belajar
merupakan salah satu keterampilan profesional yang harus dikuasai oleh guru”
(2014. hlm. 14). Keterampilan ini harus sungguh-sungguh dimiliki oleh guru
sebab berkaitan dengan siswa yang akan diukur kemampuan belajarnya,
keberhasilan pengukuran hasil belajar, akan sangat ditentukan oleh kemampuan
guru dalam mengkonstruksi alat ukur dan menggunakan alat ukur yang telah
dikonstruksi itu dengan cara yang benar, serta kemampuan menganalisis informasi
yang dihasilkan oleh alat ukur itu. “Bila keseluruhan kemampuan itu tidak
dikuasai oleh guru, maka kemungkinan besar akan terjadi kesalahan dalam
pengukuran hasil belajar, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian bagi
siswa” (Abu Ahmadi, 2014. hlm. 139).
Cara mengukur hasil belajar, untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa,
maka guru harus menguji hasil belajar siswa tersebut dengan menggunakan tes
yaitu tes hasil belajar. Siswa dikatakan tuntas dalam belajarnya apabila nilai siswa
telah mencapai taraf penguasaan minimal sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Menurut Purwanto “tes adalah alat yang digunakan dalam penilaian dan
pensleksian serta pengukuran terhadap objek yang telah ditentukan, jika mengkaji
dalam segi pendidikan maka tes merupakan alat yang digunakan dalam rangka
menilai dan mengukur sejauh mana pendidikan dan seberapa besar kesuksesan
yang telah dicapai selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga dengan
15

demikian dapat menentukan kebijakan yang harus dilakukan kedepannya” (2016,


hlm. 45).
Adapun fungsi hasil tes belajar menurut Sudijono secara umum ada dua
fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
“1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu. 2) Sebagai alat pengukur
keberhasilan program pengajaran. Melalui tes dapat diketahui sudah
seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dan telah mampu
tercapai” (2012, hlm. 67).
Menurut penulis, tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan” siswa setelah mendapatkan pembelajaran berupa
penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dilakukan selama masa
tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dalam proses belajar
mengajar, tidak dapat dilihat dari satu faktor saja tetapi perlu memandang dari
berbagai faktor yang mempengaruhi. Menurut Purwanto. faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi 2 golongan:
1) Faktor dari dalam, meliputi: ”
a) Faktor dari dalam yaitu fisiologis, misalnya kondisi fisik dan
kondisi panca indera.
b) Faktor dari dalam yaitu psikologis, misalnya ”bakat, minat,
kecerdasan, motivasi, serta kemampuan kognitif. ”
2) Faktor dari luar, meliputi: ”
a) Faktor dari lingkungan, misalnya alam dan sosial.
b) Faktor dari instrumental, misalnya kurikulum/ bahan pelajaran,
guru/ pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/ manajemen (2016,
hlm. 107). ”
Sardiman “pembelajaran dikatakan berhasil dengan baik didasarkan pada
pengakuan bahwa belajar secara esensial merupakan proses yang bermakna,
bukan sesuatu yang berlangsung secara mekanik belaka, tidak sekedar rutinisme”
(2011, hlm. 49-51). ”
Sardiman, hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik apabila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:” ”
16

“1) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.
Kalau hasil belajar itu ”tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti
hasil pengajaran itu tidak efektif. 2) Hasil itu merupakan pengetahuan asli
atau otentik. Hasil proses belajar mengajar itu seolah-olah ”sudah menjadi
bagian kepribadian bagi setiap siswa, sehingga akan mempengaruhi
pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu
dihayati dan penuh makna bagi dirinya” (2011, hlm. 53).
Menurut penulis, belajar bukanlah hanya sekedar kewajiban dan rutinitas
yang dilakukan siswa ”akan tetapi belajar yang baik dan efisien adalah hasilnya
bertahan lama dan bermanfaat bagi kehidupannya. Benyamin S Bloom dalam
Muhamad Surya, menyebutkan ada tiga ranah sebagai hasil pembelajaran, yaitu:
a) Ranah kognitif
(1) Pengetahuan, mengenai fakta, kejadian, perbuatan, urutan,
klasifikasi, penggolongan, dan kriteria metodologi.
(2) Pemahaman, mengenai terjemahan, tafsiran dan ekstrapolasi.
(3) Aplikasi atau penerapan, prinsip prinsip abstrak dalam situasi
konkrit.
(4) Analisis, mengenai unsur-unsur, hubungan, dan prinsip-prinsip
pengorganisasian.
(5) Sintesis, mengenai sesuatu yang menghasilkan hubunagn khas,
rencana atau langkah-langkah tindakan, dan perangkat hubungan
abstrak.
(6) Evaluasi, memberi pandangan dan penilaian berdasarkan bukti
internal dan atau kriteria eksternal.
b) Ranah afektif
Ada beberapa tingkatan ranah afektif sebagai tujuan dan tipe hasil
belajar, antara lain:
(1) Receiving dan attending, yakni kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik
dalam bentuk masalah situasi maupun gejala. Tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi
gejala atau rangsangan dari luar.
(2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang
terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini termasuk ketepatan
reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang
datang kepada dirinya.
(3) Valuing (penilaian), yakni berkenan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk
didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai.
(4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu system
organisasi, termasuk menemukan hubungan satu nilai dengan nilai
lain dan kemantapan dalam prioritas nilai yang telah dimilikinya.
17

(5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari


semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c) Ranah psikomotor
Dalam ranah psikomotor ini ada enam tipe hasil belajar, antara lain:
(1) Gerakan refleks atau keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.
(2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar yang fundamental.
(3) Gerakan-gerakan skill, yakni keterampilan adaptif sederhana,
gabungan dan keterampilan adaptif yang kompleks.
(4) Kemampuan yang berkenaan dengan non-decursive (hubungan
tanpa bahasa, melainkan melalui gerakan) (2014. hlm. 17).

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa ranah hasil


belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2)
ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Menurut Benyamin Bloom dalam Suprijono “hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik” (2011. hlm. hlm. 6).
Dari pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan yang terjadi ”akibat adanya sebuah proses pembelajaran
yang mampu menghasilkan sebuah kecakapan dalam beberapa ranah yakni
kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun pada penelitian ini lebih memfokuskan
pada ranah kognitif.

2.1.3 Model Pembelajaran Discovery Learning


2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
“Discovery learning pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang
mengaktifkan siswa untuk berfkir secara ilmiah” (Smallhorn, 2015. hlm. 47). Hal
ini sejalan dengan pendapat dari Fauziyah yang menjelaskan bahwa
“pembelajaran berbasis discovery menekankan kepada proses mencari dan
menemukan suatu hal” (2015. hlm. 52). Sanjaya juga berpendapat bahwa “strategi
pembelajaran discovery adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan” (2012. hlm.
196).
18

“Discovery merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan


dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar,
sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah” (Sagala, 2011. hlm.
hlm. 196). “Pembelajaran discovery adalah pendekatan pedagogis konstruktivis di
mana siswa diberikan kesempatan untuk mengontrol proses belajar mereka
melalui eksplorasi, penemuan, membangun pengetahuan dan pemahaman, refleksi
dan berpikir kritis” (Santrock, 2017. hlm. 158).
“Dalam perspektif yang berbeda, sebenarnya implementasi yang
terkandung dalam model pembelajaran discovery learning sejatinya cenderung
memiliki efek bahwa discovery learning memiliki kontribusi yang sangat besar
dalam pembelajaran” (Kidman dan Casinader, 2017. hlm. 31). Kesan ini diperkuat
dalam literatur penelitian dari Walker dan Shore yang menyoroti banyak bukti
penelitian yang berkaitan dengan dampak positif pembelajaran inquiry terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik (2015. hlm. 3).
Hepworth dan Walton berpendapat bahwa berdasarkan beberapa prinsip
ilmiah, model pembelajaran berbasis discovery secara tidak sadar mengaktifkan
siswa untuk mengamati suatu fenomena, menyintesiskan pertanyaan, menguji
pertanyaan yang dilanjutkan dengan menganalisis dan mengomunikasikan hasil
penyelidikan selama proses pembelajaran (2009. hlm. 7).
Model discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara
belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan tahan lama dan tidak mudah dilupakan (Fitri, Ningsih, dan
Yeni, 2016. hlm. 2).
Dalam buku yang ditulis oleh Constantinou menyatakan bahwa “ilmuwan,
guru dan peserta didik adalah beberapa komponen yang melakukan penelusuran
dalam pembelajaran, menariknya adalah tahapan dalam proses penelsuran lebih
didominasi dilakukan oleh peserta didik” (2018. hlm. 476). Dari perspektif
pelajar, komponen inti dari model pembelajaran discovery adalah antara lain (1)
pelajar terlibat dengan pertanyaan-pertanyaan berorientasi ilmiah yang bermakna;
(2) peserta didik memberikan prioritas pada bukti, yang memungkinkan mereka
19

untuk mengembangkan dan mengevaluasi ide-ide yang membahas pertanyaan


ilmiah; (3) peserta didik merumuskan klaim pengetahuan dan argumen dari bukti
untuk menyelesaikan pertanyaan ilmiah; (4) peserta didik mengevaluasi
penjelasan mereka dalam penjelasan alternatif, terutama yang mencerminkan
pemahaman ilmiah; dan (5) peserta didik mengkomunikasikan dan membenarkan
penjelasan yang mereka ajukan (Minner, Levy dan Century (2010. hlm. 476).
Dalam model pembelajaran discovery learning konseptualisasi peran telah
dibatasi, dan teori peran dapat membantu memahami kompleksitas dalam proses
ini (Walker dan Shore, 2015. hlm. 3).
Model discovery learning dianggap banyak memiliki keunggulan terhadap
peserta didik dalam proses pembelajaran. Adapun keunggulan tersebut sesuai
pendapat dari Trianto adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran ini merupakan
pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini
dianggap jauh lebih bermakna. (2) Pembelajaran ini dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. (3) Pembelajaran
ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar moderen yang mengganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. (4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar (2014. hlm. 45).
Penggunaan model pembelajaran discovery tidak hanya relevan dengan
langkah-langkah metode ilmiah tetapi juga relevan dengan teori pembelajaran
seperti teori kognitif, pengkondisian, dan konstruktif Piaget (Tompo, Ahmad, dan
Muris, 2016. hlm. 567). Sejalan dengan pendapat tersebut Smallhorn
menambahkan bahwa pembelajaran berbasis discovery mendorong perkembangan
siswa mandiri, dengan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas
pembelajaran mereka sendiri (2015. hlm. 66). Pembelajaran berbasis discovery
merupakan model pembelajaran di sekolah yang bertumpu pada kemandirian
siswa yang mana siswa dituntut belajar dengan melakukan penelitian sendiri.
Prinsip pembelajaran discovery merupakan bagian dari tradisi panjang pendidikan
20

melalui beasiswa, yang memandang studi akademik sebagai partisipasi dalam


beasiswa sebagai proses yang tidak pernah berakhir.
Sebagian besar institusi pendidikan menggunakan definisi pembelajaran
berbasis discovery yang dikembangkan oleh Ludwig Huber dalam Bihrer, Bruhn,
dan Fritz bahwa model discovery berbeda dengan model pembelajaran lainnya,
pembelajaran berbasis inkuiri dicirikan oleh fakta bahwa peserta didik
membentuk, belajar, dan mempertimbangkan proses proyek penelitian, yang
bertujuan untuk memperoleh wawasan yang menarik bagi pihak ketiga,
melakukannya di seluruh fase penting dari proyek tersebut; dari mengembangkan
pertanyaan dan hipotesis, memilih dan menerapkan metode, melalui pengujian
dan menyajikan hasil, baik dengan bekerja secara mandiri atau dalam kolaborasi
aktif dengan proyek menyeluruh (2019. hlm. 1). Definisi ini menyoroti tiga
karakteristik pembelajaran berbasis inkuiri: Pertama, siswa harus melalui seluruh
proses penelitian. Kedua, hasil harus memiliki nilai tertentu dalam hal kebaruan,
dan tidak hanya untuk siswa itu sendiri. Ketiga, pembelajaran berbasis inquiry
harus dilakukan secara mandiri (Bihrer, Bruhn, & Fritz, 2019. hlm. 1).

2.1.3.2 Karakteristik Model Discovery Learning


Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan yaitu:
1. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
2. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada
hasil.
4. Mendorong siswa untuk mampu melakukan suatu proses, bukan menekan
pada hasil.
5. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
6. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
7. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
8. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
9. Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran seperti predeksi, inferensi, kreasi, dan analisis.
21

10. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.


11. Mendorong siswa untuk berpartispasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru.
12. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
13. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
14. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
15. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata (Hosnan, 2014, hlm.
285).

2.1.3.3 Langkah-langkah Operasional dalam Discovery Learning


Dalam mengaplikasikan discovery learning di kelas, ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
antara lain sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu
guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
2. Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3. Data collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini, berfungsi
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,
22

dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)


berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi,
dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Data Processing (pengolahan data)
Semua informasi hasil bacaan, wawancara,observasi, dan sebagainya.
Semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif
jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

2.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning


Adapun kelebihan Discovery Learning menurut Hosnan adalah sebagai
berikut:
1. Membantu peserta didik untk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif.
23

2. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah


(problem solving).
3. Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
4. Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan, guru pun dapat bertindak sebagai peserta didik,
dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
5. Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
6. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
7. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
8. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
9. Melatih siswa belajar mandiri (2014, hlm. 290).
Menurut Hosnan, selain kelebihan yang telah diuraikan di atas, juga ada
beberapa kekurangan dari metode Discovery Learning, yaitu sebagai berikut:
1. Menyita waktu banyak.
2. Kemampan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas.
3. Kebiasaan yang masih menggunakan pola pembelajaran lama.
4. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan,
beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
5. Tidak berlaku untuk semua topik (2014, hlm. 289-291).

2.1.4 Short Service dalam Permainan Bulutangkis


2.1.4.1 Pengertian Bulutangkis
Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang
tumbuh dan berkembang pesat mampu mengharumkan bangsa dan negara
Indonesia menurut Depdikbud, “bulutangkis adalah cabang olahraga yang
termasuk ke dalam kelompok olahraga permainan, dapat dimainkan di dalam
maupun di luar ruangan di atas lapangan yang di batasi dengan garis-garis dalam
ukuran yang panjang dan lebar yang sudah ditentukan” (1979, hlm. 129). Lebih
24

lanjut menurut Depdikbud, “lapangan dibagi dua sama besar dan dipisahkan oleh
net yang terenggang di tiang net yang di tanam di pinggir lapangan” (1978/1979,
hlm. 129).
Sedangkan menurut Tony Grice “Permainan bulutangkis merupakan salah
satu cabang olahraga yang terkenal di dunia” (2007, hlm. 1). Olahraga ini menarik
minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat ketrampilan, baik pria maupun
wanita memainkan olahraga ini di dalam atau di luar ruangan untuk rekreasi juga
sebagai persaingan. Bulutangkis adalah olahraga yang dimainkan dengan
menggunakan, net, raket dan shuttlecock dengan teknik pukulan yang bervariasi
mulai dari yang relatif lambat hinggga sangat cepat di sertai dengan gerakan
tipuan.
Menurut Herman Subardjah “permainan bulutangkis merupakan
permainan yang bersifat individu yang dapat di lakukan dengan cara satu orang
melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang” (2014, hlm. 13). Dalam
hal ini permainan bulutangkis mempunyai tujuan bahwa seseorang pemain
berusaha menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawanan dan berusaha
agar lawan tidak dapat memukul shuttlecocok dan menjatuhkan di daerah sendiri.
Menurut M. L. Johnson “bulutangkis atau badminton dapat dikatakan
sebagai olahraga hiburan dan pertandingan yang di gemari tua muda di seluruh
dunia” (1984, hlm. 5). Tidak dapat di pungkiri bahwa permainan olahraga
badminton selain untuk olahraga dapat juga di jadikan salah satu objek yang
memiliki banyak manfaat. Contohnya seperti dalam kenyataan, bulutangkis dapat
dijadikan hiburan bagi sekelompok orang yang tidak memiliki banyak waktu
untuk bertemu. Dengan adanya bulutangkis, para pemainnya dapat saling
berinteraksi sehingga akan terjadi komunikasi yang akhirnya dapat nenjadi suatu
hubungan yang berkelanjutan dalam hal di luar lapangan contohnya dalam hal
bisnis.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bulutangkis dapat
meningkatkan kebugaran dan rasa sosial, hiburan, serta mental. Kebugaran
tercipta jika komponen fisiknya bagus. Komponen fisik akan bagus jika terlatih
melakukan aktivitas fisik yang mendukung.
25

Peralatan yang baik untuk olahraga bulutangkis sama pentingnya dengan


peralatan olahraga lain pada umumnya. Peralatan yang baik yang digunakan
dalam permainan bulutangkis akan menguntungkan permainan pemakainya. Oleh
karena itu peralatan yang digunakan dalam permainan bulutangkis harus yang
baik. Peralatan tersebut adalah raket, shuttlecock, dan lapangan bulutangkis yang
akan penulis paparkan secara berurutan.
1. Raket
Raket bulutangkis biasanya terbuat dari rangka kayu atau metal. Ada
pula raket baru yang lebih ringan terbuat dari bahan boron, karbon, atau grafit
yang dirancang dan dibuat dengn tingkat ketegangan yang bervariasi. Selain itu
ada juga raket yang lebar atau oversize untuk daya hambatan udara dan tenaga
putaran yang lebih sedikit.
Senar raket biasanya terbuat dari tali nylon atau sintetis. Raket dengan
rangka kayu biasanya menggunakan tali senar karena mempunyai daya lenting
dan kelemahan yang lebih baik. Raket dengan rangka kayu jika tidak dipakai
harus disimpan dalam rangka khusus yang menjepit untuk mencegah
rangkanya berubah bentuk akibat tegangan senarnya. Sedangkan raket dengan
rangka metal biasanya menggunakan tali senar atau tali nylon karena tali nylon
dapat dipasang lebih kencang dan lebih tahan lama. Raket dengan rangka metal
yang menggunakan tali nylon tidak perlu disimpan dalam rangka yang khusus
yang menjepit karena tidak akan bengkok atau berubah bentuk. Dalam
peraturan bulutangkis tidak ada persyaratan khusus mengenai raket. Pada
umumnya panjang raket adalah 26``dengan berat antara 3,75 sampai dengan
5,5 ons dan bertali senar atau nylon sesuai dengan keinginan pemainnya.
Raket yang baik menurut Poole menyarankan, “Pilihlah raket anda
berdasarkan ukuran, keseimbangan, macam dari pegangan, ayunan, dan
tegangan tali yang cocok dengan anda. Jangan memilih raket berdasarkan
`rupanya` yang menarik” (2011, hlm. 7). Sedangan Grice menyarankan, “Raket
yang disarankan adlah raket dengan harga menengah. Sebaiknya anda mencoba
memukul bola dengan beberapa tipe raket dan pilihlah raket yang anda rasa
paling tepat untuk anda” (2007, hlm. 5).
26

Kedua kutipan di atas memberi petunjuk kepada kita bahwa raket yang
baik adalah raket yang ukurannya, keseimbangannya, macam dari
pegangannya, ayunannya, dan tegangan talinya yang cocok dengan kebutuhan
pemakainya.

--- head

Stringed
area
--- throat

--- shaft

--- handle

Gambar 2.1
Bentuk Raket Bulu Tangkis dan Bagiannya
(Poole, 2011 hlm. 13)

2. Shuttlecock
Shuttlecock adalah bola yang biasa digunakan dalam permainan
bulutangkis. Hal ini sejalan dengan pendapat Grice bahwa “shuttle atau
shuttlecocok adalah benda yang digunakan dalam permaiman bulutangkis,
sama dengan bola” (2007, hlm. XII). Sedangkan Poole mengemukakan
penjelasannya mengenai shuttlcock sebagai berikut.
Shuttlecocok atau `shuttle` dibuat dalam dua tipe. Yang terbaik dan
selalu digunakan dalam pertandingan turnamen adalah shuttle dari bulu.
Shuttle ini dibuat dari bulu angsa dengan berat antara 7,3 sampai 8,5
grain (1 grain = 0,0648 gram), dan mempunyai 14 sampai 16 heli bulu.
Rata-rata berat shuttle untuk lapangan dengan suhu relatif tinggi adalah
76 grain. Berat ini tergantung dari suhu ruangan tempat lapangan
permainan berada (2011, hlm. 7).

Shuttle dari nylon akhir-akhir ini sangat populer karena daya tahannya
dan harganya lebih murah. Bahkan sekolah-sekolah pun banyak yang
27

menggunakan shuttle ini karena dapat bertahan 2 sampai 4 minggu untuk


kelas-kelas olahraga. Menurut Poole, “Shuttle ini telah diterima secara resmi
untuk turnamen-turnamen kecil, tetapi untuk turnamen internasional tetap
digunakan shuttle bulu karena memudahkan pengontrolan dan pemain-pemain
turnamen umumnya biasa menggunakan shuttle jenis ini” (2011, hlm. 7).
Sehubungan dengan tidak adanya variasi pada desain secara umum;
kecepatan dan terbang dari shuttlecock, modifikasi dan spesifikasi seperti
tersebut di atas diperkenalkan dengan persetujuan Persatuan Bulutangkis yang
bersangkutan untuk hal-hal: tempat-tempat dimana kondisi atmosfer
dikarenakan oleh karena ketinggian atau iklim yang membuat shuttlecock
standar menjadi tidak cocok.
Untuk menguji shuttlecock, pemain harus menggunakan pukulan dari
bawah secara penuh (full underhand stroke), yang menyentuh shuttlecock pada
saat berada di atas garis belakang (back boundary line). shuttlecock harus
dipukul secara melengkung ke atas dengan arah pararel terhadap garis samping
(side line).
Shuttlecock yang mempunyai kecepatan yang benar akan mendarat
tidak kurang dari 530 mm dan tidak lebih dari 990 mm terhitung dari garis
belakang (back boundary line).

Gambar 2.2
Shuttlecock
(Poole. 2011 hlm. 14)
28

3. Lapangan
Menurut Poole (2011, hlm. 8), “Bentuk lapangan bulutangkis yang
resmi dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini, yaitu lapangan untuk
Tunggal maupun untuk Ganda. Jaring mempunyai ketinggian 5` 1``pada tiang
dan 5` di tengah lapangan”. Tebal garis lapangan harus 1,5`` lebarnya”.

Gambar 2.3
Lapangan Bulutangkis
(Poole, 2011. hlm. 145)

Sedangkan Badminton World Federation menjelaskan mengenai


lapangan bulutangkis sebagai berikut, “Lapangan bulutangkis berbentuk
persegi panjang dengan ukuran panjang 1540 cm dan lebar 800 cm. Panjang
lapangan tersebut dibagi dua yang dibatasi oleh jaring/net. Tinggi tiang
29

jaring/net adalah 152,5 cm sedangkan tinggi jaring/net dari lantai adalah 46


cm” (2017, hlm. 67).
Lapangan bulutangkis bisa di luar maupun di dalam ruangan, tetapi
semua turnamen sampai saat ini dimainkan di lapangan dalam ruangan karena
menguntungkan (shuttle tidak dipengaruhi angin). Jika lapangan dalam
ruangan (Poole, 2011, hlm. 8-9),
Ruangan harus mempunyai langit-langit minimal setinggi 25`,
meskipun sering turnamen diadakan di lapangan tertutup dengan tinggi langi-
langit sekitar 20`. Tinggi terakhir ini mengurangi kemungkinan pukul-pukulan,
tidak memungkinkan pukulan ‘serve’ yang tinggi ‘defensive clear’. Kini
kebanyakan lapangan bulutangkis bertaraf internasional mempunyai langit-
langit di atas 30`. Penerangan merupakan masalah yang perlu mendapat
perhatian. Bila memungkinkan, harus dihindarkan cahaya yang memberikan
cahaya langsung pada lapangan sehingga dapat menyilaukan pemain bila
melihat ke atas untuk memukul shuttle.

2.1.4.2 Pengertian Servis


Servis merupakan modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan.
Seseorang pemain yang tidak bisa melakukan servis dengan benar akan terkena
fault. Menurut Tohar “pukulan servis adalah pukulan dengan raket yang memukul
shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai
pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam
permaianan bulutangkis” (1992, hlm. 67).
Menurut Icuk “pukulan servis merupakan pukulan yang mengawali atau
sajian bola pertama sebagai permulaan permainan” (2002, hlm. 30). Servis
merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena
kalau peraturan yang lama hanya pemain yang melakukan servis yang dapat
memperoleh angka. Namun sekarang ini peraturan pada permainan bulutangkis di
tetapkan oleh IBF sudah ada perubahan, pada pertandingan resmi sekarang sudah
menggunakan sistem rally point. Jadi tidak selalu pemain melakukan servis yang
mendapat nilai. Servis yaitu gerakan untuk memulai, sehingga shuttlecock berada
30

dalam keadaan di mainkan, yaitu dengan memukul shuttlecock ke lapangan lawan


(James Poole, 2011. hlm. 142).
“Servis harus di lakukan dengan pukulan under hand (gerak dari bawah ke
atas), akan tetapi setiap jenis pukulan dapat di gunakan dalam rally, pukulan long
service forehand harus di lakukan dengan cara memukul shuttlecock dengan
kekuatan yang penuh. Shuttlecock yang di pukul harus di usahakan jatuh menurun
secara tegak lurus ke bawah di suatu tempat di garis belakang untuk service
permainan tunggal dan perpotongan antara garis tengah dengan garis belakang
untuk service permainan tunggal. Dengan demikian bola lebih sulit untuk di
perkirakan jatuhnya dan sulit untuk di pukul sehingga pengembalian lawan kurang
efektif (Tony Grice, 2007, hlm. 25).
Ada beberapa jenis servis bulutangkis. Setiap jenis servis memukul
shuttlecock dengan caranya yang khas, sebab itu masing-masing mempunyai hal-
hal yang menguntungkan dan merugikan. Macam-macam bentuknya meliputi
servis pendek, panjang, datar, dan servis kendut. Dalam penelitian ini yang akan
di bahas yaitu hanya short service (servis pendek).

2.1.4.3 Short Service


Servis pendek merupakan salah satu pukulan awal pada permainan
bulutangkis. menurut Servis Pendek yaitu servis dengan mengarahkan Shuttlecock
dengan tujuan kedua sasaran yaitu : ke sudut titik perpotongan antara garis servis
di depan dengan garis tengah dan garis servis dengan garis tepi, sedangkan
jalannya shuttlecock menyusur tipis melewati net (Tohar 1992, hlm. 41). Menurut
Herman Subarjah, “servis pendek merupakan servis yang diarahkan pada bagian
depan lapangan lawan, biasanya dilakukan dalam permaianan ganda” (2014, hlm.
44). Sedangkan menurut Sutrisno dan Yuni Mariani, “tujuan servis pendek adalah
untuk memaksa lawan agar kesulitan atau tidak dapat melakukan serangan” (2014,
hlm. 18).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa servis pendek adalah
pukulan pertama pada permainan bulutangkis yang diarahkan pada bagian depan
lapangan, tujuannya untuk memaksa lawan agar tidak melakukan serangan. Jenis
31

servis ini pada umumnya arah dan jatuhnya shuttlecock sedekat mungkin dengan
garis serang pemain lawan, dan shuttlecock sedapat mungkin melayang relatif
dekat di atas jaring (net). Oleh karena itu, jenis servis ini kerap digunakan oleh
pemain ganda.
1. Sikap berdiri adalah kaki kanan di depan kaki kiri (untuk pegangan tangan kiri
lakukan sebaliknya), dengan ujung kaki kanan mengarah ke sasaran yang
diinginkan. Kedua kaki terbuka selebar pinggul, lutut dibengkokan, sehingga
dengan sikap seperti ini, titik berat badan berada diantara kedua kaki. Jangan
lupa, sikap badan tetap rileks dan penuh konsentrasi.
2. Ayunan raket relatif pendek, sehingga shuttlecock hanya didorong dengan
bantuan peralihan berat badan dari belakang ke depan, dengan irama gerak
kontinu dan harmonis. Hindari menggunakan tenaga pergelangan tangan yang
berlebihan, karena akan mempengaruhi arah dan akurasi pukulan.
3. Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi dan sikap berdiri lawan,
sehingga dapat mengarahkan shuttlecock ke sasaran yang tepat dan sesuai
perkiraan.
4. Biasakan berlatih dengan jumlah shuttlecock yang banyak dan berulang-ulang
tanpa mengenal rasa bosan, sampai dapat menguasai gerakan dan
keterampilan servis ini dengan utuh dan baik/sempurna.

Gambar 2.4
Servis Pendek
(Cucu Hidayat dan Nanang Kusandi, 2008, hlm. 11)
32

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan


Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk
mendukung kajian teoritis yang telah dikemukakan sehingga dapat digunakan
sebagai landasan pada kerangka berpikir. Adapun hasil penelitian yang relevan
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Pribadi (2011) dengan judul “Tingkat
Kemampuan Pukulan Servis Pendek dan Servis Panjang Bulutangkis Pada
Siswa SD Negeri 1 Sadangkulon Kecamatan Sadang Kebumen.” Kesimpulan
dari hasil penelitian dan pembahasan adalah untuk kategori servis pendek,
kategori baik 4 anak atau (12,50 %), kategori cukup 16 anak atau (50 %),
kategori buruk 12 anak atau (37,50 %). Dan untuk servis panjang kategori
baik 1 anak (3,10 %), kategori cukup 11 anak (34,50 %), dan kategori buruk
20 anak atau (62,50 %).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dika Dian Murjanto (2020) mengenai
“Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning Guna Meningkatkan
Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Penjasorkes Bagi Siswa Kelas XI MIPA 6
SMA Negeri 2 Sragen” diketahui bahwa dengan diterapkannya model
pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan minat belajar dari
peserta didik kelas XI MIPA 6 SMA Negeri 2 Sragen. Hal ini dibuktikan
dengan meningkatnya persentase dari minat belajar peserta didik hingga
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada
persentase minat belajar dari peserta didik pada siklus I sebesar 67.04%. Pada
saat dilanjutkan pada siklus II kembali meningkat menjadi 75.35%. Dan pada
saat dilaksanakannya siklus III persentase minat belajar meningkat menjadi
77.55%. Implikasinya dari penelitian ini yaitu pemilihan model pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan dari peserta didik menjadi aspek yang perlu
diperhatikan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Namun, untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran itu sendiri tentunya tidak hanya
memperhatikan satu aspek saja. Perlu adanya mempertimbangkan aspek-
aspek yang mendukung proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam
memahami dan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning juga
33

menjadi aspek pendukung terlaksananya model pembelajaran ini. Oleh sebab


itu, guru perlu meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menerapkan
model pembelajaran Discovery Learning.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nichen Irma Cintia, Firosalia Kristin,
dan Indri Anugraheni (2018) mengenai “Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Hasil Belajar Siswa” diketahui terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kreatif dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas V SD Negeri
Sidorejo Kidul 02 Kecamatan Tingkir Semester II Tahun Ajaran 2017. Hal ini
dibuktikan dari kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa pada pra
siklus. Pada pra siklus, kemampuan berpikir kreatif siswa hanya mencapai
persentase 33,25% dengan rata-rata 13,3 dari 7 kelompok siswa, sedangkan
hasil belajar siswa pada pra siklus 15 siswa tuntas dengan persentase 38%.
Kemudian pada siklus I, kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat,
mencapai persentase 73% dengan rata-rata 29,2 dari 7 kelompok, sedangkan
hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 28 siswa yang tuntas dengan
persentase 71,8%. Selanjutnya, pada siklus II, kemampuan berpikir kreatif
siswa semakin meningkat, mencapai persentase 81,2% dengan rata-rata 32,2
dari 7 kelompok, sedangkan untuk hasil belajar siswa meningkat menjadi 31
siswa yang tuntas dengan persentase 84,6% dan yang tidak tuntas sebanyak 5
siswa dengan persentase 15,4% dari 39 siswa.
4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Riki Irwansyah Siregar (2016)
mengenai “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Servis Pendek Dalam
Permainan Bulu Tangkis Dengan Menggunakan Audio Visual Pada Siswa
Kelas VIII SMPN 2 Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
2015/2016” diketahui bahwa dari hasil belajar siswa pada siklus I setelah tes
hasil belajar I dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dapat melakukan
servis pendek pada bulu tangkis masih rendah. Dari 22 siswa terdapat 14
orang (63,63%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 8 orang
(36,37%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil
34

belajar siswa adalah 65,04. Sedangkan pada siklus 2 servis pendek pada bulu
tangkis sudah meningkat. Dari 22 siswa mencapai ketuntasan belajar 18 orang
(81,81%), sedangkan 4 orang (18,19%) belum mencapai ketuntasan belajar.
Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 75,90. Sedangkan pada siklus
II dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dapat melakukan.
Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk mengungkap informasi
mengenai Penerapan Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Short Service Pada Materi Pembelajaran Bulutangkis pada Kelas XI SMA
Negeri 14 Garut.

2.3 Kerangka Konseptual


Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dijadikan suatu kerangka
konseptual, terkait dengan Penerapan Model Discovery Learning Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Short Service Pada Materi Pembelajaran Bulutangkis
pada Kelas XI SMA Negeri 14 Garut.
Pembelajaran PJOK merupakan proses interaksi antara siswa dengan
lingkungan dengan memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara
sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara apektif, kognitif
dan psikomotorik. Pembelajaran PJOK yang didominasi dengan gerakan fisik
dilaksanakan di ruang terbuka atau di lapangan, Dalam hal ini peneliti sangat
tertarik untuk mengetahui hasil belajar short service cabang permainan
bulutangkis di kelas XI SMA Negeri 14 Garut. Permainan bulutangkis merupakan
cabang olahraga yang sangat populer dan tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia, karena permainan ini bersifat individual yang dapat di lakukan secara
perorangan dengan cara satu lawan satu atau dua orang melawan dua orang.
Pemain bulutangkis harus menguasai teknik-teknik dalam permainan bulutangkis
agar dapat bermain dengan baik termasuk teknik servis. Dalam olahraga
bulutangkis salah satu teknik yang perlu dikuasai dengan baik adalah servis.
Servis memegang peranan penting dalam permainan bulutangkis, setiap pemain
harus memiliki kemampuan servis salah satunya servis pendek yang memadai
untuk memenangkan permainan. Hal ini yang mendorong penulis untuk
35

mengadakan penelitian mengenai penerapan model discovery learning dalam


meningkatkan hasil belajar short service pada materi pembelajaran bulutangkis
pada kelas XI SMA Negeri 14 Garut, karena sampai saat ini belum pernah
dilakukan tes pada siswanya untuk mengetahui hasil belajar short service cabang
permainan bulutangkis.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini penulis gambarkan
sebagai berikut:

Belum menerapkan Hasil pembelajaran short


Kondisi Awal model Discovery service cabang permainan
Learning bulutangkis Masih Rendah

Siklus I
Hasil pembelajaran short
Sudah menerapkan service cabang permainan
Tindakan I model pembelajaran bulutangkis cukup baik
Discovery Learning dengan menerapkan model
Discovery Learning

Siklus II
Hasil pembelajaran Hasil pembelajaran short
short service cabang service cabang permainan
Tindakan II permainan bulutangkis sangat baik
bulutangkis dengan menerapkan model
Discovery Learning

Evaluasi Keseluruhan
Tindakan dan Membuat
Rekomendasi (Saran)

Gambar 2.5
Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penulis adalah
sebagai berikut : Penerapan model discovery learning dapat meningkatkan hasil
belajar service short pada materi pembelajaran bulutangkis di kelas XI IPS-1
SMA Negeri 14 Garut.
36

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Rancangan/Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan studi yang sistematis dilakukan dalam upaya
memperbaiki praktek-praktek dalam pendidikan dengan melakukan tindakan
praktis secara refleksi. Kasbolah mengemukakan “Penelitian Tindakan Kelas
adalah Penelitian yang dilaksanakan di kelas dalam bentuk praktek pembelajaran
dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
siswa dengan melakukan tindakan tertentu secara kolaboratif dan sistematis
melalui perencanaan tindakan observasi dan refleksi” (2012, hlm. 13).
PTK bertujuan untuk memperbaiki praktek pembelajaran secara
berkesinmabungan dalam rangka meningkatan hasil belajar siswa serta
pengembangan kemampuan guru memecahkan permasalahan yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar.
Metode Alur PTK yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Identifikasi Masalah Menyusun Rencana

Siklus 1 Refleksi Siklus 1

Tindakan & Observasi


Pembelajaran Siklus 1
Perbaikan Rencana
Siklus 2 Refleksi Siklus 2

Tindakan & Observasi


Pembelajaran Siklus 2

Evaluasi Keseluruhan Tindakan & Membuat Rekomendasi (Saran)

Gambar 3.1
Bagan Alur Siklus PTK
(Kasbolah, 2012, hlm. 124)

36
37

3.2 Subjek dan Objek Penelitian


3.2.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu
penelitian. Titik perhatian tersebut berupa subtansi atau materi yang diteliti atau
dipecahkan permasalahannya menggunakan teori-teori yang bersangkutan yaitu
teori pemberdayaan masyarakat , nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Menurut
Sugiyono “Objek penelitian adalah suatu atribut dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya” (2012: 38). Objek penelitian ini adalah
penerapan model discovery learning dalam pembelajaran short service cabang
permainan bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut.

3.2.2 Subjek Penelitian


“Subjek penelitian merupakan tempat variabel melekat. Subjek penelitian
adalah tempat dimana data untuk variabel penelitian diperoleh” (Arikunto, 2010,
hlm. 118). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS-1 Tahun Ajaran
2020/2021 berjumlah 29 siswa yang terdiri 13 siswa laki-laki dan 16 siswa
perempuan.

3.3 Prosedur/Langkah-langkah Penelitian


Adapun prosedur/langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :
1. Orientasi dan Identifikasi Masalah
Pada tahap ini guru kelas mengorientasi dan mengidentifikasi masalah
yang merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan orientasi dengan penelitian berfokus dalam
menganalisis perencanaan pembelajaran dengan penerapan model
discovery learning dalam pembelajaran short service cabang permainan
bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut.
b. Mengidentifikasi pengalaman mengelola proses pelaksanaan
pembelajaran short service cabang permainan bulutangkis di kelas XI
38

IPS-1 SMA Negeri 14 Garut terutama berkaitan dengan kelemahan dan


hambatan yang dialami guru di Kelas.
c. Melihat hasil belajar siswa sebelumnya tentang pembelajaran short
service cabang permainan bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14
Garut.
2. Perencanaan Tindakan Penelitian
Kegiatannya terdiri dari : (1) Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan penerapan model discovery learning dalam
pembelajaran short service cabang permainan bulutangkis di kelas XI SMA
Negeri 14 Garut; (2) Mempersiapkan materi pada pembelajaran short service
cabang permainan bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut, (3)
Menyusun soal tes yang akan diberikan pada siswa, (4) Membuat instrumen
pengumpulan data berupa lembar observasi dan alat penilaian kinerja guru,
pada pelakasanaan pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan model
pembelajaran discovery learning.
3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian
Kegiatan terdiri atas : (1) Melaksanakan pembelajaran yang telah
direncanakan yaitu tentang pembelajaran short service cabang permainan
bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut melalui model
pembelajaran discovery learning, (2) mengajar atau melaksanakan proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran, dan (3)
melaksanakan tes awal dan tes akhir yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam memberikan tindakan dan dapat dikembangkan untuk
menentukan langkah-langkah pelaksanaan tindakan selanjutnya.
4. Observasi
Kegiatannya terdiri dari : (1) peneliti perlu menggunakan alat ukur
yang telah ditetapkan sesuai dengan kriteria yang ditentukan, untuk
mengamati dan menilai pelaksanaan tindakan, mulai dari perencanaan
tindakan sampai pada hasil pelaksanaan tindakan, (2) peneliti mengkaji data
dari hasil pengamatan tentang perencanaan tindakan, proses pelaksanaan
39

tindakan dan hasil pelaksanaan tindakan, yang diperankan oleh subjek


penelitian yaitu guru dan siswa.
5. Refleksi
Kegiatannya terdiri dari : (1) Menentukan perbaikan pada materi
energi panas dan bunyi terhadap rencana pembelajaran, proses mengajar,
proses belajar siswa, (2) menentukan langkah-langkah yang perlu mendapat
penekanan pada siklus berikutnya berdasarkan data hasil pengamatan dan
penilaian terhadap guru dan siswa, dan (3) menentukan tindakan selanjutnya
dalam rangka meningkatkan hasil belajar dengan penerapan model discovery
learning dalam pembelajaran short service cabang permainan bulutangkis di
kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data selama pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Cara Pengumpulan


1. Kemampuan awal siswa tentang Diungkap dan dianalisis jawaban
short service cabang permainan siswa pada tes tersebut.
bulutangkis
2. Kemampuan guru merancang RPP Ekplorasi terhadap dokumen RPP
dan melaksanakan pembelajaran. pembelajaran.
3. Kemampuan guru mengimplemen Observasi kinerja guru dalam
tasikan model pembelajaran pembelajaran.
discovery learning
4. Peningkatan hasil belajar siswa Eksplorasi terhadap kinerja siswa
pada materi short service cabang dalam pembelajaran dan melalui tes
permainan bulutangkis setelah akhir setelah selesai pembelajaran.
pembelajaran.

3.5 Instrumen Penelitian


Menurut Sugiyono mengatakan: “Instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
umum kegunaan instrumen penelitian ini untuk memudahkan peneliti dalam
40

mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dan
sistematis” (2015: 148).
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut :
1. Tes Tulis
Instrumen pengumpulan data berupa soal tes hasil belajar short
service cabang permainan bulutangkis. Tes ini digunakan untuk mengukur
hasil belajar peserta didik. Bentuk dari soal tes ini adalah essay yang
berjumlah 5 butir soal. Sebelum soal tes dibuat, perlu disusun sebuah kisi-kisi
soal untuk memetakan distribusi soal tersebar dengan semestinya. Acuan
utama dari soal ini adalah kurikulum 2013 yang terintegrasi melalui
indikator-indikator pencapaian kompetensi pada mata pelajaran pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan. Kisi-kisi soal tes hasil belajar adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Soal Posttest Kognitif

Indikator Pencapaian Nomor


Kompetensi Dasar
Kompetensi Soal
Menganalisis keterampilan 3.2.1 Menganalisis teknik dasar 1-5
gerak salah satu short permainan bulutangkis
service cabang permainan (posisi berdiri dan
bulutangkis serta menyusun footwork, pegangan raket,
rencana perbaikan pukulan atas dan bawah,
dan servis) serta
menyusun rencana
perbaikan

Tabel 3.3
Rubrik Penilaian

Penilaian
Kognitif Apektif Psikomotorik
a. Pada setiap akhir a. Pada setiap akhir Dengan
pertemuan diberikan pertemuan diberikan observasi,
post test untuk post test untuk dilakukan
mengukur pengetahuan mengukur keterampilan penilaian sikap
apakah siswa mampu apakah siswa mampu setiap siswa
41

Penilaian
Kognitif Apektif Psikomotorik
menganalisis mempraktikkan hasil baik dalam
keterampilan gerak analisis keterampilan individu ataupun
salah satu short service gerak salah satu short kelompok
cabang permainan service cabang
bulutangkis serta permainan bulutangkis
menyusun rencana serta menyusun
perbaikan pada rencana perbaikan pada
persoalan di tiap persoalan di tiap
pertemuan. pertemuan.
b. Diberikan tes tertulis b. Diberikan tes tertulis
untuk mengukur untuk mengukur
pengetahuan siswa, keterampilan siswa,
mampu menganalisis mampu mempraktikkan
keterampilan gerak hasil analisis
salah satu short service keterampilan gerak
cabang permainan salah satu short service
bulutangkis serta cabang permainan
menyusun rencana bulutangkis serta
perbaikan menyusun rencana
perbaikan

1) Soal Pengetahuan
a) Sebutkan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu
tangkis!
b) Jelaskan berbagai cara memegang raket permainan bulu tangkis!
c) Jelaskan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu tangkis!
d) Jelaskan cara melakukan berbagai cara memegang raket permainan
bulu tangkis!
e) Jelaskan cara melakukan berbagai gerak spesifik short service
permainan bulu tangkis!
2) Penilaian Pengetahuan
Tabel 3.4
Penilaian Pengetahuan

Soal Jumlah
No Nama Ket.
1 2 3 4 5 Skor
1
2
42

Soal Jumlah
No Nama Ket.
1 2 3 4 5 Skor
3
4
dst.
Skor yang Diperoleh
Skor Maksimal 100

Tabel 3.5
Kriteria Skor Jawaban Pengetahuan

No Soal Nilai Skor Indikator


Skor 5 jika jawaban lengkap
Skor 4 jika siswa mampu menjawab empat
jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 3 jika siswa mampu menjawab tiga
1, 2, 3, 4, 5 jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 2 jika siswa mampu menjawab dua
jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 1 jika siswa mampu menjawab satu
jawaban dari lima jawaban seharusnya.

Skor maksimum: 25
Skor perolehan siswa: SP
Nilai yang diperoleh siswa: SP/25 X 100

Jumlah Skor Yang Diperoleh


Penilaian Pengetahuan = x 100
Jumlah Skor Maksimal (25)

3) Penilaian Keterampilan
Tabel 3.6
Kriteria Penilaian Keterampilan

Hasil Penilaian
No Indikator Penilaian Baik Cukup Kurang
(3) (2) (1)
1 Sikap awalan melakukan gerakan
Sikap pelaksanaan melakukan
2
gerakan
3 Sikap akhir melakukan gerakan
Skor Maksimal (9)

1) Penskoran
(1) Sikap awalan melakukan gerakan
43

Skor baik jika:


(a) pandangan mata ke arah datangnya bola.
(b) badan sedikit dicondongkan ke depan dan berat badan terletak di
antara kedua kaki.
(c) lutut ditekuk, badan condong ke depan dan jaga keseimbangan.
Skor Cukup jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
(2) Sikap pelaksanaan melakukan gerakan
Skor baik jika:
(a) pandangan mata ke arah lajunya bola
(b) badan sedikit dicondongkan ke depan dan beratnya terletak di
antara dua kaki.
(c) kedua lengan diayun kearah depan, sehingga arah gerak
shuttlecock membentuk lintasan lurus.
(d) salah satu kaki kemudian kedua tungkai diluruskan hingga kaki
jingjit bersamaan dengan memukul shuttlecock..
Skor Cukup jika : hanya tiga kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu sampai dua kriteria yang dilakukan
secara benar.
(3) Sikap akhir melakukan gerakan
Skor baik jika:
(a) badan sedikit dicondongkan ke depan dan beratnya terletak di
antara kedua kaki.
(b) kedua telapak tangan beraga di depan menghadap ke bawah
dengan lengan diluruskan ke depan secara rileks.
(c) kedua tungkai sedikit ditekuk dengan lutut tetap menghadap ke
depan dan di buka selebar bahu.
Skor Cukup jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
2) Pengolahan skor
Skor maksimum: 9
44

Skor perolehan siswa: SP


Nilai keterampilan yang diperoleh siswa: SP/9 X 100
total skor perolehan
Nilai   100
total skor maksimum

2. Lembar Observasi
Instrumen observasi terdiri dari lembar observasi untuk mengamati
perencanaan pembelajaran dan kegiatan guru dalam mengajar dan lembar
observasi untuk mengamati siswa pada kegiatan belajar. Kegiatan yang
menjadi sasaran observasi bagi guru meliputi kegiatan pada waktu membuka
pelajaran, proses pembelajaran dan kegiatan menurut pelajaran. Sedangkan
sasaran observasi kegiatan siswa meliputi kegiatan untuk memperhatikan
penjelasan guru, dan kemampuan dalam mengerjakan soal.

3.6 Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa lembar obervasi untuk
mendeskripsikan hasil belajar siswa dan data kuantitatif berupa angka dengan
menghitung hasil belajar siswa. Adapun langkah-langkah pengolahan terhadap
data yang diperoleh adalah:
1. Menghitung hasil belajar siswa ranah kognitif secara individu dengan rumus
sebagai berikut :
Jumlah Butir Soal yang Dijawab Benar
Nilai Akhir = x 100
Jumlah Skor Maksimum
2. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut :
∑N
M= N

Keterangan:
M = Nilai rata-rata kelas
 N = Jumlah nilai seluruh siswa
N = Jumlah siswa (Sugiyono, 2012, hlm. 247)
3. Menghitung presentase ketuntasan belajar klasifikasi dengan rumus:
45

Jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai  75


P= x 100%
Jumlah Siswa Mengikuti Tes

P = Presentase Ketuntasan
4. Reduksi Data
Peneliti mengumpulkan data penelitiannya terdapat berbagai sumber,
oleh sebab itu peneliti memilih data-data yang dibutuhkan sesuai dengan
fokus penelitiannya. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran
discovery learning dalam pembelajaran short service cabang permainan
bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut. Peneliti ingin
mengetahui nilai hasil belajar siswa dengan cara sebagai berikut:
a. Mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran discovery learning.
b. Memberikan soal-soal tes yang dikerjakan siswa disetiap akhir siklus.
c. Menjumlahkan nilai hasil belajar siswa.
5. Display Data
Display data dilakukan supaya hasil penelitian ini dapat dengan
mudah dipahami. Bentuk penyajian data pada penelitian ini dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Pada penelitian ini
dari hasil reduksi data yang diperoleh peneliti, yaitu siswa kelas XI IPS-1
SMAN 14 Garut sebagian siswa kurang dalam hasil belajar dalam
pembelajaran PJOK materi pembelajaran short service cabang permainan
bulutangkis, dapat dilihat dari nilai KKM yang masih rendah disebabkan oleh
minat dan motivasi belajar siswa masih kurang, karena dalam proses
pembelajaran kurang menarik perhatian siswa dan guru kurang bervariasi
dalam menyampaikan materi pembelajaran.
6. Kesimpulan dan Verifikasi
Pada tahap penyimpulan ini, kesimpulan diambil setelah melakukan
penelitian dan mengolah hasil penelitian yang kemudian dibandingkan
dengan tujuan penelitian diawal apaka sesuai atau tidak.

3.7 Indikator/Kriteria Keberhasilan


Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah :
46

1. Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan


menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran
short service cabang permainan bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14
Garut minimal memenuhi 75% dari aspek yang telah ditetapkan.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning dalam pembelajaran short service cabang permainan
bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut minimal memenuhi
KKM yang telah ditetapkan yaitu 80, dan dapat dikatakan proses pembelajaran
tuntas apabila keberhasilan belajar mencapai 100%.

3.8 Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian

Penelitian secara keseluruhan mulai dari proposal hingga penyelesaian

penelitian dilaksanakan sejak Juni sampai Desember 2021. Khusus

pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2021, tanggal 7

dan 8 Desember 2021 penelitian siklus I, dan tanggal 13 dan 14 Desember

2021 penelitian siklus II.

2. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di XI SMA Negeri 14

Garut, subjek penelitian ini siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut yang

berjumlah 29 orang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.


47

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian


Penelitian tindakan ini di laksanakan pada tanggal 6 Desember 2021
sampai dengan tanggal 14 Desember 2021. Peneliti melakukan observasi
gambaran umum lokasi penelitian dan hasil belajar sebelum penelitian yaitu pada
tanggal 6 Desember 2021, tanggal 7 dan 8 Desember 2021 penelitian siklus I, dan
tanggal 13 dan 14 Desember 2021 penelitian siklus II. Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Satu
pertemuan pemberian tindakan dan satu kali pertemuan pemberian tes di akhir
setiap siklus yang dilakukan setiap pertemuannya terdiri dari 2 x 45 menit.
Tindakan pembelajaran setiap yang dilakukan setiap siklus disesuaikan dengan
rencana pembelajaran. Masing-masing penelitian meliputi empat tahapan yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I


Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti dan guru berdiskusi tentang
rencana pelaksanaan tindakan dan skenario pembelajaran yang akan dilakukan.
Peneliti perlu memastikan bahwa guru memahami sungguh-sungguh strategi yang
akan digunakan, karena guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas.
Selain itu, peneliti dan guru menyiapkan RPP, LKPD, instrumen penelitian. Pada
tahap perencanaan siklus penelitian dilakukan kegiatan penyusunan berbagai
instrumen pembelajaran. Tiga instrumen pembelajaran adalah rencana
pembelajaran, instrumen observasi kegiatan guru dan instrumen observasi
kegiatan siswa. Selain penyusunan instrumen pembelajaran, dilakukan pula
persiapan berbagai sarana penunjang, seperti penataan ruang kelas,
pengorganisasian siswa dan kesiapan peneliti dan observer. Hal ini dimaksudkan
agar proses pelaksanaan penelitian berjalan lancar sesuai dengan tujuan penelitian.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dua pertemuan pada hari
Selasa dan Rabu tanggal 7 dan 8 Desember 2021, dengan alokasi waktu kurang

47
48

lebih 2 jam pelajaran yaitu 2 x 45 menit. Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK) ini
sesuai dengan program semester mata pelajaran PJOK Kelas XI IPS-1 semester I.
Pelaksanaan tindakan siklus I yang dilakukan peneliti bersama guru kolabolator
dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu dengan alur perencanaan (planing),
tindakan (acting), observasi (observasing) dan refleksi (reflekting), secara garis
besar pelaksanaan dapat didiskripsikan sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi menyusun rancangan
yang akan dilaksanakan, yaitu : Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) tahap pelaksanaan siklus I.
Tahap ini mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan dan absensi.
b. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Kompetensi Dasar : Menganalisis keterampilan gerak salah satu
permainan bola kecil serta menyusun rencana
perbaikan
Indikator : Mengidentifikasi gerakan teknik dasar short service
permainan bulu tangkis
c. Menyiapkan lembar-lembar observasi yang memuat aspek-aspek
pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning.
d. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung
kegiatan pembelajaran dengan model Discovery Learning.
e. Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan soal evaluasi yang
akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan dalam 2x pertemuan
pemberian tindakan, dan 1x pertemuan pemberian tes akhir siklus I untuk
mengukur hasil belajar siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan
selama 2x45 menit atau 2 jam pelajaran dengan indikator mengidentifikasi
gerakan teknik dasar short service permainan bulu tangkis. Berikut ini
mengimplementasikan dari rancangan pembelajaran yang telah disusun oleh
49

peneliti yaitu guru melaksanakan kegiatan pembelajaran PJOK dengan model


Discovery Learning.
Pertemuan I pada pembelajaran siklus I dilaksanakan hari Selasa,
tanggal 7 Desember 2021, pukul 08.00 WIB s/d 09.30 WIB. Materi yang akan
disampaikan dengan indikator mengidentifikasi gerakan teknik dasar short
service permainan bulu tangkis. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
pertemuan I pada siklus I dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap
inti dan tahap akhir, dengan RPP terlampir.
Pertemuan II pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8
Desember 2021 jam ke 1-2 pukul 08.00 WIB – 09.30 WIB. Materi yang
disampaikan adalah mengidentifikasi gerakan teknik dasar short service
permainan bulu tangkis. Pertemuan ini guru mengulas materi, pada pertemuan
II guru mengadakan tes untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa.
3. Hasil Pengamatan (Observasi)
Tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I,
yakni melihat apakah pelaksanaan pembelajaran dengan model Discovery
Learning telah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat dan
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Lembar observasi tersebut
meliputi lembar observasi RPP.
a. Data Hasil Observasi Siklus I
Hasil observasi rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I
bersumber pada hasil observasi rencana pembelajaran. Data hasil observasi
pembelajaran siklus I terdapat pada tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1
Data Hasil Observasi Siklus I
Kelas : XI IPS-1
Observer :
No Kegiatan Deskripsi Observasi
 Guru melakukan pembukaan dengan salam dan
berdo’a, memeriksa kehadiran peserta didik di kelas
sebagai sikap disiplin.
1 Pendahuluan
 Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik terhadap materi
sebelumnya, mengingatkan kembali materi dengan
bertanya, mengajukan pertanyaan yang terkait dengan
50

No Kegiatan Deskripsi Observasi


materi yang akan diajarkan.
 Guru memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi teknik dasar (teknik short service)
pada permainan bulutangkis dalam kehidupan sehari-
hari, apabila materi ini dikerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh, maka peserta didik diharapkan
dapat menjelaskan tentang materi teknik dasar short
service permainan bulutangkis, menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung, dan
mengajukan pertanyaan stimulus secara interaktif.
 Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan yang sedang berlangsung,
memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi
dasar, indicator, KKM dan tujuan pembelajaran pada
pertemuan yang sedang berlangsung.
2 Inti  Mengamati
Peserta didik diberi stimulus untuk memusatkan
perhatian tentang teknik dasar short service pada
permainan bulutangkis, diharapkan siswa dapat
menganalisis teknik dasar permainan bulutangkis dan
manfaat bagi peserta didik
 Menanya
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi pertanyaan yang berkaitan dengan
materi yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
belajar. Membantu dan mengarahkan peserta didik untuk
melakukan kajian tentang mengidentifikasi dan
menganalisis materi tentang keterampilan gerak short
service permainan bulutangkis
 Mengumpulkan Informasi / Mencoba
- Siswa bersama menerima dan mempelajari lembar
kerja peserta didik (LKPD berisi menganalisis dan
indikator tugas keterampilan permainan
bulutangkis (teknik short service).
- Mendiskusikan materi keterampilan teknik
bulutangkis teknik gerak servis.
- Mendiskusikan kesalahan-kesalahan dan cara
memperbaiki kesalahan yang sering dilakukan saat
melakukan teknik dasar keterampilan gerak short
service permainan bulutangkis serta menyusun
rencana perbaikan.
 Menalar / Mengasosiasi
- Peserta didik bersama guru melakukan diskusi
terkait dengan hasil identifikasi dan analisis gerak
permainan bulutangkis (teknik gerak short service.
51

No Kegiatan Deskripsi Observasi


- Membantu peserta didik dalam memecahkan
masalah seperti merencanakan dan menyiapkan
laporan dalam bentuk rangkuman hasil berdiskusi
tentang keterampilan gerak permainan bulutangkis
(teknik gerak short service).
 Mengkomunikasikan
- Peserta didik mencoba memperdalam pengetahuan
untuk memastikan hasil pekerjaannya.
- Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan
mengidentifikasi dan menganalisis gerak
permainan bulutangkis (teknik gerak short service)
- Peserta didik menyimpulkan tentang materi
keterampilan gerak permainan bulutangkis (teknik
gerak short service) kemudian menyerahkan hasil
pekerjaannya kepada guru.
 Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam pembelajaran,
saat pembelajaran berlangsung masih banyak mengalami
masalah dalam melakukan rangkaian itu, masalah yang
terjadi pada siswa diantaranya sebagai berikut:
- Ada 3 sampai 5 siswa yang kurang memperhatikan
penjelasan guru, dan saat guru memberi pertanyaan
- Hanya ada 1, 2 orang siswa yang berani
mengemukakan pendapatnya sendiri selebihnya
siswa lain harus ditunjuk oleh guru untuk
mengemukakan pendapat ataupun menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
- Saat diskusi kelompok pun di masing-masing
kelompok terdapat 1-2 siswa yang tidak ikut
bekerja sama secara kelompok dalam
menyelesaikan soal yang diberikan guru sehingga
guru perlu membimbing dan memotivasi agar mau
bekerja sama.
3. Penutup  Peserta didik
- Membuat rangkuman/simpulan pelajaran tentang
point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.
- Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
 Guru
- Menyampaiakan kegiatan tindak lanjut
- Menarik kesimpulan setelah selesai pembelajaran
- Peserta didik menerima informasi dari guru tentang
materi untuk pertemuan berikutnya.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa
dan memberi salam.
52

b. Data hasil Penilaian Pengetahuan


Sesuai dengan RPP yang sudah disusun, penilaian pengetahuan, soal
teori yang diberikan kepada siswa terdiri dari 5 soal yaitu:
Fakta
1) Sebutkan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu tangkis!
Konsep
2) Jelaskan berbagai cara memegang raket permainan bulu tangkis!
3) Jelaskan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu tangkis!
Prosedur
4) Jelaskan cara melakukan berbagai cara memegang raket permainan bulu
tangkis!
5) Jelaskan cara melakukan berbagai gerak spesifik short service permainan
bulu tangkis!
Dari ke lima soal yang diberikan, kriteria skor jawaban tiap soal
adalah sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 4.2:
Tabel 4.2
Kriteria Skor Jawaban Pengetahuan Siklus I

No Soal Nilai Skor Indikator


Skor 5 jika jawaban lengkap
Skor 4 jika siswa mampu menjawab empat
jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 3 jika siswa mampu menjawab tiga
1, 2, 3, 4, 5 jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 2 jika siswa mampu menjawab dua
jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 1 jika siswa mampu menjawab satu
jawaban dari lima jawaban seharusnya.

Skor maksimum: 25
Skor perolehan siswa: SP
Nilai yang diperoleh siswa: SP/25 X 100
Jumlah Skor yang Diperoleh
Penilaian Pengetahuan  x100
Jumlah Skor Maksimal (25)

Berdasarkan kriteria tersebut, hasil jawaban siswa sebagaimana


dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut,
53

Tabel 4.3
Hasil Penilaian Pengetahuan Siklus I

Penilaian
No Nama Siswa Nilai
Proses
1 Agnia Salfiah Putri 17 68
2 Amanda Syakila Salsabil 22 88
3 Ana Ianatul Maula 18 72
4 Anisah Tanzilul Wafa 20 80
5 Asep Setiawan 23 92
6 Chairunnisa Nurrahimah 17 68
7 Dais Daskiah 18 72
8 Dede Imam Muharrom 17 68
9 Dinda Assiah Jayanti 18 72
10 Farid Abdul Wahid 16 64
11 Furi Nurnaila Roza 17 68
12 Indah Salisatun Nisa 20 80
13 Ismi Septi Istiqomah 18 72
14 Kamila Fatimatuzzahra 23 92
15 Liya Amaliyah 22 88
16 Luthfi Maulana S 21 84
17 Miftahul Falah Ali Sundani 20 80
18 Muhamad Ilham Ramadhan 20 80
19 Muhammad Dzaki Nurhady 23 92
20 Nadifatun Nabilah 17 68
21 Neng Pipit Sri Mulyani 18 72
22 Rifki Nur Rohmat 17 68
23 Rima Nur Kamilah 24 96
24 Rivania Rachma Fauziah 18 72
25 Rizan Shidqie Rabbani 21 84
26 Salsabila Rahmi Rusmana 23 92
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 17 68
28 Sipa Nuraeni 18 72
29 Sri Nurhani Latifah 17 68
Jumlah 2.240
Rata-rata 77,24
Siswa yang mencapai KKM 13
Siswa yang belum mencapai KKM 16
54

Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar


siswa mengalami peningatan darii hasil pretest yaitu dari 65,86 menjadi
77,24. Namun ketuntasan individu masih rendah, 13 siswa atau 44,83%
yang sudah tuntas sedangkan sisanya 16 siswa 55,17% masih mendapatkan
nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80. Hal ini berarti
menunjukkan pembelajaran belum memenuhi standar ideal ketuntasan
belajar yaitu 100%. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam
pembelajaran pada siklus selanjutnya.
c. Data Hasil Penilaian Keterampilan
Penilaian proses pelaksanaan gerakan short service pada materi
pembelajaran bulutangkis dilakukan berdasarkan kepada evaluasi yang
terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Tabel 4.4
Kriteria Penilaian Keterampilan Siklus I

Hasil Penilaian
No Indikator Penilaian Baik Cukup Kurang
(3) (2) (1)
1 Sikap awalan melakukan gerakan
Sikap pelaksanaan melakukan
2
gerakan
3 Sikap akhir melakukan gerakan
Skor Maksimal (9)

1) Penskoran
a) Sikap awalan melakukan gerakan
Skor baik jika:
(1) pandangan mata ke arah datangnya bola.
(2) badan sedikit dicondongkan ke depan dan berat badan terletak di
antara kedua kaki.
(3) lutut ditekuk, badan condong ke depan dan jaga keseimbangan.
Skor Cukup jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
b) Sikap pelaksanaan melakukan gerakan
Skor baik jika:
55

(1) pandangan mata ke arah lajunya bola


(2) badan sedikit dicondongkan ke depan dan beratnya terletak di
antara dua kaki.
(3) kedua lengan diayun kearah depan, sehingga arah gerak
shuttlecock membentuk lintasan lurus.
(4) salah satu kaki kemudian kedua tungkai diluruskan hingga kaki
jingjit bersamaan dengan memukul shuttlecock..
Skor Cukup jika : hanya tiga kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu sampai dua kriteria yang dilakukan
secara benar.
c) Sikap akhir melakukan gerakan
Skor baik jika:
(1) badan sedikit dicondongkan ke depan dan beratnya terletak di
antara kedua kaki.
(2) kedua telapak tangan beraga di depan menghadap ke bawah
dengan lengan diluruskan ke depan secara rileks.
(3) kedua tungkai sedikit ditekuk dengan lutut tetap menghadap ke
depan dan di buka selebar bahu.
Skor Cukup jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
2) Pengolahan skor
Skor maksimum: 9
Skor perolehan siswa: SP
Nilai keterampilan yang diperoleh siswa: SP/9 X 100
total skor perolehan
Nilai   100
total skor maksimum
Hasil penilaian proses keterampilan short service pada materi
pembelajaran bulutangkis siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5. sebagai
berikut:
56

Tabel 4.5
Hasil Penilaian Keterampilan Short Service
Siklus I

Penilaian Proses
No Nama Siswa Jml Nilai
A B C
1 Agnia Salfiah Putri 2 2 2 6 66.67
2 Amanda Syakila Salsabil 3 3 2 8 88.89
3 Ana Ianatul Maula 3 2 2 7 77.78
4 Anisah Tanzilul Wafa 3 3 2 8 88.89
5 Asep Setiawan 3 3 2 8 88.89
6 Chairunnisa Nurrahimah 2 2 2 6 66.67
7 Dais Daskiah 2 1 2 5 55.56
8 Dede Imam Muharrom 3 1 2 6 66.67
9 Dinda Assiah Jayanti 3 1 2 6 66.67
10 Farid Abdul Wahid 2 1 2 5 55.56
11 Furi Nurnaila Roza 3 1 2 6 66.67
12 Indah Salisatun Nisa 3 2 2 7 77.78
13 Ismi Septi Istiqomah 3 1 2 6 66.67
14 Kamila Fatimatuzzahra 3 3 2 8 88.89
15 Liya Amaliyah 3 3 2 8 88.89
16 Luthfi Maulana S 3 3 2 8 88.89
17 Miftahul Falah Ali Sundani 3 2 2 7 77.78
18 Muhamad Ilham Ramadhan 2 3 2 7 77.78
19 Muhammad Dzaki Nurhady 3 3 2 8 88.89
20 Nadifatun Nabilah 3 2 2 7 77.78
21 Neng Pipit Sri Mulyani 3 2 2 7 77.78
22 Rifki Nur Rohmat 3 1 2 6 66.67
23 Rima Nur Kamilah 3 3 2 8 88.89
24 Rivania Rachma Fauziah 2 2 2 6 66.67
25 Rizan Shidqie Rabbani 3 2 2 7 77.78
26 Salsabila Rahmi Rusmana 3 3 2 8 88.89
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 3 3 2 8 88.89
28 Sipa Nuraeni 3 2 2 7 77.78
29 Sri Nurhani Latifah 3 1 2 6 66.67
Jumlah 2.222,22
Rata-rata 76,63
Siswa yang mencapai KKM 13
Siswa yang belum mencapai KKM 16
Keterangan:
A = Gerakan awalan short service
57

B = Pelaksanaan gerakan short service


C.= Gerakan akhir short service

Hasil belajar siswa baru mencapai skor 76,63 (dibawah KKM=80),


untuk nilai psikomotorik baru mencapai 13 (44,82%) siswa dari 29 siswa,
sebanyak 16 siswa (55,17%) masih belum mencapai KKM. Apabila
digabungkan nilai kognitif dan psikomotor dalam melakukan short service
pada materi pembelajaran bulutangkis, dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut
ini:
Tabel 4.6
Hasil Penilaian Gabungan Siklus I

Penilaian
Psikomo
No Nama Siswa Kognitif Rata- Mu
torik Ket
rata tu
Skor Nilai Skor Nilai
1 Agnia Salfiah Putri 17 68 6 66.67 67.34 C BT
2 Amanda Syakila Salsabil 22 88 8 88.89 88.45 B T
3 Ana Ianatul Maula 18 72 7 77.78 74.89 C BT
4 Anisah Tanzilul Wafa 20 80 8 88.89 84.45 B T
5 Asep Setiawan 23 92 8 88.89 90.45 B T
6 Chairunnisa Nurrahimah 17 68 6 66.67 67.34 C BT
7 Dais Daskiah 18 72 5 55.56 63.78 C BT
8 Dede Imam Muharrom 17 68 6 66.67 67.34 C BT
9 Dinda Assiah Jayanti 18 72 6 66.67 69.34 C BT
10 Farid Abdul Wahid 16 64 5 55.56 59.78 K BT
11 Furi Nurnaila Roza 17 68 6 66.67 67.34 C BT
12 Indah Salisatun Nisa 20 80 7 77.78 78.89 C BT
13 Ismi Septi Istiqomah 18 72 6 66.67 69.34 C BT
14 Kamila Fatimatuzzahra 23 92 8 88.89 90.45 B T
15 Liya Amaliyah 22 88 8 88.89 88.45 B T
16 Luthfi Maulana S 21 84 8 88.89 86.45 B T
17 Miftahul Falah Ali Sundani 20 80 7 77.78 78.89 C BT
18 Muhamad Ilham Ramadhan 20 80 7 77.78 78.89 C BT
19 Muhammad Dzaki Nurhady 23 92 8 88.89 90.45 B T
20 Nadifatun Nabilah 17 68 7 77.78 72.89 C BT
21 Neng Pipit Sri Mulyani 18 72 7 77.78 74.89 C BT
22 Rifki Nur Rohmat 17 68 6 66.67 67.34 C BT
23 Rima Nur Kamilah 24 96 8 88.89 92.45 B T
24 Rivania Rachma Fauziah 18 72 6 66.67 69.34 C BT
25 Rizan Shidqie Rabbani 21 84 7 77.78 80.89 B T
26 Salsabila Rahmi Rusmana 23 92 8 88.89 90.45 B T
58

Penilaian
Psikomo
No Nama Siswa Kognitif Rata- Mu
torik Ket
rata tu
Skor Nilai Skor Nilai
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 17 68 8 88.89 78.45 C BT
28 Sipa Nuraeni 18 72 7 77.78 74.89 C BT
29 Sri Nurhani Latifah 17 68 6 66.67 67.34 C BT
Jumlah 2240 2222,22 2231,15
Rata-rata 77,24 76,63 76,94
Ketuntasan Tuntas = 10/29x100 = 34,48%
Belum Tuntas = 19/29x100 = 65,52%

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa, pembelajaran pada siklus


I diperoleh nilai pengetahuan dengan rata-rata 77,24 dan nilai psikomotor
rata-rata 76,63. Nilai rata-rata gabungan: 77,24 + 76,63 = 153,87/2 = 76,94.
Hal ini menunjukkan nilai rata-rata untuk hasil belajar short service pada
materi pembelajaran bulutangkis masih dalam kategori cukup (C).
Sedangkan dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan
sekolah yaitu 80, maka yang sudah mencapai KKM atau yang sudah tuntas
sebanyak 34,48% atau 10 siswa. Sisanya 65,52% atau 19 siswa masih belum
tuntas.
Berikut diagram batang yang menunjukkan presentase hasil belajar
dan persentase siswa yang sudah mencapai nilai KKM dan yang belum
mencapai nilai KKM.

100
90 76.94
80
65.52
70
60
50 Siklus I
34.48
40
30
20
10
0
Belum Tuntas Tuntas Hasil Belajar

Gambar 4.1
Diagram Hasil Belajar Siklus I
59

4. Refleksi Siklus I
Refleksi didasarkan pada hasil analisis siklus pembelajaran pertama, baik
hasil analisis secara pembelajaran, hasil analisis aktivitas guru dan siswa serta
analisis hasil belajar siswa. Adapun hal-hal yang menghambat pelaksanaan
pembelajaran dan perlu adanya perbaikan adalah:
a. Ada 3 sampai 5 siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru
b. Hanya ada 1, 2 siswa yang berani mengemukakan pendapat dalam
menjawab pertanyaan dari guru, selebihnya siswa yang lain harus ditunjuk
oleh guru dalam mengemukakan pendapat
c. Pada saat diskusi kelompok ada 1-2 siswa di masing-masing kelompok yang
tidak ikut bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok
d. Guru yang kurang menguasai kelas terbukti adanya 2 sampai 4 siswa yang
berbicara dengan teman saat pembelajaran berlangsung
e. Guru kurang memperhatikan waktu pembelajaran, sehingga sampai
melebihi 20 menit dari jam pelajaran yang ditentukan
f. Hasil belajar short service pada materi pembelajaran bulutangkis sebesar
76,94 dengan kategori cukup (C). Dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 80, maka perlu melakukan tindakan
kembali pada siklus II. Tujuan dari siklus II adalah meningkatkan hasil
belajar dari siklus I dan agar semua siswa dapat memenuhi kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II


Pelaksanaan siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan pembelajaran
yang dimula pada tanggal 14 Desember 2021 dan tanggal 15 Desember 2021
dengan memberikan tes kepada siswa. Pelaksanaan tindakan siklus I yang
dilakukan peneliti bersama guru kolabolator dilakukan dalam 4 (empat) tahapan,
yaitu dengan alur perencanaan (planing), tindakan (acting), observasi
(observasing) dan refleksi (reflekting), secara garis besar pelaksanaan dapat
didiskripsikan sebagai berikut :
60

1. Perencanaan Pembelajaran Siklus II


Pembelajaran siklus II disusun berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi
yang dilakukan pada siklus I masalah yang berhasil diidentifikasi dijadikan
sebagai bahan acuan untuk menyusun rencana pembelajaran siklus kedua. Pada
tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi menyusun rancangan yang akan
dilaksanakan, yaitu : Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
tahap pelaksanaan siklus II.
2. Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan dalam 2x pertemuan
pemberian tindakan, dan 1x pertemuan pemberian tes akhir siklus I untuk
mengukur hasil belajar siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan
selama 2x45 menit atau 2 jam pelajaran dengan indikator memahami teknik
dasar short service permainan bulu tangkis. Berikut ini mengimplementasikan
dari rancangan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti yaitu guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran PJOK dengan model Discovery
Learning.
Pertemuan I pada pembelajaran siklus II dilaksanakan hari Selasa,
tanggal 14 Desember 2021, pukul 08.00 WIB s/d 09.30 WIB. Materi yang akan
disampaikan dengan indikator memahami teknik dasar short service permainan
bulu tangkis . Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pertemuan I pada
siklus II dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap
akhir, adapun RPP terlampir.
Pertemuan II pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15
Desember 2021 jam ke 1-2 pukul 07.30 WIB – 09.30 WIB. Materi yang
disampaikan adalah memahami teknik dasar short service permainan bulu
tangkis. Pada pertemuan ini guru mengulas materi pada pertemuan I dan guru
mengadakan tes untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa.
Tahap ini mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan dan absensi.
b. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
61

Kompetensi Dasar : Menganalisis keterampilan gerak salah satu


permainan bola kecil serta menyusun rencana
perbaikan
Indikator : Memahami teknik dasar short service permainan bulu
tangkis.
c. Menyiapkan lembar-lembar observasi yang memuat aspek-aspek
pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning.
d. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung
kegiatan pembelajaran dengan model Discovery Learning.
e. Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan soal evaluasi yang
akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
3. Hasil Observasi Siklus II
Tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus II,
yakni melihat apakah pelaksanaan pembelajaran dengan model Discovery
Learning telah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat dan
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi dilaksanakan
menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer dan peneliti.
Pelaksanaan observasi difokuskan pada aktivitas guru dalam membuat rencana
dan melaksanakan pembelajaran, aktivitas siswa dalam belajar dan hasil pos
tes, serta refleksi siklus kedua.
a. Data hasil Observasi Siklus II
Hasil observasi rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II
bersumber pada hasil observasi rencana pembelajaran terdapat pada tabel
4.7. berikut.
Tabel 4.7
Data Hasil Observasi Siklus II
Kelas : XI IPS-1
Observer :
No Kegiatan Deskripsi Observasi
 Guru melakukan pembukaan dengan salam pembuka,
memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa
1 Pendahuluan
untuk memulai pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin
62

No Kegiatan Deskripsi Observasi


 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik
dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
 Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan
bertanya.
 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan.
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari.
 Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik
dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka
peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang
materi teknik, kesalahan dan perbaikan saat melakukan
short service
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan
yang berlangsung
2 Inti  Mengamati
Peserta didik diberi motivasi untuk memusatkan
perhatian pada topik materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service dengan cara
mengamati contoh-contoh melakukan short service
untuk dapat dikembangkan peserta didik
 Menanya
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan
dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya mengajukan
pertanyaan tentang materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service
 Mengumpulkan Informasi / Mencoba
- Peserta didik mengumpulkan informasi yang
relevan untuk menjawab pertanyan yang telah
diidentifikasi melalui kegiatan mengamati dengan
seksama materi teknik, kesalahan dan perbaikan
saat melakukan short service yang sedang dipelajari
dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang
disajikan dan mencoba menginterprestasikannya
 Menalar / Mengasosiasi
- Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas contoh dalam buku paket mengenai
materi teknik, kesalahan dan perbaikan saat
melakukan short service
63

No Kegiatan Deskripsi Observasi


 Mengkomunikasikan
- Mencatat semua informasi tentang materi teknik,
kesalahan dan perbaikan saat melakukan short
service yang telah diperoleh pada buku catatan
dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
 Mengolah Data
- Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi
mengolah data hasil pengamatan dengan cara
berdiskusi tentang data dari materi teknik,
kesalahan dan perbaikan saat melakukan short
service
- Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai
materi teknik, kesalahan dan perbaikan saat
melakukan short service
 Pembuktian
- Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan
data-data atau teori pada buku sumber melalui
kegiatan menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang
materi materi teknik, kesalahan dan perbaikan saat
melakukan short service
- Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan
oleh peserta didik
 Menarik Kesimpulan
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan:
- Menyampaikan hasil diskusi tentang materi teknik,
kesalahan dan perbaikan saat melakukan short
service berupa kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan sopan
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal tentang materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service
- Mengemukakan pendapat atas presentasi yang
64

No Kegiatan Deskripsi Observasi


dilakukan tentanag materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
- Bertanya atas presentasi tentang materi teknik,
kesalahan dan perbaikan saat melakukan short
service yang dilakukan dan peserta didik lain diberi
kesempatan untuk menjawabnya
- Selama pembelajaran materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service
berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme,
disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur,
tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa
ingin tahu, peduli lingkungan
3. Penutup  Peserta didik
- Membuat rangkuman/simpulan pelajaran tentang
point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.
- Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
 Guru
- Menyampaiakan kegiatan tindak lanjut
- Menarik kesimpulan setelah selesai pembelajaran
- Peserta didik menerima informasi dari guru tentang
materi untuk pertemuan berikutnya.
- Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa
dan memberi salam.

Pada pembelajaran siklus II, guru berhasil menguasai kelas terbukti


banyak siswa yang memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung. Guru
menguasai materi ajar dengan baik. Waktu pembelajaran sudah tidak
melebihi batas minimal yang telah ditentukan atau sudah sesuai dengan
yang direncanakan. Sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II
dengan penggunaan model Discovery Learning menunjukkan bahwa saat
pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang sudah memperhatikan
penjelasan guru namun ada tiga siswa yang kurang memperhatikan. Terjadi
peningkatan keaktifan siswa dibanding pada siklus I, jumlah siswa yang
bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat. Pada saat diskusi
kelompok semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
kompak.
65

Di akhir siklus II, guru mengadakan post test untuk mengukur


tingkat kemampuan siswa terhadap materi setelah menggunakan model
Discovery Learning.
b. Data hasil Penilaian Pengetahuan
Sesuai dengan RPP yang sudah disusun, penilaian pengetahuan, soal
teori yang diberikan kepada siswa terdiri dari 5 soal yaitu:
Fakta
1) Sebutkan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu tangkis!
Konsep
2) Jelaskan berbagai cara memegang raket permainan bulu tangkis!
3) Jelaskan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu tangkis!
Prosedur
4) Jelaskan cara melakukan berbagai cara memegang raket permainan bulu
tangkis!
5) Jelaskan cara melakukan berbagai gerak spesifik short service permainan
bulu tangkis!
Dari ke lima soal yang diberikan, kriteria skor jawaban tiap soal
adalah sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 4.8:
Tabel 4.8
Kriteria Skor Jawaban Pengetahuan Siklus II

No Soal Nilai Skor Indikator


Skor 5 jika jawaban lengkap
Skor 4 jika siswa mampu menjawab empat
jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 3 jika siswa mampu menjawab tiga
1, 2, 3, 4, 5 jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 2 jika siswa mampu menjawab dua
jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 1 jika siswa mampu menjawab satu
jawaban dari lima jawaban seharusnya.

Skor maksimum: 25
Skor perolehan siswa: SP
Nilai yang diperoleh siswa: SP/25 X 100
66

Jumlah Skor yang Diperoleh


Penilaian Pengetahuan  x100
Jumlah Skor Maksimal (25)

Pada siklus II ini masih manggunakan tes tulis (essay) dalam bentuk
LKPD, dengan soal yang sama dengan siklus I. Adapun hasil belajar siswa
setelah penerapan model discovery learning pada materi short service di
Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9
Hasil Penilaian Pengetahuan Siklus II

Penilaian
No Nama Siswa Nilai
Proses
1 Agnia Salfiah Putri 20 80
2 Amanda Syakila Salsabil 23 92
3 Ana Ianatul Maula 21 84
4 Anisah Tanzilul Wafa 22 88
5 Asep Setiawan 24 96
6 Chairunnisa Nurrahimah 19 76
7 Dais Daskiah 19 76
8 Dede Imam Muharrom 19 76
9 Dinda Assiah Jayanti 21 84
10 Farid Abdul Wahid 20 80
11 Furi Nurnaila Roza 19 76
12 Indah Salisatun Nisa 22 88
13 Ismi Septi Istiqomah 21 84
14 Kamila Fatimatuzzahra 24 96
15 Liya Amaliyah 24 96
16 Luthfi Maulana S 24 96
17 Miftahul Falah Ali Sundani 22 88
18 Muhamad Ilham Ramadhan 23 92
19 Muhammad Dzaki Nurhady 24 96
20 Nadifatun Nabilah 20 80
21 Neng Pipit Sri Mulyani 20 80
22 Rifki Nur Rohmat 19 76
23 Rima Nur Kamilah 24 96
24 Rivania Rachma Fauziah 20 80
25 Rizan Shidqie Rabbani 23 92
26 Salsabila Rahmi Rusmana 24 96
67

Penilaian
No Nama Siswa Nilai
Proses
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 20 80
28 Sipa Nuraeni 20 80
29 Sri Nurhani Latifah 20 80
Jumlah 2.484
Rata-rata 85,65
Siswa yang mencapai KKM 24
Siswa yang belum mencapai KKM 5

Berdasarkan pada tabel 4.9 di atas, rata-rata nilai belajar siswa


sebesar 85,65 dengan demikian hasil belajar siswa dikategorikan sangat baik
dan secara keseluruhan siswa telah memenuhi KKM yang telah ditetapkan
yaitu 80. Namun masih ada siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5
(17,24%) siswa kurang dari KKM, sedangkan 24 (82,76%) siswa telah
memenuhi KKM. Berdasarkan data tentang perbandingan nilai siklus I
sebesar 77,24 dan siklus II sebesar 85,65, menunjukan adanya peningkatan
sebesar 8,41%. Hal ini berarti menunjukkan pembelajaran tidak perlu
adanya perbaikan dalam pembelajaran pada siklus selanjutnya, karena
secara keseluruhan telah memenuhi KKM yang ditetapkan sebesar 80.
c. Data Hasil Penilaian Keterampilan
Penilaian proses pelaksanaan gerakan short service pada materi
pembelajaran bulutangkis dilakukan berdasarkan kepada evaluasi yang
terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Tabel 4.10
Kriteria Penilaian Keterampilan Siklus II

Hasil Penilaian
No Indikator Penilaian Baik Cukup Kurang
(3) (2) (1)
1 Sikap awalan melakukan gerakan
Sikap pelaksanaan melakukan
2
gerakan
3 Sikap akhir melakukan gerakan
Skor Maksimal (9)
68

1) Penskoran
a) Sikap awalan melakukan gerakan
Skor baik jika:
(1) pandangan mata ke arah datangnya bola.
(2) badan sedikit dicondongkan ke depan dan berat badan terletak di
antara kedua kaki.
(3) lutut ditekuk, badan condong ke depan dan jaga keseimbangan.
Skor Cukup jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
b) Sikap pelaksanaan melakukan gerakan
Skor baik jika:
(1) pandangan mata ke arah lajunya bola
(2) badan sedikit dicondongkan ke depan dan beratnya terletak di
antara dua kaki.
(3) kedua lengan diayun kearah depan, sehingga arah gerak
shuttlecock membentuk lintasan lurus.
(4) salah satu kaki kemudian kedua tungkai diluruskan hingga kaki
jingjit bersamaan dengan memukul shuttlecock..
Skor Cukup jika : hanya tiga kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu sampai dua kriteria yang dilakukan
secara benar.
c) Sikap akhir melakukan gerakan
Skor baik jika:
(1) badan sedikit dicondongkan ke depan dan beratnya terletak di
antara kedua kaki.
(2) kedua telapak tangan beraga di depan menghadap ke bawah
dengan lengan diluruskan ke depan secara rileks.
(3) kedua tungkai sedikit ditekuk dengan lutut tetap menghadap ke
depan dan di buka selebar bahu.
Skor Cukup jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
69

2) Pengolahan skor
Skor maksimum: 9
Skor perolehan siswa: SP
Nilai keterampilan yang diperoleh siswa: SP/9 X 100
total skor perolehan
Nilai   100
total skor maksimum
Hasil penilaian proses keterampilan short service pada materi
pembelajaran bulutangkis siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11. sebagai
berikut:
Tabel 4.11
Hasil Penilaian Keterampilan Short Service
Siklus II

Penilaian Proses
No Nama Siswa Jml Nilai
A B C
1 Agnia Salfiah Putri 3 3 2 8 88.89
2 Amanda Syakila Salsabil 3 3 3 9 100
3 Ana Ianatul Maula 3 3 2 8 88.89
4 Anisah Tanzilul Wafa 3 3 2 8 88.89
5 Asep Setiawan 3 3 2 8 88.89
6 Chairunnisa Nurrahimah 3 2 2 7 77.78
7 Dais Daskiah 3 2 2 7 77.78
8 Dede Imam Muharrom 3 2 2 7 77.78
9 Dinda Assiah Jayanti 3 3 2 8 88.89
10 Farid Abdul Wahid 3 2 3 8 88.89
11 Furi Nurnaila Roza 3 2 2 7 77.78
12 Indah Salisatun Nisa 3 3 2 8 88.89
13 Ismi Septi Istiqomah 3 2 3 8 88.89
14 Kamila Fatimatuzzahra 3 3 2 8 88.89
15 Liya Amaliyah 3 3 2 8 88.89
16 Luthfi Maulana S 3 3 2 8 88.89
17 Miftahul Falah Ali Sundani 3 3 2 8 88.89
18 Muhamad Ilham Ramadhan 3 3 2 8 88.89
19 Muhammad Dzaki Nurhady 3 3 2 8 88.89
20 Nadifatun Nabilah 3 3 2 8 88.89
21 Neng Pipit Sri Mulyani 3 3 2 8 88.89
22 Rifki Nur Rohmat 3 2 2 7 77.78
70

Penilaian Proses
No Nama Siswa Jml Nilai
A B C
23 Rima Nur Kamilah 3 3 2 8 88.89
24 Rivania Rachma Fauziah 3 2 3 8 88.89
25 Rizan Shidqie Rabbani 3 2 3 8 88.89
26 Salsabila Rahmi Rusmana 3 3 2 8 88.89
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 3 3 2 8 88.89
28 Sipa Nuraeni 3 2 3 8 88.89
29 Sri Nurhani Latifah 3 3 2 8 88.89
Jumlah 2.533,33
Rata-rata 87,36
Siswa yang mencapai KKM 24
Siswa yang belum mencapai KKM 5
Keterangan:
A = Gerakan awalan short service
B = Pelaksanaan gerakan short service
C.= Gerakan akhir short service

Hasil penilaian keterampilan short service siklus II sebesar 87,36


telah memenuhi KKM yang ditetapkan sebesar 80. Namun masih ada siswa
yang belum mencapai KKM yaitu 5 (17,24%) siswa dan sebanyak 24 siswa
(82,76%) telah mencapai KKM. Apabila digabungkan nilai kognitif dan
psikomotor dalam melakukan short service, dapat dilihat pada tabel 4.12.
berikut ini:
Tabel 4.12
Hasil Penilaian Gabungan Siklus II

Penilaian
Psikomo
No Nama Siswa Kognitif Rata- Mu
torik Ket
rata tu
Skor Nilai Skor Nilai
1 Agnia Salfiah Putri 20 80 8 88.89 84.45 B T
2 Amanda Syakila Salsabil 23 92 9 100 96.00 B T
3 Ana Ianatul Maula 21 84 8 88.89 86.45 B T
4 Anisah Tanzilul Wafa 22 88 8 88.89 88.45 B T
5 Asep Setiawan 24 96 8 88.89 92.45 B T
6 Chairunnisa Nurrahimah 19 76 7 77.78 76.89 C BT
7 Dais Daskiah 19 76 7 77.78 76.89 C BT
8 Dede Imam Muharrom 19 76 7 77.78 76.89 C BT
9 Dinda Assiah Jayanti 21 84 8 88.89 86.45 B T
71

Penilaian
Psikomo
No Nama Siswa Kognitif Rata- Mu
torik Ket
rata tu
Skor Nilai Skor Nilai
10 Farid Abdul Wahid 20 80 8 88.89 84.45 B T
11 Furi Nurnaila Roza 19 76 7 77.78 76.89 B T
12 Indah Salisatun Nisa 22 88 8 88.89 88.45 B T
13 Ismi Septi Istiqomah 21 84 8 88.89 86.45 B T
14 Kamila Fatimatuzzahra 24 96 8 88.89 92.45 B T
15 Liya Amaliyah 24 96 8 88.89 92.45 B T
16 Luthfi Maulana S 24 96 8 88.89 92.45 B T
17 Miftahul Falah Ali Sundani 22 88 8 88.89 88.45 B T
18 Muhamad Ilham Ramadhan 23 92 8 88.89 90.45 B T
19 Muhammad Dzaki Nurhady 24 96 8 88.89 92.45 B T
20 Nadifatun Nabilah 20 80 8 88.89 84.45 B T
21 Neng Pipit Sri Mulyani 20 80 8 88.89 84.45 B T
22 Rifki Nur Rohmat 19 76 7 77.78 76.89 C BT
23 Rima Nur Kamilah 24 96 8 88.89 92.45 B T
24 Rivania Rachma Fauziah 20 80 8 88.89 84.45 B T
25 Rizan Shidqie Rabbani 23 92 8 88.89 90.45 B T
26 Salsabila Rahmi Rusmana 24 96 8 88.89 92.45 B T
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 20 80 8 88.89 84.45 B T
28 Sipa Nuraeni 20 80 8 88.89 84.45 B T
29 Sri Nurhani Latifah 20 80 8 88.89 84.45 B T
Jumlah 2484 2533,33 2508,69
Rata-rata 85,65 87,36 86,52
Ketuntasan Tuntas = 24/29x100 = 17,24%
Belum Tuntas = 5/29x100 = 82,76%

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa, pembelajaran pada


siklus II diperoleh nilai pengetahuan dengan rata-rata 85,65 dan nilai
psikomotor rata-rata 87,36. Nilai rata-rata gabungan: 85,65 + 87,36 =
173,01/2 = 86,51. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata untuk hasil belajar
short service pada materi pembelajaran bulutangkis masih dalam kategori
baik (B). Sedangkan dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
ditetapkan sekolah yaitu 80, maka yang sudah mencapai KKM atau yang
sudah tuntas sebanyak 24 (82,76%) siswa. Sisanya 17,24% atau 19 siswa
masih belum tuntas.
72

Berikut diagram batang yang menunjukkan presentase hasil belajar


dan persentase siswa yang sudah mencapai nilai KKM dan yang belum
mencapai nilai KKM.

100 86.51
90 82.76
80
70
60
50 Siklus II
40
30 17.24
20
10
0
Belum Tuntas Tuntas Hasil Belajar

Gambar 4.2
Diagram Hasil Belajar Siklus II

4. Refleksi Siklus II
Setelah data diperoleh dari hasil observasi terhadap rencana
pembelajaran, aktivitas guru dalam pembelajaran, aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siklus II, maka pada akhir
pembelajaran siklus kedua diadakan refleksi dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Adapun hal-hal yang menghambat pelaksanaan pembelajaran dan perlu
adanya perbaikan adalah:
1. Sebagian besar siswa sebanyak 27 orang memperhatikan penjelasan guru,
namun ada 2 orang siswa yang kurang memperhatikan guru.
2. Dari jumlah siswa 29 orang, sebagian besar siswa sebanyak 25 siswa sudah
berani bertanya dan mengemukakan pendapat dalam berdiskusi.
3. Pada saat diskusi kelompok dari jumlah siswa 29 orang, hanya 25 siswa
yang ikut bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok
Hasil penelitian secara keseluruhan pada pembelajaran siklus II
menunjukkan adanya peningkatan terhadap aktifitas pembelajaran sesuai
dengan model Discovery Learning yang dilihat melalui hasil observasi guru
73

dan siswa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar siswa yang dilihat melalui hasil posttest di setiap akhir siklus. Nilai
rata-rata yang diperoleh pada tiap siklus semakin meningkat, dengan demikian
artinya indikator keberhasilan telah tercapai. Selain itu siswa juga merasa
senang dalam mengikuti pembelajaran PJOK menggunakan model Discovery
Learning.
Adapun grafik perbandingan hasil penelitian pada siklus I dan II,
sebagai berikut:

100
86.51
90
76.94
80
70
60
50 Hasil Belajar
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II

Gambar 4.3
Diagram Perbandingan Hasil Pelaksanaan Siklus I dan II

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perencanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi short service melalui penerapan model discovery learning di
Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut sudah sesuai dengan kaidah kurikulum
2013 terdiri dari kompetensi inti, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, materi
pokok, langkah-langkah pembelajaran, metode, media dan sumber, dan prosedur
penilaian dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
74

Sebagaimana menurut Hidayat, “Perencanaan adalah proses penyusunan


berbagai keputusan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan
pembelajaran yang telah ditetapkan yang akan dilaksanakan guru untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan” (2011, hlm. 15).
Kaitannya dengan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi short service melalui penerapan model discovery learning,
perencanaan yang diteliti terfokus kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan,
Rencana pembelajaran yang disusun untuk pelaksanaan siklus I sebagian
besar telah memenuhi standar yang diharapkan, seperti diuraikan pada bagian
analisis data hasil penelitian. Sedangkan rencana pembelajaran siklus II dengan
kategori sangat baik. Aspek yang dijadikan standar penilaian dalam penggunaan
model Discovery Learning sudah dicapai oleh guru, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran siklus II.
Berdasarkan pembahasan di atas, bahwa salah satu faktor meningkatnya
hasil belajar siswa dengan penerapan model discovery learning pada materi short
service di Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut dengan adanya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun telah memenuhi standar yang
ditetapkan berdasarkan Kurikulum 2013.

4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran


Pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus dilaksanakan dua pertemuan
dengan alokasi waktu setiap pertemuan selama 2 x 45 menit, pada pelaksanaan
pembelajaran setiap siklus ini guru bersama dengan observer bekolaborasi
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Dalam penelitian ini setiap pembelajaran
digunakan soal dan lembar observasi untuk mengukur hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran PJOK dengan menggunakan model pembelajran
Discovery Learning. Proses pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi short service melalui penerapan model discovery
learning di Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut, merupakan wujud dari
75

pembelajaran autentik, jelas mudah dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Menurut Hosnan, “Model Discovery Learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar aktif dengan menamakan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan”
(2014, hlm. 282). Sedangkan Kurniasih mengemukakan, “Model Discovery
Learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan
dalam bentuk final, tetapi siswa diharapkan dapat mengorganisasikan sendiri”
(2014, hlm. 64).
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ada 3 sampai 5 siswa
yang kurang memperhatikan penjelasan guru, hanya ada 1, 2 siswa yang berani
mengemukakan pendapat dalam menjawab pertanyaan dari guru, selebihnya siswa
yang lain harus ditunjuk oleh guru dalam mengemukakan pendapat. Pada saat
diskusi kelompok ada 1-2 siswa di masing-masing kelompok yang tidak ikut
bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok. Sedangkan pada siklus II, ada 2
orang siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, sebagian besar siswa
sudah berani bertanya dan mengemukakan pendapat dalam berdiskusi. Pada saat
diskusi kelompok hanya 1 siswa yang ikut bekerja sama dalam mengerjakan tugas
kelompok.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran di atas, bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model discovery learning yang mengacu kepada RPP dan
sesuai kaidah kurikulum 2013 dengan langkah-langkah pembelajaran terdiri dari:
Kegiatan awal, dimana guru menyampaikan tahapan kegiatan mengenai cakupan
materi short service serta tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Kegiatan inti,
guru menyampaikan materi tentang memahami teknik dasar short service
permainan bulu tangkis, dan guru membagi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 5-6 orang, guru bersama siswa bertanya jawab tentang materi short service
yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi). Pada kegiatan
akhir, siswa beserta guru bersama-sama menarik kesimpulan tentang materi short
service, siswa diberikan tes tertulis dalam bentuk LKPD, dan guru melakukan
penilaian hasil belajar.
76

Secara keseluruhan diketahui bahwasanya pada siklus I kemampuan guru


dalam mengajar berdasarkan model Discovery Learning diperoleh dengan
kategori baik. Sedangkan pada siklus II kemampuan guru dalam mengajar dengan
kategori sangat baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa dalam
melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan model Discovery Learning pada
siklus I dengan kategori baik, sedangkan pada siklus kedua dengan kategori
sangat baik.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Budiningsih, “Model
Discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery dapat terjadi
jika siswa terlibat, terutama pada penggunaan proses mental siswa untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip” (2011, hlm. 29).

4.2.3 Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar siswa dengan penerapan model discovery learning pada
materi short service di Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut, mulai dari pra
siklus, siklus I sampai ke siklus II siswa mengalami peningkatan yang sangat baik.
Nilai rata-rata yang diperoleh pada tiap siklus meningkat, artinya indikator
keberhasilan telah tercapai. Selain itu siswa juga merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran PJOK menggunakan model Discovery Learning.
Benyamin Bloom dalam Dimyati Mudjiono, “hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang meliputi tiga ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik” (2013, hlm. 6). Proses pengajaran yang optimal
memungkinkan hasil belajar yang optimal pula, semakin besar usaha untuk
menciptakan kondisi proses pengajaran yang baik, maka semakin tinggi pula hasil
dari pengajaran tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa adanya
peningkatan dilihat dari hasil post test di setiap akhir siklus. Dari hasil penlaian
hasil belajar short service pada materi pembelajaran bulutangkis pada siklus I
sebesar 76,94 dengan kategori cukup (C). Dilihat dari Kriteria Ketuntasan
77

Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 80, maka perlu melakukan
tindakan kembali pada siklus II. Sedangkan pembelajaran pada siklus II diperoleh
nilai pengetahuan dengan rata-rata 86,51 dengan kategori baik (B). Hal ini
menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar short service pada materi pembelajaran
bulutangkis mengalami peningkatan sebesar 9,57%.
Dengan demikian hasil penelitian secara keseluruhan pada pembelajaran
menunjukkan adanya peningkatan terhadap aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan model Discovery Learning yang dilihat melalui hasil observasi
RPP, guru dan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis tindakan dalam
penelitian ini dapat diterima, penerapan model discovery learning ini efektif
sesuai indikator yang diharapkan tercapai dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi short service mata pelajaran PJOK di Kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14
Garut maka model discovery learning diharapkan dapat dipakai untuk dikelas-
kelas yang lain.
78

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan hasil penelitian
mengenai penerapan model discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar
short service pada materi pembelajaran bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA
Negeri 14 Garut, adalah sebagai barikut : Pembelajaran dengan menerapkan
model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar short service pada
materi pembelajaran bulutangkis di kelas XI IPS-1 SMA Negeri 14 Garut.

1.2 Saran
Sesuai dengan simpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat
diungkapkan pada bagian ini. Saran-saran dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Meningkatkan profesionalisme, yaitu dengan mengembangkan strategi
dalam mengajar, sehingga penggunaan metode/strategi/model yang sesuai
dan inovatif akan menjadikan proses belajar mengajar lebih menarik dan
siswa tidak bosan.
b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik dan matang.
Sehingga berpengaruh pada pembelajaran dan hasil belajar yang
maksimal.
c. Lebih kretif dan inovatif dalam proses pembelajaran terutama
pembelajaran PJOK.
2. Bagi Siswa
a. Berusaha untuk aktif dalam setiap mengikuti pembelajaran khususnya
pembelajaran PJOK.
b. Dapat memotivasi diri sendiri dan juga teman untuk lebih meningkatkan
prestasi belajar.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dan
mendukung kegiatan belajar mengajar agar prestasi belajar siswa
meningkat.

78
79

b. Sekolah berperan aktif dalam mengikutsertakan siswa dalam mengikuti


setiap kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran PJOK agar siswa
lebih bersemangat belajar.
c. Mengadakan pembinaan bagi para guru agar menambah wawasan seperti
penataran guru atau workshop sehingga diharapkan menjadi guru yang
profesional dan dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada
peserta didik.
80

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdullah, Arma dan Manaji, Agus. (1994). Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani.


Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Abdullah, Ridwan. (2015) Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum


2013. Jakarta:Bumi Aksara.

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung: PT Refika Aditama.

Agus S. Suryobroto. (2004). Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani:


Universitas Negeri Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan

Ahmad, Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Ahmadi, Abu. (2014). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Anas Sudijono. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja.


Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Bina Aksara.

Asis Saefuddin dan Ika Berdiati. (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Badminton World Federation. (2017). BWF Handbook II (Laws of Badminton &


Regulations). Kuala Lumpur, Malaysia: Badminton World Federation.

Dalyono. (2012). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta

Depdikbud. (1979). Permainan dan Metodik. Bandung: Remadja Karya Offset.

Dimyati, Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Grice, Tony. (2007). Bulutangkis Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hepworth, M., & Walton, G. L. (2009). Teaching Information Literacy For


Inquiry-Based Learning. Cambridge: Chandos Publishing Oxford.

80
81

Hidayat, Cucu dan Nanang Kusnadi. 2008 Belajar Bermain Bulutangkis.


Tasikmalaya: Unsil

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Johnson, M. L. (1984) Bimbingan Bermain Bulutangkis. Jakarta: PT. Mitra


Sumber Widya.

Jumali, M. dkk. (2008). Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah


University Press.

Kasbolah, Kasiani. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Kidman, G., and Casinader, N. (2017). Inquiry-Based Teaching and Learning


across Disciplines: Comparative Theory and Practice in Schools (1
ed.). Palgrave Macmillan UK.

Manik, Yuni Mariani dan Darwin Bangun. (2007) Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif…. Jurnal Equilibrium, Vol. 7, No. 2.

Poole, James. (2011). Belajar Bulutangkis. Bandung : CV. Pionir Jaya.

Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyan, Tabrani. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo

Sagala, Syaidul. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Santrock J. W. (2017). Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT


Rajagrafindo.

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Subarjah, Herman. (2014) Permainan Bulutangkis. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia.

Sugiarto, Icuk. (2002). Total Badminton. Solo: CV. Setyaki Eka Anugrah.

Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kualitatif,


Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
82

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


CV. Alfabeta.

Suherman. (2018). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan: Edisi Revisi


2018. Jakarta: Kemendikbud.

Sukadiyanto. (2010). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung:


CV. Lubuk Agung.

Suprijono. (2011). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Supriyadi (2018). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:


Kemendikbud

Surya, Muhamad. (2014). Metode Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Belajar.

Syah, Muhibbin. (2016). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tohar, M. (1992). Olahraga Plihan Bulutangkis. Jakarta: Universitas Terbuka


Depdikbud

Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan


Kontekstual. Surabaya: Kencana.

JURNAL

Bihrer, A., Bruhn, S., & Fritz, F. (2019). Inquiry – Based Learning In History In
Inquiry – Based Learning. Undergraduate Research: The German
Multidisciplinary Experience. Journal of Science Education, Vol. 17
No. 9, ISBN: 978-3-030-14222-3

Constantinou, C. P., Tsivitanidou, O. E., dan Rybska, E. (2018). Professional


Development for Inquiry-Based Science Teaching and Learning.
International Journal of Science Education, Vol. 36, No. 16, 2719–
2749.

Fauziyah, D. (2015). Penerapan Strategi Pembelajaran Inquiry Pada Mata


Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Pasar. Prosiding Seminar Nasional.
49–59.

Fitri, J., Ningsih, K., dan Yeni, L. F. (2016). Studi Komparasi Model Discovery
Learning Dan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Ekosistem. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol. 5
No. 12.
83

Minner, D. D., Levy, A. J., & Century, J. (2010). Inquiry‐based science


instruction—what is it and does it matter? Results from a research
synthesis years 1984 to 2002. Journal of Research in Science Teaching:
The Official Journal of the National Association for Research in
Science Teaching, Vol. 47, No. 4, 474–496

Qomarrullah, Rif’iy. 2014. Model Aktivitas Belajar Gerak Berbasis Permainan


Sebagai Materi Ajar Pendidikan Jasmani (Penelitian Pengembangan
Pada Siswa Kelas I Sekolah Dasar). Indonesian Journal of Sports
Science Vol. 1 No. 1: 76–88.

Saryono dan Rithaudin, Ahmad. (2011). Metasintesis Pengaruh Pembelajaran


Pendekatan Taktik (TGFU) Terhadap Pengembangan Aspek Kognitif
Siswa dalam Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani
Indonesia, Vol. 8, No. 2: 144-151.

Smallhorn, M., dkk. (2015). Inquiry Based Learning to improve Student


Engagement in a Large First Year Topic. Journal Student Succes. Vol.
6, No. 2, 65-71.

Suriyati. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIB SMP
Negeri I Kota Ternate Melalui Metode Tutor Sebaya Pada Materi
Klasifikasi Mahluk Hidup. Jurnal Penelitian Guru Bijak Online Vol. 1,
No. 1, ISSN 2512-5869

Tompo, B., Ahmad, A., dan Muris, M. (2016). The development of discovery-
inquiry learning model to reduce the science misconceptions of junior
high school students. International Journal of Environmental and
Science Education, Vol. 11 No. 12, ISSN 5676–5686.

Utama, A. M. Bandi. (2011). Pembentukan Karakter Anak Melalui Aktivitas


Bermain Dalam Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani
Indonesia, Vol. 8, No. 1, 1-9.

Walker, C. L., & Shore, B. M. (2015). Understanding classroom roles in inquiry


education: Linking role theory and social constructivism to the concept
of role diversification. Journal SAGE Open, Vol. 5 No. 4,
215824401560758. doi: 10.1177/2158244015607584
84

LAMPIRAN-LAMPIRAN
85

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMAN 14 Garut


Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester : XI / Ganjil
Materi Pokok : Bulutangkis
Alokasi Waktu : 2 Minggu x 2 Jam Pelajaran @45 Menit

A. Kompetensi Inti
 KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung
jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai
dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional”.
 KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
 KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Menganalisis 3.2.1 Siswa menganalisis tentang teknik
keterampilan gerak keterampilan gerak permainan
salah satu permainan bulutangkis (teknik gerak servis
bola kecil serta dan teknik gerak pukulan).
menyusun rencana 3.2.2 Siswa mengelompokkan macam-
perbaikan *) macam servis dan pukulan pada
permainan bulutangkis.
4.2 Mempraktikkan hasil 4.2.1 Siswa mempraktikkan teknik gerak
analisis keterampilan servis dalam permainan
gerak salah satu bulutangkis.
permainan bola kecil 4.2.2 Siswa mempraktikkan teknik gerak
serta menyusun pukulan dalam permainan
rencana perbaikan *) bulutangkis.
86

Kompetensi Dasar Indikator


4.2.3 Siswa mempraktikkan teknik dasar
servis dan pukulan pada permainan
bulutangkis

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan:
1. Siswa mampu menganalisis tentang teknik keterampilan gerak permainan
bulu tangkis teknik gerak servis (pendek, panjang dan flik) dan teknik
gerak pukulan (back hand, fore hand, lob dropshoot dan smash) pada
permainan bulutangkis.
2. Siswa mampu mengelompokkan macam-macam servis (pendek, panjang
dan flik) dan teknik gerak pukulan (back hand, fore hand, lob, dropshoot
dan smash) pada permainan bulutangkis.
3. Siswa mampu mendemonstrasikan teknik gerak servis (pendek, panjang
dan flik) dalam permainan bulutangkis
4. Siswa mampu mendemonstrasikan teknik gerak pukulan (back hand, fore
hand, lob, dropshoot dan smash) dalam permainan bulutangkis
5. Siswa mampu mempraktikkan teknik dasar servis dan macam-macam
pukulan pada permainan bulutangkis

D. Materi Pembelajaran
Bulutangkis:
1. Teknik gerak servis
a. Servis panjang
b. Servis pendek
c. Servis flik/kejut
2. Teknik gerak pukulan
a. Pukulan backhand
b. Pukulan forehand
c. Pukulan Lob
d. Pukulan dropshoot
e. Pukulan Smash

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik Learning
2. Model : Discovery Learning
3. Metode : Demonstrasi, Bertahap (Part-Whole), dan Penugasan

F. Media Pembelajaran
1. Media:
a. Gambar gerak memegang raket, servis forehand dan backhand,
memukul forehand dan backhand, dan variasi gerak memegang raket
dan memukul forehand dan backhand permainan bulu tangkis.
87

b. Video pembelajaran gerak memegang raket, servis forehand dan


backhand, memukul forehand dan backhand, dan variasi gerak
memegang raket dan memukul forehand dan backhand permainan bulu
tangkis.
c. Model siswa atau guru yang memperagakan gerak memegang raket,
servis forehand dan backhand, memukul forehand dan backhand, dan
variasi gerak memegang raket dan memukul forehand dan backhand
permainan bulu tangkis.
2. Alat dan Bahan:
a. Raket bulu tangkis atau raket sejenisnya (terbuat dari kayu, dll).
b. Shuttlecock Lapangan permainan bulu tangkis atau lapangan
sejenisnya (halaman sekolah).
c. Net/jaring bulu tangkis
d. Peluit dan Stopwatch.
e. Panduan Pembelajaran Siswa.

G. Sumber Belajar
Buku Siswa Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan kelas XI, Buku
PJOK lain yang relevan, internet, narasumber, lingkungan sekitar, dan sumber
lain yang relevan

H. Langkah-Langkah Pembelajaran

Alokasi
Tahap/Sintaks Langkah-langkah Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan
Pendahuluan 1. Orientasi: Melakukan pembukaan dengan 15 menit
salam dan berdoa, memeriksa kehadiran peserta
didik di grup kelas sebagai sikap disiplin.
2. Apersepsi: Mengaitkan materi pembelajaran
yang akan dilakukan dengan pengalaman
peserta didik terhadap materi sebelumnya,
mengingatkan kembali materi dengan bertanya,
mengajukan pertanyaan yang terkait dengan
materi yang akan diajarkan.
3. Motivasi: Memberikan gambaran tentang
manfaat mempelajari materi teknik dasar (teknik
servis dan pukulan) pada permainan
bulutangkis dalam kehidupan sehari-hari,
apabila materi ini dikerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh, maka peserta didik
diharapkan dapat menjelaskan tentang materi
teknik dasar permainan bulutangkis,
menyampaikan tujuan pembelajaran pada
pertemuan yang berlangsung, dan mengajukan
pertanyaan stimulus secara interaktif.
88

Alokasi
Tahap/Sintaks Langkah-langkah Pembelajaran
Waktu
4. Pemberian Acuan: Memberitahukan materi
pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan
yang sedang berlangsung, memberitahukan
tentang kompetensi inti, kompetensi dasar,
indicator, KKM dan tujuan pembelajaran pada
pertemuan yang sedang berlangsung.
Kegiatan Inti
Mengamati 1. Orientasi Peserta Didik Pada Masalah 65 menit
Peserta didik diberi stimulus atau rangsangan
untuk memusatkan perhatian dengan gambar,
video atau power point tentang teknik dasar
servis dan pukulan pada permainan bulutangkis,
diharapkan siswa dapat menganalisis teknik
dasar permainan bulutangkis dan manfaat bagi
peserta didik.
Menanya 2. Identifikasi Masalah
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang disajikan dan
akan dijawab melalui kegiatan belajar dengan
melakukan chat dalam grup whatsapp.
(Creative, Critical Thinking). Membantu dan
mengarahkan peserta didik untuk melakukan
kajian tentang mengidentifikasi dan
menganalisis materi tentang keterampilan gerak
permainan bulutangkis
Mengeksplorasi 3. Pengumpulan Data
a. Siswa bersama menerima dan mempelajari
lembar kerja peserta didik (LKPD berisi
menganalisis dan indikator tugas
keterampilan permainan bulutangkis (teknik
servis dan teknik gerak pukulan).
b. Mendiskusikan materi keterampilan teknik
bulutangkis teknik gerak servis dan teknik
gerak pukulan.
c. Mendiskusikan kesalahan-kesalahan dan cara
memperbaiki kesalahan yang sering
dilakukan saat melakukan teknik dasar
keterampilan gerak permainan bulutangkis
serta menyusun rencana perbaikan.
Mengasosiasi 4. Pengolahan data
a. Peserta didik bersama guru melakukan
diskusi terkait dengan hasil identifikasi dan
analisis gerak permainan bulutangkis (teknik
89

Alokasi
Tahap/Sintaks Langkah-langkah Pembelajaran
Waktu
gerak servis dan teknik gerak pukulan.
(Communicative)
b. Membantu peserta didik dalam memecahkan
masalah seperti merencanakan dan
menyiapkan laporan dalam bentuk
rangkuman hasil berdiskusi tentang
keterampilan gerak permainan bulutangkis
(teknik gerak servis dan teknik gerak
pukulan).
Mengkomuni 5. Pembuktian
kasikan a. Peserta didik mencoba memperdalam
pengetahuan untuk memastikan hasil
pekerjaannya.
b. Peserta didik mempresentasikan hasil
pekerjaan mengidentifikasi dan
menganalisis gerak permainan bulutangkis
(teknik gerak servis dan teknik gerak
pukulan
c. Peserta didik menyimpulkan tentang materi
keterampilan gerak permainan bulutangkis
(teknik gerak servis dan teknik gerak
pukulan) kemudian menyerahkan hasil
pekerjaannya kepada guru.
Penutup
Penutup 2. Peserta didik 10 menit
a. Membuat rangkuman/simpulan pelajaran
tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan.
b. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan.
Guru
a. Menyampaiakan kegiatan tindak lanjut
b. Menarik kesimpulan setelah selesai
pembelajaran
c. Peserta didik menerima informasi dari guru
tentang materi untuk pertemuan berikutnya.
d. Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan berdoa dan memberi salam.

I. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Penilaian Pengetahuan
a. Teknik Penilaian: Tes Tulis
b. Instrumen Penilaian dan Pedoman Penskoran
90

a. Soal Tes Tulis


Fakta
1) Sebutkan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu
tangkis!
Konsep
2) Jelaskan berbagai cara memegang raket permainan bulu tangkis!
3) Jelaskan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu
tangkis!
Prosedur
4) Jelaskan cara melakukan berbagai cara memegang raket
permainan bulu tangkis!
5) Jelaskan cara melakukan berbagai gerak spesifik short service
permainan bulu tangkis!
b. Tabel Penilaian Pengetahuan
Soal Jumlah
No Nama Ket
1 2 3 4 5 skor
1
2
3 ….
Skor yang Diperoleh
Skor Maksimal 100

Tabel
Kriteria Skor Jawaban Pengetahuan

No Soal Nilai Skor Indikator


Skor 5 jika jawaban lengkap
Skor 4 jika siswa mampu menjawab empat
jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 3 jika siswa mampu menjawab tiga
1, 2, 3, 4, 5 jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 2 jika siswa mampu menjawab dua
jawaban dari lima jawaban seharusnya.
Skor 1 jika siswa mampu menjawab satu
jawaban dari lima jawaban seharusnya.

Skor maksimum: 25
Skor perolehan siswa: SP
Nilai yang diperoleh siswa: SP/25 X 100
91

Jumlah Skor yang Diperoleh


Penilaian Pengetahuan  x100
Jumlah Skor Maksimal (25)

2. Penilaian Keterampilan
Tabel
Kriteria Penilaian Keterampilan Siklus i

Hasil Penilaian
No Indikator Penilaian Baik Cukup Kurang
(3) (2) (1)
1 Sikap awalan melakukan gerakan
Sikap pelaksanaan melakukan
2
gerakan
3 Sikap akhir melakukan gerakan
Skor Maksimal (9)

a. Penskoran
1) Sikap awalan melakukan gerakan
Skor baik jika:
a) pandangan mata ke arah datangnya bola.
b) badan sedikit dicondongkan ke depan dan berat badan terletak di
antara kedua kaki.
c) lutut ditekuk, badan condong ke depan dan jaga keseimbangan.
Skor Cukup jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
2) Sikap pelaksanaan melakukan gerakan
Skor baik jika:
a) pandangan mata ke arah lajunya bola
b) badan sedikit dicondongkan ke depan dan beratnya terletak di
antara dua kaki.
c) kedua lengan diayun kearah depan, sehingga arah gerak
shuttlecock membentuk lintasan lurus.
d) salah satu kaki kemudian kedua tungkai diluruskan hingga kaki
jingjit bersamaan dengan memukul shuttlecock..
Skor Cukup jika : hanya tiga kriteria yang dilakukan secara benar.
92

Skor Kurang jika : hanya satu sampai dua kriteria yang dilakukan
secara benar.
3) Sikap akhir melakukan gerakan
Skor baik jika:
a) badan sedikit dicondongkan ke depan dan beratnya terletak di
antara kedua kaki.
b) kedua telapak tangan beraga di depan menghadap ke bawah
dengan lengan diluruskan ke depan secara rileks.
c) kedua tungkai sedikit ditekuk dengan lutut tetap menghadap ke
depan dan di buka selebar bahu.
Skor Cukup jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar.
Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar.
b. Pengolahan skor
Skor maksimum: 9
Skor perolehan siswa: SP
Nilai keterampilan yang diperoleh siswa: SP/9 X 100
total skor perolehan
Nilai   100
total skor maksimum

Mengetahui : Tasikmalaya, Februari 2022


Kepala SMAN 14 Garut, Peneliti,

……………………………… REZA TAUFIK HIDAYAT


NIP ………………………… NPM. 172191172
93

Lampiran 2 Kisi-kisi Soal

Kisi-kisi Soal Kognitif

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi Nomor Soal


Menganalisis 3.2.2 Menganalisis teknik dasar 1-5
keterampilan gerak permainan bulutangkis (posisi
salah satu short berdiri dan footwork,
service cabang pegangan raket, pukulan atas
permainan dan bawah, dan servis) serta
bulutangkis serta menyusun rencana perbaikan
menyusun rencana
perbaikan
94

Lampiran 3 Soal Tes Tulis

TES TERTULIS

Mata Pelajaran : PJOK


Kelas /Semester : XI/I
Nama Siswa :

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat !

1. Sebutkan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu tangkis!


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Jelaskan berbagai cara memegang raket permainan bulu tangkis!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Jelaskan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu tangkis!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Jelaskan cara melakukan berbagai cara memegang raket permainan bulu
tangkis!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. elaskan cara melakukan berbagai gerak spesifik short service permainan bulu
tangkis!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
95

Lampiran 4 Instrumen Observasi Siklus I

Data Hasil Observasi Siklus I


Kelas : XI IPS-1
Observer :
No Kegiatan Deskripsi Observasi
 Guru melakukan pembukaan dengan salam dan
berdo’a, memeriksa kehadiran peserta didik di kelas
sebagai sikap disiplin.
 Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik terhadap materi
sebelumnya, mengingatkan kembali materi dengan
bertanya, mengajukan pertanyaan yang terkait dengan
materi yang akan diajarkan.
 Guru memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi teknik dasar (teknik short service)
1 Pendahuluan pada permainan bulutangkis dalam kehidupan sehari-
hari, apabila materi ini dikerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh, maka peserta didik diharapkan
dapat menjelaskan tentang materi teknik dasar short
service permainan bulutangkis, menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung, dan
mengajukan pertanyaan stimulus secara interaktif.
 Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan yang sedang berlangsung,
memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi
dasar, indicator, KKM dan tujuan pembelajaran pada
pertemuan yang sedang berlangsung.
2 Inti  Mengamati
Peserta didik diberi stimulus untuk memusatkan
perhatian tentang teknik dasar short service pada
permainan bulutangkis, diharapkan siswa dapat
menganalisis teknik dasar permainan bulutangkis dan
manfaat bagi peserta didik
 Menanya
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi pertanyaan yang berkaitan dengan
materi yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
belajar. Membantu dan mengarahkan peserta didik untuk
melakukan kajian tentang mengidentifikasi dan
menganalisis materi tentang keterampilan gerak short
service permainan bulutangkis
 Mengumpulkan Informasi / Mencoba
- Siswa bersama menerima dan mempelajari lembar
kerja peserta didik (LKPD berisi menganalisis dan
indikator tugas keterampilan permainan
96

No Kegiatan Deskripsi Observasi


bulutangkis (teknik short service).
- Mendiskusikan materi keterampilan teknik
bulutangkis teknik gerak servis.
- Mendiskusikan kesalahan-kesalahan dan cara
memperbaiki kesalahan yang sering dilakukan saat
melakukan teknik dasar keterampilan gerak short
service permainan bulutangkis serta menyusun
rencana perbaikan.
 Menalar / Mengasosiasi
- Peserta didik bersama guru melakukan diskusi
terkait dengan hasil identifikasi dan analisis gerak
permainan bulutangkis (teknik gerak short service.
- Membantu peserta didik dalam memecahkan
masalah seperti merencanakan dan menyiapkan
laporan dalam bentuk rangkuman hasil berdiskusi
tentang keterampilan gerak permainan bulutangkis
(teknik gerak short service).
 Mengkomunikasikan
- Peserta didik mencoba memperdalam pengetahuan
untuk memastikan hasil pekerjaannya.
- Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan
mengidentifikasi dan menganalisis gerak
permainan bulutangkis (teknik gerak short service)
- Peserta didik menyimpulkan tentang materi
keterampilan gerak permainan bulutangkis (teknik
gerak short service) kemudian menyerahkan hasil
pekerjaannya kepada guru.
 Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam pembelajaran,
saat pembelajaran berlangsung masih banyak mengalami
masalah dalam melakukan rangkaian itu, masalah yang
terjadi pada siswa diantaranya sebagai berikut:
- Ada 3 sampai 5 siswa yang kurang memperhatikan
penjelasan guru, dan saat guru memberi pertanyaan
- Hanya ada 1, 2 orang siswa yang berani
mengemukakan pendapatnya sendiri selebihnya
siswa lain harus ditunjuk oleh guru untuk
mengemukakan pendapat ataupun menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
- Saat diskusi kelompok pun di masing-masing
kelompok terdapat 1-2 siswa yang tidak ikut
bekerja sama secara kelompok dalam
menyelesaikan soal yang diberikan guru sehingga
guru perlu membimbing dan memotivasi agar mau
bekerja sama.
97

No Kegiatan Deskripsi Observasi


3. Penutup  Peserta didik
- Membuat rangkuman/simpulan pelajaran tentang
point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.
- Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
 Guru
- Menyampaiakan kegiatan tindak lanjut
- Menarik kesimpulan setelah selesai pembelajaran
- Peserta didik menerima informasi dari guru tentang
materi untuk pertemuan berikutnya.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa
dan memberi salam.
98

Lampiran 5 Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Siklus I

Hasil Penilaian Pengetahuan Siklus I

Penilaian
No Nama Siswa Nilai
Proses
1 Agnia Salfiah Putri 17 68
2 Amanda Syakila Salsabil 22 88
3 Ana Ianatul Maula 18 72
4 Anisah Tanzilul Wafa 20 80
5 Asep Setiawan 23 92
6 Chairunnisa Nurrahimah 17 68
7 Dais Daskiah 18 72
8 Dede Imam Muharrom 17 68
9 Dinda Assiah Jayanti 18 72
10 Farid Abdul Wahid 16 64
11 Furi Nurnaila Roza 17 68
12 Indah Salisatun Nisa 20 80
13 Ismi Septi Istiqomah 18 72
14 Kamila Fatimatuzzahra 23 92
15 Liya Amaliyah 22 88
16 Luthfi Maulana S 21 84
17 Miftahul Falah Ali Sundani 20 80
18 Muhamad Ilham Ramadhan 20 80
19 Muhammad Dzaki Nurhady 23 92
20 Nadifatun Nabilah 17 68
21 Neng Pipit Sri Mulyani 18 72
22 Rifki Nur Rohmat 17 68
23 Rima Nur Kamilah 24 96
24 Rivania Rachma Fauziah 18 72
25 Rizan Shidqie Rabbani 21 84
26 Salsabila Rahmi Rusmana 23 92
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 17 68
28 Sipa Nuraeni 18 72
29 Sri Nurhani Latifah 17 68
Jumlah 2.240
Rata-rata 77,24
Siswa yang mencapai KKM 13
Siswa yang belum mencapai KKM 16
99

Lampiran 6 Nilai Hasil Belajar Keterampilan Siklus I

Hasil Penilaian Keterampilan Short Service


Siklus I

Penilaian Proses
No Nama Siswa Jml Nilai
A B C
1 Agnia Salfiah Putri 2 2 2 6 66.67
2 Amanda Syakila Salsabil 3 3 2 8 88.89
3 Ana Ianatul Maula 3 2 2 7 77.78
4 Anisah Tanzilul Wafa 3 3 2 8 88.89
5 Asep Setiawan 3 3 2 8 88.89
6 Chairunnisa Nurrahimah 2 2 2 6 66.67
7 Dais Daskiah 2 1 2 5 55.56
8 Dede Imam Muharrom 3 1 2 6 66.67
9 Dinda Assiah Jayanti 3 1 2 6 66.67
10 Farid Abdul Wahid 2 1 2 5 55.56
11 Furi Nurnaila Roza 3 1 2 6 66.67
12 Indah Salisatun Nisa 3 2 2 7 77.78
13 Ismi Septi Istiqomah 3 1 2 6 66.67
14 Kamila Fatimatuzzahra 3 3 2 8 88.89
15 Liya Amaliyah 3 3 2 8 88.89
16 Luthfi Maulana S 3 3 2 8 88.89
17 Miftahul Falah Ali Sundani 3 2 2 7 77.78
18 Muhamad Ilham Ramadhan 2 3 2 7 77.78
19 Muhammad Dzaki Nurhady 3 3 2 8 88.89
20 Nadifatun Nabilah 3 2 2 7 77.78
21 Neng Pipit Sri Mulyani 3 2 2 7 77.78
22 Rifki Nur Rohmat 3 1 2 6 66.67
23 Rima Nur Kamilah 3 3 2 8 88.89
24 Rivania Rachma Fauziah 2 2 2 6 66.67
25 Rizan Shidqie Rabbani 3 2 2 7 77.78
26 Salsabila Rahmi Rusmana 3 3 2 8 88.89
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 3 3 2 8 88.89
28 Sipa Nuraeni 3 2 2 7 77.78
29 Sri Nurhani Latifah 3 1 2 6 66.67
Jumlah 2.222,22
Rata-rata 76,63
Siswa yang mencapai KKM 13
Siswa yang belum mencapai KKM 16
100

Lampiran 7 Hasil Penilaian Gabungan Siklus I

Hasil Penilaian Gabungan Siklus I

Penilaian
Psikomo
No Nama Siswa Kognitif Rata- Mu
torik Ket
rata tu
Skor Nilai Skor Nilai
1 Agnia Salfiah Putri 17 68 6 66.67 67.34 C BT
2 Amanda Syakila Salsabil 22 88 8 88.89 88.45 B T
3 Ana Ianatul Maula 18 72 7 77.78 74.89 C BT
4 Anisah Tanzilul Wafa 20 80 8 88.89 84.45 B T
5 Asep Setiawan 23 92 8 88.89 90.45 B T
6 Chairunnisa Nurrahimah 17 68 6 66.67 67.34 C BT
7 Dais Daskiah 18 72 5 55.56 63.78 C BT
8 Dede Imam Muharrom 17 68 6 66.67 67.34 C BT
9 Dinda Assiah Jayanti 18 72 6 66.67 69.34 C BT
10 Farid Abdul Wahid 16 64 5 55.56 59.78 K BT
11 Furi Nurnaila Roza 17 68 6 66.67 67.34 C BT
12 Indah Salisatun Nisa 20 80 7 77.78 78.89 C BT
13 Ismi Septi Istiqomah 18 72 6 66.67 69.34 C BT
14 Kamila Fatimatuzzahra 23 92 8 88.89 90.45 B T
15 Liya Amaliyah 22 88 8 88.89 88.45 B T
16 Luthfi Maulana S 21 84 8 88.89 86.45 B T
17 Miftahul Falah Ali Sundani 20 80 7 77.78 78.89 C BT
18 Muhamad Ilham Ramadhan 20 80 7 77.78 78.89 C BT
19 Muhammad Dzaki Nurhady 23 92 8 88.89 90.45 B T
20 Nadifatun Nabilah 17 68 7 77.78 72.89 C BT
21 Neng Pipit Sri Mulyani 18 72 7 77.78 74.89 C BT
22 Rifki Nur Rohmat 17 68 6 66.67 67.34 C BT
23 Rima Nur Kamilah 24 96 8 88.89 92.45 B T
24 Rivania Rachma Fauziah 18 72 6 66.67 69.34 C BT
25 Rizan Shidqie Rabbani 21 84 7 77.78 80.89 B T
26 Salsabila Rahmi Rusmana 23 92 8 88.89 90.45 B T
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 17 68 8 88.89 78.45 C BT
28 Sipa Nuraeni 18 72 7 77.78 74.89 C BT
29 Sri Nurhani Latifah 17 68 6 66.67 67.34 C BT
Jumlah 2240 2222,22 2231,15
Rata-rata 77,24 76,63 76,94
Ketuntasan Tuntas = 10/29x100 = 34,48%
Belum Tuntas = 19/29x100 = 65,52%
101

Lampiran 8 Instrumen Observasi Siklus II

Data Hasil Observasi Siklus II


Kelas : XI IPS-1
Observer :
No Kegiatan Deskripsi Observasi
 Guru melakukan pembukaan dengan salam pembuka,
memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa
untuk memulai pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik
dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
 Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan
1 Pendahuluan bertanya.
 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan.
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari.
 Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik
dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka
peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang
materi teknik, kesalahan dan perbaikan saat melakukan
short service
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan
yang berlangsung
2 Inti  Mengamati
Peserta didik diberi motivasi untuk memusatkan
perhatian pada topik materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service dengan cara
mengamati contoh-contoh melakukan short service
untuk dapat dikembangkan peserta didik
 Menanya
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan
dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya mengajukan
pertanyaan tentang materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service
 Mengumpulkan Informasi / Mencoba
- Peserta didik mengumpulkan informasi yang
relevan untuk menjawab pertanyan yang telah
102

No Kegiatan Deskripsi Observasi


diidentifikasi melalui kegiatan mengamati dengan
seksama materi teknik, kesalahan dan perbaikan
saat melakukan short service yang sedang dipelajari
dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang
disajikan dan mencoba menginterprestasikannya
 Menalar / Mengasosiasi
- Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas contoh dalam buku paket mengenai
materi teknik, kesalahan dan perbaikan saat
melakukan short service
 Mengkomunikasikan
- Mencatat semua informasi tentang materi teknik,
kesalahan dan perbaikan saat melakukan short
service yang telah diperoleh pada buku catatan
dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
 Mengolah Data
- Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi
mengolah data hasil pengamatan dengan cara
berdiskusi tentang data dari materi teknik,
kesalahan dan perbaikan saat melakukan short
service
- Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai
materi teknik, kesalahan dan perbaikan saat
melakukan short service
 Pembuktian
- Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan
data-data atau teori pada buku sumber melalui
kegiatan menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang
materi materi teknik, kesalahan dan perbaikan saat
melakukan short service
- Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan
oleh peserta didik
 Menarik Kesimpulan
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan:
- Menyampaikan hasil diskusi tentang materi teknik,
103

No Kegiatan Deskripsi Observasi


kesalahan dan perbaikan saat melakukan short
service berupa kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan sopan
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal tentang materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service
- Mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan tentanag materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
- Bertanya atas presentasi tentang materi teknik,
kesalahan dan perbaikan saat melakukan short
service yang dilakukan dan peserta didik lain diberi
kesempatan untuk menjawabnya
- Selama pembelajaran materi teknik, kesalahan dan
perbaikan saat melakukan short service
berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme,
disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur,
tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa
ingin tahu, peduli lingkungan
3. Penutup  Peserta didik
- Membuat rangkuman/simpulan pelajaran tentang
point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.
- Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
 Guru
- Menyampaiakan kegiatan tindak lanjut
- Menarik kesimpulan setelah selesai pembelajaran
- Peserta didik menerima informasi dari guru tentang
materi untuk pertemuan berikutnya.
- Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa
dan memberi salam.
104

Lampiran 9 Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Siklus II

Hasil Penilaian Pengetahuan Siklus II

Penilaian
No Nama Siswa Nilai
Proses
1 Agnia Salfiah Putri 20 80
2 Amanda Syakila Salsabil 23 92
3 Ana Ianatul Maula 21 84
4 Anisah Tanzilul Wafa 22 88
5 Asep Setiawan 24 96
6 Chairunnisa Nurrahimah 19 76
7 Dais Daskiah 19 76
8 Dede Imam Muharrom 19 76
9 Dinda Assiah Jayanti 21 84
10 Farid Abdul Wahid 20 80
11 Furi Nurnaila Roza 19 76
12 Indah Salisatun Nisa 22 88
13 Ismi Septi Istiqomah 21 84
14 Kamila Fatimatuzzahra 24 96
15 Liya Amaliyah 24 96
16 Luthfi Maulana S 24 96
17 Miftahul Falah Ali Sundani 22 88
18 Muhamad Ilham Ramadhan 23 92
19 Muhammad Dzaki Nurhady 24 96
20 Nadifatun Nabilah 20 80
21 Neng Pipit Sri Mulyani 20 80
22 Rifki Nur Rohmat 19 76
23 Rima Nur Kamilah 24 96
24 Rivania Rachma Fauziah 20 80
25 Rizan Shidqie Rabbani 23 92
26 Salsabila Rahmi Rusmana 24 96
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 20 80
28 Sipa Nuraeni 20 80
29 Sri Nurhani Latifah 20 80
Jumlah 2.484
Rata-rata 85,65
Siswa yang mencapai KKM 24
Siswa yang belum mencapai KKM 5
105

Lampiran 10 Nilai Hasil Belajar Keterampilan Siklus II

Hasil Penilaian Keterampilan Short Service Siklus II

Penilaian Proses
No Nama Siswa Jml Nilai
A B C
1 Agnia Salfiah Putri 3 3 2 8 88.89
2 Amanda Syakila Salsabil 3 3 3 9 100
3 Ana Ianatul Maula 3 3 2 8 88.89
4 Anisah Tanzilul Wafa 3 3 2 8 88.89
5 Asep Setiawan 3 3 2 8 88.89
6 Chairunnisa Nurrahimah 3 2 2 7 77.78
7 Dais Daskiah 3 2 2 7 77.78
8 Dede Imam Muharrom 3 2 2 7 77.78
9 Dinda Assiah Jayanti 3 3 2 8 88.89
10 Farid Abdul Wahid 3 2 3 8 88.89
11 Furi Nurnaila Roza 3 2 2 7 77.78
12 Indah Salisatun Nisa 3 3 2 8 88.89
13 Ismi Septi Istiqomah 3 2 3 8 88.89
14 Kamila Fatimatuzzahra 3 3 2 8 88.89
15 Liya Amaliyah 3 3 2 8 88.89
16 Luthfi Maulana S 3 3 2 8 88.89
17 Miftahul Falah Ali Sundani 3 3 2 8 88.89
18 Muhamad Ilham Ramadhan 3 3 2 8 88.89
19 Muhammad Dzaki Nurhady 3 3 2 8 88.89
20 Nadifatun Nabilah 3 3 2 8 88.89
21 Neng Pipit Sri Mulyani 3 3 2 8 88.89
22 Rifki Nur Rohmat 3 2 2 7 77.78
23 Rima Nur Kamilah 3 3 2 8 88.89
24 Rivania Rachma Fauziah 3 2 3 8 88.89
25 Rizan Shidqie Rabbani 3 2 3 8 88.89
26 Salsabila Rahmi Rusmana 3 3 2 8 88.89
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 3 3 2 8 88.89
28 Sipa Nuraeni 3 2 3 8 88.89
29 Sri Nurhani Latifah 3 3 2 8 88.89
Jumlah 2.533,33
Rata-rata 87,36
Siswa yang mencapai KKM 24
Siswa yang belum mencapai KKM 5
106

Lampiran 11 Hasil Penilaian Gabungan Siklus II

Hasil Penilaian Gabungan Siklus II

Penilaian
Psikomo
No Nama Siswa Kognitif Rata- Mu
torik Ket
rata tu
Skor Nilai Skor Nilai
1 Agnia Salfiah Putri 20 80 8 88.89 84.45 B T
2 Amanda Syakila Salsabil 23 92 9 100 96.00 B T
3 Ana Ianatul Maula 21 84 8 88.89 86.45 B T
4 Anisah Tanzilul Wafa 22 88 8 88.89 88.45 B T
5 Asep Setiawan 24 96 8 88.89 92.45 B T
6 Chairunnisa Nurrahimah 19 76 7 77.78 76.89 C BT
7 Dais Daskiah 19 76 7 77.78 76.89 C BT
8 Dede Imam Muharrom 19 76 7 77.78 76.89 C BT
9 Dinda Assiah Jayanti 21 84 8 88.89 86.45 B T
10 Farid Abdul Wahid 20 80 8 88.89 84.45 B T
11 Furi Nurnaila Roza 19 76 7 77.78 76.89 B T
12 Indah Salisatun Nisa 22 88 8 88.89 88.45 B T
13 Ismi Septi Istiqomah 21 84 8 88.89 86.45 B T
14 Kamila Fatimatuzzahra 24 96 8 88.89 92.45 B T
15 Liya Amaliyah 24 96 8 88.89 92.45 B T
16 Luthfi Maulana S 24 96 8 88.89 92.45 B T
17 Miftahul Falah Ali Sundani 22 88 8 88.89 88.45 B T
18 Muhamad Ilham Ramadhan 23 92 8 88.89 90.45 B T
19 Muhammad Dzaki Nurhady 24 96 8 88.89 92.45 B T
20 Nadifatun Nabilah 20 80 8 88.89 84.45 B T
21 Neng Pipit Sri Mulyani 20 80 8 88.89 84.45 B T
22 Rifki Nur Rohmat 19 76 7 77.78 76.89 C BT
23 Rima Nur Kamilah 24 96 8 88.89 92.45 B T
24 Rivania Rachma Fauziah 20 80 8 88.89 84.45 B T
25 Rizan Shidqie Rabbani 23 92 8 88.89 90.45 B T
26 Salsabila Rahmi Rusmana 24 96 8 88.89 92.45 B T
27 Silva Nurul Fajar Awwalia 20 80 8 88.89 84.45 B T
28 Sipa Nuraeni 20 80 8 88.89 84.45 B T
29 Sri Nurhani Latifah 20 80 8 88.89 84.45 B T
Jumlah 2484 2533,33 2508,69
Rata-rata 85,65 87,36 86,52
Ketuntasan Tuntas = 24/29x100 = 17,24%
Belum Tuntas = 5/29x100 = 82,76%
107

Lampiran 12 Dokumentasi

DOKUMENTASI PEMBELAJARAN
108
109

Anda mungkin juga menyukai