Anda di halaman 1dari 2

Fajar dan embun pagi

K etika pagi datang terasa udara dingin menembus dibadanku, suara adzan subuh yang
membangunkan ku dengan kumandangnya yang indah. Lalu aku bergegas untuk bangun dari
tidurku yang menyisakan sebuah mimpi dimalam Hari yang sunyi. Langkah kaki kupijakkan dari
kasur yang empuk, langkah dimana menuju sebuah tempat, banyak semua orang enggan untuk
berada ditempat itu dipagi Hari. Namun juga banyak orang yang melangkahkan kakinya menuju
tempat itu bersama-sama, masjid dekat kontrakan ku tinggal, selalu penuh dengan keramaian
orang untuk mencari sebuah pahala. Allahuakbar.. sebuah ketengan ketika dapat menjalankan
sholat subuh berjamaah. Dimana ketika banyak dari kita yang masih terbaring dikasur yang
empuk dan menarik kita untuk tetap berada disebuah zona yang nyaman.
Embun pagi yang turun membawa sebuah kesejukan dipagi yang cerah, dengan warna
jingga sang fajar dari ujung timur, suaru yang padu antara ayam yang berkokok dan juga ibu-ibu
yang sedang berbelanja sayuran dan juga bapak-bapak yang sedang menyiapkan alat-alat untuk
pergi berkerja, dan aku yang telah pulang dari masjid bergegas untuk membersihkan kontrakan
bersama dengan kedua temanku, bagas dan hamsa. Dua teman yang selalu menemaniku untuk
melakukan aktifitas bersama, kami membersihkan ruang tamu, kamar dan juga mencuci baju dan
piring, sebuah suasana yang kontras dan padu yang dilakukan oleh seoarang anak atau
mahasiswa yang jauh dari tempat tinggalnya dipagi hari.
Ketika sang fajar dan embuh pagi telah turun, hal itu menandakan sebuah harapan dan
juga suasana yang baru, dimana yang diharapkan adalah hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan
hari esok adalah sebuah harapan yang harus dicapai. Pukul 06.15 mengisaratkan kita harus
segera menyelsaikan segala aktiftas yang sedang kita lakukan. Dan ketika semua sudah selsai
aku dan juga kedua temanku mempersiapkan diri untuk segera berangkat ke kampus yang berada
dipesisir ujung barat jawa timur yakni Universitas islam negeri sayyid ali rahmatullah
tulungagung.
Suara motor sudah berbunyi menceritakan bahwa perjalanan akan dimulai, pukul 06.45-
07.00 mulai kujalankan motor supra yang selalu menemani perjalananku ke kampus, sungguh
rasa yang mungkin tidak dapat dibeli oleh pelajar SMA, dimana ada kebanggan ketika aku
menuju tempat yang nanti sangat tinggi di lantai 4, tentunya berada diperguruan tinggi juga.
Sudah tibalah di kampus dimana aku harus segera naik tangga ke lantai 4. Tangga di sebelah
kanan yang lebih sempit dari tangga utama dan dimana mahasiswa lain lebih memilih untuk
memakai lift dan juga mungkin masih bisa duduk dengan santai. Sedangkan aku harus
melangkahkan kaki ke atas untuk menaiki satu hingga puluhan anak tangga, suara hembusan
nafas yang berpadu dengan langkah kaki serta detak jantung yang semakin kenyang. Sungguh
menjadi sebuah irama yang rutin aku dengar di pagi hari.
Hufffff tarika nafas panjang ketika ku sudah berada di lantai 4 gedung saifudin zuhri,
kulangkahkan kakiku lagi menuju ruang kelas BTQ 29, ruang yang berada di pojok gedung,
assalamualaikum..awalan yang selalu ke ucapkan ketika memasuki ruang kelas, dengan tatapan
satu, dua anak yang melihat kearah pintu dan juga ustadzah, bisa dipastikan bahwa madin sudah
mulai dan aku terlambat. Tempat yang mungkin sering dipakai oleh teman-teman yang terlambat
yaitu di sebalah pojok depan dan dikanan ustadzah. Baiklah aku dan teman-teman yang lainya
membaca doa terlebih dahulu sebelum duduk.
Dari jendela belakang sang fajar sudah memekarkan cahaya dan embun perlahan
menghilang, Ustadzah menjelaskan materi pada hari itu dan kami semua mendengarkan dengan
penuh antusias sebelum kita membaca al-Qur’an bersama-sama. Mad thobi’I subuah kata yang
sering aku dengar ketika berada diruang kelas. sungguh sangat berada di ingatakan. Ketika satu
persatu dari kami maju kedepan untuk membaca al-Qur’an, saat itu juga kami semua
menyiapkan bekal,

Anda mungkin juga menyukai