Mini Project Hipertensi Pada Lansia
Mini Project Hipertensi Pada Lansia
Disusun Oleh :
dr. Agnes Angelia Anthonius
dr. Annisaa Syahfitri
dr. Kezia Priskila Oroh
dr. Maria Louise Rawis
dr. Sitti Novianty Gobel
dr. Vita Anggini Dindra Putri
Masa Tugas :
Oktober 2020 – Februari 2021
Dokter Pembimbing:
dr. Sitty Yosephus
Oleh :
Masa Tugas:
Oktober 2020 – Februari 2020
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat, anugerah, dan karunia-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan Mini Project Gambaran Angka Kejadian Hipertensi Pada Lanjut
Usia di Wilayah Kerja Puseksmas Telaga Kabupaten Gorontalo Periode Januari –
Desember 2020 ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Sitty Yosephus selaku pendamping
dokter internsip Puskesmas Telaga beserta staf puskesmas Telaga yang membantu
kami menyelesaikan Mini Project ini.
Kami menyadari bahwa penulisan Mini Project ini masih kurang
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca agar kedepannya kami dapat memperbaiki dan
menyempurnakan tulisan ini. Kami berharap agar mini project yang kami tulis ini
berguna bagi semua orang dan dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai sumber
informasi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
BAB V. PEMBAHASAN................................................................................17
iii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju
maupun Negara berkembang. Menurut WHO, sebuah tinjauan saat ini
menunjukan bahwa jumlah orang dewasa dengan hipertensi meningkat dari
594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015, dengan
peningkatan sebagain besar terlihat di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah. Indonesia termasuk dalam kategori negara berpenghasilan
rendah-menengah. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan
faktor risiko hipertensi pada populasi tersebut. Menurut WHO, artinya 1 dari 3
orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya
9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.1
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5
(lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International Health
Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia,
penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti
dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis, diare,
PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta
kecelakaan lalu lintas.2
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan
bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya
yaitu pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018
sebesar 3 Triliun rupiah.2
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
1
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).3
Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak
minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya
Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.2
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita
hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes
(31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%),
lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek
samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).2
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan,
sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru
diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi
Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan
lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.1
Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, melainkan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Proses penuaan mempengaruhi
perubahan fisik dan mental yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh
sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit, dan yang paling
sering ditemukan pada lansia adalah penyakit hipertensi.4
Sistem informasi rumah sakit (2011), menyatakan 10 penyakit penyebab
rawat jalan pada kelompok usia >65 tahun yang paling tinggi adalah
hipertensi. Penelitian yang dilakukan Ikawati di RS. Dr.Sardjito,data tahun
2006 didapatkan 20 pasien menerima obat antihipertensi (HCT) mengalami
gangguan pada kondisi klinis pasien (hiperkolestrolemia, dislipidemia,
hiperurisemia, hiperglikemia, Gagal jantung) sehingga perlu pengawasan
dalam mengkonsumsi obat.2
2
B. Identifikasi Masalah
1. Tujuan Umum
Membantu dalam pengendalian angka mortalitas dan morbiditas Hipertensi
pada masyarakat Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi, penyebab, gejala, pengobatan serta pencegahan
Hipertensi pada lansia
b. Meningkatkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam
pengendalian dan pencegahan Hipertensi pada lansia dengan
pemantauan rutin
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Hipertensi pada
lansia
3. Manfaat Penulisan
a. Melaksanakan program Mini Project dokter internsip di puskesmas
Telaga.
b. Meningkatkan pengetahuan pasien lansia tentang Hipertensi dan
pencegahannya
c. Meningkatkan pelayanan program pencegahan penyakit tidak menular
di puskesmas Telaga.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Sesuai dengan sebagian besar pedoman utama, hipertensi
ditegakkan ketika tekanan darah sistolik (SBP) seseorang ≥ 140 mmHg
dan/ atau tekanan darah diastolic (DBP) ≥ 90 mmHg setelah pemeriksaan
berulang. Definisi ini berlaku untuk semua orang dewasa (>18 tahun). Hal
ini dibuat unuk menyelaraskan pendekatan terapeutik dengan tingkat
tekanan darah.5
Pasien lanjut usia yang dikatakan masuk dalam ilmu pengobatan
geriatri dimulai sejak usia 65 tahun. Definisi ini sendiri bukan definisi
yang memadai tentang alasan pasien lansia untuk dirawat oleh dokter ahli
geriatri. Banyak faktor yang menjadi pertimbangan mengapa seorang
lansia sudah harus dirawat oleh seorang ahli geriatri, bukan semata-mata
karena usia saja.6 Terjadi proses penuaan pada pasien lansia yang
mempengaruhi perubahan fisik dan mengakibatkan penurunan daya tahan
tubuh sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit.
Penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia adalah penyakit
hipertensi.4
2. Faktor risiko
Faktor risiko yang dapat diubah termasuk diet yang tidak sehat
(konsumsi garam yang berlebihan, diet tinggi lemak jenuh dan lemak
trans, rendahnya asupan buah dan sayuran, aktivitas fisik, merokok dan
alkohol, serta obesitas.1
Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah seperti riwayat
keluarga hipertensi, usia diatas 65 tahun dan penyakit penyerta seperti
diabetes dan penyakit ginjal.1
4
3. Klasifikasi7
4. Patofisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding
arteri dalam millimetermerkuri(mmHg). Dua tekanan darah arteri yang
biasanya diukur, tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik
(TDD). TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh
setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.8
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis
dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya
5
respon terhadap stress psikososial, produksi hormon yang berlebihan yang
menahan natrium dan vasokonstriktor, asupan natrium (garam) berlebihan,
tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium, meningkatnya sekresi renin
sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan
aldosteron, defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrogen oksida
(NO), dan peptide natriuretik, abnormalitas tahanan pembuluh darah,
termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal, diabetes
mellitus,resistensi insulin, obesitas, perubahan reseptor adrenergik yang
mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan
tonus vaskular, dan berubahnya transpor ion dalam sel.8
5. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali
pengukuran hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran
pada kunjungan yang berbeda. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam
keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5 menit
dengan ukuran pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan)
tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang
terbaik.1
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala penyakit, penyakit penyerta seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler.
Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, perubahan aktivitas/
kebiasaan seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat konsumsi obat,
dan efek samping terapi anti Hipertensi sebelumnya bila ada dan faktor
psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan).1,5
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua
kali atau lebih, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan
pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati Hipertensi,
pemeriksaan leher untuk mencari bising carotid, pembesaran vena, atau
kelenjara tiroid.1,5
6
6. Penatalaksanaan9
7
Gambar 4. Obat anti hipertensi
7. Komplikasi10
Serangan jantung atau stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
pengerasan dan penebalan arteri (aterosklerosis), yang dapat menyebabkan
serangan jantung, stroke, atau komplikasi lainnya.
Aneurisma. Tekanan darah yang meningkat dapat menyebabkan pembuluh
darah melemah dan membengkak, membentuk aneurisma. Jika aneurisma
pecah, itu bisa mengancam jiwa.
Gagal jantung. Untuk memompa darah melawan tekanan yang lebih tinggi
di pembuluh Anda, jantung harus bekerja lebih keras. Hal ini
menyebabkan dinding ruang pompa jantung menebal (hipertrofi ventrikel
kiri). Akhirnya, otot yang menebal mungkin kesulitan memompa cukup
darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda, yang dapat menyebabkan
gagal jantung.
Pembuluh darah yang melemah dan menyempit di ginjal Anda. Ini dapat
mencegah organ-organ ini berfungsi normal.
8
Pembuluh darah menebal, menyempit atau robek di mata. Ini dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan.
Sindrom metabolik. Sindrom ini merupakan sekumpulan gangguan
metabolisme tubuh Anda, termasuk peningkatan lingkar pinggang;
trigliserida tinggi; kolesterol high-density lipoprotein (HDL) rendah,
kolesterol "baik"; tekanan darah tinggi dan kadar insulin tinggi. Kondisi
ini membuat Anda lebih mungkin mengembangkan diabetes, penyakit
jantung, dan stroke.
Kesulitan dengan memori atau pemahaman. Tekanan darah tinggi yang
tidak terkontrol juga dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk
berpikir, mengingat, dan belajar. Masalah dengan ingatan atau pemahaman
konsep lebih sering terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi.
Demensia. Arteri yang menyempit atau tersumbat dapat membatasi aliran
darah ke otak, menyebabkan jenis demensia tertentu (demensia vaskular).
Stroke yang mengganggu aliran darah ke otak juga dapat menyebabkan
demensia
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mengambil data program lansia
dengan Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Telaga periode Januari –
Desember 2020.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua pasien lansia yang menderita Hipertensi
dan terdata di program lansia Puskesmas Telaga periode Januari -
Desember 2020.
3. Definisi Operasional
Variabel dependen dan independen dibuat berdasarkan definisi
operasional, termasuk cara mengukur setiap variable didasarkan pada alat
10
ukur baku pada setiap variabel, hasil pengukuran kemudian diolah menjadi
data dan disampaikan dalam bentuk hasil penelitian.
4. Pengumpulan Data
Data diambil dari rekam medis yang tercatat di puskesmas Telaga,
pencatatan dilakukan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan alamat
domisili pasien lansia.
11
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Normal
41%
Hipertensi
59%
Keterangan:
: Populasi Tanpa Hipertensi
: Populasi Penderita Hipertensi
12
Desember 2020. Namun jumlah penderita Hipertensi kemungkinan besar masih
bisa lebih banyak karena pengambilan data hanya dilakukan secara pasif, yaitu
berdasarkan data lansia yang datang ke kegiatan desa ataupun di Puskesmas
Telaga pada masa pandemi.
37%
Perempuan
Laki-laki
63%
13
35
31
30 28 28
25
22
20
15
10
0
Mongolato Luhu Bulila Hulawa
30
25
Jumlah Penderita Hipertensi
20
15
10
0
Mongolato Luhu Bulila Hulawa
Berdasarkan data yang didapatkan pada setiap desa, dapat dilihat bahwa
lansia penderita Hipertensi di masing-masing desa didominasi oleh jenis kelamin
perempuan dibandingkan laki-laki. Persentase tertinggi pasien penderita
Hipertensi ada di desa Luhu dengan jumlah 31 orang dan 24 diantaranya berjenis
kelamin perempuan. Sedangkan angka penderita untuk penderita berjenis kelamin
perempuan terendah ada di desa Mongolato yaitu 18 orang. Sedangkan untuk
14
penderita Hipertensi berjenis kelamin laki-laki paling banyak ada di desa Hulawa
sebanyak 8 orang dan paling sedikit berada di desa Mongolato yaitu hanya
sebanyak 4 orang saja.
Desa Bulila
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
ri ri et ril ei ni li s r r r r
ua r ua ar Ap M Ju Ju stu be o be be be
n b M u m t m m
Ja Fe Ag pt
e
Ok ve se
Se No De
Desa Luhu
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
et
ri
li
s
i
ril
ei
ni
r
ar
be
be
be
be
tu
Ju
ua
Ju
ar
Ap
nu
us
em
m
m
to
M
br
ve
se
Ja
Ag
Ok
Fe
pt
De
No
Se
15
Desa Mongolato
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
ri ri et ril ei ni li s r r r r
ua r ua ar Ap M Ju Ju stu be o be be be
n b M u m t m m
Ja Fe Ag pt
e
Ok ve se
Se No De
Desa Hulawa
7
6
5
4
3
2
1
0
et
s
i
ri
ril
ei
ni
li
r
r
r
ar
be
be
be
be
tu
Ju
ua
Ju
ar
Ap
nu
us
m
em
m
to
M
br
ve
se
Ja
Ag
Ok
Fe
pt
De
No
Se
16
BAB V
PEMBAHASAN
17
sedangkan laki-laki cukup jarang ditemukan selama pelaksanaan kegiatan rutin
bulanan. Selain itu angka lansia yang berjenis kelamin perempuan juga diketahui
lebih banyak dibandingkan laki-laki. Namun diluar kedua faktor, hasil yang
didapatkan pada penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cortas (2008), Anggraini (2011) dan Kusumawaty (2016) yang menyebutkan
bahwa angka hipertensi pada lansia umumnya tinggi pada perempuan karena
kejadian Hipertensi pada perempuan berkaitan dengan hormone estrogen, saat
perempuan memasuki masa menopause maka hormone tersebut akan menurun
seiring bertambahnya usia dan tidak ada lagi faktor perlindungan pembuluh darah
yang dapat mencegah terjadinya Hipertensi.
Sedangkan untuk data berdasarkan rentang usia yang didapat yaitu
umumnya tinggi pada rentang usia 60-69 tahun berkaitan dengan angka harapan
hidup masyarakat Indonesia yang rata-rata berada pada angka 60-an, sehingga
yang memiliki rentang usia diatas 70 tahun bahkan 80 tahun cukup sedikit.
Pada pelaksanaan kegiatan yang sempat diikuti selama menjalankan
internsip dilakukan juga penyuluhan penyakit Hipertensi, diberikan informasi
tentang penyakit Hipertensi meliputi pengertian, gejala klinis, komplikasi, serta
cara pencegahan penyakit dengan menerapkan pola hidup sehat. Dalam
penyuluhan tersebut dilakukan juga pengukuran tekanan darah serta tindakan
pemberian obat kepada masyarakat lansia yang terdeteksi menderita Hipertensi.
Masyarakat cukup antusias dalam mengikuti penyuluhan yang diberikan.
Hal tersebut terlihat dari respon masyarakat yang bertanya hal-hal terkait
pencegahan penyakit Hipertensi, efek samping konsumsi obat hipertensi serta
dampak jika tidak mengkonsumsi obat hipertensi secara rutin.
Keterbatasan
Tulisan ini memiliki banyak keterbatasan, diantaranya keterbatasan dalam
hal pendataan pasien, data pencatatan dan pelaporan yang kurang lengkap
menyebabkan data yang disajikan menjadi kurang valid, sebagai contoh yaitu
tentang pencatatan faktor risiko yang sering tidak terdata. Hal ini juga berkaitan
dengan keterbatasan SDM yang menangani program di masing-masing desa,
sehingga menghambat pelaksanaan program khususnya lansia.
18
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi pada lansia adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang.
Di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga dilakukan pengukuran tekanan
darah dengan jumlah masyarakat lansia yaitu 185 orang. 109 (59%) orang
diantaranya menderita Penyakit Hipertensi dan 76 (41%) orang memiliki hasil
pengukuran tekanan darah di batas normal. Angka ini didominasi oleh lansia
berjenis kelamin perempuan dan juga lansia dengan rentang usia antara 60-69
tahun.
Saat dilakukan konseling ada beberapa masyarakat lansia yang sudah
mengetahui mengidap penyakit Hipertensi tetapi tidak minum obat teratur dan ada
juga yang baru mengetahui menderita penyakit Hipertensi.
Tindakan promotif, preventif, dan kuratif sangatlah penting untuk
dilakukan oleh semua praktisi kesehatan, baik kader di tiap desa sampai dengan
dokter dan tenaga kesehatan di setiap Puskesmas.
B. Rekomendasi
1. Perlu adanya peran pemerintah dan perangkat desa untuk menjalankan
program-program yang telah dibuat dalam pengobatan dan pencegahan
Hipertensi. Salah satunya dengan menambah SDM sehingga pelaksanaan
program di masing-masing desa lebih maksimal.
2. Dibutuhkan peran serta petugas kesehatan dalam pencegahan Hipertensi di
masyarakat, contohnya dengan beberapa perubahan tempat untuk kegiatan
desa, sehingga masyarakat yang jauh dari kantor desa tetap bisa mengikuti
kegiatan rutin, selain itu juga memberikan inovasi menarik setiap bulannya
sehingga masyarakat tertarik untuk datang ke kegiatan rutin lansia.
19
3. Diharapkan kegiatan rutin dapat bekerjasama dengan puskesmas keliling
agar masyarakat khususnya lansia yang membutuhkan pengobatan dapat
langsung mendapat obat tanpa harus pergi ke Puskesmas Telaga.
4. Pemberlakuan kembali kartu faktor risiko penyakit tidak menular dapat
membantu dalam pencatatan data yang lebih lengkap yaitu data diri, hasil
pemeriksaan setiap bulannya, termasuk mengenai faktor risiko Hipertensi
yang mungkin dimiliki oleh lansia.
20
DAFTAR PUSTAKA
21