Anda di halaman 1dari 7

Implementasi Model Project Based Learning Pembelajaran Batik pada

Mapel MULOK Di SDN 2 WIJIREJO Dalam Kurikulum 2013

Ucok Nugroho
20144600135

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan penerapan metode Project Based Learning dalam
pembelajaran batik pada mapel mulok dan seberapa jauh kesuksesan penerapan metode Project Based
Learning ini di SDN 2 Wijirejo. Penelitian ini diambil menggunakan metode kualintatitatif untuk memperoleh
pemahaman mendalam, mengembangkan teori, mendeskripsikan realitas, dan kompleksitas sosial. Adapun
tehnik pengumpulan data yang digunakan ialah tehnik non test dengan cara observasi dan wawancara. Dalam
penelitian ini subjek yang digunnakan ialah guru kelas III, IV, dan V sebagai informan dan murid kelas IV, V
dan VI sebagai responden di SDN 2 Wijirejo tahun ajaran 2021/2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model pembelajaran Project Based Learning pada praktek membatik ini dikatagorikan kedalam pembelajarean
yang berhasil/seukses dikarenakan tercapainya pembelajaran yang kreatif, efektif dan banyaknya antusias dari
murid terhadap pelaksanaan kegiatan membatik tersebut , hal itu didukung dengan potensi wilayah wijirejo
yang merupakan kedalam salah satu salah satu kampung kerajinan batik.

Pendahuluan
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang di lingkungan kemendiknas diterapkan sejak
15/7/2013 dan dilingkungan Kemenag diterapkan sejak 18/7/2013 berdasarkan Surat Edaran Drijen
Pendis No. SE/DJ.I/PP.00/50/2013 tentang implementasi kurikulum 2013 di Madrasah/Sekolah. Guna
menjawab tantangan di era pesatnya teknologi informasi dan lemahnya mutu pendidikan saat ini maka
pemerintah membuat kurikulum 2013 ini yang bebasis kompetensi sekaligus berbasis karakter,
diharapkan mampu meningkatkan mutu proses pendidikan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik. Dalam implementasinya guru dituntut untuk
secasra profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran,
memilih prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menerapkan kriteria
keberhasilan (Mulyasa, 2017:99).

Pembelajaran MULOK merupakan pembelajaran daerah yang memuat mengenai kebudayaan


suatu daerah tersebut. Mulok diajarkan dengan tujuan membekali peserta didik dengan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk mengenal dan mencintai lingkungan alam,
sosial, budaya, dan spriritual di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan
kearifan daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan
nasional.pembelajaran ini ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 79
Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.

Batik merupakan materi bagian dari mapel MULOK di SD N 2 WIJIREJO. Pembelajaran


batik dimulai sejak kelas I sampai dengan kelas VI, dengan berorientasi pada teori dan praktek. Kelas
rendah lebih banyak mendapatkan teori dengan praktek menggambar motif batik pada kertas,
sedangkan untuk kelas atas praktek langsung membatik terdapat pada kelas VI sebagai bagian dari
ujian akhir. Wijirejo sendiri dikenal sebagai kampung pengrajin batik yang masih dalam tahap
perkembangan ungkap “ …” selaku guru kelas IV yang sudah 13 tahun mengabdi, dalam hal ini siswa
kelas III sudah biasa melakukan praktek membatik langsung yang mana hasil batik dari para siswa
tersebut akan di gunakan sebagai seragam di kelas 4 sampai 6. Model pembelajaran seperti ini
merupakan contoh gambaran model Project Based Learning (PjBL) yang mana menggunakan
maslalah pada langkah awal untuk dijadikan solusi sebagai media praktek. Pembelajaran seperti ini
sangat cocok diterapkan kepada sekolah-sekolah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada pada
daerahnya. Untuk itu penulis melakukan penelitian tindakan dengan judul “Implementasi Project
Based Learning Pembelajaran Batik pada Mapel MULOK Di SDN 2 WIJIREJO Dalam Kurikulum
2013”.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, pada penelitian ini penulis menggali
informasi terkait penggunaan batik khusus pada SDN 2WIJIREJO kepada beberapa guru terkait dan
para murid kelas IV,V dan VI. Penelitian ini dilakukan pada hari ketiga dan ke empat pelaksanaan
PLP 1 di SDN 2 WIJIREJO pada tanggal 19 dan 20 Mei 2022. Penelitian diambil menggunakan
metode kualintatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik non test, yang terdiri dari
observasi, dokumentasi dan wawancara.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif yang diambil berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Subjek dan objek penelitian ini
adalah: Guru kelas dan siswa-siswi SD Negeri 2 Wijirejo Kabupaten Bantul yang menjadi subyek
penelitian dalam penyusunan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data dalam
situasi yang wajar, langsung apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur lain dari luar
lingkungan pembelajaran. Untuk itu peneliti berhubungan langsung dengan situasi dan sumber data
yang akan diteliti yaitu Guru kelas dan siswa-siswi SD Negeri 2 Wijirejo Kabupaten Bantul.
Dimana penulis melakukan wawancara kepada guru dan siswa dengan melempar bebrapa
pertanyaan dan mengamati bagaimana reaksi/respon baik itu ucapan, ekspresi maupun tingkahlaku
dari responden tersebut.

Dalam pelaksanaanya penulkis menggunakan prosedur Creswell (1998) yang menjelaskan


prosedur wawancara dengan tahapan berikut ini:
1. Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling yang dipilih.
2. Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi apa yang relevan dalam
menjawab pertanyaan penelitian.
3. Siapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike untuk pewawancara maupun partisipan.
Mike harus cukup sensitif merekam pembicaraan terutama bila ruangan tidak memiliki
struktur akustik yang baik dan ada banyak pihak yang harus direkam.
4. Cek kondisi alat perekam, misalnya batereinya. Kaset harus kosong dan tepat pada pita
hitam bila mulai merekam. Jika perekaman dimulai, tombol perekam sudah ditekan dengan
benar.
5. Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih empat sampai lima halaman dengan
kira-kira lima pertanyaan terbuka dan sediakan ruang yang cukup di antara pertanyaan untuk
mencatat respon terhadap komentar partisipan.
6. Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin ruangan cukup tenang, tidak
ada distraksi dan nyaman bagi partisipan. Idealnya peneliti dan partisipan duduk berhadapan
dengan perekam berada di antaranya, sehingga suara suara keduanya dapat terekam baik.
Posisi ini juga membuat peneliti mudah mencatat ungkapan non verbal partisipan, seperti
tertawa, menepuk kening, dsb.
7. Berikan inform consent pada calon partisipan.
8. Selama wawancara, sesuaikan dengan pertanyaan, lengkapi pada waktu tersebut (jika
mungkin), hargai partisipan dan selalu bersikap sopan santun. Pewawancara yang baik
adalah yang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.

Dalam hal ini pengambila data lebih fleksibel dengan menghilangkan unsur pengambilan
tempat wawancara dikarenakan situasi yang kurang memungkinkan yang membuat peneliti
menyesuaikan keadaan dari responden.

Hasil dan Pembahasan

Adapun hasil dari wawancara terhadap guru didapati bahwa adanya tuntutan kuriukulum
baru yaitu kurikulum 2013 merupakan faktor pertama yang membuat adanya pembelajaran praktek
membatik disekolah ini. Kebiasaan ini dimulai dari tahun 2013, dimana hal tersebut adalah awal
mula Kurikulum 2013 ini diterapkan di SDN 2 Wijirejo. Hal ini didukung dengan adanya tuntutan
guru untuk melakuakan pembelajaran secara aktif dan berkesan, salah satunya dengan penerapan
model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) ini. Diamana dalam hal ini guru berperan
memaparkan materi pembelajaran dengan praktek langsung, hal ini sesuai dengan definisi dari
model Project Based Learning yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek ungakap Made
Wena (dalam Lestari, 2015: 14).

Argumen tersebut diperkuat dengan fakta bahwa desa Wijirejo sendiri memiliki potensi
tentang batik, Desa wijirejo dikenal sebagai tempat industri kecil pengrajin batik tulis, tidak heran
penerapan pembelajaran ini terbilang lancar dan mendapatkan support penuh dari pihak keluarga
dan masyarakat. Bukan tanpa alasan pembelajaran batik diangkat sebagai media Project Based
Learning (PjBL) di SDN 2 Wijirejo. Kembali kepada karakteristik model Project based Learning
diantaranya yaitu peserta didik dihadapkan pada permasalahan konkret, mencari solusi, dan
mengerjakan projek dalam tim untuk mengatasi masalah tersebut.

Real-world problem atau masalah konkret yang dipakai dalam metode PjBL ini adalah
kurangnya ilmu pengetahuan, ilmu ketrampilan dan minat anak terhadap membatik dalam lingkup
lingkungan desa tersebut. Untuk itu dibuatlah pembelajaran praktik membatik sebagai Student
choice project atau solusi dari masalah tersebut. Dengan Project goal atau tujuan praktek supaya
dapat menumbuhkan rasa cinta, senang dan kreatifitas pada anak terhadap membatik. Hal tersebut
diperkuat dengan fakta bahwa hasil dari batik karya anak tersebut akan dikenakan oleh anak tersebut
sebagai seragam pada tahun ajaran selanjutnya. Project ini memiliki fungsi daya guna barang, yang
mana produk akan dimanfaatkan kembali oleh sekolah dari sebuah kain batik menjadi sebuah
seragam batik. Hal ini selaras dengan orientasi pada definisi yang dikemukakan Seels & Richey
(Richey & Nelson, 1996), yakni penelitian pengembangan merupkan studi yang sistematis tentang
perancangan, pengembangan pengevaluasian, program pengajaran, proses dan produk yang harus
memenuhi kriterian konsistensi internal dan keefektifan. Pelaksanaan project ini dilaksanakan oleh
seluiruh murid kelas III (tiga) pada akhir semester genap yang dikerjakan di sekolah. Kegiatan ini
digagas sebagai ajang kreatifitas siswa dalam membuat kebebasan dalam mencanting, yang mana
hasil batik tulis tersebut akan diwarnai bersama dan dijadikan sebagai bahan seragam batik sekolah
setiap hari kamis oleh murid itu sendiri dari kelas IV sampai kelas VI.

Melalui project tersebut dapat meningkatkan ketrampilan dan rasa cinta terhadap
kebudayaan batik serta membentuk sikap dan krakter kepada peserta didik dalam berproses. Hal ini
sesuai dengan fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional yang dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 passal 3 yang mengatakan bahwa:“Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”
Hal tersebut memercikkan semangat tersendiri bagi murid. Adapun respon dari ke 10
responden yang terdiri dari kelas IV sampai VI, sebanyak 70% menyatakan senang dalam
pelaksanaan membatik tersebut. 30% responden menyatakan kekecewaan karena tidak dapat
mengikuti pelaksanaan membatik, dikarenakan pembelajaran sedang daring. 30% responden
tersebut ialah semuanya murid kelas V.

Dapat disimpulkan seluruh murid memiliki rasa antusias yang besar terhadap project ini. Besar
harapan guru dan sekolah dalam kegiatan ini untuk menciptakan rasa kecintaan murid terhadap
budaya lokal terkhusus membatik, supaya kemajuan desa wijirejo sebagai kampung pengrajin batik
dapat cepat berkembang.

Kesimpulan
Tuntutan kurikulum dapat membawa pendidikan kearah yang lebih baik, salah satunya
melalui pembelajarannya. Mewujudkan tujuan dan fungsi pendidikan nasional adalah poin dari
pembelajaran, salah satunya dengan meningkatkan kreatifitas dan rasa cinta akan budaya lokal
seperti batik. Melalui pemanfaatan sumber daya yang ada pada wilayahnya SDN 2 Wijirejo mampu
mengembangkan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memiliki daya guna. Metode Project
Based Learning melalui membatik adalah salahsatu bentuk pembelajaran yang berkiprah kepada
kemajuan karakter dan sumber daya manusia. Semoga dapat menjadi contoh bagi sekolah yang lain,
pengimplementasian pembelajaran tidak hanya pada batik. Manfaatkan potensi yang ada pada
wilayah dan daerahmu guna mencapai pembelajaran yang memiliki daya guna memjaukan sumber
daya manusia.

Lampiran
Tahapan penentuan partisipan terbagi menjadi dua (2), yakni guru dan murid. Untuk guru
penulis membagi menjadi guru tiga (3) kelas yakni kelas III, IV dan V. Sedangkan untuk murid
penulis mengambil sampel anak kelas IV, V, dan VI dengan jumlah kelas IV sebanyak empat (4)
anak, kelas V sebanyak tiga (3) anak, dan kelas VI sebanyak empat (4) anak. Kemudian
menentukan jenis pertanyaan terhadap partisipan, yakni :

1. Guru :
 (penggalian informasi mengenai pembelajaran) kapan pembelajaran ini diterapkan?
 (penggalian informasi mengenai pembelajaran) apa alasan penerapan pembelajaran
ini?
 Bagaimana tanggapan ibuk, dengan adanya pembelajaran seperti ini pada mapel
MULOK?
 Apakah ada penerapan pembelajaran praktek pada mapel lain?
 Apa harapan ibuk dan sekolah mengenai penerapan ini?

2. Siswa
 Pertanyaan 1 : Apakah adik-adik tau di tempat pengrajin batik disini?
 Pertanyaan 2 : Apakah pelajaran membatik menyenangkan?
 Pertanyaan 3 : Apakah adik-adik senang praktek membatik kemarin?
 Pertanyaan 4 : Apakah adik-adik bisa membatik?

Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan partisipan pada tempat yang fleksibel dan
menyesesuaikan dengan keadaan lapangan. Kemudian proses wawancara dimulai.
Daftar Pustaka

Cahyadi1, Edi, Yari Dwikurnaningsih, Nurul Hidayati. 2019. “Peningkatan Hasil Belajar Tematik
Terpadu Melalui Model Project Based Learning Pada Siswa Sekolah Dasar” dalam Jartika: Jurnal
Riset Teknologi dan Informasi Pendidikan Vol. 2 No.1 (hlm. 205-218). Lombok Barat : Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Rekarta Mataram.

Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran Tematik Di Sd/Mi Pengembangan Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI).

Rachmawati, Imami Nur. 2007. “Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif: Wawancara” dalam
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.1(hal 35-40). Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.

Ikhsan, Nur Komara, Supian hedi. 2018. “ Implementasi dan Pengembangan Kurikulum 2013” dalam
Jurnal Ilmiah EDUKASI Volume 6, No 1

Munawaroh, Rosyidatul, BambangSubali, Achmad Sopya. 2012. “Penerapan Model Project Based
Learning Dan Kooperatif Untuk Membangun Empat Pilarpembelajaran Siswa Smp” dalam Unnes
Physics Education Journal volume 1, No 1 (hal 33-37). Semarang: Universitas Negeri Semarang

Afriana, Jaka. 2015. Project Based Learning (PjBL). Makalah untuk Tugas Mata Kuliah
Pembelajaran IPA Terpadu. Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Admin. 2021. “Tujuan Pendidikan Nasional”, https://kepegawaian.uma.ac.id/tujuan-pendidikan-


nasional/#:~:text=Tujuan%20Pendidikan%20Nasional%20adalah%20mencerdaskan,rohani%2C
%20kepribadian%20yg%20mantap%20serta, diakses pada 18 juni 2022 pukul 19.20

Anda mungkin juga menyukai