MINI PROJECT
Oleh :
dr. Ria Septi Harmia
Pendamping :
dr. Lita Feradila Rosa
MINI PROJECT
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah–
Nyalah penulis dapat menyelesaikan Mini Project ini dalam rangka memenuhi persyaratan
dalam program Internsip di Kabupaten Sumbawa mengenai “gambaran pengetahuan tentang
hipertensi dan implementasinya di Puskesmas Unit I Sumbawa”.
Dalam penyusunan tugas dan materi ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi.
Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi..
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Mini Project ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga Mini Project ini dapat bermanfaat dan membantu teman sejawat.
BAB V DISKUSI.....................................................................................................................22
5.1 Karakteristik Responden................................................................................................22
5.2 Data Hasil Penelitian......................................................................................................23
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................25
6.1 Kesimpulan.....................................................................................................................25
6.2 Saran...............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26
Lampiran 1 Lembar persetujuan Sebagai Responden..............................................................27
Lampiran 2 kuesioner Penelitian..............................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
Black dan Hawks menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kejadian hipertensi. Faktor risiko tersebut diklasifikasikan menjadi factor risiko yang
dapat diubah dan tidak dapat diubah. Factor risiko yang dapat diubah yaotu olahraga,
stress, obesitas, kebiasaan merokok, pola makan, konsumsi alkohol, konsumsi kalium,
konsumsi lemak dan kafein. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu
riwayat keluarga, genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.(2)
Menurut AHA (American Heart Assosiation) di Amerika tekanan darah tinggi
ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 285 atau 59 juta orang
mengidap Hipertensi. Semua orang yang mengidap Hipertensi hanya satu pertiganya yang
mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi, dari penderita yang mendapat medikasi
hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal/normal.
Berdasarkan hasil laporan kunjungan Puskesmas Unit I sumbawa, tercatat
hipertensi sebagai penyakit terbanyak ketiga selama tahun 2019. Apabila ditinjau
berdasarkan rekam medis pasien, sebagian besar penderita diketahui memiliki beberapa
faktor risiko dan tidak
rutin kontrol dan kosumsi obat.(3)
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang gejala Hipertensi
serta implementasi terhadap pola hidupnya setelah pemberian informasi
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Hipertensi
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya komplikasi penyakit
Hipertensi
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk rajin kontrol dan berobat apabila
menderita Hipertensi
1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mensosialisasikan kepada
masyarakat tentang penyakit Hipertensi dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
2. Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi Puskesmas untuk meningkatkan
CDR di Wilayah kerja puskesmas Unit I Sumbawa.
3. Bagi Penulis
Dapat digunakan sebagai prasyarat yang harus dipenuhi dalam tugas internsip di
puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Eigth Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC8) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok prehipertensi, hipertensi derajat 1
dan derajat 2 seperti yang terlihat pada gambar dibawah.(6)
5. Patosifisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimetermerkuri(mmHg). Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi
jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Banyak faktor
yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya
hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah.(7)
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respon terhadap stress psikososial,
produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor, asupan natrium
(garam) berlebihan, tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium, meningkatnya sekresi
renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron,
defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrogen oksida (NO), dan peptide natriuretik,
abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di
ginjal, diabetes mellitus,resistensi insulin, obesitas, perubahan reseptor adrenergik yang
mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular,
dan berubahnya transpor ion dalam sel.
6. Penatalaksaan
a. Terapi Non Farmakologis
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan
perubahan gaya hidup Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien
dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan
darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi (Anonima,
2006).
Pengobatan non-farmakologik yang utama terhadap hipertensi adalah
pembatasan garam dalam makanan, pengawasan berat badan, dan membatasi
minuman alkohol. Intervensi terhadap faktor di atas dapat digunakan sendirisendiri
atau dalam kombinasi. Pengobatan ini mungkin benar-benar berguna bila tekanan
darah diastolik antara 90-95 pada penderita dengan usia < 50 tahun yang tidak
mempunyai faktor-faktor resiko kardiovaskuler lainnya seperti: hiperkolesterolemia,
diabetes mellitus, laki-laki, kulit hitam, riwayat keluarga, atau bukti-bukti adanya
kerusakan organ target. Pengobatan non farmakologis diberikan sebagai tambahan
pada penderita-penderita yang mendapat terapi dengan obat-obat.(8)
1. Pembatasan Garam Dalam Makanan Pada beberapa orang dengan hipertensi ada
yang peka terhadap garam ( salt-sensitive ) dan ada yang resisten terhadap garam.
Penderita – penderita yang peka terhadap garam cenderung menahan natrium,
barat badan bertambah dan menimbulkan hipertensi pada diet yang tinggi garam.
Sebaliknya, penderita yang resisten terhadap garam cenderung tidak ada
perubahan dalam berat badan atau tekanan darah pada diet garam rendah atau
tinggi. Reaksi terhadap garam ini menerangkan mengapa beberapa orang yang
mempunyai panurunan tekanan darah yang tidak sesuai pembatasan garam dalam
makanan, sedang pada orang lain tekanan darah tetap tidak berubah. Dari
penelitian diketahui bahwa diet yang mengandung 1600-2300 mg natrium/ hari,
dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 9-15 mmHg dan
tekanan diastolik sebesar 7-16 mmHg. Pembatasan garam sekitar 2000 mg
natrium/ hari dianjurkan untuk pengelolaan diet pada kebanyakan penderita
hipertensi.
2. Mengurangi Berat Badan
Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142 % pada penderita-penderita yang
gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek dalam jumlah yang
cukup besar biasanya disertai dengan penurunan tekanan darah. Beberapa peneliti
menghitung rata-rata penurunan tekanan darah sebesar 20,7 sampai 12,7 mmHg
dapat mencapai penurunan berat badan rata-rata sebesar 11,7 Kg. terdadapat
hubungan yang erat antara perubahan berat badan dan perubahan tekanan darah
dengan ramalan tekanan darah sebesar 25/15 mmHg setiap kilogram penurunan
berat badan.
3. Pembatasan Alkohol
Orang-orang yang minum 3 atau lebih minuman alkohol per hari mempunyai
tingkat tekanan darah yang tinggi. Sekarang diperkirakan bahwa hipertensi yang
berhubungan dengan alkohol mungkin merupakan salah satu penyebab sekunder
paling banyak dari hipertensi, kira-kira sebanayak 5-12% dari kasus mengurangi
minum alkohol dapat menurunkan tekanan darah ( Tagor, 1996).
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet (Anonima , 2006):
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor
dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe
2.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan
tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
b. Terapi Farmakologis
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi bertujuan
menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah, (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG.(8)
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan darah
dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5 menit
dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan) tensimeter
dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi
untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising
carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (9)
8. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata.Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir pada
kegagalan jantung.Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki, kelopak
mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai penyaring
racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan tubuh, penderita
yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu dengan biaya yang
mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari sebagai akibat tekanan
darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan kebutaan atau gangguan
penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran
kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah.Ensefalopati dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat.(9)
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia.Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(4)
Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior).Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut
disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. (4)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab Hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG.(9)
8. Diagnosis
Diagnosis Hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan
darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5
menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan)
tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat Hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner,
gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam
keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab Hipertensi, perubahan
aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan
efek samping terapi antiHipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio Hipertensif, pemeriksaan leher untuk
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid.(10)
Komplikasi
Lab. Badas U
Bugis
Seketeng
Br Bara
Unter Iwes
Pekat
Moyo Hilir
Samapuin
Unter Iwes
Gambar 4.1 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Unit I sumbawa
4.3 Demografi
LUAS JUMLAH
NO KELURAHAN WILAYAH JUMLAH RT/ RW
(Km2) PENDUDUK
1 Dokter Umum 1 1
2 Dokter gigi
3 Perawat 36 11 3 22
4 Bidan 35 15 21
5 Kesehatan 7 4 3
Masyarakat
6 Kesehatan 2 1 1
Lingkungan
7 Laboratorium 4 2 2
8 Gizi 3 2 1
9 Rekam medis 1 1
10 Kefarmasian 2 2
11 Administrasi 8 7 1
12 Pekarya
13 Pengemudi 1 1
14 Apoteker
15 Satpam 1 1
Total 102 46 9 47
1 ISPA 2832
2 HT 1398
3 DM TIPE II 885
CEDERA AKIBAT
4 778
JATUH
5 GASTRITIS 573
6 DISLIPIDEMIA 513
ARTRITIS
7 489
REUMATOID
DERMATITIS
8 343
KONTAK IRITAN
DERMATITIS
9 284
KONTAK ALERGI
10 DIARE 216
JUMLAH 8.311
BAB V
DISKUSI
Dari tabel diatas, diketahui bahwa dari 10 responden didapatkan 5 responden (50%)
yang berjenis kelamin perempuan sedangkan 5 responden (50%) berjenis kelamin laki – laki.
Dari tabel diatas, diketahui bahwa responden terbanyak pada urutan pertama pada
rentang usia 51-60 tahun dengan persentase 50%, urutan kedua pada rentang umur 41-50
tahun dengan persentase 30%, urutan ketiga 31-40 tahun sebanyak 20 % .
5.2 Data Hasil Penelitian
Tabel 5.3 Data Hasil Observasi Responden
Catatan:
Data kunjungan responden didapatkan berdasarkan riwayat kontrol responden
yang tercatat pada rekam medis responden. Pada tabel diatas, A menunjukkan satu
minggu sebelum dilakukan intervensi (penjelasan tentang hipertensi) dan B
menunjukkan satu minggu pada kontrol berikutnya setelah intervensi.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata responden
menjawab benar ±50% soal pada kuesioner. Hal ini menandakan tingkat pengetahuan
responden tentang hipertensi masih kurang. Menurut catatan rekam medis rata-rata
responden rutin kontrol setiap minggu ke puskesmas karena jumlah obat yang
diberikan terbatas hanya untuk 7-10 hari. Berikut diagram yang menunjukan
penurunan tekanan darah pada responden setelah diberikan edukasi mengenai
hipertensi.
Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
pasien 1 pasien 2 pasien 3 pasien 4 pasien 5 pasien 6 pasien 7 pasien 8 pasien 9 pasien 10
Berdasarkan data yang ditampilkan pada Gambar 4.2 maka dapat diketahui
bahwa terdapat penurunan tekanan darah pada seluruh responden terutama pada
responden yang telah melakukan kontrol rutin.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari mini project ini adalah :
1. Tingkat pengetahuan responden mengenai Hipertensi masih sangat minimal.
2. Setelah pemberian materi terdapat peningkatan penilaian tingkat pengetahuan pada
masing-masing responden dengan indeks gain yang dicapai antara sedang-tinggi.
3. Setelah penjelasan materi, tingkat kesadaran responden terhadap keberhasilan terapi
hipertensi semakin meningkat.
6.2 Saran
Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Hipertensi masih sangat minimal
sehingga perlu dilakukan peningkatan upaya promosi kesehatan serta peninjauan langsung
ke masyarakat. Upaya promosi kesehatan diharapkan memiliki sasaran usia produktif
sehingga berperan optimal dalam pencegahan hipertensi pada saat usia lanjut karena
faktor degeneratif. Promosi kesehatan dapat dilakukan tidak hanya dalam forum resmi
oleh petugas kesehatan karena keberhasilannya bergantung pada kehadiran peserta.
Apabila petugas kesehatan dapat mengoptimalkan peran masyarakat yaitu dengan
melakukan pembelajaran pada masyarakat sehingga pada saat acara-acara non formal
yang melibatkan masyarakat maka dapat diselingi dengan pemberian informasi tentang
hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Arora. 2008. 5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta : Bhauana
Ilmu Populer.
Nama :
Umur :
Alamat :
Nama :
SIP :
Menyatakan tidak keberatan dan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh tersebut diatas, saya bersedia berperan dalam penelitian ini dan
menandatangani lembar persetujuan sebagai responden peneliti.
Peneliti Responden
( ) ( )
Lampiran 2. KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas
a. Tanggal pengisian kuesioner :
b. Nama :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Alamat :
g. Riwayat Hipertensi : □ Diri Sendiri
□ Orang tua
□ Tidak Ada
h. Mendapat Informasi Tantang Hipertensi : □ Keluarga
□ Pelayanan Kesehatan
□ Media Massa TV
□ Lain – lain
□ Tidak pernah
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan dan tanyakan kepada peneliti apabila ada
yang kurang dimengerti.
2. Isilah pertanyaan dengan mengisi pada kolom yang tersedia.
3. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
Contoh
No Pernyataan Benar Salah
Hipertensi merupakan
1 √
pembunuh diam - diam
4. Bila ingin memperbaiki jawaban beri tanda silang (X) pada jawaban yang salah,
kemudian beri tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
Contoh
Hipertensi merupakan
1 √X √
pembunuh diam - diam