Anda di halaman 1dari 16

MACAM-MACAM DAN KARAKTERISTIK AKHLAK TASAWUF

IRFANI, AKHLAKI, DAN FALSAFI MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah

AKHLAK TASAWUF

Dosen pengampu :

As Pino Be Kahar, M.Pd.

Disusun Oleh :

Fikri Wahyu Hidayatullah (20210201)

PGMI/Semester 2

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM RIYADLOTUL MUJAHIDIN
PONDOK PESANTREN WALI SONGO
NGABAR PONOROGO
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya lah saya bisa menyelesaika makalah yang membahas macam-macam dan
Karakteristik Tasawuf Irfani, Akhlaki, dan Falsafi. Selanjutnya, sholawat serta
salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafaatnya kelak di yaumil qiyamah. Dengan selesainya penyusunan
makalah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan sumbangsih baik berupa tenaga ataupun pikiran sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya, terutama kepada beliau Bapak As Pino
Be Kahar, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Saya menyadari bahwasanya makalah ini masih sangat jauh dari sebuah
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangatlah saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
Makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Ngabar, 2 Juli 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BABII PEMBAHASAN 2

A. Tasawuf Irfani 2
B. Tasawuf Akhlaki 5
C. Tasawuf Falsafi 7
BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak tasawuf hingga sampai saat ini kehadiranya sangat penting
bagi kehidupan sehari-hari, karena merupakan salah satu Khazanah
Intelektual muslim. Dalam perjalanan umat untuk hidup agar selamat dunia
akhirat Akhlak Tasawuf menjadi awal dan pemandu dalam perjalan di
kehidupan ini. Hal ini merupakan misi utama Rasullullah Nabi Muhammad
SAW untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, serta keberhasilan dakwah
beliau dan sudah dicatat dalam Al-Qur’an. Akhlak yang baik dan mulia itu
dijadikan sebagai contoh sauri teladan bagi kehidupan umat manusia.
Manusia yang patuh dan taat maka akan dijamin hidupnya baik di dunia
maupun diakhirat.
Pada saat sekarang di zaman modern akhlak tasawuf sangat berperan
penting sebagai masa depan manusia yang dihadapkan pada masalah moral,
Misalnya sikap yang tak Berakhlak dan tak bertasawuf. Dalam kehidupan
yang terjadi dalam hal yang menyimpang dan terjadi penyalahgunaan dalam
kesempatan untuk mengambil perbuatan buruk yang telah dilakukan dan
merugikan orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Irfani?
2. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Akhlaki?
3. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf Falsafi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Tasawuf Irfani.
2. Untuk mengetahui Tasawuf Akhlaki.
3. Untuk mengetahui Tasawuf Falsafi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tasawuf Irfani
1. Pengertian Tasawuf Irfani
Kata irfani berasal dari akar kata bahasa arab ”arafa” dan
berhubungan dengan kata sinonim yaitu “ma’rifah” , yang mempunyai
makna suatu pengetahuan.1 „lrfan atau makrifat berkaitan dengan
pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman. Hal ini
berbeda dengan istilah atau konsep ilmu yang diperoleh melalui usaha
(kasb) pencarian dari transformasi (naql) atau penalaran rasio (aql).2
Menurut Istilah Tasawuf Irfani yaitu, suatu pengetahuan yang
diperoleh melalui pencapaian dan penyinaran hakekat oleh Tuhan
kepada hamba yang menjalani (salik) sehingga terbuka hakekat tersebut
(kasyf) melalui jalur olah rohani atau laku-jiwa yang didasarkan atas
nama cinta (mahabbah).3
Dalam Tradisi irfani pada dasarnya bersumber dari dalam Islam
sendiri.4 Sebab, pada dasarnya Islam dalam ajarannya, terdapat suatu
dimensi yang mengandung unsur zahir yang mengambil pola pada
ajaran syari‟at dan ada dimensi lainnya yang mengandung unsur batin
yang mengambil pola aspek hakikat. Unsur hakikat inilah yang
membentuk nalar „irfani atau gnostik. Di samping bersumber dari Islam
sendiri, menurut J. S. Tirmingham, tradisi spiritualitas Islam atau „irfani

1
Muhammad,Abid al-Jabiri, Bunyah al-Aql al-Arabi, (Beirut: Al-Markaz As-Saqafi,Al-Arabi,
1993), hlm. 251.
2
Abidin,Zainal, Nalar Irfani:Tradisi Pembentukan dan Karakteristiknya, Jurnal
RI”AYAH,Vol.4,No.01,Januari-Juni 2019,hlm.123.
3
Mehdi Ha’iri Yazdi, Ilmu Hudhuri: Prinsip-prinsip Epistemologi dalam Filsafat Islam, alih
bahasa Ahsin Muhammad, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 47.
4
Lihat perdebatan tentang asal-usul irfani atau tasawuf Islam dalam uraian R.A. Nicholson, Mistik
dalam Islam, alih bahasa Tim Penerjemah Bumi Aksara, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hlm. 8

5
juga mendapat pengaruh dari tradisi dan kebudayaan lain waktu itu
yang kemudian turut memperkaya sistem irfani tersebut.5

2. Tokoh-tokoh yang mengembangkan Tasawuf Irfani


a. Rabiah Al Adawiyah
Nama lengkap Rabiah adalah rabiah bin Ismail Al
Adawiyah Al Bashriyah Al Qaisiyah. Ia dilahirkan pada tahun 95 H
/ 713 M ditempat perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan
wafat di kota itu pada tahun 185/801 M. Ia dilahirkan sebagai putri
keempat, orang tuanya menamakan Rabiah. Kedua orang tuannya
meninggal ketika ia masih kecil. Ketika pada saat perang di
basyrah, ia dilarikan penjahat dan dijual kepada keluarga atik dari
suku Qais Banu Adwah. Dikeluarga inilah, ia bekerja keras, namun
akhirnya dibebaskan lantaran melihat cahaya yang memancar
diatas kepala Rabiah dan menerangi seluruh ruangan rumah pada
saat ia sedang beribadah.6
Pemikiran Rabiah Al Adawiyah dalam Tasawuf Irfani Yaitu,
Rabiah dinilai tokoh tasawuf pertama yang menyatakan doktrin
cinta tanpa pamrih kepada Allah atau pelopor agama cinta
(mahabbah). Di dalam sejarah perkembangan tasawuf, hal ini
merupakan konsepsi baru di kalangan sufi kala itu. Karena itulah ia
disebut “The Mother of The Grand Master/ Ibu para sufi besar.
b. Zun Nun al-Mishri
Zun Nun al-Mishri memiliki nama lengkap Abu al-Faid
Tsauban bin Ibrahim. Dilahirkan di salah satu kawasan di Mesir
bernama Ekhmim pada tahun 180 H (798). Dan wafat pada tahun
246 H(856M). Julukan Dzu al-Nun diberikan kepadanya
berhubungan dengan berbagai kelebihan yang diberikan Allah
kepadanya. Posisi Al-Mushri dalam tasawuf dilihat penting karena
5
J. S. Tirmingham, The Sufi Orders in Islam, (London: Oxford University Press, 1971), hlm. 2.

6
Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf , (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010) hlm. 253-254.

6
dia lah orang pertama di Mesir yang membicarakan masalah ahwal
dan maqamat para wali. Dia juga dipandang sebagai ahli faham
ma’rifah.
Pemikiran Zun Nun al-Mishri dalam Tasawuf Irfani yaitu,
penjelasan yang berisi tentang Maqamat, Ahwal, dan Ma’rifah.

c. Al-Junaid
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Junaid bin
Muhammad al-Khazzaz al-Nihawandi, lahir di Wihawand,Irak.
Menetap di Bagdad dan meninggal pada tahun 297H (910M). Dia
adalah seorang faqih dan juga seorang sufi yang cukup terkenal
dengan keluasan wawasannya. Al-Junaid terkenal dengan konsep
tauhidnya yang didasarkan kefanaan. Dimana pemahaman akan
hakikat Allah tidak akan dicapai dengan akal fikiran tetapi melalui
kefanaan yang mana kefanaan ini sendiri adalah pemberian dari
Tuhan. Kefanaan menurutnya adalah peniadaan diri dan segala
sesuatu kecuali Allah yang kemudian ia sebut dengan baqa’.7
Pemikiran Al-Junaid Tentang Tasawuf Irfani yaitu, Tasawuf
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, Al-Junaid terkenal dengan
konsep tauhidnya yang didasarkan kefanaan. Dimana pemahaman
akan hakikat Allah tidak akan dicapai dengan akal fikiran tetapi
melalui kefanaan yang mana kefanaan ini sendiri adalah pemberian
dari Tuhan. Kefanaan menurutnya adalah peniadaan diri dan segala
sesuatu kecuali Allah yang kemudian hidup dalam Dia (Allah) yang
ia sebut dengan baqa’. Perlu diperhatikan disini bahwa Al-Junaid
mengatakan: “Tauhid yang secara khusus dianut oleh para sufi
adalah pemisahan antara yang qadim dengan yang hulus”.

3. Karakteristik Nalar Irfani

7
Jamil, Akhlak Tasawuf, (Medan:Referensi,2013), hlm.121-122.

7
Nalar irfani mempunyai arti lain dalam perbedaan dengan nalar
lainnya yaitu, didalam proses dan metodenya dapat dilihat bahwa, naral
irfani itu berkaitan dengan hati (qalb) karena dalam wilayahnya bekerja
pada dimensi batin. Nalar irfani juga terdapat objek secara langsung
yang dapat ditangkap, misalnya nalar irfani bersifat abstrak yaitu,
mempunyai rasa cinta, benci, kecewa, dan bahagia.
Jadi dalam pengetahuan irfani itu tidak berdasarkan atas teks yang
ada di bayani, tetapi ada pada kasyf, yaitu suatu pengalaman yang
dialaminya dengan menyikapi rahasia-rahasia realitas Tuhan. Sumber
dari nalar irfani adalah realitas pengalaman (experience) yang
ditemukan langsung oleh sang arif atau sufi sebagai kelompok
pendukung keilmuan dalam sistem nalar ini. Karena itu, pengetahuan
irfani tidak diperoleh berdasarkan analisis teks dan pembuktian empiris,
tetapi diperoleh dengan ruhani,8 di mana dengan kesucian hati,
diharapkan Tuhan akan melimpahkan (faidh) pengetahuan langsung
kepadanya.
Denagan demikian, dijelaskan bahwa kekhasan nalar irfani itu
terletak pada sifatnya yang langsung. Pembahasan Mengenai karakter
dari sifat langsung irfani dalam menangkap objeknya tersebut,
kemudian dapat dianalisis ke dalam beberapa hal; Pertama,
pengetahuan irfani bisa dicapai melalui pengalaman, yaitu dengan
mengalami atau merasakan sendiri objeknya. Oleh karena itu, dalam
nalar irfani dapat dilihat dari sudutnya yang disebut dzauqi (rasa), dan
bukan melalui penalaran, seperti yang dilakukan oleh nalar burhani.
MisaInya, kita tidak akan mengetahui atau memahami "cinta" semata
dengan membaca literatur tentang cinta, tetapi kita mengenal cinta
tersebut dengan mengalaminya.9
B. Tasawuf Akhlaki
8
Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam, (Bandung:
Mizan, 2003), hlm. 59.
9
Abidin,Zainal, Nalar Irfani:Tradisi Pembentukan dan Karakteristiknya, Jurnal
RI”AYAH,Vol.4,No.01,Januari-Juni 2019,hlm.124.

8
1. Pengertian Tasawuf Akhlaki
Kata “tasawuf” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti bisa
“membersihkan” atau “saling membersihkan”. Kata membersihkan
merupakan kata kerja yang membutuhkan objek. Objeknya tasawuf
adalah akhlak manusia. Kemudian kata “ahlaq” juga berasal dari bahasa
Arab yang secara bahasa bermakna “pembuatan” atau “penciptaan”.
Dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau
tingkah laku.
Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran maupun pertimbangan. Jadi, jika kata “tasawuf”
dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah frase yaitu
tasawuf akhlaki. Secara etimologi, tasawuf akhlaki ini bermakna
membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.10
Penjelasan dalam Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang membahas
tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada
pengaturan sikap dan mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat
guna mencapai kebahagiaan yang optimum. Pada tasawuf akhlaki
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapannya
terdiri dari takhalli (mengosongkan diri dari perbuatan buruk), tahalli
(menghiasinya dengan akhlak terpuji), tajalli (terbukanya dinding
penghalang hijab).11
Sistem pembinaan akhlak pada tasawuf akhlaki diantaranya yaitu:
a. Takhalli
Merupakan langkah pertama yang harus dijalani seseorang,
yaitu usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela.
Hal ini dapat tercapai dengan menjatuhkan diri dari kemaksiatan

10
Nasution, Ahmad Bangun, Rayani Hanum Siregar, Ahlak Tasawuf pengenalan, pemahaman dan
pengaplikasiannya. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013),hlm.197.
11
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015),
hlm.16

9
dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa
nafsu.

b. Tahalli
Adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji.
Tahapan tahalli ini dilakukan setelah jiwa dikosongkan dari akhlak-
akhlak jelek.
c. Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui
pada fase tahalli, rangkaian pendidikan akhlak disempurnakan pada
fase tajalli. Tahap ini termasuk penyempurnaan kesucian jiwa. Para
sufi sependapat bahwa tingkat kesempurnaan kesucian jiwa hanya
dapat ditempuh dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan
memperdalam rasa kecintaan itu.12
2. Tokoh-tokok Tasawuf Akhlaki
1) Hasan Al-Bashri
Nama lengkap Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar. Adalah seorang
zahid yang amat mashyur di kalangan tabi’in. Ia lahir di Madinah pada
tahun 21 H (632 M) dan wafat pada 110 H (728 H). Ajaran Tasawuf
Akhlaki Hasan Al-Bashri menurut Hamka salah satunya yaitu :
Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada
rasa tenteram yang menimbulkan perasaan takut.
2) Al-Muhasibi
Nama lengkap Abu ‘Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al-
Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Bashrah, Irak, tahun 165 H (781
M) dan meninggal tahun 243 H (857 M). Ajaran Tasawuf Akhlaki Al-
Muhasibi yaitu, Makrifat, Khauf dan Raja’.
3) Al-Ghazali

12
Ibid,hlm.16.

10
Nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ta’us
Ath-Thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali. Beliau dipanggil Al-Ghazali karena
dilahirkan di kampung Ghazlah, suatu kota di Khurasan, Iran tahun 450
H (1058 M). Ajaran Tasawuf Al-Ghajali yaitu, Dalam tasawufnya Al-
Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunnah Nabi Muhammad Saw ditambah dengan doktrin Ahlu As-
Sunnah wa Al-Jamaah. Menurut Al-Ghazali jalan menuju tasawuf baru
dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa serta
membersihkan diri dari moral yang tercela sehingga kalbu dapat lepas
dari segala sesuatu yang selain Allah Swt dan berhias dengan selalu
mengingat Allah Swt.

3. Karakteristik Tasawuf Akhlaki


a. Melandaskan diri pada Alquran dan As-Sunnah. Dalam ajaran-
ajarannya, cenderung memakai landasan Qur’ani dan Hadis sebagai
kerangka pendekatannya.
b. Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu keterkaitan antara
tasawuf (sebagai aspek batiniahnya) dengan fiqh (sebagai aspek
lahirnya).
c. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antartuhan dan
manusia.
d. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan
pengobatan jiwa dengan cara latihan mental (takhalli, tahalli, dan
tajalli).
e. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat. Terminologi-
terminologi yang dikembangkan lebih transparan.13

C. Tasawuf Falsafi
1. Pengertian Tasawuf Falsafi

13
Nasution, Ahmad Bangun, Rayani Hanum Siregar, Ahlak Tasawuf pengenalan, pemahaman dan
pengaplikasiannya. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013),hlm.203.

11
Tasawuf Falsafi Adalah tasawuf yang ajarannya memadukan
antara visi dan mistis dan rasional sebagai penggagasannya. Pada
tasawuf falsafi pendekatan yang digunakannya adalah pendekatan
rasio atau akal pikiran, karna dalam tasawuf ini menggunakan bahan-
bahan kajian atau pemikiran yang terdapat dikalangan filosof. Seperti
filsafat tentang tuhan, manusia, hubungan manusia dengan tuhan dan
lain sebagainaya.
Tasawuf falsafi ini mulai muncul dengan jelas dalam Islam
sejak abad VI Hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal dan
berkembang, terutama dikalangan para sufi yang juga merupakan
seorang filosof.14
Menurut At-Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah
ajarannya yang samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang
hanya dapat dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf
tersebut. Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena
ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa (dzauq), tetapi tidak dapat
pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam pengertiannya yang murni,
karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih
berorientasi pada panteisme.

2. Tokoh-tokoh Tasawuf Falsafi


a. Ibnu Arabi
Nama Lengkap beliau adalah Muhammad bin ‘Ali bin
Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Lahir di Murcia,
Andalusia Tenggara, Spanyol tahun 560 M. Di antara karya
monumentalnya adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah yang di tulis
tahun 1201, dan masih banyak karya lainnya. Ajaran Ibnu Arabi
dalam Tasawuf Falsafi yaitu, berisi tentang Penjelasan Wahdat Al
Wujud, Haqiqah Muhammadiyyah, dan Wahdatul Adyan.
b. Al-Jili

14
Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), hlm.64.

12
Nama lengkap beliau adalah ‘Abdul Karim bin Ibrahim Al-
Jili. Lahir pada tahun 1365 M di Jilan (Gilan) sebuah provinsi di
sebelah selatan Kaspi dan wafat tahun 1417 M. ajaran Al-Jili
dalam Tasawuf Falsafi Yaitu, berisi tentang penjelasan Ihsan
Kamil dan Maqamat (Al-Martabah).
c. Ibnu Sab’in
Nama Lengkap beliau adalah ‘Abdul Haqq Ibnu Ibrahim
Muhammad Ibnu Nashr, ia dilahirkan tahun 614 H (1217-1218 M)
di kawasan Murcia. Ajaran Ibnu Sab’in yaitu berisi tenttang
Penjelasan Kesatuan mutlak dan Penolakan Terhadap Logika
Arisotelian.
3. Karakteristik Tasawuf Falsafi
Ciri-ciri tasawuf Falsafi Yaitu banyak kesamaran yang
ditemukan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya sebuah istilah-istilah
filsafat yang dijadikan sebagai terminologi dalam tasawuf falsafi.
Dengan demikian masih banyak pakar tasawuf yang mengatakan bahwa
tasawuf falsafi tidak bisa dianggap menjadi tasawuf yang original.
Karena banyaknya istilah dan ajaran yang mempunyai syarat dengan
filsafat.15 Ciri pokok dari tasawuf falsafi adalah menggabungkan
rasional dengan rasa sufistik.16

Sedangkan menurut pendapat lain bahwa karakteristik penting


dari tasawuf falsafi yaitu17 :
1) Gabungan antara pemikiran filosofis dan rasional. Tasawuf
falsafi sangat sering menggunakan dalil naqliyah (berdasarkan
pemikiran).

15
Lusinta Rehna Ginting, Mely Nadia, Pembentukan dan Perkembangan Tasawuf Falsafi, Jurnal
Bilqolam Pendidikan Islam,hlm.54.
16
Sulaiman, M.,Pemikiran Tasawuf Falsafi Awal: Rabi’ah Al-‘Adawiyah, Al-Bustami dan Al-
Hallaj. Refleksi: Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam,Vol.20,No.(1),2020,hlm. 1–124.
17
Solihin, R. A. dan M.,Ilmu Tasawuf. Pustaka Setia,2000),hlm.57.

13
2) Terdapat riyadhah (latihan rohani) untuk mencapai
kebahagiaan.
3) Iluminasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui
hakikat sesuatu.
4) Menggunakan istilah atau terminologi dengan menggunakan
simbol-simbol.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata irfani berasal dari akar kata bahasa arab "arafa" dan
berhubungan dengan kata sinonim yaitu "ma'rifah" , yang mempunyai
makna suatu pengetahuan. Hal ini berbeda dengan istilah atau konsep ilmu
yang diperoleh melalui usaha (kasb) pencarian dari transformasi (naql) atau
penalaran rasio (aql). Posisi Al-Mushri dalam tasawuf dilihat penting karena
dia lah orang pertama di Mesir yang membicarakan masalah ahwal dan
maqamat para wali. Al-Junaid terkenal dengan konsep tauhidnya yang
didasarkan kefanaan. Kefanaan menurutnya adalah peniadaan diri dan
segala sesuatu kecuali Allah yang kemudian ia sebut dengan baqa'.

B. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Abid al-Jabiri,Muhammad,Bunyah al-Aql al-Arabi. 1997. Beirut: Al-Markaz As-


Saqafi,Al-Arabi.
Ahmad Bangun,Nasution, Rayani Hanum Siregar. 2013. Ahlak Tasawuf
pengenalan, pemahaman dan pengaplikasiannya. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Anwar,Rosihan. 2010. Akhlak Tasawuf . Bandung : CV Pustaka Setia.
Jamil. 2013. Akhlak Tasawuf. Medan:Referensi.
Kartanegara,Mulyadhi. 2003. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi
Islam. Bandung: Mizan.
M. Sulaiman. 2020Pemikiran Tasawuf Falsafi Awal: Rabi’ah Al-‘Adawiyah, Al-
Bustami dan Al-Hallaj. Refleksi: Jurnal Filsafat dan Pemikiran
Islam.Vol.20.No.(1).
Nata,Abbudin. 2015. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Nicholson,R.A. 1998. Lihat perdebatan tentang asal-usul irfani atau tasawuf Islam
dalam uraian Mistik dalam Islam, alih bahasa Tim Penerjemah Bumi
Aksara. Jakarta: Bumi Aksara.
R. A.Solihin, M. 2000.,Ilmu Tasawuf. Pustaka Setia.

Rehna Ginting,Lusinta, Mely Nadia. Pembentukan dan Perkembangan Tasawuf


Falsafi, Jurnal Bilqolam Pendidikan Islam.
Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

15
Tirmingham,J.S. 1971. The Sufi Orders in Islam. London: Oxford University
Press.
Yazdi,Mehdi Ha’iri. 1995. Ilmu Hudhuri: Prinsip-prinsip Epistemologi dalam
Filsafat Islam, alih bahasa Ahsin Muhammad.Bandung: Mizan.
Zainal,Abidin. 2019. Nalar Irfani:Tradisi Pembentukan dan Karakteristiknya,
Jurnal RI”AYAH,Vol.4.No.01.Januari-Juni.

16

Anda mungkin juga menyukai