PEMBELAJARAN PADA
MASA COVID-19
DI MADRASAH
Penulis:
Ridwan
Hanafi Pelu
Anggota IKAPI
Register 166/JTI/2016
All right reserved
Penulis:
Ridwan
Hanafi Pelu
Tata Naskah:
Rizki Janata
Tata Sampul:
Dio Vallian Putra
ii
KATA PENGANTAR
iv
PRAKATA
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAGIAN I:
KREATIVITAS GURU, SEJARAH MADRASAH DAN
PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
A. Kreativitas Guru .............................................................................................1
B. Sejarah Madrasah ....................................................................................... 15
C. Perkembangan Madrasah di Indonesia ........................................... 26
BAGIAN II:
PENDIDIKAN MODERAT DAN MODERASI PERSPEKTIF AGAMA
A. Pendidikan ..................................................................................................... 47
B. Moderat ........................................................................................................... 63
C. Moderat Perspektif Agama .................................................................... 67
BAGIAN III:
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Belajar .............................................................................................................. 81
B. Pembelajaran ................................................................................................ 86
C. Pembelajaran di Madrasah .................................................................... 95
BAGIAN IV:
CORONA VIRUS DESEASE
A. Corona Virus Desease .............................................................................. 106
B. Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) ........................................ 112
vi
BAGIAN V:
IMPLEMENTASI PENDDIKAN MODERAT DALAM
PEMBELAJARAN PASCA COVID-19 DI MADRASAH
A. Moderasi ...................................................................................................... 121
B. Moderasi dalam Persfektif Teorities .............................................. 123
C. Pembelajaran Berbasis Moderasi .................................................... 125
D. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Moderasi ...................... 126
E. Merumuskan Pembelajaran Berbasis Moderasi ....................... 128
F. Tujuan Pembelajaran Berbasis Moderasi .................................... 131
vii
A. Kreativitas Guru
P
erkembangan pendidikan di era 4.0 ini menuntut dan
mengharuskan guru agar kreatif dalam pembelajaran, apalagi di
masa pandemic Covid-19 yang telah merambah keseluruh
penjuru dunia dan telah banyak memakan korban. Oleh karena itu, peran
dan kretaivitas guru harus selalu up-to date dengan perkembangan
teknologi tersebut.
Pembelajaran daring yang diterapakan Madrasah dalam kegiatan
pembelajaran selama Covid 19 dengan membentuk kreativitas siswa
yang mandiri sehingga pembelajaran yang disampaikan bukan sekedar
menulis dan mendengarkan penjelasan dari guru akan tetapi siswa juga
ikut berperan aktif didalamnya meskipun berlangsung secara daring.
Proses pembelajaran daring akan berhasil apabila guru secara
berkala untuk itu seorang guru harus mengajar dengan hati. Sehingga
ketika seorang guru mengajar dengan hati guru akan memberikan yang
terbaik demi keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam mengembangkan kreativitas siswa diperlukan hal atau
syarat yang mendukung yaitu; guru kreatif yang mencakup
pembelajaran kreatif (creative teaching), kepala Madrasah yang kreatif
(creative leadership) dan lingkungan yang kreatif. Pengembangan
kreativitas dalam konteks bangsa untuk menyiapkan warga bangsa
dalam mengadapi kehidupan yang sangat kompetitif (globally). Dalam
konteks dunia Madrasah, pengembangan kreativitas dimaksudkan
B. Sejarah Madrasah
Islam pada hakikatnya menghendaki umatnya untuk memiliki
perhatian yang besar (concern) terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini
ditunjukkan ketika kehadiran Islam itu sendiri, wahyu yang pertama kali
diterima Rasulullah Saw. (Surah al-‘Alaq ayat 1-5), adalah perintah untuk
“membaca”, yang tentunya dengan berbagai penafsiran terhadap kata
“membaca” tersebut. Sangat jelas, perintah tersebut merupakan suatu
landasan bagi umat Islam untuk terus “membaca”, yang secara substantif
sebenarnya memerintahkan umat Islam untuk terus mengembangkan
ilmu pengetahuan.
Transformasi ilmu pengetahuan, terutama ilmu ke-Islam-an
(pendidikan Islam) telah berlangsung sejak masuknya Islam di suatu
wilayah di mana Islam mulai diterima, diajarkan dan diamalkan oleh
pemeluknya. Demikian halnya yang terjadi di Indonesia. Hasil seminar
masuknya Islam di Indonesia yang dilaksanakan di Medan tahun 1963
menginformasikan bahwa Islam masuk Indonesia pada abad I Hijriah
atau abad VII Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Arab. Melalui
pesantren dan masjid-masjid juga madrasah-madrasah, aspek Islam
yang pertama kali dikembangkan atau diajarkan adalah aspek tasawuf
yang kemudian disusul aspek fiqih, namun tidak berarti bahwa aspek
fiqih tidak penting, mengingat tasawuf yang berkembang di Indonesia
adalah tasawuf Sunni yang menempatkan fiqih pada posisi penting
dalam struktur bangunan tasawufnya. Hal ini bisa dipahami dari
kurikulum pesantren dan madrasah yang dikembangkan pada waktu itu
yang berkisar pada aspek tasawuf, fiqih, kalam, ilmu alat (nahwu, sharaf,
balaghah, dan lain-lain), tafsir (al-Qur’an dan hadits), dan sebagainya.
P
entingnya pendidikan di Indonesia termasuk ke dalam langkah
pemerintah melalui Kementerian dan lembaga, untuk
mencerdaskan anak bangsa. Salah satunya adalah pendidikan
karakter, untuk mengiringi tumbuh kembang manusia mulai dari anak
usia dini hingga tingkat universitas. Pendidikan telah menjadi
program Nasional yang terus dikembangkan, untuk
mencapai standar sumber daya manusia era globalisasi.
Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan,
dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak.
Secara etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa
Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin”
dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan
“menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif
pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap
pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti
prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas, dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau
magang.
B. Moderat
Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin moderâtio, yang berarti
ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga
berarti penguasaan diri (dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian
kata moderasi, yakni: 1. n pengurangan kekerasan, dan 2. n
penghindaran keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu bersikap
moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar, biasa-
biasa saja, dan tidak ekstrem.
Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam
pengertian average (rata-rata), core (inti), standard (baku), atau non-
aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat berarti
mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak,
baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika
berhadapan dengan institusi negara. Dengan demikian moderasi
merupakan sebuah pernyataan sikap dari seseorang terhadap suatu
pilihan atau tindakan yang akan dilakukannya. Moderasi secara
sederhana dimaknai sebagai jalan tengah yang dipilih seesorang dalam
bersikap atau bertindak terhadap dua peristiwa yang berlawanan atau
berbeda.
M
engajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk
mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar (Ngalim
Purwanto, 1996: 84). Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan
pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang
ada.
Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari
perencanaan pembelajaran, Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki
hakekat perencanaan atau perancangan (design) sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak
berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran
menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan
pada “apa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan
adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagimana cara
menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi
antara sumbersumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara
optimal.
B. Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata dasar belajar, dalam arti
sempit, pembelajaran merupakan suatu proses belajar agar seseorang
dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan
lingkungan dan pengalaman. Sebagaimana yang terdapat dalam UU RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
menyebutkan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi
siswadengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Menurut (Miarso, 2004), pembelajaran adalah usaha pendidikan
yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali .
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis,
kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar
Hamalik, 2002: 56).
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap
demokratis bagi siswa. Pembelajaran efektif juga dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan
kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah
mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam
melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Didalam
menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka
perlu dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan
C. Pembelajaran di Madrasah
Madrasah memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa.
Saat ini pendidikan madrasah masih dianggap pendidikan “kelas dua”.
Hal ini terjadi karena penyelenggaraan Madrasah masih menghadapi
sejumlah masalah besar mulai seperti persoalan pengelolaan dan
rendahnya mutu pendidikan Madrasah.
Pendidikan merupakan sektor penting dalam pembangunan
bangsa, melalui pendidikan kita menyiapkan sumber daya manusia
(SDM) yang mampu mengisi pembangunan bangsa ke depan. Pentingnya
pendidikan sebagai pilar pembangunan secara tegas tertuang dalam
pembukaan UUD 1945. Sesuai alinea ke-4 salah satu tujuan bangsa
Indonesia adalah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Cerdas dalam
semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia
menyelenggarakan pendidikan dalam satu sistem pendidikan nasional.
Salah satunya adalah penyelenggaraan pendidikan Islam yang
diselenggarakan bersama antara Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Agama (Kemenag)
yang fokus menyelenggarakan pendidikan Agama dan pendidikan
Keagamaan.
Menurut Keputusan Menteri Agama nomor 184 Tahun 2019
tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah diterbitkan
untuk mendorong dan memberi aturan bagaimana berinovasi dalam
implementasi kurikulum madrasah serta memberikan payung hukum
dalam pengembangan kekhasan Madrasah, pengembangan penguatan
A. Moderasi
Moderasi dari segi bahasa, berasal dari bahasa Inggris moderation
yang memiliki arti sikap sedang, sikap tidak berlebihan-lebihan (Echols
& Shadily, 2009) Dengan demikian moderasi merupakan sebuah
pernyataan sikap dari seseorang terhadap suatu pilihan atau tindakan
yang akan dilakukannya. Moderasi secara sederhana dimaknai sebagai
jalan tengah yang dipilih seesorang dalam bersikap atau bertindak
terhadap dua peristiwa yang berlawanan atau berbeda.