Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Implementasi Ketaatan Beribadah

Ketaatan beribadah dapat diartikan sebagai suatu bentuk

perilaku atau sikap ketundukan manusia dalam menghambakan diri

kepada allah melalui ritual-ritual ibadah yang disyari’atkan dalam

ajaran agamanya dan telah menjadi suatu kewajiban yang

dilaksanakan dengan ketaatan dan kesungguhan diri untuk senantiasa

mengabdikan dirinya kepada Tuhan semesta alam, serta diikuti

dengan hubungan harmonis dan selaras terhadap manusia yang

lainnya (ibadah mahdhah dan ghoiru mahdhah).

Disamping itu telah jelas agama merupakan jalan menuju

keselamatan di dunia dan akhirat, maka dari itu agama mempunyai

peran penting dalam mengatur kehidupan manusia, sebab di dalamnya

telah mengandung mengenai hukum dan akhlak (moral) bagi

pemeluknya (Dawam Mahfud, dkk, 2017 : 41).

Firman Allah Al-Quran Al-Hud 123 :

ۚ ‫اعبُ ْدهُ َوَت َو َّك ْل َعلَْي ِه‬ ِ ِ ‫ات واَأْلر‬ ِ َّ ‫ولِلَّ ِه َغيب‬
ْ ‫ض َوِإلَْيه يُْر َج ُع‬
ْ َ‫اَأْلم ُر ُكلُّهُ ف‬ ْ َ ‫الس َم َاو‬ ُْ َ
‫ك بِغَافِ ٍل َع َّما َت ْع َملُو َن‬
َ ُّ‫َو َما َرب‬

”Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan

kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka


sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali

Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (Asrof, 2022:

110)

Ayat di atas menujukan bahwa Ketaatan beribadah sebagai

suatu media penanaman dan pengembangan kualitas diri manusia

dalam menjalankan hidup untuk senantiasa tunduk dan patuh pada

ajaran tuhan sehingga menjadikan mereka sebagai hamba yang

selamat dengan selalu menjalankan ajaran-nya dan menjauhi

laranganya melalui pola dan bentuk perilaku ataupun sikap serta

ibadah yang ditentukan.

Ketaatan beribadah membawa dampak positif bagi

kehidupan manusia. Jadi, seseorang yang taat beribadah semata

mata hanya mengharap ridho Allah SWT, maka ia akan selalu

mendapatkan petunjuk dalam menghadapi kehidupan yang fana ini

dan jiwa akan menjadi tentram.

a. Tujuan ketaatan beribadah

Ketaatan beribadah bertujuan untuk membantu

membersihkan serta menyucikan jiwa manusia agar senantiasa

dekat dan senantiasa mendapatkan ridha Allah SWT, ibadah

sendiri selain ditujukan untuk nilai ukhrawi juga untuk

kepentingan dan kebaikan bagi diri sendiri, kelurga, serta

masyarakat yang bersifat duniawi (Mukodompit, R 2020 : 190).


Terdapat beberapa prinsip dalam melaksanakan ketataan

beribadah, yaitu:

1. Ikhlas merupakan rangkaian proses yang dapat mendekatkan

diri manusia kepada Allah SWT, dengan menunaikan

amanah-Nya sebagai hambanya di muka bumi, agar dapat

membangun dan mengatur dunia sesuai ketentuan-ketentuan

yang menjadi peraturannya melalui jalan ketaatan dalam

melaksanakan perinta Allah Ta’ala.

2. Ittiba’, adalah suatu ketentuan ritual ibadah berasal dari

Allah SWT dan Rasul-Nya, oleh karena itu manusia harus

bersikap ta’abudi (taat dan patuh) saja. Manusia tidak

diperbolehkan untuk menambah dan mengurangi ketentuan

tersebut seperti jumlah rakaat sholat wajib, rukun puasa dan

rukun sholat.

3. Beribadah dalam keseimbangan antara dunia dan akhirat,

artinya dalam melaksanakan ibadah tidak hanya semata-mata

kehidupan akhirat semata, namun kehidupan dunia juga tidak

dilupakan sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT.

Implementasi ketaatan beribadah dapat bermuara pada

segala aktivitas, perkataan dan perbuatan untuk mengerjakan

perintah Nya dan menjauhi larangan Nya, yang dilakukan

secara ikhlas dan mengharap Ridho Allah SWT. Yang meliputi

aspek ketaatan beribadah seperti ibadah shalat, puasa, membaca


Al-Qur’an, ibadah wajib/sunnah dan ibadah yang dilakukan

kepada sesama manusia.

b. Perintah Ketaatan Beribadah

Ketaatan beribadah adalah suatu faktor penting yang perlu

dimiliki oleh seorang individu supaya dapat menghindarkan

diri dari melakukan perbuatan dosa. Ketaatan beribadah dapat

membantu mencapai kejayaan dan kebahagiaan hidup manusia

dunia dan akhirat, amalan ibadah dapat mempengaruhi perilaku

dan sikap manusia serta dapat mendorongnya meunju ke arah

positif. (Wahyudi, 2016: 193).

Di dalam agama islam Allah SWT telah memerintahkan

manusia agar beriman dan beribadah kepada Nya, sebagaimana

dalam QS. Az-zariyat :

ِ ‫وما خلَ ْقت اجْلِ َّن واِإْل نْس ِإاَّل لِيعب ُد‬
‫ون‬ ُْ َ َ َ ُ َ ََ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka bribadah kepada-Ku”

Berdasarkan ayat diatas manusia memilki tugas yang paling

utama dalam hidupnya yaitu, beribadah kepada Allah SWT.

Oleh karenanya kewajiban beribadah tidak boleh gugur bagi

orang mukallaf (yang telah mendapat kewajiban), sejak dia

baligh/berakal hingga kematiaannya, harus dilakukan secara

ikhlas dan semata mata mengharap Ridho Allah SWT (Dawam

Mahfud, dkk, 2015 : 39).


c. Kriteria ketaatan beribadah

Seseorang dikatakan taat beribadah adalah ketika ia mampu

beriman pada Allah semata serta memupuk dan menumbuhkan

rasa kesadaran individual akan tugas-tugas nya sebagai

manusia di dunia ini. Disamping itu, taat beribadah juga

sebagai perwujudan nyata bentuk pemeliharaan dan

pertumbuhan iman seseorang, sebab iman bersifat dinamis

yang memerlukan usaha pemeliharaan dan pertumbuhan terus

menerus (Dawam Mahfud, 2015 42).

Seseorang yang dapat menumbuhkan sikap positif dan

disiplin dalam taat beragama diharapkan dapat menjadi

manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan Rasul Nya.

Sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup, baik dalam

hal hubungan ibadah kepada Allah SWT atau hubungan dengan

sesama manusia.

Dari berbagai ciri orang yang taat beribadah sebagaimana

penjelasan diatas, pada penelitian ini peneliti akan memberikan

kriteria bentuk – bentuk ketaatan beribadah pada diri manusia

melalui jenis ibadah wajib/sunnah dalam kehidupan sehari-hari,

yaitu :

1. Taat dalam menjalankan shalat

Shalat merupakan amalan ibadah dari seorang

hamba yang beriman untuk membuktikan pengabdian dan


kerendahan dirinya dihadapan Allah dalam rangka

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan hidup di akherat

nanti. Dari itu, shalat adalah wajib dikerjakan oleh setiap

orang yang mengaku dirinya beriman ke pada Allah.

Kesempurnaan shalat itu antara lain hendaknya

dilakukan dengan:

a. Ikhlas yaitu dilaksanakan hanya untuk mencari

ridha Allah SWT

b. Khusyu’ yaitu melaksanakan dengan sungguh-

sungguh dan berusaha untuk mengkonsentrasikan

diri hanya ingat kepada Allah SWT melalui makna

bacaan-bacaan shalat.

Shalat dalam ajaran islam memiliki kedudukan yang

sangat penting, shalat juga dipandang sebagai munajat

berdoa kepada Allah. Shalat yang dilakukan secara khusyu

akan mendapatkan ketenangan jiwa, ketentraman hati,

dekat dengan Allah dan mendapatkan ampunan serta

keridhoannya (Zaid, 2018:89).

Kemudian ciri – ciri orang yang taat dalam

menjalankan shalat adalah disiplin dalam menjalankan

shalat, artinya dia tidak meninggalkan shalat dimanapun

berada dan dalam keadaan apapun, selalu berusaha tepat

waktu dalam melaksanakan shalat dan rajin melaksanakan


shalat berjamaah. apabila seseorang sudah menerapkan hal

demikian maka dia termasuk ciri orang yang bertaqwa dan

taat beibadah.

Maka sholat menjadi sesuatu yang diperlukan dalam

mendidik dan membina manusia sebagai bentuk ketaatan

peribadahan bagi dirinya sebagai orang yang bertuhan dan

meyakini akan adanya kewajiban tersebut sebagai bagian

penting dalam hidupnya, oleh karena itu ketaatan dalam

sholat akan membantu dan membawa hamba lebih dicintai

tuhan-Nya.

2. Taat dalam tadarus Al-Qur’an

Disamping rajin berdoa, umat muslim juga

diwajibkan membaca Al-Qur’an. Membaca Al-qur’an

selain sebagai ibadah juga sebagai penawar hati yang

sedang gelisah, disamping itu Al-qur’an merupakan

pedoman hidup bagi umat islam. Mengingat pentingnya Al-

Qur’an maka kita dianjurkan untuk menmpelajari dan

mnegamalkan setiap hari ( (Umi Hayati,2017 : 183).

Perilaku orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai

pedoman dalam kehidupan sehari-hari, dengan

mempelajari Al- Qur’an, seseorang akan terlepas dari

kebodohan dan kesesatan dalam mengarungi kehidupan

ini. Dengan Al-Qur’an hati akan lembut dan tehindar


dari penyait-penyakit hati atau rohani. Dan akan

senantiasa lapang dan luas dalam menerima petunjuk-

petunjuk dan titah-titah ketuhanan. Akal pikiran menjadi

cerdas dan terbebas dari kesesatan berpikir picik dan

dangkal.

Orang yang taat dalam membaca Al-Qur’an

memiliki ciri-ciri yaitu selalu rutin/istiqamah dalam

membaca Al-Qur’an, mengkaji kandungan ayatnya serta

berusaha mengimplementasikan dalam kehidupan

kesehariannya. Maka hidupnya akan merasa tentram serta

mendapat pahala yang berlipat ganda.

3. Disiplin Puasa

Disiplin dalam menjalankan ibadah berpuasa baik

dalam puasa wajib di bulan Ramadhan maupun puasa sunah

melatih kita mengendalikan hawa nafsu. Puasa sendiri

merupakan kewajiban bagi bagi orang beriman baik laki-

laki atau perempuan, pelaksanaan puasa dengan sebaik

baiknya akan mendidik manusia menjadi jujur, disiplin,

berbudi luhur, dan membentuk jiwa serta kepribadian yang

lembut dan memiliki rasa empati terhadap sesama (Siti

Halimah, 2020 : 114).

Orang yang taat dalam melaksanakan ibadah puasa

artinya dia telah bertaqwa kepada Allah swt. Selain itu ciri-
ciri orang yang taat dalam berpuasa adalah bersikap sabar

dalam menahan lapar dahaga serta hawa nafsu, dan

senantiasa bersikap jujur. Serta lebih meningkatkan ibadah

wajaib maupun sunnah dalam kesehariannya seperti,

mengaji Al-Qur’an, perbanyak bersedekah, senantiasa

bertingkah laku dan berkata yang baik.

4. Taat dalam menjalankan ibadah sunnah

Pembiasaan ibadah sunnah sangat penting

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sebab hal itu akan

menghasilkan kedisiplinan serta kebiasaan melakukan yang

baik-baik. Bentuk bentuk kebiasaan ibadah sunnah terdiri

dari shalat, puasa, mengaji, bersedekah, dan lainnya.

Urgensi ibadah sunnah adalah suatu keharusan,

Allah SWT menetapkan atas para hamba ibadah fardhu

(wajib) untuk ditunaikan. Selain itu juga terdapat ibadah

sunnah yang harus kita pelajari sebagai salah satu tuntunan

Nabi dan melaksanakan ibadah sunnah dengan sebaik

baiknya.

d. Faktor – Faktor yang mempengaruhi ketaatan beribadah

Setiap manusia yang lahir di dunia memiliki kewajiban

dalam beribadah kepada Allah, dengan memerintahkan

makhluknya untuk beribadah kepada Nya dan menjauhi larangan


Nya. Dengan beribadah manusia akan lebih dekat dengan Allah

SWT.

Faktor lingkungan terutama lingkungan keluarga

merupakan pengaruh yang dominan bagi perkembangan

keberagaman seseorang. Maka bimbingan keluarga merupakan

hal yang penting bagi perkembangan seseorang khususnya dalam

ketaatan menjalankan ibadah. Faktor lain yang mempengaruhi

ketaatan beribadah seseorang adalah adanya aturan yang

mengikat, dimana aturan tersebut mengharuskan untuk

menjalankan ibadah secara rutin/continue. Hal itu juga dapat

mempengaruhi ketaatan beribadah seseoramg karena dari hal

tersebut akan terbentuk sebuah pembiasaan beribadah yang akan

menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan kesehariannya.

2. Implementasi Sikap Optimis

Sikap optimis dapat didefinisikan sebagai orang yang selalu

berpengharapan baik dan berpandangan positif dalam menghadapi

segala hal. Optimis adalah sesuatu perasaan didalam hati yang

merupakan harapan atau pandangan yang positif, ketenangan hati,

bijaksana dan juga berarti semua aktivitas kebaikan yang diyakini

bahwa dimasa yang akan datang akan lebih baik, dengan itu sikap

positif akan membawa individu pada perasaan optimis untuk mencapai


keberhasilan serta percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki

(Rosada, dkk, 2020: 115).

Optimisme memiliki dua pengertian: Pertama, optimisme

merupakan doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini

adanya kehidupan yang lebih bagus buat kita (punya harapan). Orang

yang optimis adalah orang yang yakin (dengan alasan-alasan yang

dimilikinya) bahwa ada kehidupan yang lebih bagus di hari esok.

Kedua, optimisme berarti kecenderungan batin untuk merencanakan

aksi peristiwa atau hasil yang lebih bagus. Optimisme berarti

menjalankan apa yang kita yakini atau apa yang dibutuhkan oleh

harapan manusia (Lusiawati, 2019: 148).

Optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh,

melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah memberikan

makna bagi diri.Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa optimisme adalah suatu sikap yang dimiliki oleh

individu untuk senantiasa berpengharapan baik terhadap sesuatu,

berpikir positif serta percaya pada diri dan kemampuan yang

dimiliki.

1. Ciri-Ciri Individu Optimis

Individu yang optimis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Individu yang optimis akan berusaha menanggapi

pengharapan dengan pemikiran yang positif, yakin akan

kelebihan yang dimiliki.


b. Individu yang optimis biasanya bekerja keras menghadapi

stres dan tantangan sehari-hari secara efektif, berdoa dan

mengakui adanya faktor keberuntungan dan faktor lain yang

mendukung keberhasilan.

c. Individu yang optimis memiliki impian untuk mencapai

tujuan, berjuang dengan sekuat tenaga dan tidak ingin duduk

berdiam diri menanti keberhasilan yang akan diberikan orang

lain.

d. Individu yang optimis ingin melakukan sendiri segala

sesuatunya dan tidak ingin memikirkan ketidakberhasilan

sebelum mencobanya.

e. Individu yang optimis berfikir yang terbaik, tetapi juga

memahami untuk memilih bagian mana yang memang

dibutuhkan sebagai ukuran untuk mencari jalan (Scheier, dkk,

2010: 129-130).

2. Aspek-Aspek Optimisme

Optimisme terbagi menjadi tiga dimensi yaitu:

a. Permanence

Permanence yaitu suatu pola berfikir mengenai seberapa

sering atau seberapa lama suatu keadaan baik atau buruk akan

dialaminya. Permanence terdiri dari dua, yaitu permanence

good dan permanence bad. Permanence good menunjukkan

pola pikir seberapa lama peristiwa baik akan dialami,


sedangkan permanence bad menunjukkan pola pikir seberapa

lama peristiwa buruk akan dialami (Kurniawan, 2019: 130).

Contohnya:

1. Peristiwa yang tidak menyenangkan. Permanensi

(pesimisme): Saya tidak berguna. Sementara (optimisme):

Saya sangat lelah.

2. Peristiwa menyenangkan. Sementara (pesimisme): Ini

adalah hari keberuntunganku. Permanensi (optimisme):

Saya selalu beruntung.

b. Pervasiveness

Pervasiveness yaitu pola pikir mengenai terjadinya suatu

peristiwa karena ruang lingkupnya. Pervasiveness terdiri dari

dua, yaitu pervasiveness good dan pervasiveness bad.

Pervasiveness good suatu langkag dalam berpikir mengenai

ruang lingkup terjadinya peristiwa baik, sedangkan

pervasiveness bad adalah pola pikir mengenai ruang lingkup

terjadinya peristiwa buruk.

Contoh:

1. Peristiwa tidak menyenangkan. Universal (pesimisme):

Semua guru itu tidak adil. Spesifik (optimisme): Professor

Seligman itu tidak adil.


2. Peristiwa menyenangkan. Spesifik (pesimisme): Saya pintar

dalam matematika. Universal (optimisme): Saya pintar.

c. Personalization

Personalization dapat dikatakan suatu pola pikir

mengenai siapa yang menyebabkan terjadinya suatu persitiwa

yang dialaminya. Personalization terbagi menjadi dua, yaitu

personalization good dan personalization bad. Personalization

good individu berfikir mengenai siapa penyebab terjadinya

peristiwa baik, sedangkan personalization bad individu berfikir

tentang siapa penyebab terjadinya persitiwa buruk. Contoh :

peristiwa tidak menyenangkan. Internal (penghargaan diri yang

rendah): Saya bodoh. Eksternal (penghargaan diri yang tinggi):

Anda bodoh. Peristiwa menyenangkan. Eksternal (pesimisme):

Keberuntungan yang tiba-tiba. Internal (optimisme): Saya bisa

mengambil keberuntungan dari keberuntungan.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola

pikir pesimisme-optimisme (Kurniawan, 2019: 131-132):

1. Faktor etnosentris, yaitu sifat-sifat yang dimiliki oleh

suatu kelompok atau orang lain dan menjadi suatu ciri

khas dari kelompok atau jenis lain. Faktor etnosentris ini

berupa keluarga, status sosial, jenis kelamin, agama dan

kebudayaan.
2. Faktor egosentris, yaitu sifat-sifat yang dimiliki tiap

individu yang didasarkan pada fakta bahwa tiap pribadi

adalah unik dan berbeda dengan pribadi lain. Faktor

egosentris ini berupa aspek-aspek kepribadian yang

memiliki keunikan sendiri dan berbeda antara pribadi yang

satu dengan yang lainnya seperti kepercayaan diri, harga

diri dan motivasi.

Sudut pandang keagamaan sikap optimis dalam diri

seseorang diartikan sebagai suatu pola mental yang baik bagi

orang yang memiliki akidah dan syari’at yang baik bagi manusia

yang bertaqwa, mereka akan selalu berpikir positif, yakni selalu

yakin dengan janji dan ketetapan Allah. Apapun yang terjadi akan

berakhir dengan baik. Dari cara berpikir seperti ini akan

melahirkan pikiran positif dan menumbuhkan semangat untuk

mendapat hasil yang baik. Sikap optimis selalu terbukti membuang

segala bentuk ketakutan, kegelisahan yang mengakibatkan

seseorang berpikir negatif (Rosada, dkk, 2020: 117)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

optimisme mempengaruhi pola pikir seseorang dan memiliki ciri

khas serta memiliki aspek-aspek kepribadian yang unik dan

berbeda antara pribadi satu dan yang lainnya. Dalam hal ini

pendidikan sikap atau karakter sangat diperlukan

diimplementasikan pada diri manusia baik melalui kegiatan


pendidikan secara langsung dalam lembaga sekolah atau dalam

pendidikan masyarakat dan juga lembaga keagamaan.

F. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka merupakan salah satu hal yang penting karena

akan menjadi pedoman dasar sekaligus pembeda terhadap penelitian

yang sudah pernah dilaksanakan sebelumnya. Telaah pustaka ini

diambil dari penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dan

berkesinambungan dengan penelitian yang akan dila`kukan oleh

peneliti. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang penulis gunakan

menjadi telaah pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwit Wirdatul Fuadah Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Walisongo 2015 yang berjudul

“Pengaruh Persepsi Siswa terhadap Perilaku Keagamaan Orang

tua terhadap Ketaatan Beribadah Siswa kelas XI SMAN 13

Seamarang Tahun2014/2015 .”

Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

persepsi siswa tentang perilaku keagamaan orang tua, ketaatan

beribadah siswa, dan seberapa besar pengaruhnya. Perilaku

keagamaan orang tua adalah segala bentuk tindakan dan

perbuatan orang tua yang berpengaruh pada ketaatan beribadah

siswa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan

teknik analisis regresi.


Persamaan antara penelitian Wiwit Wirdatul Fuadah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Walisongo 2015

dengan penelitian penulis adalah pada obyek dari kegiatan

implementasi tersebut serta tujuanya yaitu mengetahui akan

dampak suatu sikap keteladanan ketaatan dalam beribadah pada

manusia sebagai obyek pendidikan yang harus selalu diupayakan

untuk menuju kesempurnaan karakter dan sikap.

Perbedaan anatara penelitian Wiwit Wirdatul Fuadah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Walisongo 2015

dengan penelitian penulis adalah upaya dalam

mengimplementasikan sikap ketaatan beribadah dan adanya

faktor penghambat dan pendukung dalam penelitian penulis.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Riris Wahidatul Munawaroh

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama

Islam Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Tahun 2020

dengan judul “Impementasi Pendidikan Ketaatan beribadah dan

sikap optimesme Dalam Komunitas Bisnis Online Kampong

Marketer Tunjung Muli Karangmoncol Purbalingga”.

Hasil penelitian digunakan untuk mengetahui tentang

adanya suatu kegiatan atau pendidikan yang bertujuan untuk

mengetahui pendidikan karakter disiplin beribadah pada

komunitas bisnis online di Kampung 22 Marketer, untuk

mengetahui proses dan implementasi pendidikan ketaatan


beribadah dan sikap optimisme pada komunitas bisnis online di

Kampung Marketer.

Persamaan antara penelitian Riris Wahidatul Munawaroh

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama

Islam Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Tahun 2020

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah adanya

upaya berupa kegiatan implementasi dengan tujuan untuk

mengetahui akan dampak suatu organisasi dalam

mengimplementasikan nilai-nilai ketaatan dalam beribadah dan

sikap optimisme pada manusia sebagai obyek pendidikan yang

harus selalu diupayakan untuk menuju kesempurnaan karakter

berupa ketaatan beribadah pada diri manusia dan sikap optimisme

dalam hidup.

Perbedaan penelitian Riris Wahidatul Munawaroh

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama

Islam Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Tahun 2020

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah suatu

lembaga pendidikan keagamaan yang bersifat menyeluruh dalam

keseharian dengan pola pendidikan setiap saat dalam

mengimplementasikan beberapa pendidikan sikap atau karakter

khususnya ketaatan beribadah dan sikap optimisme.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Afifudin Fakultas

Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan


Kalijaga Yogyakarta tahun 2018 dengan judul “Pengaruh

Ketaatan Beribadah Terhadap Karakter Islami Siswa Kelas VIII

SMPN 2 Padamaran Kab. Purbalingga Tahun Ajaran 2017”.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, hasil penelitian

skripsi ini adalah tentang pengaruh ketaatan beribadah terhadap

pembentukan karakter islami siswa. Tingkah laku peserta didik

dapat dipengaruhi melalui beberapa faktor yaitu eksternal dan

internal, salah satunya adalah melalui ketaatan beribadah.

Persamaan anatara penelitian Muhammad Afifudin

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2018 dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis adalah berupa kegiatan implementasi sikap

yang digunakan untuk mengarahkan manusia melalui kegiatan

yang berdampak pada pengembangan sikap pada dirinya dalam

suatu lembagai dalam mengimplementasikan nilai-nilai ketaatan

dalam beribadah dalam pembentukan karakter islami pada

manusia.

Perbedaan anatara penelitian Muhammad Afifudin

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2018 dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis adalah upaya yang dilakukan dalam

pembentukan sikap ketaatan beribadah pada manusia, dalam

penelitian penulis lebih difokuskan pada pembiasaan, keteladanan


dan kedisiplinan tehadap implementasi ketaatan beribadah dalam

pembentukan karakter islami.


DAFTAR PUSTAKA

Asrof, M. (2022). Metode Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Hud

Ayat 120. Ahlussunnah: Journal Of Islamic Education, 1(1), 109-126.

Kurniawan, 2019. Relationship Between Think Positive Towards The Optimism

Of Psychology Student Learning In Islamic University Of Riau. Jurnal

Nathiqiyah. Vol. 2 No. 1

Lusiawati, I. (2019). Membangun optimisme pada seseorang ditinjau dari sudut

pandang psikologi komunikasi. Jurnal TEDC, 10(3), 147-151.

Mahfud, Dkk. 2015. Pengaruh Ketaatan Beribadah Terhadap Kesehatan

Mental Mahasiswa Uin Walisongo Semarang. Jurnal Ilmu Dakwah,

Vol. 35, No.

Mokodompit, R. (2020). Kemiskinan Dan Ketaatan Beribadah Pada

Masyarakat Muslim: Studi Kasus Di Desa Molobog Kabupaten

Bolaang Mongondow Timur (Doctoral Dissertation, Iain Manado).

Scheier, dkk. (2010). A new measure for Dispositional Optimism and

Pessimism in young children. European Journal of Personality, 24,

Mahfud, D., Mahmudah, M., & Wihartati, W. (2017). Pengaruh Ketaatan

Beribadah Terhadap Kesehatan Mental Mahasiswa UIN Walisongo

Semarang. Jurnal Ilmu Dakwah, 35(1), 35-51.


Hayati, U. (2017). Nilai-Nilai Dakwah; Aktivitas Ibadah Dan Perilaku Sosial.

INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication), 2(2), 175-192.

Halimah, S. (2020). Nilai-nilai ibadah puasa yang terkandung dalam kitab al-

fiqh al-islami wa adillatuhu karya wahbah az-zuhaili dan implikasinya

terhadap pendidikan karakter. JIE (Journal of Islamic Education), 5(2),

100-117.

Rosada, A., & Partono, P. (2020). Sikap Optimis di Masa Pandemi Covid-19. Al-

Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman, 6(2).

Anda mungkin juga menyukai