Anda di halaman 1dari 8

SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X

Vol. 6 No. 3 April 2022 e-ISSN: 2549-2845

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG DAN MINAT


MATEMATIKA SISWA DENGAN METODE HITUNG
TRACHTERNBERG

Heriyati1, Munasiah2
Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI1,2
Email: erymatematika@gmail.com

Abstrak
Kemampuan matematika yang harus dimiliki siswa salah satunya adalah kemampuan berhitung.
Prasyarat dalam belajar matematika yaitu belajar berhitung, keduanya saling berhubungan dalam
mendukung kemampuan matematika. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berhitung siswa dan upaya menumbuhkan minat siswa terhadap matematika. Salah satu solusi
penyelesaian terhadap masalah kemampuan berhitung matematika dari sekian banyak solusi
penyelesaian adalah dengan metode Trachternberg. Jika aturan-aturan dari metode matematika
Trachternberg sudah dikuasai, maka perhitungan dapat menjadi sederhana dan cepat dalam
menyelesaikannya. Penelitian tindakan kelas penulis gunakan pada penelitian ini, pendekatannya yaitu
pendekatan kuantitatif dan kualitatif dibagi dalam 3 siklus pembelajaran. Penelitian dilaksanakan pada
bulan November 2019 di SMPIT Ruhama Depok dengan sampel sebanyak 20 siswa. Hasil penerapan
metode Trachternberg terjadi peningkatan kemampuan berhitung dan minat siswa terhadap pelajaran
matematika, hal ini ditunjukkan dengan persentase minat sebesar 80,09%, persentase ketuntasan
kemampuan berhitung sebesar 75% dengan nilai rata-rata 77.
Kata Kunci : Metode hitung trachternberg, kemampuan berhitung, minat terhadap matematika siswa.

Abstract
One of the mathematical abilities that students must have is the ability to count. The prerequisite in
learning mathematics is learning to count, both of which are interconnected in supporting
mathematical abilities. This study aims to improve students' numeracy skills and efforts to grow
students' interest in mathematics. One of the solutions to the problem of mathematical arithmetic
abilities is the Trachternberg method. If the rules of the Trachternberg mathematical method have
been mastered then the calculations can be simple and fast in solving them. Classroom action
research was used in this study, the approach was a quantitative and qualitative approach divided into
3 learning cycles. The research was conducted in November 2019 at SMPIT Ruhama Depok with a
sample of 20 students. The results of the application of the Trachternberg method were an increase in
students' numeracy skills and interest in mathematics; this was indicated by the percentage of interest
of 80.09%, the percentage of completeness of numeracy skills of 75% with an average value of 77.
Key words : Trachternberg arithmetic method, numeracy skills, students' interest in mathematics.

PENDAHULUAN sehingga dapat diaplikasikan pada


Dalam menghadapi era Teknologi Industri perkembangan teknologi saat ini. Pelajaran
4.0, berbagai sektor perlu ditingkatkan yang wajib diikuti oleh siswa dalam setiap
tidak terkecuali dalam sektor pendidikan jenjang pendidikan salah satunya dalah
karena daya saing bangsa salah satunya matematika, karena dalam kehidupan
ditentukan seberapa besar kita mampu sehari-hari kita tidak dapat menghindari
menguasai bidang-bidang eksak, terutama dari segala hal tentang matematika [1].
bidang dasar, termasuk di dalamnya ilmu
matematika. Matematika adalah ilmu Pada kenyataannya sampai saat ini ada
umum yang mempunyai peranan beberapa siswa, menganggap matematika
penting dalam membangun kedisiplinan sebagai pelajaran yang sulit dan
dan memajukan daya berpikir manusia, menakutkan, kebanyakan dari mereka

431
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 6 No. 3 April 2022 e-ISSN: 2549-2845

menganggap matematika itu rumit, padahal pengetahuan kognitif salah satunya adalah
itu semua hanya anggapan yang belum kemampuan berhitung. Prasyarat dalam
pasti kebenarannya, dan itu bisa menjadi belajar matematika yaitu belajar berhitung,
salah satu faktor menurunnya minat keduanya saling berhubungan dalam
belajar siswa terhadap mata pelajaran mendukung kemampuan matematika. Oleh
matematika [1]. karena itu, antara matematika dan
berhitung tidak dapat dipisahkan.
Selain itu, dalam memberikan penilaian
hasil pembelajaran matematika, ada Manfaat berhitung yaitu agar anak dapat
pertimbangan yang unik berbeda dari berpikir logis dan sistematis sejak dini,
pertimbangan penilaian pembelajaran sehingga anak lebih siap untuk mengikuti
dalam disiplin ilmu lainnya [2]. Sehingga jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan
dari sisi pendidik perlu memperhatikan berhitung kita dapat mengoptimalkan
segala aspek dalam mengajar matematika, fungsi otak kanan, melatih kreativitas,
termasuk senantiasa memberikan logika, sistematika berpikir, daya
rangsangan berupa metode pembelajaran konsentrasi, daya ingat, meningkatkan
yang variatif dan dapat menarik minat ketelitian dalam berpikir, dan
siswa terhadap matematika [3]. menumbuhkan rasa percaya diri [5].

Minat merupakan respon atas sesuatu yang Untuk melatih kemampuan berhitung dan
disukai atau tidak disukai. Minat membantu siswa agar mereka dapat
merupakan suatu aspek dari perilaku memaksimalkan dalam mengembangkan
seseorang yang cenderung lebih kepada kemampuan berhitungnya, kita harus bisa
hal-hal yang positif, Pada kenyataannya mencari hal yang dapat mempermudah
banyak siswa yang terkadang terpaksa, peserta didik untuk menguasai ketrampilan
kurang suka, atau hanya menjalankan suatu berhitung dan menumbuhkan minat
tugas. Salah satu aspek yang dapat terhadap matematika. Teknik pembelajaran
memotivasi siswa belajar matematika yang belum tepat dalam proses belajar
adalah minat siswa terhadap matematika. serta belum optimalnya pengaplikasian
Siswa yang memiliki minat yang tinggi matematika dalam kehidupan sehari-hari
akan menikmati pelajaran, tampak menjadi salah satu faktor rendahnya
semangat, dan rajin belajar [4]. kemampuan berhitung siswa [6].

Seiring berkembangnya penggunaan Salah satu solusi penyelesaian terhadap


teknologi informasi dan komunikasi maka masalah kemampuan berhitung matematika
ada beberapa pergeseran dalam proses dari sekian banyak solusi penyelesaian
pembelajaran, yaitu: 1) dari pelatihan ke adalah dengan metode Trachternberg.
penampilan, 2) dari ruang kelas ke dimana Metode ini hadir sebagai solusi untuk
dan kapan saja, 3) dari kertas ke "online" menggali minat dan kemampuan berhitung.
atau saluran, 4) dari fasilitas fisik ke Trachternberg adalah nama seorang ahli
fasilitas jaringan kerja, 5) dari waktu siklus Matematika di Zurich, Swiss, beliau
ke waktu nyata. Contoh Teknologi merupakan pencipta sistem baru aritmatika
informasi dan komunikasi pembelajaran tahun 1944. Metode matematika ciptaan
yang sering digunakan dalam dunia Trachternberg ini tidak hanya cepat, tetapi
pendidikan di antaranya ada aplikasi juga sederhana. Bila kaidah kaidahnya
Ruangguru, Zenius, dan lain lain. sudah dikuasai, perhitungan dapat
Walaupun dengan adanya pergeseran dikerjakan denga cepat. Metode berhitung
tersebut, seorang anak tetap harus memiliki Trachternberg adalah metode hitung cepat

432
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 6 No. 3 April 2022 e-ISSN: 2549-2845

tingkat dasar, metode ini sering juga Penelitian ini menggunakan metode
disebut sebagai ”stenografi matematika”. Penelitian Tindakan Kelas dengan
Metode berhitung matematika yang pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
diciptakan oleh Jakow Trachternberg ini Subjek penelitian adalah siswa kelas VII
merupakan sistem cepat dan tepat dalam SMPIT Ruhama Depok pada semester 1
mengali, membagi, menambah, tahun ajaran 2019/2020 terletak di Jl.
mengurang, tanpa menggunakan kalkulator Banjaran Pucung RT.006/005 Kel.
[7]. Cilangkap Kec. Tapos Kota Depok.
Dengan Sampel sebanyak 20 siswa dari
Metode Trachternberg adalah suatu cara total 60 siswa kelas VII yang terbagi dalam
mengajarkan dasar berhitung matematika 3 kelas. Penelitian dilakukan pada bulan
dengan metode yang sama sekali berbeda november 2019. Penelitian dilakukan
dengan metode konvensional yang biasa selama 3 siklus, tiap siklus terdiri dari
dipelajari. Tidak perlu daftar perkalian, dan empat tindakan yaitu perencanaan,
tidak perlu daftar pembagian. Untuk tindakan, pengamatan, dan refleksi.
mempelajari sistem ini hanya perlu dapat Metode observasi dan Penilaian (evaluasi)
menghitung. Metodenya berdasarkan pada penulis gunakan sebagai metode
sederet kunci yang memang harus dihafal. pengumpulan data.
Metode Trachternberg ini tidak
memerlukan penyelesaian perkalian dan Metode penilaian digunakan untuk
pembagian yang relatif panjang. mengetahui nilai kemampuan berhitung
pada materi operasi hitung dan metode
Dari hasil pemaparan tentang solusi dalam observasi digunakan untuk mengetahui
meningkatkan kemampuan berhitung, data penilaian minat belajar siswa. Untuk
maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengukur kemampuan berhitung
di SMPIT Ruhama Depok, berdasarkan menggunakan lembar soal dan lembar
info dari guru kelas dan kepala sekolah angket digunakan untuk mengetahui data
bahwa hasil belajar matematika kelas 7 di minat matematika siswa. Dalam
sekolah tersebut sebagai tingkat awal pelaksanaan penilaian kemampuan
jenjang SMP cukup rendah, salah satu berhitung siswa, peneliti tidak mengajar
faktor penyebabya yaitu kemampuan awal secara langsung hanya sebagai pengamat,
berhitung siswa rendah. Oleh karena itu, guru matematika sebagai pelaksana
peneliti tertarik untuk menjadikan Metode (pengajar) yang menjelaskan dan
Hitung Trachternberg sebagai salah satu mengajarkan metode hitung Trachternberg
cara untuk meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran matematika pada
berhitung dan minat siswa terhadap pokok bahasan operasi hitung. Untuk
matematika. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemudian guru memberi
untuk mengetahui seajuh mana kontribusi penilaian selama pembelajaran. Untuk
penggunaan Metode Hitung Trachternberg penilaian kemampuan berhitung
dalam meningkatkan kemampuan menggunakan soal essay yang sudah di
berhitung dan meningkatkan minat siswa validitas isi dan sesuai kisi-kisi soal.
terhadap pelajaran matematika. Manfaat Analisa data pada tes kemampuan
penelitian ini selain menambah berhitung menggunakan analisis
pengetahuan siswa, juga sebagai referensi komparatif yaitu membandingkan nilai tes
guru dalam membuat inovasi pada awal pada prasiklus dan siklus I dengan
pembelajaran matematika. nilai tes akhir penelitian pada siklus II.
METODE Analisa data pada minat dan kemampuan
berhitung siswa menggunakan deskriptif

433
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 6 No. 3 April 2022 e-ISSN: 2549-2845

kualiatatif dan deskriptif kuantitatif Kaidah untuk mengalikan dengan 5.


berdasarkan pada hasil observasi dan digunakan pengertian “setengah” angka
refleksi. Teknik ini digunakan untuk sebelah kananya. Kata ‟„setengah” itu
membandingkan hasil sebelum tindakan tuliskan di dalam tanda kutip karena
dengan hasil akhir setelah tindakan. merupakan “setengah” yang
disederhanakan atau dibulatkan ke bawah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kita memudahkannya dengan mengambil
Untuk lebih memperjelas mengenai angka bulat. Jadi, “setengah” dari 5 ialah 2.
metode Trachternberg dipaparkan Begitu juga “setengah” dari 3 adalah 1, dan
berberapa contoh di antaranya: Cara “setengah” dari 1 adalah 0. Sedangkan
menyelesaikan perkalian dengan angka 11 “setengah” dari 4 tetap 2, dan berlaku
antara lain : 1) Angka terakhir dari untuk angka-angka genap lainnya. Pada
bilangan yang dikalikan ditulis sebagai perkalian ini kita hanya melihat dan
angka paling kanan dari jawabannya. 2) memperhatikan apakah ganjil atau genap.
Tiap angka selanjutnya ditambahkan pada Jika ganjil, tambahkan 5 sebagai berikut:
angka di sebelah kanan angka itu. 3) Gunakan setengah dari tetangganya,
Angka pertama bilangan yang dikalikan ditambah 5 jika angkanya ganjil.
menjadi angka paling kiri pada
jawabannya. itulah angka terakhir hitungan Contoh: 436 x 5 =
ini. Kaidah 1:
(angka 6, ini genap; tak perlu menambah 5)
Contoh 425 x 11=.. *
Kaidah 1 0436 x5
Tuliskan angka terakhir dari bilangan 425 0
sebagai angka paling kanan dari Kaidah 2:
jawabannya: (angka 3 ganjil; gunakan ½ x 6 + 5 = 8)
* **
4 2 5 x 11 0436 x5
5 80
Kaidah 2 Kaidah 3:
Angka selanjutnya ditambahkan pada (angka 4 genap; gunakan ½ x 3 = 1)
angka sebelah kanannya: 2+ 5 = 7 ***
** 0436 x5
4 2 5 x 11 180
75 Kaidah 4:
Terapkan kaidahnya sekali lagi: 4 + 2 = 6 (angka 0 genap; gunakan ½ x 4 = 2)
*** * * * *
4 2 5 x 11 0 4 3 6 x5
675 2 1 8 0
Kaidah 3 Jadi jawabannya adalah 2.180
Angka pertama dari bilangan 425, yaitu 4
menjadi angka paling kiri pada Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus
jawabannya: (Prasiklus, Siklus I dan Siklus II). Setiap
*** siklus terdiri dari beberapa langkah yaitu
4 2 5 x 11 perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
4675 refleksi. Penelitian ini dikatakan berhasil
Jadi jawabannya adalah 4.675 apabila setiap siswa telah mencapai target
indikator yang ditetapkan. Minat siswa

434
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 6 No. 3 April 2022 e-ISSN: 2549-2845

diukur menggunakan angket, diisi maksimal. Sedangkan jawaban angket


langsung oleh siswa yang bersangkutan siswa menunjukkan jawaban yang benar
tanpa ada paksaan ataupun pengaruh dari dan dianggap menjadi total skor, kemudian
orang lain. Data hasil Minat Belajar dikalikan 100% lalu dibagi total skor
matematika Siswa dalam proses maksimal, sehingga dapat diperoleh
pembelajaran matematika diperoleh dari kesimpulan berupa presentase minat
kuesioner yang terdiri dari 4 indikator terhadap matematika siswa. Hasil tersebut
minat belajar sebagai berikut (1) perasaan kemudian akan dikategorikan untuk
senang, (2) ketertarikan siswa, (3) mengetahui tingkat minat belajar siswa
perhatian siswa, (4) keterlibatan siswa. pada pembelajaran matematika.
Peneliti memberikan skor terhadap
pertanyaan yang ada pada angket skala Tabel 1. Kategori Minat Siswa
Likert. Adapun pemberian skor untuk tiap- Kategori minat Presentase
tiap jawaban adalah: Untuk Pertanyaan Sangat Tinggi 76-100%
Cukup 51-75%
Positif : Selalu (skor 4), Sering (skor 3), Kurang 26-50%
kadang kadang (skor 2), Tidak Pernah Sangat Rendah 0-25%.
( skor 1). Untuk pertanyaan negatif : Selalu
(skor 1), Sering (skor 2), kadang kadang Persentase dari minat matematika siswa
(skor 3), Tidak Pernah ( skor 4) [8]. dan ditunjukkan pada tabel dan grafik
Jumlah skor maksimal dari setiap berikut.
pertanyaan mempresentasikan total skor

Tabel 2. Persentase Minat Matematika Siswa


No Indikator Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
% % %
Perasaan senang
1 61,50 67,50 81,75
terhadap matematika
Ketertarikan terhadap
2 58,75 63,33 87,08
matematika
3 Perhatian siswa 65,00 70,31 78,43
4 Keterlibatan siswa 69,68 72,81 76,56
Minat terhadap matematika 63,73 68,49 80,96

GRAFIK MINAT MATEMATIKA SISWA


100 Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
90
80
70
60
PERSENTASE

50
40
30
20
10
0
Ind 1 Ind 2 Ind 3 Ind 4
INDIKATOR MINAT MATEMATIKA

Gambar 1. Grafik Minat Matematika Siswa

435
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 6 No. 3 April 2022 e-ISSN: 2549-2845

Hasil yang diperoleh peneliti mengenai langkah-langkah menggunakan metode


minat belajar yang telah dihitung hitung trachternberg, beberapa siswa
menunjukkan presentase minat belajar. mulai menyukai metode hitung
Hasil tersebut kemudian akan Trachternberg sehingga mampu
dikategorikan untuk mengetahui tingkat meningkatkan minat matematika siswa.
minat belajar siswa pada pembelajaran
matematika. Kategori tersebut yaitu: (1) Penilaian kemampuan berhitung dengan
Sangat Tinggi = 76-100% (2) Cukup = 51- metode Trachternberg berjalan dengan
75% (3) Kurang = 26-50% (4) Sangat baik. Keterampilan berhitung siswa pada
Rendah = 0-25% [8]. prasiklus sebesar 45% (rendah) dengan
nilai rata-rata 61. Setelah peneliti
Pada Siklus I, minat siswa sudah melakukan perbaikan dari masalah tersebut
mengalami peningkatan dibandingkan dengan menerapkan metode Trachternberg
dengan prasiklus 63,73%. Hasil observasi pada siklus I terdapat penigkatan dengan
menunjukkan bahwa minat siswa pada persentase yaitu 60% (cukup) dengan nilai
siklus I adalah 68,49%. Walaupun belum rata-rata sebesar 66. Dan pada
sampai pada target yang ditentukan namun pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan
penggunaan metode hitung Trachternberg lagi dengan perolehan persentase
mampu meningkatkan minat belajar siswa. ketuntasan kemampuan berhitung siswa
Pada siklus II, minat belajar siswa sebesar 75% (baik) dengan nilai rata-rata
meningkat secara signifikan jika sebesar 77. Persentase ketuntasan siswa
dibandingkan dengan siklus I dan semua dapat dilihat pada Tabel 3 dan nilai rata-
indiktaor observasi minat. belajar yang rata kemampuan berhitung siswa kelas VII
diamati mencapai target yang telah SMPIT Ruhama Depok dapat dilihat pada
ditentukan yaitu 80,96%. Hal ini Gambar 2.
dikarenakan siswa mulai memahami

Tabel 3. Ketuntasan Hasil Kemampuan Berhitung Siswa


NO Hasil tes Prasiklus siklus 1 siklus 2
1 Jumlah siswa yang tuntas 9 12 15
2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 11 8 5
3 Persentase pencapaian 45% 60% 75%

Gambar 2. Grafik Hasil Kemampuan Berhitung Siswa

Hasil kemampuan berhitung siswa pada optimal karena persentase ketuntasan 60%
prasiklus kurang optimal terdapat 9 siswa yaitu sebanyak 12 siswa, perlu
yang tuntas dari 20 siswa, persentasi ditingkatkan agar kemampuan yang
ketuntasan sebesar 45%. Sedangkan siklus dicapai maksimal. Siklus II nilai rata-rata
I hasil kemampuan berhitung belum siswa 77 nilai ini telah melebihi nilai

436
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 6 No. 3 April 2022 e-ISSN: 2549-2845

standar yang ditetapkan dan persentase Trachternberg ini memberikan


ketuntasan 75% sebanyak 15 siswa, pengalaman baru tetapi pengerjaan soal
ketuntasan tersebut dikatakan dalam tidak menunjukkan perbedaan waktu yang
kategori sangat baik. cukup berbeda antara pengerjaan dengan
hitung konvensional dibandingkan dengan
Dari analisis data hasil penelitian dengan metode Trachternberg. Hal ini dapat
berpedoman indikator yang telah dimungkinkan karena belum terbiasa
ditetapkan menunjukkan bahwa penelitian menggunakan kaidah hitung yang
untuk mengetahui minat matematika dan ditetapkan dalam penggunaan metode
kemampuan berhitung terpenuhi. Trachternberg [10].
Sebagaimana telah disampaikan bahwa
terjadi peningkatan minat dan kemampuan Dalam Penelitian ini Peneliti melakukan
berhitung siswa pada mata pelajaran pengembangan lebih lanjut dari penelitian
matematika. Jika dilihat dari segi lamanya sebelumnya yaitu menghubungkan antar
waktu dalam proses menyelesaikan soal, minat dan metode Trachternberg serta
penggunaan metode hitung Trachternberg dilakukan pada tingkatan siswa yang lebih
dalam menyelesaikan tidak menunjukkan tinggi dalam hal ini siswa kelas 7 SMP.
perbedaan yang signifikan. Hal ini Dari hasil penelitian dapat dinyatakan
disebabkan karena siswa belum terbiasa bahwa metode hitung Trachternberg
menggunakan metode tersebut. Untuk memberikan dampak positif yaitu: dapat
Hasil analisis kemampuan berhitung siswa meningkatkan minat siswa, membuat siswa
terjadi peningkatan dari prasiklus ke siklus lebih bersemangat dan aktif dalam proses
I dan dari siklus I ke siklus II. Meskipun pembelajaran, serta dapat meningkatkan
demikian, ketuntasan hasil belajar siswa kemampuan berhitung, sehingga dampak
pada siklus I masih rendah disebabkan oleh positif tersebut berpengaruh terhadap hasil
siswa masih belum paham dengan langkah belajar matematika siswa kelas 7 SMPIT
langkah penggunaan metode hitung Ruhama Depok. Penelitian ini berhenti
Trachternberg dan harus latihan mandiri pada siklus II, sebab semua indikator telah
secara berulang. Hasil belajar siswa pada mencapai target yang sudah direncanakan
siklus II sudah mencapai target yang di awal penelitian.
ditentukan. Berdasarkan hasil tes,
peningkatan kemampuan berhitung sejalan SIMPULAN
dengan peningkatan minat siswa terhadap Berdasarkan dari hasil penelitian yang
matematika, sebab semakin tinggi minat telah dilaksanakan di SMPIT Ruhama
siswa dalam belajar semakin mudah Depok pada materi perkalian pada bilangan
memahami materi yang diberikan oleh bulat dapat disimpulkan dengan penerapan
guru khususnya dalam pembelajaran metode Trachternberg dalam pembelajaran
matematika. Hal ini sejalan dengan hasil matematika terjadi peningkatan
penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan berhitung dan minat siswa
kemampuan perkalian siswa kelas 5 SD pada mata pelajaran matematika. Namun
Negeri 8 Tanpaan, Kabupaten Enrekang kelemahan metode ini jika belum terbiasa
meningkat dalam katagori tinggi setelah dan hafal dengan kaidah-kaidah yang di
diajarkan dengan metode hitung tentukan maka jika dilihat dari segi waktu
Trachternberg [9]. pengerjaan tidak ada perbedaan yang
signifikan.
Kelemahan metode Trachternberg dari
penelitian sebelumnya yang berpendapat DAFTAR PUSTAKA
bahwa berhitung dengan metode [1] F. Zarkasi dan M. Lutfianto,

437
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 6 No. 3 April 2022 e-ISSN: 2549-2845

“Pengaruh Permainan Matematika Siswa pada Mata Pelajaran


terhadap Minat Belajar Siswa pada Matematika Kelas IV SD Negeri
Mata Pelajaran Matematika,” in Karangroto 04 Semarang,” Mimb.
conferences.uin Malang SIMANIS, Ilmu, vol. 23, no. 3, pp. 237–244,
2017, vol. 1, no. 1, pp. 167–172, 2018.
[Online]. Available: [9] A. M Jafar, S Samad,M, “Pengaruh
http://conferences.uin- Pelaksanaan Metode Trachternberg
malang.ac.id/index.php/SIMANIS. terhadap Kemampuan Perkalian
[2] E. Halfon and Y. Three, “Three Foci Murid SDN 8 Tampaan Kab
of Mathematic Teachers ‟ ENREKANG,” Thesis Univ. Negeri
Considerations in Evaluation of Makasar, pp. 99–117, 2017,
School Students ‟ Int. J. Educ. Math. [Online]. Available:
Sci. Technol. www.istes.org, vol. 10, http://eprints.unm.ac.id/8038/.
no. 1, pp. 236–256, 2022, doi: [10] H. N. Sopiany, R. Mulyati, M. Sari,
https://doi.org/10.46238/ijemst.1934 and R. Marlina, “Pelatihan Berhitung
[3] A. Irawan dan C. Febriyanti, dengan Metode Trachternberg bagi
“Efektifitas Mathmagic dalam Guru Sekolah Dasar di Kabupaten
Peningkatan Hasil Belajar Karawang,” in Seminar Nasional
Matematika,” Form. J. Ilm. Pendidik. Pengabdian Kepada Masyarakat
MIPA, vol. 6, no. 1, pp. 85–92, 2016, 2017, 2017, no. 1, pp. 32–38.
doi: 10.30998/formatif.v6i1.755.
[4] H. Heriyati, “Pengaruh Minat dan
Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar Matematika,” Form. J. Ilm.
Pendidik. MIPA, vol. 7, no. 1, Sep.
2017, doi:
10.30998/formatif.v7i1.1383.
[5] B. Cepat dan D. I. Era,
“MASIHKAH SEMPOA MENJADI
SOLUSI MELATIH ANAK,” Semin.
Nas. Mat. dan Pendidik. Mat. FKIP
UMP, vol. 1, no. 2018, 2020.
[6] T. K. Nasution dan E. Surya,
“Penerapan Teknik Jarimatika dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan
Operasi Hitung Perkalian Bilangan,”
Edumatica J. Pendidik. Mat., vol. 5,
no. 02, Oct. 2015, doi:
10.22437/EDUMATICA.V5I02.292
8.
[7] M. S. Hardiono, “Metode Sutrisno
(MasTris) Suatu Inovasi dalam
Penjumlahan Angka Banyak,”
Eduma Math. Educ. Learn. Teach.,
vol. 5, no. 2, p. 52, Dec. 2016, doi:
10.24235/EDUMA.V5I2.1116.
[8] S. H. Sholehah, D. E. Handayani,
dan S. A. Prasetyo, “Minat Belajar

438

Anda mungkin juga menyukai