Ebn Endkrin Olsi
Ebn Endkrin Olsi
1.2 Tujuan
1. Untuk membuktikan efektifitas latihan aerobic dalam menurunkan hiper-responsif
bronchus dan inflamasi sistemik.
1.3 Manfaat
1. Diharapkan hasil EBN ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan
standar prosedur operasional dalam perawatan pasien dengan asma.
2. Diharapkan hasil EBN ini dapat mengembangkan ilmu Keperawatan Medikal Bedah
dalam intervensi keperawatan pada pasien asma yang telah melewati masa perawatan
atau akan di pulangkan.
3. Diharapkan dengan adanya penerapan EBN ini dapat menurunkan komplikasi dari
penyakit asma dan meningkatkan kualitas hidup pasien asma.
BAB II
PENELUSURAN EVIDENCE
Hasil
No Peneliti Judul penelitian Metode Jumlah sampel Intervensi Kekuatan dan
(Tahun) penelitian dan kriteria kelemahan
sampel
1 (Del Giacco Aerobic exercise Randomized n : 58 Ki : Kelompok Kekuatan
& Garcia- training reduces controlled KK : 29 Intervensi dilakukan intervensi Brochial Penelitian ini
Larsen, 2016) bronchial hyper- trials responden selama 12 minggu. Hyper- sudah
responsiveness and KI : 29 responden Intervensi terdiri dari responsiveness nya menggunakan
serum pro- Inklusi - Training aerobic membaik metoda true
inflammatory - Pasien asma yang selama 35 menit dibandingkan expereiment
cytokines in kondisinya stabil (indoor). dengan kelompok dengan metoda
patients with - Bersedia - Yoga (breathing kontrol (PC20 dari RCT sehingga
asthma menjadi exercise). 1 dd: 95% CI 0,3 jika diterapkan
responden. - Program edukasi. sampai 7.7 dd). dalam
Ekslusi KK : Serum level pada prosedural
- Pasien asma Hanya fokus pada beberapa sitokinin klinik berada
yang kondisinya program edukasi dan (interleukin (IL) pada tingkatan
tidak stabil latihan nafas dalam secara signifikan yang paling
- Tidak bersedia berkurang (p= tinggi.
menjadi 0.042) dan MCP1 Kelemahan
responden. (Monocyte Chemo- Sampel sedikit
attractant protein) yaitu 58 sampel,
p= 0.045 dengan 29
Dan eksaserbasi orang
pada kelompok perkelompok
intervensi lebih intervensi dan
sedikit p < 0.05. kontrol.
tidak ada perbedaan
marker lainnya
pada kedua
kelompok (IL-5,
IL-8, dan IL-
10,igE, tanda-tanda
asma, FeNO dan
menginduksi
sputum).IL-4,
tumor necrosis
factor (TNF) α dan
RANTES diluar
batas pengujian
kadar logam dan
tidak di analisis,
AQLQ membaik
pada kelompok
intervensi (p <
0.05)
2 (França-Pinto Aerobic training randomised n = 58 Kedua kelompok Dari 58 pasien di Kekuatan
et al., 2015) decreases bronchial controlled KI = 30 mengikuti edukasi random menjadi Penelitian ini
hyperresponsivenes trials KK = 28 program selama 4 2 kelompok. Dan sudah
s and systemic yaitu dengan Inklusi jam. Sebanyak 24 hanya 43 pasien menggunakan
inflammation in random, - Usia 29-59 sesi yang metoda true
patients with cotrolled dan tahun KI : menyelesaikan expereiment
moderate or severe single - Pasien rawat - Mengikuti program dan di dengan metoda
asthma: a blinded trial jalan dengan program latihan analisa. RCT sehingga
randomised asma sedang dan nafas (yoga) 2 kali Hyperresponsif jika diterapkan
controlled trial berat dalam seminggu bronkus dalam
- Di monitor oleh selama 12 minggu. 6 pasien (2 dari prosedural
dokter paru Setiap sesi kelompok klinik berada
paling tidak 6 dilakukan selama kontrol, 4 dari pada tingkatan
bulan 30 menit kelompok yang paling
- Kondisi stabil - Program training intervensi) tidak tinggi.
tanpa aerobic mampu
eksaserbasi atau - Dilakukan dua kali melakukan tes Kelemahan
perubahan obat seminggu, durasi provokasi Peserta nya
sekurangnya 30 35 menit selama bronkus karena sedikit yaitu 58
hari) 12 minggu mereka ada FEV1 orang
Ekslusi dilakukan di dalam < 1.0L setelah (kelompok
- Pasien dengan ruangan (indoor pengobatan kontrol dan
penyakit treadmill). Dibagi dikeluarkan intervensi)
kardiovaskuler, menjadi 5 menit selama 12 jam
musculoskeletal pemanasan, 25 selama evaluasi
atau penyakit menit aerobic dan awal. Pada
paru kronik 5 menit baseline 2 pasien
lainnya. pendinginan. terdeteksi pada
- Baru-baru ini Diakhir program, borderline, 4
berpartisipasi semua peserta terdeteksi
pada program melakukan training sebagai
latihan sedang berat, berdasarkan hiperresponsif
atau kuat Anerobic ringan dan 29
- Perokok atau threshold (AnT) terdeteksi sebagai
mantan perokok. dan poin hiperresponsife
komponsesasi sedang sampai
pernapasan. berat. Setelah
KK : intervensi
Mengikuti program hiperresponsif
latihan nafas (yoga) 2 bronkus menurun
kali dalam seminggu pada kelompok
selama 12 minggu. intervensi (n=18)
Setiap sesi dilakukan dengan
selama 30 menit peningkatan PC20
. dari 1dd 9(95%
CI 0.3 sampai 1.7
dd) dan tidak
berubah pada
kelompok kontrol
(n=19) (0.06
dd;95% CI-0.6
sampai 0.7dd)
(p=0.039).
Level sitokin dan
total IgE
Kedua kelompok
mempunyai
baseline yang
mirip pada level
sitokin (IL-5, IL-
6, IL-8 dan IL-
10) tetapi MCP-1
lebih tinggi pada
kelompok
intervensi
(p=0.002),
adanya
penurunan yang
signifikan pada
IL-6 (p=0.042)
dan MCP-1
(p=0.045) pada
kelompok
intervensi
dibandingkan
dengan kelompok
kontrol.
Kontrol asma
secara klinis
Jumlah hari bebas
gejala asma
meningkat pada
KI setelah
intervensi ( p =
0.042), dengan
tidak adanya
perbedaan antara
kelompok (p =
0.987), frekuensi
eksaserbasi
selama
pengobatan KI
lebih rendah
dibandingkan
dengan KK (0.6
vs 1.2
eksaserbasi /
pasien; p =
0.021).
berdasarkan
ACQ-7 sebelum
intervensi, 12
pasien
diklasifiksikan
sebagai pasien
yang bisa
mengontrol asma
(< 0.75), 12
kontrol parsial
(0.75-1.5) dan 19
tidak terkontrol
( > 1.5). pasien
KI dengan
pengontrolan
asma yang tidak
baik (ACQ-6 >
0.75poin, n =14),
adanya
peningkatan
setelah latihan
aerobic ( p =
0.001), tidak ada
perbedaan antara
kelompok ( p =
0.248). Analisis
yang sama
menggunakan
ACQ-7
menunjukkan
tidak ada
perbedaan dalam
atau kedua
kelompok ( p=
0.785)
Kuisioner quality
life pada asma
Perbedaan antara
kedua kelompok
pada batasan
aktifitas
( p=0.009) dan
total AQLA
(p=0.034).
peningkatan
signifikan pada
kelompok dalam
domain fungsi
emosi terlihat
pada kelompok
intevensi
(p=0.005) tidak
ada perbedaan
antara kedua
kelompok
(p=0.084). 15
pasien (68%) dari
kelompok
intervensi
menunjukkan
peningkatan yang
signifikan secara
klinis pada
AQLQ dengan
jumlah nilai (≥
0.5 point) dan
hubungan linier
antara
peningkatan
ACQ-7 dan
AQLQ 9r=-0.74,
p<0.001)
Incude sputum
cellularity dan
FeNO
Intervensi secara
signifikan tidak
berubah induksi
baik pada sputum
cellularity
(p=0.648)
ataupun pada
FeNO (p=0.397)
Pasien dari
kelompok
intervensi dengan
peningkatan
inflamasi
eosinophil
(>3%,n=13) atau
FeNO (>26.0
ppb, n 12) pada
baseline
menunjukkan
penurunan
signifikan pada
nilai ini (p=0.015
dan 0.019
masing-masing)
tetapi perbedaan
antara kedua
kelompok tidak
signifikan
(p=0.533 dan
0.452, masing-
masing). 8 pasien
pada kelompok
kontrol dan 9
pada kelompok
intervensi
menunjukkan
kenaikan
inflamasi
eosinophil dan
FeNO.
Kelompok
intervensi
menunjukkan
hubungan linier
antara jumlah
baseline
eosinophil dan
penurunan
setelah latihan
(delta final
initial) (r=-0.51;
p=0.012). hasil
sama pada level
FeNO ( r=-0.61;
p=0.008)
Kapasitas aerobic
maksimal dan
fungsi paru
Kelompok
intervensi
mengalami
peningkatan
konsumsi
oksigen
maksimal
(VO2maks)
(p=0.019) dan
kekuatan
aerobic
(p=0.029)
dibandingkan
dengan
kelompok
kontrol..
3 (Mendes et Effects of Aerobic Randomized n : 68 Kedua kelompok Hanya 51 peserta Kekuatan
al., 2011) Training on Airway Controlled KI : 34 responden berpartisipasi dalam yang Penelitian ini
Inflammation in Trials KK : 34 responden program edukasi menyelesaikan sudah
Asthmatic Patients Inklusi : selama 4 jam dan program latihan dan menggunakan
- Partisipan yang program latihan edukasi Karena metoda true
berusia 20-50 nafas sebanyak 24 masalah kesehatan, expereiment
tahun menderita sesi intervensi. susah mengatur dengan metoda
asma sedang - Program edukasi jadwal dan m RCT sehingga
sampai persisten di adakan 1 masalah pribadi. jika diterapkan
berat. minggu sekali - Setelah latihan dalam
- Diagnosa asma paling sedikit 2 Induced sputum prosedural
berdasarkan jam, edukasi cellularity hanya klinik berada
Global initiative berdasarkan kelompok pada tingkatan
for asthma videotape tentang intervensi yang paling
- Dalam ABC dari asma, mengalami tinggi.
pengobatan termasuk penurunan
paling tidak 6 informasi eosinophil dan Kelemahan :
bulan dengan mengenai total cell counts Sampel terlalu
kondisi stabil patofisiologi dibandingkan sedikit 68
- Bersedia menjadi asma, kemampuan dengan base line partisipan
partisipan. pengobatan, kelompok dengan
Ekslusi : tehnik self kontrol. Tidak pembagian 34
- Pasien dengan monitoring, dan ada perubahan orang per grup
diagnosa strategi makropag,
kardiovaskuler, mengontrol atau neutrophil,
paru, menghindari lymposit, dan
musculoskeletal lingkungan epitel cell count
yang akan - Kedua kelompok di (squamous,
mengganggu ajarkan latihan goblet dan silia)
training latihan. napas yoga kedua kelompok
- Menolak menjadi termasuk setelah intervensi
peserta. Kapalabathi (P > 0.05)
(latihan - Efek latihan pada
mengeluarkan FeNO. Sebelum
napas dengan cepat latihan kedua
dan diikuti dengan kelompok berada
menarik napas pada rata-rata ,
dengan inhalasi FeNO31.0 ppb
pasif), Uddhiyanna (95% CI dari 14.6
{ ekshalasi penuh sampai 55.7), dan
diikuti dengan 51% dari pasien
pelaksanaan (12 kelompok
inspirasi yang kontrol / 16 KI )
dipaksa tanpa udara menunjukkan
inhalasi (apnea)}, peningkatan level
dan Agnisara ( full FeNO (>30 ppb).
ekshalasi diikuti Setelah
dengan urutan intervensi, KI
traksi dan mengalami
penonjolan dinding penurunan FeNO
abdomen pada di bandingkan
apnea). Sesi ini dengan baseline
dilakukan selama dan KK (P =
30 menit, 3 kali 0.009) dan hanya
dalam seminggu, 36% pasien pada
dan setiap latihan KI (10/27)
dilakukan 3 tahapan dengan nilain
dengan 2 menit FeNO > 30 ppb.
latihan diselingi KK tidak
dengan istirahat 60 menunjukkan
detik. adanya perubahan
KI : pada FeNO
- Sebelum dan setelah intervensi
sesudah intervensi , ( P > 0.05)
pasien sputum, - Efek latihan pada
fractional exhaled kapasitas aerobic
intric oxide dan fungsi paru
(FeNO), fungsi setelah latihan KI
paru, dan tes latihan menunjukkan
jantung. peningkatan
- Peserta VO2max
menyelesaikan dibandingkan
program latihan dengan KK (P <
aerobic selama 30 0.001) tanpa
menit per sesi perubahan fungsi
dilakukan tiga kali paru. Respon
seminggu selama 3 positif pada
bulan dalam latihan
ruangan (indoor ( peningkatan
treadmill). Latihan VO2max ≥ 10%)
aerobic di mulai ditemukan pada
pada 60% dari 24 pasien (88%).
VO2max pada 2 Tidak ada pasien
minggu pertama menunjukkan
dan kemudian penurunan PEF ≥
meningkat menjadi 15 % atau
70% VO2max. peningkatan
setelah meningkat, gejala asma
jika pasien setelah masing-
mempertahankan 2 masing sesi
sesi latihan latihan.
berurutan tanpa ada - Gejala asma. KI
gejala, kemudia menunjukkan
intensitas latihan peningkatan
akan ditingkatkan signifikan dalam
5% dari frekuensi beberapa hari
jantung (sampai tanpa gejala asma
maksimal 80% setelah 30 hari
frekuensi maksimal (20.0 d, 95% CI
jantung pasien) dari 4.0 sampai
dengan 2.8.2, P <
menggunakan baik 0.001) ,Perbedaa
kecepatan treadmill n ini di jaga
atau grade, setelah 60 dan 90
menggunakan hari latihan
salbutamol (200µg) aerobic
sebelum sesi latihan dibandingkan
direkomendasikan dengan baseline
hanya jika peak dan KK ( P <
expiratory flow 0.001). selama 3
(PEF) < 70% dari bulan latihan
nilai terbaik jumlah
pasien.. kemanana mengunjungi
latihan aerobic di IGD ( 4 KK/ 1KI)
monitor dengan dan asma
mengukur PEF dan eksaserbasi (7
gejala asma pada KK/ 1 KI) lebih
akhir setiap sesi rendah
latihan. dibandingkan
dnegan KK ( P <
0.01)
- Hubungan linier
diantara hasil. KI
menunjukkan
hubungan linier
yang kuat
antarabaseline
jumlah eosinophil
(r = 0.90, P <
0.001) dan
mengalami
penurunan
setelah latihan ( ∆
awal – akhir).
Mirip dengan
hasil pada level
FeNO ( r = 0.76,
P < 0.01).
hubungan
negative linier
terpantau antara
baselin jumlah
hari tanpa asma
dan peningkatan
hari bebas gejala
setelah latihan
aeorobic (∆ awal
– akhir) ( r= -
0.58, P = 0.003).
Intervensi
Program latihan napas
Kedua kelompok menyelesaikan program latihan napas yoga dua kali seminggu
selama 12 minggu. Tiap sesi paling sedikit 30 menit dan di supervise oleh
fisioterapist. Latihan nafas termasuk intervensi palsu pada kelompok kontrol
untuk mencegah perbedaan jumlah kunjungan rumah sakit dan mengurangi
kemungkinan perbedaan perhatian antara kedua kelompok tetapi tidak
menginduksi keuntungan pada pasien asma.
Program latihan aerobic
Semua peserta kelompok intervensi menyelesaikan program latihan aerobic 2
kali seminggu selama 12 minggu dilakukan indoor treadmill. Tiap sesi latihan
aerobic sekurang-kurangnya 35 menit dan dibagi menjadi 5 menit pemanasan,
25 latihan aerobic dan 5 menit melakukan latihan yang kuat, berdasarkan
ambang anaerobic (anaerobic threshold/AnT) dan poin kompensasi pernapasan.
Pengkajian
Bronchial hyperresponsiveness
Tes provokasi bronkus dengan histamine dilakukan berdasarkan panduan
American Thoracic Society (ATS), pengujian mempertimbangkan positif ketika
mendorong penurunan konsentrasi histamine ≥ 20% pada volume ekspirasi
paksa dalam 1 deti (FEV1, PC20).
Serum cytokines dan total IgE
Cytometric bead array method (BD Biosciences, San Jose, California, USA)
digunakan untuk menganalisa level dari IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, tumor necrosis
factor (TNF)-α, IL-12p70, IL-8/CXCL8, MCP-1/CCL2 dan RANTES/CCL5.
Total serum IgE diukur dengan nephelometry menggunakan alat yang tersedia
secara komersil (Dade Behring/Siemens, Deerfield, Illionis, USA).
Fractional exhaled nitric oxide
Semua pengukuran ditentukan oleh chemiluminescence (Sievers 280)
tergantung dengan rekomendasi ATS, nilai FeNO dipertimbangkan meningkat
> 26 ppb.
Induced sputum
Sputum dikumpulkan dan diproses menggunakan metode standar. Nilai
eosinophil dipertimbangkan meningkat > 3%.
Gejala asma dan eksaserbasi
Gejala asma dan eksaserbasi di evaluasi menggunakan gejala harian yang
sebelumnya dilaporkan. Sehari dipertimbangkan hari bebas gejala asma ketika
pasien tidak melaporkan adanya gejala, dan hari-hari ini di jumlahkan setiap
bulannya. Eksaserbasi didefinisikan sebagai meningkatnya gejala berhubungan
dengan sekurang-kurangnya 1 kriteria yaitu : menggunakan obat penyelamatan
≥ 4 puffs per 24 jam selama periode 48 jam, membutuhkan kortikosteroid
sistemik, janji dengan tim medis yang tidak terjadwal, datang ke IGD atau di
rawat.
Kuisioner kontrol asma (ACQ)
ACQ-7 terdiri dari 7 pertanyaan terkait gejala asma, menggunakan short acting
β agonist dan persent FEV1 dari nilai yang diprediksi. ACQ-6 sama seperti
ACQ-7 tanpa pertanyaan terkai FEV1.
Quality of life pada asma
Kualitas hidup asma di kaji menggunakan AQLQ, yang mempunyai 4 domain;
keterbatasan aktifitas, gejala, fungsi emosional, dan stimulus lingkungan. Nilai
AQLQ lebih tinggi mengindikasikasi kualitas hidup yang lebih baik.
Tes latihan kardiopulmonal dan fungsi paru
Tes dilaksanakan di atas treadmill dengan protocal jalan yang melandai, seperti
yang direkomendasikan oleh American College of Cardiology/American Heart
Association. Tes fungsi paru dilakukan berdasarkan ATS yang sedang berlaku/
panduan European Respiratory Society.
Atopy
Pasien dipertimbangkan atopy bila mereka mempresentasikan riwayat klinis
yang sugestif dari alergi pernapasan dan khusus IgE antibody pada tes berikut
ini : in vivo (tes tusukan kulit) dan atau in vivo (tes Phadiatop).
3.1.4 Hasil Penelitian
Total pasien 464 yang dikaji untuk mencari yang memenuhi syarat. 303
dikeluarkan , 103 menolak untuk bergabung dan 58 orang secara acak dibagi
menjadi 2 kelompok. 43 pasien menyelesaikan studi dan di analisa.
Bronchial hyperresponsiveness
6 pasien ( 2 KK, 4 KI) tidak mampu melakukan tes provokasi bronkus karena
mereka mempunyai FEV1 < 1.0 L setelah pengobatan dikeluarkan selama 12
jam selama evaluasi awal. Pada baseline 2 pasien terdeteksi pada borderline, 4
terdeteksi sebagai hiperresponsif ringan dan 29 terdeteksi sebagai
hiperresponsife sedang sampai berat. Setelah intervensi hiperresponsif bronkus
menurun pada kelompok intervensi (n = 18) dengan peningkatan PC20 dari 1dd
9(95% CI 0.3 sampai 1.7 dd) dan tidak berubah pada kelompok kontrol (n = 19)
(0.06 dd;95% CI-0.6 sampai 0.7dd) (p = 0.039).
Level sitokin dan total IgE
Kedua kelompok mempunyai baseline yang mirip pada level sitokin (IL-5, IL-
6, IL-8 dan IL-10) tetapi MCP-1 lebih tinggi pada kelompok intervensi
(p=0.002), adanya penurunan yang signifikan pada IL-6 (p=0.042) dan MCP-1
(p=0.045) pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kontrol asma secara klinis
Jumlah hari bebas gejala asma meningkat pada KI setelah intervensi ( p =
0.042), dengan tidak adanya perbedaan antara kelompok (p = 0.987), frekuensi
eksaserbasi selama pengobatan KI lebih rendah dibandingkan dengan KK (0.6
vs 1.2 eksaserbasi / pasien; p = 0.021). berdasarkan ACQ-7 sebelum intervensi,
12 pasien diklasifiksikan sebagai pasien yang bisa mengontrol asma (< 0.75),
12 kontrol parsial (0.75-1.5) dan 19 tidak terkontrol ( > 1.5). pasien KI dengan
pengontrolan asma yang tidak baik (ACQ-6 > 0.75poin, n =14), adanya
peningkatan setelah latihan aerobic ( p = 0.001), tidak ada perbedaan antara
kelompok ( p = 0.248). Analisis yang sama menggunakan ACQ-7 menunjukkan
tidak ada perbedaan dalam atau kedua kelompok ( p = 0.785).
Kuisioner quality life pada asma
Perbedaan antara kedua kelompok pada batasan aktifitas ( p = 0.009) dan total
AQLA (p = 0.034). peningkatan signifikan pada kelompok dalam domain
fungsi emosi terlihat pada kelompok intevensi ( p = 0.005) tidak ada perbedaan
antara kedua kelompok (p = 0.084). 15 pasien (68%) dari kelompok intervensi
menunjukkan peningkatan yang signifikan secara klinis pada AQLQ dengan
jumlah nilai ( ≥ 0.5 point) dan hubungan linier antara peningkatan ACQ-7 dan
AQLQ 9 r = -0.74, p < 0.001).
Incude sputum cellularity dan FeNO
Intervensi secara signifikan tidak berubah induksi baik pada sputum cellularity
(p = 0.648) ataupun pada FeNO (p = 0.397)
Pasien dari kelompok intervensi dengan peningkatan inflamasi eosinophil
( > 3%, n = 13) atau FeNO (>26.0 ppb, n 12) pada baseline menunjukkan
penurunan signifikan pada nilai ini (p = 0.015 dan 0.019 masing-masing) tetapi
perbedaan antara kedua kelompok tidak signifikan (p = 0.533 dan 0.452,
masing-masing). 8 pasien pada kelompok kontrol dan 9 pada kelompok
intervensi menunjukkan kenaikan inflamasi eosinophil dan FeNO. Kelompok
intervensi menunjukkan hubungan linier antara jumlah baseline eosinophil dan
penurunan setelah latihan (delta final initial) (r = -0.51; p = 0.012). hasil sama
pada level FeNO ( r = -0.61; p = 0.008)
Kapasitas aerobic maksimal dan fungsi paru
Kelompok intervensi mengalami peningkatan konsumsi oksigen maksimal
(VO2maks) (p = 0.019) dan kekuatan aerobic (p = 0.029) dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
3.1.5 Kesimpulan
Hasil latihan aerobic menurunkan bronchial hyperresponsiveness , inflamasi
sistemik dan eksaserbasi dan meningkatkan kualitas hidup pada orang dewasa
dengan persisten asma sedang hingga berat. Tambahan, peneliti menunjukkan
bahwa pasien dengan inflamasi yang lebih tinggi atau kontrol asma yang lebih
rendah mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Penemuan ini menyarankan
bahwa tambahan latihan sebagai tambahan terapi pada parmakoterapi yang bisa
meningkatkan fitur utama dari patofisiologi asma.
3.2 Aplikabilitas (Applicability)
Penerapan Evidence Based Nursing (EBN) mengenai efektifitas latihan aerobic
terhadap inflamasi pada pasien asma persisten baik sedang maupun berat, applicable
dilakukan dirumah sakit. Pertimbangan peneliti adalah :
1. Penerapan EBN ini bisa di lakukan hanya saja tidak pada pasien asma dengan
kondisi tidak stabil, bisa dilakukan pada pasien rawat jalan atau pasien rawat inap
dengan kondisi yang sudah stabil.
2. Penerapan EBN ini merupakan tindakan perawat dengan mempertimbangkan
kondisi klinis pasien terlebih dahulu.
3. Dari segi penerapan, mudah diterapkan jika rumah sakit tersebut sudah ada
ruangan treadmill.
Dengan alasan inilah peneliti berkesimpulan penerapan EBN ini mampu
dilaksanakan di Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA