Nomor : PB/SEK/093/VIII/1444-2022
Lamp :-
Hal : Himbauan
PENGURUS BESAR
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
PERIODE 2021-2023
1
UUD 1945, Pasal 30 ayat 1-5.
2
Bps, 2020. Potret Pendidikan Indonesia “Statistik Pendidikan ”.
Alih-alih melakukan perubahan terhadap Pendidikan, Negara malah membuat gaduh dengan melakukan
reformulasi terhadap sistem pendidikan Nasional melalui RUU Sisdiknas 2022. Rencana tersebutpun
menuai banyak penolakan dari berbagai organasisasi, praktisi dan pengamat pendidikan dengan alasan
RUU yang dirancang terkesan memaksakan.
Ada bebrapa hal yang kemudian menjadi catatan PB PII terhadap RUU Sisdiknas 2022 yang diusulkan oleh
kemendikbudristek.
- Cacat Proses
Perumusan RUU sisdiknas minim melibatkan partsipasi public serta dirasa tidak transparan, hal ini
bisa dilihat dari prosesnya yang Tidak mengindahkan Asas pembentukan peraturan perundang-
undangan dalam undang-undang republic Indonesia no. 12 tahun 2011 tentang peraturan
pembentukan Perundang-undangan pasal 5. Sehingga tidak setiap pemilik kepentingan
mendapatkan akses penuh terhadap rancangan UU Sisdiknas
Penunjukan Nadiem Makarim Pada periode kedua Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset & Teknologi alasannya karena telah berhasil dalam melakukan perubahan teknologi di
Indonesia dengan membangun Gojek. Kepercayaan ini dipertaruhkan Jokowi agar terjadi akselerasi
teknologi di bidang pendidikan Nasional. Termasuk memudahkan para pelajar dalam mengakses
pendidikan, sehingga tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang tak mendapatkan pendidikan yang baik,
bermutu, sebagaimana yang tertera dalam RPJMN 2020- 2024 yang berfokus pada pembangunan dan
peningkatan kualitas dan pemerataan layanan pendidikan.
Namun hingga saat ini, di tengah situasi pandemi yang semestinya menjadi ruang bagi Menteri mantan
CEO perusahaan teknologi raksasa Indonesia itu untuk membuktikan kepiawaiannya menggunakan
teknologi untuk mengakselerasi bidang pendidikan, justru malah berbanding terbalik. Nadiem Makarim
dalam kebijakannya, tak mampu memanfaatkan teknologi untuk mempercepat pembangunan di bidang
pendidikan. Alih alih, Nadiem malah berkutat pada program-program jargonistik yang tak tentu arah.
Data bps yang dirilis pada 2020 setidaknya telah menunjukan Kesenjangan pendidikan antar kelompok
ekonomi masih menjadi permasalahan dan semakin lebar seiring dengan semakin tingginya jenjang
pendidikan. Kesenjangan pendidikan juga masih tinggi apabila dibandingkan antar wilayah. Pembelajaran
berkualitas juga belum berjalan secara optimal dan merata antar wilayah. Sejumlah langkah sudah
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sayangnya, upaya yang
dilakukan belum dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.3
Semenjak ditetapkannya sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan RI, kebijakan nadiem makarim
banyak menuai kontroversi, dan penolakan oleh berbagai elemen masyarakat baik praktisi, akademisi dan
organisasi. Pasalnya beberapa Program yang dirumuskan nadiem makarim dirasa terlalu besar
mengeluarkan anggaran namun tidak sesuai dengan orientasi pendidikan nasional yang termuat dalam
sisdiknas.
Salah satu program yang sangat kontroversi diawal jabatannya sebagai menteri ialah Program Organisasi
Penggerak, dimana anggaran yang dicanangkan dalam program tersebut berkisar sekitar Rp. 595 miliyar
3
Bps, 2020. Potret Pendidikan Indonesia “Statistik Pendidikan”.
yang dialokasikan untuk 156 ormas.4 Dalam lampiran peraturan sekertaris jenderal kemendikbud tertuang
skema pembiayayaan dibuat dengan dengan tiga kategori yaiut Gajah (Kategori I) dengan jumlah 20
Miliyar, Macan (Kategori II) 5 Miliyar dan Kijang (Kategori III) 1 Miliyar.5 Persoalan yang kemudian
keliru ialah hamper sebagian besar penerima hibah tersebut tidak kredibel karna terdapat lembaga-lembaga
CSR yang semestinya sudah menjadi tugas mereka menggunakan dana perusahaan dalam berkolaborasi
memajukan pendidikan, justru masuk dalam institusi yang mendapatkan “jatah” dari anggaran pendidikan.
Selain itu, baru baru ini Nadiem juga membuat program boros anggaran yang tak sadar kondisi masyarakat
pelajar, seperti program pengadaan laptop yang nilainya mencapai 17 triliyun Rupiah. Secara sekilas,
mungkin ini merupakan hal baik karena memberikan fasilitas belajar kepada anak didik, namun sayangnya
infrastruktur teknologi lainnya tidak mencukupi. Layanan internet Indonesia masih sangat timpang antara
di kota dan pedesaan. Pengadaan laptop hanya akan menambah lebar jurang kualitas pelajar di kota dan
desa. Hal ini juga menunjukkan bahwa Nadiem sangat lemah memahami apa dan untuk apa pendidikan
Nasional itu. Lain halnya ialah pengadaan harga satuan laptop yang diluar nalar dengan bandrol 10 Juta/
laptop dengan spesifikasi mesin dibawah standar.
Terakhir yang tak kalah borosnya dari agenda nadiem ialah renovasi ruang kerja yang bernilai fantastis dan
tidak masuk akal dengan menghabiskan angka sebesar Rp. 5 Miliyar Rupiah. Klarifikasi pihak
kemendikbud atas itu ialaha proses renovasi yang dilakukan ialah keseluruhan dua lantai gedung A
keseluruhan lantai.6 Namun dengan anggaran yang sebesar itu tentu saja hal itu sangat disayangkan karna
berlebihan dalam penganggaran renovasi.
Salah kaprah kebijakan nadiem makarim sebagai mendikbud tidak hanya pada pengalokasian anggaran
yang tidak masuk akal. Tetapi juga melalui kebijakan kebijakan yang apolitis dan inkonstitusional dengan
adanya Permendikbud no.28 tahun 2021 tentang organisasi tata kerja kemendikbudristek yang
mengahpuskan Badan Standar Nasional Pendidikan, padahal jika kita pahami Bsnp merupakan produk dari
UU Sisdiknas 2003 sebagai pedoman konstitusi pendidikan nasional Indonesia.
Selain dari ragam kebijakan dan program nadiem makarim yang penuh dengan kontroversi, Koalisi Tiga
linbgkar mencatat beberapa apologi mendikbudristek sebagai bentuk indikasi dari ketidaksiapan dan
kegagalannya mengelola Kebijkakan. Catatan pertama adalah perumusan Kamus sejarah Indonesia Jilid II
yang menghilangkan beberapa peran tokoh agama yang berjuang melakukan perlawanan terhadap bangsa
4
https://news.detik.com/berita/d-5106489/komisi-x-ungkap-anggaran-rp-595-m-penggerak-kemendikbud-ini-rinciannya
5 PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 3 TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN
BANTUAN PEMERINTAH UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
6 https://nasional.tempo.co/read/1504773/kemendikbud-angkat-bicara-soal-renovasi-ruang-kerja-nadiem-makarim-rp5-
miliar/full&view=ok
kolonial. Hal tersebut kemudian memicu respon dari berbagai kelompok masyarakat dan ormas islam. Pasca
dari itu nadiem makarim menyampaikan permohan maafnya dengan mendatangi salah satu ormas islam
terbesar di Indonesia.7
Bukan hanya itu, catatan kedua apologi nadim datang ketika sempat hilangnya frasa agama dalam draft peta
jalan pendidikan Indonesia 2020-2035. Hal tersebut mengundang banyak kekecewaan masyrakat yang
meyakini pendidikan agama sebagai bagian dari kurikulum pendidikan yang sesuai dengan jalan dan cita
cita pendidikan nasional. Atas kegaduhan tersebut kemudian nadiem makarim melakukan klarifikasi serta
menjanjikan frasa agama tidak akan terhapus dari Peta Jalan Pendidikan Nasional.8
Catatan terakhir, klarifikasi nadiem makarim dilakukan saat Mendikbud menetapkan Permendikbud No 6
tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan BOS Reguler yang sangat diskriminatif dan tidak
berkeadilan. Pasalnya dalam Permen tersebut memuat beberapa syarat sekolah penerima Dana Bos yang
mengenyampingkan prinsip prinsip pemarataan, terutama Pasal 3 ayat (2) huruf d yang mendapatkan
banyak penolakan dari masyarakat tentang Sekolah Penerima Dana BOS Reguler yang tertera ketentuan
sekolah yang memiliki jumlah peserta didik paling sedikit 60 peserta didik selama tiga tahun terakhir.9
Tiga kasus tersebut setidaknya kami mencatat kinerja menteri nadiem makarim yang tidak benar benar
memahami pendidikan nasional khususnya untuk membangun kualitas dan menyelesaikan persolaan
ketimpangan yang terjadi di pendidikan Indonesia yang sesuai dengan amanat RPJM 2020-2024.
Offside di Pandemi
Sejak Presiden menyatakan secara resmi kasus corona di Indonesia pada 2 maret 2020, Menteri pendidikan
Nadiem makarim menetapkan surat edaran Pembelajaran jarak jauh pada 24 Maret 2020. Namun keputusan
tersebut faktanya telah memberikan persolan baru di daerah-daerah, khususnya masyarakat pedesaan dan
pelosok. Setidaknya ada dua persoalan yang kemudian menjadi fundamental dalam Pembelajaran jarak
jauh, Pertama, kebijakan PJJ tidak dibarengi dengan kurikulum alternative yang dapat memudahkan pihak
sekolah ataupun orangtua (keluarga) mengawal proses pembelajar bersama sama, sehingga pada tatanan
praktik banyak pihak yang kecolongan dalam mengawal PJJ. kedua, PJJ memaksa pemindahan ruang
belajar dari luring ke daring, hal tersebut sejatinya tidak relevan dengan kondisi masyarakat di pelosok yang
belum siap dengan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran jarak jauh. Hal lainnya
yang kemudian menjadi sorotaan di awal pandem ialah cost pendidikan yang naik karna biaya yang perlu
7
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210422170632-20-633558/di-depan-ketum-pbnu-nadiem-minta-maaf-soal-kisruh-
kamus
8
https://nasional.tempo.co/read/1440958/nadiem-revisi-draf-peta-jalan-pendidikan-2020-2035-frasa-agama-dipastikan-ada
9
Salinan peraturan menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan dana bantuan operasional Sekolah Reguler.
dikeluarkan oleh masyarakat untuk kuota internet walaupun kemudian pada tanggal 27 agustus 2020
nadiem makarim merilis surat keputusan tentang bantuan internet pelajar.
Dampak dari kebijakan pendidikan jarak jauh yang tidak utuh ialah produksi angka putus sekolah. Rilis
riset ISEAS-Yusof Ishak Institut pada 21 agustus 2020 mencatat 69 juta pelajar kehilangan akses
pendidikan di Indonesia alasannya tidak lain karena Pembelajaran jarak jauh hanya memudahkan keluarga
yang mampu semata.10
Kegagalan nadiem dalam membaca kondisi nyatanya bukan hanya terjadi di era PJJ, namun di semester ini
mendikbud merilis surat edaran Pembelajaran Tatap Muka terbatas, dengan alasan mencegah terjadinya
learning loss. Lagi lagi kebijakan nadiem gagal menjadi solusi karna tidak utuh nya kebijakan yang
dirumuskan, hasilnya PTMT malah membuat klaster klaster baru corona di sekolah sekolah. Dari 432.335
satuan pendidikan yang melakukan PTMT tercatat hanya 9,93% atau sebanyak 40.593 yang mememiliki
kesiapan belajar, dan 43,69 % atau sebanyak 188.880 satuan pendidikan terindikasi telah terjadi kasus
Positif.11 Kekhawatiran Klaster kasus Covid di satuan pendidikan juga sempat diungkapkan oleh P2G,
pasalnya hasil pantauwan P2G dari September hinggan November ada sekitar 20 daerah yang sekolahnya
terpaksa menghentikan PTM karena ada siswa atau guru positif Covid-19.12
Keseriusan nadiem dalam melakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas telah kontradiktif dengan praktik
pengawalan serta memberikan jaminan kesehatan kepada Pelajajar dan guru. Bagaimana tidak dalam
kriteria wajib PTM pemerintah hanya memasukan kategori Guru yang telah di vaksin 100%, sedangkan
vaksin pelajar dalam hal itu tidak masuk didalamnya. Maka wajar jika kemudian Vaksinasi Pelajar berjalan
dengan lambat,yagn hanya baru dapat dilakukan pada 143.535 pelajar. Yang lebih rentan dari kebijakan
PTMT ialah Indonesia dinilai belum mencapai standar positivity rate WHO bahwa kondisi daerah aman
jika angka penularan sudah dibawah 5%.
Melalui serangkaian catatan-catatan yang telah diutaran tersebut kemudian kami menilai Nadiem Makarim
hari ini telah salah kaprah dalam menyetir kiprah kemendikbudristek;
10
ivoox.id/iseas-sekolah-tutup-karena-pandemi-69-juta-pelajar-indonesia-makin-tertinggal-secara-
global?tag_from=kualitas-pendidikan
11
https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/kesiapanbelajar
12
https://www.republika.co.id/berita/r28ywb384/p2g-20-daerah-tutup-sekolah-karena-ditemukan-kasus-covid19
2. Mendikbud tidak memiliki strategi pencapaian yang utuh dalam menyusun konsepsi pendidikan di
masa yang akan datang, setiap program dan kebijakannya selalu bersifat jargonistik dan tidak
memiliki daya subtansial. Beberapa hal tersebut dapat terlihat dari agenda POP dan bagi bagi laptop
yang syarat dengan Intrik dan boros anggaran, PJJ atau PTMT yang tidak pernah utuh
penyelenggaraannya dan patut di evaluasi.
3. Kebijakan Mendikbudristek tidak mampu melakukan harmonisasi antara kelompok masyarakat
yang timpang padak akhirnya produk dari kebijakan yang ada gagal melakukan integrasi dan
mengakselerasi masyarakat yang kesulitas terhadap akses Pendidikan.
4. Mendikbud tidak memiliki proses Latensi yang baik, sebagian besar agenda bersifat reaksionis dan
tidak mengindahkah nilai-nilai dan norma yang telah lama menjadi orientasi pendidikan nasional.
Atas dasar persoalan-persolan tersebut, Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PBPII) menilai di umur
Negara Republik Indonesia yang Ke – 77 Tahun nyatanya Pendidikan Kita masih Belum Merdeka, begitu
banyak permasalahan yang fundamental luput dari perhatian Pemerintah, negara gagal mencapai hasil yang
memuaskan dan salah kaparah dalam memaknai Pendidikan yang utuh hasilnya Secara kelembagaan
Kiprah pendidikan telah melenceng jauh dari tugas-tugasnya, Ketimpangan masih jadi primadona masalah
Pendidikan.
#NadiemOut
#KemendikbudristekGagal
#PendidikanGagalMerdeka
#PayungHitamPendidikanNasional
PENGURUS BESAR
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
PERIODE 2021-2023