Modul 4 - Penguasaan Pribadi Dan Kepemimpinan
Modul 4 - Penguasaan Pribadi Dan Kepemimpinan
HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu
membangun visi, tujuan, dan nilai-nilai melalui proses belajar terus menerus
tentang diri dan lingkungannya, serta mengaktualisasikan kepemimpinan
wirausaha yang dibutuhkan SMK dalam menghadapi perubahan
lingkungan yang dinamis
i
DAFTAR ISI
BAB 2 ................................................................................................... 8
BAB 3 ................................................................................................. 14
BAB 4 ................................................................................................. 21
ii
BAB 5 ................................................................................................. 26
5.1. Mengenal dan Menjadi Pemimpin Tangkas .......................... 26
5.2. Tribe of Resources ................................................................ 30
5.3. Menjadi Pemimpin pada Organisasi yang Tangkas .............. 31
5.4. The Big Easy ......................................................................... 33
5.5. Latihan dan Pengayaan ........................................................ 36
BAB 6 ................................................................................................. 38
BAB 7 ................................................................................................. 43
iii
BAB 1
Integritas
(Integrity)
1
tidak terpatahkan dan memiliki hati yang tidak memihak. Seseorang
dengan integritas memegang satu nilai kebenaran dan berjuang
secara konsisten untuk mewujudkan kebenaran tersebut. Nilai
kebenaran yang dimiliki seseorang terbentuk dari pandangan moral
terhadap suatu kondisi di lingkungan sekitarnya. Menggunakan
contoh integritas untuk menjaga kebersihan lingkungan
sebelumnya, terbentuknya integritas tersebut dapat dimulai dari
kebiasaan bersih yang diajarkan oleh keluarga. Keluarga yang
selalu mengingatkan anaknya untuk membiasakan kebersihan akan
membentuk nilai moral berupa: lingkungan yang bersih merupakan
lingkungan yang baik. Nilai moral ini yang kemudian dapat
membentuk integritas pada anak tersebut untuk selalu menjaga
lingkungan sekitarnya agarselalu bersih.
Dualisme moral merupakan tantangan pertama yang dapat
mempengaruhi integritas seseorang. Kita akan menggunakan
contoh integritas yang dibentuk oleh moral yang menyatakan bahwa
lingkungan yang bersih merupakan lingkungan yang baik. Ketika
dihadapkan pada nilai moral baru, yaitu: selalu hargai tindakan orang
tua dan/atau orang lain, integritas untuk menjaga lingkungan dapat
terganggu. Sebagai contoh, pada suatu taman seseorang yang
memiliki integritas mendapati seseorang yang lebih tua membuang
sampah sembarangan. Muncul konflik pada diri orang tersebut yang
menyatakan bahwa tindakan orang yang lebih tua itu salah dan
sebaiknya ditegur, namun orang itu juga memegang nilai moral yang
menyatakan bahwa tindakan orang tua harus dihargai. Contoh kasus
di atas merupakan salah satu bentuk dimana dualisme moral dapat
menyulitkan seseorang dalam memegang integritas yang
dimilikinya.
Integritas dapat memupuk kepercayaan lingkungan sekitar pada
diri seseorang, baik secara individu atau kelompok. Melakukan
tindakan yang baik dan benar secara konsisten mampu mendorong
orang-orang yang saat ini memiliki nilai moral yang sama dengan
Anda untuk bergabung dan bekerja bersama Anda. Kelompok atau
2
organisasi yang terdiri dari orang-orang yang memiliki nilai moral
yang sama dapat berkembang menjadi organisasi yang baik dan
sukses. Tugas Anda apabila dipilih sebagai pemimpin pada
kelompok tersebut adalah memupuk kepercayaan dan memastikan
bahwa berbagai keputusan yang akan diambil adalah untuk
kepentingan kelompok, bukan diri sendiri atau anggota kelompok
tertentu.
3
keputusan, namun juga memastikan kepada para bawahannya
bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan yang baik dan
memiliki dampak positif bagi pengembangan organisasi.
Kepercayaan bawahan terhadap pemimpinnya akan meningkat
seiring pemimpin tersebut menunjukkan integritas dalam melakukan
tindakan dan pengambilan keputusan. Pemimpin yang tidak
menunjukkan integritas yang penuh, dapat menurunkan tingkat
kepercayaan bawahan dan dapat membentuk persepsi bahwa
pemimpin tersebut tidak reliabel dalam memegang kekuasaan. Pada
jangka panjang, bawahan akan memilih untuk tidak loyal terhadap
pemimpin yang tidak berintegritas dan mulai enggan untuk
melaksanakan kebijakan atau keputusan yang ditetapkan oleh
pemimpin tersebut.
Leroy, et al. (2012) memaparkan konsep yang dikenal dengan
authentic leadership, yaitu suatu bentuk karakteristik pemimpin yang
mampu jujur pada dirinya sendiri dan menunjukkan sikap mawas diri
dalam setiap perilaku dan pengambilan keputusan yang
dilakukannya. Pengambilan keputusan yang disertai dengan
kemauan pemimpin untuk turut terlibat dalam pelaksanaan
keputusan yang diambilnya secara signifikan dapat meningkatkan
kepercayaan para anggota di dalam organisasi terhadap pemimpin
tersebut. Walumbwa, et al. (2011) menemukan bahwa dibawah
kepemimpinan seorang dengan authentic leadership, komitmen
anggota organisasi dalam bekerja juga dapat meningkat. Komitmen
semangat kerja anggota kemudian memiliki pengaruh langsung
terhadap performa dari organisasi secara keseluruhan.
Kepercayaan juga dapat ditumbuhkan ketika pemimpin dapat
memberikan jaminan terhadap anggota kelompoknya bahwa setiap
kebijakan atau keputusan yang diambil merupakan untuk
kepentingan organisasi atau kelompok. Pemimpin yang berintegritas
akan berupaya untuk menepati jaminan tersebut kepada
anggotanya. Anggota kelompok atau organisasi lebih menghargai
4
pemimpin yang mampu menjaga konsistensi antara keputusan dan
tindakannya, dibandingkan dengan pemimpin dengan kemampuan
teknis yang tinggi namun tidak memiliki konsistensi. Namun, pada
tingkat kepercayaan yang tinggi etika pemimpin dalam memimpin
organisasi atau kelompok juga perlu dijaga. Pemimpin yang
menggerakkan organisasi atau kelompoknya secara menyimpang
dari nilai etika pada lingkungan eksternal organisasi merupakan
pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Artinya, pemimpin yang
baik tidak hanya memiliki integritas untuk mencapai suatu nilai tujuan
organisasi namun juga perlu menjaga agar anggota organisasi atau
kelompoknya tidak menyimpang dari nilai-nilai etika yang ada di
lingkungan masyarakat.
Terakhir, integritas dapat menjadi aset pribadi yang
menunjukkan siapa Anda di mata masyarakat. Anda dapat menjadi
seorang pemimpin yang dipandang bertanggung jawab oleh anggota
kelompok organisasi atau kelompok, namun pandangan masyarakat
terhadap Anda dapat berbeda. Untuk menyelaraskan antara
pandangan anggota organisasi dan masyarakat eksternal, Anda
perlu mengubah pola pikir berupa, “Apa yang perlu saya lakukan
untuk mencapai tujuan organisasi?” menjadi “Bagaimana cara saya
untuk dapat mencapai tujuan tersebut”. Melalui perubahan ini,
keputusan yang akan Anda pilih tidak hanya mempertimbangkan
kebutuhan internal organisasi namun juga mempertimbangkan
bagaimana reaksi masyarakat lingkungan sekitar terhadap tindakan
organisasional yang akan dilakukan oleh anggota organisasi atau
kelompok Anda. Apabila Anda dapat melakukan hal ini, Anda akan
bebas dari konflik kepentingan dan juga tetap konsisten dalam
memegang integritas yang Anda miliki.
5
mampu mengambil tindakan yang sesuai nilai kebenaran tersebut.
Konsistensi Anda dalam melakukan tindakan yang sesuai nilai
kebenaran akan menunjukkan seberapa tinggi integritas pribadi
Anda. Integritas dinilai oleh diri sendiri dan orang lain, pada akhirnya
kepuasan terhadap konsistensi ucapan dan tindakan berdasarkan
nilai kebenaran yang Anda miliki merupakan bentuk integritas
tertinggi yang dapat dimiliki oleh seseorang.
Membentuk pribadi dengan integritas tinggi merupakan
tantangan, namun individu yang berhasil melalui tantangan-
tantangan tersebut akan memperoleh peluang yang dapat
membantu pengembangan diri serta kelompok yang dipimpinnya.
Setiap keputusan yang diambil berdasarkan suatu nilai kebenaran,
terkadang akan mengalami kegagalan atau konflik dengan
kepentingan individu atau kelompok lain. Seseorang yang memiliki
integritas tinggi harus mampu belajar dari kegagalan dan konflik
tersebut, kemudian menjadikannya pengalaman dalam pengambilan
keputusan selanjutnya yang lebih baik dan memiliki resiko kegagalan
atau konflik yang rendah.
Setiap kali kita berhasil melakukan sesuatu yang sesuai dengan
nilai moral atau nilai kebenaran, kita akan merasa puas. Kepuasan
ini merupakan momentum yang akan memotivasi Anda untuk terus
menerus memperjuangkan nilai moral atau kebenaran tersebut dan
apabila mungkin menularkan nilai-nilai tersebut kepada organisasi
atau lingkungan masyarakat di sekitar Anda. Salah satu karakteristik
pribadi yang menunjukkan karakteristik individu yang efektif adalah
memanfaatkan peluang untuk mencapai tujuan strategis, dan
kemampuan untuk mengubah kesempatan menularkan nilai
kebenaran kepada orang-orang di sekitar Anda menjadi kenyataan
merupakan bentuk integritas sosial yang mampu meningkatkan
kualitas moral dalam suatu masyarakat.
6
Setelah mempelajari materi terkait dengan integritas, refleksikan
kegiatan Anda sehari-hari. Pilihlah salah satu aktivitas yang paling
sering atau selalu Anda lakukan setiap hari dan jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Aktivitas apa yang Anda lakukan?
2. Apa alasan dasar Anda melakukan hal tersebut?
3. Bagaimana cara Anda melakukan aktivitas tersebut? Perbedaan
apa yang umumnya Anda lakukan ketika melakukan aktivitas
tersebut dibandingkan dengan orang lain?
4. Apakah Anda merasa tidak puas ketika tidak atau gagal melakukan
hal tersebut?
5. Bagaimana pendapat orang lain tentang aktivitas yang Anda
lakukan tersebut?
7
BAB 2
Motivasi Pribadi
(Self Motivation)
8
dapat diaktualisasikan oleh pemimpin tersebut untuk
memperjuangkan nilai kebenaran yang dapat membantu organisasi
menjadi lebih baik dan memiliki manfaat kepada lingkungan
masyarakat. Berdasarkan pemaparan tersebut, motivasi pribadi
memiliki kaitan erat dengan integritas. Kemampuan individu untuk
memotivasi dirinya untuk tetap konsisten melakukan tindakan
dengan nilai kebenaran di saat kelompok mayoritas menolak nilai
tersebut merupakan kunci untuk menjadi individu yang berintegritas
tinggi.
9
bentuk luaran dan/atau capaian merupakan salah satu teknik yang
mampu meningkatkan tanggung jawab pemimpin terhadap anggota
kelompok dan organisasi yang dipimpinnya secara keseluruhan.
Pemimpin dengan integritas juga wajib mengedepankan
kepentingan organisasi dalam pengambilan keputusan ketika
dihadapkan pada tantangan atau tekanan.
Terakhir, apabila Anda telah menentukan luaran dan/atau
capaian apa yang ingin diperoleh dari tantangan atau tekanan yang
dihadapi maka Anda diharapkan untuk dapat mengukur konsekuensi
apa yang dapat terjadi ketika keputusan Anda tidak dapat mencapai
target luaran dan/atau capaian yang ditentukan. Hal ini terkait
dengan bagaimana Anda mampu mengukur risiko dan menentukan
apakah risiko tersebut dapat dikontrol oleh sumber daya yang dimiliki
oleh organisasi yang Anda pimpin.
Melalui tiga tahap tersebut, pemimpin akan dapat memutuskan
apakah suatu tantangan atau tekanan sebaiknya dihadapi atau
dihindari. Keputusan ini merupakan kunci dari motivasi pribadi
dimana Anda dapat meyakinkan diri Anda bahwa saat ini Anda
memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi tantangan atau
tekanan tersebut, dan mengubahnya menjadi peluang dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Hasil pertimbangan ini juga dapat Anda
sampaikan kepada anggota organisasi, terutama mereka yang akan
secara langsung terlibat dalam aktivitas yang dihasilkan dari
keputusan Anda dalam menghadapi suatu tantangan dan tekanan
tertentu. Mengetahui bahwa Anda memiliki kemampuan untuk
menghadapi suatu tantangan atau tekanan, serta telah menentukan
target luaran yang diharapkan dari keputusan tersebut merupakan
salah satu karakteristik dari pribadi yang efektif (akan dijelaskan lebih
lanjut di Modul 4). Anda juga akan lebih mudah memotivasi anggota
kelompok ketika mereka tahu dengan jelas target capaian yang ingin
dicapai serta risiko apa yang akan dihadapi ketika menjalankan
keputusan yang Anda ambil.
10
2.3. Mengubah Mindset untuk Memotivasi Diri Sendiri dan Orang
Lain
Menjadi pribadi yang selalu termotivasi juga dapat dicapai
apabila Anda berhasil mengubah mindset avoid failure menjadi
opportunity seeker. Avoid failure atau menghindari kesalahan
merupakan pola pikir yang dapat menghambat Anda dalam
memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Sebagai contoh,
Anda diminta untuk mengikuti kegiatan pelatihan sebagai komponen
dari Key Performance Index (KPI) yang akan berimbas pada insentif
yang Anda peroleh di akhir tahun. Apabila Anda berpikir bahwa Anda
harus mengikuti kegiatan tersebut untuk mengamankan nilai insentif
yang akan Anda peroleh di akhir tahun, maka pada diri Anda
terbentuk pola pikir Avoid failure. Anda beranggapan bahwa
mengikuti pelatihan merupakan kewajiban dan ketidakmampuan
untuk mengikuti pelatihan merupakan kesalahan yang memiliki
konsekuensi finansial.
Pada mindset opportunity seeker, ketika dihadapkan pada
contoh kasus di atas Anda akan berpikir: “apabila saya mengikuti
kegiatan pelatihan, saya mendapat kesempatan untuk mengasah
kemampuan yang saat ini saya miliki menjadi lebih baik”. Dari dua
bentuk mindset yang dipaparkan sebelumnya, keduanya mampu
memunculkan motivasi, namun proses pembentukan motivasi yang
berbeda akan mempengaruhi apakah Anda akan melakukan suatu
tindakan atau tidak. Pertama, kita akan analisis dari self-efficacy.
Ketika didaftarkan sebagai peserta pelatihan, Anda dihadapkan
pada peluang yang sama dengan calon peserta yang lain. Apabila
Anda mempersepsikan bahwa kegiatan pelatihan merupakan suatu
kewajiban, maka mulai terbentuk sikap penolakan pada diri Anda.
Sebaliknya jika Anda mempersepsikan bahwa kegiatan pelatihan
merupakan suatu peluang, maka akan terbentuk sikap positif pada
diri Anda. Kedua penyikapan ini akan mempengaruhi response-
efficacy Anda.
Response-efficacy ketika Anda mempersepsikan kegiatan
11
pelatihan sebagai kewajiban adalah negatif. Artinya, apabila Anda
tidak mengikuti kegiatan pelatihan akan muncul luaran-luaran negatif
seperti: berkurangnya nilai insentif atau penurunan nilai KPI. Apabila
sebaliknya, ketika Anda mempersepsikan bahwa kegiatan pelatihan
sebagai peluang maka akan muncul luaran positif seperti:
meningkatkan kemampuan pribadi atau menambah jaringan
kerjasama dengan peserta lain. Bentuk luaran ini akan memperkuat
atau memperlemah motivasi Anda untuk mengikuti kegiatan
pelatihan.
Terakhir ketika mengukur konsekuensi dari kegiatan pelatihan
terhadap diri Anda secara individu, apabila Anda memiliki persepsi
negatif terhadap pelatihan tersebut maka Anda akan terfokus untuk
memikirkan alternatif untuk tetap mempertahankan KPI atau nilai
insentif di akhir tahun tanpa mengikuti kegiatan pelatihan.
Sebaliknya, apabila Anda memiliki persepsi positif terhadap
pelatihan maka Anda akan memikirkan konsekuensi yang mungkin
dapat mempengaruhi aktivitas Anda selama mengikuti pelatihan.
Selain itu, persepsi positif akan membantu memuaskan Anda
setelah selesai menyelesaikan kegiatan pelatihan karena Anda tahu
bahwa Anda telah mengikuti kegiatan yang sesuai dengan keinginan
Anda sendiri (Integritas).
Ketika Anda telah menguasai cara mengubah mindset avoid
failure menjadi opportunity seeker, Anda juga dapat dengan mudah
memotivasi individu lain di lingkungan sekitar Anda. Sebagai contoh,
Anda dapat memotivasi siswa untuk datang ke kelas lebih tepat
waktu apabila Anda menghapus mindset bahwa datang ke kelas
tepat waktu merupakan kewajiban dan terdapat hukuman apabila
siswa tersebut terlambat. Coba komunikasikan kepada mereka
12
2.4. Latihan dan Pengayaan
Refleksikan diri Anda saat ini dengan Anda beberapa minggu
sebelumnya, kemudian coba jawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Pada saat Anda menerima penawaran untuk mengikuti kegiatan
pelatihan ini, apakah Anda memiliki mindset avoid failure atau
opportunity seeker?
2. Apabila jawaban nomor 1 adalah avoid failure, apakah Anda
berhasil melakukan motivasi pribadi atau terdapat motivasi dari
orang lain yang mendorong Anda untuk mau mengikuti kegiatan
pelatihan ini? Siapakah sosok yang dapat memotivasi Anda saat
itu?
3. Apabila jawaban nomor 1 adalah opportunity seeker, apakah
capaian atau luaran yang Anda harapkan dari kesempatan untuk
mengikuti kegiatan pelatihan ini? Adakah konsekuensi yang Anda
hadapi karena mengambil kesempatan ini?
4. Apabila Anda diberi kesempatan untuk kembali dan mengunjungi
diri Anda beberapa minggu sebelumnya, bagaimana cara Anda
memotivasi agar diri Anda yang lalu mau berkomitmen untuk
mengikuti kegiatan pelatihan ini tanpa paksaan?
13
BAB 3
Membentuk Pribadi yang Efektif
(Developing Personal Effectiveness)
14
lingkungan sosial) serta tanggung jawab organisasi
(anggota/bawahan, shareholder, dan stakeholder).
15
mencapai capaian dan luaran, kemudian eliminasi sumber daya
yang bersifat residu dari aktivitas tersebut. Observasi dan
pertimbangan yang bijaksana dibutuhkan untuk memastikan bahwa
aktivitas yang dipilih tidak mengalami defisit sumber daya.
Pada tahap ketiga, Anda diminta untuk menentukan Time atau
mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap
aktivitas yang telah ditetapkan. Kemampuan individu dalam
melakukan tahap ini sangat terkait dengan pengalaman individu
tersebut dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang relevan
sebelumnya. Individu-individu tersebut dapat mengukur durasi waktu
yang dibutuhkan dengan sumber daya yang tersedia lebih tepat
dibandingkan oleh individu yang belum pernah melakukan aktivitas-
aktivitas yang telah ditentukan sebelumnya.
Terakhir, setelah durasi pengerjaan aktivitas ditentukan, Anda
dapat mengatur jadwal (Schedule) pelaksanaan setiap aktivitas yang
dibutuhkan untuk mencapai luaran dan tujuan yang telah ditentukan.
Terdapat berbagai strategi untuk menentukan aktivitas mana yang
perlu diselesaikan lebih awal atau sebaliknya. Sama seperti pada
tahap ketiga, pengalaman individu dalam menyelesaikan aktivitas
yang telah ditentukan dapat membantu individu tersebut dalam
mengatur jadwal pelaksanaan yang lebih efektif dibandingkan
dengan individu yang belum pernah menyelesaikan aktivitas-
aktivitas tersebut.
Berdasarkan tahap ketiga dan keempat, maka efektivitas
individu dapat ditingkatkan apabila individu tersebut pernah
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, OATS Principles merupakan konsep yang repetitif.
Artinya, apabila Anda mau menggunakan konsep ini pada setiap
pengambilan keputusan maka Anda akan semakin tajam dalam
menetapkan durasi pengerjaan dan penjadwalan suatu aktivitas.
Pengalaman ini akan membantu Anda untuk meningkatkan
16
efektivitas penggunaan waktu baik bagi Anda secara individu atau
terhadap organisasi yang Anda pimpin.
17
tubuh Anda. Apabila nutrisi didistribusikan dengan baik, maka Anda
akan selalu memiliki tenaga yang cukup untuk menyelesaikan
berbagai macam aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
individu atau organisasional. Selanjutnya, good relationship
dibutuhkan untuk membantu Anda selalu termotivasi dalam
melakukan berbagai aktivitas. Memiliki hubungan yang baik dengan
lingkungan sosial tidak hanya memiliki pengaruh positif terhadap
Anda secara pribadi, namun Anda juga dapat memotivasi lingkungan
sosial di sekitar Anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Terakhir, seorang yang efektif dapat mengalokasikan waktunya
untuk beristirahat. Good rest merupakan komponen yang dapat
membantu Anda mengisi ulang energi atau tenaga yang telah
digunakan dalam berbagai aktivitas harian, sehingga Anda dapat
segera menghadapi hari esok dengan tubuh dan pikiran yang kuat.
Menjaga dan membentuk daya tahan tubuh dan pikiran
membutuhkan integritas yang tinggi. Anda diharapkan dapat
melakukan keempat komponen tersebut secara konsisten agar
selalu siap dalam menghadapi berbagai tekanan dan tantangan
ketika menjalankan aktivitas.
18
dari tahap ini adalah untuk mengontrol diri sendiri serta sumber daya
yang sedang Anda gunakan untuk melakukan aktivitas agar tidak
secara gegabah menghadapi tekanan dan tantangan tersebut.
Ketidaksiapan dalam mengontrol diri sendiri dan sumber daya dapat
menyebabkan overcommitted resources atau penggunaan sumber
daya secara berlebihan untuk menghadapi suatu tekanan dan/atau
ancaman namun tidak menghasilkan dampak yang signifikan
terhadap aktivitas atau kinerja yang sedang dilakukan oleh individu
atau organisasi.
Clarify merupakan tahap selanjutnya setelah berhenti
melakukan aktivitas ketika dihadapkan pada tekanan atau
tantangan. Pada tahap ini, pribadi yang efektif dapat mengukur
apakah tekanan atau tantangan yang muncul memiliki dampak yang
signifikan terhadap keseluruhan aktivitas atau kegiatan yang saat itu
dilakukan. Apapun hasil pengukuran terhadap dampak tekanan dan
tantangan tersebut, Anda akan dihadapkan pada tahap selanjutnya,
yaitu Options. Pada tahap ini, Anda diminta untuk membentuk
beberapa pilihan sebagai bentuk langkah dalam menghadapi
tekanan atau tantangan. Apabila tekanan atau tantangan yang
dihadapi dirasa tidak memiliki dampak terhadap aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan, maka Anda dapat memilih untuk menjauhi
atau tidak melakukan apapun untuk menghadapi tekanan atau
tantangan tersebut.
Proceed adalah tahap dimana Anda mengeksekusi pilihan yang
akan digunakan untuk menghadapi tekanan dan tantangan, dengan
tujuan untuk memastikan bahwa aktivitas atau kegiatan utama yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan tidak terhambat. Terakhir,
Evaluate atau evaluasi merupakan tahap dimana Anda mengukur
apakah pilihan yang Anda ambil tepat atau masih belum optimal.
Apapun hasil evaluasi dari keputusan menghadapi tekanan atau
19
tantangan merupakan pengalaman yang dapat meningkatkan
ketajaman Anda dalam pengambilan keputusan dan menjadi pribadi
yang lebih efektif di masa depan.
20
BAB 4
Karakteristik Orang yang Efektif
(Highly Effective People)
21
pribadi yang efektif. Anda termasuk ke kategori yang efektif apabila
ketika dihadapkan pada posisi yang sama, Anda memilih untuk
mengevaluasi sumber daya yang saat ini dapat Anda kontrol dan
memikirkan bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya tersebut agar dapat mengadapi tantang yang sama di
kemudian hari.
Seorang yang proaktif selalu berupaya untuk mengalokasikan
sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan suatu capaian
atau luaran. Pribadi ini jarang menyimpan sumber daya yang
dimilikinya dan memilih untuk tidak melakukan apapun ketika
terdapat peluang yang dapat dicapai.
22
dalam menentukan durasi pengerjaan suatu aktivitas dan kegiatan
serta kegiatan mana yang perlu diprioritaskan.
D. Think win-win
Karakteristik keempat menunjukkan pola pikir seorang individu
yang memilih untuk mencapai tujuan organisasional tanpa
merugikan pihak lain. Stephen Covey menyampaikan, “untuk
menjadi sukses, Anda tidak perlu membuat orang lain gagal”.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa individu yang efektif akan
berfokus untuk mencapai tujuan individu atau organisasional tanpa
menjatuhkan kompetitor. Pada kondisi tertentu, individu yang efektif
juga ditemukan untuk memilih bekerjasama dengan kompetitor untuk
mencapai tujuan-tujuan strategis yang masih bersifat linier di antara
kedua belah pihak.
Apabila Anda memiliki pola pikir bahwa kesuksesan Anda dapat
tercapai jika orang lain gagal, selain harus mengalokasikan sumber
daya untuk mencapai tujuan individu atau organisasional Anda juga
perlu mengalokasikan sumber daya untuk memastikan bahwa
kompetitor Anda tidak mencapai tujuan yang mereka miliki. Pola pikir
ini tidak efektif, terlihat dari alokasi sumber daya yang berlebihan
pada tujuan yang tidak memiliki dampak sama sekali terhadap tujuan
strategis individual atau organisasional.
23
konsumen adalah langkah pertama sebelum mengkomunikasikan
nilai tawar yang Anda miliki kepada mereka. Apabila Anda telah
mengetahui bahwa mitra kerja atau konsumen mengharapkan
sesuatu di luar nilai tawar yang saat ini Anda miliki, maka Anda dapat
mengambil keputusan yang ideal. Anda dapat meningkatkan nilai
tawar yang Anda miliki sebelum kembali melakukan penawaran
terhadap mereka, atau Anda dapat mencari mitra kerja atau
konsumen yang memiliki permintaan yang sesuai dengan nilai yang
dapat Anda tawarkan.
F. Synergize
Pribadi yang efektif adalah pribadi yang mampu bersosialisasi
dan mencoba untuk mencapai tujuan individu dan organisasional
dengan bantuan orang lain. Individu yang efektif akan memilih untuk
meningkatkan kemampuan kompetitif yang saat ini dimilikinya, dan
melakukan kerjasama dengan orang lain dengan kemampuan
kompetitif tertentu apabila terdapat tujuan yang tidak dapat tercapai
oleh kemampuan individu tersebut. Melalui tindakan ini, individu
tidak perlu menghabiskan waktu untuk mempelajari kemampuan-
kemampuan baru yang di luar bidang keahliannya ketika harus
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sebagai gantinya, individu tersebut
dapat menawarkan kemampuan kompetitifnya kepada mitra kerja
yang tidak memiliki kemampuan tersebut.
24
kemampuan Anda belum terasah dengan sempurna, mulailah
mengasah kembali kemampuan Anda. Motivasi diri Anda untuk
mengikuti pelatihan secara mandiri atau berkelompok, dan carilah
rekan atau mentor yang dapat membantu Anda mengasah
kemampuan Anda menjadi lebih kompetitif.
25
BAB 5
Kepemimpinan Tangkas
(Agile Leadership)
26
menjadi seorang pemimpin yang tangkas. Ketajaman dalam menjadi
pemimpin yang tangkas dapat Anda tingkatkan apabila Anda mau
menerapkan proses pembentukan karakter pemimpin tangkas ketika
dihadapkan pada tekanan, tantangan, dan/atau peluang. Breakspear
(2017) mendeskripsikan pemimpin yang tangkas sebagai individu
yang berani mendorong dirinya untuk terus mengumpulkan
pengalaman dalam rangka meningkatkan kemampuannya agar
selalu siap dalam menghadapi tantangan atau menggapai suatu
peluang. Proses pembentukan karakter pemimpin tangkas terdiri
dari tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Build your problem statement
Ketika dihadapkan pada tekanan, tantangan, dan/atau peluang,
biasakan diri Anda untuk menganalisis bentuk tekanan, tantangan,
dan/atau peluang yang sedang Anda hadapi. Pada sub modul
sebelumnya, Anda dapat menerapkan konsep SCOPE dan
menghentikan apapun kegiatan atau aktivitas yang sedang Anda
lakukan. Kumpulkan informasi yang cukup terkait dengan kondisi
yang Anda hadapi dan tentukan apakah kondisi tersebut merupakan
tekanan, tantangan, dan/atau peluang.
27
3. Prove or disprove your hypotheses
Langkah ketiga, Anda perlu membuktikan apakah dugaan Anda
terhadap tekanan, tantangan, dan/atau peluang yang sedang
dihadapi tersebut benar atau tidak. Pada tahap ini, Anda telah
melakukan sebuah riset sederhana untuk mengungkap suatu
kebenaran. Anda dapat menggunakan desain riset sederhana baik
secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengukur dan membuktikan
dugaan Anda. Apapun hasil dari pengujian hipotesis, Anda akan
memperoleh bukti yang kuat dan dapat mendukung pengambilan
keputusan dalam menghadapi tekanan, tantangan, dan/atau
peluang.
28
organisasi, maka mereka akan memutuskan untuk tidak menanggapi
tekanan, tantangan, dan/atau peluang yang sedang dihadapi.
Keputusan ini diambil untuk menghindari penggunaan sumber daya
organisasi yang tidak efektif.
29
ketajaman Anda dalam menjadi pemimpin yang tangkas.
Semakin luas dan kuat jaringan tribe of resources yang dikelola oleh
seorang pemimpin, semakin mudah pemimpin tersebut
30
mengaktualisasikan keputusan untuk menghadapi tekanan,
tantangan, dan/atau peluang dalam rangka mencapai tujuan
strategis organisasi.
31
Pelanggan internal adalah karyawan atau anggota di dalam
organisasi Anda. Pemimpin yang tangkas memiliki tanggung jawab
untuk menggali dan meningkatkan kemampuan dari setiap individu
di dalam organisasi, dengan tujuan untuk menghasilkan nilai
manfaat terbaik kepada pelanggan. Berdasarkan dua pelanggan
tersebut, pemimpin yang tangkas memiliki orientasi outside-in.
Outside-in diartikan sebagai pengambilan keputusan atau
pembentukan langkah strategis yang berorientasi pada perubahan
lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal yang berubah, tidak
hanya merubah strategi organisasi dalam melayani pelanggan
namun juga bagaimana mengelola sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi agar dapat memberikan pelayanan maksimal kepada
pelanggan.
Aktualisasi dari kepemimpinan yang tangkas, membutuhkan
partisipasi dari seluruh anggota dari organisasi yang kemudian
disebut tribe of resources. Untuk dapat memotivasi dan
meningkatkan komitmen mereka dalam memberikan pelayanan
terbaik kepada konsumen, pemimpin yang tangkas dapat
mempraktikkan konsep efektivitas pribadi di level organisasional.
Ketika menghadapi suatu tantangan atau peluang, Anda dapat
mengajak anggota organisasi untuk membantu Anda mengukur
apakah organisasi memiliki kemampuan untuk menghadapi
tantangan atau menangkap peluang tersebut (organization-efficacy).
Setelah itu, kumpulkan apa harapan atau ekspektasi mereka dari
menghadapi tantangan atau peluang yang akan dicapai (response-
efficacy). Terakhir, minta pendapat mereka terkait dengan risiko
yang dapat muncul dari kegiatan atau aktivitas yang dibutuhkan
untuk menghadapi tantangan atau menangkap peluang
(consequences).
Melibatkan anggota organisasi dalam proses pengambilan
keputusan dalam rangka menghadapi tantangan atau menangkap
peluang, dapat meningkatkan ketangkasan di tingkat organisasi.
32
Setiap anggota organisasi akan dapat mengukur tingkat kemampuan
organisasi saat ini dan luaran apa yang bisa dihasilkan melalui
kemampuan tersebut. Kemampuan mengukur risiko yang akan
ditanggung di tingkat organisasi dapat meningkatkan komitmen
anggota organisasi untuk meningkatkan kemampuan individu,
dengan tujuan dapat membantu organisasi dalam menghadapi risiko
dalam proses mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi.
33
(tribe of resources) yang dapat digunakan untuk menghadapi suatu
tantangan atau peluang. Kedua, Anda perlu mengukur apakah
kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya tersebut dapat
menghasilkan luaran yang diharapkan tanpa memberikan
konsekuensi yang tinggi kepada mereka jika keputusan yang diambil
tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, melakukan efisiensi
dalam pemanfaatan sumber daya merupakan salah satu
kemampuan yang dibutuhkan oleh pemimpin yang tangkas.
Untuk meningkatkan kemampuan ini, seorang pemimpin harus
peka terhadap kemampuan serta tanggung jawab yang saat ini
dimiliki oleh anggota organisasinya. Apabila Anda ingin menjadi
pemimpin yang tangkas, mulailah untuk selalu memantau
perkembangan kemampuan anggota organisasi serta tanggung
jawab yang dimilikinya dari waktu ke waktu. Cobalah berbicara
kepada mereka dan tanyakan apakah mereka siap apabila terdapat
pengambilan keputusan yang akan membutuhkan kemampuan dan
tanggung jawab dari mereka. Metode ini dikenal dengan
“Consensus”, dimana melalui metode ini Anda dapat dengan mudah
memetakan siapa anggota organisasi yang siap mendukung Anda
dalam pengambilan keputusan yang cepat.
Metode kedua untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumber daya manusia adalah dengan melakukan pengambilan
suara. Ketika akan mengambil suatu keputusan untuk menghadapi
tantangan atau peluang, kumpulkan para anggota organisasi dan
mintalah mereka untuk menyampaikan suara. Sebelum menanyakan
siapa anggota yang siap mendukung keputusan, sampaikan pada
mereka hasil analisis luaran yang ingin dicapai dari tantangan atau
peluang yang akan dihadapi dan konsekuensi apa yang akan
muncul. Melalui tahap ini, Anda telah menunjukkan integritas untuk
menyampaikan tanggung jawab apa yang dihadapi oleh anggota
organisasi yang berpartisipasi pada keputusan yang akan Anda
ambil.
Apapun metode yang Anda pilih, Anda diminta untuk dapat
memanfaatkan sumber daya yang mau terlibat pada pengambilan
34
keputusan Anda secara efisien. Untuk melakukan hal tersebut, Anda
dapat menggunakan alat yang disebut dengan 2x2 Matrix. Matrix ini
memungkinkan transparansi dalam pengambilan keputusan yang
cepat, sehingga sebelum melakukan pengambilan keputusan Anda
dapat mengukur apakah luaran yang diharapkan sesuai dengan
sumber daya yang tersedia. Contoh dari 2x2 Matrix ditampilkan pada
Gambar 5.1.
35
aktivitas. Pada pengambilan keputusan untuk menghadapi suatu
tantangan atau peluang, maka Anda akan mengukur seberapa
banyak jumlah aktivitas yang perlu dilakukan untuk menghadapi
tantangan atau peluang tersebut. Selanjutnya berdasarkan hasil
consensus dan pengambilan suara, Anda dapat mengukur apakah
Anda memiliki jumlah sumber daya yang tinggi atau rendah untuk
mengaktualisasikan aktivitas tersebut. Anda bisa melihat pada
matriks, terdapat tiga opsi yaitu A, B, dan C. Setiap opsi
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan sumber daya terhadap
jumlah aktivitas yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan atau
peluang.
Keputusan yang perlu Anda prioritaskan adalah keputusan
dengan tingkat efisiensi tertinggi, artinya aktualisasi sumber daya
yang dimanfaatkan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah
aktivitas yang akan dilakukan. Namun, pemanfaatan sumber daya
yang lebih rendah akan memberi tekanan kepada sumber daya
untuk meningkatkan kemampuannya agar mampu melakukan
aktivitas dalam jumlah besar dengan baik. Oleh karena itu, peran
Anda dalam memotivasi anggota kelompok yang Anda libatkan
sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa pengambilan
keputusan yang sudah Anda pilih dapat menghasilkan luaran yang
diharapkan.
36
atau kegiatan tersebut? Apakah mereka termasuk ke dalam jaringan
tribe of resources yang Anda kelola?
3. Menurut Anda, bagaimana langkah atau cara agar tribe of resources
yang saat ini Anda miliki semakin loyal dan mau dilibatkan pada
setiap aktivitas atau kegiatan yang akan Anda putuskan dalam
rangka menghadapi tekanan, tantangan, dan/atau peluang dalam
mencapai tujuan organisasi yang Anda pimpin?
37
BAB 6
Manajemen Risiko
(Risk Management)
38
Aset modal merujuk pada berbagai jenis sumber daya yang
dibutuhkan oleh organisasi untuk melakukan kegiatan operasional.
Aset ini dapat berupa aset finansial atau faktor-faktor produksi pada
organisasi bisnis. Pengelolaan aset modal tidak serumit sumber
daya manusia, namun pertimbangan yang tepat dibutuhkan untuk
memastikan bahwa setiap aset modal dialokasikan secara efektif
dan dapat digunakan secara efisien dalam rangka mencapai tujuan
strategis organisasi.
Aset ketiga, yaitu kemampuan manajerial dari para manajer
merupakan aset yang tidak dapat dinilai secara objektif. Penilaian
kemampuan manajerial seorang individu dapat berbeda apabila
individu tersebut ditempatkan pada posisi manajerial yang berbeda,
terutama ketika posisi tersebut di luar bidang keahliannya. Sebagai
contoh, individu yang memiliki kemampuan manajerial unggul di
bidang pemasaran akan sulit untuk menunjukkan hal yang sama
apabila diminta untuk mengelola bidang keuangan. Menganalisis
kemampuan para manajer yang terdapat di dalam organisasi
merupakan tugas utama dari seorang pemimpin, sehingga individu-
individu tersebut dapat menggunakan kemampuan manajerialnya
secara optimal.
Seperti pemaparan sebelumnya, ketiga aset ini akan dikelola
dan dimanfaatkan oleh organisasi dalam rangka mewujudkan visi
dan memenuhi misi organisasi. Visi dan misi organisasi tersebut
akan dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan strategis yang perlu dicapai
secara bertahap oleh organisasi. Risiko merupakan efek yang dapat
ditimbulkan dalam suatu ketidakpastian dari proses pencapaian
suatu tujuan, dengan demikian pada proses pencapaian tujuan
strategis akan muncul risiko-risiko yang dapat menghambat
tercapainya tujuan strategis tersebut.
Ketidakpastian muncul karena perubahan lingkungan yang
dinamis. Menggunakan rencana strategis yang efektif secara
berulang-ulang akan menurunkan efektivitas dari rencana tersebut
apabila tidak dilakukan adaptasi atau penyesuaian rencana terhadap
39
perubahan dari lingkungan organisasi. Pada setiap pengambilan
keputusan risiko bersifat mutlak, artinya risiko akan selalu muncul
karena tidak ada yang bisa memastikan bagaimana perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi aktivitas atau kegiatan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Semakin tinggi faktor yang tidak
dapat dikontrol oleh organisasi dalam mencapai tujuan organisasi,
maka semakin tinggi risiko yang akan dihadapi karena tingginya
ketidakpastian yang muncul dari faktor-faktor yang tidak dapat
dikontrol tersebut.
Pada sub modul sebelumnya, telah dibahas terkait dengan
kepemimpinan yang tangkas dan pentingnya tribe of resources bagi
pemimpin tangkas dalam menghadapi tekanan, tantangan, dan/atau
peluang. Manajer dalam suatu organisasi merupakan salah satu
contoh tribe of resources yang tersedia bagi para pemimpin sebagai
individu-individu yang dapat membantunya dalam menghadapi
tekanan, tantangan, dan/atau peluang dalam mencapai tujuan
organisasional. Pemimpin yang tangkas membutuhkan tribe of
resources yang mampu mengontrol aset lain yang dikelola oleh
organisasi dan menggunakannya dengan efektif untuk menghadapi
tekanan, tantangan, dan/atau peluang. Tujuan dari efektivitas
penggunaan aset yang dikontrol untuk menghadapi kondisi tersebut
adalah meminimalisasi risiko yang muncul apabila menggunakan
aset yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan oleh organisasi.
Pada manajemen proyek, manajemen risiko merupakan proses
sistematis yang memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan
mengontrol risiko, dengan tujuan untuk meminimalisasi dampak dari
risiko tersebut terhadap aktivitas atau kegiatan pada proyek
(Marcelino-Sadaba, et al. 2013). Identifikasi risiko dilakukan pada
tahap awal sebelum proyek dilaksanakan. Seperti yang dipaparkan
sebelumnya risiko tinggi pada umumnya ditemukan pada aset atau
sumber daya yang tidak dapat dikontrol oleh organisasi, namun risiko
40
juga dapat muncul pada sumber daya yang dikelola oleh organisasi.
Identifikasi dini terhadap risiko yang dimiliki oleh sumber daya di
dalam organisasi dapat membantu pengambilan keputusan yang
tepat untuk meminimalisasi risiko dari penggunaan sumber daya
tersebut.
Membentuk integritas pada sumber daya manusia yang dikelola
oleh organisasi terkait dengan manajemen risiko merupakan faktor
penting dari proses manajemen risiko. Para individu yang
mengontrol setiap sumber daya diharapkan memiliki integritas dalam
melaporkan kondisi dari setiap sumber daya secara tepat agar
pengambilan keputusan terbebas dari risiko yang dapat muncul dari
pemanfaatan sumber daya tersebut. Sebagai contoh, dalam
membangun rumah dibutuhkan sumber daya manusia dan modal.
Salah satu mandor Anda tidak melaporkan bahwa beberapa tenaga
yang dibawahinya tidak sedang dalam kondisi prima untuk bekerja
pada hari tertentu. Perilaku ini didasarkan pada alasan akan terdapat
pemotongan honor apabila tenaga yang bekerja tidak sesuai
jumlahnya. Kondisi ini secara langsung akan meningkatkan risiko
bahwa hasil pengerjaan dari mandor tersebut tidak sesuai dengan
standar karena diselesaikan dengan sumber daya dalam kondisi
yang tidak prima.
41
organisasi sebelum melakukan pengambilan keputusan alokasi dan
pemanfaatan aset terhadap aktivitas atau kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan organisasional.
Kemampuan pemimpin dalam mengukur luaran atau capaian
yang akan diperoleh sebelum menentukan kegiatan atau aktivitas
juga merupakan faktor penting dalam manajemen risiko. Melalui
pengukuran tersebut, pemimpin mampu menentukan alokasi aset
yang dikelola secara langsung oleh organisasi dan meminimalisasi
penggunaan aset yang tidak dapat dikendalikan. Selain itu,
pemimpin yang dapat memberikan deskripsi atau gambaran
terhadap anggota organisasi terkait tujuan dari pengalokasian aset
untuk mencapai suatu tujuan operasional akan memudahkan
anggota organisasi untuk melakukan aktivitas atau kegiatan yang
telah ditetapkan.
42
BAB 7
Ketajaman dalam Berbisnis
(Business Acumen)
43
dari organisasi. Organisasi yang tajam juga memiliki peluang untuk
berkembang lebih baik apabila dikelola oleh pemimpin dengan
ketajaman berbisnis, karena pemimpin tersebut mampu mengontrol
risiko yang dihadapi organisasi melalui efektivitas pemanfaatan
sumber daya yang dikelola organisasi.
44
mempertahankan passion dan integritas dalam aplikasi kemampuan
manajerial dalam rangka menciptakan proposisi nilai yang memiliki
manfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga lingkungan
sekitar, maka wirausaha tersebut dapat dikatakan telah menguasai
bagaimana cara menjalankan bisnis dengan baik.
Pada konteks organisasi non profit, menguasai bidang layanan
dimana Anda ditunjuk sebagai seorang pemimpin dapat membantu
Anda mengasah ketajaman dalam memimpin organisasi tersebut.
Anda dapat memulai dengan merefleksikan diri dan kemudian
menyesuaikan visi dan misi organisasi dengan passion dan
integritas yang Anda miliki. Selanjutnya, Anda perlu mengetahui
bagaimana bentuk layanan yang akan organisasi Anda lakukan
kepada stakeholder dari organisasi tersebut.
45
karakteristik ini juga mampu mengukur bagaimana bentuk luaran
dan capaian dari masing-masing aktivitas atau kegiatan yang telah
ditetapkan, sehingga penilaian kinerja dari setiap sumber daya yang
dialokasikan dapat diukur secara objektif.
46
oleh organisasi. Sementara itu, komunikasi kepada konsumen
internal atau anggota organisasi memiliki tujuan utama untuk
memberikan motivasi kepada mereka dalam melaksanakan aktivitas
atau kegiatan dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan dari
organisasi.
47
kegiatan operasional ketika terdapat indikasi bahwa profit yang
dihasilkan tidak sebanding, atau risiko dalam mengeksekusi aktivitas
atau kegiatan tersebut cukup besar. Seorang wirausaha dengan
ketajaman berbisnis memiliki pendekatan yang berbeda, dimana
individu ini akan mencoba untuk mencari peluang-peluang yang
dapat dimanfaatkan sehingga aktivitas atau kegiatan operasional
tidak perlu dibatalkan.
Pada karakteristik ini, wirausaha yang tajam dalam berbisnis
mampu mengubah ancaman dari risiko gagalnya aktivitas atau
kegiatan menjadi suatu peluang yang dapat menghasilkan profit
untuk usahanya. Oleh karena itu, kemampuan dalam
mengidentifikasi masalah menggunakan metode SCOPE
merupakan aset yang penting bagi seorang pemimpin agar tidak
melewatkan kesempatan karena rasa takut terhadap risiko gagal.
Pola pikir opportunity seeker juga sangat dibutuhkan bagi seorang
wirausaha yang ingin mempertajam kemampuannya dalam
mengelola suatu bisnis.
Pada konteks organisasi non profit, karakteristik ini ditunjukkan
oleh pemimpin yang mampu mengalokasikan sumber daya yang
dikelola organisasi menjadi suatu bentuk layanan yang mampu
memberikan manfaat kepada stakeholder organisasi. Selain itu,
kemampuan dalam mengkomunikasikan target capaian dan luaran
dari suatu keputusan strategis kepada anggota organisasi juga
merupakan faktor yang penting agar anggota organisasi dapat
mengukur seberapa besar peran dalam mewujudkan visi, misi dan
tujuan organisasi.
48
1. Aktivitas atau kegiatan apa yang menurut Anda menghasilkan
luaran terbaik pada organisasi yang Anda pimpin?
2. Apakah luaran dari aktivitas tersebut mampu mendekatkan
organisasi yang Anda pimpin menuju visi, misi atau tujuan
organisasional yang telah ditetapkan?
3. Bagaimana proses yang Anda lakukan sebelum penentuan aktivitas
atau kegiatan tersebut?
4. Apa nilai manfaat dari kegiatan atau aktivitas tersebut terhadap
stakeholder dan anggota organisasi yang Anda pimpin? Apakah
menurut Anda mereka puas dengan luaran yang dihasilkan dari
kegiatan atau aktivitas tersebut?
5. Apakah Anda berencana untuk melakukan kegiatan atau aktivitas
tersebut di kemudian hari? Apa yang perlu diperbaiki atau
ditingkatkan dari kegiatan atau aktivitas tersebut agar dapat
menghasilkan nilai manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan
aktivitas atau kegiatan sebelumnya?
49
FINAL ASSESSMENT MATA DIKLAT 4
PENGUASAAN PRIBADI DAN KEPEMIMPINAN
(PERSONAL MASTERY AND LEADERSHIP)
50
3. Menurut pendapat Anda, apakah guru tersebut menunjukkan
karakteristik dari pribadi yang efektif? Apabila iya, karakteristik apa
saja dari pribadi efektif yang ditunjukkan dan pada bagian apa
Beliau menunjukkan karakteristik tersebut?
51
berupaya untuk mengkontak Kepala SMK sebelumnya untuk
menggerakkan siswa agar dapat menciptakan website untuk
memperkenalkan potensi pariwisata tersebut. Namun, Kepala SMK
sebelumnya menolak karena Beliau kurang paham terkait dengan teknik
memperkenalkan potensi pariwisata dan ragu masyarakat lokal siap untuk
mengelola potensi pariwisata tersebut.
Pertanyaan
1. Setelah menerima permohonan mutasi, Anda diminta untuk
menunjuk seseorang untuk menggantikan posisi Anda sebagai
Kepala SMK hingga Anda kembali. Bagaimana cara Anda memilih
pengganti tersebut? Apa yang Anda lakukan untuk meyakinkan diri
bahwa pengganti Anda memiliki integritas dalam mencapai visi, misi
dan tujuan yang telah Anda rancang sebelumnya?
2. Apa langkah efektif Anda untuk membiasakan diri pada lingkungan
baru serta bidang ilmu yang Anda belum kuasai? Bagaimana
langkah Anda untuk menentukan tribe of resources yang akan Anda
beri kepercayaan untuk membantu Anda mewujudkan visi, misi dan
tujuan dari instansi baru yang Anda pimpin?
3. Bagaimana Anda mempersepsikan aktivitas yang telah ditentukan
sebelum Anda menjabat? Apakah Anda memilih untuk melanjutkan
atau membatalkan aktivitas yang telah disepakati sebelum Anda
menjabat? Apabila Anda memilih untuk melanjutkan, apa langkah
yang perlu Anda lakukan untuk mengidentifikasi risiko di bidang yang
belum Anda kuasai dengan baik?
52
DAFTAR PUSTAKA
53