Anda di halaman 1dari 57

DESKRIPSI MATA DIKLAT

Mata diklat ini membekali peserta dengan kemampuan membangun


visi, tujuan, dan nilai-nilai melalui proses belajar terus menerus tentang diri
dan lingkungannya, serta mengaktualisasikan kepemimpinan wirausaha
yang dibutuhkan SMK dalam menghadapi perubahan lingkungan yang
dinamis

HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu
membangun visi, tujuan, dan nilai-nilai melalui proses belajar terus menerus
tentang diri dan lingkungannya, serta mengaktualisasikan kepemimpinan
wirausaha yang dibutuhkan SMK dalam menghadapi perubahan
lingkungan yang dinamis

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT


CPMD1 Peserta dapat menerjemahkan konsep integritas dalam
memimpin organisasi
CPMD2 Peserta dapat memahami cara memotivasi diri sendiri
untuk mencapai suatu tujuan tertentu
CPMD3 Peserta dapat mengukur efektivitas pribadi pada diri
sendiri dan orang lain
CPMD4 Peserta dapat mengidentifikasi karakteristik pribadi
yang efektif pada diri sendiri dan orang lain
CPMD5 Peserta dapat mendemonstrasikan karakteristik
pemimpin yang tangkas
CPMD6 Peserta dapat menerjemahkan konsep manajemen
risiko dalam pengambilan keputusan organisasional
CPMD7 Peserta dapat mendemonstrasikan ketajaman
wirausaha dalam berbisnis

i
DAFTAR ISI

DESKRIPSI MATA DIKLAT ................................................................... ii


HASIL BELAJAR ................................................................................... ii
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT ........................................ ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................iii
BAB 1 ................................................................................................... 1

1.1. Definisi Integritas ..................................................................... 1


1.2. Integritas dan Efektivitas Pribadi ............................................. 3
1.3. Integritas dan Kepemimpinan.................................................. 3
1.4. Melatih dan Membentuk Integritas Pribadi .............................. 5
1.5. Latihan dan Pengayaan .......................................................... 6

BAB 2 ................................................................................................... 8

2.1. Mengenal Motivasi Pribadi ...................................................... 8


2.2. Membentuk Motivasi Pribadi ................................................... 9
2.3. Mengubah Mindset untuk Memotivasi Diri Sendiri dan Orang
Lain 11
2.4. Latihan dan Pengayaan ........................................................ 13

BAB 3 ................................................................................................. 14

3.1. Alasan Menjadi Pribadi yang Efektif ...................................... 14


3.2. Langkah 1: Manajemen Waktu.............................................. 15
3.3. Langkah 2: Membentuk Daya Tahan Tubuh dan Pikiran ...... 17
3.4. Langkah 3: Menentukan Langkah Alternatif dalam
Menghadapi Tekanan dan Tantangan................................................... 18
3.5. Latihan dan Pengayaan ........................................................ 20

BAB 4 ................................................................................................. 21

4.1. Mengenal Karakteristik Individu yang Efektif ......................... 21


4.2. Tujuh Karakteristik Individu yang Efektif ............................... 21
4.3. Latihan dan Pengayaan ........................................................ 25

ii
BAB 5 ................................................................................................. 26
5.1. Mengenal dan Menjadi Pemimpin Tangkas .......................... 26
5.2. Tribe of Resources ................................................................ 30
5.3. Menjadi Pemimpin pada Organisasi yang Tangkas .............. 31
5.4. The Big Easy ......................................................................... 33
5.5. Latihan dan Pengayaan ........................................................ 36

BAB 6 ................................................................................................. 38

6.1. Mengenal Manajemen dan Risiko ......................................... 38


6.2. Risk Tolerance dan Keputusan Strategis Organisasi ............ 41
6.3. Latihan dan Pengayaan ........................................................ 42

BAB 7 ................................................................................................. 43

7.1. Mengenal Ketajaman dalam Berbisnis.................................. 43


7.2. Karakteristik Wirausaha dengan Ketajaman dalam Berbisnis
44
7.3. Latihan dan Pengayaan ........................................................ 48

FINAL ASSESSMENT MATA DIKLAT 4 ............................................ 50


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 54

iii
BAB 1
Integritas
(Integrity)

1.1. Definisi Integritas


Joseph B. Wirthlin memaparkan definisi integritas secara
sederhana sebagai, “perilaku untuk selalu melakukan tindakan yang
tepat, walaupun dihadapkan pada berbagai konsekuensi instan”.
Terdapat dua kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi integritas pada diri seseorang, yaitu: kejujuran dan
komitmen. Jujur merupakan keselarasan antara hati dengan ucapan,
sementara komitmen merupakan keselarasan antara ucapan dan
tindakan. Berdasarkan dua kata kunci tersebut, integritas merupakan
sikap yang dimiliki seseorang yang mampu melakukan tindakan
yang selaras dengan hati dan ucapan yang dimilikinya.
C.S. Lewis dalam Zamagni, S. (2015) memaparkan bahwa
integritas juga ditunjukkan pada konsistensi yang ditunjukkan oleh
seseorang dalam melakukan hal yang baik dan benar, walaupun
pada saat tidak diperhatikan oleh orang lain atau dalam berbagai
tekanan kelompok mayoritas. Sebagai contoh, apakah Anda
memiliki integritas untuk menjaga lingkungan tetap bersih? Jika iya,
apakah Anda selalu menjaga kebersihan dengan membuang
sampah pada tempatnya walaupun tidak ada yang memperhatikan?
Atau apakah Anda berani menyimpan sampah makanan yang baru
saja Anda habiskan bersama kelompok Anda, sementara anggota
kelompok yang lain langsung membuang sampah tersebut di tempat
Anda mengobrol?
Kata integritas diadopsi dari istilah latin Integer, yang memiliki
pengertian sebagai sebuah angka yang tidak pecah. Adopsi istilah
ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
integritas merupakan seseorang yang utuh, memiliki semangat yang

1
tidak terpatahkan dan memiliki hati yang tidak memihak. Seseorang
dengan integritas memegang satu nilai kebenaran dan berjuang
secara konsisten untuk mewujudkan kebenaran tersebut. Nilai
kebenaran yang dimiliki seseorang terbentuk dari pandangan moral
terhadap suatu kondisi di lingkungan sekitarnya. Menggunakan
contoh integritas untuk menjaga kebersihan lingkungan
sebelumnya, terbentuknya integritas tersebut dapat dimulai dari
kebiasaan bersih yang diajarkan oleh keluarga. Keluarga yang
selalu mengingatkan anaknya untuk membiasakan kebersihan akan
membentuk nilai moral berupa: lingkungan yang bersih merupakan
lingkungan yang baik. Nilai moral ini yang kemudian dapat
membentuk integritas pada anak tersebut untuk selalu menjaga
lingkungan sekitarnya agarselalu bersih.
Dualisme moral merupakan tantangan pertama yang dapat
mempengaruhi integritas seseorang. Kita akan menggunakan
contoh integritas yang dibentuk oleh moral yang menyatakan bahwa
lingkungan yang bersih merupakan lingkungan yang baik. Ketika
dihadapkan pada nilai moral baru, yaitu: selalu hargai tindakan orang
tua dan/atau orang lain, integritas untuk menjaga lingkungan dapat
terganggu. Sebagai contoh, pada suatu taman seseorang yang
memiliki integritas mendapati seseorang yang lebih tua membuang
sampah sembarangan. Muncul konflik pada diri orang tersebut yang
menyatakan bahwa tindakan orang yang lebih tua itu salah dan
sebaiknya ditegur, namun orang itu juga memegang nilai moral yang
menyatakan bahwa tindakan orang tua harus dihargai. Contoh kasus
di atas merupakan salah satu bentuk dimana dualisme moral dapat
menyulitkan seseorang dalam memegang integritas yang
dimilikinya.
Integritas dapat memupuk kepercayaan lingkungan sekitar pada
diri seseorang, baik secara individu atau kelompok. Melakukan
tindakan yang baik dan benar secara konsisten mampu mendorong
orang-orang yang saat ini memiliki nilai moral yang sama dengan
Anda untuk bergabung dan bekerja bersama Anda. Kelompok atau

2
organisasi yang terdiri dari orang-orang yang memiliki nilai moral
yang sama dapat berkembang menjadi organisasi yang baik dan
sukses. Tugas Anda apabila dipilih sebagai pemimpin pada
kelompok tersebut adalah memupuk kepercayaan dan memastikan
bahwa berbagai keputusan yang akan diambil adalah untuk
kepentingan kelompok, bukan diri sendiri atau anggota kelompok
tertentu.

1.2. Integritas dan Efektivitas Pribadi


Integritas merupakan karakteristik yang wajib dimiliki oleh
seorang pemimpin, namun untuk menjadi pemimpin yang
berintegritas merupakan tantangan besar bagi diri seseorang.
Menjadi pribadi yang berintegritas berarti Anda harus dapat
membagi waktu yang baik untuk diri sendiri dan orang lain. Seorang
pemimpin yang sukses pada umumnya tidak hanya memiliki
integritas namun juga merupakan pribadi yang efektif. Integritas
yang didukung oleh pribadi yang dapat bekerja dengan efektif akan
menurunkan tingkat kejenuhan dalam melakukan tanggung jawab
dalam melakukan tindakan yang sesuai integritas. Pemimpin dengan
karakteristik pribadi yang efektif juga dapat dengan mudah
memotivasi dirinya sendiri dan orang lain untuk selalu konsisten
dalam menjalankan tindakan yang berintegritas.

1.3. Integritas dan Kepemimpinan


Integritas merupakan salah satu karakter yang sangat umum
ditemukan pada seorang pemimpin yang sukses. Berdasarkan hasil
survei, sebesar 47,1% anak muda menyatakan bahwa mereka
berharap dapat menemukan sosok pemimpin yang memiliki
integritas, jujur, dan rendah diri. Pada pengambilan keputusan,
selalu terdapat dua sisi yaitu sisi positif dan negatif. Pemimpin tidak
hanya memiliki tanggung jawab untuk menentukan pengambilan

3
keputusan, namun juga memastikan kepada para bawahannya
bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan yang baik dan
memiliki dampak positif bagi pengembangan organisasi.
Kepercayaan bawahan terhadap pemimpinnya akan meningkat
seiring pemimpin tersebut menunjukkan integritas dalam melakukan
tindakan dan pengambilan keputusan. Pemimpin yang tidak
menunjukkan integritas yang penuh, dapat menurunkan tingkat
kepercayaan bawahan dan dapat membentuk persepsi bahwa
pemimpin tersebut tidak reliabel dalam memegang kekuasaan. Pada
jangka panjang, bawahan akan memilih untuk tidak loyal terhadap
pemimpin yang tidak berintegritas dan mulai enggan untuk
melaksanakan kebijakan atau keputusan yang ditetapkan oleh
pemimpin tersebut.
Leroy, et al. (2012) memaparkan konsep yang dikenal dengan
authentic leadership, yaitu suatu bentuk karakteristik pemimpin yang
mampu jujur pada dirinya sendiri dan menunjukkan sikap mawas diri
dalam setiap perilaku dan pengambilan keputusan yang
dilakukannya. Pengambilan keputusan yang disertai dengan
kemauan pemimpin untuk turut terlibat dalam pelaksanaan
keputusan yang diambilnya secara signifikan dapat meningkatkan
kepercayaan para anggota di dalam organisasi terhadap pemimpin
tersebut. Walumbwa, et al. (2011) menemukan bahwa dibawah
kepemimpinan seorang dengan authentic leadership, komitmen
anggota organisasi dalam bekerja juga dapat meningkat. Komitmen
semangat kerja anggota kemudian memiliki pengaruh langsung
terhadap performa dari organisasi secara keseluruhan.
Kepercayaan juga dapat ditumbuhkan ketika pemimpin dapat
memberikan jaminan terhadap anggota kelompoknya bahwa setiap
kebijakan atau keputusan yang diambil merupakan untuk
kepentingan organisasi atau kelompok. Pemimpin yang berintegritas
akan berupaya untuk menepati jaminan tersebut kepada
anggotanya. Anggota kelompok atau organisasi lebih menghargai

4
pemimpin yang mampu menjaga konsistensi antara keputusan dan
tindakannya, dibandingkan dengan pemimpin dengan kemampuan
teknis yang tinggi namun tidak memiliki konsistensi. Namun, pada
tingkat kepercayaan yang tinggi etika pemimpin dalam memimpin
organisasi atau kelompok juga perlu dijaga. Pemimpin yang
menggerakkan organisasi atau kelompoknya secara menyimpang
dari nilai etika pada lingkungan eksternal organisasi merupakan
pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Artinya, pemimpin yang
baik tidak hanya memiliki integritas untuk mencapai suatu nilai tujuan
organisasi namun juga perlu menjaga agar anggota organisasi atau
kelompoknya tidak menyimpang dari nilai-nilai etika yang ada di
lingkungan masyarakat.
Terakhir, integritas dapat menjadi aset pribadi yang
menunjukkan siapa Anda di mata masyarakat. Anda dapat menjadi
seorang pemimpin yang dipandang bertanggung jawab oleh anggota
kelompok organisasi atau kelompok, namun pandangan masyarakat
terhadap Anda dapat berbeda. Untuk menyelaraskan antara
pandangan anggota organisasi dan masyarakat eksternal, Anda
perlu mengubah pola pikir berupa, “Apa yang perlu saya lakukan
untuk mencapai tujuan organisasi?” menjadi “Bagaimana cara saya
untuk dapat mencapai tujuan tersebut”. Melalui perubahan ini,
keputusan yang akan Anda pilih tidak hanya mempertimbangkan
kebutuhan internal organisasi namun juga mempertimbangkan
bagaimana reaksi masyarakat lingkungan sekitar terhadap tindakan
organisasional yang akan dilakukan oleh anggota organisasi atau
kelompok Anda. Apabila Anda dapat melakukan hal ini, Anda akan
bebas dari konflik kepentingan dan juga tetap konsisten dalam
memegang integritas yang Anda miliki.

1.4. Melatih dan Membentuk Integritas Pribadi


Menjadi seseorang yang berintegritas artinya Anda perlu
memiliki suatu keyakinan terhadap suatu nilai kebenaran, dan

5
mampu mengambil tindakan yang sesuai nilai kebenaran tersebut.
Konsistensi Anda dalam melakukan tindakan yang sesuai nilai
kebenaran akan menunjukkan seberapa tinggi integritas pribadi
Anda. Integritas dinilai oleh diri sendiri dan orang lain, pada akhirnya
kepuasan terhadap konsistensi ucapan dan tindakan berdasarkan
nilai kebenaran yang Anda miliki merupakan bentuk integritas
tertinggi yang dapat dimiliki oleh seseorang.
Membentuk pribadi dengan integritas tinggi merupakan
tantangan, namun individu yang berhasil melalui tantangan-
tantangan tersebut akan memperoleh peluang yang dapat
membantu pengembangan diri serta kelompok yang dipimpinnya.
Setiap keputusan yang diambil berdasarkan suatu nilai kebenaran,
terkadang akan mengalami kegagalan atau konflik dengan
kepentingan individu atau kelompok lain. Seseorang yang memiliki
integritas tinggi harus mampu belajar dari kegagalan dan konflik
tersebut, kemudian menjadikannya pengalaman dalam pengambilan
keputusan selanjutnya yang lebih baik dan memiliki resiko kegagalan
atau konflik yang rendah.
Setiap kali kita berhasil melakukan sesuatu yang sesuai dengan
nilai moral atau nilai kebenaran, kita akan merasa puas. Kepuasan
ini merupakan momentum yang akan memotivasi Anda untuk terus
menerus memperjuangkan nilai moral atau kebenaran tersebut dan
apabila mungkin menularkan nilai-nilai tersebut kepada organisasi
atau lingkungan masyarakat di sekitar Anda. Salah satu karakteristik
pribadi yang menunjukkan karakteristik individu yang efektif adalah
memanfaatkan peluang untuk mencapai tujuan strategis, dan
kemampuan untuk mengubah kesempatan menularkan nilai
kebenaran kepada orang-orang di sekitar Anda menjadi kenyataan
merupakan bentuk integritas sosial yang mampu meningkatkan
kualitas moral dalam suatu masyarakat.

1.5. Latihan dan Pengayaan

6
Setelah mempelajari materi terkait dengan integritas, refleksikan
kegiatan Anda sehari-hari. Pilihlah salah satu aktivitas yang paling
sering atau selalu Anda lakukan setiap hari dan jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Aktivitas apa yang Anda lakukan?
2. Apa alasan dasar Anda melakukan hal tersebut?
3. Bagaimana cara Anda melakukan aktivitas tersebut? Perbedaan
apa yang umumnya Anda lakukan ketika melakukan aktivitas
tersebut dibandingkan dengan orang lain?
4. Apakah Anda merasa tidak puas ketika tidak atau gagal melakukan
hal tersebut?
5. Bagaimana pendapat orang lain tentang aktivitas yang Anda
lakukan tersebut?

7
BAB 2
Motivasi Pribadi
(Self Motivation)

2.1. Mengenal Motivasi Pribadi


Motivasi secara sederhana merupakan dorongan non fisik yang
dapat diberikan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu atau
menjadi pribadi yang lebih baik. Reeve (2009) mendeskripsikan
motivasi sebagai dorongan yang memberi energi kepada seseorang
untuk melakukan suatu perilaku. Motivasi pribadi merupakan bentuk
dorongan yang dilakukan dari dalam diri sendiri, artinya Anda
diharapkan untuk dapat memberikan dorongan kepada diri sendiri
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Memotivasi diri sendiri atau orang lain bukanlah kemampuan khusus
yang merupakan bawaan sejak lahir, namun merupakan
kemampuan yang diperoleh apabila Anda mau belajar konsep dasar
motivasi dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang pemimpin merupakan individu yang diharapkan dapat
memberikan motivasi kepada anggota kelompok atau organisasinya
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasional yang telah
ditetapkan. Memperoleh posisi sebagai pemimpin merupakan
tantangan sekaligus peluang bagi seorang individu. Tantangan yang
dihadapi individu ketika menjadi seorang pemimpin adalah apakah
dirinya mampu memberikan motivasi kepada anggota kelompok atau
organisasi, namun akan sulit bagi dirinya untuk memperoleh motivasi
dari bawahan. Pada kondisi tersebut, seorang pemimpin harus
mampu menumbuhkan motivasi pribadi, yaitu kemampuan untuk
mendorong diri sendiri menjadi lebih baik untuk kepentingan pribadi
dan kelompok.
Pemimpin yang mampu menghadapi tantangan dengan
menubuhkan motivasi pribadi, kemudian dapat mengaktualisasikan
peluang untuk mengembangkan anggota organisasi dan organisasi
secara keseluruhan untuk menjadi lebih baik lagi. Peluang ini juga

8
dapat diaktualisasikan oleh pemimpin tersebut untuk
memperjuangkan nilai kebenaran yang dapat membantu organisasi
menjadi lebih baik dan memiliki manfaat kepada lingkungan
masyarakat. Berdasarkan pemaparan tersebut, motivasi pribadi
memiliki kaitan erat dengan integritas. Kemampuan individu untuk
memotivasi dirinya untuk tetap konsisten melakukan tindakan
dengan nilai kebenaran di saat kelompok mayoritas menolak nilai
tersebut merupakan kunci untuk menjadi individu yang berintegritas
tinggi.

2.2. Membentuk Motivasi Pribadi


Pribadi yang selalu termotivasi merupakan pribadi yang memiliki
pengalaman dalam mengubah tantangan dan tekanan menjadi
peluang. Pengalaman tersebut dapat membantu individu dalam
mengukur kemampuan pribadi (self-efficacy), mengestimasi bentuk
luaran dan/atau capaian (response-efficacy), dan konsekuensi dari
tindakan yang akan dilakukan (consequences). Ketika dihadapkan
pada suatu tantangan atau tekanan, mulailah dengan bertanya
kepada diri kita sendiri apakah kita memiliki kemampuan untuk
menghadapi tantangan dan tekanan tersebut? Apabila jawabannya
tidak, kita perlu merefleksikan apakah kita memiliki sumber daya
yang mampu membantu kita dalam menghadapi tantangan
tersebut? Sumber daya yang dimaksud dalam pengukuran ini dapat
berupa sumber daya manusia dan/atau sumber daya lain yang dapat
kita kontrol secara langsung.
Apabila dari pengukuran self-efficacy sebelumnya kita telah
menentukan bahwa kita mampu menghadapi tantangan dan
tekanan, maka selanjutnya kita perlu mengukur bentuk luaran
dan/atau capaian yang ingin kita peroleh ketika menghadapi
tantangan dan tekanan tersebut. Apabila tidak terdapat luaran atau
capaian khusus yang akan kita peroleh dari tantangan dan tekanan,
maka sebaiknya kita menarik diri kita untuk tidak menghadapi
tantangan dan tekanan tersebut. Kemampuan dalam mengukur

9
bentuk luaran dan/atau capaian merupakan salah satu teknik yang
mampu meningkatkan tanggung jawab pemimpin terhadap anggota
kelompok dan organisasi yang dipimpinnya secara keseluruhan.
Pemimpin dengan integritas juga wajib mengedepankan
kepentingan organisasi dalam pengambilan keputusan ketika
dihadapkan pada tantangan atau tekanan.
Terakhir, apabila Anda telah menentukan luaran dan/atau
capaian apa yang ingin diperoleh dari tantangan atau tekanan yang
dihadapi maka Anda diharapkan untuk dapat mengukur konsekuensi
apa yang dapat terjadi ketika keputusan Anda tidak dapat mencapai
target luaran dan/atau capaian yang ditentukan. Hal ini terkait
dengan bagaimana Anda mampu mengukur risiko dan menentukan
apakah risiko tersebut dapat dikontrol oleh sumber daya yang dimiliki
oleh organisasi yang Anda pimpin.
Melalui tiga tahap tersebut, pemimpin akan dapat memutuskan
apakah suatu tantangan atau tekanan sebaiknya dihadapi atau
dihindari. Keputusan ini merupakan kunci dari motivasi pribadi
dimana Anda dapat meyakinkan diri Anda bahwa saat ini Anda
memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi tantangan atau
tekanan tersebut, dan mengubahnya menjadi peluang dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Hasil pertimbangan ini juga dapat Anda
sampaikan kepada anggota organisasi, terutama mereka yang akan
secara langsung terlibat dalam aktivitas yang dihasilkan dari
keputusan Anda dalam menghadapi suatu tantangan dan tekanan
tertentu. Mengetahui bahwa Anda memiliki kemampuan untuk
menghadapi suatu tantangan atau tekanan, serta telah menentukan
target luaran yang diharapkan dari keputusan tersebut merupakan
salah satu karakteristik dari pribadi yang efektif (akan dijelaskan lebih
lanjut di Modul 4). Anda juga akan lebih mudah memotivasi anggota
kelompok ketika mereka tahu dengan jelas target capaian yang ingin
dicapai serta risiko apa yang akan dihadapi ketika menjalankan
keputusan yang Anda ambil.

10
2.3. Mengubah Mindset untuk Memotivasi Diri Sendiri dan Orang
Lain
Menjadi pribadi yang selalu termotivasi juga dapat dicapai
apabila Anda berhasil mengubah mindset avoid failure menjadi
opportunity seeker. Avoid failure atau menghindari kesalahan
merupakan pola pikir yang dapat menghambat Anda dalam
memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Sebagai contoh,
Anda diminta untuk mengikuti kegiatan pelatihan sebagai komponen
dari Key Performance Index (KPI) yang akan berimbas pada insentif
yang Anda peroleh di akhir tahun. Apabila Anda berpikir bahwa Anda
harus mengikuti kegiatan tersebut untuk mengamankan nilai insentif
yang akan Anda peroleh di akhir tahun, maka pada diri Anda
terbentuk pola pikir Avoid failure. Anda beranggapan bahwa
mengikuti pelatihan merupakan kewajiban dan ketidakmampuan
untuk mengikuti pelatihan merupakan kesalahan yang memiliki
konsekuensi finansial.
Pada mindset opportunity seeker, ketika dihadapkan pada
contoh kasus di atas Anda akan berpikir: “apabila saya mengikuti
kegiatan pelatihan, saya mendapat kesempatan untuk mengasah
kemampuan yang saat ini saya miliki menjadi lebih baik”. Dari dua
bentuk mindset yang dipaparkan sebelumnya, keduanya mampu
memunculkan motivasi, namun proses pembentukan motivasi yang
berbeda akan mempengaruhi apakah Anda akan melakukan suatu
tindakan atau tidak. Pertama, kita akan analisis dari self-efficacy.
Ketika didaftarkan sebagai peserta pelatihan, Anda dihadapkan
pada peluang yang sama dengan calon peserta yang lain. Apabila
Anda mempersepsikan bahwa kegiatan pelatihan merupakan suatu
kewajiban, maka mulai terbentuk sikap penolakan pada diri Anda.
Sebaliknya jika Anda mempersepsikan bahwa kegiatan pelatihan
merupakan suatu peluang, maka akan terbentuk sikap positif pada
diri Anda. Kedua penyikapan ini akan mempengaruhi response-
efficacy Anda.
Response-efficacy ketika Anda mempersepsikan kegiatan

11
pelatihan sebagai kewajiban adalah negatif. Artinya, apabila Anda
tidak mengikuti kegiatan pelatihan akan muncul luaran-luaran negatif
seperti: berkurangnya nilai insentif atau penurunan nilai KPI. Apabila
sebaliknya, ketika Anda mempersepsikan bahwa kegiatan pelatihan
sebagai peluang maka akan muncul luaran positif seperti:
meningkatkan kemampuan pribadi atau menambah jaringan
kerjasama dengan peserta lain. Bentuk luaran ini akan memperkuat
atau memperlemah motivasi Anda untuk mengikuti kegiatan
pelatihan.
Terakhir ketika mengukur konsekuensi dari kegiatan pelatihan
terhadap diri Anda secara individu, apabila Anda memiliki persepsi
negatif terhadap pelatihan tersebut maka Anda akan terfokus untuk
memikirkan alternatif untuk tetap mempertahankan KPI atau nilai
insentif di akhir tahun tanpa mengikuti kegiatan pelatihan.
Sebaliknya, apabila Anda memiliki persepsi positif terhadap
pelatihan maka Anda akan memikirkan konsekuensi yang mungkin
dapat mempengaruhi aktivitas Anda selama mengikuti pelatihan.
Selain itu, persepsi positif akan membantu memuaskan Anda
setelah selesai menyelesaikan kegiatan pelatihan karena Anda tahu
bahwa Anda telah mengikuti kegiatan yang sesuai dengan keinginan
Anda sendiri (Integritas).
Ketika Anda telah menguasai cara mengubah mindset avoid
failure menjadi opportunity seeker, Anda juga dapat dengan mudah
memotivasi individu lain di lingkungan sekitar Anda. Sebagai contoh,
Anda dapat memotivasi siswa untuk datang ke kelas lebih tepat
waktu apabila Anda menghapus mindset bahwa datang ke kelas
tepat waktu merupakan kewajiban dan terdapat hukuman apabila
siswa tersebut terlambat. Coba komunikasikan kepada mereka

bahwa ketika masuk kelas tepat waktu, mereka memiliki kesempatan


lebih banyak untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar dapat
dilaksanakan dengan lebih baik.

12
2.4. Latihan dan Pengayaan
Refleksikan diri Anda saat ini dengan Anda beberapa minggu
sebelumnya, kemudian coba jawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Pada saat Anda menerima penawaran untuk mengikuti kegiatan
pelatihan ini, apakah Anda memiliki mindset avoid failure atau
opportunity seeker?
2. Apabila jawaban nomor 1 adalah avoid failure, apakah Anda
berhasil melakukan motivasi pribadi atau terdapat motivasi dari
orang lain yang mendorong Anda untuk mau mengikuti kegiatan
pelatihan ini? Siapakah sosok yang dapat memotivasi Anda saat
itu?
3. Apabila jawaban nomor 1 adalah opportunity seeker, apakah
capaian atau luaran yang Anda harapkan dari kesempatan untuk
mengikuti kegiatan pelatihan ini? Adakah konsekuensi yang Anda
hadapi karena mengambil kesempatan ini?
4. Apabila Anda diberi kesempatan untuk kembali dan mengunjungi
diri Anda beberapa minggu sebelumnya, bagaimana cara Anda
memotivasi agar diri Anda yang lalu mau berkomitmen untuk
mengikuti kegiatan pelatihan ini tanpa paksaan?

13
BAB 3
Membentuk Pribadi yang Efektif
(Developing Personal Effectiveness)

3.1. Alasan Menjadi Pribadi yang Efektif


Pribadi yang efektif terbentuk oleh kebiasaan-kebiasaan yang
kita lakukan sehari-hari. Pengukuran efektivitas seorang individu
umumnya dilakukan secara subjektif, namun setiap individu dapat
meningkatkan efektivitas pribadinya melalui beberapa langkah. Dr.
Mike Clayton, Founder dari OnlinePMCourses.com memaparkan
bahwa efektivitas individu dapat meningkat apabila individu tersebut
mengasah kemampuannya dalam mengatur waktu, membentuk
daya tahan tubuh dan pikiran, serta menentukan langkah alternatif
untuk mengantisipasi tekanan atau tantangan.
Efektivitas individu juga merupakan salah satu karakteristik yang
penting bagi seorang pemimpin. Pertama, pemimpin yang efektif
mampu mengukur kemampuan individu dan kelompok yang
dikelolanya. Pengukuran ini penting bagi pemimpin dalam alokasi
beban pekerjaan yang harus dikerjakan di dalam organisasi yang
dipimpinnya, sehingga tercapai efisiensi penggunaan sumber daya
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasional. Kedua, pemimpin
yang efektif umumnya memiliki daya tahan yang tinggi, baik ketika
menghadapi tekanan dan ancaman. Pemimpin ini mampu
mengarahkan sumber daya yang dikelola oleh organisasi secara
tepat dalam menghadapi tekanan dan tantangan dari lingkungan
eksternal.
terakhir, pemimpin yang efektif dapat mengalokasikan waktu
untuk kebutuhan individu dan kelompok. Kemampuan ini penting
untuk menjaga integritas seorang pemimpin, dimana pada umumnya
pemimpin memiliki tanggung jawab pribadi dan organisasi. Melalui
alokasi waktu yang efektif, pemimpin dapat meluangkan waktu untuk
menyelesaikan tanggung jawab pribadi (keluarga, kerabat, dan

14
lingkungan sosial) serta tanggung jawab organisasi
(anggota/bawahan, shareholder, dan stakeholder).

3.2. Langkah 1: Manajemen Waktu


Langkah pertama untuk menjadi seorang pribadi yang efektif
adalah kemampuan dalam mengalokasikan waktu yang kita miliki.
Waktu merupakan sumber daya yang bersifat tidak dapat digantikan,
dan tidak dapat disimpan. Sebagai contoh Anda mungkin dapat
menyimpan sumber daya finansial, sumber daya manusia, dan
sumber daya lain yang dikelola oleh organisasi, namun Anda tidak
bisa menyimpan waktu. Waktu akan terus berjalan, dan bagaimana
Anda mengalokasikan waktu yang tersedia baik bagi Anda secara
individu atau kelompok di dalam organisasi merupakan kunci dalam
membentuk pribadi yang efektif.
Dr. Mike Clayton menyampaikan, dalam manajemen waktu Anda
dapat membiasakan diri menggunakan konsep yang disebut OATS
Principles. Konsep ini terdiri dari empat tahap yang bersifat kontinu
dan repetitif. Outcomes merupakan tahap yang pertama dari konsep
tersebut. Sebelum memulai suatu aktivitas atau mengambil
keputusan, individu yang efektif akan memikirkan luaran atau
capaian yang ingin dihasilkan dari suatu aktivitas atau keputusan
tersebut. Anda dapat memulai dengan membuat daftar capaian dan
luaran yang diharapkan, kemudian mengeliminasi capaian dan
luaran yang kurang relevan dengan tujuan strategis organisasi atau
Anda secara individu.
Setelah menentukan bentuk capaian dan luaran, tahap
selanjutnya adalah Activities. Untuk mencapai capaian dan luaran
yang telah ditentukan, Anda dapat mulai membuat daftar aktivitas
apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai capaian dan luaran
tersebut. Daftar aktivitas yang telah disusun selanjutnya diberi skala
prioritas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
setiap aktivitas. Pilihlah aktivitas yang memiliki peran terbesar dalam

15
mencapai capaian dan luaran, kemudian eliminasi sumber daya
yang bersifat residu dari aktivitas tersebut. Observasi dan
pertimbangan yang bijaksana dibutuhkan untuk memastikan bahwa
aktivitas yang dipilih tidak mengalami defisit sumber daya.
Pada tahap ketiga, Anda diminta untuk menentukan Time atau
mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap
aktivitas yang telah ditetapkan. Kemampuan individu dalam
melakukan tahap ini sangat terkait dengan pengalaman individu
tersebut dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang relevan
sebelumnya. Individu-individu tersebut dapat mengukur durasi waktu
yang dibutuhkan dengan sumber daya yang tersedia lebih tepat
dibandingkan oleh individu yang belum pernah melakukan aktivitas-
aktivitas yang telah ditentukan sebelumnya.
Terakhir, setelah durasi pengerjaan aktivitas ditentukan, Anda
dapat mengatur jadwal (Schedule) pelaksanaan setiap aktivitas yang
dibutuhkan untuk mencapai luaran dan tujuan yang telah ditentukan.
Terdapat berbagai strategi untuk menentukan aktivitas mana yang
perlu diselesaikan lebih awal atau sebaliknya. Sama seperti pada
tahap ketiga, pengalaman individu dalam menyelesaikan aktivitas
yang telah ditentukan dapat membantu individu tersebut dalam
mengatur jadwal pelaksanaan yang lebih efektif dibandingkan
dengan individu yang belum pernah menyelesaikan aktivitas-
aktivitas tersebut.
Berdasarkan tahap ketiga dan keempat, maka efektivitas
individu dapat ditingkatkan apabila individu tersebut pernah
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, OATS Principles merupakan konsep yang repetitif.
Artinya, apabila Anda mau menggunakan konsep ini pada setiap
pengambilan keputusan maka Anda akan semakin tajam dalam
menetapkan durasi pengerjaan dan penjadwalan suatu aktivitas.
Pengalaman ini akan membantu Anda untuk meningkatkan

16
efektivitas penggunaan waktu baik bagi Anda secara individu atau
terhadap organisasi yang Anda pimpin.

3.3. Langkah 2: Membentuk Daya Tahan Tubuh dan Pikiran


Langkah kedua dari membentuk pribadi yang efektif adalah
membentuk dan meningkatkan daya tahan tubuh dan pikiran pada
diri Anda secara individu. Daya tahan tubuh dan pikiran merupakan
faktor penting yang dapat mempengaruhi bagaimana Anda
mempersepsikan tekanan, tantangan, dan peluang. Sebagai contoh
apabila Anda berada pada kondisi stress, Anda akan
mempersepsikan tantangan sebagai ancaman dan membentuk
strategi untuk menjauhi tantangan tersebut untuk menghindari
kesalahan atau kegagalan (avoid failure). Kondisi tersebut akan
menurunkan motivasi pribadi dan menyulitkan Anda untuk
mengubah suatu tantangan menjadi peluang yang dapat
meningkatkan daya saing kompetitif yang Anda dan organisasi miliki.
Dr. Mike Clayton menjelaskan, daya tahan tubuh dan pikiran
dapat ditingkatkan dengan memberikan diri Anda stimuli internal dan
eksternal yang baik. Dua stimuli tersebut dapat dibagi ke dalam
empat faktor atau komponen. Pertama adalah good fuel atau faktor
makanan dan minuman yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
dan juga pikiran Anda. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang
bernutrisi merupakan salah satu langkah untuk menjaga dan
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga Anda memiliki tenaga
yang cukup untuk melakukan berbagai aktivitas. Selain membentuk
daya tahan tubuh, konsumsi makanan dan minuman favorit juga
dapat meningkatkan perasaan bahagia yang secara langsung dapat
menghasilkan pikiran-pikiran positif pada diri Anda.
Faktor kedua adalah good energy. Apabila makanan dan
minuman yang bernutrisi dapat meningkatkan daya tubuh dan
pikiran Anda, maka berolahraga dapat membantu agar nutrisi
tersebut dapat didistribusikan dengan baik kepada seluruh organ

17
tubuh Anda. Apabila nutrisi didistribusikan dengan baik, maka Anda
akan selalu memiliki tenaga yang cukup untuk menyelesaikan
berbagai macam aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
individu atau organisasional. Selanjutnya, good relationship
dibutuhkan untuk membantu Anda selalu termotivasi dalam
melakukan berbagai aktivitas. Memiliki hubungan yang baik dengan
lingkungan sosial tidak hanya memiliki pengaruh positif terhadap
Anda secara pribadi, namun Anda juga dapat memotivasi lingkungan
sosial di sekitar Anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Terakhir, seorang yang efektif dapat mengalokasikan waktunya
untuk beristirahat. Good rest merupakan komponen yang dapat
membantu Anda mengisi ulang energi atau tenaga yang telah
digunakan dalam berbagai aktivitas harian, sehingga Anda dapat
segera menghadapi hari esok dengan tubuh dan pikiran yang kuat.
Menjaga dan membentuk daya tahan tubuh dan pikiran
membutuhkan integritas yang tinggi. Anda diharapkan dapat
melakukan keempat komponen tersebut secara konsisten agar
selalu siap dalam menghadapi berbagai tekanan dan tantangan
ketika menjalankan aktivitas.

3.4. Langkah 3: Menentukan Langkah Alternatif dalam Menghadapi


Tekanan dan Tantangan
Pribadi yang efektif merupakan pribadi yang selalu siap
menghadapi tekanan dan tantangan. Ketika melakukan aktivitas
yang telah ditentukan untuk mencapai suatu tujuan, Anda dapat
menghadapi tekanan dan tantangan yang dapat menghambat Anda
dalam menyelesaikan aktivitas tersebut. Dr. Mike Clayton
memaparkan bahwa Anda dapat memilih untuk menghadapi tekanan
dan tantangan tersebut secara langsung, atau menjauhinya. Metode
SCOPE merupakan salah satu bentuk metode yang dapat Anda
praktikkan ketika menghadapi tekanan dan tantangan dalam
mencapai suatu tujuan atau menghambat aktivitas Anda.

Tahap pertama adalah Stop. Ketika dihadapkan pada tekanan


dan tantangan, hentikan aktivitas yang saat itu Anda lakukan. Tujuan

18
dari tahap ini adalah untuk mengontrol diri sendiri serta sumber daya
yang sedang Anda gunakan untuk melakukan aktivitas agar tidak
secara gegabah menghadapi tekanan dan tantangan tersebut.
Ketidaksiapan dalam mengontrol diri sendiri dan sumber daya dapat
menyebabkan overcommitted resources atau penggunaan sumber
daya secara berlebihan untuk menghadapi suatu tekanan dan/atau
ancaman namun tidak menghasilkan dampak yang signifikan
terhadap aktivitas atau kinerja yang sedang dilakukan oleh individu
atau organisasi.
Clarify merupakan tahap selanjutnya setelah berhenti
melakukan aktivitas ketika dihadapkan pada tekanan atau
tantangan. Pada tahap ini, pribadi yang efektif dapat mengukur
apakah tekanan atau tantangan yang muncul memiliki dampak yang
signifikan terhadap keseluruhan aktivitas atau kegiatan yang saat itu
dilakukan. Apapun hasil pengukuran terhadap dampak tekanan dan
tantangan tersebut, Anda akan dihadapkan pada tahap selanjutnya,
yaitu Options. Pada tahap ini, Anda diminta untuk membentuk
beberapa pilihan sebagai bentuk langkah dalam menghadapi
tekanan atau tantangan. Apabila tekanan atau tantangan yang
dihadapi dirasa tidak memiliki dampak terhadap aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan, maka Anda dapat memilih untuk menjauhi
atau tidak melakukan apapun untuk menghadapi tekanan atau
tantangan tersebut.
Proceed adalah tahap dimana Anda mengeksekusi pilihan yang
akan digunakan untuk menghadapi tekanan dan tantangan, dengan
tujuan untuk memastikan bahwa aktivitas atau kegiatan utama yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan tidak terhambat. Terakhir,
Evaluate atau evaluasi merupakan tahap dimana Anda mengukur
apakah pilihan yang Anda ambil tepat atau masih belum optimal.
Apapun hasil evaluasi dari keputusan menghadapi tekanan atau

19
tantangan merupakan pengalaman yang dapat meningkatkan
ketajaman Anda dalam pengambilan keputusan dan menjadi pribadi
yang lebih efektif di masa depan.

3.5. Latihan dan Pengayaan


Setelah mengikuti materi pada sub modul ini, refleksikan diri
Anda dan coba ikuti test pada link berikut: https://wings-
seminars.com/assess-your-own-personal-effectiveness-quotient/
Anda juga dapat menscan barcode ini untuk mengakses link
melalui smartphone Anda

Setelah memperoleh hasil dari website tersebut, jawablah pertanyaan-


pertanyaan berikut:
1. Apakah Anda seorang pribadi yang efektif?
2. Bagaimana menurut Anda cara yang tepat untuk meningkatkan
efektivitas diri Anda?
3. Apa dampak yang dapat Anda berikan kepada lingkungan sosial
Anda apabila Anda mampu menjadi pribadi yang lebih efektif?

20
BAB 4
Karakteristik Orang yang Efektif
(Highly Effective People)

4.1. Mengenal Karakteristik Individu yang Efektif


Pada proses meningkatkan efektivitas pribadi, Anda secara
alamiah akan membentuk karakteristik individu yang efektif.
Karakteristik individu yang efektif merupakan serangkaian sikap
yang sangat umum ditemukan pada pribadi yang efektif. Apabila
pada latihan dan pengayaan di sub modul sebelumnya Anda
memperoleh hasil bahwa Anda termasuk ke dalam pribadi yang
efektif, maka pada sub modul ini Anda akan mengidentifikasi apakah
Anda juga memiliki karakteristik-karakteristik yang dapat
meningkatkan efektivitas pribadi pada diri Anda. Mengetahui apa
saja karakteristik dari pribadi yang efektif tidak hanya dapat
membantu Anda dalam mengidentifikasi karakteristik apa yang Anda
miliki, namun juga dapat membantu Anda dalam meningkatkan
ketajaman pada karakteristik tersebut atau membentuk karakteristik
yang saat ini belum Anda miliki.

4.2. Tujuh Karakteristik Individu yang Efektif


Stephen Covey merupakan salah satu pembicara terbaik pada
topik pengembangan diri. Beliau terkenal sebagai penulis Buku The
7 Habits of Highly Effective People. Pada buku tersebut, Beliau
menyederhanakan karakteristik Individu yang efektif ke dalam tujuh
karakter.
A. Be proactive
Karakteristik pertama dari seorang individu yang efektif adalah
be proactive. Individu yang efektif adalah sosok yang selalu
berusaha aktif dalam menangkap peluang dibandingkan dengan
mengeluhkan tantangan yang dihadapinya. Sebagai contoh, apabila
Anda dihadapkan dalam suatu tantangan yang tidak dapat Anda
selesaikan dan Anda memilih untuk berkomentar betapa sulit
menyelesaikan tantangan tersebut maka Anda bukanlah seorang

21
pribadi yang efektif. Anda termasuk ke kategori yang efektif apabila
ketika dihadapkan pada posisi yang sama, Anda memilih untuk
mengevaluasi sumber daya yang saat ini dapat Anda kontrol dan
memikirkan bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya tersebut agar dapat mengadapi tantang yang sama di
kemudian hari.
Seorang yang proaktif selalu berupaya untuk mengalokasikan
sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan suatu capaian
atau luaran. Pribadi ini jarang menyimpan sumber daya yang
dimilikinya dan memilih untuk tidak melakukan apapun ketika
terdapat peluang yang dapat dicapai.

B. Begin with the end in mind


Karakteristik selanjutnya dari seorang individu yang efektif
adalah selalu memikirkan bagaimana capaian atau luaran yang akan
dihasilkan sebelum melakukan suatu aktivitas atau mengambil
keputusan. Individu ini mampu mengukur apakah capaian atau
luaran yang akan dihasilkan sesuai dengan sumber daya yang perlu
dialokasikan untuk mencapai capaian dan luaran tersebut.
Karakteristik ini juga penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin,
terutama dalam perencanaan strategis yang akan menggunakan
sumber daya yang dikelola oleh organisasi atau perusahaan.

C. Put first thing first


Karakteristik ketiga dari individu yang efektif adalah kemampuan
dalam menentukan aktivitas atau kegiatan apa yang perlu dilakukan
lebih awal untuk mencapai suatu capaian atau luaran. Kemampuan
ini akan semakin tajam apabila individu tersebut memiliki
pengalaman dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang relevan
dengan aktivitas yang telah direncanakan atau ditentukan.
Karakteristik ini memiliki hubungan erat dengan karakteristik
sebelumnya, dimana individu yang telah mengetahui dengan jelas
bentuk capaian atau luaran yang ingin dicapai tentu akan lebih tajam

22
dalam menentukan durasi pengerjaan suatu aktivitas dan kegiatan
serta kegiatan mana yang perlu diprioritaskan.

D. Think win-win
Karakteristik keempat menunjukkan pola pikir seorang individu
yang memilih untuk mencapai tujuan organisasional tanpa
merugikan pihak lain. Stephen Covey menyampaikan, “untuk
menjadi sukses, Anda tidak perlu membuat orang lain gagal”.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa individu yang efektif akan
berfokus untuk mencapai tujuan individu atau organisasional tanpa
menjatuhkan kompetitor. Pada kondisi tertentu, individu yang efektif
juga ditemukan untuk memilih bekerjasama dengan kompetitor untuk
mencapai tujuan-tujuan strategis yang masih bersifat linier di antara
kedua belah pihak.
Apabila Anda memiliki pola pikir bahwa kesuksesan Anda dapat
tercapai jika orang lain gagal, selain harus mengalokasikan sumber
daya untuk mencapai tujuan individu atau organisasional Anda juga
perlu mengalokasikan sumber daya untuk memastikan bahwa
kompetitor Anda tidak mencapai tujuan yang mereka miliki. Pola pikir
ini tidak efektif, terlihat dari alokasi sumber daya yang berlebihan
pada tujuan yang tidak memiliki dampak sama sekali terhadap tujuan
strategis individual atau organisasional.

E. Seek first to be understand, then to be understood


Karakteristik ini umum ditemukan pada seorang pemimpin yang
ingin meningkatkan efektivitas individu dan anggota kelompoknya.
Individu dengan karakteristik ini akan mencoba untuk memahami
apa yang saat ini dibutuhkan atau diharapkan anggota kelompoknya,
kemudian mengkomunikasikan kondisi-kondisi yang perlu mereka

penuhi agar harapan-harapan tersebut dapat tercapai. Langkah ini


dapat membantu pemimpin untuk alokasi sumber daya, khususnya
sumber daya manusia yang sesuai dengan aspirasi setiap anggota
kelompok.
Pada hubungan eksternal, memahami mitra kerja atau

23
konsumen adalah langkah pertama sebelum mengkomunikasikan
nilai tawar yang Anda miliki kepada mereka. Apabila Anda telah
mengetahui bahwa mitra kerja atau konsumen mengharapkan
sesuatu di luar nilai tawar yang saat ini Anda miliki, maka Anda dapat
mengambil keputusan yang ideal. Anda dapat meningkatkan nilai
tawar yang Anda miliki sebelum kembali melakukan penawaran
terhadap mereka, atau Anda dapat mencari mitra kerja atau
konsumen yang memiliki permintaan yang sesuai dengan nilai yang
dapat Anda tawarkan.

F. Synergize
Pribadi yang efektif adalah pribadi yang mampu bersosialisasi
dan mencoba untuk mencapai tujuan individu dan organisasional
dengan bantuan orang lain. Individu yang efektif akan memilih untuk
meningkatkan kemampuan kompetitif yang saat ini dimilikinya, dan
melakukan kerjasama dengan orang lain dengan kemampuan
kompetitif tertentu apabila terdapat tujuan yang tidak dapat tercapai
oleh kemampuan individu tersebut. Melalui tindakan ini, individu
tidak perlu menghabiskan waktu untuk mempelajari kemampuan-
kemampuan baru yang di luar bidang keahliannya ketika harus
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sebagai gantinya, individu tersebut
dapat menawarkan kemampuan kompetitifnya kepada mitra kerja
yang tidak memiliki kemampuan tersebut.

G. Sharpen the saw


Karakteristik terakhir dari pribadi yang efektif adalah mengasah
kemampuan yang dimilikinya dan mencoba hal-hal baru yang sesuai
dengan bidang ilmu yang dikuasainya. Karakteristik ini terbentuk
ketika individu tersebut menghadapi suatu hambatan, dimana
kemampuan yang dimilikinya tidak dapat digunakan untuk mencapai
tujuan yang masih linier dengan kemampuan yang dimilikinya tadi.
Apabila ketika menghadapi suatu hambatan dan Anda memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan hambatan tersebut namun

24
kemampuan Anda belum terasah dengan sempurna, mulailah
mengasah kembali kemampuan Anda. Motivasi diri Anda untuk
mengikuti pelatihan secara mandiri atau berkelompok, dan carilah
rekan atau mentor yang dapat membantu Anda mengasah
kemampuan Anda menjadi lebih kompetitif.

4.3. Latihan dan Pengayaan


Setelah mempelajari sub modul ini, refleksikan diri Anda dan
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Dari tujuh karakteristik individu yang efektif, karakteristik mana yang
sudah Anda miliki saat ini? ceritakan bentuk perilaku yang
menunjukkan bahwa Anda memiliki karakteristik tersebut!
2. Menurut Anda, apakah karakteristik-karakteristik ini dapat semakin
tajam ketika seorang individu sering dihadapkan pada tekanan dan
tantangan?
3. Adakah karakteristik lain yang menurut Anda termasuk ke dalam
karakteristik individu yang efektif selain tujuh karakteristik yang
disebutkan pada sub modul ini?

25
BAB 5
Kepemimpinan Tangkas
(Agile Leadership)

5.1. Mengenal dan Menjadi Pemimpin Tangkas


Sebagai seorang pemimpin, ketangkasan menunjukkan
kemampuan pemimpin tersebut dalam menghadapi perubahan
lingkungan. Perubahan lingkungan di sekitar organisasi dapat
menghadapkan organisasi tersebut pada tantangan atau peluang,
dimana kedua hal tersebut memiliki dampak secara langsung pada
pengambilan keputusan atau aktivitas yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan strategis dari organisasi. Kepemimpinan tangkas
merupakan salah satu karakteristik yang ditemukan pada pemimpin
yang selalu siap dalam menghadapi tantangan dan peluang yang
muncul di lingkungan organisasi. Pemimpin-pemimpin dengan
karakteristik ini mampu mengatasi tantangan yang memiliki potensi
untuk menghambat perkembangan organisasi, dan juga segera
menangkap peluang yang dapat melancarkan aktivitas dalam rangka
mencapai tujuan strategis dari organisasi.
Pemimpin yang tangkas memiliki motivasi dan efektivitas pribadi
yang tinggi. Pertama, motivasi pribadi digunakan oleh para
pemimpin yang tangkas untuk mempersepsikan setiap tantangan
sebagai suatu peluang yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan individu atau organisasinya. Kedua, efektivitas pribadi
membantu para pemimpin tersebut untuk mengukur target capaian
atau luaran dengan baik dan kemudian mengalokasikan sumber
daya yang dikelolanya dengan tepat. Pada sub modul sebelumnya
telah dipaparkan bahwa kedua kemampuan tersebut bukanlah
kemampuan yang diperoleh sejak lahir, melainkan dapat diasah
melalui pengalaman yang telah diperoleh oleh seorang individu.
Apabila Anda memiliki kemampuan dalam memotivasi diri dan
efektivitas pribadi yang baik, maka kemungkinan besar Anda dapat

26
menjadi seorang pemimpin yang tangkas. Ketajaman dalam menjadi
pemimpin yang tangkas dapat Anda tingkatkan apabila Anda mau
menerapkan proses pembentukan karakter pemimpin tangkas ketika
dihadapkan pada tekanan, tantangan, dan/atau peluang. Breakspear
(2017) mendeskripsikan pemimpin yang tangkas sebagai individu
yang berani mendorong dirinya untuk terus mengumpulkan
pengalaman dalam rangka meningkatkan kemampuannya agar
selalu siap dalam menghadapi tantangan atau menggapai suatu
peluang. Proses pembentukan karakter pemimpin tangkas terdiri
dari tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Build your problem statement
Ketika dihadapkan pada tekanan, tantangan, dan/atau peluang,
biasakan diri Anda untuk menganalisis bentuk tekanan, tantangan,
dan/atau peluang yang sedang Anda hadapi. Pada sub modul
sebelumnya, Anda dapat menerapkan konsep SCOPE dan
menghentikan apapun kegiatan atau aktivitas yang sedang Anda
lakukan. Kumpulkan informasi yang cukup terkait dengan kondisi
yang Anda hadapi dan tentukan apakah kondisi tersebut merupakan
tekanan, tantangan, dan/atau peluang.

2. Build your problem hypotheses


Setelah menentukan apakah Anda sedang menghadapi
tekanan, tantangan, dan/atau peluang, selanjutnya Anda perlu
melakukan pembentukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan
terhadap suatu kondisi atau fenomena yang terjadi di lingkungan
sekitar Anda. Ketika telah menentukan bahwa Anda menghadapi
suatu tekanan, tantangan, atau peluang, bentuklah beberapa
hipotesis yang dapat mendeskripsikan bentuk tekanan, tantangan
atau peluang tersebut. Ketajaman Anda dalam membentuk hipotesis
pada kondisi yang Anda hadapi dapat ditingkatkan apabila Anda
pernah menghadapi kondisi serupa sebelumnya.

27
3. Prove or disprove your hypotheses
Langkah ketiga, Anda perlu membuktikan apakah dugaan Anda
terhadap tekanan, tantangan, dan/atau peluang yang sedang
dihadapi tersebut benar atau tidak. Pada tahap ini, Anda telah
melakukan sebuah riset sederhana untuk mengungkap suatu
kebenaran. Anda dapat menggunakan desain riset sederhana baik
secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengukur dan membuktikan
dugaan Anda. Apapun hasil dari pengujian hipotesis, Anda akan
memperoleh bukti yang kuat dan dapat mendukung pengambilan
keputusan dalam menghadapi tekanan, tantangan, dan/atau
peluang.

4. Create a solution to solve your proven hypotheses


Pada tahap ini, Anda akan mengambil keputusan berdasarkan
hasil analisis kondisi yang sedang dihadapi. Apabila Anda telah
melalui tiga tahap sebelumnya maka pengambilan keputusan pada
tahap ini dapat diperkuat dengan hasil riset sederhana yang telah
Anda lakukan, namun apabila Anda langsung melompat ke tahap ini
ketika dihadapkan pada tekanan, tantangan, dan/atau peluang maka
Anda akan mengalami kesulitan untuk menentukan keputusan yang
tepat atas dasar data dukung yang valid dan reliabel.
Pemimpin yang tangkas, tidak hanya mengambil keputusan
berdasarkan insting atau pengalaman. Pengambilan keputusan yang
tepat, didasarkan pada kemampuan mereka mengumpulkan
informasi, membentuk rumusan masalah, membuat dugaan atau
hipotesis dan mengkonfirmasi dugaan tersebut. Pada tahap
pengambilan keputusan, pemimpin yang tangkas telah memiliki
gambaran apa yang akan dicapai melalui pengambilan keputusan
tersebut dan dampaknya terhadap perkembangan organisasi.
Apabila seorang pemimpin menimbang bahwa hasil luaran atau
capaian yang akan diperoleh ketika mengambil suatu keputusan
tidak dapat menghasilkan dampak yang signifikan terhadap

28
organisasi, maka mereka akan memutuskan untuk tidak menanggapi
tekanan, tantangan, dan/atau peluang yang sedang dihadapi.
Keputusan ini diambil untuk menghindari penggunaan sumber daya
organisasi yang tidak efektif.

5. Contact your tribe of resource


Tribe of resources merupakan sumber daya yang dikelola oleh
seorang pemimpin yang tangkas. Sumber daya ini termasuk ke
dalam sumber daya manusia baik secara individu atau kelompok di
dalam organisasi. Pemimpin yang tangkas tidak hanya dapat
mengelola namun juga memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi
bahwa sumber daya tersebut dapat digunakan untuk mendukung
keputusan yang akan digunakan untuk menghadapi tekanan,
tantangan, dan/atau peluang. Penjelasan lebih lanjut terkait dengan
tribe of resources akan dibahas pada bagian selanjutnya.

6. Reflect your process, proceed with cautions, and improve yourself


Setelah menentukan keputusan dalam menghadapi tekanan,
tantangan, dan/atau peluang serta mengkontak tribe of resources
yang Anda kelola, refleksikan sekali lagi keputusan tersebut. Apakah
Anda telah yakin bahwa keputusan tersebut memiliki dampak yang
signifikan terhadap pengembangan organisasi yang Anda pimpin
atau tidak. Eksekusi keputusan tersebut dan selalu siap membantu
tribe of resources yang Anda kelola dalam menjalankan keputusan
yang telah Anda ambil. Terakhir, evaluasi capaian yang Anda
peroleh dari keputusan tersebut. Apakah Anda mencapai target yang
Anda harapkan? Apakah terdapat hal-hal khusus yang dapat Anda
tingkatkan apabila dihadapkan pada tantangan yang sama di
kemudian hari? Seluruh rangkaian tahap dalam pembentukan
karakter pemimpin yang tangkas merupakan proses yang berulang-
ulang. Artinya setiap pengalaman Anda dalam menghadapi tekanan

dan tantangan atau menangkap peluang, dapat meningkatkan

29
ketajaman Anda dalam menjadi pemimpin yang tangkas.

5.2. Tribe of Resources


Tribe of resources merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan sumber daya manusia baik individu atau kelompok
yang dikelola oleh seorang pemimpin yang tangkas di dalam suatu
organisasi. Pemimpin tidak hanya mengelola individu dan kelompok
yang termasuk ke dalam tribe of resources, namun juga memiliki
kepercayaan yang tinggi terhadap individu dan kelompok tersebut.
Sebaliknya, individu dan kelompok yang termasuk ke dalam tribe of
resources memiliki loyalitas yang tinggi terhadap pemimpin, dimana
loyalitas ini terbentuk dari kemampuan pemimpin dalam
menunjukkan integritas dalam pengambilan keputusan dan tujuan
strategis untuk pengembangan organisasi.
Pemimpin yang tangkas juga memberikan rasa aman dan
jaminan terhadap tribe of resources terhadap konsekuensi yang
terjadi dari setiap keputusan yang melibatkan individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan strategis perusahaan. Konsekuensi dari
suatu keputusan yang akan diambil dikomunikasikan dengan baik
dan jelas kepada individu atau kelompok, sehingga mereka dapat
memberikan pendapat sebelum keputusan tersebut diambil. Bentuk
komunikasi ini menunjukkan integritas pemimpin dalam mencapai
tujuan strategis organisasi tanpa mengesampingkan aspirasi yang
dimiliki oleh anggota organisasi.
Ketangkasan seorang pemimpin tidak hanya berasal dari
kemampuan individu dalam pengambilan keputusan yang tepat
ketika dihadapkan pada tekanan, tantangan dan/atau peluang,
namun juga dari ketersediaan tribe of resources untuk menghadapi
kondisi-kondisi tersebut tersebut. Oleh karena itu, membentuk
jaringan tribe of resources yang luas dan kuat juga merupakan kunci
bagi seseorang untuk menjadi seorang pemimpin yang tangkas.

Semakin luas dan kuat jaringan tribe of resources yang dikelola oleh
seorang pemimpin, semakin mudah pemimpin tersebut

30
mengaktualisasikan keputusan untuk menghadapi tekanan,
tantangan, dan/atau peluang dalam rangka mencapai tujuan
strategis organisasi.

5.3. Menjadi Pemimpin pada Organisasi yang Tangkas


Menjadi seorang pemimpin yang tangkas berbeda dengan
memimpin organisasi yang tangkas. Steve Denning (2015) menulis
artikel yang berjudul, “How to make the whole organization agile”.
Pada artikel tersebut, Beliau memaparkan poin-poin menarik yang
dapat membantu Anda memahami perbedaan antara menjadi
seorang pemimpin yang tangkas dan memimpin organisasi yang
tangkas. Seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya,
membentuk karakter pemimpin yang tangkas membutuhkan
motivasi serta efektivitas pribadi yang tinggi. Apabila Anda telah
memiliki kedua hal tersebut, selanjutnya Anda perlu mengasah
ketangkasan Anda dalam memimpin melalui proses repetitif yang
mampu membiasakan diri Anda dalam menghadapi tantangan dan
menangkap peluang pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Pada tulisan Steve Denning, menjadi pemimpin yang tangkas
merupakan pendekatan yang dilakukan oleh seorang pimpinan
organisasi (dalam tulisan tersebut, organisasi merujuk pada
perusahaan) dalam rangka memuaskan pelanggan dari organisasi
tersebut. Pelanggan organisasi terdiri dari dua kategori, pertama
adalah pelanggan eksternal dan yang kedua adalah pelanggan
internal. Pelanggan eksternal merupakan individu atau kelompok
yang memiliki peran untuk mengkonsumsi produk (perusahaan) atau
memperoleh manfaat (organisasi non profit) dari organisasi Anda.
Pelanggan eksternal juga termasuk mitra yang melakukan
kerjasama dengan organisasi Anda untuk mencapai tujuan-tujuan
strategis tertentu.

31
Pelanggan internal adalah karyawan atau anggota di dalam
organisasi Anda. Pemimpin yang tangkas memiliki tanggung jawab
untuk menggali dan meningkatkan kemampuan dari setiap individu
di dalam organisasi, dengan tujuan untuk menghasilkan nilai
manfaat terbaik kepada pelanggan. Berdasarkan dua pelanggan
tersebut, pemimpin yang tangkas memiliki orientasi outside-in.
Outside-in diartikan sebagai pengambilan keputusan atau
pembentukan langkah strategis yang berorientasi pada perubahan
lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal yang berubah, tidak
hanya merubah strategi organisasi dalam melayani pelanggan
namun juga bagaimana mengelola sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi agar dapat memberikan pelayanan maksimal kepada
pelanggan.
Aktualisasi dari kepemimpinan yang tangkas, membutuhkan
partisipasi dari seluruh anggota dari organisasi yang kemudian
disebut tribe of resources. Untuk dapat memotivasi dan
meningkatkan komitmen mereka dalam memberikan pelayanan
terbaik kepada konsumen, pemimpin yang tangkas dapat
mempraktikkan konsep efektivitas pribadi di level organisasional.
Ketika menghadapi suatu tantangan atau peluang, Anda dapat
mengajak anggota organisasi untuk membantu Anda mengukur
apakah organisasi memiliki kemampuan untuk menghadapi
tantangan atau menangkap peluang tersebut (organization-efficacy).
Setelah itu, kumpulkan apa harapan atau ekspektasi mereka dari
menghadapi tantangan atau peluang yang akan dicapai (response-
efficacy). Terakhir, minta pendapat mereka terkait dengan risiko
yang dapat muncul dari kegiatan atau aktivitas yang dibutuhkan
untuk menghadapi tantangan atau menangkap peluang
(consequences).
Melibatkan anggota organisasi dalam proses pengambilan
keputusan dalam rangka menghadapi tantangan atau menangkap
peluang, dapat meningkatkan ketangkasan di tingkat organisasi.

32
Setiap anggota organisasi akan dapat mengukur tingkat kemampuan
organisasi saat ini dan luaran apa yang bisa dihasilkan melalui
kemampuan tersebut. Kemampuan mengukur risiko yang akan
ditanggung di tingkat organisasi dapat meningkatkan komitmen
anggota organisasi untuk meningkatkan kemampuan individu,
dengan tujuan dapat membantu organisasi dalam menghadapi risiko
dalam proses mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi.

5.4. The Big Easy


Dalam buku yang berjudul, “Strategic Doing: Ten Skills for Agile
Leadership” Morrison, et al. (2019) menulis bahwa terdapat 10 cara
atau kemampuan yang dapat melatih dan membantu mengasah
ketangkasan Anda sebagai seorang pemimpin. Pada cara kelima,
penulis menyebut cara ini sebagai Look for the “Big Easy”. Pada sub
modul sebelumnya, kita telah mendiskusikan topik terkait efektivitas
pribadi dan karakteristik yang membentuk individu dengan karakter
yang efektif. Morison, et al. (2019) mendeskripsikan bahwa
keputusan individu merupakan keputusan yang diambil untuk
mencapai tujuan dari individu tersebut. Individu yang efektif akan
mengukur kemampuan dirinya lalu menentukan apakah kemampuan
yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan hasil
dan konsekuensi yang muncul dari pengambilan keputusan tersebut.
Pada tingkat organisasi, pengambilan keputusan melibatkan
kepentingan seluruh anggota organisasi. Untuk menjadi pemimpin
yang tangkas, Anda diharapkan untuk dapat mengambil keputusan
yang tepat tanpa harus mengesampingkan kepentingan individu-
individu di dalam organisasi tersebut. Selain tepat, Anda juga
ditantang untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat apabila
dihadapkan pada peluang yang dapat membantu pencapaian tujuan
organisasi.
Keterbatasan sumber daya yang dikelola oleh organisasi
merupakan hambatan untuk pengambilan keputusan yang cepat.
Pertama, Anda perlu menganalisis apakah terdapat sumber daya

33
(tribe of resources) yang dapat digunakan untuk menghadapi suatu
tantangan atau peluang. Kedua, Anda perlu mengukur apakah
kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya tersebut dapat
menghasilkan luaran yang diharapkan tanpa memberikan
konsekuensi yang tinggi kepada mereka jika keputusan yang diambil
tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, melakukan efisiensi
dalam pemanfaatan sumber daya merupakan salah satu
kemampuan yang dibutuhkan oleh pemimpin yang tangkas.
Untuk meningkatkan kemampuan ini, seorang pemimpin harus
peka terhadap kemampuan serta tanggung jawab yang saat ini
dimiliki oleh anggota organisasinya. Apabila Anda ingin menjadi
pemimpin yang tangkas, mulailah untuk selalu memantau
perkembangan kemampuan anggota organisasi serta tanggung
jawab yang dimilikinya dari waktu ke waktu. Cobalah berbicara
kepada mereka dan tanyakan apakah mereka siap apabila terdapat
pengambilan keputusan yang akan membutuhkan kemampuan dan
tanggung jawab dari mereka. Metode ini dikenal dengan
“Consensus”, dimana melalui metode ini Anda dapat dengan mudah
memetakan siapa anggota organisasi yang siap mendukung Anda
dalam pengambilan keputusan yang cepat.
Metode kedua untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumber daya manusia adalah dengan melakukan pengambilan
suara. Ketika akan mengambil suatu keputusan untuk menghadapi
tantangan atau peluang, kumpulkan para anggota organisasi dan
mintalah mereka untuk menyampaikan suara. Sebelum menanyakan
siapa anggota yang siap mendukung keputusan, sampaikan pada
mereka hasil analisis luaran yang ingin dicapai dari tantangan atau
peluang yang akan dihadapi dan konsekuensi apa yang akan
muncul. Melalui tahap ini, Anda telah menunjukkan integritas untuk
menyampaikan tanggung jawab apa yang dihadapi oleh anggota
organisasi yang berpartisipasi pada keputusan yang akan Anda
ambil.
Apapun metode yang Anda pilih, Anda diminta untuk dapat
memanfaatkan sumber daya yang mau terlibat pada pengambilan

34
keputusan Anda secara efisien. Untuk melakukan hal tersebut, Anda
dapat menggunakan alat yang disebut dengan 2x2 Matrix. Matrix ini
memungkinkan transparansi dalam pengambilan keputusan yang
cepat, sehingga sebelum melakukan pengambilan keputusan Anda
dapat mengukur apakah luaran yang diharapkan sesuai dengan
sumber daya yang tersedia. Contoh dari 2x2 Matrix ditampilkan pada
Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Contoh 2x2 Matrix

Sumber: Morrison, et al. 2019

Pada gambar tersebut, terdapat 2 sumbu yaitu sumbu vertikal


yang menunjukkan biaya dan sumbu horizontal yang menunjukkan

35
aktivitas. Pada pengambilan keputusan untuk menghadapi suatu
tantangan atau peluang, maka Anda akan mengukur seberapa
banyak jumlah aktivitas yang perlu dilakukan untuk menghadapi
tantangan atau peluang tersebut. Selanjutnya berdasarkan hasil
consensus dan pengambilan suara, Anda dapat mengukur apakah
Anda memiliki jumlah sumber daya yang tinggi atau rendah untuk
mengaktualisasikan aktivitas tersebut. Anda bisa melihat pada
matriks, terdapat tiga opsi yaitu A, B, dan C. Setiap opsi
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan sumber daya terhadap
jumlah aktivitas yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan atau
peluang.
Keputusan yang perlu Anda prioritaskan adalah keputusan
dengan tingkat efisiensi tertinggi, artinya aktualisasi sumber daya
yang dimanfaatkan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah
aktivitas yang akan dilakukan. Namun, pemanfaatan sumber daya
yang lebih rendah akan memberi tekanan kepada sumber daya
untuk meningkatkan kemampuannya agar mampu melakukan
aktivitas dalam jumlah besar dengan baik. Oleh karena itu, peran
Anda dalam memotivasi anggota kelompok yang Anda libatkan
sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa pengambilan
keputusan yang sudah Anda pilih dapat menghasilkan luaran yang
diharapkan.

5.5. Latihan dan Pengayaan


Refleksikan aktivitas atau kegiatan yang Anda lakukan dalam
beberapa bulan terakhir, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut:
1. Pada aktivitas atau kegiatan yang telah Anda lakukan tersebut,
aktivitas atau kegiatan apa saja yang merupakan tujuan dari
rencana strategis untuk mencapai tujuan organisasi yang Anda
pimpin?
2. Siapa saja individu atau kelompok yang Anda libatkan pada aktivitas

36
atau kegiatan tersebut? Apakah mereka termasuk ke dalam jaringan
tribe of resources yang Anda kelola?
3. Menurut Anda, bagaimana langkah atau cara agar tribe of resources
yang saat ini Anda miliki semakin loyal dan mau dilibatkan pada
setiap aktivitas atau kegiatan yang akan Anda putuskan dalam
rangka menghadapi tekanan, tantangan, dan/atau peluang dalam
mencapai tujuan organisasi yang Anda pimpin?

37
BAB 6
Manajemen Risiko
(Risk Management)

6.1. Mengenal Manajemen dan Risiko


Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni yang
diaplikasikan oleh seorang manajer dalam rangka mencapai tujuan
organisasi dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi yang dikelolanya. Terdapat tiga bidang utama dalam ilmu
manajemen, yaitu: manajemen keuangan (financial management),
manajemen pemasaran (marketing management), dan manajemen
produksi (production management). Ketiga bidang utama tersebut
selanjutnya didukung oleh dua bidang khusus untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kinerja organisasi secara keseluruhan.
Bidang pertama adalah manajemen operasional (operation
management) dan bidang yang kedua adalah manajemen sumber
daya manusia (human resources management).
Sumber daya manusia merupakan salah satu dari tiga aset yang
dikelola oleh organisasi untuk mewujudkan visi dan memenuhi misi
organisasi. Dua aset lain adalah sumber daya modal dan
kemampuan manajerial dari para manajer atau pimpinan pada
organisasi. Ketiga aset ini memiliki sifat saling ketergantungan dan
kelemahan atau hambatan yang dihadapi oleh salah satu aset dapat
mempengaruhi bagaimana alokasi pemanfaatan aset lainnya.
Sumber daya manusia merupakan aset yang meliputi seluruh
individu di dalam organisasi. Sebagai seorang individu, aset ini
merupakan aset terunik di dalam organisasi karena bentuk kontrol
serta pengembangan aset yang membutuhkan pendekatan khusus
apabila dibandingkan dengan aset lainnya. Oleh karena alasan
tersebut, pada umumnya organisasi memiliki bidang khusus yang
menangani proses perencanaan hingga pengembangan individu
yang dimiliki oleh organisasi.

38
Aset modal merujuk pada berbagai jenis sumber daya yang
dibutuhkan oleh organisasi untuk melakukan kegiatan operasional.
Aset ini dapat berupa aset finansial atau faktor-faktor produksi pada
organisasi bisnis. Pengelolaan aset modal tidak serumit sumber
daya manusia, namun pertimbangan yang tepat dibutuhkan untuk
memastikan bahwa setiap aset modal dialokasikan secara efektif
dan dapat digunakan secara efisien dalam rangka mencapai tujuan
strategis organisasi.
Aset ketiga, yaitu kemampuan manajerial dari para manajer
merupakan aset yang tidak dapat dinilai secara objektif. Penilaian
kemampuan manajerial seorang individu dapat berbeda apabila
individu tersebut ditempatkan pada posisi manajerial yang berbeda,
terutama ketika posisi tersebut di luar bidang keahliannya. Sebagai
contoh, individu yang memiliki kemampuan manajerial unggul di
bidang pemasaran akan sulit untuk menunjukkan hal yang sama
apabila diminta untuk mengelola bidang keuangan. Menganalisis
kemampuan para manajer yang terdapat di dalam organisasi
merupakan tugas utama dari seorang pemimpin, sehingga individu-
individu tersebut dapat menggunakan kemampuan manajerialnya
secara optimal.
Seperti pemaparan sebelumnya, ketiga aset ini akan dikelola
dan dimanfaatkan oleh organisasi dalam rangka mewujudkan visi
dan memenuhi misi organisasi. Visi dan misi organisasi tersebut
akan dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan strategis yang perlu dicapai
secara bertahap oleh organisasi. Risiko merupakan efek yang dapat
ditimbulkan dalam suatu ketidakpastian dari proses pencapaian
suatu tujuan, dengan demikian pada proses pencapaian tujuan
strategis akan muncul risiko-risiko yang dapat menghambat
tercapainya tujuan strategis tersebut.
Ketidakpastian muncul karena perubahan lingkungan yang
dinamis. Menggunakan rencana strategis yang efektif secara
berulang-ulang akan menurunkan efektivitas dari rencana tersebut
apabila tidak dilakukan adaptasi atau penyesuaian rencana terhadap

39
perubahan dari lingkungan organisasi. Pada setiap pengambilan
keputusan risiko bersifat mutlak, artinya risiko akan selalu muncul
karena tidak ada yang bisa memastikan bagaimana perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi aktivitas atau kegiatan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Semakin tinggi faktor yang tidak
dapat dikontrol oleh organisasi dalam mencapai tujuan organisasi,
maka semakin tinggi risiko yang akan dihadapi karena tingginya
ketidakpastian yang muncul dari faktor-faktor yang tidak dapat
dikontrol tersebut.
Pada sub modul sebelumnya, telah dibahas terkait dengan
kepemimpinan yang tangkas dan pentingnya tribe of resources bagi
pemimpin tangkas dalam menghadapi tekanan, tantangan, dan/atau
peluang. Manajer dalam suatu organisasi merupakan salah satu
contoh tribe of resources yang tersedia bagi para pemimpin sebagai
individu-individu yang dapat membantunya dalam menghadapi
tekanan, tantangan, dan/atau peluang dalam mencapai tujuan
organisasional. Pemimpin yang tangkas membutuhkan tribe of
resources yang mampu mengontrol aset lain yang dikelola oleh
organisasi dan menggunakannya dengan efektif untuk menghadapi
tekanan, tantangan, dan/atau peluang. Tujuan dari efektivitas
penggunaan aset yang dikontrol untuk menghadapi kondisi tersebut
adalah meminimalisasi risiko yang muncul apabila menggunakan
aset yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan oleh organisasi.
Pada manajemen proyek, manajemen risiko merupakan proses
sistematis yang memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan
mengontrol risiko, dengan tujuan untuk meminimalisasi dampak dari
risiko tersebut terhadap aktivitas atau kegiatan pada proyek
(Marcelino-Sadaba, et al. 2013). Identifikasi risiko dilakukan pada
tahap awal sebelum proyek dilaksanakan. Seperti yang dipaparkan
sebelumnya risiko tinggi pada umumnya ditemukan pada aset atau
sumber daya yang tidak dapat dikontrol oleh organisasi, namun risiko

40
juga dapat muncul pada sumber daya yang dikelola oleh organisasi.
Identifikasi dini terhadap risiko yang dimiliki oleh sumber daya di
dalam organisasi dapat membantu pengambilan keputusan yang
tepat untuk meminimalisasi risiko dari penggunaan sumber daya
tersebut.
Membentuk integritas pada sumber daya manusia yang dikelola
oleh organisasi terkait dengan manajemen risiko merupakan faktor
penting dari proses manajemen risiko. Para individu yang
mengontrol setiap sumber daya diharapkan memiliki integritas dalam
melaporkan kondisi dari setiap sumber daya secara tepat agar
pengambilan keputusan terbebas dari risiko yang dapat muncul dari
pemanfaatan sumber daya tersebut. Sebagai contoh, dalam
membangun rumah dibutuhkan sumber daya manusia dan modal.
Salah satu mandor Anda tidak melaporkan bahwa beberapa tenaga
yang dibawahinya tidak sedang dalam kondisi prima untuk bekerja
pada hari tertentu. Perilaku ini didasarkan pada alasan akan terdapat
pemotongan honor apabila tenaga yang bekerja tidak sesuai
jumlahnya. Kondisi ini secara langsung akan meningkatkan risiko
bahwa hasil pengerjaan dari mandor tersebut tidak sesuai dengan
standar karena diselesaikan dengan sumber daya dalam kondisi
yang tidak prima.

6.2. Risk Tolerance dan Keputusan Strategis Organisasi


Risk tolerance merupakan batasan yang dapat digunakan oleh
pengambil keputusan untuk menentukan seberapa tinggi risiko yang
dapat dikontrol oleh organisasi untuk mencapai tujuan
organisasional tertentu. Seperti yang telah dibahas pada bagian
sebelumnya, risiko dapat meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penggunaan aset yang tidak dapat dikendalikan oleh
organisasi dalam mencapai tujuan organisasional. Oleh sebab itu,
para pemimpin dan manajer akan berupaya untuk mengukur
seberapa tinggi toleransi terhadap risiko yang dapat ditanggung oleh

41
organisasi sebelum melakukan pengambilan keputusan alokasi dan
pemanfaatan aset terhadap aktivitas atau kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan organisasional.
Kemampuan pemimpin dalam mengukur luaran atau capaian
yang akan diperoleh sebelum menentukan kegiatan atau aktivitas
juga merupakan faktor penting dalam manajemen risiko. Melalui
pengukuran tersebut, pemimpin mampu menentukan alokasi aset
yang dikelola secara langsung oleh organisasi dan meminimalisasi
penggunaan aset yang tidak dapat dikendalikan. Selain itu,
pemimpin yang dapat memberikan deskripsi atau gambaran
terhadap anggota organisasi terkait tujuan dari pengalokasian aset
untuk mencapai suatu tujuan operasional akan memudahkan
anggota organisasi untuk melakukan aktivitas atau kegiatan yang
telah ditetapkan.

6.3. Latihan dan Pengayaan


Refleksikan rencana strategis dari organisasi yang Anda pimpin
dalam enam bulan ke belakang, dan jawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:
1. Berapa banyak kegiatan atau aktivitas yang telah tercapai dari
rencana strategis yang telah ditetapkan?
2. Aset apa saja yang diluar kontrol organisasi yang Anda pimpin,
namun Anda libatkan dalam kegiatan atau aktivitas dari rencana
strategis yang telah Anda tetapkan?
3. Apakah Anda menghadapi tekanan, tantangan, dan/atau peluang
dari pemanfaatan aset di luar kontrol organisasi yang Anda pimpin?
Risiko apa yang muncul dari hal-hal tersebut?
4. Apabila jawaban nomor 3 adalah muncul risiko, apakah langkah
yang Anda lakukan untuk menyelesaikan risiko tersebut?

42
BAB 7
Ketajaman dalam Berbisnis
(Business Acumen)

7.1. Mengenal Ketajaman dalam Berbisnis


Ketajaman dalam berbisnis (business acumen) merupakan
suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang wirausaha yang
berpengalaman. Kemampuan ini ditunjukkan oleh fleksibilitas
wirausaha dalam menghadapi tekanan dan ancaman dan
mengubahnya menjadi suatu peluang yang dapat meningkatkan
keunggulan kompetitif usaha yang dikelolanya. Ketajaman ini
terbentuk karena pengalaman, artinya tidak ada wirausaha yang
terlahir kemampuan ini sejak lahir. Pengalaman dalam melewati
situasi berupa tekanan dan hambatan, menyelesaikan tantangan
dan menangkap peluang bisnis merupakan faktor yang dapat
meningkatkan ketajaman seorang wirausaha dalam berbisnis.
Wirausaha dengan ketajaman dalam berbisnis mampu
mengambil keputusan strategis melalui pertimbangan-pertimbangan
yang objektif dan tepat sasaran. Individu ini mampu memiliki pola
pikir opportunity seeker, yang membuat dirinya selalu
mempersepsikan suatu situasi sebagai kesempatan untuk
menghasilkan suatu manfaat individu atau organisasional. Sebagai
seorang pemimpin usaha, wirausaha yang tajam dalam berbisnis
adalah individu yang secara efektif mampu mengukur target capaian
strategis yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dari
usaha yang dikelolanya. Terakhir, wirausaha ini juga menunjukkan
kemampuan yang tangkas dalam menghadapi berbagai tekanan,
tantangan, dan/atau peluang.
Ketajaman dalam berbisnis juga dapat ditemukan pada
pemimpin di organisasi non profit. Pada konteks ini, seorang
pemimpin yang tajam ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
mengarahkan sumber daya yang dikelola oleh organisasi dalam
menciptakan pelayanan prima kepada para stakeholder

43
dari organisasi. Organisasi yang tajam juga memiliki peluang untuk
berkembang lebih baik apabila dikelola oleh pemimpin dengan
ketajaman berbisnis, karena pemimpin tersebut mampu mengontrol
risiko yang dihadapi organisasi melalui efektivitas pemanfaatan
sumber daya yang dikelola organisasi.

7.2. Karakteristik Wirausaha dengan Ketajaman dalam Berbisnis


Dr. Mike Clayton, Founder dari OnlinePMCourses.com
memaparkan bahwa Anda dapat mengidentifikasi apakah seorang
individu memiliki ketajaman dalam berbisnis melalui observasi
karakteristik-karakteristik tertentu. Terdapat lima karakteristik utama
yang dapat ditemukan pada wirausaha yang memiliki ketajaman
dalam berbisnis, yaitu:
1. Mengerti bagaimana suatu bisnis dijalankan;
Wirausaha dengan ketajaman dalam berbisnis mengetahui apa
bisnis yang dijalankannya. Secara sederhana, karakteristik ini
dideskripsikan sebagai seorang individu yang mengetahui nilai
manfaat apa yang akan ditawarkan oleh bisnis yang dikelolanya
kepada target konsumen. Wirausaha bukanlah seorang produsen,
distributor, atau reseller dari suatu produk, namun wirausaha
merupakan individu yang mampu menghasilkan suatu proposisi nilai
dan menggunakan kemampuan tersebut untuk menghasilkan
manfaat baik kepada diri sendiri dan juga lingkungan sekitar.
Berdasarkan definisinya seorang wirausaha tidak hanya memiliki
passion namun juga menjunjung tinggi integritas, namun untuk
menjalankan suatu bisnis wirausaha juga perlu memiliki kemampuan
manajerial. Dengan demikian untuk dapat tajam dalam berbisnis,
seorang wirausaha membutuhkan pengalaman dalam
mengaplikasikan kemampuan manajerial yang dimilikinya untuk
menghasilkan proposisi nilai yang sesuai dengan passion dan
integritas yang dimilikinya. Apabila wirausaha tersebut mampu

44
mempertahankan passion dan integritas dalam aplikasi kemampuan
manajerial dalam rangka menciptakan proposisi nilai yang memiliki
manfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga lingkungan
sekitar, maka wirausaha tersebut dapat dikatakan telah menguasai
bagaimana cara menjalankan bisnis dengan baik.
Pada konteks organisasi non profit, menguasai bidang layanan
dimana Anda ditunjuk sebagai seorang pemimpin dapat membantu
Anda mengasah ketajaman dalam memimpin organisasi tersebut.
Anda dapat memulai dengan merefleksikan diri dan kemudian
menyesuaikan visi dan misi organisasi dengan passion dan
integritas yang Anda miliki. Selanjutnya, Anda perlu mengetahui
bagaimana bentuk layanan yang akan organisasi Anda lakukan
kepada stakeholder dari organisasi tersebut.

2. Mengetahui bagaimana cara menciptakan suatu proposisi nilai


kepada target konsumen;
Karakteristik kedua ditunjukkan pada wirausaha yang tidak
hanya mampu membuat proposisi nilai, namun mengubah nilai
tersebut menjadi suatu produk yang dapat dikonsumsi oleh target
konsumen. Wirausaha yang tajam memiliki akses terhadap sumber
daya yang dibutuhkan untuk menciptakan produk tersebut secara
efektif dan efisien. Kemampuan ini dapat ditingkatkan seiring dengan
pengalaman dari wirausaha tersebut dalam mengelola usaha,
dimana wirausaha yang secara aktif mengubah tantangan menjadi
peluang memiliki potensi yang tinggi untuk meningkatkan ketajaman
berbisnis yang dimilikinya.
Pada konteks organisasi non profit, karakteristik ini ditemukan
pada pemimpin yang dapat membentuk aktivitas atau kegiatan
pelayanan yang sesuai denagan visi, misi, dan tujuan organisasional
yang telah ditetapkan. Selanjutnya pemimpin dapat mengalokasikan
sumber daya organisasi secara tepat pada setiap aktivitas dan
tujuan, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi. Pemimpin dengan

45
karakteristik ini juga mampu mengukur bagaimana bentuk luaran
dan capaian dari masing-masing aktivitas atau kegiatan yang telah
ditetapkan, sehingga penilaian kinerja dari setiap sumber daya yang
dialokasikan dapat diukur secara objektif.

3. Mengetahui bagaimana cara mengkomunikasikan proposisi nilai


kepada target konsumen;
Setelah menciptakan produk yang memiliki proposisi nilai yang
sesuai dengan target konsumen, seorang wirausaha selanjutnya
diharapkan dapat mengkomunikasikan bahwa produk tersebut
memiliki proposisi nilai yang sesuai untuk mereka. Kemampuan ini
juga akan meningkat seiring dengan pengalaman mengelola bisnis
dari wirausaha tersebut. Untuk menemukan langkah serta sumber
daya yang efektif untuk target konsumennya, seorang wirausaha
tidak hanya perlu melakukan riset namun juga mengumpulkan
umpan balik pada setiap strategi pemasaran yang digunakan untuk
mengkomunikasikan proposisi nilai kepada konsumen.
Konsumen pada suatu usaha terdiri dari dua kategori. Pertama,
konsumen eksternal yaitu individu atau kelompok yang
mengkonsumsi produk yang kita hasilkan. Kedua, para karyawan
yang membantu kita dalam menciptakan produk dengan proposisi
nilai tersebut. Mengkomunikasikan proposisi nilai kepada karyawan
juga perlu dilakukan oleh seorang wirausaha, namun bentuk
proposisi nilai yang dikomunikasikan berbeda dengan konsumen
eksternal. Proposisi nilai yang dimaksud adalah bagaimana
wirausaha mampu menyampaikan target atau capaian strategis dari
suatu usaha, sehingga para karyawan mengetahui aktivitas atau
kegiatan apa yang harus mereka lakukan dan manfaat apa yang
dapat mereka peroleh ketika target atau capaian strategis terpenuhi.
Pada konteks organisasi non profit, komunikasi proposisi nilai
kepada konsumen eksternal memiliki tujuan agar konsumen
mengetahui bentuk atau jenis layanan apa yang dapat disediakan

46
oleh organisasi. Sementara itu, komunikasi kepada konsumen
internal atau anggota organisasi memiliki tujuan utama untuk
memberikan motivasi kepada mereka dalam melaksanakan aktivitas
atau kegiatan dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan dari
organisasi.

4. Mengetahui bagaimana mengontrol risiko dalam aktivitas atau


kegiatan operasional bisnis;
Pada karakteristik keempat, seorang wirausaha yang memiliki
ketajaman dalam berbisnis ditunjukkan oleh kemampuan wirausaha
tersebut dalam mengontrol risiko dari aktivitas atau kegiatan
operasional bisnisnya. Berdasarkan karakter tersebut, wirausaha
yang tajam dapat memanfaatkan aset yang dikelola oleh usahanya
secara efektif dan meminimalisasi penggunaan aset yang tidak
dapat dikontrol oleh usaha dalam rangka mencapai tujuan strategis.
Karakteristik ini memiliki keunikan, dimana untuk meningkatkan
ketajaman berwirausaha seorang individu diharapkan untuk berani
mengambil risiko di tingkat risk tolerance yang tinggi. Artinya,
semakin tinggi risiko yang dihadapi maka individu tersebut akan
memperoleh pengalaman yang mampu meningkatkan
kemampuannya dalam mengontrol risiko di kemudian hari. Pada
konteks organisasi non profit, seorang pemimpin juga diharapkan
dapat mengontrol risiko dalam pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasional.

5. Mengetahui bagaimana menghasilkan profit dari aktivitas atau


kegiatan operasional bisnis.
Karakteristik terakhir dari wirausaha dengan ketajaman berbisnis
adalah kemampuan untuk mengukur profit yang dapat dihasilkan
dari suatu aktivitas atau kegiatan operasional. Pada umumnya,
wirausaha yang mengukur bahwa rangkaian aktivitas atau kegiatan
operasional bisnis akan membatalkan rangkaian aktivitas atau

47
kegiatan operasional ketika terdapat indikasi bahwa profit yang
dihasilkan tidak sebanding, atau risiko dalam mengeksekusi aktivitas
atau kegiatan tersebut cukup besar. Seorang wirausaha dengan
ketajaman berbisnis memiliki pendekatan yang berbeda, dimana
individu ini akan mencoba untuk mencari peluang-peluang yang
dapat dimanfaatkan sehingga aktivitas atau kegiatan operasional
tidak perlu dibatalkan.
Pada karakteristik ini, wirausaha yang tajam dalam berbisnis
mampu mengubah ancaman dari risiko gagalnya aktivitas atau
kegiatan menjadi suatu peluang yang dapat menghasilkan profit
untuk usahanya. Oleh karena itu, kemampuan dalam
mengidentifikasi masalah menggunakan metode SCOPE
merupakan aset yang penting bagi seorang pemimpin agar tidak
melewatkan kesempatan karena rasa takut terhadap risiko gagal.
Pola pikir opportunity seeker juga sangat dibutuhkan bagi seorang
wirausaha yang ingin mempertajam kemampuannya dalam
mengelola suatu bisnis.
Pada konteks organisasi non profit, karakteristik ini ditunjukkan
oleh pemimpin yang mampu mengalokasikan sumber daya yang
dikelola organisasi menjadi suatu bentuk layanan yang mampu
memberikan manfaat kepada stakeholder organisasi. Selain itu,
kemampuan dalam mengkomunikasikan target capaian dan luaran
dari suatu keputusan strategis kepada anggota organisasi juga
merupakan faktor yang penting agar anggota organisasi dapat
mengukur seberapa besar peran dalam mewujudkan visi, misi dan
tujuan organisasi.

7.3. Latihan dan Pengayaan


Refleksikan berbagai aktivitas yang Anda lakukan dalam
beberapa bulan terakhir dan jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut:

48
1. Aktivitas atau kegiatan apa yang menurut Anda menghasilkan
luaran terbaik pada organisasi yang Anda pimpin?
2. Apakah luaran dari aktivitas tersebut mampu mendekatkan
organisasi yang Anda pimpin menuju visi, misi atau tujuan
organisasional yang telah ditetapkan?
3. Bagaimana proses yang Anda lakukan sebelum penentuan aktivitas
atau kegiatan tersebut?
4. Apa nilai manfaat dari kegiatan atau aktivitas tersebut terhadap
stakeholder dan anggota organisasi yang Anda pimpin? Apakah
menurut Anda mereka puas dengan luaran yang dihasilkan dari
kegiatan atau aktivitas tersebut?
5. Apakah Anda berencana untuk melakukan kegiatan atau aktivitas
tersebut di kemudian hari? Apa yang perlu diperbaiki atau
ditingkatkan dari kegiatan atau aktivitas tersebut agar dapat
menghasilkan nilai manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan
aktivitas atau kegiatan sebelumnya?

49
FINAL ASSESSMENT MATA DIKLAT 4
PENGUASAAN PRIBADI DAN KEPEMIMPINAN
(PERSONAL MASTERY AND LEADERSHIP)

A. Assessment 1: Video Case


Pada bagian ini Anda diminta untuk menonton sebuah video
melalui link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=HWe8mw49zq8&list=WL&index
=29&t=0s
Anda juga bisa memindai QR code berikut untuk mengakses link
tersebut:

Setelah menonton video tersebut, cobalah jawab pertanyaan-


pertanyaan berikut:
1. Apakah menurut Anda tokoh guru pada video tersebut memiliki
integritas? Apabila iya, karakteristik apa saja yang ditunjukkan oleh
guru yang berintegritas tersebut?
2. Menurut Anda, apa kunci yang mampu memotivasi guru tersebut
sehingga mampu berdedikasi tinggi terhadap pekerjaan yang
dianggap kurang tepat dibandingkan dengan keahlian yang
dimilikinya?

50
3. Menurut pendapat Anda, apakah guru tersebut menunjukkan
karakteristik dari pribadi yang efektif? Apabila iya, karakteristik apa
saja dari pribadi efektif yang ditunjukkan dan pada bagian apa
Beliau menunjukkan karakteristik tersebut?

B. Assessment 2: Study Case


Pada bagian ini, Anda diminta untuk memberikan pendapat dan
menentukan langkah strategis dari suatu kondisi dimana Anda akan
mengaplikasikan konsep efektivitas pribadi, kepemimpinan tangkas,
manajemen risiko dan ketajaman dalam berwirausaha.
Studi Kasus:
Anda merupakan seorang Kepala SMK dengan spesialisasi di bidang
Pariwisata dan Perhotelan (Hospitality and Tourism). Karena kebutuhan
struktural, Anda diminta untuk mengisi posisi Kepala SMK di daerah
berbeda dengan spesialisasi SMK dengan spesialisasi di bidang Teknologi
dan Informasi (IT). Proses mutasi Anda berjalan lancar, dan Anda diminta
untuk mengisi posisi tersebut selama dua tahun sebelum kembali pada
posisi Kepala Sekolah di SMK sebelumnya.
Pada hari pertama Anda memimpin SMK yang baru, Anda menemukan
bahwa visi, misi dan tujuan dari SMK yang baru berbeda dengan SMK yang
Anda pimpin sebelumnya. Beberapa aktivitas serta kegiatan untuk
mencapai tujuan strategis dari SMK yang baru juga tidak familiar dengan
bidang pengetahuan Anda. Dalam beberapa bulan, beberapa aktivitas yang
akan diselenggarakan secara bersama dengan instansi lain menunggu
keputusan Anda untuk difinalisasi. Aktivitas tersebut mendukung
pencapaian beberapa tujuan strategis dari SMK baru, namun sebagian
besar sumber daya yang terlibat pada aktivitas tersebut tidak dikelola oleh
mitra kerjasama.
Terakhir, lokasi dimana SMK baru yang Anda pimpin memiliki potensi
sumber daya pariwisata yang tinggi. Terdapat alam terbuka dan
pemandangan lepas pantai yang belum diketahui oleh masyarakat secara
luas. Akses menuju titik pariwisata telah tersedia, serta Kepala Daerah telah

51
berupaya untuk mengkontak Kepala SMK sebelumnya untuk
menggerakkan siswa agar dapat menciptakan website untuk
memperkenalkan potensi pariwisata tersebut. Namun, Kepala SMK
sebelumnya menolak karena Beliau kurang paham terkait dengan teknik
memperkenalkan potensi pariwisata dan ragu masyarakat lokal siap untuk
mengelola potensi pariwisata tersebut.

Pertanyaan
1. Setelah menerima permohonan mutasi, Anda diminta untuk
menunjuk seseorang untuk menggantikan posisi Anda sebagai
Kepala SMK hingga Anda kembali. Bagaimana cara Anda memilih
pengganti tersebut? Apa yang Anda lakukan untuk meyakinkan diri
bahwa pengganti Anda memiliki integritas dalam mencapai visi, misi
dan tujuan yang telah Anda rancang sebelumnya?
2. Apa langkah efektif Anda untuk membiasakan diri pada lingkungan
baru serta bidang ilmu yang Anda belum kuasai? Bagaimana
langkah Anda untuk menentukan tribe of resources yang akan Anda
beri kepercayaan untuk membantu Anda mewujudkan visi, misi dan
tujuan dari instansi baru yang Anda pimpin?
3. Bagaimana Anda mempersepsikan aktivitas yang telah ditentukan
sebelum Anda menjabat? Apakah Anda memilih untuk melanjutkan
atau membatalkan aktivitas yang telah disepakati sebelum Anda
menjabat? Apabila Anda memilih untuk melanjutkan, apa langkah
yang perlu Anda lakukan untuk mengidentifikasi risiko di bidang yang
belum Anda kuasai dengan baik?

4. Apabila Kepala Daerah melakukan kontak kepada Anda, dan


meminta menggerakkan potensi siswa untuk membuat suatu
website yang dapat memperkenalkan potensi pariwisata daerah.
Apakah Anda akan memenuhi permintaan tersebut? Apabila iya,
bagaimana cara Anda memastikan bahwa ketika para siswa dapat
membuat website dan memperkenalkan potensi pariwisata daerah
masyarakat lokal juga telah memiliki kemampuan untuk mengelola
potensi tersebut?

52
DAFTAR PUSTAKA

Clayton, M. (2015). Powerhouse: Turbo Boost Your Effectiveness and


Start Making a Serious Impact. John Wiley & Sons.
Denning, S. (2016). How to make the whole organization “Agile”.
Strategy & Leadership.Leroy, H., Palanski, M. E., & Simons, T. (2012).
Authentic leadership and behavioral integrity as drivers of follower
commitment and performance. Journal of business ethics, 107(3), 255-264.
Marcelino-Sádaba, S., Pérez-Ezcurdia, A., Lazcano, A. M. E., &
Villanueva, P. (2014). Project risk management methodology for small firms.
International journal of project management, 32(2), 327-340.
Morrison, E., Hutcheson, S., Nilsen, E., Fadden, J., & Franklin, N.
(2019). Strategic Doing: Ten Skills for Agile Leadership. John Wiley & Sons.
Reeve, J., & Halusic, M. (2009). How K-12 teachers can put self-
determination theory principles into practice. Theory and Research in
Education, 7 , 145–154.
Covey, S. R., & Covey, S. (2020). The 7 habits of highly effective
people. Simon & Schuster.
Walumbwa, F. O., Luthans, F., Avey, J., & Oke, A. (2011). Authentically
leading groups: The mediating role of positivity and trust. Journal of
Organizational Behavior, 34, 89–126
Wirthlin, J. B. (1990). Personal integrity.
Zamagni, S. (2015). Financial integrity and inclusive capitalism:
Civilizing globalization. Journal of Catholic Social Thought, 12(2), 207-225.

53

Anda mungkin juga menyukai