“HELMINTS”
DOSEN PENGAMPU
Dr. NOVITA MEDYATI, S.KM, M.Kes
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 18
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Current Issue KLKK tentang beberapa cacing
“Helmints”
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. Novita
Medyati, S.KM, M.Kes pada mata kuliah Current Issue KLKK Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan atau memberikan informasi tentang tentang beberapa
cacing “Helmints” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian, Apabila ada kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya dan mengucapkan terima kasih
Kelompok 18
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................3
C. Manfaat...........................................................................................................................3
A. Karakteristik Agen..........................................................................................................4
C. Keberadaan di Lingkungan...........................................................................................11
E. Rute Exposure...............................................................................................................14
A. Simpulan.......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cacing usus atau yang serius disebut Soil Transmitted Helminth (STH) adalah
infeksi yang disebabkan oleh Nematoda usus dan ditularkan kepada manusia melalui
tanah yang terkontaminasi feses atau suatu kelompok parasit Nematoda yang
menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak dengan telur parasit atau larva
yang berkembang di dalam tanah yang hangat dan lembab. Nematoda adalah cacing
yang diecious atau uniseksual, dengan jenis kelamin cacing yang sudah terpisah
antara jantan dan betina. Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis, vas deferens,
vesikula seminalis, dan duktus ejakulatorius. sistem reproduksi betina terdiri atas
ovarium, oviduk, seminal reseptakel, uterus, vagina, dan vulva (Soedarto, 2008).
Infeksi STH terjadi karena tertelannya telur cacing dari tanah yang terkontaminasi
atau adanya invasi larva infektif yang ada di tanah melalui kulit. Di seluruh dunia
terdapat sekitar 807 juta penduduk terinfeksi Trichuris trichiura, dan 576 juta
penduduk terinfeksi hookworm (Ancylostma duodenale dan Necator americanus).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar
orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dan
lebih dari 870 juta anak hidup di lingkungan yang penularannya sangant intensif dan
membutuhkan pengobatan akibat parasit ini (Kartini.s, Kurniati, I., Jayati, N.S.,&
Sumitra,W.2017). Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah
terbesar terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur (WHO, 2013).
1
Dasar (SD) di 10 provinsi menunjukan prevelensi kecacingan berkisaran antara 2,2%
- 90,3% (Depkes R.I, 2004).
Menurut WHO pada tahun 2013, infeksi STH terbanyak mengenai kelompok usia
6-12 tahun atau pada tahapan usia anak Sekolah Dasar (SD), yakni berjumlah 189 juta
anak. Di Indonesia sendiri prevalensi kecacingan di beberapa kabupaten dan kota
pada tahun 2012 menunjukkan angka diatas 20% dengan prevalensi tertinggi di salah
satu kabupaten mencapai 76,67% (Direktorat Jenderal PP&PL Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan hasil survei pada anak SD yang senang memakan makanan siap saji
di 175 kabupaten/ kota Medan pada tahun 2013, prevalensi kecacingan di Indonesia
sebesar 85,9% dengan rata-rata 28,12% angka nasional. Jenis parasit cacing yang
teridentifikasi pada survei tersebut adalah Ascaris lumbricoides 60%, Trichuris
trichiura 16%, Hookworm 7% dan jenis cacing lain 17% ( Depkes RI, 2018).
Infeksi cacing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sanitasis lingkungan
dan kebersihan pribadi yang kurang baik, mengkomsusmsi makanan yang diduga
terkontaminasi oleh telur cacing, tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
Sedangkan penularannya dapat melalui beberapa cara antara lain melelui perantara
vektor, larva menembus kulit dan memakan telur infektif melalui perantara jari-jari
tangan terpapar telur cacing khususnya telur Nematoda usus seperti Ascaris
lubricoides, Trichuris trichiura dan Ancylostoma sp dan Necatoramericanus (cacing
tambang). (Anonim,2008; Onggowaluyo,2002)
2
Sedangkan pada tanah liat apabila mengering maka larva cacing tambang dapat
bergerak (Helminth,2011)
Iklim tropis merupakan keadaan yang sangat sesuai untuk perkembangan telur
dan larva STH menjadi bentuk infektif bagi manusia.
Suhu sangat penting untuk cacing ini melanjutkan siklus hidupnya, setiap jenis
cacing mempunyai suhu optimum yang berbeda-beda. Untuk perkembangan telur
A.lumbricoides, misalnya memerlukan suhu yang berkisaran antara 20°C-25°C,
T.trichiura kira-kira 30°C dan untuk N.americanusmemerlukan suhu optimum antara
28°C-32°C.
B. Tujuan
a. Untuk Mengetahui Karakteristik Angen
b. Untuk Mengetahui Pengunaan Dalam Kehidupan Manusia
c. Untuk Mengetahui Keberadaan Di Lingkungan
d. Untuk Mengetahui Mekanisme Pajanan Ke Manusia
e. Untuk Mengetahui Rute Exposure
f. Untuk Penyetahui Penyakit Yang Ditumbulkan
C. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang cacing helmints mulai
dari karakteristik cacing sampai penyakit yang dapat disebabkan oleh cacing tersebut
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Agen
Nemathelminthes berasal dari kata Yunani, nematos yang berarti benang dan
helminthes yang artinya cacing atau cacing benang. Soil Transmitted Helminth
merupakan salah satu jenis cacing parasit yang paling sering ditemukan pada
tubuh manusia. STH yang hidup dalam usus manusia disebut dengan nematoda
usus.
STH sering disebut sebagai cacing gilig, di antara filum yang lain, filum ini
mempunyai anggota terbanyak baik jenis mapun individunya. Di antara STH ini
yang paling sering minginfeksi adalah yang ditularkan melalui tanah atau yang
disebut STH. Empat jenis STH yang paling sering menginfeksi adalah Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Anylostoma doudenale dan Necator americanus
sedangkan strongyloides stercoralis jarang ditemukan terutama pada daerah dingin
(Srisari, 2006). Iklim tropis merupakan keadaan yang sangat sesuai untuk
perkembangan telur dan larva STH menjadi bentuk infektif bagi manusia.
4
Subclass : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Family : Ascarididae
Genus : Ascaris
Species : Ascaris lumbricoides
2. Morfologi Telur
Terdapat 2 macam jenis telur yaitu telur yang mengalami
pembuahan (fertil) dan yang tidak mengalami pembuahan (infertil).
Dari kedua jenis telur ini kadang dijumpai telur yang tanpa dilapisi
albumin (dekortikasi) dan telur yang utuh / dilapisi albumin (kortikasi).
5
Gambar 1. Telur Cacing Gambar 2. (1) Telur Fertil, (2) Telur
Ascaris Lumbricoides Tidak Fertil, (3) Telur Dengan Kulit
Terlupas
6
Gambar 3. Cacing Ascaris Lumbricoides Dewas
b. Trichuris Trichiura (Cacing Cambuk)
Trichuris trichiura disebut juga sebagai cacing cambuk karena pada
stadium dewasa cacing menyerupai gagang cambuk. Pertama kali
dijelaskan oleh Linnaeus pada tahun 1771 (Sastry and Bath, 2014).
2. Morfologi Telur
Ciri – Ciri Telur :
Berbentuk tempayan dengan semacam tutup jernih dan menonjol
pada kedua kutub
Ukuran sekitar 50 x 25 mikron
Dinding 2 lapis : lapisan luar berwarna kekuningan dan lapisan
dalam transparan pada
Telur berisi embrio
Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian
dalamnya jernih
Telur ini di tanah dengan suhu optimum dalam waktu 3 – 6
minggu menjadi matang.
7
3. Morfologi Cacing Trichuris Trichiura
Ciri-ciri cacing dewasa :
Cacing dewasa berbentuk seperti cambuk dimana 3/5 dari
panjang tubuhnya (sebelah anterior) tipis seperti benang
sedangkan 2/5 bagian (sebelah posterior) terlihat lebih tebal
pegangan cambuk
Cacing jantan panjangnya ± 4 cm
Cacing betina panjangnya ± 5 cm
Bagian ekor cacing jantan melengkung ke arah ventral,
mempunyai satu spikulum yang berselubung retrakil.
Bagian kaudal cacing betina membulat tumpul seperti koma
(soedarto, 2008)
Seekor cacing betina dalam satu hari dapat bertelur 3000 – 4000
butir.
3. Morfologi Telur
Telur dari kedua spesies ini tidak membedakan, ukurannya 40-
60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis dan jernih. Ovum
telur yang baru dikeluarkan tidak bersegmen. Ancylostoma
duodenale betina dalam satu hari bertelur 10.000 butir, sedangkan
Necator americanus 9.000 butir (Safar R, 2010).
9
Gambar 5. Telur Cacing Tambang
4. Morfologi Cacing Tambang
10
Gambar 6. Cacing Ancylostoma Duodenale Dan Necator
Americanus
Fungsi umum dari Nematoda pemakan bakteri dan fungi adalah melepaskan
unsur N, P, S, dan mikronutrien yang akan berharga bagi tanaman.
11
C. Keberadaan di Lingkungan
1. Ascaris lumbricoides, umumnya sebagai parasite dalam usus manusia. Hewan
ini bersifat kosmopolit, terutama di daerah tropis dengan udara yang lembap
serta sangat erat hubungannya dengan keadaan hiegine dan sanitasi. Cacing
dewasanya berhabitat di rongga usus halus. Tanah yang subur, lembab, dan
teduh merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan telur cacing ascaris.
2. Trichuris trichiura ditemukan terutama di daerah beriklim hangat dari dunia di
mana praktik sanitasi yang buruk adalah umum, seperti buang air besar
langsung ke dalam tanah atau menggunakan kotoran manusia sebagai pupuk.
Cacing dewasa berhabitat di usus besar seperti kolon dan Caecum (Zeibig,
2013).
3. Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
berhabitat di usus halus manusia. Tanah yang gembur, lembab, teduh, tanah
berpasir, atau tanah liat dan humus merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan
telur cacing tambang sampai menjadi larva
Iklim tropis merupakan keadaan yang sangat sesuai untuk perkembangan telur
dan larva STH menjadi bentuk infektif bagi manusia
13
Gambar 10. Mekanismes Pajanan ke Manusia
Pada gambar diatas dapat dijelaskan jalur pajanan cacing
tambang yang awalnya larva cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui
kulit yang utuh, terutama di sela jari kaki. Biasanya terjadi saat anak
bermain di tanah tanpa alas kaki atau melalui tangan ketika dia
memegang benda-benda yang mengandung larva. Dari pori-pori,
larva cacing ini masuk ke aliran darah, lalu ke jantung, paru-paru,
dilanjutkan melalui tenggorokan sampai ke usus. Umumnya cacing
ini akan tinggal di usus halus dan menjadi dewasa.
E. Rute Exposure
1. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)
Telur cacing yang telah dibuahi yang keluar bersama tinja penderita.
tertelan atau masuk kedalam mulut melalui makanan atau minum yang
terkontaminasi akan masuk ke dalam usus halus dan telur akan menetas, dan
keluar larva yang dapat menembus usus, mengikuti aliran darah menuju
jantung kanan lalu ke paru. Larva merangsang laring sehingga terjadi batuk
14
dan dapat masuk ke saluran cerna melalui kerongkongan. Selanjutnya larva
akan menjadi cacing dewasa di dalam usus halus sehingga menyebabkan
Infeksi cacing gelang disebut juga askariasis. Gejala infeksi cacing gelang
pada umumnya yaitu rasa tidak enak pada perut (gangguan lambung), kejang
perut, diselingi diare, kehilangan berat badan; dan demam.
Selain itu Migrasi larva cacing di paru-paru dapat menimbulkan
pneumonia dengan gejala berupa demam, batuk, sesak dan pada infeksi berat
(hiperinfeksi), terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan pencernaan
dan penyerapan protein sehingga penderita mengalami gangguan pertumbuhan
dan anemia akibat kurang gizi
Infeksi terjadi jika manusia tertelan telur cacing yang infektif, sesudah 16
telur mengalami pematangan di tanah dalam waktu 3-4 minggu lamanya. Di
dalam usus halus dinding telur pecah dan larva cacing ke luar menuju sekum
lalu berkembang menjadi cacing dewasa.Satu bulan sejak masuknya telur
infektif ke dalam mulut, cacing dewasa yang terjadi sudah mulai mampu
bertelur sehingga menyebabkan infeksi cacing cambuk atau penyakit
Trikuriasis. Gejala infeksi cacing cambuk yang umum terjadi yaitu nyeri ulu
hati, kehilangan nafsu makan, diare, anemia.
15
Infeksi cacing tambang disebabkan oleh masuk dan berkembangnya
cacing tambang di dalam tubuh. Jenis cacing tambang yang sering
menyebabkan infeksi pada manusia adalah Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus.
Infeksi cacing tambang disebut juga nekatoriasis dan ankilostomiasis.
Penyakit ini menular melalui larva cacing yang terdapat di tanah yang
menembus kulit (biasanya di antara jari kaki). Cacing ini akan berpindah ke
paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk ke saluran cerna.
Gejala infeksi cacing tambang yang umum terjadi yaitu gangguan
pencernaan berupa mual, muntah, diare, dan nyeri ulu hati; pusing, nyeri
kepala; lemas dan lelah, anemia, dan gatal di daerah masuknya cacing.
16
Gejala yang muncul akibat ascariasis tergantung pada organ tubuh yang
sedang terinfeksi. Ketika larva cacing gelang sedang menginfeksi paru-
paru, gejala yang dialami penderita mirip dengan gejala asma atau
pneumonia, antara lain:
Demam
batuk
Sesak napas
Sementara itu, ketika larva cacing menginfeksi usus, gejala yang dapat
timbul adalah :
Rasa tidak enak pada perut
Diare
Kehilangan berat badan
Deman
Terdapat cacing pada muntahan atau feses
Kehilangan napsu makan
2. Pengobatan
Pada beberapa kasus, ascariasis dapat sembuh dengan sendirinya.
Meski demikian, disarankan untuk segera ke dokter bila mengalami gejala
ascariasis. Pengobatan pertama untuk ascariasis adalah dengan
pemberian obat cacing, seperti pirantel pamoat, mebendazole,
piperazine, levamisole, atau albendazole, yang dikonsumsi 1–3 kali sehari.
Pada ascariasis yang sudah berat atau menyebabkan komplikasi, dokter
akan melakukan prosedur bedah untuk membuang cacing dari dalam usus
dan memperbaiki kerusakan di usus pasien.
3. Pencegahan
Ascariasis dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan. Beberapa
cara sederhana untuk mencegah ascariasis adalah :
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap sebelum
memasak, menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah buang air
besar, dan setelah menyentuh tanah
Mencuci buah dan sayur hingga bersih sebelum dikonsumsi
17
Memastikan masakan benar-benar matang sebelum dikonsumsi
Mengonsumsi air dalam kemasan yang masih disegel ketika
bepergian
Hindari menyentuh tanah dan pupuk yang mungkin terkontaminasi
feses manusia secara langsung, gunakan sarung tangan saat
menyentuh tanah
Hindari buang air besar sembarangan
Jaga kuku tetap pendek dan bersih
Pada infeksi ringan dengan beberapa ekor cacing, tidak tampak gejala atau
keluhan penderita. Tetapi pada infeksi yang berat, penderita akan mengalami
gejala dan keluhan berupa :
Anemia dengan hemoglobin yang dapat >3%
Diare berdarah
Nyeri perut
Mual dan muntah
Berat badan menurun
Kadang-kadang terjadi prolaps dari rectum yang melalui pemeriksaan
proktoskopi dapat dilihat adanya cacing-cacing dewasa pada kolon
atau rectum penderita
1. Pengobatan
Obat untuk trikuriasis adalah albendazol 400 mg selama 3 hari
ataumebendazol 100mg 2x sehari selama 3 hari berturut-turut.
2. Pencegahan
18
Pencegahan dilakukan dengan menerapkan Perilaku Hidup
Bersih Sehat dan Perbaikan Sanitasi. Pencegahan berikutnya bisa
dilakukan dengan minum air yang sudah dimasak, cuci tangan dengan
sabun sebelum makan, cuci tangan sesudah kontak dengan tanah,
gunting kuku teratur, dan buang air di jamban, bukan di got atau
sungai.
c. Cacing Tambang
Beberapa jenis cacing tambang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia. Cacing tambang yang menginfeksi penduduk Indonesia disebabkan
oleh Necator americanus yang menyebabkan nekatoriasis dan Ancylostoma
duodenale yang menimbulkan ankilostomiasis (Soedarto, 2011).
19
Demam
Lemas dan Lelah
Pusing
BAB berdarah
Anemia
2. Pengobatan
Penanganan infeksi cacing tambang dilakukan untuk mengatasi
infeksi, mencegah memburuknya kondisi, dan mencegah komplikasi.
Infeksi cacing tambang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
anthelmintik (anticacing), seperti albendazole, mebendazole, pirantel
pamoat, dan levamisole.
3. Pencegahan
Infeksi cacing tambang dapat dicegah dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan menjalani pola hidup sehat. Beberapa cara yang bisa
dilakukan adalah :
Meminum air bersih yang bebas risiko kontaminasi.
Mengonsumsi makanan yang bersih dan matang.
Menggunakan alas kaki ketika keluar rumah.
Mencuci tangan secara rutin menggunakan sabun dan air
mengalir
Menjaga kebersihan lingkungan dan diri
20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Cacing usus atau yang serius disebut Soil Transmitted Helminth (STH)
adalah infeksi yang disebabkan oleh Nematoda usus dan ditularkan kepada
manusia melalui tanah yang terkontaminasi feses.
Nematoda usus yang ditularkan melalui tanah disebut juga Soil Transmitted
Helminths (STH). Kelompok cacing yang tergolong STH adalah Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang (Ancylostma duodenale
dan Necator americanus) (Wijaya,N.H.2015).
Infeksi STH terjadi karena tertelannya telur cacing dari tanah yang
terkontaminasi atau adanya invasi larva infektif yang ada di tanah melalui kulit.
Di seluruh dunia terdapat sekitar 807 juta penduduk terinfeksi Trichuris
trichiura, dan 576 juta penduduk terinfeksi hookworm (Ancylostma duodenale
dan Necator americanus).
21
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kontaminasi tanah
oleh STH antara lain adalah : Sifat tanah mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan telur dan daya tahan hidup dari larva cacing.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Penyakit Cacing Trikuriasis, Gejala, Penyebab dan Penanggulangannya. Diakses pada
tanggal 26 September 2022. laman web :
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/penyakit-cacing-trikuriasis-gejala-
penyebab-dan-penanggulangannya
dr, Meva Nareza. 23 Agustus 2021. Ascariasis. Diakses pada tanggal 26 September 2022.
laman web : https://www.alodokter.com/ascariasis
22
dr. Merry Dame Cristy Pane. 3 Februari 2020. Infeksi Cacing Tambang. Diakses pada
tanggal 26 September 2022. laman web : https://www.alodokter.com/infeksi-cacing-
tambang
Indonesia Medical Laboratory. Cacing Tambang (Hook Worm). Diakses pada tanggal 25
September 2022. laman web : https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/
Indonesia Medical Laboratory. Trichuris trichiura (Cacing Cambuk). Diakses pada tanggal
24 September 2022. laman web : https://medlab.id/trichuris-trichiura/
NI LUH PUTU, S. D., Cok Dewi, W. H. S., & Oka Suyasa, I. B. (2020). IDENTIFIKASI
TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTS PADAPENGRAJIN BATU BATA
DI DESA TEGAL BADENG BARAT, KECAMATAN NEGARA, JEMBRANA (Doctoral
dissertation, POLTEKKES DENPASAR).
Pusat Informasi Obat Nasional. Obat Kecacingan. Diakses pada tanggal 25 September 2022.
laman web : https://pionas.pom.go.id/artikel/obat-kecacingan
23
Winianti, N. W., Arwati, H., & Dachlan, Y. P. (2020). Gambaran Infeksi Soil Transmitted
Helminth Pada Petani Di Desa Gelgel Kabupaten Klungkung. WICAKSANA: Jurnal
Lingkungan dan Pembangunan, 4(2), 21-30.
Artikel
Prabandari, A. S., Ariwarti, V. D., Pradistya, R., & Sari, M. M. S. (2020). Prevalensi Soil
Transmitted Helminthiasis Pada Siswa Sekolah Dasar di Kota Semarang. Avicenna:
Journal of Health Research, 3(1), 01-10.
Saftarina, F., Hasan, M., Suwandi, J. F., & Syani, A. Y. (2020). Kejadian infeksi soil-
transmitted helminth pada petani. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 20(3).
24